document:)
DESCRIPTION
--TRANSCRIPT
BAB I
REKAM MEDIS
1. ANAMNESIS
Identifikasi
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun (8 September 1975)
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Warga Mulya
Agama : Islam
Pendidikan : SMP (tamat)
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MRS : 27 Februari 2013, Pukul 23.52
No. Rekam Medik : 14.69.81
Keluhan Utama:
Mau melahirkan dengan anak tidak lahir-lahir
Riwayat Perjalanan Penyakit:
± 18 jam SMRS, parturient mulai mengeluh perut mules yang menjalar ke
pinggang, hilang timbul dan tidak hilang bila dibawa berjalan, dirasakan makin
lama makin sering dan kuat. Riwayat keluar darah lendir (+) dan riwayat keluar
air (+). Parturient kemudian pergi ke bidan dan dipecahkan ketubannya, lalu
parturien dipimpin mengedan selama ± 4 jam dan diinfus obat perangsang untuk
melahirkan serta perut didorong-dorong namun anak tak lahir-lahir juga.
Parturient kemudian dirujuk ke RSUD Sekayu. Parturient mengaku hamil cukup
bulan dan gerakan janin masih dirasakan.
Riwayat perkawinan : 1 kali, lamanya 15 tahun
Riwayat gizi : sedang
Riwayat sosial ekonomi : sedang1
Riwayat kehamilan sekarang:
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari, teratur
Lamanya : 5 hari
Banyaknya : Biasa
HPHT : 15 Mei 2012
Taksiran Persalinan : 22 Februari 2013
Nafsu makan : baik
Miksi : normal
Defekasi : normal
Gerakan anak dirasakan : 5 bulan yang lalu
Periksa hamil : di Bidan lebih dari 3 kali
Riwayat persalinan :
Dikirim oleh : Bidan dengan surat pengantar
His mulai sejak tanggal : 27 Februari 2013 Pkl 05.00
Darah lendir sejak tanggal : 27 Februari 2013 Pkl 07.00
Ketubah pecah sejak tanggal : 27 Februari 2013 Pkl 10.00
Rasa mengedan sejak tanggal : 27 Februari 2013 Pkl 19.00
Riwayat penyakit yang pernah diderita : (-)
Riwayat operasi : (-)
Riwayat obstetri : G2P0A1
Hamil
ke.
Tempat
bersalinTahun Kehamilan
Jenis
Persalinan
Anak
Kelamin Berat Keadaan
1 Abortus 2012 10 minggu - - - -
2 Hamil ini 2013 Aterm
2. Pemeriksaan Fisik
2.1. Status Present :
- Keadaan umum : tampak sakit sedang
2
- Kesadaran : compos mentis
- Gizi : Sedang
- BB/TB : 60 kg/158 cm
- TD : 100/60 mmHg
- Nadi : 110 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 36,80C
- Konjungtiva : pucat -/-
- Sklera : ikterik -/-
- Cor : gallop (-), murmur (-)
- Pulmo : bising nafas vesikuler (+) N, ronkhi (-),
wheezing (-)
- Payudara : hiperpigmentasi +/+
- Hepar/lien : sulit dinilai
- Edema pretibial : -/-
- Varises : -/-
- Refleks
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-
- Turgor kulit : baik
- Mata cekung : -/-
- Bibir kering : (-)
- Meteorismus : (-)
- Vulva edema : (+)
2.2. Status Obstetri:
Pemeriksaan Luar (27 Maret 2013 Pukul 24.00)
Abdomen : cembung
Tinggi fundus uteri : 3 jari bawah processus xyphoideus (31 cm)
Letak : memanjang, punggung kanan
Terbawah : kepala
3
Penurunan : 2/5
His : 4x/10’/40”
DJJ : 122 x/menit teratur
TBJ : 2800 gram
Vulva edema : (+)
Pemeriksaan Dalam
Portio : tak teraba
Konsistensi : tidak dapat dinilai
Posisi : tidak dapat dinilai
Pendataran : tidak dapat dinilai
Pembukaan : Lengkap
Ketuban : (-), warna hijau, bau (-)
Penurunan : HIII+
Terbawah : Kepala
Penunjuk : UUK kanan depan
Kaput : 5x5 cm
Pemeriksaan Panggul
Promontorium : sulit dinilai
Linea innominata : sulit dinilai
Sakrum : sulit dinilai
Spina iskiadika : tak menonjol
Arkus pubis : >900
Dinding samping : lurus
Kesan panggul : luas
Bentuk PAP : ginekoid
DKP : (-)
Pelvimetri Roentgen : tidak dilakukan
4
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.1. Darah rutin:
- Hb : 11,5 g% \
- Ht : 37 vol%
- Leukosit : 15.800 /mm3
- Trombosit : 188.000 /mm3
3.2. Kimia klinik
Glukosa Sewaktu: 69 mg/dl
Kreatinin : 0,8 mg/dl
Ureum : 31 mg/dl
Bil. Total : 0,71 mg/dl
Bil. Direk : 0,20 mg/dl
Bil. Indirek : 0,51 mg/dl
SGOT : 38 U/L
SGPT : 19 U/L
Natrium : 140 mmol/L
Kalium : 3,7 mmol/L
Klorida : 101 mEq/L
Golongan Darah : A Rh (+)
