manajemen bank syariah

36
BAB V POLA MANAJEMEN BANK SYARIAH Pendahuluan Bank syari’ah adalah lembaga bank yang dikelola dengan dasar- dasar syari’ah. Dengan kata lain, pengelolaan bank syari’ah harus didasarkan pada nilai, prinsip dan konsep syari’ah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka bab ini ditulis untuk memberikan gambaran mengenai aspek-aspek penting dalam manajemen bank syari’ah. Topik-topik yang dibahas di dalam bab ini meliputi pengertian manajemen dalam Islam; paradigma manajemen syari’ah; dasar-dasar manajemen syari’ah; prinsip manajemen dalam syari’ah Islam; tujuan manajemen syari’ah; aspek dan sifat manusia sebagai dasar manajemen syari’ah; unsur manajemen syari’ah dan implikasinya dalam pengelolaan bank syari’ah. Pengertian Manajemen dalam Islam Manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan idarah. Idarah diambil dan perkataan adartasy-syai ‘a atau perkataan ‘adarta bihi juga dapat didasarkan pada kata ad-dauran Pengamat bahasa menilai pengambilan kata yang kedua yaitu ‘adarta bihi 1 — itu Iebih tepat. Oleh karena itu, dalam Elias’ Modern Dictionary English Arabic kata management (Inggris), sepadan dengan kata tadbir, idarah, siyasah dan qiyadah dalam bahasa Arab. Dalam Al-Qur’an dan terma-terma tersebut, hanya ditemui terma tadbir dalam berbagai derivasinya. Tadbir adalah bentuk masdar dan kata kerja dabbara, yudabbiru, tadbi ran. TadbLr berarti penertiban, pengaturan, pengurusan, perencanaan dan persiapan. Secara istilah, sebagian pengamat mengartikannya sebagai alat untuk merealisasikan tujuan umum. OIeh karena itu mereka mengatakan bahwa idarah(manajemen) itu adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap pekerjaan- pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien. Adapun bentuk-bentuk ungkapan konsep manajemen di dalam Al-Qur’an dapat dikelompokkan sebagai berikut: Pertama, berbentuk Mudhari’ ‘yudabbiru’ yang terungkap sebanyak 4 kali tersebar dalam berbagai tempat, di antaranya: “Sesungguhnya tuhan kamu Allah, yang menciptakan langit dan bumi dalam enam massa, kemudian dia bersemayam diatas ‘Arasy untuk mengatur sega/a urusan” (Q.S. Yunus : 3) “Dan siapakah yang men gatur sega/a urusan ? Maka mereka akan menjawab Allah” (Q.S. Yunus : 31) 1 Mahdi bin Ibrahim bin Muhammad Mubjir, Anwnah daiwn Manajemen (terjemahan : Rahmad Abas), Jakarta: Pustaka Pola Manajemen Bank Syari’ah 38

Upload: catatankuliyah

Post on 17-Aug-2015

75 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen bank syariah

BAB V

POLA MANAJEMEN BANK SYARIAH

Pendahuluan

Bank syari’ah adalah lembaga bank yang dikelola dengan dasar-dasar syari’ah. Dengan kata lain, pengelolaan bank syari’ah harus didasarkan pada nilai, prinsip dan konsep syari’ah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka bab ini ditulis untuk memberikan gambaran mengenai aspek-aspek penting dalam manajemen bank syari’ah. Topik-topik yang dibahas di dalam bab ini meliputi pengertian manajemen dalam Islam; paradigma manajemen syari’ah; dasar-dasar manajemen syari’ah; prinsip manajemen dalam syari’ah Islam; tujuan manajemen syari’ah; aspek dan sifat manusia sebagai dasar manajemen syari’ah; unsur manajemen syari’ah dan implikasinya dalam pengelolaan bank syari’ah.

Pengertian Manajemen dalam Islam

Manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan idarah. Idarah diambil dan perkataan adartasy-syai ‘a atau perkataan ‘adarta bihi juga dapat didasarkan pada kata ad-dauran Pengamat bahasa menilai pengambilan kata yang kedua yaitu ‘adarta bihi1 — itu Iebih tepat. Oleh karena itu, dalam Elias’ Modern Dictionary English Arabic kata management (Inggris), sepadan dengan kata tadbir, idarah, siyasah dan qiyadah dalam bahasa Arab. Dalam Al-Qur’an dan terma-terma tersebut, hanya ditemui terma tadbir dalam berbagai derivasinya. Tadbir adalah bentuk masdar dan kata kerja dabbara, yudabbiru, tadbi ran. TadbLr berarti penertiban, pengaturan, pengurusan, perencanaan dan persiapan.

Secara istilah, sebagian pengamat mengartikannya sebagai alat untuk merealisasikan tujuan umum. OIeh karena itu mereka mengatakan bahwa idarah(manajemen) itu adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien.

Adapun bentuk-bentuk ungkapan konsep manajemen di dalam Al-Qur’an dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Pertama, berbentuk Mudhari’ ‘yudabbiru’ yang terungkap sebanyak 4 kali tersebar dalam berbagai tempat, di antaranya:

“Sesungguhnya tuhan kamu Allah, yang menciptakan langit dan bumi dalam enam massa, kemudian dia bersemayam diatas ‘Arasy untuk mengatur sega/a urusan” (Q.S. Yunus : 3)

“Dan siapakah yang men gatur sega/a urusan ? Maka mereka akan menjawab Allah” (Q.S. Yunus : 31)

“Allah mengatur urusan (makhluk-makhluknya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu” (Q.S. Ar Ra’du ; 2)

“Dia mengatur sega/a urusan dan langit kebumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya” (Q.S. As Sajdah ; 5)

Kedua, berbentuk Af’alul khamsah ‘yatadabbarun’ yang diungkapkan dalam a! Qur’an sebanyak dua kali, di antaranya:

1 Mahdi bin Ibrahim bin Muhammad Mubjir, Anwnah daiwn Manajemen (terjemahan : Rahmad Abas), Jakarta: Pustaka

Pola Manajemen Bank Syari’ah 38

Page 2: Manajemen bank syariah

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an” (Q.S. An Nisa’ : 82)

“Maka apakah mereka tidak memperhatikanAl-Qur’an ataukah hati mereka terkunci ?“ (Q.S. Muhammad ; 24)

Ketiga, berbentukjamak Mudzakkar ‘yaddabbar’ yang disebut Al-Qur’an dengan

frekuensi 2 kali, diantaranya:

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan pe (kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu”( Q.S.Al-Mu’minun, (23) :68)

“ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang.orang yang mempunyai pikiran” (Q.S. As-Shad, (38) : 29)

Keempat, berbentuk Isim fa ‘ii ‘al-mudabbirat’ yang disebut Al-Qur’an hanya

sekali, yakni sebagai berikut:

“Dan yang mengatur urusan dunia” (Q.S. An-Najiyat (79) : 5)

Menurut Ibnu Katsir bunyi ayat “dan siapakah yang mengatur segala urusan” adalah Zat yang ditangan-Nyalah kekuasaan atas segala perkara yang melindungi dan bukan yang dilindungi, Dialah pengelola yang Maha Bijaksana yang tidak ada pihak mampu menolak ketetapan-Nya. Sedangkan bunyi ayat “Dia mengatur perkara” menurut Ibnu Katsir adalah Dia mengatur seluruh makhluk, dan tidak ada suatu urusanpun yang menyibukkan-Nya sehingga Dia lalai terhadap perkara yang lain.

Yudabbir al-amr pada ayat di atas menunjukkan penjelasan bahwa Allah menguasai kerajaan-Nya dengan sempurna: mematikan dan menghidupkan, mengadakan dan meniadakan, mengkayakan dan memiskinkan serta menurunkan wahyu kepada siapapun yang dia kehendaki diantara para hambanya. Dalam semua in terdapat dali! yang jelas atas kekuasaan dan rahmat Allah. Pengkhususan tempat dan sifat tertentu bagi setiap sesuatu hanya dapat dilakukan oleh pengatur yang kebijaksanaan-Nya menghendaki hal yang demikian. Sehingga menurut Al Maraghi kalimat Yudabir al amri dimaknai mengatur urusan dengan bijaksana. Sedangkan kalimat Yudabbir al Amra min as-sama’ ilal at-ardh pada ayat di atas mengandung pengertian mengatur urusan dan langit kebumi, kemudian urusan itu naik kelangit, ha! ini merupakan tamsil untuk menampakkan keagungan Allah SWT. Perihalnya sama dengan seorang raja yang mengeluarkan perintahnya kemudian perintah raja itu diterima oleh para pembantunya untuk dilaksanakan sesuai dengan instruksi raja. Sehingga pada konteks ini, hal tersebut dapat menjadi tamsil kepada para atasan (manajer) terhadap bawahannya.

Sedangkan Tadbirul Amr diartikan oleh Al-Maraghi memandang ke depan suatu perkara dan akibatnya, agar perkara jtu terpuji akibatnya. Selanjutnya pada Q.S.An Nisa’, 4/92:82, Al Maraghi memberi makna kata taddabbur sebagai perenungan terhadap akibat perkara. Kemudian, kata taddabbur digunakan dalam arti setiap perenungan, baik merenungkan hakekat dan bagian-bagian sesuatu, maupun pendahuluan dan sebab sebabnya atau implikasi dan akibat-akibatnya. Sedangkan yang dimaksud merenungkan pembicaraan pada Q.S. Al-Mu’minun, 23/74:68 adalah memikirkan tujuan dan maksud pembicaraan yang dituju, serta akibat orang yang mengamalkannya dan orang yang menyalahinya.

Berangkat dan uraian-uraian di atas, secara implisit dapat diketahui, bahwa hakekat manajemen yang terkandung dalam A1-Qur’an adalah merenungkan atau memandang ke depan suatu urusan (persoalan), agar persoalan itu terpuji dan baik akibatnya. Untuk menuju hakekat tersebut, diperlukan adanya pengaturan dengan cara yang bijaksana.

Hakekat manajemen yang terkandung dalam A1-Qur’an mi, dengan demikian erat kaitannya dengan pencapaian tujuan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan manajerial itu sendiri. Karena pada dasarnya terbangunnya konsep manajemen

Pola Manajemen Bank Syari’ah 39

Page 3: Manajemen bank syariah

disandarkan kepada ketiga dasar pemikiran tersebut (pencapaian tujuan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan manajemen).

Paradigma Manajemen Syari’ah’

Perubahan lingkungan yang akan datang terjadi mendesak manajemen untuk membuka din pada dampak perubahan lingkungan eksternal dan transformasi visi, misi dan strategi, serta adaptasi kultur, struktur dan sistem. Perubahan ini membentuk keterbukaan manajemen secara keseluruhan untuk menggapainya. OIeh karena itu, harus ada perubahan konsep, yaitu konsep yang dulu mengandalkan pada supper stars menuju pada konsep supper teams, sehingga harus berani membongkar dan menanggalkan pemikiran yang usang masa lampu menuju pada kapasitas dan kredibilitas kepemimpinan dan manajemen organisasi, sehingga mampu melakukan gugatan berupa keberanian moral untuk merubah mentalitas “pedagang” menuju entrepreneur yang profesional. Hal ini saja belum cukup, namun perlu didasarkan pada hubungan yang humanis, bahkan sampai kepada pendekatan theologis-etis. Pendekatan ini penting, karena pendekatan ini mampu berperan sebagai akselerator bagi terciptanya pola interaksi manajer dengan pekerja yang humanis, dimana kerja akan dirasakan baik oleh manajer maupun pekerja, sebagai wahana humanisasi din dan realisasi kediriannya.

Pendekatan atau kerangka manajemen theologis-etis mengarah pada keterlibatan dimensi spiritual dalam perilaku manajemen. Spiritualitas membawa kepada wujud semesta dan ilahi. Kenyataan yang tidak sepenuhnya dapat dipahami akhirnya akan membawa kepada pengalaman dan penghayatan atas yang transenden. Transenden itu sudah menjadi kebutuhan baru, yakni self transendence. Dalam hirakhi kebutuhan sebagaimana yang diteorikan Abraham Maslow, maka self-transendence dapat diletakkan di atas jenjang kebutuhan tertinggi, yaitu self-actualization.

Di samping itu ada juga yang menemukan sistem dalam alam semesta. Juga ada yang menemukan Allah atau Tuhan dalam pengalaman transendennya. Bagi mereka ini

kegiatan yang relevan adalah amal dan ibadah. Sehingga kunci keberhasilan dalam hidup ini adalah iman dan ketaatan. Iman dan ketaqwaan atau ketaatan membuahkan makna hidup dan keselamatan bagi manusia dan kemuliaan bagi Allah dan ciptaan Nya.

Selanjutnya, bagaimana caranya untuk keluar dan kendala struktural manajemen yang terkait, baik dengan kebijaksanaan ekonomi negara maupun tuntutan pasar? Solusinya adalah menciptakan kesadaran emansipatoris yang pada gilirannya terwujud dalam pola hubungan manajer-pekerja. Selanjutnya, dorongan theologis-etis dapat berperan sebagai akselerator bagi terciptanya pola interaksi manajer-pekerja yang humanis.

