50575798 naskah akademik spm pendidikan dasar di maluku final

Upload: penyoko

Post on 31-Oct-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • NASKAH AKADEMIKRANPERDA STANDAR PENDIDIKAN DASAR

    PROPINSI MALUKU

    BAB IPENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pembangunan Nasional pada hakekatnya merupakan

    pembangunan bangsa Indonesia seutuhnya, di mana seluruh lapisan

    masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan dan kesempatan

    melaksanakan peranannya dalam proses pembangunan. Tanggung jawab

    pembangunan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah

    dan masyarakat termasuk dunia usaha sebagai elemen masyarakat yang

    berpotensi sebagai sumber kesejahteraan sosial.

    Pada perspektif pembangunan sumberdaya manusia, jika kita

    sungguh-sungguh ingin membangun bangsa ini, maka idealnya

    pembangunan bangsa ini berpangkal pada pengarusutamaan proses

    penyelenggaran pendidikan. Negara yang sudah termasuk kategori maju

    pun masih memprioritaskan pendidikan dalam strategi pembangunan

    nasionalnya. Oleh karena itu, konsensus besar untuk menjadikan

    pendidikan di Indonesia sebagai alat utama membangun bangsa ini,

    menjadi prasyarat utama keberhasilan pembangunan nasional.

    Sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)

    mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

    pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Para

    pendiri bangsa ini yakin bahwa dengan taraf pendidikan yang tinggi,

    bangsa kita dapat mencapai tujuan negara yang kita cita-citakan bersama,

    bukan hanya meningkatkan kecerdasan bangsa, melainkan juga

    menciptakan kecerdasan umum dan melaksanakan ketertiban dunia.

    Pendidikan yang berkualitas baik akan mengantarkan bangsa Indonesia

    sebagai bangsa yang mandiri, maju, sejahtera, demokratis, adil dan

    makmur, serta terbebas dari kemiskinan.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 1

  • Sejumlah penelitian sosiologi pendidikan mendapati bahwa di

    samping pendidikan berkorelasi positif terhadap status ekonomi penduduk

    yang diukur berdasarkan PPP (Purchasing Power Parity), tingkat

    pendidikan juga berkorelasi positif terhadap menurunnya laju penduduk

    dan derajat kesehatan penduduk. Telah banyak survei dilakukan oleh

    beberapa lembaga internasional terkait dengan mutu pendidikan negara-

    negara di dunia. Kita pun harus mengakui, bahwa pendidikan di Indonesia

    masih relatif tertinggal. Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk

    mengejar ketertinggalan tersebut. Posisi IPM Indonesia pada 2009 masih

    di urutan ke-111 dari 182 negara.Laporan Human Development Report

    (HDR) United Nations Development Program (UNDP) yang dipublikasikan

    Oktober 2009 mengungkapkan, nilai IPM Indonesia 0,734 naik tipis 0,005

    dibanding 20061.

    Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan taraf

    pendidikan, salah satunya adalah program wajib belajar pendidikan dasar

    9 tahun, yang dulu direncanakan tuntas pada tahun 2008. Program ini

    cukup membawa perubahan dengan meningkatnya angka partisipasi

    kasar (APK) jenjang pendidikan sekolah menengah pertama atau yang

    sederajat menjadi 95%. Walaupun demikian, kenyataan menunjukkan

    bahwa hingga saat ini masih ada masyarakat Indonesia yang buta huruf.

    Kualitas pendidikan belum mampu memberikan kompetensi sesuai

    dengan level pendidikan yang ditempuh peserta didik.

    Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,

    Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

    rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional

    sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang tersebut adalah

    berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia,

    sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan menjadi warga negara yang

    demokratis serta bertanggung jawab.

    1 Bahan FGD Ranperda Standar Pendidikan Dasar Maluku, 26-27 Oktober 2010

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 2

  • Dalam konteks demikian, pemerintah daerah berhak mengarahkan,

    membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan.

    Sedangkan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah adalah (1)

    memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya

    pendidikan yang bermutu; (2) wajib menjamin tersedianya dana bagi

    setiap warga negara yang berusia 7 15 tahun. Di sisi lain, kita juga tidak

    bisa mengabaikan bahwa peserta didik juga memiliki hak. Peserta didik

    menurut sistem pendidikan nasional berhak mendapatkan pendidikan

    agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik

    yang seagama. Peserta didik juga berhak mendapatkan pelayanan

    pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, dan

    menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar

    masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang

    ditetapkan.

    1.2. Permasalahan KontekstualMelalui studi awal terhadap data sekunder sejauh ini, diperoleh

    selumlah premis analisis permasalahan dan peluang pemecahan

    kebijakan pendidikan di Provinsi Maluku. Sejumlah permasalahan

    mendasar yang saat ini setidaknya menjadi konsentrasi kebijakan Provinsi

    Maluku adalah sebagai berikut;

    1) Tingkat pendidikan penduduk Provinsi Maluku relatif masih rendah;

    2) Dinamika perubahan struktur penduduk belum sepenuhnya

    dapat diatasi dalam pembangunan pendidikan;

    3) Masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebar antar kelompok masyarakat, seperti antara penduduk kaya

    dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk

    perempuan, dan antara penduduk di perkotaan dan penduduk di

    perdesaan.

    4) Fasilitas pelayanan pendidikan belum tersedia secara

    merata, terutama di daerah perdesaan dan terpencil.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 3

  • 5) Kualitas pendidikan relatif masih perlu ditingkatkan karena

    belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik;

    6) Manajemen pendidikan belum berjalan secara efektif dan

    efisien, terutama karena desentralisasi pendidikan belum

    sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik di tingkat sekolah.

    1.3. Perumusan MasalahBerdasarkan hasil identifikasi masalah di atas maka permasalahan

    dapat dirumuskan sebagai berikut :

    Bagaimanakah Peraturan Daerah tentang Standar Pendidikan Dasar

    di Provinsi Maluku dapat dipergunakan sebagai pedoman hukum

    peningkatan akses dan mutu pelayanan pendidikan dasar oleh para

    pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas

    sumberdaya manusia Maluku bagi percepatan pembangunan

    daerah?

    1.4. Maksud dan Tujuan1. Untuk menyusun naskah akademik dalam rangka menerbitkan

    Rancangan Peraturan Daerah tentang Standar Pendidikan Dasar

    di Maluku.

    2. Untuk menganalisis peranan penting Standar Pendidikan dasar

    dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

    pendidikan dasar Maluku.

    3. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Maluku melalui

    pembangunan bidang pendidikan.

    1.5.Kegunaan 1. Tersusunnya dokumen naskah akademik dalam upaya

    penyusunan RAPERDA tentang Standar Pendidikan Dasar di

    Maluku.

    2. Terwujudnya pedoman hukum peningkatan akses dan mutu

    pelayanan pendidikan dasar oleh para pemangku kepentingan

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 4

  • dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

    Maluku.

    1.6. Metodologi

    a. Jenis KajianPengkajian Standar Pendidikan dasar di Provinsi Maluku ini termasuk

    jenis deskriptif karena menguraikan mengenai kondisi eksisting, masalah

    dan fenomena standar pelayanan pendidikan dasar yang menjadi pokok

    bahasan. Selanjutnya bila di tinjau dari sisi jenisnya termasuk kategori

    kualitatif karena metode yang digunakan dalam kajian ini tertuju pada

    kondisi obyek yang alamiah dan peneliti merupakan instrumen kunci serta

    teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi, analisis data bersifat

    induktif, dan lebih menekankan makna daripada generalisasi.

    b. Prosedur Pengumpulan Dan Pengolahan Data

    Pengumpulan data meliputi kegiatan survey dan dokumentasi untuk

    memperoleh data yang dibutuhkan dalam rangka ketajaman analisis. Data

    yang telah terkumpul kemudian dilakukan kompilasi yang nantinya

    dianalisis secara deskriptif dan tabuler. Hasil reduksi tersebut selanjutnya

    disajikan dalam bentuk teks naratif dan tabel matriks, kemudian

    diinterpretasikan untuk mendapatkan kesimpulan sementara, selanjutnya

    diverifikasi dengan menggunakan kriteria keabsahan data yang meliputi

    kredibilitas, ketergantungan, keteralihan dan kepastian untuk menjadi

    kesimpulan tetap dan pada akhirnya dapat disusun saran/rekomendasi.

    Secara jenis aktifitas pengumpulan data maka bisa diuraikan sejumlah

    aktifitas sebagai berikut:

    Focus Group Discussion; memfasilitasi peningkatan

    sinergitas pemahaman antar stakeholder daerah baik teoritis

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 5

  • PENELITIAN

    SEMILOKA PERTAMA

    DRAFTING PERTAMA

    SEMILOKA KEDUA

    DRAFTING KEDUA

    SOSIALISASI

    Hukum/Regulasi

    Sosiologis / Survey Lapangan

    Pustaka/Literatur

    DRAFT NASKAH AKADEMIS

    Draf Naskah Akademik

    Pengkaidahan

    Penyempurnaan Draf Raperda

    Finalisasi & SinkronisasiDraf Raperda

    Jejaring lebih luas

    RANCANGANDRAF NASKAH

    AKADEMIK

    NASKAH AKADEMIK

    DRAF RAPERDA

    RAPERDA

    NASKAHFINAL

    RAPERDA DIPAHAMI &DIDUKUNG

    PUBLIK

    maupun praktis dalam merumuskan Raperda Tentang Standar

    Pendidikan Dasar di Maluku.

    Study Pustaka; Penggalian data primer maupun sekunder

    sebagai kerangka penyusunan dalam Naskah Akademis dan draft

    Raperda Tentang Standar Pendidikan Dasar di Maluku.

    Survey Lapangan, penggalian problematika pembangunan

    pendidikan yang bersumber dari aspirasi masyarakat maupun

    kondisi kekinian terkait Raperda Tentang Standar Pendidikan

    Dasar di Maluku.

    Publik Hearing, pertemuan multi stakeholders Kota Ambon

    untuk uji material draf Naskah Akademis dan draf Raperda

    Tentang Standar Pendidikan Dasar di Kota Ambon.