4. DIAGNOSIS
G2P0A1 hamil aterm inpartu kala II dengan partus kasep, janin tunggal hidup
presentasi kepala
5. PROGNOSIS
Ibu : Dubia
Janin : Dubia
5
6. TINDAKAN
1. Informed consent
2. Observasi tanda vital ibu, his, dan DJJ.
3. Resusitasi Intrauterin :
a. Oksigen nasal canul 5 L/menit
b. Lateroposisi (pasien miring ke kiri)
4. IVFD Asering : D5% = 1:1 gtt kocor 2 kolf. Selanjutnya IVFD RL +
induxin 10 IU gtt x/menit
5. Rencana partus pervaginam (akhiri kala II dengan ekstraksi vakum)
6. Kosongkan kandung kemih
7. Injeksi cefotaxime 2x1 g IV didahului dengan skin test
LAPORAN EKSTRAKSI VAKUM
28 Februari 2013
Pukul 01.40 Tampak parturient ingin mengedan kuat
Pada pemeriksaan dalam didapatkan:
- Portio tak teraba
- Pembukaan lengkap
- Ketuban (-), hijau, bau (-)
- Kepala
- HIII+
- UUK kanan depan
D/: G2P1A0 hamil aterm inpartu kala II dengan partus kasep JTH preskep
Th/: - Akhiri kala II dengan EV
- Episiotomi mediolateral
- Dilakukan pemasangan cup vakum ukuran sedang pada UUK menjauhi UUB
- Setelah diyakini tidak ada jaringan yang terjepit, tekanan vakum diturunkan
- 0,2 kg/cm2 selama 2 menit, lalu -0,4 kg/cm2 selama 2 menit, lalu -0,6 kg/cm2
- dilakukan evaluasi ulang, tidak dijumpai jaringan yang terjepit dan cup vakum
terpasang dengan benar
6
- pada saat his puncak (fase acme) parturient mengedan sekuat dan selama
mungkin. Parturient menarik lipat lutut dengan lipat siku sehingga tekanan
abdomen menjadi lebih efektif. Dilakukan traksi mendatar dengan arah sejajar
bidang lantai sampai suboksiput berada di bawah simfisis, dilakukan traksi ke
arah atas untuk melahirkan dahi, hidung, mulut, dagu, dan seluruh kepala.
Pukul 02.00 WIB
Lahir dengan ekstraksi vakum neonatus hidup perempuan, BB 2900 gram, PB 49
cm, A.S 8/9 FT AGA
Dilakukan manajemen aktif kala III
- Masase fundus uteri
- Injeksi oksitosin 10 IU (im)
- Peregangan tali pusat terkendali
Pukul 02.10 WIB
- Plasenta lahir lengkap dengan BP= 480 gram, PTP = 47 cm, Ө 18x19 cm
- Dilakukan eksplorasi jalan lahir, tidak ditemukan perluasan luka
episiotomi.
- Luka episiotomi dijahit secara jelujur dan terputus satu-satu dengan
benang chromic cat gut no. 2.0
- Keadaan umum ibu post partum baik, perdarahan aktif (-)
Instruksi post ekstraksi vakum
- Observasi tanda vital ibu, kontraksi , dan perdarahan
- IVFD asering + induxin 20 IU gtt xx/m 2 kolf
- Kateter menetap, catat input output
- Diet TKTP
- Mobilisasi duduk
- Vulva hygiene
- Perawatan luka episiotomi
7
- Ciprofloxacin 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3x 500 mg
- Folaplus 1 x 1 tab
FOLLOW UP
28 Februari 2013 (pukul 06.40)
S : (-)
O :
Status present
KU : sakit sedang,
Sensorium : compos mentis
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 86 x/ menit
T : 36.5ºC
Status obstetrik:
PL: abdomen cembung, lemas, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi
baik, perdarahan aktif (-) lokia rubra (+), vulva tenang, luka pada jahitan
episiotomi tenang
A: P1A1 post partum dengan ekstraksi vakum a/i partus kasep (perawatan hari I)
1 Maret 2013 (pukul 06.35)
S : (-)
O :
Status present
KU : sakit sedang,
Sensorium : compos mentis
TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit
8
Nadi : 82 x/ menit
T : 36,5ºC
Status obstetrik:
PL: abdomen cembung, lemas, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi
baik, perdarahan aktif (-) lokia rubra (+), vulva tenang, luka pada jahitan
episiotomi tenang
A: P1A1 post partum dengan ekstraksi vakum a/i partus kasep (perawatan hari II)
2 Maret 2013 (pukul 06.40)
S : (-)
O :
Status present
KU : sakit sedang,
Sensorium : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 88 x/ menit
T : 36, 5ºC
Status obstetrik:
PL: abdomen cembung, lemas, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi
baik, perdarahan aktif (-) lokia rubra (+), vulva tenang, luka pada jahitan
episiotomi tenang
A: P1A1 post partum dengan ekstraksi vakum a/i partus kasep (perawatan hari III)
9
BAB II
PERMASALAHAN
Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
Apakah yang menjadi kemungkinan etiologi pada kasus ini?
Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Partus kasep merupakan satu fase akhir dari suatu persalinan yang telah
berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan sehingga muncul komplikasi
pada ibu, janin atau keduanya.
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung
dari awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase
laten (pada primipara 20 jam, multipara 14 jam) dan fase aktif (pada primipara 1,2
cm per jam dan 1,5 cm perjam pada multipara) atau kala pengeluaran (primipara 2
jam dan multipara 1 jam), maka kemungkinan dapat terjadi partus kasep.1
2. ETIOLOGI
Penyebab partus kasep bersifat multikompleks, yang berhubungan dengan
pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan.
Penyebab kemacetan dapat terjadi karena:
2.1. Faktor Kekuatan Ibu (Power)
2.1.1. Kelainan His
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
hambatan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak
dapat diatasi dapat mengakibatkan kemacetan persalinan.
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang
kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya
dominasi kekutan pada fundus uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara
merata dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan
persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya dan
relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum2,3. Adapun jenis-jenis kelainan his
sebagai berikut:
11
2.1.1.1. Inersia uteri
His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
daripada bagian lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus
lebih singkat dan jarang daripada biasa. Jika persalinan berlangsung terlalu lama
dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas janin. Keadaan ini dinamakan
dengan inersia uteri primer. Jika hal tersebut terjadi setelah berlangsungnya his
yang kuat untuk waktu yang lama dinamakan inersia uteri sekunder. Karena
dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama (hingga menimbulkan
kelelahan otot uterus) maka inersia uterus sekunder jarang ditemukan2.
2.1.1.2. His yang terlalu kuat
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam
disebut partus presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga normal,
kelainanya hanya terletak pada kekuatan his. Bahaya dari partus presipitatus bagi
ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan
perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak
karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat2.
2.1.1.3.Kekuatan uterus yang tidak terkoordiasi
Disini kontraksi uterus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas,
tengah dan bawah; tidak adanya dominasi fundal; tidak adanya sinkronisasi antara
kontraksi dari bagian-bagiannya sehingga his tidak efisien mengadakan
pembukaan serviks. Dengan kekuatan seperti ini maka tonus otot terus meningkat
sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin.
Macamnya adalah hypertonic lower segment, colicky uterus, lingkaran kontriksi
dan distosia servikalis3.
2.1.2. Kelainan Mengejan
Pada umumnya persalinan kala II kemajuannya sangat dibantu oleh hejan
perut, yang biasanya dikerjakan bersama-sama pada waktu his. Kelainan
12
mengejan disebabkan oleh3:
1 Otot dinding perut lemah
2 Distasis recti, abdomen pendulans dan jarak antara kedua m.recti lebar
3 Refleks mengejan hilang oleh karena pemberian narkose atau anestesi
1 Kelelahan (otot dinding perut menjadi lemah)
2.2. Faktor Janin (Passanger)
Dapat disebabkan oleh janin yang besar, adanya malposisi dan
malpresentasi, kelainan letak bagian janin, distosia bahu, malformasi dan
kehamilan ganda3.
a. Kelainan Letak, Presentasi atau Posisi
Posisi Oksipitalis Posterior Persistens
Posisi oksipitalis posterior persistens adalah ubun-ubun kecil menetap di
belakang karena tidak ke depan ketika mencapai dasar panggul. Kepala
janin akan lahir dalam keadaan muka di bawah simfisis fubis.
Etiologi : Posisi oksipitalis posterior persisten sering terjadi pada panggul
anthropoid dan android, multipara akibat lembeknya otot dasar panggul,
kepala janin yang kecil dan bulat sehingga tidak ada paksaan pada
belakang kepala untuk memutar ke depan.