O!eh karena itu, pendekatan theologis-etis tidak hanya bersifat himbauan semata bagi kesadaran untuk mengubah manajemen yang selama ini cenderungan menjadikan manajer dan pekerja sebagai “sekerup-sekerup” proses produksi. Jika mau memulainya dan transformasi radikal terhadap struktur manajemen dalam lingkup keseluruhan, baik perusahaan maupun negara.

Manajemen Islam dibangun atas tiga ranah, yaitu : manajemen, etika dan spiritualitas. Ketiga ranah ini membentuk hubungan yang tidak terpisahkan. Ketiga ranah berjalan membangun kekuatan dalam menjalankan amanah. Dengan demikian, jika suatu proses manajemen berjalan menjalankan amanah, maka amanah merupakan metafora yang akan dibentuk. Dengan demikian, jika metafora amanah yang akan dan telah dibentuk, maka di dalamnya akan ditemukan tiga hal penting, yaitu pihak pemberi amanah, pihak penerima amanah dan amanah itu sendiri.

Secara umum, dalam manajemen islami keberadaannya hams mengkaitkan antara material dan spiritual atau antara iman dan material. Dengan demikian, untuk mengukur keberhasilan dalam menjalankan manajemen dapat diukur dengan parameter : iman

Pola Manajemen Bank Syari’ah 40

Page 4: Manajemen bank syariah

dan materi. Parameter ini diharapkan dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat iman seseorang dengan etos kerjanya.

Implikasi penerapan paradigma manajemen islami akan menciptakan peradaban (manajemen) bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, trandendental dan (teologikal)

Dasar-dasar Manajemen Islami

Sebagaimana diuraikan pada sub bab sebelumnya, manajemen dalam Islam dikembangkan berdasarkan terma tadbii ditinjau dan bentuk lafadznya, bersifat muthlaq yakni lafadz yang belum ada kaitan atau batasan dengan lafadz lain yang mengurangi keseluruhan jangkauannya. Kemudian terma Tadbiir menjadi muqayyad dikarenakan berhadapan dengan lafadz lain. Muqayyad berarti suatu lafadz yang terbatas atau terikat oleh lafadz lain yang mengurangi keseluruhan jangkauannya. Maksudnya, luas jangkauannya telah dibatasi sedikit dan waktu masih mutlaqnya. Dengan kata lain lafadz muqayyad pada dasarnya adalah lafadz mutlaq yang diberi kaitan oleh lafadz lain sehingga artinya lebih tegas dan terbatas dan pada waktu masih mutlaqnya. Walaupun demikian keterbatasan lafadz muqayyad seperti lafadz pada ayat-ayat di atas tidak menghilangkan jangkauannya kepada sifat-sifat lain, artinya sifat-sifat lain masih ada padanya.

Menurut Manna’ Khalil al-Qattan, lafadz Mutlaq adalah lafadz yang menunjukkan suatu hakekat tanpa sesuatu qayid (pembatas). Jadi, ia hanya menunjuk kepada satu hal yang tidak tertentu dan hakikat tersebut. Lafadz Mutlaq pada umumnya, berbentuk lafadz nakirah dalam konteks kalimat positif. Sedangkan Muqayyad adalah lafadz yang menunjukkan suatu hakikat dengan qayid (batasan).

Dengan demikian Mutlaq dan Muqayyadnya lafadz yang dimaksud oleh Muchtar dan Manna’ Khalil al-Qattan tidak ada perbedaan yang mendasar. Dan pengertian pengertian di atas, secara garis besar lafadz mutlaq dapat dimaknai sebagai lafadz yang masih bersifat umum dan lafadz muqayyad adalah lafadz yang bersifat khusus.

Muqayyad-nya lafadz Tadbir pada ayat-ayat di atas, dikarenakan berhadapan dengan lafadz lainnya, contoh ayat adalah sebagai berikut:

1. Pada Q.S. Yunus (10): 3, 31; Q.S. Ar-ra’d (13) : 2; Q.S.As-Sajdah (32) : 5; Q.S.An-Najiyat (79) : 5 berhadapan dengan lafadz al-amru

2. Pada Q.S.An-Nisa’ (4): 82, Q.S.Muhammad (47) : 24; Q.S.As-Shad (38):29 berhadapan dengan lafadz A1-Qur’an

3. Pada Q.S.Al-Mu’minun (23) : 68 berhadapan dengan lafadz al-qaul

Berangkat dan ketiga kiasifikasi tersebut serta dikaitkannya hakekat manajemen yang terkandung dalamAl-Qur’an yakni merenungkan atau memandang ke depan suatu urusan (persoalan), agar perkara itu terpuji dan baik akibatnya, maka hal ini, menderivasikan adanya prinsip-prinsip manajemen yang meliputi: pertama, keadilan. Kedua, amanah dan pertanggungjawaban. Ketiga, komunikatif. Prinsip pertama dan kedua berangkat dan klasifikasi pertama yakni lafadz Tadbir yang berhadapan dengan lafadz al-amr. Sedangkan prinsip ketiga berangkat dan klasifikasi kedua dan ketiga yakni lafadz Tadbir yang berhadapan dengan lafadz A1-Qur’an dan lafadz Tadbir yang berhadapan dengan al-qaul. Hal tersebut disandarkan pada argumen bahwa lafadz Al Qur’an dan al-qaul merupakan simbol dan komunikasi, seperti yanng diungkapkan oleh A1-Qur’an sendiri pada Q.S. As-Shad (38) 29 dan Q.S. Al-Mu’minun (23) : 68.

Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, maka Jamil (2002) meringkasnya menjadi

prinsip-prinsip manajemen islami, sebagai berikut:

I Keadilan

Pola Manajemen Bank Syari’ah 41

Page 5: Manajemen bank syariah

2. Amanah dan Pertanggungjawaban

3. Komunikatif

Dengan penjelasan sebagai berikut

1. Keadilan

Meski benar bahwa keadilan dan ketidakadilan telah terlihat jelas semenjak manusia eksis di muka bumi, manusia masih kabur dalam menggambarkan tapal batasnya. Arti keadilan tidak pernah dipahami secara lengkap. Keadilan merupakan satu prinsip fundamental dalam ideologi Islam. Pengelolaan keadilan seharusnya tidak sepotong-potong, tanpa mengacu kepada status sosial, aset finansial, kelas dan keyakinan religius seseorang. Al-Qur’an telah memerintahkan penganutnya untuk mengambil keputusan dengan berpegang pada kesamaan derajat, keutuhan dan keterbukaan. Maka, keadilan adalah ideal untuk diterapkan dalam hubungan dengan sesama manusia.

Kata kunci yang digunakan Al-Qur’an dalam menjelaskan konsep keadilan adalah ‘adi dan qist. ‘Ad! mengandung pengertian sawiyyat, dan juga mengandung makna pemerataan dan kesamaan. Penyamarataan dan kesamaan ini berlawanan dengan kata Zuim dan jaur (kejahatan dan penindasan). Qist mengandung makna distribusi, angsuran, jarak yang merata. Taqassata salah satu kata derivasinya juga bermakna distribusi yang merata bagi masyarakat, dan qistas, kata turunan lainnya, berarti keseimbangan berat. Sehingga kedua kata di dalam Al-Qur’an yang digunakan untuk menyatakan keadilan yakni ‘ad! dan qist mengandung makna distribusi yang merata, termasuk distribusi materi.

Keadilan yang terkandung dalam Al-Qur’ an, juga bermakna menempatkan sesuatu pada proporsinya, seperti yang diungkapkan beberapa ayat berikut:

“Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (Q.S. An Najm (53): 39)

“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan pekerjaan mereka, sedang mereka tiada dirugikan”( Q.S. Al Ahqaf (46): 19 24)

“Bagi orang laki-laki ada bagian dan apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dan yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagai karunianya. Sesungguhnya Allah maha men getahui segala sesuatu” (Q.S. An Nisa’ (4) : 32)

2. Amanah dan Pertanggungjawaban

Dalam hal amanah dan pertanggungjawaban, Islam menggariskan dalam firman Nya, yang artinya : “Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang kamu kerjakan” (QS. An-Nahl, (16) : 93)

Amanat yang menjadi pembahasan pada klausa ini merupakan bentuk masdar dan kata kerja amina, ya ‘manu, amn(an), amanat(an), aman(an), imn(an), amanat(an) secara leksikal bermakna segala yang dipenintah Allah kepada harnbaNya.

Ibn Katsir mengemukakan bahwa ayat ini menyatakan sifat-sifat Utusan Tuhan, yaitu: menyampaikan seruan Tuhan, memberi nasehat dan kepercayaan. Al-Maraghi mengklasifikasikan amanat terbagi atas: a). Tanggung jawab manusia kepada sesamanya b). Tanggungjawab manusia kepada Tuhan c). Tanggung jawab manusia kepada dininya sendiri .

Prinsip tersebut bermakna bahwa setiap pribadi yang mempunyai kedudukan fungsional dalam interaksi antar manusia dituntut agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Apabila ada kelalaian terhadap kewajiban tersebut akan mengakibatkan

Pola Manajemen Bank Syari’ah 42

Page 6: Manajemen bank syariah

kerugian bagi dininya sendiri. Persoalan lebih lanjut berkenaan dengan kewajiban-kewajiban yang menjadi tanggung jawab dan sumber tanggung jawab tersebut. Persoalan ini terkait dengan amanat yang telah dikemukakan, yaitu amanat dan Tuhan berupa tugas-tugas berupa kewajiban yang dibebankan oleh agama, dan amanat dan sesama manusia, baik amanat yang bersifat individual maupun organisasional. Pada konteks inilah, sipenerima anwnat dituntut untuk profesional, sesuai dengan hadist Rasulullah SAW. berikut:

“Jika amanat telah disia-siakan, tunggulah kehancuran “, lalu sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimana menyia-nyiakannya ?“ Rasulullah SAW menjawab: “jika urusan diserahkan orang yang bukan ahlinya” (H.R. Muslim)

Selanjutnya, amanat-amanat yang dibebankan tersebut, akan dimintai pertanggungjawabannya, seperti hadist Rasulullah s .a.w. berikut:

“Setiap hamba itu adalah pengembala (pemelihara) atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta yang dikelolanya”.

3. Komunikatif

Sesungguhnya dalam setiap gerak manusia tidak dapat menghindari untuk berkomunikasi. Ketika pejabat mengatakan ‘No Comment’ misalnya, sebetulnya ia telah menyampaikan komentar. Begitu akrabnya komunikasi dengan kehidupan manusia, sehingga manusia perlu berkomunikasi untuk menghindari komunikasi.

Dalam manajemen, komunikasi menjadi faktor penting dalam melakukan transformasi kebijakan atau keputusan dalam rangka pelaksanaan manajerial itu sendiri menuju tercapainya tujuan yang diharapkan. Begitu pentingnya komunikasi dalam manajemen, sehingga menuntut komunikasi tersebut disampaikan dengan tepat.

Ketepatan penyampaian komunikasi mi, selanjutnya disebut sebagai komunikatif. Berkaitan dengan komunikasi yang komunikatif mi, AI-Qur’an memberikan penjelasan dalam beberapa ayatnya dengan petunjuk Iafadz qawlan yang berbentuk kata kerja perintah (amr).

Diantara ayat-ayat A1-Qur’an yang menjelaskan komunikasi yang komunikatif adalah sebagian berikut:

a. Qawlan layyina pada QS. Thaaha (20) : 44

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” Q.S. Thaaha (20) 44

Menurut Al-Maraghi ayat tersebut terkait pembicaraan dengan Fir’aun yakni pembicaraan yang lemah lembut agar lebih dapat menyentuh hati dan lebih dapat menariknya untuk menerima dakwah. Sebab dengan perkataan yang lemah lembut hati orang-orang yang durhaka akan menjadi halus dan kekuatan orang-orang yang sombong akan hancur.

b. Qawlan karima pada QS. A1-Israa’ (17) 23

“Dan janganlah kamu membentak inereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”

Perkataan yang mulia pada ayat tersebut hendaknya disampaikan kepada orang tua (birr aiwalidain). Qaulan karima pada ayat tersebut menurut Al Maraghi adalah sikap yang baik tanpa adanya kekerasan.

c. Qawlan mais pada QS. A1-Israa’ (17) : 28

“Dan jika kamu berpaling dan mereka untuk memperoleh rahmat dan tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah pada mereka ucapan yang pantas”

Pola Manajemen Bank Syari’ah 43

Page 7: Manajemen bank syariah

Perkataan atau ucapan yang pantas ‘qawlan maisura’ pada ayat tersebut berkonteks pada keluarga dekat, orang miskin serta para musaffir. Sedan gkan kata qawlan maisura pada ayat tersebut, menurut Al Maraghi adalah perkataan lunak dan baik, kalaupun memberi janji, janjikanlah kepada mereka janji yang tidak men gecewakan hati.

d. Qawlan ma’ryfa pada QS. A1-Ahzaab (33) : 8 dan QS. An-Nisaa’ (4) : 5

“Maka berilah mereka dan harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang benar”

“Berilah mereka belanja dan pakaian (dan hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”

Ucapan yang digunakan ayat tersebut ‘qawlan ma’rufa ‘(kata-kata yang baik) menurut Al Maraghi bermakna perkataan yang enak dirasa oleh jiwa dan membuatnya menjadi penurut. Misalnya memberikan pemahaman kepada orang yang belum bisa tasarruf, bahwa harta itu adalah kepunyaannya, tidak ada seorangpun yang berkuasa atasnya.

e. Qawlan sadida pada QS. Al-Ahzaab (33) : 70 dan QS. An-Nisaa’ (4) : 9

‘Hai orang-orang yang beriman, berraqwalah karnu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”

“Hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”

Kata qawlan sadida yang pertama adalah perintah sesudah taqwa, qawlan sad jd berarti ucapan yang jujur, tidak bohong. Yakni supaya kita tidak meninggalkan keturunan yang lemah, A1-Qur’an menyuruh kita selalu berkata benar dan anak-anak dilatih berkata jujur. Karena kejujuran melahirkan kekuatan. Kebohongan mendatangkan kelemahan. Biasa berkata benar mencerminkan keberanian dan bohong sering lahir, karena tidak percaya din serta adanya rasa ketakutan.