    Gambar 1.1Tahapan kerja Penyusunan Naskah Akademik dan

    RAPERDA

    c. Sumber Data

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 6

  • Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder dan data

    primer untuk memperoleh suatu analisis yang utuh. Data sekunder adalah

    data yang di peroleh dari instansi pemerintah yang relevan dan

    berwenang di Maluku, yakni : (1) Badan Pusat Statisitik Maluku; (2) Dinas

    Pendidikan Maluku; (3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    Propinsi Maluku; dan (4) Dinas Pendapatan Maluku. Data primer adalah

    data yang di ambil dari sumbernya melalui kegiatan survei langsung di

    sejumlah Kota dan Kabupaten yang dipandang mewakili kondisi

    pendidikan dasar Maluku.

    BAB IIKONDISI DASAR PEMBANGUNAN MALUKU

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 7

  • 2.1. Keadaan Geografi dan DemografiSebagaimana dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku, di

    dalam Maluku Dalam Angka 2010, maka secara administratif Provinsi

    Maluku terbagi atas 11 (sebelas) Kabupaten/Kota, 73 (tujuh puluh tiga)

    Kecamatan dan 906 (sembilan ratus enam) Desa/Kelurahan. Luas wilayah

    Provinsi Maluku secara keseluruhan adalah 581.376 km2, terdiri dari luas

    lautan 527.191 km2 dan luas daratan 54.185 km2. Dengan kata lain

    sekitar 90 persen wilayah Provinsi Maluku adalah lautan. Menurut letak

    astronomis, maka wilayah Provinsi Maluku terletak antara 2 0 30 ' - 9 0

    Lintang Selatan dan 124 0 - 136 0 Bujur Timur.

    Secara geografis Provinsi Maluku dibatasi oleh :

    Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara

    Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Irian Jaya Barat

    Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan

    Sulawesi Tengah

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Negara Timor Leste dan

    Negara Australia.

    Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78

    Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar, memiliki 18

    pulau terluar dimana 10 pulau berada di Kabupaten Maluku Tenggara

    Barat dan 8 pulau berada di Kabupaten Kepulauan Aru.

    Dalam rangka mempercepat peningkatan kesejahteraan

    masyarakat dan pemerataan pembangunan antar wilayah di Daerah

    Maluku sebagai wilayah kepulauan, maka salah satu pendekatan dalam

    implementasi pembangunan di Provinsi Maluku adalah pendekatan

    wilayah, yang didasarkan pada konsep Gugus Pulau, Kawasan Laut

    Pulau, dan Pintu Jamak dengan pusat-pusat pertumbuhan yang berfungsi

    sebagai pusat pelayanan publik, pusat perdagangan, serta lalu lintas arus

    barang dan jasa.

    Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 559

    pulau dan dari sejumlah pulau tersebut, terdapat beberapa pulau yang

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 8

  • tergolong pulau besar Daratan Provinsi Maluku tidak terlepas dari

    gugusan gunung dan danau yang terdapat hampir di seluruh Kabupaten /

    Kota, yang berjumlah 4 (empat) gunung dan 11 (sebelas) danau. Adapun

    gunung yang tertinggi yaitu Gunung Binaya dengan ketinggian 3.055 M,

    terletak di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah.

    Sedangkan secara demografi, jumlah penduduk Provinsi Maluku

    berdasarkan hasil Sensus tahun2000 mencapai 1.200.067 jiwa. Jumlah ini

    meningkat dari tahun ketahun. Sesuai hasil proyeksi penduduk tahun

    2006 - 2009, jumlah penduduk Maluku mencapai 1.384.585, naik menjadi

    1.420.433 jiwa, tahun 2008 menjadi 1.440.014 jiwa dan tahun 2009

    menjadi 1.457.070 jiwa. Selanjutnya bila dilihat menurut Kabupaten/Kota

    pada tahun 2009 berdasarkan jumlah penduduk yang tersebar dari 11

    Kabupaten/Kota, nampak bahwa kota Ambon pertambahan penduduknya

    cukup besar.

    Laju pertumbuhan penduduk Maluku meningkat pada periode 2000

    2009 dibanding periode 1990 - 2000. Hal ini karena kondisi keamanan di

    daerah ini sudah mulai kondusif mengakibatkan arus masuk penduduk

    menjadi bertambah. Angka pertumbuhan penduduk antara 11

    Kabupaten/Kota sangat bervariasi. Dengan adanya pemekaran

    Kabupaten/Kota hanya Kota Ambon saja yang laju pertumbuhan

    penduduknya meningkat dalam periode 2000 2009 sebesar 3,65 persen.

    Tabel 2.1 Jumlah dan tingkat Pertumbuhan Penduduk

    Provinsi Maluku, 2004-2009

    TahunJumlah Penduduk

    TotalTingkat

    Pertumbuhan Per Tahun (%)Laki-laki Perempuan

    2004 667.656 645.366 1.313.022 1,88

    2005 685.637 644.519 1.350.156 2,83

    2006 699.563 685.022 1.384.585 2,55

    2007 714.908 705.525 1.420.433 2,59

    2008 724.685 715.982 1.440.667 1,43

    2009 731.987 725.083 1.457.070 1.14 Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2010

    Berdasarkan tabel 2.1 terlihat bahwa penyebaran penduduk di

    Provinsi Maluku pada tahun 2008 dan 2009 tidak mengalami perubahan

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 9

  • yang mencolok, kecuali di Kota Ambon dan Kota Tual menunjukkan

    adanya peningkatan kepadatan penduduk. Ketimpangan antar wilayah

    kabupaten/kota cukup tinggi, dimana Kota Ambon dan Kota Tual memiliki

    tingkat kepadatan kepadatan penduduk tertinggi.

    Penyebaran penduduk di Provinsi Maluku sangat tidak merata.

    Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk 2008 persentase penduduk

    Kabupaten Maluku Tengah tercatat lebih tinggi dibanding Kabupaten yang

    lain yaitu 25,46 persen sementara Kabupaten Buru Selatan hanya

    mencapai 3,73 persen.

    Tabel 2.2Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten dan Kota

    Provinsi Maluku 2006-2009

    Pada tahun 2009 struktur umur penduduk Maluku masih tergolong

    penduduk muda. Kondisi ini tercermin dari proporsi penduduk yang

    berumur kurang dari 15 tahun masih cukup tinggi dan cenderung

    meningkat dari tahun 2007 sebesar 36,12 % menjadi 36,82% pada tahun

    2009. Semakin meningkat proporsi penduduk usia tidak produktif,

    khususnya kelompok umur 0-14 tahun menunjukkan bahwa semakin

    tinggi angka beban ketergantungan. Pada tahun 2004 angka beban

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 10

  • ketergantungan sebesar 64,70, artinya setiap 100 orang penduduk usia

    produktif harus menanggung sekitar 65 penduduk usia tidak produktif.

    selanjutnya Pada tahun 2009, angka beban ketergantungan naik menjadi

    69,89 yang artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif harus

    menanggung sekitar 69 penduduk usia tidak produktif.

    Dengan memperhatikan kondisi geografis dan demografis wilayah

    Propinsi Maluku tersebut, maka dalam menyusun rancangan peraturan

    daerah (Raperda) tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya menitik

    beratkan pada karakteristik wilayah kepulauan. Aspek utama dalam

    penyusunan standar pendidikan dasar adalah terkait dengan penetapan

    standar jarak satuan pendidikan (sekolah) dengan tempat tinggal peserta

    didik maupun para pendidik dan tenaga kependidikan. Demikian pula

    dengan rasio guru murid, patut dipertimbangkan betapa terdapat

    kesenjangan potensi peserta didik antar kabupaten/kota.

    2.2. Keadaan Ekonomi dan Kemiskinan

    Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk mengetahui

    keadaan ekonomi penduduk adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

    (TPAK). Ukuran ini biasanya digunakan untuk mengetahui persediaan

    tenaga kerja. TPAK di Provinsi Maluku tahun 2009 sebesar 65,44 persen.

    Bila dilihat per Kabupaten/Kota bervariasi, 5 Kabupaten/Kota yang

    memiliki TPAK di atas angka Provinsi yaitu Kabupaten Maluku Tenggara

    Barat 73,08 persen, Kabupaten Maluku Tenggara 73,06 dan Kabupaten

    Buru 72,58 persen, Kabupaten Seram Bagian Barat 71,76 persen,

    Kabupaten Seram Bagian Timur 65,67 persern. Sementara TPAK 3

    Kabupaten/Kota lainnya di bawah TPAK Provinsi Maluku.

    Bila diamati kegiatan penduduk usia kerja (15 tahun keatas) baik

    kelompok Angkatan Kerja maupun Bukan Angkatan Kerja, proporsi kedua

    kelompok ini cukup berbeda dari tahun ke tahun. Dimana pada tahun

    2008, Angkatan Kerja lebih besar disbanding Bukan Angkatan Kerja.

    Penduduk laki-laki yang bekerja lebih besar dari perempuan yaitu 65,05

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 11

  • persen dengan 34,95 persen. Hal ini karena perempuan lebih banyak

    mengurus Rumah tangga daripada laki-laki. Selain itu ratio bekerja atau

    yang disebut Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Provinsi Maluku

    mencapai 89,34 persen, dengan perbandingan laki-laki 91,35 persen dan

    perempuan 85,79 persen. Penyerapan tenaga kerja sektoral menurut

    lapangan usaha memperlihatkan sektor Pertanian masih dominan yaitu

    58,89 persen dan terendah adalah sektor Listrik, Gas dan Air Minum

    sebesar 0,27 persen.

    Grafik 2.3Prosentase Penduduk di atas 15 tahun yang bekerja

    menurut Lapangan Usaha

    Dengan kenyataan bahwa mayoritas penduduknya bekerja di sektor

    pertanian, kehutanan, perburuhan, dan perikanan, dalam penyusunan

    rancangan Perda juga perlu memperhatikan kondisi fakta terkait.

    Implikasi dari kondisi ekonomi khusunya ketenagakerjaan memperlihatkan

    bahwa Standar pendidikan dasar nantinya diperhitungkan dari

    kemampuan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pendidikan, dan

    bagaimana pendidikan dasar memiliki hubungan dan ketepatan proses

    belajar mengajar dalam melahirkan angkatan kerja yang mampu

    mendayagukan segenap potensi sumberdaya alam di Propinsi Maluku.

    Pengaturan berbasis dua premis di atas sangat terkait dengan tingkat

    pendapatan perkapita penduduk. Dengan komposisi angkatan kerja

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 12

  • Provinsi Maluku yang berpusat pada ekonomi pedesaan ditambah dengan

    tingkat kemiskinan yang masih di atas 30% penduduk, membutuhkan

    suatu keberanian kebijakan investasi pendidikan dari Pemerintah Provinsi

    dan kabupaten/kota di Maluku.

