53238229 bank-syariah

50
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id 1 IDENTITAS DOKUMEN (Preview) Judul : RINGKASAN RISET KAJIAN TERHADAP KEPATUHAN SYARIAH DALAM PRAKTIK PEMBIAYAAN DI BMT SLEMAN, YOGYAKARTA Nama Jurnal : Jurnal Fenomena Edisi : Volume 6-Nomor 1-Maret 2008 Penulis : Nur Kholis, S.Ag, M.Sh.Ec Abstrak : This research is about Syariah compliance of the financing practice at Baitul Mal Wattamwil (BMT), Sleman, Yogyakarta. Objectives of this research are: (1) study to the practice of BMT’s financing products, its procedures and its application in the BMTs, Sleman, Yogyakarta. The practices of them will be analyzed by Syariah’s rules to prove its compliance to it or not, (2) study to mark up price and loss sharing method as a way to get profit in financing product to show its similarities or differences with interest rate determination in conventional bank and to show its compliance to Syariah’s rules or not, (3) study to the policies and actions of BMT’s management if default payment by client occured. The practice of the policies and actions of BMT’s management to the default payment case will be analyzed by Syariah’s rules to prove its compliance to it or not. It is a qualitative research. It applies theoretical and empirical methods. Reflective thinking analytical method, with combination of deductive, inductive, and comparative thinking pattern applies in this research as method of analysis. The research found that the most of methods, procedures and operations of financing product at BMT’s sample in Sleman, Yogyakarta is in line with Syari‘ah principles/are compliance to Syari‘ah rules and regulations.

Upload: homeworkping2

Post on 15-Jan-2017

205 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 53238229 bank-syariah

Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id1IDENTITAS DOKUMEN (Preview)Judul : RINGKASAN RISET KAJIAN TERHADAP KEPATUHAN SYARIAH DALAMPRAKTIK PEMBIAYAAN DI BMT SLEMAN, YOGYAKARTANama Jurnal : Jurnal FenomenaEdisi : Volume 6-Nomor 1-Maret 2008Penulis : Nur Kholis, S.Ag, M.Sh.EcAbstrak : This research is about Syariah compliance of the financing practice at Baitul MalWattamwil (BMT), Sleman, Yogyakarta. Objectives of this research are: (1) study tothe practice of BMT’s financing products, its procedures and its application in theBMTs, Sleman, Yogyakarta. The practices of them will be analyzed by Syariah’srules to prove its compliance to it or not, (2) study to mark up price and loss sharingmethod as a way to get profit in financing product to show its similarities ordifferences with interest rate determination in conventional bank and to show itscompliance to Syariah’s rules or not, (3) study to the policies and actions of BMT’smanagement if default payment by client occured. The practice of the policies andactions of BMT’s management to the default payment case will be analyzed bySyariah’s rules to prove its compliance to it or not.It is a qualitative research. It applies theoretical and empirical methods. Reflectivethinking analytical method, with combination of deductive, inductive, and

Page 2: 53238229 bank-syariah

comparative thinking pattern applies in this research as method of analysis. Theresearch found that the most of methods, procedures and operations of financingproduct at BMT’s sample in Sleman, Yogyakarta is in line with Syari‘ah principles/arecompliance to Syari‘ah rules and regulations.keywords : Syariah compliance, BMT, Praktik PembiayaanKesimpulan : Berdasarkan pada analisis yang telah dilaksanakan, telah nampaklah tigakesimpulan sebagai jawaban terhadap rumusan masalah yaitu (1) Sebagian besarprosedur (yang meliputi tiga fase yaitu fase permulaan pembiayaan, fase masapembiayaan, dan fase setelah pembiayaan), dan pelaksanaan akad pembiayaanoleh BMT di Yogyakarta telah sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. Walau terdapattransaksi di BMT Dana Syariah yang terlibat dengan jual beli fuduli. (2) Penentuanmargin keuntungan dan bagi hasil dalam kontrak pembiayaan di BMT Dana Syariahdan BMT FORMANIS ditentukan dengan cara negosiasi antara pihak BMT dannasabah sehingga kedua-dua pihak bersepakat untuk mengadakan kontrakpembiayaan. Cara penentuan margin keuntungan dan bagi hasil seperti ini telahmemenuhi syarat-syarat akad pembiayaan. (3) Sikap dan tindakan pihakmanajemen BMT apabila terjadi kelewatan atau keingkaran pembayaran olehnasabah dari waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan adalah sesuai dengan

Page 3: 53238229 bank-syariah

ketentuan Syariah, kecuali ada tindakan pihak manajemen BMT Dana Syariah yangperlu diluruskan.Penerbit : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM)Univervitas Islam Indonesia (UII) YogyakartaBahasa : IndonesiaFormat : PDFWeb : http://www.uii.ac.id ; http://dppm.uii.ac.idTag : Jurnal Penelitian dan PengabdianJurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id2

RINGKASAN RISETKAJIAN TERHADAP KEPATUHAN SYARIAH

DALAM PRAKTIK PEMBIAYAAN DI BMT SLEMAN, YOGYAKARTA

A. PendahuluanDalam praktiknya BMT melaksanakan dua jenis kegiatan yaitu Baitul

Tamwil dan Baitul Mal.Baitul Tamwil bergiat mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

kualitas kegiatan pengusaha kecil bawah dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan ekonomi. Sedangkan baitul Mal menerima titipan zakat, infaq, dan shadaqah serta menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

Menurut Dawam Rahardjo, pendirian dan perkembangan BMT di Indonesia dipelopori oleh Muhammadiyah,1 suatu ormas yang menganut paham purifikasi (pemurnian) ajaran Islam dan cenderung kepada reformis modernis yang berpusat di Yogyakarta. Diduga, karakteristik itu berimplikasi pada sikap para jemaahnya terhadap pengembangan perbankan Syariah. Muhammadiyah lebih terbuka dan cepat menerima daripada ormas lain.2 Kader-kader Muhammadiyah dengan aktif melakukan promosi dan aktivitas dalam hal perbankan Syariah, di antaranya dengan mendirikan BMT-BMT.

Page 4: 53238229 bank-syariah

Selain itu, dalam kenyataannya, keberadaan perbankan Syariah masih berpusat di masyarakat perkotaan dan lebih melayani pada usaha-usaha golongan menengah ke atas. Sementara umat Islam Yogyakarta yang menginginkan bermu‘amalah secara Islam tidak hanya yang berada di kota tetapi juga mereka yang berada di pinggiran kota dan desa. Mereka umumnya memiliki perusahaan yang relatif kecil dan terbatas. Untuk itu, sekalipun sudah cukup banyak didirikan bank-bank Syariah di Yogyakarta, namun mereka (kaum muslimin di desa ataupun muslimin di kota yang mempunyai perusahaan kecil) masih belum mendapatkan akses yang 1 M. Dawam Rahardjo, (2004) “Menegakkan Syariat Islam di Bidang Ekonomi”, kata pengantar Buku Bank Islam. Jakarta: Rajawali Press, h. xxii; Soertiana Nitisoemantri (2000), “Muhammadiyah dan Perkembangan Mu‘amalah Kontemporer”, dalam Muhammad Azhar et al. (eds.), Pengembangan Pemikiran Keislaman Muhammadiyah: Purifikasi dan Dinamisasi. Yogyakarta: LPPI UMY dan Majlis Tarjih Muhammadiyah, hh. 77-84.2 Abdul Mughits (2003), “Sosialisasi Bank Syariah di Kantong-kantong NU”, dalam Irwan Kelana et al. (eds.), Perbankan Syariah Masa Depan. Jakarta: Senayan Abadi Publishing, hh. 59-60. Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id3 optimum kepada perbankan Syariah.Karena itulah dikembangkan institusi-institusi keuangan Syariah mikro yang dapat berinteraksi dengan umat di desa dengan kemudahan memberikan pembiayaan usaha-usaha kecil yang diberi nama Baitul Mal wat-Tamwil (BMT). 3 Barangkali unit-unit keuangan Syariah kelas mikro inilah yang memberikan keunikan terhadap perkembangan institusi keuangan Syariah di Indonesia dibandingkan dengan yang berkembang di negara-negara Islam lainnya. Skala usaha seperti ini nampaknya kurang atau memang tidak dikembangkan di Timur Tengah dan juga Malaysia serta Brunei, karena perbedaan tingkat pendapatan per kapita penduduknya. Mereka lebih tinggi pendapatannya dan lebih banyak tinggal di kota. Mereka lebih mudah dan confident untuk mendapatkan akses kepada perbankan syariah.4 BMT

Page 5: 53238229 bank-syariah

diperlukan masyarakat dengan pertimbangan-pertimbangan: pertama, masih terdapat kurang lebih 34,8 juta pengusaha kecil di Indonesia.5 Kedua, masih sangat sedikit lembaga perbankan yang mampu berhubungan langsung dengan pengusaha kecil bawah dan kecil.