Kemudian kata qawlan sadid kedua ‘perkataan yang adil dan benar’ adalah perintah Allah kepada manusia dalam urusan anak yatim.

f. Qawlan bal QS. An-Nisaa’ (4) : 63

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah men getahui apa yang ada didalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dan mereka, dan berilah mereka pelajaran dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada mereka”

Baligha pada ayat tersebut berarti sampai pada sasaran atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qawlan (ucapan atau komunikasi), maka qawlan bal berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Menurut Jaluddin Rahmat qawlan baljgha dapat terjadi apabila komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat orang yang dihadapinya. Dalam istilah Al-Qur’an, ia berbicara “fi anfusihim” (tentang diri mereka). Sedangkan dalam istilah sunnah, “berkomunikasilah kamu sesuai dengan kadar akal mereka”.

Uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas, menunjukkan bahwa kodrati manusia sebagai makhluk yang tergantung dan makhluk utama yang memiliki kebebasan dalam menentukan jalan hidupannya serta eksistensinya sebagai hamba Allah dan khalifah yang membawa misi pemakmur bumi dan amar ma ‘ruf nahi munkar, erat kaitannya dengan pencapaian hakekat manjemen yang terkandung dalam Al—Qur’an yakni memandang atau merenungkan suatu urusan (persoalan) agar persoalan tersebut terpuji dan baik akibatnya.

Prinsip Manajemen dalam Syari’ah Islam

Perbuatan manusia menurut pendekatan syari’ah dapat berbentuk perbuatan ibadah dan dapat berbentuk perbuatan mu ‘amalah. Suatu perbuatan ibadah pada asalnya tidak boleh dilakukan kecuali ada dalil atau ketentuan yang terdapat dalam Al Qur’an danlatau

Pola Manajemen Bank Syari’ah 44

Page 8: Manajemen bank syariah

Al Hadits, yang menyatakan bahwa perbuatan itu harus atau boleh dilakukan. Sedang dalam mu ‘amalah pada asalnya seniua perbuatan boleh dilakukan kecuali ada ketentuan dalam Al-Qur’an danlatau Al -Hadits yang melarangnya.

Perbuatan ibadah adalah yang dinyatakan oleh Al Qur’an dan Al Hadits tentang cara-cara beribadah seperti shalat, puasa, ibadah haji dan lain-lain. Baik tata caranya, waktunya, dan tempatnya dengan tegas dan jelas telah ditetapkan dalam Al Qur’an dan/atau Al Hadits. Tidak boleh ditambah, dikurangi atau diubah.

Perbuatan mu ‘amalah adalah semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang harus terikat dengan hukum-hukum syara’. Sesuai dengan koidah ushul “asal dari perbuatan adalah terikat dengan hukum syara”

Islam mewajibkan para penguasa dan para pengusaha untuk berbuat adil, jujur dan amanah demi terciptanya kebahagiaan manusia (falah) dan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) yang sangat menekankan aspek persaudaraan (ukhuwah), keadilan sosioekonomi, dan pemenuhan kebutuhan spiritual ummat manusia. Ummat manusia yang memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah sebagai khal dan sekaligus sebagai hamba-Nya tidak akan dapat merasakan kebahagiaan dan ketenangan batin kecuali bila kebutuhan-kebutuhan materiil dan spirituil telah dipenuhi. Tujuan utama syari’at adalah memelihara kesejahteraan manusia yang mencakup perlindungan keimanan, kehidupan, akal, keturunan dan harta benda mereka. Apa saja yang menjamin terlindunginya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan dikehendaki.

Dengan sangat bijaksana Imam Ghazali meletakkan iman pada urutan pertama dalam daftar tujuan (maqashid) syari’at itu, karena dalam perspektif Islam, iman adalah isi yang sangat penting bagi kebahagiaan manusia. Iman-lah yang meletakkan hubungan hubungan kemanusiaan pada fondasi yang benar, yang memungkinkan manusia berinteraksi satu sama lain dalam suatu pergaulan yang seimbang dan saling menguntungkan dalam mencapai kebahagiaan bersama. Iman juga memberikan suatu filter moral bagi alokasi dan distribusi sumber-sumber daya menurut kehendak persaudaraan dan keadilan ekonomi, disamping menyediakan pula suatu sistem pendorong untuk mencapai sasaran seperti pemenuhan kebutuhan serta distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata. Tanpa menyuntikkan dimensi keimanan ke dalam semua keputusan yang dibuat oleh manusia, baik itu dalam rumah tangga, direksi perusahaan, pasar atau politbiro, maka tidaklah mungkin diwujudkan efisiensi dan pemerataan dalam alokasi dan distribusi sumber daya untuk mengurangi ketidakseimbangan makro ekonomi dan ketidakstabilan ekonomi atau memberantas kejahatan, keresahan, ketegangan dan berbagai macam gejala penyakit.

Imam Ghazali meletakkan harta-benda dalam urutan terakhir karena harta bukanlah tujuan itu sendiri. Ia hanyalah suatu alat perantara, meskipun sangat penting, untuk merealisasikan kebahagiaan manusia. Harta-benda tidak dapat mengantarkan tujuan mi, kecuali bila dialokasikan dan didistribusikan secara merata. Hal ini menuntut penyertaan kriteria moral tertentu dalam menikmati harta-benda, operasi pasar dan politbiro. Apabila harta-benda menjadi tujuan itu sendiri, maka akan mengakibatkan ketidakmerataan, ketidak seimbangan dan perusakan lingkungan yang pada akhirnya akan mengurangi kebahagiaan anggota masyarakat di masa sekarang maupun bagi generasi yang akan datang.

Tiga tujuan yang berada di tengah, yaitu kehidupan, akal dan keturunan, berhubungan dengan manusia itu sendiri dan kebahagiaannya menjadi tujuan utama syari’ah. Komitmen moral bagi perlindungan tiga tujuan itu melalui alokasi dan distribusi sumber daya tidak mungkin berasal dan sistem harga dan pasar dalam suatu lingkungan sekuler. Justru kehidupan, akal dan keturunan umat manusia seluruhnya itulah yang hams dilindungi dan diperkaya, bukan hanya mereka yang sudah kaya dan kelas tinggi saja. Segala sesuatu yang diperlukan untuk memperkaya tiga tujuan ini bagi semua umat manusia harus dianggap sebagai kebutuhan. Begitu pula semua hal yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan-kebutuhan seperti makanan yang cukup, sandang,

Pola Manajemen Bank Syari’ah 45

Page 9: Manajemen bank syariah

papan, pendidikan spiritual dan intelektual, lingkungan yang secara spiritual dan fisik sehat (dengan ketegangan, kejahatan dan polusi yang minim), fasilitas kesehatan, transportasi yang nyaman, istirahat yang cukup untuk ber-silaturra him dengan keluarga dan tugas-tugas sosial dan kesempatan untuk hidup yang bermartabat. Pemenuhan kebutuhan ini akan menjamin generasi sekarang dan yang akan datang dalam kedamaian, kenyamanan, sehat dan efisien serta mampu memberikan kontribusi secara baik bagi realisasi dan kelanggenganfalah dan hayaran thayyibah. Setiap alokasi dan distribusi sumber daya yang tidak membantu mewujudkanfa/ah dan hayatan thayyibah, menurut Ibnu Qayyim, tidak mencerminkan hikmah dan tidak dapat dianggap efisien dan merata (adil).

Pelaksanaan kewajiban tersebut, maka para penguasa atau pengusaha harus menjalankan manajemen yang baik dan sehat. Manajemen yang balk harus memenuhi syarat-syarat yang tidak boleh ditinggalkan (conditio sine qua non) demi mencapai hasil tugas yang baik. Oleh karena itu para penguasa atau pengusaha wajib mempelajari ilmu manajemen. Apalagi bila prinsip atau teknik manajemen itu terdapat atau diisyaratkan dalam Al-Qur’ an atau Al-Hadits.

Beberapa prinsip atau kaidah dan teknik manajemen yang ada relevansinya dengan

Al-Qur’an atau Al-Hadits antara lain sebagai berikut :

a. Prinsip Amar Ma ‘rufNahi Munkar

Setiap muslim wajib melakukan perbuatan yang ma ‘ruf, yaitu perbuatan yang baik dan terpuji seperti perbuatan tolong-menolong (taawun), menegakkan keadilan di antara manusia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempertinggi efisiensi, dan lain-lain. Sedangkan perbuatan munkar (keji), seperti korupsi, suap, pemborosan dan sebagainya harus dijauhi dan bahkan harus diberantas.

Menyeru kepada kebajikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (nahimunkar) adalah wajib sebagaimana firman Allah SWT:

“Hendaklah ada diantara kamu umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma ‘ruf dan men cegah perbuatan keji” QS Au ‘!mran (3) 104

Untuk melaksanakan prinsip tersebut, ilmu manajemen harus dipelajari dan dilaksanakan secara sehat, baik secara bijak maupun secara ilmiah.

b. Kewajiban Men egakkan Kebena ran

Ajaran Islam adalah metode Ilahi untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kebatilan, dan untuk menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera serta diridhai Tuhan.

Kebenaran (haq) menurut ukuran dan norma Islam, antara lain tersirat di dalam firman Allah Surat Al Isra (17) ayat 81:

“Katakanlah ya Muhammad! Telah datang kebenaran dan telah sirna yang batil. Sesungguhnya yang batil itu akan lenyap “.

Firman Allah dalam Surat Au Imran (3) ayat 60 menyatakan:

“Kebenaran itu dan Tuhanmu, karena itu janganlah engkau termasuk salah seorang yang ragu-ragu”.

Manajemen sebagai suatu metode pengelolaan yang baik dan benar, untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan dan menegakkan kebenaran. Menegakkan kebenaran adalah metode Allah yang harus ditaati oleh manusia. Dengan demikian manajemen yang disusun oleh manusia untuk menegakkan kebenaran itu menjadi wajib.

c. Kewajiban Menegakkan Keadilan

Hukum syari’ah mewajibkan kita menegakkan keadilan, kapan dan di manapun.

Allah berfirman di Surat An Nisa’ (4) ayat 58

Pola Manajemen Bank Syari’ah 46

Page 10: Manajemen bank syariah

“Jika kamu men ghukum di antara manusia, hendaknya kamu menghukum (mengadili) secara adil”

dan firman Allah dalam Surat Al A’raf (7) ayat 29 menyatakan bahwa:

Katakanlah ya Muhammad! “Tuhanku memerintahkan bertindak adil”

Semua perbuatan hams dilakukan dengan adil. Adil dalam menimbang, adil dalam bertindak, dan adil dalam menghukum. Adil itu hams dilakukan di manapun dan dalam keadaan apapun, baik di waktu senang maupun di waktu susah. Sewaktu sebagai orang kecil hams berbuat adil, sewaktu sebagai orang yang berkuasapun harus adil. Tiap muslim hams adil kepada dirinya sendiri dan adil pula terhadap orang lain.

d. Kewajiban menyampaikan amanah

Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kepada setiap muslim untuk menunaikan amanah. Kewajiban menunaikan amanah dinyatakan oleh Allah dalam Surat An Nisa’ (4) ayat 58

“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya “.

Ayat ini mengandung pengertian bahwa Allah memerintahkan agar selalu menunaikan amanat dalam segala bentuknya, baik amanat perorangan, seperti dalam jual-beli, hukum perjanjian yang termaktub dalam Kitab al Buyu’ (hukum dagang) maupun amanat perusahaan, amanat rakyat dan negara, seperti yang dipikul oleh seorang pejabat pemerintah, ataupun amanat Allah dan umat, seperti yang dipikul oleh seorang pemimpin Islam. Mereka tanpa kecuali memikul beban untuk memelihara dan menyampaikan amanat.