    Kemiskinan merupakan masalah nasional bersifat multidimensi dan

    lintas sektor dan diakibatkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan,

    seperti: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap

    barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Pada

    tahun 2009, penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu prioritas

    pembangunan nasional dan juga daerah Maluku. Sejalan dengan prioritas

    tersebut, maka pemerintah daerah Provinsi Maluku telah berupaya keras

    untuk menanggulangi kemiskinan secara bersama antara instansi

    pemerintah pusat dan daerah.

    Sebagaimana kita ketahui bahwa kenaikan harga BBM dan

    kebijakan Pemerintah mengurangi subsidi BBM telah meningkatkan

    tingkat kemiskinan dari 32,13 persen pada tahun 2004 menjadi 32,28

    persen pada tahun 2005 dan 33,03 persen pada tahun 2006. Namun

    demikian, dengan upaya keras dari pemerintah dan pemerintah daerah

    telah berhasil menurunkan angka kemiskinan di Maluku selama 3 (tiga)

    tahun terakhir yakni menjadi 31,14 persen pada tahun 2007; serta 29,66

    persen pada tahun 2008 dan 28,23 persen pada tahun 2009.

    Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebanyak 404.700

    orang telah berkurang menjadi 391.300 orang pada tahun 2008 dan

    380.010 orang pada tahun 2009. Sebagaimana disajikan dalam tabel 2.4

    diketahui bahwa pada tahun 2009 sebagian besar (34,30 persen)

    penduduk miskin di Maluku berada di daerah perdesaan dan sebanyak

    11,03% berada di daerah perkotaan.

    Tabel 2.4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Maluku

    Menurut Daerah, 2004-2009

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 13

  • TahunJumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin

    Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

    2004 41.100 356.500 397.600 11,99 39,86 32,13

    2005 45.100 366.400 411.500 13,57 38,89 32,28

    2007 49.100 355.500 404.700 14,49 37,02 31,14

    2008 44.700 346.700 391.300 12,97 35,56 29,66

    2009 38.770 341.240 380.010 11,03 34,30 28,23Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2010

    2.5. Keadaan Indeks Pembangunan Manusia

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu ukuran yang

    secara khusus menggambarkan pencapaian pembangunan manusia

    berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung

    berdasarkan data yang dapat menggambarkan tiga dimensi

    pembangunan manusia: sehat dan penjang umur (dilihat dari Angka

    Harapan Hidup); terdidik (dilihat dari Angka Melek Huruf dan rata-rata

    lama sekolah); dan memiliki standar hidup layak (dilihat dari paritas daya

    beli/PPP).

    Gambar 2.5 menunjukkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Maluku tahun 2004 s.d. 2009. Seperti diperlihatkan gambar 2.4, IPM

    Maluku merangkak naik dari waktu ke waktu. Rata-rata pencapaian IPM

    Maluku selama periode tersebut adalah 69,92. Namun jika kita lihat pada

    2008, terjadi ketimpangan pencapaian IPM yang lumayan jauh antara

    Kota Ambon (77,86: peringkat 9 nasional) dan Maluku Barat Daya2 (65,96:

    peringkat 426 nasional), selisihnya adalah 11,9 poin. Sayangnya, pada

    2009 ini, jurang itu semakin jauh. Kota Ambon mencapai IPM sebesar

    78,25 (peringkat 6 nasional) sementara Maluku Barat Daya sebesar 66,24

    (peringkat 436 nasional) atau selisih antara IPM tertinggi dan terrendah di

    2 Sejak 2008, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dipecah menjadi 2 yaitu Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang beribukota di Saumlaki dan Kabupaten Maluku Barat Daya dengan ibukota Kisar.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 14

  • Maluku pada 2009 ini adalah sebesar 12,01 poin. Walaupun IPM Maluku

    Barat Daya telah meningkat, namun hanya sedikit, yaitu 0,28 poin saja.

    Tidak sebanding dengan peningkatan yang dicapai Kota Ambon selama

    satu tahun, yaitu naik sebesar 0,39 sehingga mempertajam jurang di

    antara keduanya.

    Tabel 2.5Tingkat IPM Kabupaten/Kota Provinsi Maluku 2009

    KABUPATEN/KOTA ANGKA HARAPAN

    HIDUP

    ANGKA MELEK HURUF

    RATA-RATA LAMA

    SEKOLAH

    PENGELUARAN PER KAPITA

    RIIL DISESUAIKAN

    (Ribu Rp)

    IPM RANKING NASIONAL

    MALUKU TENGGARA BARAT 64,13 99,35 8,54 593,10 68,16 385MALUKU TENGGARA 67,79 99,54 8,75 612,99 71,98 193MALUKU TENGAH

    65,62 99,09 8,34 613,97 70,33 272BURU

    67,61 92,82 7,21 607,35 68,89 354KEPULAUAN ARU

    67,52 99,00 7,52 603,23 69,92 301SERAM BAGIAN BARAT 66,45 98,22 8,23 597,04 69,29 337MALUKU BARAT DAYA 65,64 98,14 7,62 588,83 67,72 397BURU SELATAN

    63,93 98,12 7,99 579,24 66,24 436SERAM BAGIAN TIMUR 67,11 89,74 6,29 619,91 68,10 381KOTA AMBON

    72,85 99,20 11,12 637,60 78,37 6KOTA TUAL

    68,37 99,70 9,45 659,99 76,36 39MALUKU 67,20 98,13 8,63 610,73 70,96 19

    Ketimpangan ini mengindikasikan pembangunan manusia di Maluku

    belum merata. Terlepas Kabupaten Maluku Barat Daya masih berstatus

    sebagai kabupaten muda, pembangunan manusia selayaknya sudah

    menjadi prioritas dalam tujuan pembangunan berkelanjutan ke depannya.

    Gambar 2.6Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku,

    Tahun 2004 s.d. 2009.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 15

  • Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku

    Sayangnya meskipun IPM Maluku meningkat, namun jika kita lihat

    peringkat Maluku selama periode tersebut terus menurun. Maluku

    menempati peringkat 16 dari seluruh provinsi pada 2004 namun melorot

    menjadi peringkat 19 pada 2008 dan stagnan di 2009 ini. Hal ini

    disebabkan antara lain karena reduksi shortfall yang dicapai provinsi lain

    lebih tinggi daripada Maluku atau dengan kata lain pencapaian IPM

    provinsi lain yang jauh lebih agresif dari apa yang sudah dicapai Maluku.

    Perkembangan IPM dapat terjadi karena adanya perubahan satu atau

    lebih kombinasi IPM selama periode 20042009. Perubahan yang

    dimaksud dapat berupa peningkatan atau penurunan besaran persen/rate

    dari komponen IPM angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata

    lama sekolah dan pengeluaran riil per kapita. Adapun perubahan dari

    masing-masing komponen ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor.

    Selama periode 20042009 IPM Maluku menunjukkan perkembangan

    peningkatan dari waktu ke waktu yang tercermin adanya peningkatan

    komponen IPM. Konkritnya, indikator harapan hidup, melek huruf, rata-

    rata lama sekolah dan pengeluaran riil per kapita sebagai komponen

    dasar IPM semuanya meningkat.

    Disadari memang tidak mudah untuk meningkatkan komponen IPM

    seperti angka harapan hidup, dan rata-rata lama sekolah karena harapan

    hidup sangat tergantung dari angka kematian dalam periode tertentu.

    Dalam jangka waktu satu tahun angka harapan hidup kenaikannya tidak

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 16

  • akan melebihi 1 poin, itupun jika diasumsikan tidak ada kematian.

    Sementara itu, rata-rata lama sekolah tergantung dari partisipasi sekolah

    untuk semua umur. Jadi, yang paling memungkinkan untuk mempercepat

    laju IPM adalah dengan meningkatkan kemampuan daya beli penduduk

    (Razali Ritonga dalam Indeks Pembangunan Manusia, BPS: 2007).

    2.4. Keadaan PendidikanSektor pendidikan selalu menjadi perhatian pemerintah karena

    melalui pendidikan, kualitas sumberdaya manusia dapat ditingkatkan dan

    itu menjadi modal utama dalam pembangunan nasional. Pada tahun 2008,

    penduduk usia sekolah 7-24 tahun sebanyak 496.052 orang. Dari jumlah

    tersebut yang tidak atau belum pernah sekolah sebanyak 4 640 orang

    (0,93 %) sedangkan yang masih bersekolah 357.215 (72,01%) dan tidak

    bersekolah lagi sebanyak 134.197 orang (27,05 %). Jumlah sekolah yang

    ada tidak sebanding dengan jumlah gedung sekolah, yang berarti 1 (satu)

    gedung dipakai bersama untuk lebih dari 1 (satu) sekolah. Ini terjadi untuk

    semua jenjang pendidikan. Selama tahun ajaran 2006/2007, untuk tingkat

    sekolah TK jumlah sekolah 269 hanya terdiri dari 269 gedung, SD

    sebanyak 1.652 sekolah dengan 1.474 gedung, SMP sebanyak 420

    sekolah dengan 354 gedung dan SMA sebanyak 179 sekolah dengan

    gedung sebanyak 158 buah. Ratio murid terhadap sekolah tahun

    2007/2008, pada tingkat SD 146, yang berarti rata-rata 1 (satu) sekolah

    menampung 146 murid, SMP 194 murid dan SMA 325 murid.

    Sedangkan ratio murid terhadap guru, yaitu untuk SD sebanyak 21,

    SMP 18 dan SMA 20 murid. Banyaknya Universitas/Akademi pada tahun

    2005/2006 sebanyak 8 buah terdiri dari 4 Perguruan Tinggi Negeri yaitu

    Universitas Pattimura, STAIN, STAKPN, Politeknik Negeri Ambon dan 3

    Perguruan Tinggi Swasta yaitu UKIM, STIA dan UNIDAR.

    Tabel 2.7Penduduk Usia Sekolah di Provinsi Maluku Menurut

    Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 17

  • Dengan fasilitas pendidikan yang ada sejauh ini, Provinsi Maluku

    masih menghadapi tingkat partisipasi sekolah yang relatif tertinggal

    dibanding propinsi lain, terutama kawasan barat Indonesia. Hal ini

    terutama akibat tidak adanya keseimbangan antara jumlah anak usia

    sekolah, baik dengan daya tampung fasilitas pendidikan yang ada,

    maupun dengan kemampuan orang tua membiayai pendidikan anak.