Presentasi Puncak Kepala
Presentasi puncak kepala atau presentasi sinsiput (ubun-ubun besar) adalah
kelainan akibat defleksi ringan kepala janin ketika memasuki ruang
panggul sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah dari janin.
Pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala maksimal
sehingga lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah sirkumferensia
frontooksipitalis dengan glabela di bawah simfisis sebagai hipomoklion.
Presentasi Muka
Presentasi muka adalah kepala dalam kedudukan defleksi maksimal
sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terndah janin. Apabila dagu di bagian belakang dan tidak dapat memutar
13
ke depan waktu putaran paksi dalam di sebut posisi mento posterior
persistens dan janin tidak dapat lahir spontan.
Etiologi : Panggul sempit, adanya tumor di leher rahim bagian depan atau
keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala, seperti janin besar,
anensefalus dan kematian janin intrauterine.
Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah kedudukan kepala di antara fleksi maksimal dan
defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah. pada
umumnya presentasi dahi merupakan kedudukan sementara dan sebagian
besar berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
Etiologi : sering didapatkan pada panggula sempit, tuomur leher rahim
bagian depan atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala,
seperti janin besar, anesefalus dan kematian janin dalam rahim
Letak Sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Pada letak sungsang,
berturut-turut lahir bagian yang makin lama makin besar, dimulai dari
lahirnya bokong, bahu, kemudian kepala.
Etiologi : muliparitas, prematuritas, kehamilan ganda, hidrosefalus,
plasenta previa, panggul sempit, dan lain-lain
Letak Lintang
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak
lurus dengan sumbu memanjang ibu. Bila sumbu memanjang tersebut
membentuk sudut lancip disebut letak lintang oblik, yang biasanya
sementara karena kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal pada
persalinan.
Etiologi : Muliparitas, prematuritas, kehamilan ganda, hidrosefalus,
plasenta previa, panggul sempit, dan lain-lain
14
b. Kelainan Bentuk Janin
Kelainan bentuk janin yang lain: janin kembar melekat (double monster),
janin dengan perut besar, tumor-tumor lain pada janin.
Pertumbuhan janin yang berlebihan
Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak
sehingga kepala menjadi lebih besar dan terjadi pelebaran sutura dan ubun-
ubun.
Etiologi : Aliran serebrospinalis mengalami gangguan (tidak lancar) atau
produksinya yang berlebihan.
2.3. Faktor Jalan Lahir (Passage)
Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang
panggul dengan sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-
jaringan dan ligamen-ligamen. Dengan demikian distosia akibat jalan lahir dapat
dibagi atas:
2.3.1. Distosia karena kelainan panggul
Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan,
penyakit tulang dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dan lain-lain), penyakit
kolumna vertebralis (kyphosis, scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior
(coxitis, fraktur, dll). Kelainan panggul dapat menyebabkan kesempitan panggul.
Kesempitan panggul dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu; kesempitan pintu atas
panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah panggul.
a. Kesempitan Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm
atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Oleh karena pada panggul sempit
kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka
dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Kesempitan
pintu atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama karena adanya
gangguan pembukaan yang diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya
15
yang disebabkan bagian terbawah kurang menutupi pintu atas panggul
sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah
kepala tetap tidak dapat menekan serviks karena tertahan pada pintu atas
panggul dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli. Selain itu
persalinan yang lama juga disebabkan karena adanya moulage kepala yang
hebat sehingga dapat melewati pintu atas panggul dan ini memerlukan waktu
yang lama.
Gambar 1. Pintu Atas Panggul
16
Gambar 2. Rongga Panggul (Potongan Sagital)
b. Kesempitan Pintu Tengah Panggul
Bidang tengah panggul dikatakan sempit bila jumlah diameter transversa dan
diameter sagitalis posterior ≤13,5 cm (N = 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm),
diameter antar spina ≤ 9 cm. Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering
ditemukan posisio oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam
posisi lintang tetap (transverse arrest).
c. Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul dikatakan sempit bila jarak antara tuber ossis ischii ≤8 cm
dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (N =11 cm+7,5
17
cm = 18,5 cm) maka sudut arkus pubis mengecil pula (< 90°), hal ini dapat
menyebabkan kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa2,3
Gambar 3. Pintu Bawah Panggul.