Kalaupun ada lembaga-lembaga keuangan yang dapat berhubungan langsung dengan pengusaha kecil bawah dan kecil bersifat profit oriented sehingga ada kecenderungan mereka selalu menjadi pihak yang dirugikan. Pendirian lembaga-lembaga keuangan syariah kelas BMT, dalam realitasnya belum berbanding lurus dengan pemahaman masyarakat soal perbankan syariah. Hasil Riset Direktorat

Riset dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia (DPNP-BI) bekerjasama dengan tiga universitas di pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur) pada tahun 2000 menunjukkan masih banyak terjadi kesalahpahaman dan rendahnya pemahaman masyarakat tentang perbankan syariah. Sebanyak 94 % dari 4000 responden yang telah dijelaskan mengenai sistem perbankan syariah mengakui bahwa sistem bagi hasil (profit sharing) adalah sistem yang dinilai universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bagi bank maupun bagi nasabah. Disamping itu awareness masyarakat akan eksistensi sistem perbankan syariah juga relatif tinggi (79 %).

Namun pemahaman tentang keunikan dan karakteristik dari produk-produk perbankan syariah masih sangat rendah. Bahkan terdapat kecurigaan dan ketidakpuasan masyarakat yang menganggap bahwa bank syariah sama saja dengan bank konvensional (10,2 persen dari 1500 responden). Sedangkan bagi hasil atau marjin/mark-up akad murabahah (prinsip jual beli) yang digunakan bank syariah dianggap sama saja dengan bunga (16,5 persen dari 1500 responden).

Bahkan sebagian responden yang telah menjadi nasabah ada yang sebagiannya mempunyai kecenderungan untuk berhenti menjadi nasabah karena faktor pelayanan yang kurang baik atau keraguan terhadap konsistensi penerapan prinsip syariah.6 Kecurigaan dan ketidakpuasan

Page 6: 53238229 bank-syariah

tersebut didasarkan pada pengalaman interaksi dengan sejumlah bank syariah (khususnya BMT) yang belum melaksanakan prinsip-prinsip syariah secara konsisten. Ada ambivalensi antara konsep syariah pengelolaan BMT dengan operasionalisasinya di lapangan. Terdapat ketidakcocokan (kalau tidak dikata penyimpangan) dari garis syariah yang ditentukan. Hal ini menyebabkan berkurangnya kepercayaan dari nasabah ataupun masyarakat3 Heri Sudarsono (2004), Bank dan Lembaga Kewangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta:EKONISIA., h. 97.4 Sulistyowati (2003), “Mengembangkan Franchise BMT-BMI”, dalam Irwan Kelana et al. (eds.), PerbankanSyariah Masa Depan. Jakarta: PT Senayan Abadi, h. 156.5 Lihat Robert Rice (2004), “The Contribution of Household and Small Manufacturing Establishment to TheRural Economy”, dalam Thomas R. Leinbach (ed.) (2004), The Indonesian Rural Economy, Mobility, Work andEnterprise. Pasir Panjang Singapore: Institute of Southeast Asia Studies, h. 79.6 Bank Indonesia (2000), Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Pulau Jawa.Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id4calon nasabah.7 Selain itu ada juga karena prasangka, salah interpretasi, dan bias komunikasi dari masyarakat pengguna jasa lembaga keuangan syariah. Bahkan hasil kajian yang dilaksanakan oleh Magister Studi Islam UII (MSI UII), menunjukkan bahwa mayoritas pegawai yang direkrut oleh BMT belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan institusi keuangan Syariah.8 Realitas yang demikian itu menyebabkan timbulnya isu-isu kontorversi yang berkembang di masyarakat seputar praktik pembiayaan yang diterapkan BMT. Oleh sebab itulah, perlu

Page 7: 53238229 bank-syariah

meningkatkan purifikasi praktik lembaga keuangan syariah yang konsisten dalam menerapkan prinsip dan kegiatan sesuai syariah. Penyimpangan dari konsepsi lembaga keuangan syariah akan menghilangkan jati diri dan keunikan lembaga keuangan syariah (BMT), yang pada gilirannya akan menghilangkan eksistensi lembaga keuangan syariah. Oleh karena itulah, kajian ini akan memfokuskan pada kajian tentang isu-isu kontroversi dalam pelaksanaan produk pembiayaan di BMT Sleman, Yogyakarta.Tujuan penelitian ini yaitu

1. Mengkaji praktik pelaksanaan pembiayaan di BMT Sleman untuk membuktikan sesuai atau tidaknya praktik pelaksanaan pembiayaan di BMT Slemantersebut dengan prinsip-prinsip Syariah,

2. Mengkaji cara penentuan margin keuntungan atau bagi hasil dalam kontrak pembiayaan selanjutnya dikaji persamaan dan perbedaannya dengan penetapan tingkat bunga dalam bank konvensional untuk membuktikan sesuai atau tidaknya dengan prinsip-prinsip Syariah,

3. Mengkaji sikap dan tindakan pihak BMT apabila terjadi kegagalan pembayaran (default payment) oleh nasabah sesuai waktu yang telah ditetapkan untuk membuktikan sesuai atau tidaknya sikap dan tindakan pihak BMT apabila terjadi kegagalan pembayaran (default payment) dengan prinsip-prinsip Syariah.Secara khusus, kajian ini penting untuk dijalankan untuk membuktikan

benar atau tidaknya isu-isu yang berkembang di masyarakat agar masyarakat mendapatkan informasi yang sebenarnya berkaitan dengan isu-isu tersebut. Dengan demikian, kajian ini bermanfaat untuk memberikan jawaban terhadap benar atau tidaknya isu-isu yang berkait dengan praktik pembiayaan BMT kepada masyarakat.

Di samping itu, hasil temuan kajian ini juga berkemungkinan untuk bisa dijadikan dasar untuk memperbaiki sebarang kelemahan sekiranya ada atau memberi penjelasan terhadap persepsi masyarakat yang berkenaan dengan pelaksanaan pembiayaan di BMT.

Page 8: 53238229 bank-syariah

B. Metode PenelitianMetode penelitian yang diaplikasikan dalam riset ini terdiri dari dua

macam, yaitu kaedahteoritikal dan kaedah empirikal.

1. Kaedah TeoritikalMetode ini digunakan untuk mengetahui secara pasti konsep

pembiayaan, cara penyelesaian default payment, dan penentuan keuntungan secara teori dalam Islam. Ini dilakukan untuk menghindari salah paham dalam memahami konsep pembiayaan, cara penyelesaian default payment, dan penentuan keuntungan yang sesungguhnya dalam hukum Islam.

Untuk mendapatkan informasi yang lengkap dalam kaedah teoritikal ini pengkaji menggunakan penyelidikan perpustakaan dengan merujuk kepada al-Qur’an, al-Sunnah, kitabkitab, buku-buku yang telah diterbitkan, artikel-artikel dari jurnal, makalah seminar dan juga profil-profil institusi BMT serta dokumen-dokumen yang berkaitan. Disamping itu untuk melengkapi kaedah teoritikal ini pengkaji menggunakan internet untuk mendapatkan isu-isu mutakhir yang berkaitan dengan judul penelitian.7 Amir Muallim (2003), “Persepsi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah” dalam Jurnal al-Mawarid,Edisi X Tahun 2003, p. 19. Lihat pula Muhammad (2002), Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN,h. 48 Tim Peneliti Magister Studi Islam Universiti Islam Indonesia (MSI UII) (2004), Profesionalisme Praktisi BMTdi Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Yogyakarta: MSI UII, hh. 50-51.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id52. Kaedah Empirikal

Page 9: 53238229 bank-syariah

Kaedah empirikal digunakan untuk membuktikan benar atau tidaknya isu-isu dalam pelaksanaan pembiayaan oleh BMT yang dikaji dalam penelitian ini. Tolok ukur untuk menilai kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip Syariah adalah kaedah teoritikal yang telah menjadi teori asas dalam penyelidikan ini. Untuk mendapatkan bukti empirikal dalam kajian ini, pengkaji menggunakan tiga tahap, yaitu tahap penentuan subjek, tahap pengumpulan data dan tahap penganalisaan data.

a. Metode Penentuan SubjekWilayah penelitian ini adalah Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Dipilihnya Sleman sebagai wilayah penelitian karena ternyata BMT mengalami perkembangan yang sangat pesat, paling tidak dari segi kuantitas, di Kabupaten Sleman. Dari jumlah total 83 BMT yang aktif di DI Yogyakarta, 3 di antaranya terletak di Sleman.

Sedangkan penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode cluster sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan membagi populasi dalam subkelompok. Sub-kelompok yang dimaksud adalah sub-kelompok BMT berbasis masjid dan BMT berbasis pasar. Berdasarkan klaster tersebut, unit sampel dalam penelitian ini adalah 1 BMT berbasis masjid yaitu BMT FORMANIS di Wedomartani dan 1 BMT berbasis pasar yaitu BMT Dana Syariah di Pakem.