    Ketertinggalan Provinsi Maluku tergambar sebagaimana pada Tabel 2.8

    berikut;

    Tabel 2.8Angka Partisipasi Kasar (APK) Nasional,

    Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang PendidikanTahun 2008

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 18

  • Pada tabel 2.8 di atas menunjukkan pencapaian APK menurut

    jenis kelamin dan provinsi. Melihat angka-angka tersebut bahwa program

    wajib belajar 6 tahun telah tercapai di Maluku, namun program wajib

    belajar 9 tahun belum tercapai di Provinsi Maluku, dengan capaian APK

    jenjang SMP di angka 88,91 untuk laki-laki, dan 83,16 untuk perempuan.

    Ada perbedaan pencapaian antara anak laki-laki dan anak perempuan

    meskipun tidak signifikan.

    Bila ditilik dari Angka Partisipasi Murni (APM), LKPJ Gubernur

    Maluku 2009 mengungkapkan bahwa pada tahun 2009 untuk masing-

    masing jenjang pendidikan adalah 99,58 persen pada jenjang pendidikan

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 19

  • SD, 97,27 persen pada jenjang pendidikan SLTP dan 75,91 persen pada

    jenjang pendidikan SLTA. Kondisi ini sejalan dengan APS yang

    membuktikan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin rendah

    angka partisipasi murni.

    Tabel berikut menggambarkan bagaimana Bila dilihat menurut

    Kabupaten/Kota, diketahui bahwa Maluku Tengah yang diikuti oleh Kota

    Ambon merupakan merupakan daerah dengan angka partisipasi tertinggi

    untuk kelompok umur 7-12 tahun. Sedangkan Kota Ambon yang diikuti

    oleh Kabupaten Maluku Tengah merupakan daerah yang angka

    partisipasinya paling tinggi pada kelompok umur 13-15 tahun dan 16-18

    tahun. Tabel juga mengungkap kesenjangan (disparitas), dimana

    Kabupaten Buru Selatan dan Kota Tual relatif tertinggal di banding daerah

    yang lain.

    Tabel 2.9.APM Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan,

    Tahun 2009Kabupaten/Kota SD SMP SLTA

    Maluku Tenggara Barat 127 53 27

    Maluku Barat Daya 151 45 17

    Maluku Tenggara 141 32 12

    Kota Tual 42 45 8

    Maluku Tengah 361 95 58

    Buru 115 26 13

    Buru Selatan 75 26 10

    Kepulauan Aru 135 32 11

    Seram Bagian Barat 190 56 30

    Seram Bagian Timur 129 37 17

    Ambon 189 47 42

    Tabel 2.9. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan Angka

    Partisipasi Murni (APM) selama tahun 2008 da 2009, dimana :

    - APM untuk SD pada tahun 2007 sebesar 97,24 % meningkat menjadi

    99,49% pada tahun 2008 dan 99,58% pada tahun 2009;

    - APM untuk SLTP pada tahun 2007 sebesar 91,03 % meningkat

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 20

  • menjadi 96,11% pada tahun 2008 dan 97,27% pada tahun 2009;

    - APM untuk SLTA pada tahun 2007 sebesar 71,65 % meningkat

    menjadi 73,31% pada tahun 2008 dan 75,91% pada tahun 2009.

    Sementara dilihat dari indikator pendidikan yang

    merepresentasikan dimensi pengetahuan dalam IPM, maka angka melek

    huruf dan rata-rata lama sekolah menjadi dua indikator yang dapat

    dimaknai sebagai ukuran sumber daya manusia.

    Angka Melek Huruf (AMH) Maluku selama periode 20042009

    menunjukkan trend yang stagnan. Meningkat selama periode 2004 ke

    2005 sebesar 0,2 persen namun stabil pada tingkat 98 persen sejak 2005

    hingga 2007, dan meningkat sedikit di 2008 menjadi 98,12 persen. Pada

    2009, hanya meningkat 0,01 persen menjadi 98,13 persen.

    Gambar 2.10

    Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH), 2004 s.d. 2009

    Sumber: Badan Pusat Statistik

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 21

  • Pencapaian angka melek huruf 98,13 persen di Maluku ini cukup

    menggembirakan dengan penyebaran variasi yang hampir merata di

    semua kabupaten/kota. Pada 2009 saja, Kota Tual3 mencatatkan angka

    literate tertinggi di Maluku yaitu 99,70 persen dan terrendah di Kabupaten

    Buru Selatan4 (89,74 persen).

    Indikator pendidikan lainnya yang merupakan komponen IPM

    adalah rata-rata lama sekolah. Indikator ini menggambarkan rata-rata

    jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk

    menempuh semua jenis pendidikan formal.

    Selama periode 20042009, rata-rata lama sekolah penduduk

    Maluku mengalami sedikit peningkatan dan cenderung stabil. Pada 2004,

    lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Maluku secara rata-rata

    adalah 8,4 tahun dan meningkat 0,2 tahun menjadi 8,6 pada 2006 dan

    tidak berubah hingga 2008. Pada 2009, rata-rata lama sekolah meningkat

    sebesar 0,03 tahun menjadi 8,63 tahun. Selengkapnya lihat gambar 2.11.

    Gambar 2.11

    Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah, 2004 s.d. 2009

    3 Kota Tual sebelumnya adalah ibukota Kabupaten Maluku Tenggara namun kemudian berdiri menjadi daerah administrasi sendiri.4 Buru Selatan adalah kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Buru dan beribukota di Namrole.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 22

  • Sumber: Badan Pusat Statistik

    2.5. Keadaan Sosial

    Ditinjau dari kondisi sosial masyarakatnya, Propinsi Maluku memiliki

    penduduk dengan kehidupan sosial yang penuh dengan kerukunan dan

    saling menghormati hak-hak antar warga masyarakat berdasarkan nilai-

    nilai siwalima yang dijunjung tinggi oleh masyarakat propinsi tersebut.

    Dengan potensi keanekaragaman budaya yang besar, diperlukan suatu

    alternatif sistem pengaturan penyelenggaran pendidikan yang mampu

    menjadi motor penggerak perubahan sosial tanpa meninggal identitas

    Maluku yang telah dibangun selama ini. Kondisi pendidikan yang telah

    berlangsung (existing) juga harus menjadi acuan yang harus

    dipertimbangkan, dimana kesemuanya merupakan perwujudan dari

    prinsip kearifan lokal.

    Perspektif multi kultur dalam tata kearifan lokal dalam proses

    membangun interaksi yang kondusif bagi penyelenggaraan pendidikan

    setidaknya memiliki rasionalitas yang luas di Maluku. Dalam pemikiran

    Rudolf Rahabeat pilihan pendidikan berbasis interaksi sosial multi kultur

    antara lain5;

    5 Salatalohy, Fahmi dan Pelu, Rio (Ed), Nasionalisme Kaum Pinggiran, Dari Maluku, Tentang Maluku, Untuk Indonesia.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 23

  • Pertama, pasca konflik malaku masyarakat Maluku harus dibiasakan

    hidup dalam perbedaan budaya yang fleksibel. Oleh sebab itu pendidikan

    multi kulutur harus dilakukan dengan berbagai bentuk dan metode.

    Kedua, ada kesadaran yang tumbuh tentang perlu dihidupkannya

    kembali kebudayaan lokal namun bersamaa dengan itu muncul

    kegagapan bagaimana menyikapi kesadaran itu pada tingkat praksis dan

    bukan sekedar spekulasi tentative. Oleh sebab itu diperlukan sebuah

    wadah dan orang-orang yang secara serius dan terprogram mengkaji

    fenomena tersebut dan menghasilkan pemikiran serta praksis yang

    memandirikan masyarakat terhadap identitas dan harga dirinya.

    Ketiga, dimensi globalisasi dan teknologi informasi baru telah memberi

    nuansa dan tantangan tersendiri bagi reposisi budaya dan cara-cara

    tanggapan yang jauh dari kesan eksklusif dan ortodok.

    Dengan pemahaman atas urgensi kondisi multikultur (pluralitas)

    kehidupan warga daerah ini tentu menjadi suatu pilihan bagi adanya

    kurikulum muatan lokal berbasis pendidikan perdamaian (peace

    education). Setidaknya kesadaran demikian telah diimplementasikan oleh

    sejumlah stakeholder pendidikan Maluku melalui inisiasi Materi kurikulum

    pendidikan orang basudara Maluku. Pada tahun 2008 misalnya, PTD

    Provinsi Maluku bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Olah Raga

    Kota Ambon telah mencetak Kurikulum Pendidikan Orang Basudara

    Maluku, Buku Ajar Guru Membangun Budaya Damai untuk sekolah Dasar,

    Sekolah menengah pertama dan Sekolah Menengah Atas. Pada tahun

    2009 melalui kerjasama dengan Lokollo & Partners dan Pemerintah Kota

    Ambon telah diterbitkannya Peraturan Walikota No.66 Tahun 2009

    tentang Kesadaran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah serta dalam

    tahun 2010 Peraturan Walikota No.2 Tahun 2010 tentang Penerapan

    Muatan Lokal Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah yang terdiri dari

    muatan lokal inti (1) Pendidikan Orang Basudara; dan (2) Pelestarian

    Lingkungan Hidup.

    Materi kurikulum pendidikan orang basudara Maluku (peace

    education), merupakan perpaduan dari 5 program. Pertama program

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 24

  • berbasis keahlian, yakni program pendidikan yang terkait dengan

    peningkatan kemampuan berkomunikasi, hubungan interpersonal dan

    teknik-teknik resolusi konflik. Kedua, program perdamaian yaitu program

    berbasis keahlian yang lebih spesifik diarahkan untuk mengatasi konflik

    tertentu. Ketiga, pendidikan multikultural yaitu pendidikan yang

    menekankan kepada pemahaman terhadap keberagaman, mutual

    understanding dan kesalingtergantungan. Keempat, pendidikan hak asasi

    manusia yakni pendidikan yang menekankan pada konsep kesamaan

    antar manusia dan keadilan. Kelima, pendidikan demokrasi, yaitu

    pendidikan yang menekankan pada hak-hak rakyat untuk berperan dalam

    bidang politik dan kewajiban mentaati hukum.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 25

  • BAB IIIPERSPEKTIF AKADEMIS RAPERDA

    Pada bagian berikut diuraikan sejumlah tinjauan berkaitan dengan

    inisiatif Ranperda Standar Pendidikan Dasar di Propinsi Maluku.