Panggul menurut morfologinya dibagi 4 yaitu :
a. Panggul ginekoid. Jenis panggul yang paling banyak pada wanita
normal, mempunyai diameter terbaik untuk lahirnya janin tanpa
komplikasi. Pintu atas panggul berbentuk hampir bulat. Bentuk panggul
ini ditemukan pada 45% wanita.
b. Panggul anthropoid. Panggul yang memiliki bentuk agak lonjong
seperti telur, pada bidang pintu atas panggul dengan diameter terpanjang
antero-posterior. Arkus pubis sempit dan lebarnya kurang dari 2 jari,
18
sehingga menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul. Bentuk
panggul ini ditemukan pada 35% wanita.
c. Panggul android. Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi
jelek dan lebih jarang dijumpai dibanding bentuk ginekoid. Panjang
diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa, akan
tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sacrum. Spina iskiadika
menonjol ke dalam jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu
arkus pubis yang menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15%
wanita.
d. Panggul platipelloid. Panggul berbentuk datar dengan tulang-
tulang yang lembut, jenis panggul ini paling jarang dijumpai dan
jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita. Pintu atas panggul
lebih jelas terlihat dimana menunjukan pemendekan dari diameter antero-
posterior, sebaliknya diameter transversal lebar.
2.3.2. Distosia karena kelainan jalan lahir lunak
Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak
(kelainan tractus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks
uteri, dan uterus3.
Kelainan pada vulva yang dapat menyebabkan distosia antara lain; edema
yang biasanya diakibatkan oleh persalinan yang lama dengan penderita yang
dibiarkan meneran terus menerus, stenosis pada vulva yang terjadi sebagai akibat
perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus sehingga menimbulkan parut, dan
tumor. Sedangkan kelainan vagina yang menyebabkan distosia antara lain;
stenosis vulva, septum vagina dan tumor vagina2,3.
Distosia servikalis dan uteri dapat disebabkan oleh dysfunctional uterine
action atau dapat juga disebabkan oleh jaringan parut pada serviks uteri dan
dengan adanya tumor2.
Mioma pada serviks atau segmen bawah uterus dapat menghalangi
persalinan. Mioma yang terletak di dalam jalan lahir atau berlanjut ke jalan lahir
pada awal kehamilan, dapat terdorong ke atas ketika uterus membesar sehingga
19
obstruksi terhadap persalinan pervaginam tidak terdapat lagi4.
Mioma uteri selama masa kehamilan ukurannya akan semakin bertambah
yang terjadi akibat stimulasi hormon estrogen. Kemugkinan dilakukannya seksio
sesaria akan bertambah besar, khususnya bila suatu mioma uteri terletak pda
segmen bawah rahim. Demikian pula, resiko malposisi serta persalinan prematur
akan meningkat bila terdapat mioma lebih dari satu dan risiko retensio plasenta
bertambah besar bila terdapat tumor pada segmen bawah rahim4.
2.3. Faktor Penolong (Provider)
Seorang pemimpin persalinan harus bisa memberikan dorongan kepada ibu yang
ada dalam masa persalinan dan harus mengetahui waktu-waktu kapan harus mulai
memimpin persalinan. Hal yang dapat mengakibatkan terjadinya persalinan yang
lama dan komplikasinya adalah :
1. Salah pimpin
2. Manipulasi (Kristeler)
3. Pemberian uterotonika yang kurang pada tempatnya
2.4. Faktor Psikologis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional
yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari
aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat
mereka takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat
menghambat suatu proses persalinan. Persiapan fisik untuk melahirkan,
pengalaman persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas emosional.
Dengan persiapan antenatal yang baik, diharapkan wanita dapat melahirkan
dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat menikmati proses kelahiran bayinya5.
3. PENEGAKAN DIAGNOSIS
3.1. Gejala Klinik Pada Ibu3 :
a. Akibat kurang tidur/makan/minum
1. Kelelahan/ibu sangat capek
20
2. Nampak takut dan gelisah
3. Dehidrasi : Kulit dingin, turgor berkurang, mata cekung, takikardi
4. Asidosis : respirasi menjadi cepat, meteorismus
5. Urine sedikit dan kental atau hematuria
b. Akibat persalinan yang berlangsung lama
1. Infeksi : Temperatur lebih dari 38ºC, dapat menyebabkan septic syok
2. Komplikasi obstetrik :
air ketuban kental, keruh dan berbau
tympani uteri (gas dalam uterus)
his hilang/ lemah/ terus-menerus
edema vulva/ vagina/ portio
retensio urinaria
Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang
terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen
bawah uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen
bawah uterus.
Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri:
perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba dari
luar, pemeriksaan dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke
atas, robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.
3.2. Gejala Klinik Pada Janin3
a. Gawat janin dimana denyut jantung janin lebih dari 160x/ menit, kurang dari
100x/ menit, tidak teratur
b. Air ketuban : terdapat mekonium pada presentasi kepala atau presentasi bokong
masih tinggi, berbau, kental kehijauan
c. Kaput succedaneum yang besar
Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik
yang serius. Biasanya kaput suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan
menghilang dalam beberapa hari.