Penentuan sampel ini dipilih berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

1. BMT yang ada di wilayah Kabupaten Sleman baik yang berbasis masjid maupun yangberbasis pasar relatif bersifat homogen baik dari sisi mekanisme pendirian, struktur organisasi, jenis produk dan jasa, dan pola manajemen organisasi.

2. Penelitian sampel dapat dilakukan lebih cepat dan lebih efisien, sehingga pengumpulan dan pengolahan datanya dapat dilakukan lebih cepat.

Page 10: 53238229 bank-syariah

3. Penelitian sampel dapat menghasilkan informasi yang lebih komprehensif, sebab sebuah sampel kecil dapat diselidiki secara lebih mendalam.

b. Teknik Pengumpulan DataGuna menghasilkan temuan yang sesuai dengan tujuan penelitian ini,

beberapa teknik akan digunakan untuk pengumpulan data, yaitu:1). Penyebaran KuisionerAlat ini akan dirancang sedemikian rupa, yakni dalam bentuk isian dan pertanyaan terbuka, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang dimuat di dalamnya dapat mengungkap pandangan, pengetahuan dan pemahaman para praktisi BMT tentang isu-isu yang dikaji. Responden dalam penyebaran kuisioner ini adalah para praktisi BMT berjumlah 6 orang. Kuisioner tersebut dikirimkan kepada responden sebelum menjalankan wawancara dengan pengurus BMT.2). Wawancara Mendalam (In-dept Interview)Responden diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan dalam riset ini. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang beberapa isu yang dikaji dalam riset ini. Persoalan yang dikemukakan relatif sama dengan pertanyaan-pertanyaan yang dituangkan dalam kuisioner, cuma ditambah dengan beberapa persoalan tambahan lain yang berkaitan dengan persoalan-persoalan dasar tersebut berdasarkan kondisi dan situasi di lapangan. Persoalan-persoalan tambahan tersebut diutarakan untuk mendapat penjelasan terperinci berkenaan jawaban responden terhadap persoalan yang diajukan.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id63). Metode DokumentasiMetode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan menjalankan penyelidikan terhadap segala bentuk dokumen yang berkaitan dengan kajian. Metode ini dibuat dengan pengambilan data dan informasi dari

Page 11: 53238229 bank-syariah

sumber-sumber sekunder yaitu buku-buku, majalah, jurnal, makalah seminar, laporan, dan rekod-rekod yang berkaitan dengan judul riset.c. Metode Analisis DataMetode analisis akan dilakukan dengan cara kualitatif dengan menggunakan metode reflective thinking dengan pola deduktif-induktif dan komparatif.9 Model analisis tersebut lebih mementingkan pengolahan dan menganalisis, serta mengkonstruksi data secara kualitatif. Sedangkan yang dimaksud dengan metode kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif-analitis yakni data yang dinyatakan dalam bentuk tulisan dan pernyataan yang nyata yang dikaji dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.10 Metode reflective thinking dengan pola deduktif-induktif akan digunakan untuk menganalisis ketepatan prosedur dan pelaksanaan produk pembiayaan oleh BMT dengan prinsip-prinsip Syariah. Metode reflective thinking dengan pola komparatif akan digunakan untuk menganalisis persamaan atau perbedaan antara penentuan margin keuntungan atau bagi hasil dengan bunga di bank konvensional. Sedangkan metode reflective thinking dengan pola induktif-deduktif akan digunakan untuk menganalisis sikap dan tindakan pihak BMT terhadap isu default payment.C. Analisis terhadap Praktik Pembiayaan, Penentuan Margin Keuntungan atau Bagi Hasildan Sikap Manajemen BMT terhadap Default Payment

Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan bahwa prosedur pembiayaan di BMT Yogyakarta meliputi proses-proses yang dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu11 fase permulaan pembiayaan, fase masa pembiayaan, fase setelah pembiayaan. Ringkasnya fase permulaan pembiayaan meliputi: permohonan pembiayaan oleh nasabah dengan disertai syarat-syarat yang ditetapkan BMT, selanjutnya dilakukan proses analisis pembiayaan permulaan oleh komite pembiayaan. Jika rapat komite pembiayaan menyetujui, maka akan dilanjutkan dengan survey kepada nasabah yang di lakukan oleh surveyor dari pihak BMT. Data-data yang

Page 12: 53238229 bank-syariah

diperoleh dari survey ke nasabah kemudian dibawa ke rapat komite pembiayaan yang anggotanya terdiri dari ketua pemasaran, surveyor, bagian keuangan dan staf pemasaran.

Apabila suatu permohonan telah diluluskan oleh komite pembiayaan, maka tahap selanjutnya adalah pencairan pembiayaan dengan tahap-tahap seperti berikut:

1. Pembuatan kesepakatan dengan nasabah (termasuk di dalamnya perundingan tentang margin keuntungan,model pembayaran angsuran, pengikatan jaminan dan sebagainya).

2. Pengikatan akad pembiayaan. 3. Pembacaan akad yang dihadiri oleh saksi dari kedua belah pihak.

Berdasarkan pada penjelasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa prosedur pembiayaan ada fase permulaan pembiayaan tidak didapati hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan Syariah. Syarat-syarat yang ditetapkan oleh pihak BMT dalam permohonan pembiayaan masih dalam batas yang dibolehkan oleh Syariah. Tindakan survey ke nasabah yang dilakukan oleh surveyor dari pihak BMT merupakan langkah berjaga-jaga untuk menghindari kelalaian nasabah, sekaligus salah satu bentuk dan wujud tanggungjawab terhadap amanah yang diberikan para penabung dan investor di BMT, supaya pihak penabung dan pihak BMT tidak dirugikan karena kelalaian nasabah yang tidak bertanggungjawab. Ini sesuai dengan firman Allah SWT:9 Noeng Muhadjir (1990), Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, h.109.10 Roni Hanitijo Soemitro (1982), Metodologi Penelitian Hukum. Bandung: Sinar Baru, h. 93.11 Wawancara dengan Ismiyanto (Direktur BMT Dana Syariah) pada 10 Mei 2007, di rumah beliau, Pakem,Sleman Yogyakarta.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id7

Page 13: 53238229 bank-syariah

__ __ __ _ __ ___ __ __ _____ ___ _ __ ____ __ ___ _ ____ ____ _ !_"#_ __$%& __ _'(")_ __ ___*+_ _,- _'Artinya:“Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan(memerintahkan kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia, lakukan secara adil.Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allahadalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Terjemahan Surah al-Nisa’ (4): 58Rapat komite pembiayaan dalam prosedur pembiayaan berarti forum musyawarah untukmemutuskan baik permohonan pembiayaan diluluskan atau tidak.12 Keputusan yang diambildalam forum musyawarah yang melibatkan banyak pihak yang pakar dalam bidang masing-masingakan menghasilkan keputusan yang lebih bisa menjadi pegangan dan dapatdipertanggungjawabkan. Dengan demikian rapat komite pembiayaan ini juga merupakan salahsatu bentuk dan wujud tanggungjawab pihak BMT terhadap amanah yang diberikan parapenabung di BMT supaya pihak penabung dan pihak BMT tidak dirugikan karena kelalaiannasabah yang tidak bertanggungjawab. Tindakan yang demikian ini bertepatan dengan firmanAllah SWT dalam Surah al-Nisa’ (4): 58 tersebut.Tindakan BMT untuk membuat kesepakatan dengan nasabah (termasuk di dalamnya

Page 14: 53238229 bank-syariah

negosiasi tentang margin keuntungan dan bagi hasil, model pembayaran angsuran, pengikatanjaminan dan sebagainya) menunjukkan bahwa akad pembiayaan antara pihak BMT dan nasabahpembiayaan dilaksanakan berasaskan kesepakatan dan keridaan antara kedua belah pihak (‘antaradin minkum). Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Surah Al-Nisa’ (4): 29, yaitu:_ ./__ ____0& 1_ _ _" 2_(& 34 567 __ & __ 1_ 89:__ _ _,_ _ ___"_ ___')& 1 ___"; 3_<__ ___ __,_6 _ _ _' __ __Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu denganjalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antarakamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayangkepadamu.Pembacaan akad pembiayaan yang dihadiri saksi dari kedua belah pihak yang menjadibagian prosedur pembiayaan di BMT semakin mengukuhkan asumsi bahwa akad pembiayaanyang dibuat antara BMT dan nasabah pembiayaan merupakan hasil kesepakatan dan keridaandari kedua belah pihak. Tindakan ini menunjukkan sikap hati-hati pihak BMT terhadap uangsimpanan anggota yang merupakan amanah bagi pihak BMT untuk menginvestasikan secara halaldan menguntungkan, di samping itu akan memberikan kesadaran bagi pihak nasabah pembiayaan