    Tinjauan-tinjauan berikut sangat diperlukan terutama karena rumusan

    Ranperda tentang Standar Pendidikan Dasar nantinya harus mengacu

    selain pada aspirasi (local wisdom) yang berkembang di masyarakat, juga

    melandaskan diri pada perkembangan dinamika kebijakan pendidikan

    nasional. Dalam penyusunan tinjauan pendidikan ini, penggalian aspirasi

    dilakukan dengan dua metode dasar; metode Focus Group Discussion

    (FGD) bersama stakeholder pendidikan Provinsi Maluku, dan dengan

    metode studi dokumen.

    FGD telah dilakukan dua kali di Kota Ambon dan di Piru Ibukota

    Seram Bagian Barat. Berbagai aspirasi masyarakat dapat diserap secara

    efektif melalui forum tersebut karena peserta FGD merupakan reprsentasi

    dari multipihak pendidikan Provinsi Maluku. Para peserta FGD dipandang

    cukup heterogen karena datang dari berbagai latar belakang geografis,

    sosial, dan budaya serta tingkat kesejahteraan. Keragaman tersebut telah

    dimanfaatkan untuk memperkaya khasanah wawasan referensi bagi

    penyusunan raperda Standar Pendidikan Dasar Provinsi Maluku.

    Metode penggalian aspirasi juga dilaksanakan dengan studi

    dokumen. Dalam hal ini, dilaksanakan upaya analisis terhadap berbagai

    data terkait pendidikan, baik dalam bentuk data kebijakan, statistik,

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 26

  • maupun berita media massa. Untuk mengantisipasi validitas data

    dilakukan pengujian terhadap keakuratan subtansi aspirasi yang berhasil

    dikumpulkan dengan melakukan check and recheck.

    3.1. Perspektif SosiologisKarakteristik dan strategi penyusunan Raperda Standar Pendidikan

    Dasar di Propinsi Maluku tidak bisa dilepaskan dari perkembangan situasi

    sosiologis daerah. Bagaimanapun juga situasi aktual adalah cerminan dari

    hasil proses pendidikan yang telah dijalankan di masa lalu maupun saat

    ini yang sedang berjalan. Tinjauan karakteristik yang mengacu pada

    aspek ini sangat berkait dengan kondisi pola interaksi dari beragam latar

    budaya penduduk Maluku yang kompleksitas.

    Namun terdapat pula suatu pola besar yang menyatukan hetergonitas

    latar kultural tersebut. Setidaknya suatu karakteristik aspirasi masyarakat

    sangat dominan bermuara pada upaya penanaman nilai-nilai

    penghargaan terhadap orang tua, pendidik, dan pemerintah. Perspektif

    sosiologis demikian dipandang penting dilaksanakan sebagai wujud

    kearifan lokal menyikapi pengalaman pahit tragedi konflik yang pernah

    dialami masyarakat di Propinsi ini. Sehingga untuk menghindari konflik

    yang bersifat kekerasan, pemerintah harus benar-benar sungguh-sungguh

    untuk meletakkan suatu landasan yang kokoh bagi upaya menanamkan

    nilai-nilai penghargaan atas perbedaan suku, agama, serta ras.

    Dalam kerangka ini, suatu lesson learned yang dikembangkan peserta

    pelatihan peningkatan kapasitas guru conflict sensitivity oleh PTD Maluku pada bulan April 2009 bisa menjadi kerangka pengembangan

    kapasitas guru dalam menanamkan nilai-nilai perdamaian di tengah

    masyarakat melalui anak didiknya, antara lain:

    1. Konflik antar komunitas dapat muncul juga dari konflik antara

    pelajar, antara guru dan pelajar yang tumbuh di sekolah.

    2. Penciptaan perdamaian perlu dimulai dan dibina sejak usia dini

    antara lain di bangku sekolah dengan meletakkan kesadaran hidup

    akan keberagaman.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 27

  • 3. Peran seorang guru bukan saja mengajar tetapi mendidik siswa

    dengan menjadi tokoh panutan yang dapat menciptakan suasana

    tenteram dan aman melalui sikap yang penuh perhatian dan tidak

    memandang perbedaan dengan memberikan pelayanan pendidikan

    yang merata dan nyaman di kelas.

    4. Guru mempunyai peran yang sangat besar karena melayani

    diseluruh wilayah dan oleh karena itu perlu mempunyai kapasitas

    yang cukup untuk membangun perdamaian mulai dari sekolah.

    5. Guru dapat bertindak sebagai agent of peace dengan turut

    menciptakan perdamaian diantara desa/negeri yang mempunyai

    potensi konflik.

    Pelajaran penting di atas sangat relevan dikembangkan bila dikaitkan

    dengan permasalahan penyelenggaran pendidikan Maluku. Bersumber

    dari hasil dua kali FGD masing-masing di Kota Ambon dan Seram Bagian

    Barat (SBB), fakta-fakta permasalahan aktual yang terjadi di propinsi ini

    bisa diungkapkan antara lain:

    1. Maluku sebagai daerah kepulauan (maritime) sering juga

    menimbulkan kendala akses pendidikan.

    2. Pengaruh dinamika politik lokal masih terlalu kuat di daerah

    Maluku, khususnya dalam perencanaan dalam penempatan guru.

    Akibatnya terjadi penumpukan guru mata pelajaran tertentu di

    daerah tertentu.

    3. Belum terealisasinya suatu system pendidikan yang berbasis

    keunggulan lokal (pendidikan vokasional) sebagai acuan dalam

    pengembangan kuantitas dan kualitas tenaga kerja lokal.

    4. Dari segi manajemen lembaga penyelenggara pendidikan, peran

    masyarakat sipil meski diakui sangat berpengaruh namun belum

    banyak berkontribusi dalam penerapan Manajemen Berbasis

    Sekolah (MBS).

    5. Sistem pembelajaran di kelas terlalu bersifat klasikal, seringkali

    menafikan aspek keunggulan individual.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 28

  • 6. Performa guru bersertifikasi belum optimal dan lebih berorinetasi

    pada perolehan tambahan penghasilan. Hal ini akibat minimnya

    monitoring dan evaluasi sekaligus tidak adanya standar kontrak

    kinerja yang memadai.

    7. Belum adanya pemerataan dan standarisasi dalam sarana dan

    prasarana sekolah.

    8. Akses informasi kebijakan pendidikan terlalu berkonsentrasi di kota-

    kota, sementara di area terpencil seringkali mengalami

    ketertinggalan informasi.

    Berdasarkan pada tujuan ditetapkannya standar pelayanan

    minimal bidang pendidikan oleh pemerintah pusat melalui Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas), maka Ranperda tentang

    Standar Pendidikan Dasar pada intinya tetap harus mengacu pada upaya

    peningkatkan kualitas pendidikan, khususnya di wilayah Propinsi Maluku.

    Dengan demikian konsekuensi diterapkannya Raperda tentang Standar

    Pendidikan Dasar di Propinsi Maluku bagi peningkatan kualitas pelayanan

    pendidikan bagi masyarakat Maluku adalah kesiapan yang harus

    diupayakan oleh pemerintah daerah.

    Sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Mercy, anggota DPRD Provinsi

    Maluku dalam kesempatan FGD, bahwa Raperda Standar Pendidikan

    Dasar harus bisa menentukan standar pelayanan minimal yang harus

    dimiliki oleh setiap sekolah secara berkeadilan (equity), baik di kota

    maupun sekolah yang terletak di Pulau Aru atau pulau-pulau terpencil

    lainnya. Meskipun ada karakteristik daerah yang didasarkan atas gugus

    pulau maupun yang terletak di pusat Provinsi Maluku, namun standar

    pelayanan pendidikan tersebut harus dapat menentukan standar secara

    minimal yang sama terhadap seluruh sekolah baik baik yang terletak di

    pusat (centre) maupun pinggiran (periphery), hal ini diperlukan agar

    terpenuhi sisi keadilan dalam memenuhi hak-hak rakyat Maluku dalam

    mengakses pendidikan.

    Di sisi lain, apabila kita berbicara tentang dampak diterapkannya

    regulasi tentang Standar Pendidikan Dasar ini, maka pihak yang sangat

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 29

  • diuntungkan pertama kali adalah masyarakat yang menerima pelayanan

    pendidikan. Namun harus pula disadari bahwa walaupun beban biaya

    pelaksanaan Standar Pendidikan Dasar ini lebih dititik beratkan pada

    keuangan pemerintah pusat dan daerah, partisipasi masyarakat pun

    masih tetap diperlukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas

    pendidikan di Propinsi Maluku. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan

    konsekuensi logis dari diterapkannya regulasi tentang Standar Pendidikan

    Dasar tersebut sebenarnya bukan menjadi persoalan bagi masyarakat,

    tetapi justru menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dalam

    mempersiapkan SDM maupun infrastruktur serta supra struktur

    pendidikan.

    Tantangan Pemerintah Maluku juga terkait dengan fenomena

    pendidikan yang selalu memperlihatkan watak normatif dan imperatif.

    Tatkala perubahan sosial-kultural mendera dunia pendidikan, bisa

    dipastikan misi normatif dan imperatif pendidikan Maluku juga ikut

    berubah. Ketika pendidikan ditanggapi secara mikro maka akan segera

    terlihat kompleksitas permasalahannya. Pemahaman terhadap berbagai

    masalah dan usaha pemecahan memerlukan konsultasi keberbagai

    disiplin keilmuan. Sementara faktor kesabaran sering menggoda kita

    untuk berjalan pintas dan melakukan pemecahan secara partikularis.

    Sudut kebijakan pendidikan untuk semua (education for all) di Maluku

    tentu berhadapan dengan kenyataan kependudukan dan letak geografis

    yang menuntut kesiapan sumber daya dan sumber dana yang tidak kecil,

    dan terlebih sangat penting menuntut rasa keadilan. Oleh karena itu

    inovasi dalam pembaharuan pendidikan sangatlah dibutuhkan karena

    melihat berbagai alasan tersebut6.