Mengenai kewajiban menunaikan amanat di bidang muamalah, Allah berfirman dalam Surat Al Baqarah (2) ayat 283

“Maka hendaklah (orang) yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) kepada yang berhak (yang berpiutang) “.‘

Seorang manajer perusahaan adalah pemegang amanat dan pemegang sahamnya, yang wajib mengelola perusahaan dengan baik, sehingga menguntungkan pemegang saham dan memuaskan konsumennya. Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap hamba itu adalah pen ggembala (pemelihara) harta tuannya, dan ia bertanggung jawab atas harta yang dikelolanya” HR Muslim

Sebaliknya orang-orang yang menyalahgunakan amanat (berkhianat) adalah berdosa di sisi Allah, dan dapat dihukum di dunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya pen gurus-pen gurus (manajer) yang buruk akan disiksa, berhati-hatilah engkau untuk menjadi mereka (manajer) “•HR Muslim

Dengan demikian jelaslah bahwa hak dan kewajiban seseorang dalam manajemen secara tegas diatur di dalam hukum syari’ah. Pengaturannya antara lain terdapat dalam Hukum Syari’ah, Bab al buyu’, Hukum Perjanjian, atau Bab Imarah dan Khilafah yang dinyatakan dengan dalil dan nash dalam Al Qur’ an dan Al Hadits. Semua hukum tersebut wajib dilaksanakan dan dikembangkan seperti hukum-hukum lain. Demikian pula prinsip-prinsip manajemen yang terdapat di dalam Al Qur’an dan Al Hadits, yang selalu segar, tidak menemui kejanggalan, sehingga sewajarnyalah diterapkan dalam praktek. Islam memberikan keluwesan untuk ber-ijtihad. Dengan peralatan dalil nash Al Qur’ an dan Al Hadits yang ditunjang oleh kemampuan ilmu pengetahuan modern, seorang manajer akan dapat ber-i jti had sehingga mendapatkan hasil (natijah) yang memuaskan.

Tujuan Manajemen Syari’ah

Pola Manajemen Bank Syari’ah 47

Page 11: Manajemen bank syariah

Semua organisasi, baik yang berbentuk badan usaha swasta, badan yang bersifat publik ataupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan tentu mempunyai suatu tujuan sendiri-sendiri yang merupakan motivasi dan pendiriannya. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapat keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer di manapun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan publik, maupun organisasi sosial kemasyarakatan. Perbedaannya hanyalah pada falsafah hidup yang dianut oleh masing-masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut.

Manajemen yang kita kenal sekarang ini adalah manajemen Barat yang individualistis dan kapitalistis. Di dalam masyarakat yang individualistis, kepentingan bersama dapat ditangguhkan demi kepentingan din sendiri. Hal ini disebabkan karena mereka telah meninggalkan nilai-nilai religius yang berdasarkan hubungan tanggung jawab antara manusia dengan Tuhannya, baik mengenai suruhan yang ma’rufdan pencegahan yang munkar, semata-mata ditujukan untuk memenuhi kebutuhannya.

Aspek dan Sifat Manusia sebagai Dasar Manajemen Syari’ah

Manusia adalah makhluk multi dimensional. Di dalamnya din manusia terdapat aspek-aspek yang menggerakkan manusia bertindak dan membutuhkan sesuatu. Beberapa aspek tersebut biasanya memberikan dasar pijakan bagi pengembangan sesuatu. Hasil pengembangan sesuatu itu dibuat dalam rangka untuk memenuhi apa yang dibutuhkan manusia. Diantaranya adalah masalah manajemen. Oleh karena itu, aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam membangun aspek manajemen Islami adalah :

1. Kebutuhan Fitrah Manusia sebagai Dasar Manajemen Islarni

Manusia itu terdiri dan unsur jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal dan hati. Unsur-unsur manusia itu memiliki kebutuhannya masing-masing. Manusia mempunyai tubuh yang tunduk pada hukum fisik, yang oleh karenanya merupakan subyek dan fisiknya. Guna mempertahankan hidupnya manusia perlu makan, minum, pakaian dan perlindungan. Tetapi manusia bukanlah semata-mata terdiri dan tubuh saja, sehingga semua persoalan tidak dapat dengan hukum-hukum fisik semata. Manusia juga adalah makhluk biologis, karena itu juga tunduk pada hukum-hukum biologis. Guna melestarikan spesiesnya, manusia mempunyai alat reproduksi dalam dirinya yang ditandai oleh kecenderungan berupa sex dan berkembang biak.

Namun manusiajuga bukan hanya merupakan alat reproduksi yang dapat diteliti dengan kacamata sexologi semata. Manusia juga memiliki akal yang membutuhkan sarana berupa ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk memikirkan berbagai rahasia dan ciptaan Allah yang ada di langit dan di bumi. Sebagai makhluk rasional, sifat akal selalu menuntut kepuasan. Dan sudut pandang ini maka ilmu pengetahuan adalah merupakan tuntutan kebutuhannya.

Selain itu manusiajuga termasuk makhluk sosial yang didorong oleh watak aslinya untuk bergaul dengan manusia lainnya. Keinginan alamiah untuk menjalin hubungan permanen antara pria dan wanita, ketergantungan anak manusia akan penlindungan orang tuanya, keinginan manusia untuk membela kepentingan keturunannya dan mempertahankan kasih sayang antara saudara sedarah, kesemuanya itu merupakan kecenderungan alami yang mengarahkan mereka dalam membangun kehidupan sosialnya. Namun, keramahtamahan dalam pergaulan hanyalah merupakan salah satu kualitas eksistensinya. Hal ini bukan satu-satunya acuan untuk melengkapi pemenuhan kebutuhan kehidupan yang sempurna. Justru di jaman sekarang ini tidak jarang orang berbuat riya’, ingin dilihat orang, minta agar sedekah yang diberikannya diumumkan, agar diketahui dan dipuji, kemudian memperoleh julukan dermawan. Padahal di mata Allah, nilai setiap amal itu tergantung pada niatnya.

Pola Manajemen Bank Syari’ah 48

Page 12: Manajemen bank syariah

Agar manusia selalu terdorong untuk berusaha memenuhi kebutuhannya, Allah menghiasi pula dengan nafsu dan keinginan, baik untuk memperoleh kesenangan biologis (sex dan beranak pinak) maupun kesenangan lainnya seperti kecintaan kepada harta yang banyak, dan jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang.

Nafsulah yang merupakan motivator bagi manusia untuk selalu berusaha memenuhi keinginannya tersebut. Guna memenuhi keinginannya itu, sang nafsu lalu meminta bantuan akal untuk mencari cara yang paling cepat dan mudah untuk mendapatkannya. Akal akan menawarkan berbagai alternatif, sesuai dengan kapasitasnya. Kualitas akal ini akan tergantung pada pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, sedangkan tawaran alternatif metode yang disarankan oleh akal tersebut bisa bersifat rasional atau irrasional. Biasanya alternatif yang ditawarkan itu bersifat netral dan bebas nilai. Metode yang bersifat rasional adalah seperti bercocok tanam, bekerja memproduksi barang yang diinginkan, melakukan pertukaran barang dengan orang lain, meminta harta warisan yang menjadi haknya, bahkan termasuk mengemis, mencuri, merampok dan sebagainya. Sedangkan metode yang bersifat irrasional adalah seperti menggunakan ilmu sihir, spekulasi, berjudi dan lain-lain.

Manusia adalah juga merupakan makhluk moral spiritual, yang membedakan antara kebaikan dan kejahatan, memiliki dorongan bawaan untuk mencapai realitas di luar pengertian akal. Fungsi dan moral spiritual ini diperankan oleh hati. Dalam hal in hati berfungsi memberikan pertimbangan kepada nafsu, apakah jenis kebutuhan yang diinginkannya itu halal atau haram, bermanfaat ataukah membahayakan dirinya, jumlah kebutuhan yang diinginkannya itu wajar ataukah berlebihan, dan cara mendapatkannya itu layak ataukah tidak untuk diperturutkan dan dilaksanakan.

Kualitas dan pertimbangan hati itu akan tergantung kepada sistem nilai yang dianutnya dan intensitasnya mengingat I/ah yang diimaninya. Apabila hati beriman kepada Allah dan selalu mengingat-Nya dengan intensitas yang tinggi, maka nilai pertimbangannya pun semakin baik sesuai dengan norma-norma etika yang telah ditetapkan oleh Allah. Sebaliknya apabila hati beriman kepada toghut maka nilai pertimbangannya pun akan sesat karena mengukuti nasihat-nasihat toghut.

Akumulasi interaksi antara nafsu, akal dan hati inilah yang akan menentukan kualitas nilai din manusia tersebut. Din yang seimbang (nafs a! muthmainnah) hanya akan memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan fitrahnya saja, yaitu kebutuhan yang dihalalkan oleh Allah SWT, dalam jumlah yang diperlukan saja, tidak berlebihan dan dengan cara-cara yang dibenarkan oleh ajaran Allah dan RasulNya. Lain halnya dengan din yang serakah (nafs al lawwamah) dan liar (nafs al amarah) yang selalu terdorong memenuhi segala keinginan, seperti yang diciptakan oleh setan-setan kapitalis yang memang sangat kreatif dan aktif dalam menciptakan, memproduksi, dan mendorong timbulnya kebutuhan-kebutuhan secara berlebihan, yang justru merusak kualitas hidup manusia, seperti makanan haram, minuman keras, obat-obat terlarang, judi, seks bebas dan sebagainya. Untuk mendapatkannya pun ditempuh dengan cara-cara yang dilarang oleh Islam, seperti menyuap, merampas, korupsi, menipu, mencuri, merampok, nba, judi, perdagangan gelap, menimbun dan usaha-usaha lain yang menghancurkan masyarakat. Dorongan-dorongan itulah yang melandasi paradigma ekonomi kapitalis yang menyatakan bahwa kebutuhan tidak terbatas, sehingga mereka terus memproduksi apa saja asal masih ada yang menginginkan, meskipun produk itu tidak bermanfaat, bertentangan dengan fitrah kebutuhan manusia, bahkan merusak masyarakat secara keseluruhan.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa manusia yang terdiri dan keseluruhan sifat-sifat tersebut (fisik, biologis, intelektual, spiritual dan sosiologis) memiliki kebutuhan masing-masing yang dipadukan bersama-sama. Sementara di luar itu, ada suatu masalah penting untuk dipertimbangkan, yaitu — dengan segala keberadaannya dalam semua aspek kehidupannya yang beragam manusia merupakan bagian dan sistem alam raya yang sangat besar dan luas.

Pola Manajemen Bank Syari’ah 49

Page 13: Manajemen bank syariah

Keseimbangan pemenuhan kebutuhan masing-masing unsur tersebut akan sangat bergantung kepada lemah-kuatnya dorongan nafsu dan kualitas pengendalian yang diperani oleh akal dan hati. Akal dan hati yang berkualitas pasti akan membatasi konsumsinya sebatas kebutuhan fitrahnya. Konsumsi yang melebihi kebutuhan fitrah adalah kebutuhan palsu, yang justru akan merusak dirinya.

Demikianlah Allah swt telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, yang terdiri dan berbagai unsur yang terorganisir dengan rapi dan interaksi antar unsur-unsur yang ada mencerminkan suatu sistem manajemen yang sangat sempurna dan canggih. Sudah seharusnya manusia menjadikannya sebagai i ‘tibar (pelajaran) dalam membangun suatu sistem organisasi dan manajemen yang baik.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu ban gunan yang kokoh”. QS Ash-Shaff(61) : 4

2. Tujuan hidup tnanusia sebagai tujuan manajemen

Tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menyembah dan mengabdi kepada-Nya. Sebagaimana ditegaskan dalam firmanNya, yang artinya:

“Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali agar mereka hanya mengabdi kepada-Ku “.QS Adz-Dzaanyaat (51) : 56

Inilah tujuan hidup manusia menurut ajaran Allah SWT, yang berintikan tauhid (pengesaan Tuhan) diikuti dengan seruan agar manusia beriman dan cinta kepada Allah dan Rasulnya serta yakin akan adanya han akhirat. Segala tindakan dan kegiatan manusia hendaknya dilandasi motivasi untuk memperoleh keridlaan Allah, orientasinya kepada kebahagiaan akhirat (tanpa melupakan bagiannya di dunia) dan aplikasinya adalah ditegakkannya hukum (syari ‘ah) Allah di bumi. Inilah yang membedakannya dengan orang-orang sekuler, yang motivasi dan orientasi sikap, tindakan dan kegiatannya hanya untuk memperoleh kesenangan hidup di dunia saja, dan aplikasinya adalah tujuan menghalalkan segala cara.