21
d. Moulage yang hebat, akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang
tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain.
e. Kematian janin dalam rahim (IUFD)
f. Kematian Janin Intra Parital (KJIP)
Bagan 1. Patofisiologi Partus Kasep
4. Penatalaksanaan
Memperbaiki keadaan umum ibu bertujuan untuk:
1. Koreksi cairan (rehidrasi)
2. Koreksi keseimbangan asam basa
3. Koreksi keseimbangan elektrolit
4. Pemberian kalori
5. Pemberantasan infeksi
6. Penurun panas
22
Memperbaiki Keadaan Umum Ibu
1 Puasa karena mungkin akan dilakukan tindakan dalam narkose
2 Pasang kateter menetap
3 Pemberian oksigen
4 Pemberian cairan, kalori dan elektrolit: yaitu glukosa 5% atau 10% atau
garam fisiologis sebanyak 1 liter dalam waktu yang singkat kemudian
dilanjutkan dengan tetesan yang biasa
5 Untuk koreksi asam basa dengan pengukuran CO2 darah dan pH. Koreksi
asidosis dengan diberikan Bicarbonas Natricus 7% sebanyak 50 ml
6 Pemberian Sedativa
Bertujuan untuk memberikan ketenangan, mengurangi kelelahan, dan
mengurangi rasa nyeri. Preparat yang diberikan adalah pethidine 50 mg
iv.
7 Koreksi terhadap infeksi:
a. Injeksi Ampisilin 1 gram/6 jam, injeksi gentamycin 80 mg/12 jam dan
Metronidazole Rektal Supositoria I gram/12 jam selama 3 hari,
dilanjutkan Amoksisilin 3 x 500 mg/hari selama 2 hari
b. Injeksi Ceftriaxone 1 gram/hari selama 3 hari dilanjutkan Amoksisilin
3 x 500 mg/hari selama 2 hari
c. ATS 1500 iu
d. Kortikosteroid 1-3 mg/kg BB untuk syok septik dan anti stress1,3
8 Pemberian obat penurun panas
Injeksi Xylomidon 2 cc IM
Kompres dengan air dingin
Menyelesaikan Persalinan
Setelah keadaan umum ibu diperbaiki barulah dipikirkan untuk
menyelesaikan persalinan sesuai dengan falsafah obstetri “PRIMUM NON
NOCERE” (first of all do no harm), yaitu apabila tidak ada indikasi yang
memaksa untuk melakukan tindakan obstetri, maka sebaiknya tindakan tersebut
23
ditunda.
Sedapat mungkin penyelesaian persalinan dilakukan pervaginam oleh
karena tindakan perabdominam akan menyebarkan infeksi di dalam robngga
perut. Akan tetapi apabila tindakan pervaginam tidak mungkin dilakukan maka
sebaiknya dilakukan seksio sesaria ekstraperitoneal atau seksio sesaria
histerektomi, dan apabila kedua hal tersebut tidak mungkin maka sebaiknya
dilakukan seksio sesaria transperitonealis profunda3.
5. KOMPLIKASI
5.1. Terhadap Ibu
1. Infeksi sampai sepsis
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh
korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
2. Asidosis sampai gangguan elektrolit
3. Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ
4. Robekan jalan lahir dan terbentuknya fistula buli-buli, vagina, rahim,
rektum
Robekan serta pembentukan fistula pada buli-buli, vagina, uterus dan
rektum. Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas
panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian
jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat
mengalami tekanan berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, maka dapat
terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan
dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau
rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini terjadi setelah
persalinan kala dua yang sangat berkepanjangan.
5. Ruptur uteri.
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius
selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada
24
mereka dengan riwayat seksio sesarea.
5.2. Terhadap Anak
1 Gawat janin sampai meninggal
2 Lahir dengan asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan cacat otak
menetap
3 Trauma persalinan: patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena
pertolongan
25
BAB IV
ANALISIS KASUS
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa diagnosis
kasus ini adalah G2P0A1 hamil aterm inpartu kala II dengan partus kasep, janin
tunggal hidup presentasi kepala.