Page 15: 53238229 bank-syariah

untuk menepati akad yang disepakati, terutamanya dalam hal pembayaran angsuran, karenadisaksikan oleh para saksi yang membolehkan nasabah didakwa di pengadilan jika ia lalai ataumungkir janji. Tindakan pihak BMT ini sesuai dengan firman Allah SWT:12 Al-Quran banyak menyebutkan perintah tentang musyawarah ini, misalnya Surah ’Ali ‘Imran (3): 159;Surah al-Syura (42): 38. Untuk mendapatkan pendedahan lebih lebih luas tentang syuro, musyawarah dan demokrasi,sila lihat Dawam Rahardjo (2002), Ensiklopedi Al-Quran, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci. Jakarta:Paramadina, hh. 440-460.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id8=____ 8>& __ ?___@__ 3" __A(& 3B _&_("__ 8C(D __C6 __ _ E _FD _ _C6 3" 3__,_G ____@_H__I(J#_ =____ ('<_DArtinya:“Dan hendaklah persaksikanlah (akad mu‘amalah secara hutang itu) dengan dua orangsaksi dari orang-orang lelaki di antaramu. Jika tidak ada dua orang lelaki, maka harus satuorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jikaseorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya”. Terjemahan Surah al-Baqarah (2): 282.Model pelaksanaan akad pembiayaan sebagaimana dilaksanakan oleh BMT BMTFORMANIS telah memenuhi syarat dan rukunnya. Terdapat aspek yang perlu diperhatikan terkait

Page 16: 53238229 bank-syariah

pelaksanaan akad pembiayaan dengan instrumen murabahah antara pihak BMT Dana Syariahdengan pihak nasabah dalam hal pembiayaan untuk barang-barang tertentu seperti bensin, buahbuahan,bawang merah, bawang putih dan sebagainya. Dalam hal ini, kontrak pembiayaandengan instrumen murabahah antara pihak BMT dan nasabah dilaksanakan di kantor BMT DanaSyariah. Pihak BMT biasanya langsung memberikan uang tunai kepada nasabah, kemudian untukpembelian barang yang dikehendaki, pihak BMT mengamanahkannya kepada nasabah tersebutuntuk membelinya sendiri. Pihak BMT tidak terlibat dalam pembelian.13Kontrak pembiayaan murabahah antara BMT Dana Syariah dan nasabah sebagaimanapada mekanisme tersebut, berarti barang yang menjadi objek kontrak belum ada atau belummenjadi hak milik pihak BMT Dana Syariah. Dalam hal ini, menurut hukum Muamalat Islam, rukunakad murabahah mewajibkan wujudnya barang yang dijadikan objek akad.14 Apabila hal ini terjadi,bisa dikatakan BMT Dana Syariah terlibat dengan transaksi jual beli fuduli15 yaitu transaksi jual belidi mana pihak penjual (BMT Dana Syariah) belum benar-benar memiliki barang yang dijual tetapisudah dijual lagi kepada pihak pembeli (nasabah). Transaksi jual beli yang di dalamnya terlibatunsur fuduli, menurut sebagian ulama, diantaranya Ulama Hanabilah, Syafi‘iyyah, dan Zahiriyyahadalah dilarang oleh Syariah.16 Padahal salah satu unsur pembeda antara praktik pemberian

Page 17: 53238229 bank-syariah

pinjaman kredit di bank konvensional dengan pembiayaan murabahah di lembaga keuangan Islamadalah adanya transaksi jual beli terhadap barang yang menjadi objek akad dalam pembiayaandengan instrumen murabahah.17Pada fase masa pembiayaan, pihak BMT Dana Syariah maupun BMT FORMANISmelakukan kunjungan ke nasabah, memberikan pembinaan dalam memanaj keuntungan usahadengan membaginya untuk membayar angsuran maupun untuk kepentingan tabungan supayapengusaha dapat menikmati keuntungan pada masa depan dengan meningkatnya aset.18 Hal iniakan mempererat hubungan antara pihak BMT dan nasabah, karena model hubungan antarakeduanya bukanlah sekedar hubungan si piutang dan si berhutang dengan batas yang telah13 Ibid.14 Muhammad al-Khatib al-Syarbini (1958), Mughni al-Muhtaj, juz 1. Kaherah: Syarikah Maktabah waMatba‘ah Mustafa al-Babi al-Halabi wa Awladih, h. 253; Al-Kasani (t.t), Bada’i‘ al-Sana’i‘ fi Tartib al-Syara’i‘ , juz5. Beirut: Matba‘ah al-‘Asimah, h. 138; ‘Abd al-Razzaq al-Sanhuri (1981), Masadir al-Haq fi al-Fiqh al-Islami, juz 3.Beirut: al-Majma‘ al-‘Arabi al-Islami, h. 16.15 Lihat Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf al-Nawawi (t.t.), Al-Majmu‘ Syarh al-Muhadhdhab, juz 9. Kaherah:Matba‘ah al-Tadamun al-Akhawi, h. 265.16 Menurut Ulama Hanafiyyah dan Malikiyyah, ia diharuskan dengan persyaratan tertentu, iaitu (1) akad itu

Page 18: 53238229 bank-syariah

mendapat keizinan ketika ketika akad itu berlangsung, (2) keizinan itu mesti wujud ketika wujudnya penjual, pembeli,pemilik barangan yang dijual. Jika syarat ini tidak ada, maka akad itu batal, (3) tidak mungkin meneruskan akad ketikapihak yang berkepentingan menolak memberi izin. Lihat Wahbah al-Zuhayli (1989), al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, juz4. Beirut: Dar al-Fikr, hh. 3341-3343.17 Muhammad Syafi‘i Antonio (1999), Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan. Jakarta: BankIndonesia, h. 56.18 Wawancara dengan Ismiyanto (Direktur BMT Dana Syariah) pada 10 Mei 2007, di rumah beliau, Pakem,Sleman Yogyakarta.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id9ditetapkan undang-undang, tetapi berasaskan nilai-nilai ukhuwwah islamiyyah yang bersifatalamiah.19 Dengan melakukan pembinaan kepada nasabah pembiayaan, pihak BMT bisamendapatkan keuntungan yang diperuntukkan kepadanya jika nasabah membayar angsurannyatepat waktu. Kunjungan ini juga menjadikan pihak BMT dapat mengetahui sebab sebenarnyaketerlambatan nasabah membayar angsurannya (jika terlambat bayar angsuran), seperti keadaanbangkrut dan sebagainya. Dalam hal ini, BMT bisa memberikan toleransi yang sewajarnya terkaitketerlambatan angsuran. Ini sesuai dengan firman Allah SWT:_____& ___' __ _ _ *J __K_+& ___ 5(.," _ 5(_D 5(.4 __ _' ___Artinya:

Page 19: 53238229 bank-syariah

“Dan jika ia (orang yang berhutang itu) masih dalam kesukaran, maka berilah tangguhsampai ia kelapangan/berkemudahan”. Terjemahan Surah al-Baqarah (2): 280Tindakan mendokumentasikan pembiayaan oleh pihak BMT pada fase masa pembiayaan,20adalah sangat penting bagi institusi BMT karena data tersebut dapat digunakan untukmelakukan pengawasan dan pembinaan nasabah. Ini sesuai dengan perintah Allah SWT:_ _____ ___ ___ _____ _______ ____ ___ __ ___ ___ __ !_ ___" __#_ _$_ __Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bermu‘amalah tidak secara tunai (secara hutang)untuk masa yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya (mencatatkannya). Danhendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar”. Terjemahan Surahal-Baqarah (2): 282Kegiatan pencatatan dan dokumentasi ini menjadikan aktivitas hutang piutang menjadisemakin mudah dipertanggungjawabkan dan mudah mengingatnya. Semakin lengkap pencatatanmanajemen pembiayaan semakin baik, karena semakin memudahkan untuk menunaikan amanahdan mempertanggungjawabkannya.Prosedur pembiayaan di BMT juga melibatkan fase setelah pembiayaan yang meliputikegiatan menjalin ikatan lebih lama dengan silaturahmi ke kediaman nasabah dan penawaran

Page 20: 53238229 bank-syariah

pembiayaan baru.21 Fase ini memanglah sangat penting karena perhubungan antara BMT dannasabah pembiayaan bukanlah sekedar hubungan si piutang dan si berhutang dengan batas yangtelah ditetapkan undang-undang, tetapi berasaskan nilai-nilai ukhuwwah islamiyyah yang bersifatalamiah. Di samping itu, BMT juga sangat berkepentingan untuk melaksanakan fase setelahpembiayaan ini karena ia perlu mempunyai banyak nasabah yang mempunyai loyalitas tinggi,supaya ia bisa eksis di tengah masyarakat. Para nasabah pembiayaan yang mempunyai prestasibaik, pihak BMT dapat menawarkan pembiayaan lagi, karena dari sinilah sebenarnya pihak BMTbisa memperoleh pendapatan yang menguntungkan.Penentuan margin keuntungan dan bagi hasil dalam kontrak pembiayaan di BMT DanaSyariah dan BMT FORMANIS sebagaimana diuraikankan pada sub bab terdahulu, ditentukandengan cara negosiasi antara pihak BMT dan nasabah.22 Cara penentuan margin keuntunganseperti ini telah memenuhi syarat-syarat akad pembiayaan, sepertimana yang diterangkan para19 Lihat penjelasan lebih luas lagi pada artikel Joni Tamkin bin Borhan (2001), “Falsafah Ekonomi danInstrumen Muamalah dalam Amalan Perbankan Islam di Malaysia”, Jurnal Ushuluddin, Bil 14, hh. 127-130: idem(2000), “The Tawhidic Paradigm in Islamic Banking”, dalam Jurnal Ushuluddin, Bil 11, hh. 45-58. Lihat pula FarhadNomani dan Ali Rahnema (1994), Islamic Economic Systems. London: Zed Books Ltd., hh. 31-32.

Page 21: 53238229 bank-syariah

20 Wawancara dengan Ismiyanto (Direktur BMT Dana Syariah) pada 10 Mei 2007, di rumah beliau, Pakem,Sleman Yogyakarta.21 Ibid.22 Wawancara dengan Ismiyanto (Direktur BMT Dana Syariah) pada 10 Mei 2007, di rumah beliau, Pakem,Sleman Yogyakarta.; Wawancara dengan Henri Wibowo (Pemasaran BMT Dana Syariah) pada 14 Mei 2007, di kantorBMT Dana Syariah.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id10ulama.23 Cara seperti yang diamalkan BMT ini menyerupai dengan cara Rasulullah SAWmelakukan perniagaan. Dalam menentukan harga jual, Rasulullah SAW secara detail menjelaskanberapa harga belinya, berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk setiap komoditas dan berapakeuntungan wajar yang diinginkan.24 Cara seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW inimerupakan salah satu cara yang sangat tepat dalam menentukan harga jual terhadap barangdengan akad murabahah.Cara penentuan margin keuntungan oleh BMT Yogyakarta tersebut berbeda dengan carapenetapan tingkat bunga di bank konvensional sebagai bentuk keuntungan bank dalam pemberiankredit. Bank konvensional yang mempraktikkan sistem bunga25 menggunakan konsep biaya (costconcept) untuk menghitung keuntungan. Artinya bunga yang dijanjikan di muka kepada nasabah

Page 22: 53238229 bank-syariah

penabung merupakan biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itu, pihak bank harusmengenakan bunga yang lebih tinggi kepada nasabah yang meminjam daripada tingkat bungayang diberikan pihak bank kepada penabung.26Metode penghitungan margin keuntungan yang dipraktikkan pihak BMT Dana Syariah ialahdengan cara menjumlahkan keseluruhan harga total, kemudian dibagi dalam berapa kali angsuran,secara lahiriah menyerupai dengan penghitungan tarif keuntungan berasaskan tingkat bunga dibank konvensional yang menggunakan tarif flat. Walaupun pihak manajemen BMT menyatakanbahwa pihak BMT tidak mempertimbangkan tingkat bunga yang sedang berkembang di bankkonvensional dalam penentuan margin keuntungan.27 Akan tetapi hal ini perlu mendapat perhatiankarena bisa menimbulkan kesan bahwa tidak ada perbedaan ekonomi yang mendasar antarapinjaman dengan bunga di institusi keuangan konvensional dengan praktik pembiayaan denganinstrumen murabahah di institusi keuangan Islam.28Kesan negatif itu misalnya terlihat dalam temuan kajian Direktorat Kajian dan PengaturanPerbankan Bank Indonesia (DPNP-BI) bekerjasama dengan tiga universitas di pulau Jawa(Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya) pada tahun 2000 yangmenunjukkan bahwa masih banyak terjadi salah faham dan rendahnya pemahaman masyarakat

Page 23: 53238229 bank-syariah

tentang perbankan Syariah. Temuan tersebut di antaranya, terdapat kecurigaan dan ketidakpuasan23 Misalnya ‘Abd al-Salam Ibn Sa‘id Ibn Habib al-Tanukhi Sahnun (t.t.), Al-Mudawwanah al-Kubra, jil. 3.Beirut: Dar al-Sadir, h. 325; Ibn Qudamah (1972), op.cit., jil. 4, h. 102.24 Lihat Afzalur Rahman (1979), Muhammad Blessing for Mankind. London: The Muslim Schools TrustLondon, hh. 134-136; Afzalur Rahman (1997), Muhammad: Encyclopedia of Seerah. Isnan et al. (terj.), MuhammadSebagai Seorang Pedagang. Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, hh. 24-28; Muhammad Husain Haekal (1981), HayatMuhammad. Ali Audah (terj.), Sejarah Hidup Nabi Muhammad. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, hh. 71-73;H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini (2000), Membangun Peradaban Sejarah Muhammad SAW Sejak Sebelum DiutusMenjadi Nabi. Bandung: Pustaka Hidayah, hh. 224-226.25 Teori asas sistem keuangan pada bank konvensional adalah teori nilai uang. Teori tersebut dapatdiilustrasikan seperti berikut: bahwa nilai uang Rp 1000.000,- pada masa sekarang akan berbeda dengan nilai uang Rp1000.000,- pada masa lima tahun mendatang. Uang Rp 1000.000,- tersebut mempunyai kesempatan untukmenghasilkan uang. Terdapat dua hal pokok yang mendasari konsep tersebut: yaitu adanya inflasi (presence ofinflation) dan preferensi konsumsi untuk masa sekarang daripada masa depan. Lihat Damadaron Aswath (2001),Corporate Finance: Theory and Practice. New York: John Wiley & Sons, h. 11226 Lihat Muhammad Uzair (1980), “Some Conceptual and Practical Aspect of Interest Free Banking, dalamKhursid Ahmad (ed.), Studies in Islamic Economics. Leicester: The Islamic Foundation and Jeddah: International

Page 24: 53238229 bank-syariah

Center for Research in Islamic Economics King Abdul Aziz University, h. 47.27 Walau sebenarnya penentuan margin keuntungan dalam kontrak murabahah dengan mempertimbangkantingkat bunga yang sedang berkembang di bank konvensional (benchmarking) adalah tidak menjadikan kontrakmurabahah menjadi batal/tidak sah, sepanjang ketentuan syarat dan rukun terpenuhi dalam kontrak tersebut. Hanya sajabenchmarking yang seperti itu perlu dihindari sejauh mungkin. Lihat Muhammad Taqi Usmani (2002), An Introductionto Islamic Finance. London: Kluwer Law International, h. 48.28 Seperti dikemukakan oleh Volker Nienhaus (1986), “Islamic Economics, Finance and Banking Theory andPractice”, dalam Butterworths Editorial Staff (ed.), Islamic Banking and Finance. Edinburgh: Butterworth & Co(Publishers) Ltd, h. 10. Muhammad Taqi Usmani menyatakan bahwa asalnya murabahah bukanlah sebagai instrumenpembiayaan, ia hanyalah suatu bentuk penyimpangan dari usaha untuk menghindari bunga. Ia bukanlah instrumen yangideal untuk mencapai tujuan ekonomi Islam yang sesungguhnya. Lihat Muhammad Taqi Usmani (2002), op.cit., h. 41.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id11masyarakat yang menganggap bahwa bank Syariah sama saja dengan bank konvensional (10.2% dari 1.500 responden). Margin keuntungan atau mark-up harga dalam akad murabahah yangdipraktikkan bank Syariah dianggap sama saja dengan bunga bank (16.5 % dari 1.500responden).29Dalam praktik akad murabahah oleh BMT Dana Syariah, terlihat bahwa bagian keuntungan

Page 25: 53238229 bank-syariah

yang diperoleh oleh pihak BMT adalah bagian keuntungan yang pasti (fixed return),30 yang manahal ini secara lahiriah dan sepintas lalu menyerupai dengan apa yang berlaku dalam praktik kreditoleh bank-bank konvensional. Dalam perkataan lain, pihak BMT menghadapi risiko kerugian yangminimal dalam operasinya.31 Akan tetapi sebenarnya terdapat perbedaan yang mendasar dalamaspek ini antara praktik akad murabahah oleh BMT dan praktik kredit oleh bank-bank konvensionalyaitu jika nasabah BMT terlambat atau gagal membayar angsuran, secara fikih mereka tidak akandikenakan denda. Sementara praktik di bank-bank konvensional jika nasabah terlambat atau gagalmembayar angsuran pinjaman (pinjaman pokok tambah bunga), maka bank akan mengenakandenda.Dalam praktik akad murabahah oleh BMT, terlihat bahwa dalam hal penghitungan jumlahmargin keuntungan senantiasa mempertimbangkan jangka waktu pembiayaan. Semakin lamajangka waktu pembiayaannya, maka semakin besarlah margin keuntungan yang diminta olehpihak BMT. Walaupun jumhur ulama baik dari mazhab Hanafiyyah, Hanabilah, Syafi‘iyyah, maupunMalikiyyah32 dan para intelektual muslim kontemporar seperti Yusuf al-Qaradawi,33 Rafiq Yunus al-Misri,34 dan Muhammad Uthman Syubair35 memperbolehkan bahwa jual beli dengan pembayarantangguh penjual dapat menaikkan harga disebabkan oleh penangguhan pembayaran dengan

Page 26: 53238229 bank-syariah

syarat harga jual telah dinyatakan dalam kontrak pada peringkat awal jual beli dilakukan. Akantetapi, secara lahiriah hal ini menyamai dengan penghitungan tingkat bunga dalam pinjaman kreditdi bank konvensional yang juga mempertimbangkan jangka waktu kredit. Semakin lama jangkamasa kreditnya, maka semakin besarlah bunga yang dikenakan pihak bank konvensional terhadappeminjamnya.Namun demikian, sebenarnya terdapat perbedaan yang mendasar dalam aspek ini antarapraktik akad murabahah oleh BMT Dana Syariah dan praktik kredit oleh bank-bank konvensionalyaitu jika nasabah di bank-bank konvensional terlambat atau gagal melunasi hutang pinjamanpada waktu yang telah ditetapkan, maka bank akan mengenakan denda. Sementara jika nasabahBMT terlambat atau gagal membayar hutang, mereka tidak bisa dikenakan denda, karena padahakikatnya ketika kontrak murabahah sudah ditandatangani, maka harga itulah yang akan berlakuhingga akhir, tidak dibenarkan adanya penambahan terhadap harga kesepakatan.36 Akademi FikihIslam mengeluarkan fatwa bahwa jika nasabah gagal membayar pada waktu yang telah disepakati29 Lihat Bank Indonesia (2000), Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di PulauJawa. Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan.30 Abdullah Saeed (1996), Islamic Banking and Interest: A Study of The Prohibition of Riba and ItsContemporary Interpretation. Leiden: E.J Brill, hh. 84-87.

Page 27: 53238229 bank-syariah

31 Achmad Tohirin (2000), “Bank Konvensional dan Bank Islam dalam Perbandingan” (Kertas kerja SeminarPeringkat Kebangsaan di Universiti Muhammadiyah Yogyakarta, 13 Mei 2000), h. 5.32 Lihat Syams al-Din al-Syaikh Muhammad al-Dasuqi (t.t.), Hasyiyah al-Dasuqi ‘ala al-Syarh al-Kabir, 4 j.Beirut: Dar al-Fikr. juz. 3, h. 165; Muhammad ‘Ala’ al-Din Afnadi Ibn ‘Abidin (1966), Hasyiyah Ibn ‘Abidin, juz. 5.Beirut: Dar al-Ma‘rifah, h. 142; Muhammad al-Khatib al-Syarbini (1958), op.cit., juz. 2, h. 79.33 Lihat Yusuf al-Qaradawi (1987), Bay‘ al-Murabahah li al-Amir bi al-Syira’ kama Tajrihi al-Masarif al-Islamiyyah. t.t.p.: Maktabah Wahbah, h. 26.34 Rafiq Yunus al-Misri (1999), al-Riba wa al-Fa’idah, Dirasah Iqtisadiyyah Muqaranah. Damsyiq: Dar al-Fikr al-Mu‘asir, h. 20.35 Muhammad Uthman Syubair (1998), al-Mu‘amalat al-Maliyyah al-Mu‘asirah fi al-Fiqh al-Islami, Beirut:Dar al-Nafa’is, h. 266.36 Lihat Mohd. Daud Bakar (1999), “Isu Syari‘ah dalam Perbankan dan Kewangan Islam: Pelaksanaan, Potensidan Cabaran dalam Pasaran Kewangan Islam dan Konvensional” (Kertas Kerja dibentangkan di Seminar SistemKewangan Islam, anjuran Kolej Islam Darul Ehsan, Shah Alam, 7 Ogos 1999), h. 5. Lihat juga Tim Ingram (1986),“Islamic Banking: A Foreign Bank’s View”, dalam Butterworths Editorial Staff (ed.), Islamic Banking and Finance.Edinburgh: Butterworth & Co (Publishers) Ltd, h. 56.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id12

Page 28: 53238229 bank-syariah

maka pihak bank Syariah tidak boleh mengenakan denda atau pembayaran lain atas kelewatantersebut, karena hal ini sama saja dengan menerapkan konsep bunga terhadap angsurantersebut.37Jika diperhatikan lebih seksama lagi, sesungguhnya terdapat banyak perbedaan antarapinjaman kredit yang berasaskan bunga di institusi keuangan konvensional dengan praktikpembiayaan BMT Dana Syariah Yogyakarta dengan instrumen murabahah, selain yang telahdisebutkan di atas, misalnya dari segi objeknya, di antaranya sebagai berikut:a. Objek dalam akad murabahah berupa barang yang diperjualbelikan sehingga hutangnasabah pembiayaan kepada BMT adalah hutang karena akad jual beli barang, sementarapinjaman kredit berasaskan bunga di institusi keuangan konvensional adalah perjanjianpinjam meminjam uang sehingga hutang itu timbul karena pinjaman uang.b. Transaksi pembiayaan dengan akad murabahah berdasarkan transaksi barang yangdiperjualbelikan yang harus jelas objek barangnya, sehingga transaksi itu merupakantransaksi sektor riil, sementara pinjaman kredit berasaskan bunga di institusi keuangankonvensional tidak berdasarkan transaksi barang riil yang diperjualbelikan, sehingga tidaktermasuk transaksi sektor riil.Sedangkan dalam kaitannya dengan kejadian kegagalan pembayaran oleh nasabah baik itu

Page 29: 53238229 bank-syariah

karena mungkir bayar atau penanggahan pembayaran yang memang terkadang terjadi di BMT,sebagaimana telah diungkapkan dalam sub bab di atas menunjukkan bahwa sikap dan tindakanpihak manajemen BMT Dana Syariah maupun BMT FORMANIS adalah relatif sama, yaitu denganpendekatan persuasif dan kekeluargaan.38 Sikap dan tindakan ini tentu sangat baik, humanis,manusiawi, dan islami, sesuai firman Allah dalam QS al-Syura (42): 38.Adanya toleransi waktu kelewatan selama 3 (tiga) hari pada setiap angsuran sebagaimanatersebut dalam surat akad pembiayaan di BMT menunjukkan sikap ihsan pihak manajemen BMTDana Syariah terhadap nasabah dan pemahaman yang meluas terhadap makna firman Allah SWTdalam QS al-Baqarah (2): 280.Akan tetapi jika terjadinya keingkaran dan penangguhan pembayaran angsuran inidisebabkan karena sikap lalai para nasabah untuk membayar angsuran tepat pada waktunya,tentu ini merupakan suatu bentuk kezaliman yang dilakukan oleh pihak nasabah terhadap pihakBMT. Sikap semacam ini harus dihukum supaya yang membuatnya tidak mengulangi tindakannya.Rasul SAW bersabda, artinya:“Penangguhan (melalaikan) pembayaran hutang (padahal ia mampu) merupakansuatu bentuk kezaliman yang bisa dikenakan hukuman dan dicemarkan namabaiknya (semacam diblacklist)”.39

Page 30: 53238229 bank-syariah

Tindakan pihak manajemen BMT yang mencoba menyelesaikan kasus kegagalanpembayaran dengan sistem kekeluargaan (di mana pihak BMT akan mencari solusi denganmencari informasi dan kemungkinan-kemungkinan untuk menyelesaikan kewajiban nasabah darisumber pendapatan nasabah itu sendiri) menunjukkan bahwa hubungan antara keduanyabukanlah sekedar hubungan si piutang dan si berhutang dengan batas yang telah ditetapkanundang-undang, tetapi berasaskan nilai-nilai ukhuwwah islamiyyah yang bersifat alamiah.40 Hal inisesuai dengan firman Allah SWT:37 Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Taqi Usmani, op.cit., h. 58 dari Resolution No. 53 Vth AnnualSession, Jeddah, Journal No. 6, V. I, h. 447.38 Wawancara dengan Ismiyanto (Direktur BMT Dana Syariah) pada 10 Mei 2007, di rumah beliau, Pakem,Sleman Yogyakarta.39 Bukhari (t.t.), Sahih al-Bukhari. Hadis No. 2400 dengan penjelasan Ahmad Ibn ‘Ali Ibn Hajar al-‘Asqalani(1401H), Fath al-Bari, juz.5. Rawdah: Matba‘ah al-Salafiyyah wa Maktabatuha, h. 62.40 Lihat penjelasan lebih luas lagi pada artikel Joni Tamkin bin Borhan (2001), op.cit., hh. 127-130; Idem(2000), op.cit., hh. 45-58. Lihat pula Farhad Nomani dan Ali Rahnema (1994), Islamic Economic Systems. London: ZedBooks Ltd., hh. 31-32.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id13%_&'_ _(__ ) _*_ _ ___+_ , _-(./_ 0_+_ %___12 _3_

Page 31: 53238229 bank-syariah

Artinya:“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara keduasaudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”Terjemahan Surah al-Hujurat (49): 10BMT Dana Syariah dan BMT FORMANIS memang mewajibkan pembayaran angsurandilakukan secara tepat waktu. Kebijakan yang ditetapkan dua BMT ini pun tidak bertentangandengan Syariah karena Allah berfirman:4_*___ ____ ___" __#_ _$__ __Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akadmu” QS al-Maidah (5): 1Seseorang yang berjanji, harus memenuhi janjinya, sesuai firman Allah dalam QS al-Isra’ (17):34.Akad pembiayaan merupakan suatu bentuk perjanjian antara pihak BMT dan nasabahpembiayaan. Masing-masing pihak harus menunaikan janjinya masing-masing. Ayat-ayat al-Qurantersebut di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah memerintahkan untuk memenuhi akad yangdibuat dan memenuhi janji yang telah disepakati, karena hal itu akan dimintai pertanggungjawabandi akhirat kelak. Dengan demikian pengkhianatan terhadap sesuatu kontrak adalah satu kesalahanyang bisa didakwa. Penunaian suatu perjanjian merupakan kewajiban penting di sisi Islam.Akan tetapi tindakan pihak manajemen BMT Dana Syariah yang mengenakan biaya operasi

Page 32: 53238229 bank-syariah

tagihan sejumlah Rp.10.000,- setiap tagihan dan denda 3% dari jumlah margin keuntungan ataubagi hasil yang disepakati dalam akad jika terjadi kelewatan pembayaran angsuran, serta uangdari denda dan biaya operasi tagihan tersebut masuk menjadi pendapatan BMT Dana Syariah41merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan dari sisi Syariah, karena meningkatkan hargajual atau angsuran walaupun untuk mengganti biaya operasional yang meningkat adalah tindakanyang tidak dibenarkan di sisi Syariah.42 Di samping itu, mayoritas ulama dan pakar ekonomi Islamyang membolehkan pengenaan denda terhadap kegagalan pembayaran tidak membolehkan uanghasil denda tersebut masuk menjadi pendapatan institusi keuangan yang bersangkutan, tetapiharus dimanfaatkan untuk kepentingan sosial yaitu untuk maslahah ‘ammah (public interest). 43Bahkan Akademi Fikih Islam, mengeluarkan fatwa bahwa pengenaan denda atau bayaran lain ataskelewatan pembayaran angsuran sama saja dengan menerapkan konsep riba terhadap angsurantersebut.44 Konsep riba merupakan salah satu bentuk riba yang dilarang oleh Syariah.45 Allahberfirman:41 Wawancara dengan Ismiyanto (Direktur BMT Dana Syariah) pada 10 Mei 2007, di rumah beliau, Pakem,Sleman Yogyakarta.42 Lihat Mohd. Daud Bakar (1999), op.cit., h. 5.43 Mohammad Ali Elgari, Mohammad Nejatullah Siddiqi dan Mohammad Anas Zarqa (1993), “Qanun al-

Page 33: 53238229 bank-syariah

Masarif, Sighah Muqtarahah li-Tanzim Qita‘ fi al-Masraf al-Islami”, Review of Islamic Economics, Vol. 2, No. 2, hh.67-79 (Arabic section); Muhammad Taqi Usmani (2002), op.cit., hh. 58-59; Siddiq Muhammad al-Amin Al-Darir(1985), “al-Ittifaq ‘ala Ilzam al-Madin al-Mu‘sir bi Ta‘wid Darar al-Mumathalah”, Journal of Research in IslamicEconomics, Vol.3, No.1, hh. 111-112 (Arabic section).44 Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Taqi Usmani, op.cit., h. 58 dari Resolution No. 53 Vth AnnualSession, Jeddah, Journal No. 6, V. I, h. 447.45 Untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas tentang rasional pengharaman riba oleh Syari‘ah, sila lihatM. Umer Chapra (2000), “Why has Islam Prohibited Interest? Rationale Behind the Prohibition of Interest”, Review ofIslamic Economics, No. 9, hh. 5-20.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id14_ '_ 5'6_ 7___ ) _6__Artinya:“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. QS al-Baqarah (2): 275.Bahkan dalam ayat lain, Allah mengharamkan secara jelas dan tegas apapun jenis tambahan yangdiambil dari pinjaman. Allah berfirman:,__1_ ___ %_ _ '_ __ 8* __ _9!_ ) _*_ ___" __#_ _$__ __Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkan sisa riba(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”. Terjemahan Surah al-Baqarah (2):278Tindakan pihak BMT Dana Syariah dalam penyelesaian kegagalan pembayaran untuk peringkat 1,

Page 34: 53238229 bank-syariah

2, 3, 4 dan 5 merupakan suatu tindakan yang dibenarkan, karena menunjukkan sikap ihsan pihakpentadbir BMT Dana Syariah terhadap nasabah dan pemahaman yang meluas terhadap maknafirman Allah SWT dalam QS al-Baqarah (2): 280.Apalagi jika pihak nasabah pembiayaan itu adalah benar-benar seorang yang gharim, makatindakan BMT Dana Syariah yang melunaskan hutang pihak nasabah dengan dana cadanganrisiko pembiayaan (akumulasi penyusutan) yang disediakan pihak pengurusan BMT dan danaBaitulmal BMT Dana Syariah46 merupakan suatu tindakan yang dibenarkan dari sisi Syariahberdasarkan firman Allah dalam Surah al-Baqarah (2): 280 dan Surah al-Taubah (9).Jika terjadi kegagalan pembayaran sampai 2 kali angsuran oleh nasabah yang merugikanhak pihak BMT dan nasabah penabung serta mengakibatkan kerugian yang bisa memudaratkanpihak BMT sebagai institusi keuangan mikro. Perbuatan yang memudaratkan pihak lainmerupakan tindakan yang dilarang oleh Syariah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yangartinya: “Tidak memudaratkan dan tidak dimudaratkan”47D. PenutupBerdasarkan pada analisis yang telah dilaksanakan, telah nampaklah tiga kesimpulansebagai jawaban terhadap rumusan masalah yaitu (1) Sebagian besar prosedur (yang meliputi tigafase yaitu fase permulaan pembiayaan, fase masa pembiayaan, dan fase setelah pembiayaan),

Page 35: 53238229 bank-syariah

dan pelaksanaan akad pembiayaan oleh BMT di Yogyakarta telah sesuai dengan prinsip-prinsipSyariah. Walau terdapat transaksi di BMT Dana Syariah yang terlibat dengan jual beli fuduli. (2)Penentuan margin keuntungan dan bagi hasil dalam kontrak pembiayaan di BMT Dana Syariahdan BMT FORMANIS ditentukan dengan cara negosiasi antara pihak BMT dan nasabah sehinggakedua-dua pihak bersepakat untuk mengadakan kontrak pembiayaan. Cara penentuan marginkeuntungan dan bagi hasil seperti ini telah memenuhi syarat-syarat akad pembiayaan. (3) Sikapdan tindakan pihak manajemen BMT apabila terjadi kelewatan atau keingkaran pembayaran olehnasabah dari waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan adalah sesuai dengan ketentuan Syariah,kecuali ada tindakan pihak manajemen BMT Dana Syariah yang perlu diluruskan.46 Wawancara dengan Ismiyanto (Direktur BMT Dana Syariah) pada 10 Mei 2007, di rumah beliau, Pakem,Sleman Yogyakarta.47 Hadis Nabi Muhammad SAW dari riwayat Abu Hurairah, Ibn ‘Abbas, Abi Sa‘id al-Khudri, Jabir dan‘Aisyah. Lihat Muhammad Ibn Yazid Ibn Majah (1395 H), Sunan Ibn Majah, 2 j. Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi.juz 2, h. 784; al-Baihaqi (t.t), al-Sunan al-Kubra. Beirut: Dar al-Fikr, juz 10, h. 133.Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id15DAFTAR PUSTAKA

Page 36: 53238229 bank-syariah

Abd al-Razzaq al-Sanhuri (1981), Masadir al-Haq fi al-Fiqh al-Islami, juz 3. Beirut: al-Majma‘ al-‘Arabi al-Islami.‘Abd al-Salam Ibn Sa‘id Ibn Habib al-Tanukhi Sahnun (t.t.), Al-Mudawwanah al-Kubra, jil. 3. Beirut:Dar al-SadirAbdul Mughits (2003), “Sosialisasi Bank Syariah di Kantong-kantong NU”, dalam Irwan Kelana etal. (eds.), Perbankan Syariah Masa Depan. Jakarta: Senayan Abadi Publishing.Abdullah Saeed (1996), Islamic Banking and Interest: A Study of The Prohibition of Riba and ItsContemporary Interpretation. Leiden: E.J Brill.Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf al-Nawawi (t.t.), Al-Majmu‘ Syarh al-Muhadhdhab, juz 9. Kaherah:Matba‘ah al-Tadamun al-AkhawiAchmad Tohirin (2000), “Bank Konvensional dan Bank Islam dalam Perbandingan” (Kertas kerjaSeminar Peringkat Kebangsaan di Universiti Muhammadiyah Yogyakarta, 13 Mei 2000).Afzalur Rahman (1979), Muhammad Blessing for Mankind. London: The Muslim Schools TrustLondon______________ (1997), Muhammad: Encyclopedia of Seerah. Isnan et al. (terj.), MuhammadSebagai Seorang Pedagang. Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy,Al-Kasani (t.t), Bada’i‘ al-Sana’i‘ fi Tartib al-Syara’i‘ , juz 5. Beirut: Matba‘ah al-‘AsimahAl-Sadiq Muhammad al-Amin al-Darir (1985) “al-Ittifaq ‘ala Ilzam al-Madin al-Mu‘sir bi Ta‘wid Darar

Page 37: 53238229 bank-syariah

al-Mumatilah”, Journal of Research in Islamic Economics, Vol. 3, No.1, hh. 111-112(Arabic section).Amir Muallim (2003), “Persepsi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syariah” dalam Jurnalal-Mawarid, Edisi X Tahun 2003Baihaqi, al (t.t), al-Sunan al-Kubra. Beirut: Dar al-Fikr.Bank Indonesia (2000), Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah diPulau Jawa. Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan.Bukhari (t.t.), Sahih al-Bukhari. Hadis No. 2400 dengan penjelasan Ahmad Ibn ‘Ali Ibn Hajar al-‘Asqalani (1401H), Fath al-Bari, juz.5. Rawdah: Matba‘ah al-Salafiyyah wa Maktabatuha.Damadaron Aswath (2001), Corporate Finance: Theory and Practice. New York: John Wiley &SonsDawam Rahardjo (2002), Ensiklopedi Al-Quran, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci.Jakarta: ParamadinaFarhad Nomani dan Ali Rahnema (1994), Islamic Economic Systems. London: Zed Books Ltd.Ibn Qudamah (1972), Al-Mughni Wa al-Syarh al-Kabir, jil. 4. Beirut: Dar al-Kutub al-‘ArabiJurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id16Lashin Muhammad al-Ghayati, ia adalah diharuskan. Lihat Muhammad al-Ghayati, “’Arbun(Earnest Money) Sale”, Journal of Shari‘a and Islamic Studies, Vol. 10, No. 26, Ogos1995, Kuwait: Kuwait University

Page 38: 53238229 bank-syariah

M. Dawam Rahardjo, (2004) “Menegakkan Syariat Islam di Bidang Ekonomi”, kata pengantarBuku Bank Islam. Jakarta: Rajawali PressM. Umer Chapra (2000), “Why has Islam Prohibited Interest? Rationale Behind the Prohibition ofInterest”, Review of Islamic Economics, No. 9, hh. 5-20.M.Umer Chapra and Tariqullah Khan (2000), Regulation and Supervision of Islamic Banks.Jeddah: Islamic Research and Training Institute and Islamic Development Bank, h. 89.Manajemen BMT Dana Syari‘ah (t.t.), LeafetManajemen BMT Dana Syariah (t.t.), Company Profil BMT Dana Syariah. Yogyakarta: ManajemenBMT Dana SyariahMohammad Ali Elgari, Mohammad Nejatullah Siddiqi and Mohammad Anas Zarqa (1993), “Qanunal-Masarif-- Sighah Muqtarahah li-Tanzim Qita‘ fi al-Masraf al-Islami”, Review of IslamicEconomics, Vol. 2, No. 2, 1993, hh. 67-97 (Arabic section).Mohd. Daud Bakar (1999), “Isu Syari‘ah dalam Perbankan dan Kewangan Islam: Pelaksanaan,Potensi dan Cabaran dalam Pasaran Kewangan Islam dan Konvensional” (Kertas Kerjadibentangkan di Seminar Sistem Kewangan Islam, anjuran Kolej Islam Darul Ehsan,Shah Alam, 7 Ogos 1999).Muhammad ‘Ala’ al-Din Afnadi Ibn ‘Abidin (1966), Hasyiyah Ibn ‘Abidin, juz. 5. Beirut: Dar al-Ma‘rifahMuhammad al-Khatib al-Syarbini (1958), Mughni al-Muhtaj, juz 1. Kaherah: Syarikah Maktabah wa

Page 39: 53238229 bank-syariah

Matba‘ah Mustafa al-Babi al-Halabi wa AwladihMuhammad Husain Haekal (1981), Hayat Muhammad. Ali Audah (terj.), Sejarah Hidup NabiMuhammad. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan PustakaMuhammad Taqi Usmani (2002), An Introduction to Islamic Finance. London: Kluwer LawInternationalMuhammad Uthman Syubair (1998), al-Mu‘amalat al-Maliyyah al-Mu‘asirah fi al-Fiqh al-Islami,Beirut: Dar al-Nafa’is.Muhammad Uzair (1980), “Some Conceptual and Practical Aspect of Interest Free Banking, dalamKhursid Ahmad (ed.), Studies in Islamic Economics. Leicester: The Islamic Foundationand Jeddah: International Center for Research in Islamic Economics King Abdul AzizUniversity.Noeng Muhadjir (1990), Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake SarasinPINBUK (t.t.), Pedoman Cara Pembentukan BMT. Jakarta: Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil(PINBUK)Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id17Rafiq Yunus al-Misri (1999), al-Riba wa al-Fa’idah, Dirasah Iqtisadiyyah Muqaranah. Damsyiq: Daral-Fikr al-Mu‘asir.Robert Rice (2004), “The Contribution of Household and Small Manufacturing Establishment toThe Rural Economy”, dalam Thomas R. Leinbach (ed.) (2004), The Indonesian Rural

Page 40: 53238229 bank-syariah

Economy, Mobility, Work and Enterprise. Pasir Panjang Singapore: Institute of SoutheastAsia Studies.Roni Hanitijo Soemitro (1982), Metodologi Penelitian Hukum. Bandung: Sinar BaruSaad al-Harran et al. (1994), Islamic Marketing Strategy Eradicating Rural Poverty in Malaysia.Selangor: Pelanduk Publication.Soertiana Nitisoemantri (2000), “Muhammadiyah dan Perkembangan Mu‘amalah Kontemporer”,dalam Muhammad Azhar et al. (eds.), Pengembangan Pemikiran KeislamanMuhammadiyah: Purifikasi dan Dinamisasi. Yogyakarta: LPPI UMY dan Majlis TarjihMuhammadiyah.Syams al-Din al-Syaikh Muhammad al-Dasuqi (t.t.), Hasyiyah al-Dasuqi ‘ala al-Syarh al-Kabir, 4 j.Beirut: Dar al-Fikr.Tim Peneliti Magister Studi Islam Universiti Islam Indonesia (MSI UII) (2004), ProfesionalismePraktisi BMT di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Yogyakarta: MSI UII.Volker Nienhaus (1986), “Islamic Economics, Finance and Banking Theory and Practice”, dalamButterworths Editorial Staff (ed.), Islamic Banking and Finance. Edinburgh: Butterworth &Co (Publishers) LtdWahbah al-Zuhayli (1989), al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, juz 4. Beirut: Dar al-FikrWawancara dengan Bapak Jufri (mantan Ketua takmir Masjid An-Nur Dusun Sono Wedomartani)dan Bapak Wagiran (Ketua takmir Masjid An-Nur Dusun Sono Wedomartani saat ini),

Page 41: 53238229 bank-syariah

pada 13 Mei 2007.Wawancara dengan Henri Wibowo (Pemasaran BMT Dana Syariah) pada 14 Mei 2007, di kantorBMT Dana Syariah.Wawancara dengan Ismiyanto (Direktur BMT Dana Syariah) pada 10 Mei 2007, di rumah beliau,Pakem, Sleman Yogyakarta.Wawancara dengan teller BMT FORMANIS, pada 12 Mei 2007.Yusuf al-Qaradawi (1987), Bay‘ al-Murabahah li al-Amir bi al-Syira’ kama Tajrihi al-Masarif al-Islamiyyah. t.t.p.: Maktabah Wahbah.

Research Paper help

https://www.homeworkping.com/