    3.2. Perspektif Kerangka Hukum Pemerintahan

    Tiga pilar Pembangunan Pendidikan Nasional yaitu : (1) Pemerataan

    dan Perluasan Akses Pendidikan; (2) Peningkatan Mutu, Relevansi dan

    6 Ali, Madekhan, Inovasi dan Pembaharuan Dalam pendidikan, Manual Kuliah Sosiologi Pendidikan, 2008.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 30

  • Daya Saing Pendidikan; dan (3) Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas dan

    Pencitraan Publik. Sebagai gambaran kilas balik, pada tahun 2006,

    pemerintah telah menetapkan arah kebijakan pembangunan di bidang

    pendidikan antara lain:

    1. Meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

    pendidikan;

    2. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan;

    3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan

    pembangunan;

    4. Memperkuat manajemen pelayanan pendidikan.

    Di dalam Renstra Dinas Pendidikan dan Olahraga Maluku 2008-2013,

    dan RPJMD Maluku 2009-2014, ketiga pilar tersebut diterjemahkan ke

    dalam langkah-langkah perubahan pendidikan yang dipandang signifikan

    yang mengarah pada peningkatan SDM sesuai tuntutan perkembangan

    global. Langkah strategis yang dilakukan antara lain dengan menetapkan

    berbagai kebijakan yang sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat

    secara demokratis, transparan dan berkeadilan.

    Di dalam implementasinya, penyelenggaraan pembinaan Pendidikan

    Dasar dari Dinas Pendidikan dan Olahraga Maluku dibingkai dalam

    kerangka lima tujuan besar. Kelima rumusan tujuan di bawah ini tentu bisa

    menjadi tolok ukur dari setiap kebijakan pendidikan di Provinsi Maluku,

    dimana antara lain:

    1. Memperluas jangkauan dan daya tampung SD/MI, SMP/MTs, dan

    lembaga pendidikan pra sekolah

    2. Meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi

    seluruh lapisan masyarakat melalui pengadaan sarana dan

    prasarana pendidikankan dan pemberian beasiswa.

    3. Meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan pra sekolah dalam

    rangka meningkatkan mutu pendidikan.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 31

  • 4. Terselenggaranya pendidikan dasar dan pra sekolah berbasis pada

    sekolah dan masyarakat.

    5. Membangun sarana dan prasarana pendidikan dasar yang rusak

    akibat konflik sosial termasuk penanggulangan kekurangan tenaga

    kependidikan.

    Bila ditinjau daeri perspektif kebijakan nasional, telah jelas bahwa

    pembagian urusan pemerintah bidang pendidikan antara pemerintah

    pusat, pemerintah privinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota telah

    ditetapkan pada berbagai aspek pembangunan pendidikan. Pada aspek

    kebijakan, pemerintah provinsi berwenang menetapkan kebijakan

    operasional pendidikan di provinsi sesuai dengan kebijakan nasional.

    Selain itu, Pemerintah Provinsi juga berwenang mensosialisasi dan

    melaksanakan standar nasional pendidikan di tingkat provinsi, sekaligus

    Melakukan koordinasi atas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan,

    pengembangan tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas

    penyelenggaraan pendidikan lintas kabupaten/kota, untuk tingkat

    pendidikan dasar dan menengah.

    Dalam aspek kurikulum pemerintah provinsi memiliki kewenangan

    atau tugas meliputi melakukan koordinasi dan supervisi pengembangan

    kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan menengah.

    Sekaligus di dalamnya melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

    kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan menengah.

    Tentunya, Pemerintah Provinsi juga dituntut mampu melaksanakan

    melakukan pengawasan terhadap pemenuhan standar nasional sarana

    dan prasarana pendidikan menengah. Hal ini berkait erat dengan

    pengawasan pendayagunaan bantuan sarana dan prasarana pendidikan

    maupun pengawasan penggunaan buku pelajaran pendidikan menengah.

    Pada aspek pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan,

    pemerintah daerah provinsi memiliki kewenangan melakukan

    perencanaan kebutuhan pendidik. Wewenang demikian juga diikuti oleh

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 32

  • upaya melakukan pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS

    antar kabupaten/kota, sekaligus melakukan upaya peningkatan

    kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan pendidik.

    Kewenangan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan tidak

    bisa dilepaskan dari aspek pengendalian mutu pendidikan yang juga

    diemban kewenangannya oleh Pemerintah Provinsi. Dalam hal ini,

    pemerintah daerah provinsi berwenang atau bertugas:

    1. Membantu pelaksanaan ujian nasional pendidikan dasar,

    pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal;

    2. Melakukan koordinasi, memfasilitasi, monitoring, dan evaluasi

    pelaksanaan ujian sekolah skala provinsi;

    3. Menyediakan biaya penyelenggaraan ujian sekolah skala provinsi;

    4. Melaksanakan evaluasi pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis

    pendidikan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

    pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal skala provinsi;

    5. Melaksanakan evaluasi pencapaian standar nasional pendidikan

    pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan

    menengah, dan pendidikan nonformal skala provinsi;

    6. Membantu pemerintah pusat dalam pelaksanaan akreditasi

    pendidikan dasar dan menengah;

    7. Melakukan supervisi dan memfasilitasi satuan pendidikan bertaraf

    internasional dalam penjaminan mutu untuk memenuhi standar

    internasional;

    8. Melakukan evaluasi pelaksanaan dan dampak penjaminan mutu

    satuan pendidikan skala provinsi.

    3.3. Perspektif Standar Pelayanan Publik

    UUD 1945 mengamanatkan kepada Negara untuk memenuhi

    kebutuhan dasar setiap warga negaranya demi memenuhi

    kesejahteraannya. Efektif tidaknya suatu pemerintahan dapat diukur dari

    kualitas penyelenggaraan pelayanan publik. Fakta menunjukkan bahwa

    penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih dihadapkan pada

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 33

  • permasalahan sistem pemerintahan yang belum efektif dengan kualitas

    sumber daya manusia yang belum memadahi.

    Hakikat pelayanan publik menurut Surjadi (2009:9) adalah suatu

    kegiatan pemberian layanan prima kepada masyarakat yang merupakan

    perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

    Berkaitan dengan kewajiban tersebut pelayanan publik harus memenuhi

    tiga unsur yaitu: (1) unsur kelembagaan penyelenggara pelayanan; (2)

    proses pelayanan publik; dan (3) sumber daya manusia pemberi

    pelayanan.

    Sedangkan Pengertian umum pelayanan publik menurut Keputusan

    Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003

    adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

    pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

    pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    Penyelenggaraan pelayanan publik mengacu pada asas-asas sebagai

    berikut: (1) kepastian hukum; (2) transparan; (3) daya tanggap; (4) adil; (5)

    efektif dan efisien; (6) tanggung jawab; (7) akuntabilitas; dan (8) tidak

    menyalahgunakan kewenangan.

    Sebelum membahas lebih jauh tentang konsep SPMbidang

    pendidikan, sebaiknya kita kaji terlebih dahulu konsep SPMsebagai induk

    SPMbidang pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun

    2005, Pasal 1 ayat 6 , standar pelayanan minimal (SPM) adalah ketentuan

    tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

    pemerintah daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

    Adapun pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar

    dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan

    ekonomi, social, dan pemerintahan.

    Standar pelayanan minimal pendidikan dasar adalah tolok ukur kinerja

    pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang

    diselenggarakan daerah kabupaten/kota. Dalam rangka untuk mencapai

    atau melampaui standar pelayanan minimal, pemerintah daerah harus

    melakukan upaya pengembangan kapasitas dengan meningkatkan

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 34

  • kemampuan system atau sarana dan prasarana, kelembagaan, personil,

    dan keuangan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan dalam

    rangka mencapai tujuan pelayanan dasar dan/ atau Standar

    Pendidikansecara efektif dan efisien dengan menggunakan prinsip-prinsip

    tata pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan

    Daerah.

    Strategi penting yang harus dilakukan terkait dengan kondisi geografis

    daerah, misalnya standar tentang pendirian sekolah yang jaraknya paling

    jauh adalah 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs, standar

    pelayanan minimal ini tetap harus dipenuhi, dan apabila memungkinkan

    bisa kita perpendek menjadi 2 km untuk SD/MI dan 4 km untuk SMP/MTs

    walaupun dengan kondisi geografis kepulauan. Hal ini bisa kita atasi

    dengan menyediakan sarana prasaran jalan dan ketersedian transportasi

    yang membantu peserta didik untuk dapat sampai di sekolah.

    Sebelum membahas prinsip-prinsip Perancangan Perda tentang

    Standar Pendidikan Dasar secara terperinci, berikut ini perlu dikemukakan

    prinsip-prinsip penyusunan Standar Pelayanan Minimal:

    1. SPM disusun sebagai alat pemerintah dan pemerintah daerah

    untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada

    masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan

    wajib pemerintah;

    2. SPM ditetapkan oleh pemerintah pusat dan diberlakukan untuk

    semua pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah

    kabupaten/kota;

    3. Penerapan SPM oleh pemerintah daerah merupakan bagian dari

    penyelenggaraan pelayanan dasar nasional;

    4. SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka,

    terjangkau, dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai

    batas waktu pencapaian;

    5. SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas, dan

    kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kelembagaan

    dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 35

  • Berlandaskan pada prinsip penyusunan Standar Pelayanan Minimal,

    maka bisa dirumuskan prinsip-prinsip Perancangan Perda tentang

    Standar Pendidikan Dasar ditinjau dari perspektif kebijakan daerah dalam

    pembangunan pendidikan antara lain;

    1. Prinsip Kesamaan dan Ketidaksamaan : Dalam menyusun Perda Standar Pendidikan Dasar hendaknya menentukan

    standar pelayanan minimal yang ditetapkan di Propinsi

    Maluku berada di atas SPM yang ditetapkan pemerintah,

    atau setidaknya sama dengan SPM Pendidikan yang

    ditetapkan pemerintah sesuai butir/kategori aspek

    pelayanan.2. Prinsip Kearifan Lokal : Dalam menyusun Perda Standar

    Pendidikan Dasar hendaknya selalu melihat

    potensi/keterbatasan maupun kondisi riil dalam menentukan

    ukuran SPM Pendidikan untuk tiap-tiap kategori pelayanan.

    3. Prinsip Relevansi (Kesesuaian) : Dalam menyusun Perda Standar Pendidikan Dasar hendaknya mengacu kepada

    peraturan perundangan yang lebih tinggi serta

    memperhatikan kemampuan daerah/satuan pendidikan serta

    kondisi masyarakat Maluku dalam melaksanakan amanat

    Perda Standar Pendidikan.

    4. Prinsip Kekuatan dan Keterbatasan : Dalam membuat rancangan Perda tentang Standar pendidikan Dasar

    hendaknya selalu melihat kekuatan dan juga keterbatasan

    daerah maupun masyarakat dengan berbagai latar belakang

    ekonomi, wilayah, dan budaya.