Suatu kehamilan dikatakan aterm jika kehamilan tersebut berusia 37-42
minggu.1 Untuk mengetahui usia kehamilan dapat dilakukan dengan mengukur
tinggi fundus uteri, menggunakan rumus Naegle melalui hari pertama haid
terakhir (HPHT), rumus McDonald (tinggi fundus uteri dikalikan 8 dan dibagikan
7 memberikan umur kehamilan dalam minggu), Quickening of life (persepsi
gerakan janin pertama) dan pemeriksaan USG. Pada kasus ini, penderita dengan
HPHT 15 Mei 2012 sehingga usia kehamilan dapat ditentukan melalui rumus
Naegle. Usia kehamilan parturient pada kasus ini ditentukan berdasarkan
anamnesis yaitu penderita mengaku hamil cukup bulan, pengukuran tinggi fundus
uteri diketahui 3 jari bawah processus xyphoideus (31cm) yang menandakan
bahwa kehamilan aterm dan penghitungan dengan rumus Naegle menunjukkan
bahwa kehamilan aterm dengan taksiran persalinan pada tanggal 21 Februari
2013.4,5
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan.
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), serviks
mulai mendatar (effacement) dan membuka (dilatasi) serta his yang mulai teratur.
Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-
pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.3
Partus dibagi menjadi 4 kala yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV. Kala I
atau kala pembukaan yaitu terjadinya pembukaan serviks sampai 10 cm. Kala II
disebut juga kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan
janin didorong ke luar sampai lahir. Kala III atau kala uri adalah terlepasnya 26
plasenta dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta
dan lamanya 2 jam.1,3
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase yaitu
fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung selama 12 jam untuk
primigravida dan 8 jam untuk multigravida. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu
fase akselerasi, fase dilatasi maksimal dan fase deselerasi. Pada fase akselerasi
terjadi pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dalam waktu 2 jam. Pada fase dilatasi
maksimal terjadi pembukaan yang sangat cepat yaitu dari 4 cm menjadi 9 cm
dalam waktu 2 jam. Pada fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali
yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Fase aktif pada
primigravida biasanya berlangsung 1,2cm/jam dan multigravida 1,5cm/jam.3
Pada kasus ini, pasien sudah inpartu karena sudah terdapat tanda-tanda
inpartu yaitu keluarnya darah lendir, pendataran dan pembukaan serviks. Pada
kasus ini, parturient sudah memasuki kala II karena pada pemeriksaan dalam
didapatkan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum (OUI) akan membuka
lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri
eksternum (OUE) membuka. Pada multigravida OUI sudah sedikit terbuka, OUI
dan OUE mengalami penipisan dan pendataran serviks dalam saat yang sama.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida,
kala I berlangsung 13-14 jam sedangkan pada multipara berlangsung 6-7 jam.3
Partus kasep adalah suatu keadaan dari fase akhir persalinan yang tidak
mengalami kemajuan (kemacetan) dan berlangsung lama sehingga timbul
komplikasi ibu maupun janin atau keduanya.6
Diagnosis partus kasep pada kasus ini sudah tepat karena persalinan sudah
berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan (macet). Berdasarkan anamnesis
dapat diketahui bahwa parturient sudah dipimpin mengedan oleh bidan selama ± 4
jam dan diinfus obat perangsang mau melahirkan serta sudah ada riwayat perut
didorong-dorong tetapi anak tidak lahir-lahir. Parturient kemudian dirujuk oleh
27
bidan ke RSUD Sekayu. Berdasarkan teori, seharusnya pimpinan persalinan
dilakukan pada kala II yaitu pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan tidak boleh
lebih dari 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.6
Pemeriksaan fisik juga mendukung diagnosis kasus ini. Pada ibu didapatkan
tanda-tanda komplikasi akibat persalinan yang tidak mengalami kemajuan yaitu
kelelahan, kekurangan cairan, serta kalori, dan ketuban berwarna hijau. Hal ini
ditunjukkan dari peningkatan nadi (takikardi) yakni 110 x/menit. Tanda-tanda
infeksi dari pemeriksaan fisik berupa peningkatan suhu tubuh ibu belum
didapatkan tetapi dari pemeriksaan laboratorium diperoleh peningkatan leukosit
15800/mm3, Dari pemeriksaan luar ditemukan edema vulva. Dari pemeriksaan
dalam didapatkan ketuban sudah pecah, kehijauan dan tidak berbau. Ditemukan
adanya kaput ukuran 5x5 cm dan denyut jantung janin 122x /menit.
Jadi secara definisi diagnosis kasus ini sudah tepat karena dari anamnesis
diketahui bahwa persalinan sudah dipimpin selama + 4 jam tetapi anak tidak lahir-
lahir, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam serta pemeriksaan penunjang
menunjukkan tanda-tanda komplikasi pada ibu dan janin.