Bagi setiap muslim, keridlaan Allah adalah segala sumber dan kebahagiaan, di dunia dan di akhirat. Dunia adalah ladang tempat bertanam, hasil yang dinikmatinya di dunia adalah bagian kecil saja dan hasil yang sesungguhnya akan diperoleh. Bagian hasil terbesar justru akan dinikmatinya di akhirat. Allah, selain sebagai satu-satunya dzat yang patut disembah (tauhid uluhiyah), Allah jualah satu-satunya pengatur seluruh alam beserta isinya (tauhid rubbubiyah). Manusia sebagai hamba-Nya wajib menyerahkan din bulat-bulat kepada-Nya dan rela untuk diatur oleh-Nya. Pemenuhan kebutuhan hidupnya di dunia sebatas keperluan untuk mengabdikan dirinya kepada Allah. OIeh karenanya setiap usaha yang dilakukan dalam kehidupan dunia ini haruslah senantiasa disesuaikan dengan hukum dan ketentuan-ketentuan yang telab digariskan oleh syari’ah Allah SWT.

Manusia diciptakan Allah agar berfungsi sebagai penguasa (khalifah) (QS Al-An’aam (6) 165) di bumi dengan tugas untuk memelihara dan memakmurkan bumi. Karena bumi dengan semua sistem ekologi yang telah diciptakan Allah itu sudah merupakan tempat yang baik bagi hidup mereka. Pemanfaatan segala sumber daya di dalamnya harus dilakukan dengan daya cipta yang tinggi dan dengan memperhatikan prinsip keseimbangan. Manusia harus menyadari segala tindakan yang dapat menimbulkan kerusakan di bumi. Tugas ini memerlukan pengertian yang tepat tentang hukum-hukum Allah yang menguasai alam ciptaan-Nya, dilanjutkan dengan kegiatan bertindak untuk melakukan suatu yang baru, yang baik (saleh) , untuk kebaikan (maslahat) bagi manusia, dengan menggunakan teknologi yang sesuai dengan hukum itu. Hal ini berkaitan erat dengan ajaran tentang prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran dalam kegiatan hidup, terutania dalam kegiatan ekonomi yang menyangkut proses pembagian kekayaan dan pemerataannya di antara masyarakat.

Pola Manajemen Bank Syari’ah 50

Page 14: Manajemen bank syariah

Beberapa faktor strategis dan fundamental harus dipertimbangkan dalam menentukan penilaian dasar dan tujuan manajemen yaitu:

(a) Hak Fundamental Seluruh Manusia

Bahwa manusia adalah makhluk termulia yang diciptakan Tuhan (QS Al lsraa’ (17) :70). OIeh karena itu semua kegiatan manusia haruslah dalam rangka memelihara nilai kemuliaannya itu. Manajemen harus bertolak dan prinsip memelihara nilai-nilai kemuliaan manusia, yang telah diberikan contoh oleh Allah. Nilai-nilai serta hakekat dan manusia tidak boleh dikurangi, atau diabaikan dalam pelaksanaan manajemen, karena semua yang ada di permukaan bumi ini disediakan untuk manusia, bukan sebaliknya. Manusia tidak diperkenankan oleh Allah menyembah benda, betapapun pentingnya benda tersebut bagi rnanusia. Manusia juga tidak boleh menyembah seorang oknum, betapapun besarnya kekuasaan dan kekayaannya. Manusia hanya wajib menyembah Allah. Inilah hakikat hak asasi manusia yang harus dianut pula dalam manajemen.

(b) Hak dan kewajiban bekerja

Ajaran Islam tidak mengenal kelas dalam masyarakat yang membagi manusia menurut tingkat-tingkat yang dibuat oleh manusia itu sendiri, untuk menimbulkan tidak adanya persamaan (musawah) diantara manusia, seperti antara kelas bangsawan dan kelas kawula di masyarakatfeodalistis ataupun kelas majikan dan buruh dalam masyarakat kapitalis dan komunis.

Ajaran Islam juga tidak mengenal adanya kelas manajer, karena adanya sekelompok orang yang berfungsi sebagai manajer hanya dapat dilihat dan pembagian kerja, atas dasar persetujuan bersama, atau atas dasar kemampuan manajerial semata. Disini Islam hanya mengenal konsep pembagian kerja yang didasarkan pada kemampuan fisik, ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh masing-masing manusia. Menurut Roger Garaudy, bekerja memainkan peranan pokok yang sangat penting sebagai dasar pemilihan hak bekerja di dalam Islam.

Adanya jenjang-jenjang dalam organisasi kerja hendaknya semata-mata dimaksudkan agar setiap potensi, baik potensi fisik, ilmu dan teknologi dapat disinergikan, sebagaimana firman Allah

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu ? Kami telah menentukan antara mereka pen ghidu pan mereka dalam kehidu pan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dan pada apa yang mereka kumpulkan QS Az Zukhruf(43) : 32

(c) Akhlaqul karimah

Ajaran Islam didasarkan dan ditujukan untuk membentuk akhlak yang luhur. Dengan akhlak yang luhur, manusia diharapkan melakukan perbuatan yang baik, indah, serasi dan harmonis. Dengan demikian, prinsip manajemen dan pelaksanaannya wajib dijiwai, dipimpin dan diarahkan untuk mencapai kebaikan (mashlahat), berdasarkan konsepsi dan norma-norma yang ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya.

Firman Allah, yang artinya:

“Berbuat baiklah kamu (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah be rbu at baik kepadamu. Jan ganlah kamu membuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” QS Al Qashash (28) 77

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (men gerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran “63 QS Al Maaidah (5) : 2

Konsepsi ajaran akhlak menuju perbuatan baik dan terpuji (amal shaleh), berfaedah dan indah, untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah.

Pola Manajemen Bank Syari’ah 51

Page 15: Manajemen bank syariah

Konsep amal shaleh menjadi inti ajaran Islam yang harus diterapkan dan untuk melatar-belakangi manajemen, baik dalam konsepsi, struktur maupun operasinya.

Unsur Manajemen Syari’ah dan Implikasinya di Bank Syari’ah

Manajemen sebagai suatu sistem di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling terkait antara satu dengan yang lain dalam rangka mencapai sasaran. Unsur satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Hal inilah sebagai suatu konsep keutuhan. Islam memberikan dorongan kepada umatnya untuk melihat sesuatu secara utuh (kaafah). Terkait dengan manajemen sebagai suatu sistem, maka di dalamnya terdapat unsur unsur, yaitu : Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan.

Perencanaan

Semua dasar dan tujuan manajemen seperti tersebut di atas haruslah terintegrasi, konsisten dan saling menunjang satu sama lain. Untuk menjaga konsistensi kearah pencapaian tujuan manajemen maka setiap usaha itu harus didahului oleh proses

perencanaan yang baik. Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan rencanakanlah masa depanmu. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Tahu atas apa-apa yang kalian perbuat” QS Al-Hasyr (59): 18

Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses kegiatan yang meliputi forecasting, objective, policies, pro grames, procedures dan budget.

1. Forecasting

Forecasting adalah suatu peramalan usaha yang sistematis, yang paling mungkin memperoleh sesuatu di masa yang akan datang, dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan yang rasional atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan adalah untuk memberi informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Bagi manajer yang telah berpengalaman tidak jarang terjadi perkiraan itu dilakukan berdasarkan intuisi, atau firasat. Hal ini juga dapat bersumber dan taufiq dan hidayah Allah bagi mereka yang dikehendakiNya. Oleh karena itu adalah merupakan suatu kebiasaan yang baik bagi setiap muslim, dalam menghadapi suatu persoalan yang musykil, meminta petunjuk dan Allah, dengan cara shalat istikharah, untuk mendapatkan petunjuk dan hidayahNya, dalam mengambil keputusan atau merencanakan sesuatu. Kebiasaan demikian akan membawa kepada sikap taqarrub kepada Allah, dan membiasakan din untuk tidak mengambil tindakan yang gegabah dalam segala hal

Langkah pertama yang hams dilakukan oleh manajemen bank adalah melakukan peramalan usaha dengan melihat kondisi internal dan eksternal dalam rangka perumusan kebijakan dasar. Kondisi internal meliputi potensi dan fasilitas yang tersedia, distribusi aktiva, posisi dana-dana, pendapatan dan biaya. Sedangkan kondisi eksternal meliputi menelaahan situasi moneter, lokal dan internasional, peraturan-peraturan, situasi dan kondisi perdagangan, nasional dan internasional.

2. Objective

Objective atau tujuan adalah nilai yang akan dicapai atau diinginkan oleh seseorang atau Badan Usaha. Untuk mencapai tujuan itu dia bersedia memberi pengorbanan atau usaha yang wajar agar nilai-nilai itu terjangkau. Tujuan suatu organisasi hams dirumuskan dengan jelas, realistis dan dapat diketahui oleh semua orang yang terlibat dalam organisasi, agar mereka dapat berpartisipasi dengan penuh kesadaraan.

Tujuan manajemen bank syari’ah tidak saja meningkatkan kesejahteraan bagi para stakeholders, tetapi juga harus mempromosikan dan mengembangan aplikasi dan prinsip-prinsip Islam, syari’ah dan tradisinya kedalam bisnis keuangan dan bisnis lainnya yang terkait. Oleh karena itu aktivitas perencanaan tujuan masa depan harus dilakukan

Pola Manajemen Bank Syari’ah 52

Page 16: Manajemen bank syariah

dengan baik, teliti, lengkap dan rinci, dan perumusan kebijakan itu haruslah disusun bersama oleh direksi bersama-sama dengan dewan komisaris dan dewan pengawas syari’ ah, dan perencanaan operasional harus disusun bersama dengan para pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan operasional. Islam menganjurkan melakukan musyawarah, dan bukan one man show. Sebagaimana Allah berfirman:

“Maka dikarenakan karunia dan Allah engkau bersikap lemah lembut kepada mereka. Kalau engkau bersikap kasar dan berhati keras maka mereka akan menjauh dan sekitarmu. Oleh karena itu maafkanlah mereka dan mintalah ampunan untuk mereka. Dan bermusyawarahlah den gan mereka dalam setiap urusan kalian Maka jika kamu sudah bertekad (men gambil keputusan) bular, maka berserah dirilah kepada Allah, Sesungguhnya Allah itu mencintai orang-orang yang bertawakkkal. QS All ‘Imraan (3) : 159

Kita diperintah oleh Allah untuk memusyawarahkan dan memutuskan sesuatu yang bermanfaat, bukan keputusan yang sekedar coba-coba dan salah (try and error) kemudian mencoba lagi sampai menemukan sesuatu yang fixed. Hal itu membuang energi dan waktu. Pada QS An Nahi (16) Allah berfirman:

“Dan janganlah kalian seperti perempuan tua yang merombak kembali tenunannya setelahjadi. Kalian menjadikan sumpah-sumpah kalian sebagai tipu daya agar kalian menjadi umat yang lebih besar dan um%2t lainnya (merebut massa dengan segala cara). Sesungguhnya Allah men guji kalian dengan persoalan itu dan pasti akan dijelaskanNya pada han kiamat apa apa yang mereka perselisihkan “QS An-NahI (16) 96

Jadi yang dimaksudkan adalah agar kita menyusun perencanaan tujuan secara profesional, tidak sekedar coba-coba.

3. Policies

Policies dapat berarti rencana kegiatan (plan of action) atau juga dapat diartikan sebagai suatu pedoman pokok (guiding principles) yang diadakan oleh suatu Badan Usaha untuk menentukan kegiatan yang berulang-ulang. Suatu policies dapat dikenal dengan dua macam sifat, yaitu pertama merupakan prinsip-prinsip dan kedua sebagai aturan untuk kegiatan-kegiatan (rules of actions). OIeh karena itu policies merupakan prinsip yang menjadi aturan dalam kegiatan yang terus-menerus, setidak-tidaknya selama jangka waktu pelaksanaan rencana suatu organisasi.

Keputusan mengenai suatu policies ditentukan oleh top manajemen atau chief excecutive officer atau Board of Directors dan suatu Badan Usaha. Para manajer bertanggung jawab (accountable) untuk menafsirkan, menjelaskan dan menjamin pelaksanaan policies tersebut. Suatu policies haruslah merupakan suatu pernyataan positif (positive declaration) dan merupakan perintah yang harus dipatuhi (imperative) oleh seluruh jajaran di dalam organisasi secara vertikal ke bawah.