    5. Prinsip Kecermatan : Hendaknya dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar selalu

    berpikir cermat terutama dalam menentukan ukuran satuan

    standar pelayanan minimal untuk tiap-tiap kategori

    pelayanan pendidikan.

    6. Prinsip Konsistensi : Hendaknya dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar selalu

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 36

  • konsisten atau taat terhadap peraturan perundang-undangan

    yang tingkatannya lebih tinggi (seperti Undang-Undang,

    Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, dan sebagainya).

    7. Prinsip kesinambungan : Hendaknya dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar selalu

    memperhatikan rencana strategi pembangunan bidang

    pendidikan jangka pendek maupun jangka panjang, dengan

    melihat jauh ke depan kea rah tujuan pembangunan bidang

    pendidikan jangka panjang di Propinsi maluku.

    8. Prinsip Prioritas: Hendaknya dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar selalu menetapkan

    prioritas pada aspek-aspek bidang pelayanan tertentu yang

    dirasakan sangat mendesak untuk segera dipenuhi dengan

    standar yang lebih tinggi. Contoh : Jika dihadapkan pada satu masalah, karena keterbatasan pembiayaan, mana yang

    lebih diutamakan antara aspek jumalh peserta didik dalam

    suatu rombongan atau aspek jumlah jarak maksimal

    perjalanan peserta didik ke sekolah.

    9. Prinsip Cermat dan Rinci: Hendaknya dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar

    Pendidikan mengatur secara terperinci dan secara cermat

    jenis-jenis pelayanan pendidikan secara detail. Rincian

    tersebut mengacu pada standar pelayanan minimal per

    aspek sebagaimana yang ditetapkan dalam permendiknas

    tentang standar pelayanan minimal pendidikan dasar.

    10. Prinsip fleksibelitas: Dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya bersifat

    fleksibel ditinjau dari kondisi geografis maupun kultur atau

    budaya, serta taraf ekonomi masyarakat.

    11. Prinsip applicable (praktis): Dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya

    memperhatikan apakah butir-butir ketentuan yang diatur

    dalam pasal-pasal perarturan daerah tersebut dapat

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 37

  • diterapkan atau dilaksanakan atau sebaliknya sulit

    dilaksanakan.

    12. Prinsip sederhana: Dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya tidak

    menetapkan standar pelayanan yang mencerminkan sikap

    berlebih-lebihan dalam kebutuhan pendanaannya untuk tiap-

    tiap jenis pelayanan.

    13. Prinsip konkrit : Dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya menentukan standar

    pelayanan minimal secara konkrit, rasional, atau dapat

    dilaksanakan.

    14. Prinsip mudah diukur: Dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya menetapkan

    standar pelayanan minimal yang mudah diukur untuk setiap

    jenis pelayanan.

    15. Prinsip terbuka: Dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya menetapkan standar

    pelayanan minimal secara terbuka, yaitu dengan

    memperhatikan masukan-masukan atau saran-saran dari

    semua pihak (stake holder).

    16. Prinsip terjangkau: Dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya menetapkan

    butir-butir standar pelayanan minimal dengan tetap

    memperhatikan kemampuan sumber daya daerah baik

    sumber daya personil (SDM), ketersediaan dana, maupun

    sumber daya lainnya.

    17. Prinsip akuntabel (dipertanggungjawabkan): Dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan

    Dasar hendaknya menetapkan butir-butir standar pelayanan

    minimal dengan mempertimbangkan aspek

    pertanggungjawabannya. Artinya, ketentuan standar

    pelayanan minimal yang kita tetapkan untuk suatu jenis

    pelayanan memang menuntut untuk ditetapkan dengan

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 38

  • standar minimal tersebut berdasarkan pada kebutuhan dan

    kepentingan masyarakat.

    18. Prinsip batas waktu: Dalam menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya menentukan

    batas waktu pencapaian standar pelayanan minimal

    tersebut.

    3.4. Perspektif Prospek Kebijakan Standar Pendidikan

    Kajian terhadap rancangan peraturan daerah tentang standar

    pendidikan dasar tidak dapat dilepaskan dari visi dan misi pemerintah

    Propinsi Maluku. Esensi dari serangkaian misi pembangunan daerah

    sebagaimana yang telah diamanatkan dalam RPJMD 2008-2013 Provinsi

    Maluku, salah satunya adalah upaya mewujudkan sistem dan iklim

    pendidikan yang demokratis dan bermutu pada seluruh tatanan terutama

    pada Perguruan Tinggi, guna meningkatkan etos kerja dan daya saing,

    kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan

    bertanggungjawab, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

    dalam rangka mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Esensi

    misi pembangunan tersebut juga tidak bisa dilepaskan upaya Pemerintah

    Provinsi Maluku untuk menciptakan kehidupan sosial budaya masyarakat

    yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berdaya tahan terhadap

    pengaruh globalisasi.

    Oleh karena itu, berdasarkan sejumlah temuan dalam proses

    assessment aspirasi stakeholders daerah maka inisiatif bagi terbentuknya

    Perda Standar Pendidikan Dasar ini akan berimplikasi pada aspek-aspek

    kebijakan daerah, antara lain;

    1. Bahwa inisiatif Perda Standar Pendidikan Dasar diharapkan mampu menjawab kesenjangan ketersediaan infrastruktur pendidikan di

    Maluku pasca konflik. Inisiatif Perda ini harus diterjemahkan

    sebagai awal dari kebijakan nyata dari Pemerintah Provinsi dan

    Kabupaten untuk lebih fokus menuntaskan persoalan infrastrutur

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 39

  • dasar pendidikan, tidak sekedar berorientasi pada popularitas

    politik sesaat, apalagi sekedar berorientasi proyek.

    2. Bahwa penyelenggaran urusan pendidikan di Provinsi Maluku harus memiliki misi sebagai suatu gerakan bersama untuk

    menjadikan anak didik sebagai subjek dalam proses pendidikan.

    3. Bahwa berbagai pengaturan hukum pendidikan harus

    memperhatikan kekhasan daerah dalam bingkai besar budaya

    maritime Provinsi Maluku.

    4. Bahwa kebijakan pendidikan harus mendorong secara terus

    menerus sutau pola manajemen pendidikan yang demokratis.

    5. Bahwa pengaturan mengenai arah pengembangan sekolah-

    sekolah perlu ditempatkan sebagai bagian desain pengaturan yang

    menjunjung tinggi kearifan local Maluku.

    6. Bahwa kebijakan Standar Pendidikan Dasar tidak sekedar mengadopsi pola penerapan kurikulum model KTSP, di banyak

    kasus model KTSP telah membebani guru dan mengubahnya

    menjadi administrator, bukan pendidik.

    Karakteristik perancangan Perda Standar Pendidikan Dasar mengacu

    kepada komponen komponen pendidikan yang merupakan totalitas

    bentuk pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Prinsip-prinsip khusus

    tersebut berkaitan dengan 8 Standar Nasional Pendidikan ditambah

    dengan komponen-komponen lainnya yang dianggap perlu. Dengan

    demikian prinsip-prinsip khusus dalam perancangan Perda Standar

    Pendidikan harus mengacu pada : (1) Isi Kurikulum Pendidikan; (2)

    Proses pendidikan; (3) Kompetensi Lulusan; (4) Tenaga Pendidik dan

    kependidikan; (5) Sarana dan prasarana; (6) Manajemen dan

    Pengelolaan; (7) Penilaian; (8) Pembiayaan; (9) Monitoring atau

    Pengawasan;

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 40

  • Dalam kerangka pemikiran demikian, maka jenis jenis pelayanan

    yang harus distandarkan dalam Perda Standar Pendidikan Dasar Propinsi

    Maluku, hendaknya merupakan penjabaran secara lebih terperinci dari

    jenis-jenis pelayanan minimal pendidikan sebagaimana yang telah

    distandar minimalkan oleh pemerintah pusat. Sebagai contoh, adanya

    supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah bukan hanya mengatur

    tentang frekuensi melakukan supervise dalam satu semester, tetapi juga

    mengatur tentang berbagai hal yang harus distandarkan berkaitan dengan

    hal-hal yang menjadi sasaran supervisi, seperti, instrumen supervisi

    sebagai alat pengukuran kelayakan kinerja guru, kelayakan RPP,

    ketepatan media dan alat peraga yang digunakan, dan sebagainya.

    Selain kedua jenis pelayanan tersebut, dalam Perda seharusnya juga

    diatur tentang standar pelayanan minimal secara internal, yaitu pelayanan

    terkait dengan urusan administrasi dan kepegawaian pendidik dan tenaga

    kependikan atau pihak-pihak lain yang berada di lingkup pendidikan. Hal

    ini dilakukan untuk merespon pelayanan kepegawaian secara umum, dan

    termasuk pelayanan administrasi dan kepegawaian di lingkungan

    Kementrian Pendidikan Nasional.

    Mengacu pada prinsip kearifan lokal dalam perspektif psikologis pasca

    konflik di Ambon, perlu dirancang suatu regulasi pendidikan yang menitik

    beratkan pada aspek pemulihan kondisi psikologi serta penanaman sikap

    saling menghargai perbedaan pada diri peserta didik. Kearifan lokal yang

    harus dijadikan sebagai acuan dalam menyusun Rancangan Perda

    Standar Pendidikan antara lain adalah:

    1. Dengan memperhatikan kondisi geografis (Maluku sebagai wilayah

    kepulauan), lingkungan budaya (tera culture dan aqua culture),

    2. Latar belakang sosial masyarakat, termasuk menyikapi kondisi

    trauma atas konflik horisontal.

    3. Kearifan lokal dalam perancangan Perda Standar Pendidikan Dasar

    juga harus mengacu pada latar belakang demografi, aspirasi

    masyarakat, kebijakan pembangunan pendidikan daerah, masalah-

    masalah aktual, prospek kebijakan perda Standar Pendidikan

    Dasar di Propinsi Maluku, implikasi manfaatnya bagi peningkatan

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 41

  • pelayanan pendidikan di Propinsi Maluku, serta implikasi

    dampaknya bagi masyarakat Maluku.

    Rincian berbagai jenis pelayanan pendidikan yang

    distandarminimalkan sebagaimana yang telah diuraikan tersebut harus

    dijabarkan dalam bentuk peraturan yang lebih spesifik sesuai karakteristik

    kondisi geografis, demografi, dan sosial budaya, serta potensi daerah

    sebagai wujud kearifan lokal.