Penyebab partus kasep multikompleks yang berhubungan dengan
pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan. Ada
beberapa faktor penyebab partus kasep yaitu faktor ibu (ibu tak cakap mengejan),
faktor kekuatan (his), faktor janin (janin besar atau malpresentasi), faktor panggul
dan pertolongan yang salah (salah pimpin, manipulasi kristeler dan pemberian
uterotonik tidak pada tempatnya).6 Pada kasus ini, kemungkinan besar terjadinya
partus kasep atau persalinan macet ini disebabkan karena kesalahan dari faktor
penolong yaitu kesalahan memimpin persalinan yang kemungkinan belum terjadi
pembukaan lengkap tapi telah dipimpin untuk. Dalam hal ini penderita dipimpin
mengejan selama kurang lebih 4 jam. Pimpinan persalinan pada kala II seharusnya
dilakukan tidak lebih dari 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah perbaikan keadaan umum, resusitasi
intrauterin, pemberian antibiotik dan rencana terminasi persalinan pervaginam.
Untuk memperbaiki keadaan umum, dilakukan rehidrasi yaitu pemberian cairan
dalam waktu 1-2 jam dengan pemasangan infus Asering : D5% (kocor 1 liter) dan
28
dilanjutkan dengan Asering : D5% = 1:1 gtt XX/menit. IVFD D5% diberikan
untuk mengatasi hipoglikemi akibat kekurangan kalori karena terlalu lama
mengedan. Pemasangan kateter menetap dimaksudkan untuk mengetahui (kontrol)
keseimbangan cairan. Kemudian observasi tanda vital ibu.
Terminasi persalinan pada partus kasep pada kasus ini sedapat mungkin
dilakukan secara pervaginam dengan ekstraksi vakum ataupun forsep. Persalinan
perabdominam berisiko tinggi menyebarkan infeksi. Kasus ini telah memenuhi
syarat untuk dilakukannya ekstraksi vakum, yaitu:
1. Presentasi belakang kepala
2. Penurunan kepala minimal HIII
3. Ketuban pecah
4. Tidak ada disproporsi kepala panggul
5. Pembukaan serviks lengkap
6. Harus ada tenaga mengedan dari ibu
Oleh karena itu, pada kasus ini ekstraksi vakum dilakukan sebagai salah satu cara
untuk mengakhiri persalinan.
Tujuan pemberian antibiotik pada kasus ini adalah untuk mencegah infeksi
lebih lanjut (profilaksis). Antibiotik yang diberikan adalah cefotaxime 2x1 gram
iv. Pada beberapa literatur, untuk pemberantasan infeksi dapat pula digunakan
Penicillin 3x2,4 juta unit im, ampicilin 3x1 gram iv, dan metronidazol 2x1 gram
iv. Cefotaxime dipilih pada kasus ini karena cefotaxime merupakan antibiotik
Cephalosporin generasi III yang sensitif terhadap bakteri gram positif dan
beberapa bakteri negatif. Pemberian antibiotik pada kasus ini sudah tepat dan
efisien karena memiliki efek yang serupa dengan jenis antibiotik yang lainnya.
Pemakaian kateter selama 7-14 hari postpartum dan diganti setiap 5 hari
bertujuan untuk mengistirahatkan vesica urinaria dan mencegah terjadinya fistula.
29
BAB V
KESIMPULAN
Diagnosis kasus ini sudah tepat karena dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik diketahui bahwa persalinan berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan
(macet) serta didapatkan tanda-tanda komplikasi pada ibu dan janin yang
mendukung ditegakkannya diagnosis partus kasep.
Kemungkinan penyebab kasus ini adalah kesalahan pada penolong awal
(bidan) karena memimpin persalinan sebelum waktunya dan juga risiko manuver
kristeler dimana ada riwayat perut didorong-dorong serta pemberian obat
uterotonika tidak pada tempatnya.
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah perbaikan keadaan umum, resusitasi
intra uterin, pemberian antibiotik dan terminasi pervaginam dengan tindakan
ekstraksi vakum. Terminasi pervaginam dengan tindakan ekstraksi vakum sudah
tepat oleh karena pada kasus ini sudah memenuhi syarat layak partus pervaginam
dengan tindakan ekstraksi vakum.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Supono. Ilmu Kebidanan. Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, 1985.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer.
3. Derek liewollyn & Jones. 2002. Dasar – dasar Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : Hipokrates.
4. Arif mansjoer,dkk. 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
5. James L Lindsey, MD. 2007. Missed Abortion - Obstetrics and Gynecology; .
Emedicine.
6. Wibowo, Budiono; Hanafiah, J.M. Kehamilan Kembar Dalam Ilmu
Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. 2002
7. Syamsudin KA. Bunga Rampai Obstetri. Palembang: Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, 2004.
8. Winkjosastro, Hanifa, dkk. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. 2005.
9. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. 1998
31