Bidang kegiatan bank yang perlu dirumuskan dalam wujud kebijakan dasar (basic policies) umumnya meliputi bidang penting bagi aktivitas bank, yaitu sebagai berikut:

a. Tipe nasabah yang dilayani

Bank harus menetapkan tipe nasabah yang menjadi sasaran bagi pemasaran produknya. Melalui berbagai pertimbangan, bank dapat memutuskan untuk hanya melayani usaha kecil dan menengah saja, sedangkan usaha besar tidak. Dengan pertimbangaannya sendiri bank lain juga dapat memutuskan untuk melayani semua jenis nasabah, baik usaha besar, usaha menengah, usaha kecil maupun perorangan.

b. Jenis layanan yang disediakan bagi nasabah

Jenis layanan yang disediakan oleh bank biasanya berkaitan erat dengan tipe nasabah yang ingin dilayani. Jenis nasabah tertentu cukup dilayani melalui beberapa produk seperti tabungan, pinjaman, transfer dan inkaso, tetapi nasabah lain memerlukan jasa yang lebih terkait dengan informasi dan pelayanan bisnis perusahaan seperti trust and

Pola Manajemen Bank Syari’ah 53

Page 17: Manajemen bank syariah

corporate services. Ada juga bank yang memutuskan untuk melayani kebutuhan kelancaran urusan rumah tangga nasabah seperti pembayaran rekening listrik, air, telepon, pajak, servis mobil dan lain sebagainya. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan bank, apakah akan menyediakan semua jenis layanan perbankan (universal banking) ataukah hanya menekankan pada atau memberikan perhatian yang besar pada penyediaanjenis layanan tertentu saja, bukan hanya tergantung pada kesempatan meraih potensi pasar yang mereka hadapi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, seperti permodalan, kemampuan organisasi dan sumber daya manusia, kemampuan teknologi dan sebagainya.

c. Daerah atau wilayah pelayanan

Pertimbangan wilayah pelayanan berkaitan dengan perencanaan jaringan kerja, pembukaan kantor-kantor cabang dan besar kecilnya kantor-kantor cabang tersebut.

Sentra-sentra ekonomi harus ditelaah terlebih dahulu, yaitu seperti pertanian, industri, perdagangan dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan kebijakan desentralisasi manajemen dan pendelegasian wewenang.

d. Sistem penyampaian (delivery system) produk & jasa bank

Kebijakan ini berkaitan dengan pola perluasan jangkauan pemasaran dan penyampaian produk dan jasa bank. Sebagian bank mengutamakan penggunaan jaringan organik yang dimilikinya sendiri seperti kantor cabang, kantor kas dsb. Sebagian bank lain memilih melakukan outsourcing dengan mempergunakan agen agen sebagai remarketer

e. Distribusi aktiva produktif

Dalam menerapkan distribusi aktiva produkt if perlu disusun kebijakan alokasi dana, baik menurut sektor ekonomi, sektor industri maupun daerah atau wilayah pemasaran. Misalnya sekian persen untuk pembiayaan sektor industri manufaktur, sekian persen untuk perdagangan, sekian persen untuk nil estat, sekian persen untuk investasi dan penyertaan. Demikianjuga ratio antarapembiayaan dan sumber sumber daya, dengan memperhatikan penyebaran sumber daya (spreading re sources) dan penyebaran resiko (spreading risk).

f. Preferensi likuiditas

Hal ini adalah suatu yang sangat penting, kerena erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat kelanggengan bank. Sumber-sumber dana inti (core funds) yang stabil memberikan pengaruh yang kuat pada kemampuan likuiditas bank.

g. Persaingan

Kebanyakan bank sangat peka dan berlaku kompetitif dalam merebut hati para nasabah. Ketepatan dan kecepatan pelayanan dengan biaya yang relatif murah adalah dambaan nasabah. Karena itu bank hams tanggap dan berupaya menciptakan suasana fanatisme nasabah melalui pelayanan prima agar mampu bersaing dengan baik. Allah berfirman: “Dan bagi tiap-tiap sesuatu mempunyai sasaran (tujuan) yang dihadapinya. Maka berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan di mana saja kalian berada Pasti Allah akan men gumpulkan kalian semuanya. Sesungguhnya Allah itu berkuasa atas segala sesuatu”.(Q.S. Al baqoroh : 148)

h. Pen gembangan dan pelatihan staf

Pengembangan dan pelatihan staf haruslah merupakan kebijakan utama manajemen bank. Allah menyuruh Nabi untuk memperbaiki kondisi dan skill ummat dengan cara memberikan kepada mereka latihan-latihan atau training. Untuk menambah keimanan dan keyakinan merekapun memerlukan training. Hal ini dapat kitajumpai antara lain dalam Surah Al Anfal (8) : 65 dan Surah At Taubah (9) : 33 sebagai berikut

“Wahai Nabi, timbulkan hasrat orang beriman sampai mereka mampu sekalipun untuk berperang. Dan sekiranya kalian berjumlah dua puluh orang akan mampu mengalahkan

Pola Manajemen Bank Syari’ah 54

Page 18: Manajemen bank syariah

dua ratus orang, dan sekiranya kalian berjumlah dua ratus orang akan inampu mengalahkan seribu orang dan orang-orang kafir, disebabkan karena orang-orang kafir itu tidak memahami”

“Dialah Allah yang men gutus RasulNya dengan membawa al huda (Al- Qur’an) dan pola hidup yang haq agar dienul islam tadi berada di atas pola-pola hidup lainnya. Sekalipun orang musyrik tidak senang “69

Hidup adalah suatu medan perjuangan. Hidup ini penuh tantangan, bahkan Jepang dan Cina telah menjadikan teori perang Tzun Tzu, seorang ahli strategi Cina sekitar 500 SM sebagai teori perdagangan. Mereka menyimpulkan business is war Dengan begitu kita dapat mengerti bahwa persaingan bisnis itu akan lebih menjurus kepada sadistis karena bisnis sudah dianggap perang, teori-teori perang sudah dimasukkan ke dalam teori bisnis. Dengan demikian maka training and development harus lebih ditingkatkan lagi, bagi peningkatan kemampuan sumber daya manusia.

Bank Indonesia sangat menekankan hal ini secara eksplisit dalam Petunjuk Pelaksanan Pembukaan Kantor bank Syari’ah. Sebagai lembaga yang knowledge intentive, maka ketrampilan dan keahlian staf menjadi kunci keberhasilan bank. Selain itu, Sumber Daya Insani bank syari’ah dituntut memiliki pengetahuan mengenai ketentuan dan prinsip syari’ ah secara baik, dan memiliki akhlak dan moral Islami. Akhlak dan moral Islami dalam bekerja dapat disarikan dalam empat ciri pokok, yaitu : (I) Shiddiq (benar dan jujur), (2) Amanah (dapat dipercaya), (3) tabligh (mengembangkan lingkungan dan bawahan menuju kebaikan) dan (4) Fathonah (kompeten dan profesional). Oleh karena itu kebijakan pengembangan sumber daya insani hams disusun dan dirumuskan dengan jelas dan mudah dipahami oleh semua lapisan karyawan.

4. Programmes

Programmes adalah sederetan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan policies. Program itu merupakan rencana kegiatan yang dinamis yang biasanya dilaksanakan secara bertahap, dan terikat dengan ruang (place) dan waktu (time). Pro gram itu harus merupakan suatu kesatuan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dengan tujuan yang telah ditentukan dalam organisasi (closely integrated).

5. Schedules

Schedules adalah pembagian program yang harus diselesaikan menurut urut urutan waktu tertentu. Dalam keadaan terpaksa schedules dapat berubah, tetapi pro gram dan tujuan tidak berubah.

6. Procedures

Prosedur adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Perbedaannya dengan program adalah program menyatakan apa yang hams dikerjakan, sedangkan prosedur berbicara tentang bagaimana melaksanakannya.

7. Budget

Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus dikeluarkan dan pendapatan yang diharapkan diperoleh di masa yang akan datang. Dengan demikian, budget dinyatakan dalam waktu, uang, material dan unit-unit yang malaksanakan pekerjaan guna memperoleh hasil yang diharapkan.

Pen gorganisasian

Allah menciptakan manusia dalam satu komunitas, satu sama yang lainnya saling berhubungan dan berinteraksi. Kesemuanya ditugasi atau diamanahi sebagai khalifah di muka bumi. Dalam menjalankan fungsi kekhalifahannya diharapkan dapat menciptakan kemakmuran. Kemakmuran akan terwujud jikadiantara manusia itu saling tolong-menolong, tidak berpecah-belah. Sebagaimana Allah menegaskan dalam firmanNya, yang berarti:

Pola Manajemen Bank Syari’ah 55

Page 19: Manajemen bank syariah

“Allah membuat syariat dan dien, yakni apa yang Kami wasiatkan kepada Nuh, Muhammad, ibrahim, Musa dan isa bahwa hendaklah kalian menegakkan dien dan jan berpecah-belah padanya Memang be rat bagi orang musyrik apabila kalian men gajaknya ke jalan menuju kebaikan. Allah memilih siapa-siapa yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada siapa-siapa yang ingin kembali ke jalan Allah” (QS Asy Syuuraa (42) 13)

Dienul Islam adalah suatu sistem yang lengkap dalam kehidupan untuk mengelola manusia dan alam semesta sesuai dengan kehendak Allah. Kalimat : “menegakkan dien” dalam ayat tersebut diatas berarti mengatur kehidupan ini agar rapi dan kalimat:

“janganlah berpecah belah” berarti kita diperintahkan untuk mengorganisasikan kehidupan kita dengan sebaik-baiknya. Untuk mengatur kehidupan tersebut manusia dibekali dengan pedoman konseptual yang disebut a! haq seperti firman Allah:

“Wahai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu beifungsi sebagai khaltfah di muka bumi. Maka tegakkanlah hukum di antara manusia dengan al hag dan janganlah kamu mengikuti a! hawa Maka kalau kamu mengikuti al hawa tadi kamu akan disesatkan dan jalan Allah, bagi mereka itu siksa yang keras, dikarenakan mereka lupa akan han perhitungan. QS Shaad (38) : 26

Nabi Daud diperintah oleh Allah agar menegakkan hukum dengan al haq. Al haq itu datang dan Allah maka janganlah kalian menjadi orang-orang yang ragu ragu QS Al Baqarah (2) 147. Maka tegakkanlah hukum di antara mereka dengan apa yang diturunkan Allah dan janganlah kamu men gikuti al hawa mereka QS Al Maaidah (5) 48. Pengorganisasian atau Perencanaan dan pengembangan organisasi adalah meliputi pembagian kerja yang logis, penetapan garis tanggung jawab dan wewenang yang jelas, pengukuran pelaksanaan dan prestasi yang dicapai. Allah berfirman yang artinya

“Dialah Allah yang menjadikan kalian be sebagai khalifah di muka bumi dan men gangkat sebagian kalian di atas sebagian lainnya beberapa derajat Agar diuji kalian atas apa-apa yang diberikan kepada kalian. Sesungguhnya Allah Tuhanmu cepat sekali siksanya dan sesungguhnya Dia benar-benar Maha Pen gampun dan Maha Penyayang QS Al An’aam (6) : 165

Dan ayat-ayat di atas, kita dapat melihat adanya kalimat: “mengangkat sebagian

kalian di atas sebagian lainnya beberapa derajat” sebagai pedoman struktural, kalimat

“Agar Dia (Allah) menguji kalian atas apa-apa yang Dia berikan kepada kalian (sebagai jabatan)” sebagai pedoman fungsional, kalimat : “Sesungguhnya Tuhan kamu cepat sekali siksanya (kalau engkau menyalah-gunakan jabatan)” merupakan pedoman tanggung jawab dan sanksi. Sedangkan kalimat di akhir ayat: “Dan sesungguhnya Dia Alllah itu benar-benar Pen gampun dan Penyayang” adalah sifat kebijaksanaan Allah yang sebaiknya diteladani oleh setiap manajer.

Apa saja jabatan yang disandang seseorang merupakan amanat, maka jabatan yang dipegang seseorang merupakan ujian baginya. Kalau ia menyalahgunakan jabatan tadi, sesungguhnya siksa Allah sangat cepat. Sedang bagi mereka yang bersalah dalam melaksanakan tugas jabataannya, tanpa disengaja, maka Allah itu maha pengampun lagi penyayang.

Struktur Organisasi

Disamping Dewan Komisaris dan Direksi, Bank Umum Syariah dan BPR Syari’ ah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang ditempatkan di kantor pusat bank tersebut. Anggota DPS harus terdiri dan para pakar di bidang syariah muamalah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Oleh karena itu struktur organisasi bank perlu disesuaikan. Contoh struktur organisasi bank umum skyariah dapat dilihat pada gambar 9.1 di halaman berikut :

Sementara itu bagi bank umum konvensional yang membuka kantor cabang syariah, selain wajib memiliki DPS juga diwajibkan membentuk Unit Usaha Syariah (UUS). UUS

Pola Manajemen Bank Syari’ah 56

Page 20: Manajemen bank syariah

Dewan Audit Direksi

Divisi/Urusan Divisi/Urusan Divisi/Urusan Divisi/Urusan

Kantor CabangKantor Cabang Kantor Cabang

RUUPS/Rapat Anggota

Dewan Pengawas Syari’ahDewan Komisaris

merupakan satuan kerja di kantor pusat bank umum yang berfungsi sebagai kantor induk bagi kantor-kantor cabang syariah. Karena BPR konvensional tidak diperkenankan untuk memiliki kantor cabang syariah, maka UUS tidak dikenal pada BPR. Contoh struktur organisasi bank umum konvensional yang membuka cabang syariah dapat dilihat pada gambar halaman berikut : Dewan Pen gawas Syariah (DPS) adalah badan independen yang ditempatkan oleh Dewan Syariah nasional (DSN) pada bank. Anggora DPS harus terdiri dan para pakar di bidang syariah muamalah yang juga memiliki pen getahuan umum bidang perbankan. Persyaratan anggota DPS ditetapkan oleh DSN.2

Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, DPS wajib mengikuti fatwa DSN yang merupakan otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa mengenai kesesuaian produk dan jasa bank dengan ketentuan dan prinsip syariah.

Gambar 5.1

Contoh Organisasi Bank Umum Syariah dan BPRS

Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang dan ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN (Dewan Syari’an Nasional). Selain itu DPS juga mempunyai fungsi

1) Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan Unit Usaha Syari’ah dan pimpinan kantor cabang syari’ah mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek syari’ah.

2) Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dan bank yang memerlukan kajian dan fatwa dan DSN.

3) Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank. DPS wajib melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan Bank Syari’ah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurrangnya satu kali dalam setahun.

Bank yang akan membentuk DPS dalam rangka perubahan kegiatan usaha atau membuka kantor cabang syariah untuk pertama kalinya dapat menyampaikan permohonan penempatan anggota DPS kepada DSN.

Dewan Syari’ah Nasional

2 Bank Indonesia, Info rmas, Mengenai Peratu ran Bank Indonesia ba Bank U.’num berdasarkan Prinsip Syari ‘oh, 2000

Pola Manajemen Bank Syari’ah 57

Page 21: Manajemen bank syariah

Dewan Syari’ah Nasional (DSN) merupakan bagian dan Majelis Ulama Indone sia (MUI) yang bertugas menumbuhkembangkan penerapan niilai-nilai syari’ah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan reksadana. Anggota DSN terdiri dan para ulama, praktisi dan pakar dalam bidang-bidang yang terkait dengan perekonomian dan syariah muamalah.

Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI untuk masa bakti 4 tahun.

DSN merupakan satu-satunya badan yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia. Disamping itu DSN juga mempunyai kewenangan untuk:

1) memberikan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai anggota DPS pada satu lembaga keuangan syariah.

2) Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di masing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.

3) Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi kettentuan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Bank Indonesia dan BAPEPAM.

4) Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan penyimpangan dan fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN.

5) Mengusulkan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan tidak diindahkan.

Unit Usaha Syariah

Kantor-kantor cabang dan bank umum konvensional pada dasarnya merupakan unit yang mempunyai karaktteristik kegiatan usaha yang berbeda, serta mempunyai pencatatan dan pembukuan yang terpisah dan kantor-kantor konvensionalnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu unit kerja khusus yang disebut Unit Usaha Syariah (UUS) yang berfungsi sebagai kantor induk dan seluruh kantor cabang syariah. Unit tersebut berada di kantor pusat bank dan dipimpin oleh seorang anggota direksi atau pejabat satu tingkat di bawah direksi. Secara umum tugas UUS mencakup:

1) mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah.

2) Melaksanakan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dan kantor-kantor cabang syariah.

3) Menyusun laporan keuangan konsolidasi dan seluruh kantor-kantor cabang syariah.

4) Melaksanakan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor-kantor cabang syariah.

Perencanaan Organisasi

Perencanaan organisasi bank adalah pengelompokan yang logis dan kegiatan kegiatan bank, menurut hasil yang ingin dicapai yang menunjukkan dengan jelas tanggung jawab dan wewenang atas suatu tindakan. Misalnya seseorang yang memberikan pembiayaan harus bertangung-jawab untuk menagih untuk menyelesaikannya, karena pemberian pembiayaan itu bukanlah tujuan. Prinsip ini berlaku untuk seluruh level pada organisasi bank. Tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap posisi dalam organisasi harus dirumuskan denganjelas, sehingga tanggung jawab (accountability) untuk hasil akhirnya dapat diukur dengan mudah. Namun demikian pengelompokan fungsi-fungsi itu harus ditetapkan secara hati-hati, karena pengelompokan yang terlalu ketat juga mengandung kelemahan, misalnya kebutuhan tenaga manajerial yang berlebihan, masalah komunikasi internal dan sebagainya. Disamping itu organisasi bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, yang selalu dan selamanya tepat dan benar, karena akan selalu dipengaruhi oleh tempat, waktu, tujuan, manusia serta teknologi pendukungnya. Oleh

Pola Manajemen Bank Syari’ah 58

Page 22: Manajemen bank syariah

karenanya organisasi haruslahfleksible, agar selalu dapat menyesuaikan din dengan variable-variable tersebut.

Struktur organisasi tergantung pada besar-kecilnya bank (bank size), keragaman layanan yang ditawarkan, keahlian personilnya dan peraturan-peraturan perundang undangan yang berlaku. Tidak ada acuan baku bagi penyusunan struktur organisasi bagi bank dalam segala situasi kebutuhan operasinya. Bank mengorganisasikan fungsi fungsinya untuk melayani nasabahnya atau menempatkan karyawan yang ada atau karyawan baru sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Struktur organisasi setiap bank berikut tanggung jawab dan wewenang para pejabatnya bervariasi satu sama lain. Oleh karena itu struktur organisasi mencerminkan pandangan manajemen tentang cara yang paling efektif untuk mengoperasikan bank.

Beberapa pendekatan yang lazim dalam menetapkan organisasi bank adalah sebagai berikut

1. Pendekatan fungsional

Pendekatan tradisional dalam menyusun organisasi bank adalah melalui pengintegrasian fungsi-fungsi. Biasanya fungsi-fungsi itu ditetapkan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang tergambar dalam neraca, seperti pembiayaan, investasi, kas, penerimaan dana-dana. Pada bank dengan layanan tradisional, struktur organisasinya terbagi dalam tiga fungsi dasar yaitu (1) fungsi pembiayaan, (2) fungsi operasi dan (3) fungsi investasi. Secara visual digambarkan dalam gambar 9.2 pada halaman berikut:

Sejalan dengan perkembangannya fungsi-sungsi tersebut dapat dibagi-bagi lagi dalam beberapa kegiatan. Dalam perbankan syari’ah, fungsi pembiayaan dapat dibagi dalam pembiayaan piutang (debt financing) berdasarkan prinsip j ual-beli (murabahah, salam atau istishna), atau sewa-beli (ijarah), pembiayaan modal (equity financing) berdasarkan prinsip mudharabah (trustee financing) atau musyarakah (jount venture/profit sharing). Fungsi operasi dapat dibagi dalam tellers, pembukaan rekening (open ing new account), penerimaan simpanan (deposit), pemrosesan simpanan (deposit) dan layanan yang berkaitan dengan simpanan (deposit related services) seperti pemindah bukuan, pengiriman uang (money transfer), inkaso (collections), pembayaran tagihan (bill paying) dan lain, komputer service dan akuntansi, personalia dan sundries.

Gambar 5.2:

Struktur Organisasi Fungsional.

Pola Manajemen Bank Syari’ah 59

RUPS

Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syari’ah

Direksi

General Administrasi

Pembiayaan Treasury Operation

Debt Financing

Trustee Financing

Joint VentureProfit Sharing

Cash management

Investmen

Teller

Deposit RelatedService

Accounting

New Account

Personel

Page 23: Manajemen bank syariah

Pada bank kecil biasanya Direktur Utama menangani portfolio investasi, sedangkan cash management ditangani oleh Direktur Operasi, karena berhubungan dengan pemeliharaan cadangan wajib (primary reserve). Pada bank yang lebih besar pengelolaan portfolio investasi (secondary reserve) dan pengelolaan kas (primary re serve) dikombinasikan dan dipusatkan dalam satu fungsi, karena biasanya fluktuasi dana-dana lebih tinggi dan pada bank yang lebih kecil.

2. Pendekatan Pasar

Perbankan telah mengembangkan berbagai produk yang merupakan kombinasi

dan beberapa kegiatan dasar dalam satu paket, untuk memperoleh keuntungan dan

pendapatan fee. Produk dasar dan bank meliputi:

1) produk-produk pembiayaan (financing),

2) produk-produk operasional yaitu produk dana dan pemindahan dana (de posit related services) serta layanan lain (non deposit functions) seperti safe keeping dan data processing

3) produk-produk investasi (sertifikat pasar uang, wali amanat)

Produk-produk itu menghasilkan penciptaan paket-paket produk termasuk paket paket Iayanan yang berkaitan dengan jasa keuangan (interrelated financial services) untuk menarik para investor.

Dewasa ini kecenderungan yang ada di dalam organisasi bank adalah suatu konsep hubungan perbankan (relationship banking). Konsep ini mengkaitkan usaha penawaran paket jasa-jasa yang dipakai oleh tipe nasabah tertentu ke dalam struktur organisasi bank yang dianggap merupakan cara terbaik untuk penyampaian paket-paket layanan perbankan. Ada tiga kelompok besar dan nasabah, yaitu retail, wholesale, dan trust. Perbankan retail didefinisikan sebagai pasar nasabah yang terdiri dan para konsumer. Perbankan wholesale meliputi corporate, institutional (correspondent banking) dan lembaga-lembaga pemerintah. Bukan hanya nasabah konsumer dan korporat yang memerlukan layanan perbankan. Bank juga memerlukan layanan perbankan. Bank kecil biasanya hanya sebagai respondent sedang bank besar bertindak sebagai correspon dent bank. Tabel 9.1 ini adalah contoh identifikasi produk dan jasa-jasa perbankan yang ditawarkan secara terintegrasi kepada masing-masing tipe nasabah.

Tabel 5.1

Identifikasi Jasa dan Tipe Nasabah

TIPE NASABAH TIPE PRODUK LAYANAN UTAMA

Retail Pembiayaan

(Financing)

Operasi

Konsumsi (consu,nerjinancing)

Pemi likan Rurnah (house financing)

Pemilikan Kendaraan (cur financing)

Rekening Koran (wudi ah checking account)

Rekening Tabungan (wadi ‘ah saving account)

Safe deposit

Traveler checks

Kartu Debit (debit card)

ATM (Automated teller machines)

Pola Manajemen Bank Syari’ah 60

Technology

Page 24: Manajemen bank syariah

Investasi

Inkaso (collections)

Pembayaran Tagihan (bill paying)

Pertukaran uang Asing (ftreign exchange)

Rekonsiliasi rekening (account reconciliation)

Tabungan Mudharabah

Investasi Mudharabah

Sertifikat Mudharabah

Fasilitas penebusan (redeemption facility)

Nasihat investasi

Corporate Pembiayaan

(Financing)

Operasi

Investasi

Pembiayaan usaha (com,nercialfinancing)

Sewa beli (leases)

Anjak Piutang (factoring)

Akseptasi

Laporan pembiayaan (financing report)

Pengelolaan kas (cash rnanage?nent)

Electronic Data Processing (EDP)

Telegrafic transfer

Jasa kustodian (corporate custodianship)

Pengalihan saham (stock transfer)

Leasing

Factoring

Inkaso (collections)

Pertukaran Valuta Asin (foreign currency

exchange)

Rekerning koran (wadia/i current account)

Pembayaran otomatis (automatic payPnents)

Pembayaran tagihan (bill payments)

Rekonsiliasi rekening (account reconciliation)

General investment account

Jual beli sertifikat mudharabah

Dana pensiun

Nasihat investasi bagi hasil (profit sharing

investment advice)

Corespondent

banking

Financing Pembiayaan modal (equity financing) Financing

particitation

Rekening giro

Pola Manajemen Bank Syari’ah 61

Page 25: Manajemen bank syariah

Lembaga

Pemerintah

Operasi

Investasi

Pembiayaan

Operasi

Investasi

Kliring

Pemrosesan data elektronik (EDP)

Penyimpanan surat-surat berharga

Konsultasi

Jual beli sertifikat (wadi ‘ah) Bank sentral

Jual beli Sertifikat Investasi Mudharabah

Surat Berharga Pemerintah

Pembiayaan Proyek

Pengelolaan kas (cash management)

Pemrosesan data elektronik (EDP)

Manajemen Bank Syari’ah

Penyimpanan Surat-surat berharga

Rekening koran

Investasi umum (mudharabah nut1aqah) Investasi

khusus (mudharabah muqayyyadah) Jual-beli

surat berharga

Secara administratif pembagianjenis aktivitas dan usaha bank dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 5.3

Struktur Organisasi Customer Market

3. Fungsi Staf

Pola Manajemen Bank Syari’ah 62

General Administrasi

Retail Treasury Operation

Instalment

Ijaroh Wa Iqtina’

Teller

Invesment

Trust

Teller

Deposit RelatedService

Accounting

New Account

Personel

Safe Deposit

Wholesale

Commercial Financing

Correspondent

Project Financing

Page 26: Manajemen bank syariah

Bagan struktur organisasi seperti digambarkan di atas adalah organisasi lini (line function organization). Sebagaimana diuraikan dalam awal bab mi, prinsip musyawarah sangat dianjurkan dalam organisasi yang berdasarkan prinsip syari’ah. OIeh karena itu di dalam proses perumusan kebijakan, pengambilan keputusan perlu dilakukan secara musyawarah. Untuk keperluan tersebut, disamping organisasi lini seperti digambarkan diatas dapat dibentuk wadah yang menjalankan fungsi staf. Biasanya dalam organiasi bank juga terdapat beberapa komite, seperti komite anggaran (budget committee), komite kebijakan pembiayaan (committee of financing policy), Komite pemutus pembiayaan (financing committee), komite aset dan liabilitas atau Assets & liability committee (ALCO), komite personalia (personnel committee) dan lain-lain. Komite-komite tersebut biasanya beranggotakan para officer senior dan berbagai bidang dipimpin oleh direksi. Apabila keputusan telah diambil, maka adalah menjadi tugas dan tanggung jawab pejabat lini untuk melaksanakan keputusan-keputusan itu sebagaimana mestinya.

4. Struktur Personalia

Struktur organisasi bank melibatkan berbagai tingkat wewenang dan tanggung jawab. Bank harus mempunyai Pengurus (board of Directors) dan manajemen. Bank juga membentuk beberapa komite yang terdiri dan para anggota direksi dan para personil yang terkait dalam tingkat manajemen. Badan hukum bank-bank di Indonesia dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi. Sebagaimana telah digambarkan di atas, kekuasaan tertinggi dan organisasi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Perseroan Terbatas, atau Rapat Anggota Tahunan (RAT) pada Koperasi. Untuk melaksanakan kekuasaan organisasi, RUPS atau RAT membentuk Dewan Komisaris dan Direksi (pada PT) atau Dewan Pengawas dan Dewan Pengurus (pada koperasi). Di samping pada Bank Syari’ah, wajib pula dibentuk Dewan Pengawas Syari’ah (DPS).

Bank adalah badan usaha yang sangat diatur keberadaan dan aktivitasnya oleh hukum dan peraturan perundang-undangan (highly regulated). Sebelum diputuskan oleh RUPS atau RAT para calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dan Bank Indonesia selaku bank sentral setelah melalui proses penelitian integritas dan kompetensi (fit and proper test). Sedang para calon anggota DPS hams terdiri dan para pakar di bidang syari’ah muamalah yang ditunjuk oleh Dewan Syari’ah Nasional (DSN).

Pengawasan

Kelancaran operasi bank adalah kepentingan utama bagi manajemen puncak (top management). Melalui pengawasan para manajer dapat memastikan tercapai atau tidaknya harapan mereka. Pengawasan juga dapat membantu mereka mengambil keputusan yang lebih baik.

Kata pengawasan dipakai sebagai arti harfiah dan kata controling. Dengan demikian pengertian pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian, pengamatan dan pengukuran terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta, melakukan tindakan koreksi penyimpangan, dan perbandingan antara hasil (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang digunakan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kaitan dengan pengawasan, diantaranya adalah

1. Proses pengawasan

Dan pengertian di atas maka menurut prosesnya, pengawasan meliputi kegiatan kegiatan sebagai berikut

a) Menentukan standar sebagai ukuran pengawasan.

b) Pengukuran dan pengamatan terhadapjalannya operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.

Pola Manajemen Bank Syari’ah 63

Page 27: Manajemen bank syariah

c) Penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta.

d) Melakukan tindakan koreksi terhadap penyi mpangan.

e) Perbandingan hasil akhir (output) dengan masukan (input) yang digunakan.

Dengan penjelasan sebagai berikut

Menentukan standar

Dalam kegiatan pengawasan, yang pertama kali harus dilakukan adalah menentukan standar yang menjadi ukuran dan pola untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan produk yang dihasilkan. Standar itu harus jelas, wajar, obyektif sesuai dengan keadaan dan sumber daya yang tersedia. Setiap bank mungkin mempunyai sistim pengawasan yang berbeda-beda. Namun demikian harus tetap dapat diidentifikasikan adanya unsur-unsur pengawasan yang lazim terdapat pada semua sistem yang baik, diantaranya adalah

a) Standar hendaklah merupakan prestasi yang dapat diukur, baik bersifat keuangan maupun non-keuangan, misalnya standar perputaran pegawai (labour turnover).

b) Prestasi yang dicapai hendaklah dibandingkan dengan standar. Misalnya, Jika standar biaya telepon telah ditetapkan, maka realisasi biaya telepon harus dibandingkan dengan standar biaya itu. Kemudian dianalisis untuk menjelaskan deviasinya dengan standar.

c) Deviasi antara prestasi yang terjadi dengan standar prestasi yang ditetapkan harus merupakan isyarat akan perlunya koreksi atau perbaikan guna mencegah terjadinya deviasi yang lebih besar di kemudian han.

d) Standar itu sendiri harus pula dievaluasi secara berkala untuk memungkinkan perbaikannya. Jika perlu dengan membuat standar-standar baru bagi unsur unsur relevan bagi manajemen, yang sebelumnya tidak diukur.

Standar-standar itu dapat ditetapkan dengan menggunakan dua cara yaitu didasarkan pada data periode sebelumnya atau didasarkan atas tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Untuk keperluan analisis standar-standar itu dapat ditetapkan dengan menggunakan ratio-ratio. Misalnya trend hubungan antara penghasilan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Hal ini lebih bermakna dan pada masing-masing item itu diukur secara sendiri-sendiri. Misalnya kerugian investasi meningkat secara absolut, tetapi bila dibandingkan dengan meningkatnya volume investasi rationya lebih kecil. Maka dapat dikatakan bahwa ratio kerugian itu membaik. Contoh lain adalah market share (pangsa pasar). Boleh jadi perkembangan dana bank secara absolut meningkat. Tetapi bila dibandingkan dengan perkembangan dana-dana perbankan secara keseluruhan ternyata share nya menurun. ini dapat berarti bahwa daya saing bank itu menurun.

Pengukuran dan pengamatan terhadap jalannya operasi

Pelaksanaan kegiatan harus selalu diawasi dengan cermat. Untuk keperluan tersebut harus pula dibuat catatan (record) sebagai laporan perkembangan proses manajemen. Berdasarkan catatan itu hendaknya dilakukan pengukuran prestasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hasil evaluasi itu dijadikan bahan laporan untuk dievaluasi lebih lanjut.

Penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta

Prestasi pekerjaan harus diberikan penilaian dengan memberikan penafsiran, apakah sesuai dengan standar, sejauh mana terdapat penyimpangan dan apa saja faktor faktor penyebabnya.

Tindakan koreksi terhadap penyimpangan

Tindakan koreksi, selain untuk mengetahui adanya kesalahan, juga menerangkan apa yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dan memberikan cara bagaimana

Pola Manajemen Bank Syari’ah 64

Page 28: Manajemen bank syariah

memperbaikinya agar kembali kepada standar dan rencana yang seharusnya. Tindakan koreksi sangat perlu dan harus dilakukan, agar jangan benlanit-larut, karena dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar.

Perbandingan hasil (output) dengan masukan (input)

Setelah proses pelaksanaan pekerjaan selesai segera diberikan pengukuran dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan sumber daya digunakan serta standar yang ditetapkan. Hasil pengukuran ini akan memperlihatkan tingkat efisiensi kerja dan produktifitas sumber daya yang ada, dan dapat digunakan sebagai:

a) standar dan harga pokok untuk menentukan harga jual (pricing)

b) menentukan tinggi-rendahnya efisiensi

c) sebagai bahan ukuran bagi penyusunan rencana yang baru.

2. Sistem Informasi Manajemen

Laporan-laporan yang dihasilkan dan proses pengawasan itu harus disusun dalam suatu format yang sistematis, agar dapat dengan segera dan mudah digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. Kemajuan teknologi informasi telah memungkinkan sistem informasi manajemen memiliki kesanggupan memberikan berbagai jenis informasi dengan cepat dan akurat serta memberikan fleksibilitas dalam cara penyajiannya. Melalui laporan ini para manajer dapat memperoleh informasi atau data yang tidak termuat; laporan reguler, yang dibutuhkan untuk menghadapi keadaan tertentu.

3. Program Audit Internal

Pada dasarnya para manajer puncak (top management) merupakan pengawas tertinggi bagi seluruh bawahannya. Untuk memudahkan pelaksanaan fungsi pengawasan ini setiap organisasi perusahaan besar selalu mengadakan suatu badan khusus (special staff) dengan program audit internal yang oleh Bank Indonesia disebut SKAI (Satuan Kerja Audit Internal).

Unsur dasar dan program audit internal adalah meliputi verifikasi aktiva dan pasiva, memastikan keseksamaan ayat-ayat penghasilan dan biaya, memastikan kebenaran pelaksanaan prosedur bank yang telah ditetapkan dan memberikan saran- saran perbaikan cara-cara pelaksanaan operasional.

Program audit internal ini hams terus berlanjut, artinya hams dilakukan secara terus menerus. Pada dasarnya audit internal melakukan dua pola pemeriksaan yaitu pemeriksaan pasif melalui pemantauan laporan-laporan yang ada dan pemeriksaan aktif melalui penyelenggaraan kegiatan audit di tempat (on the spot) bagian-bagian tertentu dan bank tersebut. Tanggung jawab internal audit adalah besar, untuk memberikan keyakinan kepada para nasabah, tentang kebijakan proteksi kepentingan mereka. Pro gram audit internal yang ketat merupakan salah satu alat utama untuk memberikan keyakinan mi.

Peraturan Bank Indonesia dewasa ini telah mengarah kepada pelaksanaan pola multi layer control. Setiap bank harus memiliki seorang direktur kepatuhan (complience director) yang bertugas memastikan bahwa segala keputusan dan tindakan manajemen tidak melanggar ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penunjukan Kepala SKAI oleh direksi harus disetujui oleh Dewan Audit yang dibentuk oleh Dewan Komisaris bank. Demikian pula rencana kerja tahunan SKAI hams pula mendapat persetujuan dan Dewan Audit. Tugas Dewan Audit adalah memastikan bahwa mekanisme pengawasan internal bank berjalan dengan baik.

Sebagai pedoman operasional dan alat pengawasan, bank dan kantor cabang syariah wajib memiliki buku-buku pedoman kerja mengenai kegiatan operasional bank syari’ah, yang antara lain berupa:

Pola Manajemen Bank Syari’ah 65

Page 29: Manajemen bank syariah

1) Buku pedoman penghimpunan dana;

2) Buku pedoman pembiayaan;

3) Buku pedoman pengelolaan dana

4) Buku pedoman kegiatan jasa perbankan lainnya;

5) Buku pedoman standar perhitungan bagi hasil;

6) Buku pedoman sistem kas/teller;

7) Buku podoman lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Buku-buku pedoman tersebut memuat hal-hal mengenai prinsip Syariah, prinsip kehati-hatian, organisasi dan manajemen masing-masing kegiatan usaha, prosedur kerja, administrasi dan dokumentasi, serta pengawasan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

Istilah-istilah penting dalam Bab ini

‘Adarta Bihi

Accountability

Adartasy-Syai ‘a

Ad-Dauran

Af’alul Khamsah ‘Yatadabbarun’

Amar Ma ‘rufNahi Munkar

Budget

Dewan Syari ‘ah Nasional (Dsn)

Emansipatoris

Entrepreneur

Forecasting

Human is

Ibadah

Ida rah

Iman

Isim Fa ‘ii Al-Mudabbi rat’

Jamak Mudzakkar ‘Yaddabbar’

KhaliJ’ah

Management

Maslahat

Materi

Met afora

Mu ‘amalah

Mudhari’ ‘Yudabbiru’

Objective

Pen gorganisasian,

Perencanaan

Policies

Pola Manajemen Bank Syari’ah 66

Page 30: Manajemen bank syariah

Procedures

Pro grames

Qiyadah

Self Transendence

Self-Actualization.

Siyasah

Supper Stars

Supper Teams

Tadbir

Tauhid Rubbubiyah

Tauhid Uluhiyah

Teologikal

Teologis-Etis

Trandendental

Unit Usaha Syari’ah (Uus)

Yudabbir Al-Amr

Daftar Pustaka

A1-Ghazali, Ihva Ulumuddin, tt.

A1-Qur’an dan Terjemahnya

Bank Indonesia, Injormasi Men genai Peraturan Bank Indonesia bagi Bank Umum berdasarkan Prinsip Syari ‘ah, 2000.

mu Kencana Syafiie, Al-Qur’an dan Ilmu Administrasi, cet. I. Jakarta Rineka Cipta, 2000.

Mahdi bin Ibrahim bin Muhammad Mubjir, Amanah dalam Manajemen (terjemahan:

Rahmad Abas), Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 1997

Muhamad, “Paradigma Manajemen Teologis Etis”, Jurnal Muqaddimah dan Informasi PTAIS, 1997.

Sobrun Jamil, “Manajemen dalam Perspektif Islam”, Skripsi, Yogyakarta : STIS Yogyakarta, 2002.

Pola Manajemen Bank Syari’ah 67