    BAB IVRUANG LINGKUP PENGATURAN DAN MATERI MUATAN

    PERDA

    Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sebagai kerangka

    hukum yang mengatur mengenai pendidikan nasional mengatur secara

    tegas perlunya diatur mengenai standar nasional pendidikan. Pasal 35

    ayat (1) UU No. 22 Tahun 2003 tentang Sisdiknas mengatur bahwa

    Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi

    lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,

    pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara

    berencana dan berkala. Sedangkan ayat (2) UU Sisdiknas mengatur lebih

    lanjut bahwa standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan

    pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

    pengelolaan, dan pembiayaan. Standar nasional pendidikan menurut

    Pasal 1 angka 17 UU Sisdiknas adalah kriteria minimal tentang sistem

    pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

    Indonesia.

    Permendiknas No. 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan

    Minimal Pendidikan Dasar menjabarkan lebih jauh pengaturan

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 42

  • standarisasi pelayanan untuk pendidikan dasar. Pasal 1 ayat 1

    Permendiknas tersebut mendefinisikan standar pelayanan minimal

    pendidikan dasar yang disebut dengan Standar Pendidikanyaitu tolok ukur

    kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang

    diselenggarakan daerah kabupaten/kota. Ketentuan tersebut tentunya

    merupakan penjabaran lebih lanjut dari PP No. 19 Tahun 2005 tentang

    Standar Nasional Pendidikan yang pada Pasal 1 angka 1 mengatur

    mendefisinikan pengertian standar nasional pendidikan adalah kriteria

    minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Pasal

    2 ayat 1 PP tersebut mengatur ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan

    meliputi: a. Standar isi; b. Standar proses; c. Standar kompetensi lulusan;

    d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan; e. Standar sarana dan

    prasarana; f. Standar pengelolaan; g. Standar pembiayaan dan f. Standar

    penilaian pendidikan.

    Standar Isi yang diatur meliputi semua pelajaran dan bidang

    keahlian pada jalur formal dengan memasukkan muatan lokal sebagai

    keunggulan daerah. Muatan lokal pada semua jenjang pendidikan yang

    meliputi Pendidikan Budi Pekerti, Budaya Daerah, Pengenalan

    Kewilayahan Daerah, Pengenalan Obyek Wisata Daerah, Bahasa Inggris

    Komunikasi Masyarakat Global, Bahasa Daerah, ketrampilan kerajinan,

    Seni Menyanyi dan budaya bahari. Pendidikan Budi Pekerti, Budaya

    Daerah, Pengenalan Obyek Wisata Daerah, Pengenalan Potensi dan

    Penanggulangan Bencana di Daerah, Bahasa Inggris Komunikasi

    Masyarakat Global dilaksanakan dengan pembelajaran secara terintegrasi

    dalam mata pelajaran yang lain. Satuan pendidikan pada jenjang SMP

    wajib memberikan paling sedikit 1 (satu) mata pelajaran bahasa asing.

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Standar Isi Daerah

    diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

    Standar Proses dimaksudkan agar setiap satuan pendidikan wajib:

    1. memilih dan menggunakan model pembelajaran, pendekatan,

    metode, strategi atau teknik yang sesuai dengan Standar

    Kompetensi dan Kompetensi Dasar;

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 43

  • 2. melakukan pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses

    pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran secara

    efektif dan efisien;

    3. mengembangkan proses pembelajaran yang bersifat mengaktifkan peserta didik, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan

    menantang serta memberikan keamanan kepada peserta didik

    dalam mengikuti pembelajaran. Pelaksanaan mengenai

    pendekatan, metode, strategi, teknik, serta proses pembelajaran

    diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

    Pengaturan mengenai standar pelayanan minimal pendidikan juga

    disinggung dalam Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem

    Penjaminan Mutu Pendidikan. Kiranya, pengaturan mengenai standar

    pelayanan minimal di bidang pendidikan yang terdapat dalam

    Permendiknas No. 63 Tahun 2009 dimaksudkan sebagai salah satu

    instrumen untuk mewujudkan tercapainya mutu pendidikan, yaitu

    sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 1 Permendiknas No. 9 Tahun

    2009 adalah terwujudnya tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang

    dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya

    mewujudkan mutu pendidikan antara lain melalui standar pelayanan

    pendidikan tercermin dari pemaknaan penjaminan mutu pendidikan yaitu

    kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan,

    penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerntah daerah,

    Pemerintah dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan

    kehidupan bangsa melalui pendidikan.

    Sehubungan dengan kewenangan dalam melakukan pengawasan

    terwujudnya penjaminan mutu Pasal 8 ayat 1, 2 dan 3 Permendiknas No.

    63 Tahun 2009 mengatur pembagian kewenangan (power sharing) dalam

    melaksanakan supervisi, pengawasan, evaluasi, saran, arahan dan/atau

    bimbingan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

    Kabupaten/Kota. Perlunya pengaturan mengenai standar pelayanan

    pendidikan pada level Provinsi sebagai acuan penerapan standar

    pelayanan pendidikan oleh satuan pendidikan pada level kabupaten/kota

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 44

  • diperkuat dengan PP No. 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan

    Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai

    Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi. Pasal 3 ayat (1) huruf d PP No. 19

    Tahun 2010 mengatur bahwa Gubernur sebagai wakil Pemerintah

    memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan berupa kewenangan

    melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan

    daerah kabupaten/kota.

    Pemerintah Provinsi melaksanakan pembinaan, supervisi dan

    fasilitasi dalam pelaksanaan standar pendidikan dasar. Pemerintah

    Kabupaten/Kota mengatur pelaksanaan dan pengawasan standar

    pendidikan dasar oleh setiap satuan pendidikan. Bupati/Walikota

    bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar

    sesuai Standar Pendidikanyang dilaksanakan oleh perangkat daerah

    kabupaten/kota dan masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-

    undangan. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai Standar

    Pendidikansecara operasional dikoordinasikan oleh dinas pendidikan

    kabupaten/kota. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai

    Standar Pendidikandilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan

    sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan. Setiap

    penyelenggara pendidikan wajib memiliki ijin penyelenggaraan pendidikan

    dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangan.

    Standar Kompetensi Lulusan perlu ditentukan agar kompetensi

    seluruh matapelajaran atau kelompok matapelajaran atau bidang keahlian

    yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Standar

    Kompetensi Lulusan mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh

    Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dalam menentukan standar

    kompetensi lulusan daerah, mempertimbangkan: a. nilai minimal pada

    penilaian akhir untuk peserta didik telah menyelesaikan seluruh program

    pembelajaran; b. nilai minimal rata-rata semua mata pelajaran dan nilai

    minimal tiap mata pelajaran hasil ujian sekolah; c. nilai minimal rata-rata

    semua mata pelajaran dan nilai minimal tiap mata pelajaran hasil ujian

    nasional; Pengaturan lebih lanjut mengenai Standar Kompetensi Lulusan

    Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 45

  • Pendidik dan tenaga kependidikan harus memiliki kualifikasi akademik

    dan kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundangundangan yang

    berlaku.

    Standar pendidik perlu ditetapkan agar jalur pendidikan formal minimal

    memiliki pendidikan S1 atau D-IV dari perguruan tinggi yang terakreditasi

    dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya, serta memiliki

    kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesi pendidik. Bagi

    penilik wajib memiliki kompetensi sebagai penilik, lulus seleksi sebagai

    penilik dan pernah berstatus sebagai pamong belajar pada pendidikan

    nonformal atau pernah menjadi pengawas satuan pendidikan formal.

    Ketentuan mengenai Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga

    Kependidikan daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah

    Kabupaten/Kota.

    Standar Sarana dan prasarana perlu diatur agar setiap satuan

    pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan untuk

    menunjang proses pembelajaran, pengembangan bakat dan minat

    peserta didik yang teratur dan berkelanjutan (long-life skill). Pemberian

    layanan pendidikan pada satuan pendidikan menyesuaikan dengan

    sarana dan prasarana yang dimiliki daerah atau satuan pendidikan. Setiap

    satuan pendidikan wajib memiliki minimal salah satu sarana / prasarana

    pendidikan yang mendukung muatan lokal daerah. Standar sarana dan

    prasarana daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah

    Kabupaten/Kota.

    Standar Pengelolaan perlu diatur agar pengelolaan pada satuan

    pendidikan harus menerapkan manajemen berbasis sekolah yang

    ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan,

    akuntabilitas, dan inovatif. Pengelolaan pengembangan satuan pendidikan

    meliputi pengembangan jangka panjang, jangka menengah dan program

    tahunan. Setiap satuan pendidikan harus mengembangkan dan mengelola

    sistem informasi manajemen (SIM). Ketentuan mengenai standar sarana

    dan prasarana Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah

    Kabupaten/Kota.

    Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 46

  • Standar Penilaian Pendidikan meliputi penilaian hasil belajar oleh

    pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, penilaian hasil

    belajar oleh pemerintah. Penilaian meliputi penilaian tertulis, penilaian

    sikap, penilaian portofolio, dan penilaian keterampilan dikembangkan

    dengan menggunakan prinsip penilaian yang akuntabel, transparan,

    kebermaknaan, berkesinambungan, dan mendidik. Penilaian meliputi

    penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pendidik wajib melakukan

    penilaian terhadap sikap dan perilaku peserta didik melalui observasi

    sekurang-kurangnya tiga kali dalam satu semester. Hasil penilaian sikap

    dan perilaku menjadi bahan pertimbangan kenaikan kelas dan kelulusan

    peserta didik. Satuan pendidikan menilai pelaksanaan dan pelaporan

    tertulis hasil kerja sosial sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikannya

    sekurang-kurangnya satu kegiatan sosial dalam 1 (satu) semester.

    Ketentuan mengenai Standar Penilaian Pendidikan Daerah diatur lebih

    lanjut dengan Peraturan Daerah kabupaten/kota.

    Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM merupakan

    kewenangan kabupaten/kota. Provinsi melakukan supervisi dan

    memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM.

    Sementara lebih teknis maka pemenuhan SPM pendidikan menjadi

    tanggung jawab:

    a. Satuan atau program pendidikan formal;

    b. Penyelenggara satuan atau program pendidikan formal;

    c. Pemerintah kabupaten/kota; dan

    d. Pemerintah Provinsi.

    Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar meliputi :

    a. Pelayanan pendidikan dasar oleh kabupaten/kota:

    1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau

    dengan berjalan kaki paling banyak 3 km untuk SD/MI dan 6 km

    untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah

    terpencil;

    2. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar