naskah akademik spm pendidikan-final

73
NASKAH AKADEMIK RANPERDA STANDAR PENDIDIKAN DASAR PROPINSI MALUKU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan bangsa Indonesia seutuhnya, di mana seluruh lapisan masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan dan kesempatan melaksanakan peranannya dalam proses pembangunan. Tanggung jawab pembangunan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat termasuk dunia usaha sebagai elemen masyarakat yang berpotensi sebagai sumber kesejahteraan sosial. Pada perspektif pembangunan sumberdaya manusia, jika kita sungguh-sungguh ingin membangun bangsa ini, maka idealnya pembangunan bangsa ini berpangkal pada pengarusutamaan proses penyelenggaran pendidikan. Negara yang sudah termasuk kategori maju pun masih memprioritaskan pendidikan dalam strategi pembangunan nasionalnya. Oleh karena itu, konsensus besar untuk menjadikan pendidikan di Indonesia sebagai alat utama membangun bangsa ini, menjadi prasyarat utama keberhasilan pembangunan nasional. Sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 1

Upload: madekhanali8382

Post on 30-Jun-2015

1.726 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

NASKAH AKADEMIKRANPERDA STANDAR PENDIDIKAN DASAR

PROPINSI MALUKU

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Nasional pada hakekatnya merupakan

pembangunan bangsa Indonesia seutuhnya, di mana seluruh lapisan

masyarakat berhak untuk mendapatkan pelayanan dan kesempatan

melaksanakan peranannya dalam proses pembangunan. Tanggung jawab

pembangunan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah

dan masyarakat termasuk dunia usaha sebagai elemen masyarakat yang

berpotensi sebagai sumber kesejahteraan sosial.

Pada perspektif pembangunan sumberdaya manusia, jika kita

sungguh-sungguh ingin membangun bangsa ini, maka idealnya

pembangunan bangsa ini berpangkal pada pengarusutamaan proses

penyelenggaran pendidikan. Negara yang sudah termasuk kategori maju

pun masih memprioritaskan pendidikan dalam strategi pembangunan

nasionalnya. Oleh karena itu, konsensus besar untuk menjadikan

pendidikan di Indonesia sebagai alat utama membangun bangsa ini,

menjadi prasyarat utama keberhasilan pembangunan nasional.

Sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)

mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Para

pendiri bangsa ini yakin bahwa dengan taraf pendidikan yang tinggi,

bangsa kita dapat mencapai tujuan negara yang kita cita-citakan bersama,

bukan hanya meningkatkan kecerdasan bangsa, melainkan juga

menciptakan kecerdasan umum dan melaksanakan ketertiban dunia.

Pendidikan yang berkualitas baik akan mengantarkan bangsa Indonesia

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 1

Page 2: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

sebagai bangsa yang mandiri, maju, sejahtera, demokratis, adil dan

makmur, serta terbebas dari kemiskinan.

Sejumlah penelitian sosiologi pendidikan mendapati bahwa di

samping pendidikan berkorelasi positif terhadap status ekonomi penduduk

yang diukur berdasarkan PPP (Purchasing Power Parity), tingkat

pendidikan juga berkorelasi positif terhadap menurunnya laju penduduk

dan derajat kesehatan penduduk. Telah banyak survei dilakukan oleh

beberapa lembaga internasional terkait dengan mutu pendidikan negara-

negara di dunia. Kita pun harus mengakui, bahwa pendidikan di Indonesia

masih relatif tertinggal. Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk

mengejar ketertinggalan tersebut. Posisi IPM Indonesia pada 2009 masih

di urutan ke-111 dari 182 negara.Laporan Human Development Report

(HDR) United Nations Development Program (UNDP) yang dipublikasikan

Oktober 2009 mengungkapkan, nilai IPM Indonesia 0,734 naik tipis 0,005

dibanding 20061.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan taraf

pendidikan, salah satunya adalah program wajib belajar pendidikan dasar

9 tahun, yang dulu direncanakan tuntas pada tahun 2008. Program ini

cukup membawa perubahan dengan meningkatnya angka partisipasi

kasar (APK) jenjang pendidikan sekolah menengah pertama atau yang

sederajat menjadi 95%. Walaupun demikian, kenyataan menunjukkan

bahwa hingga saat ini masih ada masyarakat Indonesia yang buta huruf.

Kualitas pendidikan belum mampu memberikan kompetensi sesuai

dengan level pendidikan yang ditempuh peserta didik.

Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang tersebut adalah

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia,

1 Bahan FGD Ranperda Standar Pendidikan Dasar Maluku, 26-27 Oktober 2010

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 2

Page 3: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. 

Dalam konteks demikian, pemerintah daerah berhak mengarahkan,

membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan.

Sedangkan kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah adalah (1)

memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya

pendidikan yang bermutu; (2) wajib menjamin tersedianya dana bagi

setiap warga negara yang berusia 7 – 15 tahun. Di sisi lain, kita juga tidak

bisa mengabaikan bahwa peserta didik juga memiliki hak. Peserta didik

menurut sistem pendidikan nasional berhak mendapatkan pendidikan

agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik

yang seagama. Peserta didik juga berhak mendapatkan pelayanan

pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, dan

menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar

masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan  batas waktu yang

ditetapkan.

1.2. Permasalahan Kontekstual

Melalui studi awal terhadap data sekunder sejauh ini, diperoleh

selumlah premis analisis permasalahan dan peluang pemecahan

kebijakan pendidikan di Provinsi Maluku. Sejumlah permasalahan

mendasar yang saat ini setidaknya menjadi konsentrasi kebijakan Provinsi

Maluku adalah sebagai berikut;

1) Tingkat pendidikan penduduk Provinsi Maluku relatif masih

rendah;

2) Dinamika perubahan struktur penduduk belum sepenuhnya

dapat diatasi dalam pembangunan pendidikan;

3) Masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup

lebar antar kelompok masyarakat, seperti antara penduduk kaya

dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk

perempuan, dan antara penduduk di perkotaan dan penduduk di

perdesaan.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 3

Page 4: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

4) Fasilitas pelayanan pendidikan belum tersedia secara merata,

terutama di daerah perdesaan dan terpencil.

5) Kualitas pendidikan relatif masih perlu ditingkatkan karena

belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik;

6) Manajemen pendidikan belum berjalan secara efektif dan

efisien, terutama karena desentralisasi pendidikan belum

sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik di tingkat sekolah.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas maka permasalahan

dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Bagaimanakah Peraturan Daerah tentang Standar Pendidikan Dasar

di Provinsi Maluku dapat dipergunakan sebagai pedoman hukum

peningkatan akses dan mutu pelayanan pendidikan dasar oleh para

pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia Maluku bagi percepatan pembangunan

daerah?”

1.4. Maksud dan Tujuan

1. Untuk menyusun naskah akademik dalam rangka menerbitkan

Rancangan Peraturan Daerah tentang Standar Pendidikan Dasar

di Maluku.

2. Untuk menganalisis peranan penting Standar Pendidikan dasar

dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

pendidikan dasar Maluku.

3. Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Maluku melalui

pembangunan bidang pendidikan.

1.5. Kegunaan

1. Tersusunnya dokumen naskah akademik dalam upaya

penyusunan RAPERDA tentang Standar Pendidikan Dasar di

Maluku.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 4

Page 5: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

2. Terwujudnya pedoman hukum peningkatan akses dan mutu

pelayanan pendidikan dasar oleh para pemangku kepentingan

dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

Maluku.

1.6. Metodologi

a. Jenis Kajian

Pengkajian Standar Pendidikan dasar di Provinsi Maluku ini termasuk

jenis deskriptif karena menguraikan mengenai kondisi eksisting, masalah

dan fenomena standar pelayanan pendidikan dasar yang menjadi pokok

bahasan. Selanjutnya bila di tinjau dari sisi jenisnya termasuk kategori

kualitatif karena metode yang digunakan dalam kajian ini tertuju pada

kondisi obyek yang alamiah dan peneliti merupakan instrumen kunci serta

teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi, analisis data bersifat

induktif, dan lebih menekankan makna daripada generalisasi.

b. Prosedur Pengumpulan Dan Pengolahan Data

Pengumpulan data meliputi kegiatan survey dan dokumentasi untuk

memperoleh data yang dibutuhkan dalam rangka ketajaman analisis. Data

yang telah terkumpul kemudian dilakukan kompilasi yang nantinya

dianalisis secara deskriptif dan tabuler. Hasil reduksi tersebut selanjutnya

disajikan dalam bentuk teks naratif dan tabel matriks, kemudian

diinterpretasikan untuk mendapatkan kesimpulan sementara, selanjutnya

diverifikasi dengan menggunakan kriteria keabsahan data yang meliputi

kredibilitas, ketergantungan, keteralihan dan kepastian untuk menjadi

kesimpulan tetap dan pada akhirnya dapat disusun saran/rekomendasi.

Secara jenis aktifitas pengumpulan data maka bisa diuraikan sejumlah

aktifitas sebagai berikut:

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 5

Page 6: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

PENELITIAN

SEMILOKA PERTAMA

DRAFTING PERTAMA

SEMILOKA KEDUA

DRAFTING KEDUA

SOSIALISASI

Hukum/Regulasi

Sosiologis / Survey Lapangan

Pustaka/Literatur

DRAFT NASKAH AKADEMIS

Draf Naskah Akademik

Pengkaidahan

Penyempurnaan Draf Raperda

Finalisasi & SinkronisasiDraf Raperda

Jejaring lebih luas

RANCANGANDRAF NASKAH

AKADEMIK

NASKAH AKADEMIK

DRAF RAPERDA

RAPERDA

NASKAHFINAL

RAPERDA DIPAHAMI &DIDUKUNG

PUBLIK

Focus Group Discussion; memfasilitasi peningkatan sinergitas

pemahaman antar stakeholder daerah baik teoritis maupun praktis

dalam merumuskan Raperda Tentang Standar Pendidikan Dasar

di Maluku.

Study Pustaka; Penggalian data primer maupun sekunder sebagai

kerangka penyusunan dalam Naskah Akademis dan draft Raperda

Tentang Standar Pendidikan Dasar di Maluku.

Survey Lapangan, penggalian problematika pembangunan

pendidikan yang bersumber dari aspirasi masyarakat maupun

kondisi kekinian terkait Raperda Tentang Standar Pendidikan

Dasar di Maluku.

Publik Hearing, pertemuan multi stakeholders Kota Ambon untuk uji

material draf Naskah Akademis dan draf Raperda Tentang

Standar Pendidikan Dasar di Kota Ambon.

Gambar 1.1

Tahapan kerja Penyusunan Naskah Akademik dan RAPERDA

c. Sumber Data

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 6

Page 7: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder dan data

primer untuk memperoleh suatu analisis yang utuh. Data sekunder adalah

data yang di peroleh dari instansi pemerintah yang relevan dan

berwenang di Maluku, yakni : (1) Badan Pusat Statisitik Maluku; (2) Dinas

Pendidikan Maluku; (3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Propinsi Maluku; dan (4) Dinas Pendapatan Maluku. Data primer adalah

data yang di ambil dari sumbernya melalui kegiatan survei langsung di

sejumlah Kota dan Kabupaten yang dipandang mewakili kondisi

pendidikan dasar Maluku.

BAB II

KONDISI DASAR PEMBANGUNAN MALUKU

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 7

Page 8: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

2.1. Keadaan Geografi dan Demografi

Sebagaimana dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku, di

dalam Maluku Dalam Angka 2010, maka secara administratif Provinsi

Maluku terbagi atas 11 (sebelas) Kabupaten/Kota, 73 (tujuh puluh tiga)

Kecamatan dan 906 (sembilan ratus enam) Desa/Kelurahan. Luas wilayah

Provinsi Maluku secara keseluruhan adalah 581.376 km2, terdiri dari luas

lautan 527.191 km2 dan luas daratan 54.185 km2. Dengan kata lain

sekitar 90 persen wilayah Provinsi Maluku adalah lautan. Menurut letak

astronomis, maka wilayah Provinsi Maluku terletak antara 2 0 30 ' - 9 0

Lintang Selatan dan 124 0 - 136 0 Bujur Timur.

Secara geografis Provinsi Maluku dibatasi oleh :

Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara

Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Irian Jaya Barat

Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan

Sulawesi Tengah

Sebelah Selatan berbatasan dengan Negara Timor Leste dan

Negara Australia. 

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar, memiliki 18

pulau terluar dimana 10 pulau berada di Kabupaten Maluku Tenggara

Barat dan 8 pulau berada di Kabupaten Kepulauan Aru.

Dalam rangka mempercepat peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan pemerataan pembangunan antar wilayah di Daerah

Maluku sebagai wilayah kepulauan, maka salah satu pendekatan dalam

implementasi pembangunan di Provinsi Maluku adalah pendekatan

wilayah, yang didasarkan pada konsep Gugus Pulau, Kawasan Laut

Pulau, dan Pintu Jamak dengan pusat-pusat pertumbuhan yang berfungsi

sebagai pusat pelayanan publik, pusat perdagangan, serta lalu lintas arus

barang dan jasa.

Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 559

pulau dan dari sejumlah pulau tersebut, terdapat beberapa pulau yang

tergolong pulau besar Daratan Provinsi Maluku tidak terlepas dari

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 8

Page 9: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

gugusan gunung dan danau yang terdapat hampir di seluruh Kabupaten /

Kota, yang berjumlah 4 (empat) gunung dan 11 (sebelas) danau. Adapun

gunung yang tertinggi yaitu Gunung Binaya dengan ketinggian 3.055 M,

terletak di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah.

Sedangkan secara demografi, jumlah penduduk Provinsi Maluku

berdasarkan hasil Sensus tahun2000 mencapai 1.200.067 jiwa. Jumlah ini

meningkat dari tahun ketahun. Sesuai hasil proyeksi penduduk tahun

2006 - 2009, jumlah penduduk Maluku mencapai 1.384.585, naik menjadi

1.420.433 jiwa, tahun 2008 menjadi 1.440.014 jiwa dan tahun 2009

menjadi 1.457.070 jiwa. Selanjutnya bila dilihat menurut Kabupaten/Kota

pada tahun 2009 berdasarkan jumlah penduduk yang tersebar dari 11

Kabupaten/Kota, nampak bahwa kota Ambon pertambahan penduduknya

cukup besar.

Laju pertumbuhan penduduk Maluku meningkat pada periode 2000

– 2009 dibanding periode 1990 - 2000. Hal ini karena kondisi keamanan di

daerah ini sudah mulai kondusif mengakibatkan arus masuk penduduk

menjadi bertambah. Angka pertumbuhan penduduk antara 11

Kabupaten/Kota sangat bervariasi. Dengan adanya pemekaran

Kabupaten/Kota hanya Kota Ambon saja yang laju pertumbuhan

penduduknya meningkat dalam periode 2000 – 2009 sebesar 3,65 persen.

Tabel 2.1 Jumlah dan tingkat Pertumbuhan Penduduk

Provinsi Maluku, 2004-2009

TahunJumlah Penduduk

TotalTingkat

Pertumbuhan Per Tahun (%)

Laki-laki

Perempuan

2004 667.656 645.366 1.313.022 1,88

2005 685.637 644.519 1.350.156 2,83

2006 699.563 685.022 1.384.585 2,55

2007 714.908 705.525 1.420.433 2,59

2008 724.685 715.982 1.440.667 1,43

2009 731.987 725.083 1.457.070 1.14 Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2010

Berdasarkan tabel 2.1 terlihat bahwa penyebaran penduduk di

Provinsi Maluku pada tahun 2008 dan 2009 tidak mengalami perubahan

yang mencolok, kecuali di Kota Ambon dan Kota Tual menunjukkan

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 9

Page 10: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

adanya peningkatan kepadatan penduduk. Ketimpangan antar wilayah

kabupaten/kota cukup tinggi, dimana Kota Ambon dan Kota Tual memiliki

tingkat kepadatan kepadatan penduduk tertinggi.

Penyebaran penduduk di Provinsi Maluku sangat tidak merata.

Berdasarkan hasil Proyeksi Penduduk 2008 persentase penduduk

Kabupaten Maluku Tengah tercatat lebih tinggi dibanding Kabupaten yang

lain yaitu 25,46 persen sementara Kabupaten Buru Selatan hanya

mencapai 3,73 persen.

Tabel 2.2Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten dan Kota

Provinsi Maluku 2006-2009

Pada tahun 2009 struktur umur penduduk Maluku masih tergolong

penduduk “muda”. Kondisi ini tercermin dari proporsi penduduk yang

berumur kurang dari 15 tahun masih cukup tinggi dan cenderung

meningkat dari tahun 2007 sebesar 36,12 % menjadi 36,82% pada tahun

2009. Semakin meningkat proporsi penduduk usia tidak produktif,

khususnya kelompok umur 0-14 tahun menunjukkan bahwa semakin

tinggi angka beban ketergantungan. Pada tahun 2004 angka beban

ketergantungan sebesar 64,70, artinya setiap 100 orang penduduk usia

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 10

Page 11: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

produktif harus menanggung sekitar 65 penduduk usia tidak produktif.

selanjutnya Pada tahun 2009, angka beban ketergantungan naik menjadi

69,89 yang artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif harus

menanggung sekitar 69 penduduk usia tidak produktif.

Dengan memperhatikan kondisi geografis dan demografis wilayah

Propinsi Maluku tersebut, maka dalam menyusun rancangan peraturan

daerah (Raperda) tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya menitik

beratkan pada karakteristik wilayah kepulauan. Aspek utama dalam

penyusunan standar pendidikan dasar adalah terkait dengan penetapan

standar jarak satuan pendidikan (sekolah) dengan tempat tinggal peserta

didik maupun para pendidik dan tenaga kependidikan. Demikian pula

dengan rasio guru – murid, patut dipertimbangkan betapa terdapat

kesenjangan potensi peserta didik antar kabupaten/kota.

2.2. Keadaan Ekonomi dan Kemiskinan

Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk mengetahui

keadaan ekonomi penduduk adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK). Ukuran ini biasanya digunakan untuk mengetahui persediaan

tenaga kerja. TPAK di Provinsi Maluku tahun 2009 sebesar 65,44 persen.

Bila dilihat per Kabupaten/Kota bervariasi, 5 Kabupaten/Kota yang

memiliki TPAK di atas angka Provinsi yaitu Kabupaten Maluku Tenggara

Barat 73,08 persen, Kabupaten Maluku Tenggara 73,06 dan Kabupaten

Buru 72,58 persen, Kabupaten Seram Bagian Barat 71,76 persen,

Kabupaten Seram Bagian Timur 65,67 persern. Sementara TPAK 3

Kabupaten/Kota lainnya di bawah TPAK Provinsi Maluku.

Bila diamati kegiatan penduduk usia kerja (15 tahun keatas) baik

kelompok Angkatan Kerja maupun Bukan Angkatan Kerja, proporsi kedua

kelompok ini cukup berbeda dari tahun ke tahun. Dimana pada tahun

2008, Angkatan Kerja lebih besar disbanding Bukan Angkatan Kerja.

Penduduk laki-laki yang bekerja lebih besar dari perempuan yaitu 65,05

persen dengan 34,95 persen. Hal ini karena perempuan lebih banyak

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 11

Page 12: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

mengurus Rumah tangga daripada laki-laki. Selain itu ratio bekerja atau

yang disebut Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Provinsi Maluku

mencapai 89,34 persen, dengan perbandingan laki-laki 91,35 persen dan

perempuan 85,79 persen. Penyerapan tenaga kerja sektoral menurut

lapangan usaha memperlihatkan sektor Pertanian masih dominan yaitu

58,89 persen dan terendah adalah sektor Listrik, Gas dan Air Minum

sebesar 0,27 persen.

Grafik 2.3Prosentase Penduduk di atas 15 tahun yang bekerja menurut

Lapangan Usaha

Dengan kenyataan bahwa mayoritas penduduknya bekerja di sektor

pertanian, kehutanan, perburuhan, dan perikanan, dalam penyusunan

rancangan Perda juga perlu memperhatikan kondisi fakta terkait.

Implikasi dari kondisi ekonomi khusunya ketenagakerjaan memperlihatkan

bahwa Standar pendidikan dasar nantinya diperhitungkan dari

kemampuan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pendidikan, dan

bagaimana pendidikan dasar memiliki hubungan dan ketepatan proses

belajar mengajar dalam melahirkan angkatan kerja yang mampu

mendayagukan segenap potensi sumberdaya alam di Propinsi Maluku.

Pengaturan berbasis dua premis di atas sangat terkait dengan tingkat

pendapatan perkapita penduduk. Dengan komposisi angkatan kerja

Provinsi Maluku yang berpusat pada ekonomi pedesaan ditambah dengan

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 12

Page 13: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

tingkat kemiskinan yang masih di atas 30% penduduk, membutuhkan

suatu keberanian kebijakan investasi pendidikan dari Pemerintah Provinsi

dan kabupaten/kota di Maluku.

Kemiskinan merupakan masalah nasional bersifat multidimensi dan

lintas sektor dan diakibatkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan,

seperti: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap

barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Pada

tahun 2009, penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu prioritas

pembangunan nasional dan juga daerah Maluku. Sejalan dengan prioritas

tersebut, maka pemerintah daerah Provinsi Maluku telah berupaya keras

untuk menanggulangi kemiskinan secara bersama antara instansi

pemerintah pusat dan daerah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kenaikan harga BBM dan

kebijakan Pemerintah mengurangi subsidi BBM telah meningkatkan

tingkat kemiskinan dari 32,13 persen pada tahun 2004 menjadi 32,28

persen pada tahun 2005 dan 33,03 persen pada tahun 2006. Namun

demikian, dengan upaya keras dari pemerintah dan pemerintah daerah

telah berhasil menurunkan angka kemiskinan di Maluku selama 3 (tiga)

tahun terakhir yakni menjadi 31,14 persen pada tahun 2007; serta 29,66

persen pada tahun 2008 dan 28,23 persen pada tahun 2009.

Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebanyak 404.700

orang telah berkurang menjadi 391.300 orang pada tahun 2008 dan

380.010 orang pada tahun 2009. Sebagaimana disajikan dalam tabel 2.4

diketahui bahwa pada tahun 2009 sebagian besar (34,30 persen)

penduduk miskin di Maluku berada di daerah perdesaan dan sebanyak

11,03% berada di daerah perkotaan.

Tabel 2.4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Maluku

Menurut Daerah, 2004-2009

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 13

Page 14: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

TahunJumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin

Kota DesaKota+De

saKota Desa

Kota+Desa

2004 41.100356.50

0397.600 11,99 39,86 32,13

2005 45.100366.40

0411.500 13,57 38,89 32,28

2007 49.100355.50

0404.700 14,49 37,02 31,14

2008 44.700346.70

0391.300 12,97 35,56 29,66

2009 38.770341.24

0380.010 11,03 34,30 28,23

Sumber: BPS Provinsi Maluku, 2010

2.5. Keadaan Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu ukuran yang

secara khusus menggambarkan pencapaian pembangunan manusia

berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung

berdasarkan data yang dapat menggambarkan tiga dimensi

pembangunan manusia: sehat dan penjang umur (dilihat dari Angka

Harapan Hidup); terdidik (dilihat dari Angka Melek Huruf dan rata-rata

lama sekolah); dan memiliki standar hidup layak (dilihat dari paritas daya

beli/PPP).

Gambar 2.5 menunjukkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Maluku tahun 2004 s.d. 2009. Seperti diperlihatkan gambar 2.4, IPM

Maluku merangkak naik dari waktu ke waktu. Rata-rata pencapaian IPM

Maluku selama periode tersebut adalah 69,92. Namun jika kita lihat pada

2008, terjadi ketimpangan pencapaian IPM yang lumayan jauh antara

Kota Ambon (77,86: peringkat 9 nasional) dan Maluku Barat Daya2 (65,96:

peringkat 426 nasional), selisihnya adalah 11,9 poin. Sayangnya, pada 2 Sejak 2008, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dipecah menjadi 2 yaitu Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang beribukota di Saumlaki dan Kabupaten Maluku Barat Daya dengan ibukota Kisar.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 14

Page 15: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

2009 ini, jurang itu semakin jauh. Kota Ambon mencapai IPM sebesar

78,25 (peringkat 6 nasional) sementara Maluku Barat Daya sebesar 66,24

(peringkat 436 nasional) atau selisih antara IPM tertinggi dan terrendah di

Maluku pada 2009 ini adalah sebesar 12,01 poin. Walaupun IPM Maluku

Barat Daya telah meningkat, namun hanya sedikit, yaitu 0,28 poin saja.

Tidak sebanding dengan peningkatan yang dicapai Kota Ambon selama

satu tahun, yaitu naik sebesar 0,39 sehingga mempertajam jurang di

antara keduanya.

Tabel 2.5

Tingkat IPM Kabupaten/Kota Provinsi Maluku 2009

KABUPATEN/KOTA

ANGKA HARAPAN HIDUP

ANGKA

MELEK

HURUF

RATA-RATA LAMA

SEKOLAH

PENGELUARAN PER

KAPITA RIIL DISESUAIKAN (Ribu Rp)

IPM RANKING

NASIONAL

MALUKU TENGGARA BARAT 64,13 99,35 8,54 593,10 68,16 385MALUKU TENGGARA 67,79 99,54 8,75 612,99 71,98 193MALUKU TENGAH 65,62 99,09 8,34 613,97 70,33 272BURU

67,61 92,82 7,21 607,35 68,89 354KEPULAUAN ARU 67,52 99,00 7,52 603,23 69,92 301SERAM BAGIAN BARAT 66,45 98,22 8,23 597,04 69,29 337MALUKU BARAT DAYA 65,64 98,14 7,62 588,83 67,72 397BURU SELATAN 63,93 98,12 7,99 579,24 66,24 436SERAM BAGIAN TIMUR 67,11 89,74 6,29 619,91 68,10 381KOTA AMBON

72,85 99,20 11,12 637,60 78,37 6KOTA TUAL

68,37 99,70 9,45 659,99 76,36 39MALUKU 67,20 98,13 8,63 610,73 70,9

619

Ketimpangan ini mengindikasikan pembangunan manusia di Maluku

belum merata. Terlepas Kabupaten Maluku Barat Daya masih berstatus

sebagai kabupaten “muda”, pembangunan manusia selayaknya sudah

menjadi prioritas dalam tujuan pembangunan berkelanjutan ke depannya.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 15

Page 16: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Gambar 2.6Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku,

Tahun 2004 s.d. 2009.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku

Sayangnya meskipun IPM Maluku meningkat, namun jika kita lihat

peringkat Maluku selama periode tersebut terus menurun. Maluku

menempati peringkat 16 dari seluruh provinsi pada 2004 namun melorot

menjadi peringkat 19 pada 2008 dan stagnan di 2009 ini. Hal ini

disebabkan antara lain karena reduksi shortfall yang dicapai provinsi lain

lebih tinggi daripada Maluku atau dengan kata lain pencapaian IPM

provinsi lain yang jauh lebih agresif dari apa yang sudah dicapai Maluku.

Perkembangan IPM dapat terjadi karena adanya perubahan satu atau

lebih kombinasi IPM selama periode 2004—2009. Perubahan yang

dimaksud dapat berupa peningkatan atau penurunan besaran persen/rate

dari komponen IPM angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata

lama sekolah dan pengeluaran riil per kapita. Adapun perubahan dari

masing-masing komponen ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor.

Selama periode 2004—2009 IPM Maluku menunjukkan perkembangan

peningkatan dari waktu ke waktu yang tercermin adanya peningkatan

komponen IPM. Konkritnya, indikator harapan hidup, melek huruf, rata-

rata lama sekolah dan pengeluaran riil per kapita sebagai komponen

dasar IPM semuanya meningkat.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 16

Page 17: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Disadari memang tidak mudah untuk meningkatkan komponen IPM

seperti angka harapan hidup, dan rata-rata lama sekolah karena harapan

hidup sangat tergantung dari angka kematian dalam periode tertentu.

Dalam jangka waktu satu tahun angka harapan hidup kenaikannya tidak

akan melebihi 1 poin, itupun jika diasumsikan tidak ada kematian.

Sementara itu, rata-rata lama sekolah tergantung dari partisipasi sekolah

untuk semua umur. Jadi, yang paling memungkinkan untuk mempercepat

laju IPM adalah dengan meningkatkan kemampuan daya beli penduduk

(Razali Ritonga dalam Indeks Pembangunan Manusia, BPS: 2007).

2.4. Keadaan Pendidikan

Sektor pendidikan selalu menjadi perhatian pemerintah karena

melalui pendidikan, kualitas sumberdaya manusia dapat ditingkatkan dan

itu menjadi modal utama dalam pembangunan nasional. Pada tahun 2008,

penduduk usia sekolah 7-24 tahun sebanyak 496.052 orang. Dari jumlah

tersebut yang tidak atau belum pernah sekolah sebanyak 4 640 orang

(0,93 %) sedangkan yang masih bersekolah 357.215 (72,01%) dan tidak

bersekolah lagi sebanyak 134.197 orang (27,05 %). Jumlah sekolah yang

ada tidak sebanding dengan jumlah gedung sekolah, yang berarti 1 (satu)

gedung dipakai bersama untuk lebih dari 1 (satu) sekolah. Ini terjadi untuk

semua jenjang pendidikan. Selama tahun ajaran 2006/2007, untuk tingkat

sekolah TK jumlah sekolah 269 hanya terdiri dari 269 gedung, SD

sebanyak 1.652 sekolah dengan 1.474 gedung, SMP sebanyak 420

sekolah dengan 354 gedung dan SMA sebanyak 179 sekolah dengan

gedung sebanyak 158 buah. Ratio murid terhadap sekolah tahun

2007/2008, pada tingkat SD 146, yang berarti rata-rata 1 (satu) sekolah

menampung 146 murid, SMP 194 murid dan SMA 325 murid.

Sedangkan ratio murid terhadap guru, yaitu untuk SD sebanyak 21,

SMP 18 dan SMA 20 murid. Banyaknya Universitas/Akademi pada tahun

2005/2006 sebanyak 8 buah terdiri dari 4 Perguruan Tinggi Negeri yaitu

Universitas Pattimura, STAIN, STAKPN, Politeknik Negeri Ambon dan 3

Perguruan Tinggi Swasta yaitu UKIM, STIA dan UNIDAR.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 17

Page 18: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Tabel 2.7

Penduduk Usia Sekolah di Provinsi Maluku MenurutKabupaten/Kota dan Kelompok Umur

Dengan fasilitas pendidikan yang ada sejauh ini, Provinsi Maluku

masih menghadapi tingkat partisipasi sekolah yang relatif tertinggal

dibanding propinsi lain, terutama kawasan barat Indonesia. Hal ini

terutama akibat tidak adanya keseimbangan antara jumlah anak usia

sekolah, baik dengan daya tampung fasilitas pendidikan yang ada,

maupun dengan kemampuan orang tua membiayai pendidikan anak.

Ketertinggalan Provinsi Maluku tergambar sebagaimana pada Tabel 2.8

berikut;

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 18

Page 19: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Tabel 2.8Angka Partisipasi Kasar (APK) Nasional,

Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang PendidikanTahun 2008

Pada tabel 2.8 di atas menunjukkan pencapaian APK menurut

jenis kelamin dan provinsi. Melihat angka-angka tersebut bahwa program

wajib belajar 6 tahun telah tercapai di Maluku, namun program wajib

belajar 9 tahun belum tercapai di Provinsi Maluku, dengan capaian APK

jenjang SMP di angka 88,91 untuk laki-laki, dan 83,16 untuk perempuan.

Ada perbedaan pencapaian antara anak laki-laki dan anak perempuan

meskipun tidak signifikan.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 19

Page 20: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Bila ditilik dari Angka Partisipasi Murni (APM), LKPJ Gubernur

Maluku 2009 mengungkapkan bahwa pada tahun 2009 untuk masing-

masing jenjang pendidikan adalah 99,58 persen pada jenjang pendidikan

SD, 97,27 persen pada jenjang pendidikan SLTP dan 75,91 persen pada

jenjang pendidikan SLTA. Kondisi ini sejalan dengan APS yang

membuktikan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin rendah

angka partisipasi murni.

Tabel berikut menggambarkan bagaimana Bila dilihat menurut

Kabupaten/Kota, diketahui bahwa Maluku Tengah yang diikuti oleh Kota

Ambon merupakan merupakan daerah dengan angka partisipasi tertinggi

untuk kelompok umur 7-12 tahun. Sedangkan Kota Ambon yang diikuti

oleh Kabupaten Maluku Tengah merupakan daerah yang angka

partisipasinya paling tinggi pada kelompok umur 13-15 tahun dan 16-18

tahun. Tabel juga mengungkap kesenjangan (disparitas), dimana

Kabupaten Buru Selatan dan Kota Tual relatif tertinggal di banding daerah

yang lain.

Tabel 2.9.APM Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan, Tahun 2009

Kabupaten/Kota SD SMP SLTA

Maluku Tenggara Barat 127 53 27

Maluku Barat Daya 151 45 17

Maluku Tenggara 141 32 12

Kota Tual 42 45 8

Maluku Tengah 361 95 58

Buru 115 26 13

Buru Selatan 75 26 10

Kepulauan Aru 135 32 11

Seram Bagian Barat 190 56 30

Seram Bagian Timur 129 37 17

Ambon 189 47 42

Tabel 2.9. menunjukkan bahwa terjadi peningkatan Angka

Partisipasi Murni (APM) selama tahun 2008 da 2009, dimana :

- APM untuk SD pada tahun 2007 sebesar 97,24 % meningkat menjadi

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 20

Page 21: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

99,49% pada tahun 2008 dan 99,58% pada tahun 2009;

- APM untuk SLTP pada tahun 2007 sebesar 91,03 % meningkat

menjadi 96,11% pada tahun 2008 dan 97,27% pada tahun 2009;

- APM untuk SLTA pada tahun 2007 sebesar 71,65 % meningkat

menjadi 73,31% pada tahun 2008 dan 75,91% pada tahun 2009.

Sementara dilihat dari indikator pendidikan yang

merepresentasikan dimensi pengetahuan dalam IPM, maka angka melek

huruf dan rata-rata lama sekolah menjadi dua indikator yang dapat

dimaknai sebagai ukuran sumber daya manusia.

Angka Melek Huruf (AMH) Maluku selama periode 2004—2009

menunjukkan trend yang stagnan. Meningkat selama periode 2004 ke

2005 sebesar 0,2 persen namun stabil pada tingkat 98 persen sejak 2005

hingga 2007, dan meningkat sedikit di 2008 menjadi 98,12 persen. Pada

2009, hanya meningkat 0,01 persen menjadi 98,13 persen.

Gambar 2.10Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH), 2004 s.d. 2009

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pencapaian angka melek huruf 98,13 persen di Maluku ini cukup

menggembirakan dengan penyebaran variasi yang hampir merata di

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 21

Page 22: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

semua kabupaten/kota. Pada 2009 saja, Kota Tual3 mencatatkan angka

literate tertinggi di Maluku yaitu 99,70 persen dan terrendah di Kabupaten

Buru Selatan4 (89,74 persen).

Indikator pendidikan lainnya yang merupakan komponen IPM

adalah rata-rata lama sekolah. Indikator ini menggambarkan rata-rata

jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk

menempuh semua jenis pendidikan formal.

Selama periode 2004—2009, rata-rata lama sekolah penduduk

Maluku mengalami sedikit peningkatan dan cenderung stabil. Pada 2004,

lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Maluku secara rata-rata

adalah 8,4 tahun dan meningkat 0,2 tahun menjadi 8,6 pada 2006 dan

tidak berubah hingga 2008. Pada 2009, rata-rata lama sekolah meningkat

sebesar 0,03 tahun menjadi 8,63 tahun. Selengkapnya lihat gambar 2.11.

Gambar 2.11Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah, 2004 s.d. 2009

Sumber: Badan Pusat Statistik

2.5. Keadaan Sosial

3 Kota Tual sebelumnya adalah ibukota Kabupaten Maluku Tenggara namun kemudian berdiri menjadi daerah administrasi sendiri.4 Buru Selatan adalah kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Buru dan beribukota di Namrole.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 22

Page 23: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Ditinjau dari kondisi sosial masyarakatnya, Propinsi Maluku memiliki

penduduk dengan kehidupan sosial yang penuh dengan kerukunan dan

saling menghormati hak-hak antar warga masyarakat berdasarkan nilai-

nilai siwalima yang dijunjung tinggi oleh masyarakat propinsi tersebut.

Dengan potensi keanekaragaman budaya yang besar, diperlukan suatu

alternatif sistem pengaturan penyelenggaran pendidikan yang mampu

menjadi motor penggerak perubahan sosial tanpa meninggal identitas

Maluku yang telah dibangun selama ini. Kondisi pendidikan yang telah

berlangsung (existing) juga harus menjadi acuan yang harus

dipertimbangkan, dimana kesemuanya merupakan perwujudan dari

prinsip kearifan lokal.

Perspektif multi kultur dalam tata kearifan lokal dalam proses

membangun interaksi yang kondusif bagi penyelenggaraan pendidikan

setidaknya memiliki rasionalitas yang luas di Maluku. Dalam pemikiran

Rudolf Rahabeat pilihan pendidikan berbasis interaksi sosial multi kultur

antara lain5;

Pertama, pasca konflik malaku masyarakat Maluku harus dibiasakan

hidup dalam perbedaan budaya yang fleksibel. Oleh sebab itu pendidikan

multi kulutur harus dilakukan dengan berbagai bentuk dan metode.

Kedua, ada kesadaran yang tumbuh tentang perlu dihidupkannya

kembali kebudayaan lokal namun bersamaa dengan itu muncul

kegagapan bagaimana menyikapi kesadaran itu pada tingkat praksis dan

bukan sekedar spekulasi tentative. Oleh sebab itu diperlukan sebuah

wadah dan orang-orang yang secara serius dan terprogram mengkaji

fenomena tersebut dan menghasilkan pemikiran serta praksis yang

memandirikan masyarakat terhadap identitas dan harga dirinya.

Ketiga, dimensi globalisasi dan teknologi informasi baru telah memberi

nuansa dan tantangan tersendiri bagi reposisi budaya dan cara-cara

tanggapan yang jauh dari kesan eksklusif dan ortodok.

Dengan pemahaman atas urgensi kondisi multikultur (pluralitas)

kehidupan warga daerah ini tentu menjadi suatu pilihan bagi adanya

5 Salatalohy, Fahmi dan Pelu, Rio (Ed), Nasionalisme Kaum Pinggiran, Dari Maluku, Tentang Maluku, Untuk Indonesia.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 23

Page 24: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

kurikulum muatan lokal berbasis pendidikan perdamaian (peace

education). Setidaknya kesadaran demikian telah diimplementasikan oleh

sejumlah stakeholder pendidikan Maluku melalui inisiasi Materi kurikulum

pendidikan orang basudara Maluku. Pada tahun 2008 misalnya, PTD

Provinsi Maluku bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Olah Raga

Kota Ambon telah mencetak Kurikulum Pendidikan Orang Basudara

Maluku, Buku Ajar Guru Membangun Budaya Damai untuk sekolah Dasar,

Sekolah menengah pertama dan Sekolah Menengah Atas.   Pada tahun

2009 melalui kerjasama dengan Lokollo & Partners dan Pemerintah Kota

Ambon telah diterbitkannya Peraturan Walikota No.66 Tahun 2009

tentang Kesadaran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah serta dalam

tahun 2010 Peraturan Walikota No.2 Tahun 2010 tentang Penerapan

Muatan Lokal Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah yang terdiri dari

muatan lokal inti (1) Pendidikan Orang Basudara; dan (2) Pelestarian

Lingkungan Hidup.

Materi kurikulum pendidikan orang basudara Maluku (peace

education), merupakan perpaduan dari 5 program. Pertama program

berbasis keahlian, yakni program pendidikan yang terkait dengan

peningkatan kemampuan berkomunikasi, hubungan interpersonal dan

teknik-teknik resolusi konflik. Kedua, program perdamaian yaitu program

berbasis keahlian yang lebih spesifik diarahkan untuk mengatasi konflik

tertentu. Ketiga, pendidikan multikultural yaitu pendidikan yang

menekankan kepada pemahaman terhadap keberagaman, mutual

understanding dan kesalingtergantungan. Keempat, pendidikan hak asasi

manusia yakni pendidikan yang menekankan pada konsep kesamaan

antar manusia dan keadilan. Kelima, pendidikan demokrasi, yaitu

pendidikan yang menekankan pada hak-hak rakyat untuk berperan dalam

bidang politik dan kewajiban mentaati hukum.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 24

Page 25: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

BAB III

PERSPEKTIF AKADEMIS RAPERDA

Pada bagian berikut diuraikan sejumlah tinjauan berkaitan dengan

inisiatif Ranperda Standar Pendidikan Dasar di Propinsi Maluku.

Tinjauan-tinjauan berikut sangat diperlukan terutama karena rumusan

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 25

Page 26: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Ranperda tentang Standar Pendidikan Dasar nantinya harus mengacu

selain pada aspirasi (local wisdom) yang berkembang di masyarakat, juga

melandaskan diri pada perkembangan dinamika kebijakan pendidikan

nasional. Dalam penyusunan tinjauan pendidikan ini, penggalian aspirasi

dilakukan dengan dua metode dasar; metode Focus Group Discussion

(FGD) bersama stakeholder pendidikan Provinsi Maluku, dan dengan

metode studi dokumen.

FGD telah dilakukan dua kali di Kota Ambon dan di Piru Ibukota

Seram Bagian Barat. Berbagai aspirasi masyarakat dapat diserap secara

efektif melalui forum tersebut karena peserta FGD merupakan reprsentasi

dari multipihak pendidikan Provinsi Maluku. Para peserta FGD dipandang

cukup heterogen karena datang dari berbagai latar belakang geografis,

sosial, dan budaya serta tingkat kesejahteraan. Keragaman tersebut telah

dimanfaatkan untuk memperkaya khasanah wawasan referensi bagi

penyusunan raperda Standar Pendidikan Dasar Provinsi Maluku.

Metode penggalian aspirasi juga dilaksanakan dengan studi

dokumen. Dalam hal ini, dilaksanakan upaya analisis terhadap berbagai

data terkait pendidikan, baik dalam bentuk data kebijakan, statistik,

maupun berita media massa. Untuk mengantisipasi validitas data

dilakukan pengujian terhadap keakuratan subtansi aspirasi yang berhasil

dikumpulkan dengan melakukan check and recheck.

3.1. Perspektif Sosiologis

Karakteristik dan strategi penyusunan Raperda Standar Pendidikan

Dasar di Propinsi Maluku tidak bisa dilepaskan dari perkembangan situasi

sosiologis daerah. Bagaimanapun juga situasi aktual adalah cerminan dari

hasil proses pendidikan yang telah dijalankan di masa lalu maupun saat

ini yang sedang berjalan. Tinjauan karakteristik yang mengacu pada

aspek ini sangat berkait dengan kondisi pola interaksi dari beragam latar

budaya penduduk Maluku yang kompleksitas.

Namun terdapat pula suatu pola besar yang menyatukan hetergonitas

latar kultural tersebut. Setidaknya suatu karakteristik aspirasi masyarakat

sangat dominan bermuara pada upaya penanaman nilai-nilai

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 26

Page 27: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

penghargaan terhadap orang tua, pendidik, dan pemerintah. Perspektif

sosiologis demikian dipandang penting dilaksanakan sebagai wujud

kearifan lokal menyikapi pengalaman pahit tragedi konflik yang pernah

dialami masyarakat di Propinsi ini. Sehingga untuk menghindari konflik

yang bersifat kekerasan, pemerintah harus benar-benar sungguh-sungguh

untuk meletakkan suatu landasan yang kokoh bagi upaya menanamkan

nilai-nilai penghargaan atas perbedaan suku, agama, serta ras.

Dalam kerangka ini, suatu lesson learned yang dikembangkan peserta

pelatihan peningkatan kapasitas guru ”conflict sensitivity” oleh PTD

Maluku pada bulan April 2009 bisa menjadi kerangka pengembangan

kapasitas guru dalam menanamkan nilai-nilai perdamaian di tengah

masyarakat melalui anak didiknya, antara lain:

1. Konflik antar komunitas dapat muncul juga dari konflik antara

pelajar, antara guru dan pelajar yang tumbuh di sekolah.

2. Penciptaan perdamaian perlu dimulai dan dibina sejak usia dini

antara lain di bangku sekolah dengan meletakkan kesadaran hidup

akan keberagaman.

3. Peran seorang guru bukan saja mengajar tetapi mendidik siswa

dengan menjadi tokoh panutan yang dapat menciptakan suasana

tenteram dan aman melalui sikap yang penuh perhatian dan tidak

memandang perbedaan dengan memberikan pelayanan pendidikan

yang merata dan nyaman di kelas.

4. Guru mempunyai peran yang sangat besar karena melayani

diseluruh wilayah dan oleh karena itu perlu mempunyai kapasitas

yang cukup untuk membangun perdamaian mulai dari sekolah.

5. Guru dapat bertindak sebagai agent of peace dengan turut

menciptakan perdamaian diantara desa/negeri yang mempunyai

potensi konflik.

Pelajaran penting di atas sangat relevan dikembangkan bila dikaitkan

dengan permasalahan penyelenggaran pendidikan Maluku. Bersumber

dari hasil dua kali FGD masing-masing di Kota Ambon dan Seram Bagian

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 27

Page 28: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Barat (SBB), fakta-fakta permasalahan aktual yang terjadi di propinsi ini

bisa diungkapkan antara lain:

1. Maluku sebagai daerah kepulauan (maritime) sering juga

menimbulkan kendala akses pendidikan.

2. Pengaruh dinamika politik lokal masih terlalu kuat di daerah

Maluku, khususnya dalam perencanaan dalam penempatan guru.

Akibatnya terjadi penumpukan guru mata pelajaran tertentu di

daerah tertentu.

3. Belum terealisasinya suatu system pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal (pendidikan vokasional) sebagai acuan dalam

pengembangan kuantitas dan kualitas tenaga kerja lokal.

4. Dari segi manajemen lembaga penyelenggara pendidikan, peran

masyarakat sipil meski diakui sangat berpengaruh namun belum

banyak berkontribusi dalam penerapan Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS).

5. Sistem pembelajaran di kelas terlalu bersifat klasikal, seringkali

menafikan aspek keunggulan individual.

6. Performa guru bersertifikasi belum optimal dan lebih berorinetasi

pada perolehan tambahan penghasilan. Hal ini akibat minimnya

monitoring dan evaluasi sekaligus tidak adanya standar kontrak

kinerja yang memadai.

7. Belum adanya pemerataan dan standarisasi dalam sarana dan

prasarana sekolah.

8. Akses informasi kebijakan pendidikan terlalu berkonsentrasi di kota-

kota, sementara di area terpencil seringkali mengalami

ketertinggalan informasi.

Berdasarkan pada tujuan ditetapkannya standar pelayanan

minimal bidang pendidikan oleh pemerintah pusat melalui Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas), maka Ranperda tentang

Standar Pendidikan Dasar pada intinya tetap harus mengacu pada upaya

peningkatkan kualitas pendidikan, khususnya di wilayah Propinsi Maluku.

Dengan demikian konsekuensi diterapkannya Raperda tentang Standar

Pendidikan Dasar di Propinsi Maluku bagi peningkatan kualitas pelayanan

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 28

Page 29: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

pendidikan bagi masyarakat Maluku adalah kesiapan yang harus

diupayakan oleh pemerintah daerah.

Sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Mercy, anggota DPRD Provinsi

Maluku dalam kesempatan FGD, bahwa Raperda Standar Pendidikan

Dasar harus bisa menentukan standar pelayanan minimal yang harus

dimiliki oleh setiap sekolah secara berkeadilan (equity), baik di kota

maupun sekolah yang terletak di Pulau Aru atau pulau-pulau terpencil

lainnya. Meskipun ada karakteristik daerah yang didasarkan atas gugus

pulau maupun yang terletak di pusat Provinsi Maluku, namun standar

pelayanan pendidikan tersebut harus dapat menentukan standar secara

minimal yang sama terhadap seluruh sekolah baik baik yang terletak di

pusat (centre) maupun pinggiran (periphery), hal ini diperlukan agar

terpenuhi sisi keadilan dalam memenuhi hak-hak rakyat Maluku dalam

mengakses pendidikan.

Di sisi lain, apabila kita berbicara tentang dampak diterapkannya

regulasi tentang Standar Pendidikan Dasar ini, maka pihak yang sangat

diuntungkan pertama kali adalah masyarakat yang menerima pelayanan

pendidikan. Namun harus pula disadari bahwa walaupun beban biaya

pelaksanaan Standar Pendidikan Dasar ini lebih dititik beratkan pada

keuangan pemerintah pusat dan daerah, partisipasi masyarakat pun

masih tetap diperlukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di Propinsi Maluku. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan

konsekuensi logis dari diterapkannya regulasi tentang Standar Pendidikan

Dasar tersebut sebenarnya bukan menjadi persoalan bagi masyarakat,

tetapi justru menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dalam

mempersiapkan SDM maupun infrastruktur serta supra struktur

pendidikan.

Tantangan Pemerintah Maluku juga terkait dengan fenomena

pendidikan yang selalu memperlihatkan watak normatif dan imperatif.

Tatkala perubahan sosial-kultural mendera dunia pendidikan, bisa

dipastikan misi normatif dan imperatif pendidikan Maluku juga ikut

berubah. Ketika pendidikan ditanggapi secara mikro maka akan segera

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 29

Page 30: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

terlihat kompleksitas permasalahannya. Pemahaman terhadap berbagai

masalah dan usaha pemecahan memerlukan konsultasi keberbagai

disiplin keilmuan. Sementara faktor kesabaran sering menggoda kita

untuk berjalan pintas dan melakukan pemecahan secara partikularis.

Sudut kebijakan pendidikan untuk semua (education for all) di Maluku

tentu berhadapan dengan kenyataan kependudukan dan letak geografis

yang menuntut kesiapan sumber daya dan sumber dana yang tidak kecil,

dan terlebih sangat penting menuntut rasa keadilan. Oleh karena itu

inovasi dalam pembaharuan pendidikan sangatlah dibutuhkan karena

melihat berbagai alasan tersebut6.

3.2. Perspektif Kerangka Hukum Pemerintahan

Tiga pilar Pembangunan Pendidikan Nasional yaitu : (1) Pemerataan

dan Perluasan Akses Pendidikan; (2) Peningkatan Mutu, Relevansi dan

Daya Saing Pendidikan; dan (3) Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas dan

Pencitraan Publik. Sebagai gambaran kilas balik, pada tahun 2006,

pemerintah telah menetapkan arah kebijakan pembangunan di bidang

pendidikan antara lain:

1. Meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

pendidikan;

2. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan;

3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan

pembangunan;

4. Memperkuat manajemen pelayanan pendidikan.

Di dalam Renstra Dinas Pendidikan dan Olahraga Maluku 2008-2013,

dan RPJMD Maluku 2009-2014, ketiga pilar tersebut diterjemahkan ke

dalam langkah-langkah perubahan pendidikan yang dipandang signifikan

yang mengarah pada peningkatan SDM sesuai tuntutan perkembangan

global. Langkah strategis yang dilakukan antara lain dengan menetapkan

6 Ali, Madekhan, Inovasi dan Pembaharuan Dalam pendidikan, Manual Kuliah Sosiologi Pendidikan, 2008.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 30

Page 31: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

berbagai kebijakan yang sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakat

secara demokratis, transparan dan berkeadilan.

Di dalam implementasinya, penyelenggaraan pembinaan Pendidikan

Dasar dari Dinas Pendidikan dan Olahraga Maluku dibingkai dalam

kerangka lima tujuan besar. Kelima rumusan tujuan di bawah ini tentu bisa

menjadi tolok ukur dari setiap kebijakan pendidikan di Provinsi Maluku,

dimana antara lain:

1. Memperluas jangkauan dan daya tampung SD/MI, SMP/MTs, dan

lembaga pendidikan pra sekolah

2. Meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi

seluruh lapisan masyarakat melalui pengadaan sarana dan

prasarana pendidikankan dan pemberian beasiswa.

3. Meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan pra sekolah dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan.

4. Terselenggaranya pendidikan dasar dan pra sekolah berbasis pada

sekolah dan masyarakat.

5. Membangun sarana dan prasarana pendidikan dasar yang rusak

akibat konflik sosial termasuk penanggulangan kekurangan tenaga

kependidikan.

Bila ditinjau daeri perspektif kebijakan nasional, telah jelas bahwa

pembagian urusan pemerintah bidang pendidikan antara pemerintah

pusat, pemerintah privinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota telah

ditetapkan pada berbagai aspek pembangunan pendidikan. Pada aspek

kebijakan, pemerintah provinsi berwenang menetapkan kebijakan

operasional pendidikan di provinsi sesuai dengan kebijakan nasional.

Selain itu, Pemerintah Provinsi juga berwenang mensosialisasi dan

melaksanakan standar nasional pendidikan di tingkat provinsi, sekaligus

Melakukan koordinasi atas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan,

pengembangan tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas

penyelenggaraan pendidikan lintas kabupaten/kota, untuk tingkat

pendidikan dasar dan menengah.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 31

Page 32: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Dalam aspek kurikulum pemerintah provinsi memiliki kewenangan

atau tugas meliputi melakukan koordinasi dan supervisi pengembangan

kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan menengah.

Sekaligus di dalamnya melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan menengah.

Tentunya, Pemerintah Provinsi juga dituntut mampu melaksanakan

melakukan pengawasan terhadap pemenuhan standar nasional sarana

dan prasarana pendidikan menengah. Hal ini berkait erat dengan

pengawasan pendayagunaan bantuan sarana dan prasarana pendidikan

maupun pengawasan penggunaan buku pelajaran pendidikan menengah.

Pada aspek pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan,

pemerintah daerah provinsi memiliki kewenangan melakukan

perencanaan kebutuhan pendidik. Wewenang demikian juga diikuti oleh

upaya melakukan pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS

antar kabupaten/kota, sekaligus melakukan upaya peningkatan

kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan pendidik.

Kewenangan pengembangan tenaga pendidik dan kependidikan tidak

bisa dilepaskan dari aspek pengendalian mutu pendidikan yang juga

diemban kewenangannya oleh Pemerintah Provinsi. Dalam hal ini,

pemerintah daerah provinsi berwenang atau bertugas:

1. Membantu pelaksanaan ujian nasional pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal;

2. Melakukan koordinasi, memfasilitasi, monitoring, dan evaluasi

pelaksanaan ujian sekolah skala provinsi;

3. Menyediakan biaya penyelenggaraan ujian sekolah skala provinsi;

4. Melaksanakan evaluasi pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal skala provinsi;

5. Melaksanakan evaluasi pencapaian standar nasional pendidikan

pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan nonformal skala provinsi;

6. Membantu pemerintah pusat dalam pelaksanaan akreditasi

pendidikan dasar dan menengah;

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 32

Page 33: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

7. Melakukan supervisi dan memfasilitasi satuan pendidikan bertaraf

internasional dalam penjaminan mutu untuk memenuhi standar

internasional;

8. Melakukan evaluasi pelaksanaan dan dampak penjaminan mutu

satuan pendidikan skala provinsi.

3.3. Perspektif Standar Pelayanan Publik

UUD 1945 mengamanatkan kepada Negara untuk memenuhi

kebutuhan dasar setiap warga negaranya demi memenuhi

kesejahteraannya. Efektif tidaknya suatu pemerintahan dapat diukur dari

kualitas penyelenggaraan pelayanan publik. Fakta menunjukkan bahwa

penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia masih dihadapkan pada

permasalahan sistem pemerintahan yang belum efektif dengan kualitas

sumber daya manusia yang belum memadahi.

Hakikat pelayanan publik menurut Surjadi (2009:9) adalah suatu

kegiatan pemberian layanan prima kepada masyarakat yang merupakan

perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

Berkaitan dengan kewajiban tersebut pelayanan publik harus memenuhi

tiga unsur yaitu: (1) unsur kelembagaan penyelenggara pelayanan; (2)

proses pelayanan publik; dan (3) sumber daya manusia pemberi

pelayanan.

Sedangkan Pengertian umum pelayanan publik menurut Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003

adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Penyelenggaraan pelayanan publik mengacu pada asas-asas sebagai

berikut: (1) kepastian hukum; (2) transparan; (3) daya tanggap; (4) adil; (5)

efektif dan efisien; (6) tanggung jawab; (7) akuntabilitas; dan (8) tidak

menyalahgunakan kewenangan.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 33

Page 34: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Sebelum membahas lebih jauh tentang konsep SPMbidang

pendidikan, sebaiknya kita kaji terlebih dahulu konsep SPMsebagai induk

SPMbidang pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun

2005, Pasal 1 ayat 6 , standar pelayanan minimal (SPM) adalah ketentuan

tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib

pemerintah daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Adapun pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar

dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan

ekonomi, social, dan pemerintahan.

Standar pelayanan minimal pendidikan dasar adalah tolok ukur kinerja

pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang

diselenggarakan daerah kabupaten/kota. Dalam rangka untuk mencapai

atau melampaui standar pelayanan minimal, pemerintah daerah harus

melakukan upaya pengembangan kapasitas dengan meningkatkan

kemampuan system atau sarana dan prasarana, kelembagaan, personil,

dan keuangan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan dalam

rangka mencapai tujuan pelayanan dasar dan/ atau Standar

Pendidikansecara efektif dan efisien dengan menggunakan prinsip-prinsip

tata pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan

Daerah.

Strategi penting yang harus dilakukan terkait dengan kondisi geografis

daerah, misalnya standar tentang pendirian sekolah yang jaraknya paling

jauh adalah 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs, standar

pelayanan minimal ini tetap harus dipenuhi, dan apabila memungkinkan

bisa kita perpendek menjadi 2 km untuk SD/MI dan 4 km untuk SMP/MTs

walaupun dengan kondisi geografis kepulauan. Hal ini bisa kita atasi

dengan menyediakan sarana prasaran jalan dan ketersedian transportasi

yang membantu peserta didik untuk dapat sampai di sekolah.

Sebelum membahas prinsip-prinsip Perancangan Perda tentang

Standar Pendidikan Dasar secara terperinci, berikut ini perlu dikemukakan

prinsip-prinsip penyusunan Standar Pelayanan Minimal:

1. SPM disusun sebagai alat pemerintah dan pemerintah daerah

untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 34

Page 35: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

masyarakat secara merata dalam rangka penyelenggaraan urusan

wajib pemerintah;

2. SPM ditetapkan oleh pemerintah pusat dan diberlakukan untuk

semua pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah

kabupaten/kota;

3. Penerapan SPM oleh pemerintah daerah merupakan bagian dari

penyelenggaraan pelayanan dasar nasional;

4. SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka,

terjangkau, dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai

batas waktu pencapaian;

5. SPM disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas, dan

kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kelembagaan

dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan.

Berlandaskan pada prinsip penyusunan Standar Pelayanan Minimal,

maka bisa dirumuskan prinsip-prinsip Perancangan Perda tentang

Standar Pendidikan Dasar ditinjau dari perspektif kebijakan daerah dalam

pembangunan pendidikan antara lain;

1. Prinsip Kesamaan dan Ketidaksamaan : Dalam menyusun

Perda Standar Pendidikan Dasar hendaknya menentukan

standar pelayanan minimal yang ditetapkan di Propinsi

Maluku berada di atas SPM yang ditetapkan pemerintah,

atau setidaknya sama dengan SPM Pendidikan yang

ditetapkan pemerintah sesuai butir/kategori aspek

pelayanan.

2. Prinsip Kearifan Lokal : Dalam menyusun Perda Standar

Pendidikan Dasar hendaknya selalu melihat

potensi/keterbatasan maupun kondisi riil dalam menentukan

ukuran SPM Pendidikan untuk tiap-tiap kategori pelayanan.

3. Prinsip Relevansi (Kesesuaian) : Dalam menyusun Perda

Standar Pendidikan Dasar hendaknya mengacu kepada

peraturan perundangan yang lebih tinggi serta

memperhatikan kemampuan daerah/satuan pendidikan serta

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 35

Page 36: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

kondisi masyarakat Maluku dalam melaksanakan amanat

Perda Standar Pendidikan.

4. Prinsip Kekuatan dan Keterbatasan : Dalam membuat

rancangan Perda tentang Standar pendidikan Dasar

hendaknya selalu melihat kekuatan dan juga keterbatasan

daerah maupun masyarakat dengan berbagai latar belakang

ekonomi, wilayah, dan budaya.

5. Prinsip Kecermatan : Hendaknya dalam menyusun

rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar selalu

berpikir cermat terutama dalam menentukan ukuran satuan

standar pelayanan minimal untuk tiap-tiap kategori

pelayanan pendidikan.

6. Prinsip Konsistensi : Hendaknya dalam menyusun

rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar selalu

konsisten atau taat terhadap peraturan perundang-undangan

yang tingkatannya lebih tinggi (seperti Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, dan sebagainya).

7. Prinsip kesinambungan : Hendaknya dalam menyusun

rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar selalu

memperhatikan rencana strategi pembangunan bidang

pendidikan jangka pendek maupun jangka panjang, dengan

melihat jauh ke depan kea rah tujuan pembangunan bidang

pendidikan jangka panjang di Propinsi maluku.

8. Prinsip Prioritas: Hendaknya dalam menyusun rancangan

Perda tentang Standar Pendidikan Dasar selalu menetapkan

prioritas pada aspek-aspek bidang pelayanan tertentu yang

dirasakan sangat mendesak untuk segera dipenuhi dengan

standar yang lebih tinggi. Contoh : Jika dihadapkan pada

satu masalah, karena keterbatasan pembiayaan, mana yang

lebih diutamakan antara aspek jumalh peserta didik dalam

suatu rombongan atau aspek jumlah jarak maksimal

perjalanan peserta didik ke sekolah.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 36

Page 37: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

9. Prinsip Cermat dan Rinci: Hendaknya dalam menyusun

rancangan Perda tentang Standar Pendidikan Dasar

Pendidikan mengatur secara terperinci dan secara cermat

jenis-jenis pelayanan pendidikan secara detail. Rincian

tersebut mengacu pada standar pelayanan minimal per

aspek sebagaimana yang ditetapkan dalam permendiknas

tentang standar pelayanan minimal pendidikan dasar.

10.Prinsip fleksibelitas: Dalam menyusun rancangan Perda

tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya bersifat

fleksibel ditinjau dari kondisi geografis maupun kultur atau

budaya, serta taraf ekonomi masyarakat.

11.Prinsip applicable (praktis): Dalam menyusun rancangan

Perda tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya

memperhatikan apakah butir-butir ketentuan yang diatur

dalam pasal-pasal perarturan daerah tersebut dapat

diterapkan atau dilaksanakan atau sebaliknya sulit

dilaksanakan.

12.Prinsip sederhana: Dalam menyusun rancangan Perda

tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya tidak

menetapkan standar pelayanan yang mencerminkan sikap

berlebih-lebihan dalam kebutuhan pendanaannya untuk tiap-

tiap jenis pelayanan.

13.Prinsip konkrit : Dalam menyusun rancangan Perda tentang

Standar Pendidikan Dasar hendaknya menentukan standar

pelayanan minimal secara konkrit, rasional, atau dapat

dilaksanakan.

14.Prinsip mudah diukur: Dalam menyusun rancangan Perda

tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya menetapkan

standar pelayanan minimal yang mudah diukur untuk setiap

jenis pelayanan.

15.Prinsip terbuka: Dalam menyusun rancangan Perda tentang

Standar Pendidikan Dasar hendaknya menetapkan standar

pelayanan minimal secara terbuka, yaitu dengan

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 37

Page 38: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

memperhatikan masukan-masukan atau saran-saran dari

semua pihak (stake holder).

16.Prinsip terjangkau: Dalam menyusun rancangan Perda

tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya menetapkan

butir-butir standar pelayanan minimal dengan tetap

memperhatikan kemampuan sumber daya daerah baik

sumber daya personil (SDM), ketersediaan dana, maupun

sumber daya lainnya.

17.Prinsip akuntabel (dipertanggungjawabkan): Dalam

menyusun rancangan Perda tentang Standar Pendidikan

Dasar hendaknya menetapkan butir-butir standar pelayanan

minimal dengan mempertimbangkan aspek

pertanggungjawabannya. Artinya, ketentuan standar

pelayanan minimal yang kita tetapkan untuk suatu jenis

pelayanan memang menuntut untuk ditetapkan dengan

standar minimal tersebut berdasarkan pada kebutuhan dan

kepentingan masyarakat.

18.Prinsip batas waktu: Dalam menyusun rancangan Perda

tentang Standar Pendidikan Dasar hendaknya menentukan

batas waktu pencapaian standar pelayanan minimal

tersebut.

3.4. Perspektif Prospek Kebijakan Standar Pendidikan

Kajian terhadap rancangan peraturan daerah tentang standar

pendidikan dasar tidak dapat dilepaskan dari visi dan misi pemerintah

Propinsi Maluku. Esensi dari serangkaian misi pembangunan daerah

sebagaimana yang telah diamanatkan dalam RPJMD 2008-2013 Provinsi

Maluku, salah satunya adalah upaya mewujudkan sistem dan iklim

pendidikan yang demokratis dan bermutu pada seluruh tatanan terutama

pada Perguruan Tinggi, guna meningkatkan etos kerja dan daya saing,

kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan

bertanggungjawab, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 38

Page 39: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

dalam rangka mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Esensi

misi pembangunan tersebut juga tidak bisa dilepaskan upaya Pemerintah

Provinsi Maluku untuk menciptakan kehidupan sosial budaya masyarakat

yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berdaya tahan terhadap

pengaruh globalisasi.

Oleh karena itu, berdasarkan sejumlah temuan dalam proses

assessment aspirasi stakeholders daerah maka inisiatif bagi terbentuknya

Perda Standar Pendidikan Dasar ini akan berimplikasi pada aspek-aspek

kebijakan daerah, antara lain;

1. Bahwa inisiatif Perda Standar Pendidikan Dasar diharapkan

mampu menjawab kesenjangan ketersediaan infrastruktur

pendidikan di Maluku pasca konflik. Inisiatif Perda ini harus

diterjemahkan sebagai awal dari kebijakan nyata dari Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten untuk lebih fokus menuntaskan persoalan

infrastrutur dasar pendidikan, tidak sekedar berorientasi pada

popularitas politik sesaat, apalagi sekedar berorientasi proyek.

2. Bahwa penyelenggaran urusan pendidikan di Provinsi Maluku

harus memiliki misi sebagai suatu gerakan bersama untuk

menjadikan anak didik sebagai subjek dalam proses pendidikan.

3. Bahwa berbagai pengaturan hukum pendidikan harus

memperhatikan kekhasan daerah dalam bingkai besar budaya

maritime Provinsi Maluku.

4. Bahwa kebijakan pendidikan harus mendorong secara terus

menerus sutau pola manajemen pendidikan yang demokratis.

5. Bahwa pengaturan mengenai arah pengembangan sekolah-

sekolah perlu ditempatkan sebagai bagian desain pengaturan yang

menjunjung tinggi kearifan local Maluku.

6. Bahwa kebijakan Standar Pendidikan Dasar tidak sekedar

mengadopsi pola penerapan kurikulum model KTSP, di banyak

kasus model KTSP telah membebani guru dan mengubahnya

menjadi administrator, bukan pendidik.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 39

Page 40: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Karakteristik perancangan Perda Standar Pendidikan Dasar mengacu

kepada komponen – komponen pendidikan yang merupakan totalitas

bentuk pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Prinsip-prinsip khusus

tersebut berkaitan dengan 8 Standar Nasional Pendidikan ditambah

dengan komponen-komponen lainnya yang dianggap perlu. Dengan

demikian prinsip-prinsip khusus dalam perancangan Perda Standar

Pendidikan harus mengacu pada : (1) Isi Kurikulum Pendidikan; (2)

Proses pendidikan; (3) Kompetensi Lulusan; (4) Tenaga Pendidik dan

kependidikan; (5) Sarana dan prasarana; (6) Manajemen dan

Pengelolaan; (7) Penilaian; (8) Pembiayaan; (9) Monitoring atau

Pengawasan;

Dalam kerangka pemikiran demikian, maka jenis – jenis pelayanan

yang harus distandarkan dalam Perda Standar Pendidikan Dasar Propinsi

Maluku, hendaknya merupakan penjabaran secara lebih terperinci dari

jenis-jenis pelayanan minimal pendidikan sebagaimana yang telah

distandar minimalkan oleh pemerintah pusat. Sebagai contoh, adanya

supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah bukan hanya mengatur

tentang frekuensi melakukan supervise dalam satu semester, tetapi juga

mengatur tentang berbagai hal yang harus distandarkan berkaitan dengan

hal-hal yang menjadi sasaran supervisi, seperti, instrumen supervisi

sebagai alat pengukuran kelayakan kinerja guru, kelayakan RPP,

ketepatan media dan alat peraga yang digunakan, dan sebagainya.

Selain kedua jenis pelayanan tersebut, dalam Perda seharusnya juga

diatur tentang standar pelayanan minimal secara internal, yaitu pelayanan

terkait dengan urusan administrasi dan kepegawaian pendidik dan tenaga

kependikan atau pihak-pihak lain yang berada di lingkup pendidikan. Hal

ini dilakukan untuk merespon pelayanan kepegawaian secara umum, dan

termasuk pelayanan administrasi dan kepegawaian di lingkungan

Kementrian Pendidikan Nasional.

Mengacu pada prinsip kearifan lokal dalam perspektif psikologis pasca

konflik di Ambon, perlu dirancang suatu regulasi pendidikan yang menitik

beratkan pada aspek pemulihan kondisi psikologi serta penanaman sikap

saling menghargai perbedaan pada diri peserta didik. Kearifan lokal yang

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 40

Page 41: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

harus dijadikan sebagai acuan dalam menyusun Rancangan Perda

Standar Pendidikan antara lain adalah:

1. Dengan memperhatikan kondisi geografis (Maluku sebagai wilayah

kepulauan), lingkungan budaya (tera culture dan aqua culture),

2. Latar belakang sosial masyarakat, termasuk menyikapi kondisi

trauma atas konflik horisontal.

3. Kearifan lokal dalam perancangan Perda Standar Pendidikan Dasar

juga harus mengacu pada latar belakang demografi, aspirasi

masyarakat, kebijakan pembangunan pendidikan daerah, masalah-

masalah aktual, prospek kebijakan perda Standar Pendidikan

Dasar di Propinsi Maluku, implikasi manfaatnya bagi peningkatan

pelayanan pendidikan di Propinsi Maluku, serta implikasi

dampaknya bagi masyarakat Maluku.

Rincian berbagai jenis pelayanan pendidikan yang

distandarminimalkan sebagaimana yang telah diuraikan tersebut harus

dijabarkan dalam bentuk peraturan yang lebih spesifik sesuai karakteristik

kondisi geografis, demografi, dan sosial budaya, serta potensi daerah

sebagai wujud kearifan lokal.

BAB IV

RUANG LINGKUP PENGATURAN DAN MATERI MUATAN PERDA

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sebagai kerangka

hukum yang mengatur mengenai pendidikan nasional mengatur secara

tegas perlunya diatur mengenai standar nasional pendidikan. Pasal 35

ayat (1) UU No. 22 Tahun 2003 tentang Sisdiknas mengatur bahwa

Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi

lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 41

Page 42: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara

berencana dan berkala. Sedangkan ayat (2) UU Sisdiknas mengatur lebih

lanjut bahwa standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan

pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, dan pembiayaan. Standar nasional pendidikan menurut

Pasal 1 angka 17 UU Sisdiknas adalah kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Permendiknas No. 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal Pendidikan Dasar menjabarkan lebih jauh pengaturan

standarisasi pelayanan untuk pendidikan dasar. Pasal 1 ayat 1

Permendiknas tersebut mendefinisikan standar pelayanan minimal

pendidikan dasar yang disebut dengan Standar Pendidikanyaitu tolok ukur

kinerja pelayanan pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal yang

diselenggarakan daerah kabupaten/kota. Ketentuan tersebut tentunya

merupakan penjabaran lebih lanjut dari PP No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan yang pada Pasal 1 angka 1 mengatur

mendefisinikan pengertian standar nasional pendidikan adalah kriteria

minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Pasal

2 ayat 1 PP tersebut mengatur ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan

meliputi: a. Standar isi; b. Standar proses; c. Standar kompetensi lulusan;

d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan; e. Standar sarana dan

prasarana; f. Standar pengelolaan; g. Standar pembiayaan dan f. Standar

penilaian pendidikan.

Standar Isi yang diatur meliputi semua pelajaran dan bidang

keahlian pada jalur formal dengan memasukkan muatan lokal sebagai

keunggulan daerah. Muatan lokal pada semua jenjang pendidikan yang

meliputi Pendidikan Budi Pekerti, Budaya Daerah, Pengenalan

Kewilayahan Daerah, Pengenalan Obyek Wisata Daerah, Bahasa Inggris

Komunikasi Masyarakat Global, Bahasa Daerah, ketrampilan kerajinan,

Seni Menyanyi dan budaya bahari. Pendidikan Budi Pekerti, Budaya

Daerah, Pengenalan Obyek Wisata Daerah, Pengenalan Potensi dan

Penanggulangan Bencana di Daerah, Bahasa Inggris Komunikasi

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 42

Page 43: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Masyarakat Global dilaksanakan dengan pembelajaran secara terintegrasi

dalam mata pelajaran yang lain. Satuan pendidikan pada jenjang SMP

wajib memberikan paling sedikit 1 (satu) mata pelajaran bahasa asing.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Standar Isi Daerah

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Standar Proses dimaksudkan agar setiap satuan pendidikan wajib:

1. memilih dan menggunakan model pembelajaran, pendekatan,

metode, strategi atau teknik yang sesuai dengan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar;

2. melakukan pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses

pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran secara

efektif dan efisien;

3. mengembangkan proses pembelajaran yang bersifat mengaktifkan

peserta didik, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan

menantang serta memberikan keamanan kepada peserta didik

dalam mengikuti pembelajaran. Pelaksanaan mengenai

pendekatan, metode, strategi, teknik, serta proses pembelajaran

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Pengaturan mengenai standar pelayanan minimal pendidikan juga

disinggung dalam Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan. Kiranya, pengaturan mengenai standar

pelayanan minimal di bidang pendidikan yang terdapat dalam

Permendiknas No. 63 Tahun 2009 dimaksudkan sebagai salah satu

instrumen untuk mewujudkan tercapainya mutu pendidikan, yaitu

sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 1 Permendiknas No. 9 Tahun

2009 adalah terwujudnya tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang

dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya

mewujudkan mutu pendidikan antara lain melalui standar pelayanan

pendidikan tercermin dari pemaknaan penjaminan mutu pendidikan yaitu

kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan,

penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerntah daerah,

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 43

Page 44: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Pemerintah dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan

kehidupan bangsa melalui pendidikan.

Sehubungan dengan kewenangan dalam melakukan pengawasan

terwujudnya penjaminan mutu Pasal 8 ayat 1, 2 dan 3 Permendiknas No.

63 Tahun 2009 mengatur pembagian kewenangan (power sharing) dalam

melaksanakan supervisi, pengawasan, evaluasi, saran, arahan dan/atau

bimbingan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota. Perlunya pengaturan mengenai standar pelayanan

pendidikan pada level Provinsi sebagai acuan penerapan standar

pelayanan pendidikan oleh satuan pendidikan pada level kabupaten/kota

diperkuat dengan PP No. 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan

Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai

Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi. Pasal 3 ayat (1) huruf d PP No. 19

Tahun 2010 mengatur bahwa Gubernur sebagai wakil Pemerintah

memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan berupa kewenangan

melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan

daerah kabupaten/kota.

Pemerintah Provinsi melaksanakan pembinaan, supervisi dan

fasilitasi dalam pelaksanaan standar pendidikan dasar. Pemerintah

Kabupaten/Kota mengatur pelaksanaan dan pengawasan standar

pendidikan dasar oleh setiap satuan pendidikan. Bupati/Walikota

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar

sesuai Standar Pendidikanyang dilaksanakan oleh perangkat daerah

kabupaten/kota dan masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai Standar

Pendidikansecara operasional dikoordinasikan oleh dinas pendidikan

kabupaten/kota. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai

Standar Pendidikandilakukan oleh pendidik dan tenaga kependidikan

sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan. Setiap

penyelenggara pendidikan wajib memiliki ijin penyelenggaraan pendidikan

dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangan.

Standar Kompetensi Lulusan perlu ditentukan agar kompetensi

seluruh matapelajaran atau kelompok matapelajaran atau bidang keahlian

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 44

Page 45: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Standar

Kompetensi Lulusan mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dalam menentukan standar

kompetensi lulusan daerah, mempertimbangkan: a. nilai minimal pada

penilaian akhir untuk peserta didik telah menyelesaikan seluruh program

pembelajaran; b. nilai minimal rata-rata semua mata pelajaran dan nilai

minimal tiap mata pelajaran hasil ujian sekolah; c. nilai minimal rata-rata

semua mata pelajaran dan nilai minimal tiap mata pelajaran hasil ujian

nasional; Pengaturan lebih lanjut mengenai Standar Kompetensi Lulusan

Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Pendidik dan tenaga kependidikan harus memiliki kualifikasi akademik

dan kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundangundangan yang

berlaku.

Standar pendidik perlu ditetapkan agar jalur pendidikan formal minimal

memiliki pendidikan S1 atau D-IV dari perguruan tinggi yang terakreditasi

dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya, serta memiliki

kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesi pendidik. Bagi

penilik wajib memiliki kompetensi sebagai penilik, lulus seleksi sebagai

penilik dan pernah berstatus sebagai pamong belajar pada pendidikan

nonformal atau pernah menjadi pengawas satuan pendidikan formal.

Ketentuan mengenai Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga

Kependidikan daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

Standar Sarana dan prasarana perlu diatur agar setiap satuan

pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran, pengembangan bakat dan minat

peserta didik yang teratur dan berkelanjutan (long-life skill). Pemberian

layanan pendidikan pada satuan pendidikan menyesuaikan dengan

sarana dan prasarana yang dimiliki daerah atau satuan pendidikan. Setiap

satuan pendidikan wajib memiliki minimal salah satu sarana / prasarana

pendidikan yang mendukung muatan lokal daerah. Standar sarana dan

prasarana daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 45

Page 46: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Standar Pengelolaan perlu diatur agar pengelolaan pada satuan

pendidikan harus menerapkan manajemen berbasis sekolah yang

ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan,

akuntabilitas, dan inovatif. Pengelolaan pengembangan satuan pendidikan

meliputi pengembangan jangka panjang, jangka menengah dan program

tahunan. Setiap satuan pendidikan harus mengembangkan dan mengelola

sistem informasi manajemen (SIM). Ketentuan mengenai standar sarana

dan prasarana Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

Standar Penilaian Pendidikan meliputi penilaian hasil belajar oleh

pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, penilaian hasil

belajar oleh pemerintah. Penilaian meliputi penilaian tertulis, penilaian

sikap, penilaian portofolio, dan penilaian keterampilan dikembangkan

dengan menggunakan prinsip penilaian yang akuntabel, transparan,

kebermaknaan, berkesinambungan, dan mendidik. Penilaian meliputi

penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pendidik wajib melakukan

penilaian terhadap sikap dan perilaku peserta didik melalui observasi

sekurang-kurangnya tiga kali dalam satu semester. Hasil penilaian sikap

dan perilaku menjadi bahan pertimbangan kenaikan kelas dan kelulusan

peserta didik. Satuan pendidikan menilai pelaksanaan dan pelaporan

tertulis hasil kerja sosial sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikannya

sekurang-kurangnya satu kegiatan sosial dalam 1 (satu) semester.

Ketentuan mengenai Standar Penilaian Pendidikan Daerah diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Daerah kabupaten/kota.

Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM merupakan

kewenangan kabupaten/kota. Provinsi melakukan supervisi dan

memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM.

Sementara lebih teknis maka pemenuhan SPM pendidikan menjadi

tanggung jawab:

a. Satuan atau program pendidikan formal;

b. Penyelenggara satuan atau program pendidikan formal;

c. Pemerintah kabupaten/kota; dan

d. Pemerintah Provinsi.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 46

Page 47: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar meliputi :

a. Pelayanan pendidikan dasar oleh kabupaten/kota:

1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan

berjalan kaki paling banyak 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk

SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen di daerah

terpencil;

2. Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD/MI

tidak melebihi 32 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia

paling sedikit 1 (satu) ruang kelas yang dilengkapi dengan meja

dan kursi yang cukup untuk peserta didik dan guru, serta papan

tulis;

3. Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang

dilengkapi dengan meja kursi yang cukup untuk 36 peserta didik

dan paling sedikit 1 (satu) set peralatan praktek IPA untuk

demonstrasi dan eksperimen peserta didik;

4. Di setiap SD/MI dan SMP/MTs tersedia satu ruang guru yang

dilengkapi dengan meja kursi untuk setiap orang guru, kepala

sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs

tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru;

5. Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32

peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan

pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap

satuan pendidikan;

6. Di setiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata

pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia 1 (satu) orang guru

yang telah memiliki sertifikat pendidik;

7. Di setiap SD/MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi

kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang

telah memiliki sertifikat pendidik;

8. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1

atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% atau

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 47

Page 48: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah

khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%;

9. Di setiap SMP/MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1

atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing 1

(satu) orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris;

10.Di setiap kabupaten/kota semua kepala SD/MI berkualifikasi

akadmeik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

11.Di setiap kabupaten/kota semua kepala SMP/MTs berkualifikasi

akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik;

12.Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah dan madrasah

memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki

sertifikata pendidik;

13.Pemerintah Provinsi memiliki cetak biru (blue print) kebijakan

fasilitasi dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pendidikan

dasar dan menengah sesuai SPMoleh pemerintah kabupaten/kota;

14.Pemerintah kabupaten/kota memiliki rencana dan

melaksanakankegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam

mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif

sesuai visi dan misi pendidikan Provinsi;

15.Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan paling sedikit

1 (satu) kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3

(tiga) jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan.

b. Pelayanan pendidikan dasar oleh satuan pendidikan.

1. Setiap SD/MI menyediadakan buku teks yang sudah ditetapkan

kelayakannya oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa

Indonesia, Matematika. IPA dan IPS dengan perbandingan satu set

untuk setiap peserta didik;

2. Setiap SMP/MTs menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan

kelayakannya oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran

dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik;

3. Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang

terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 48

Page 49: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen

dasar, dan poster/carta IPA;

4. Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku

referensi, dan setiap SMP/MTs memiliki 200 judul buku pengayaan

dan 20 buku referensi;

5. Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam per minggu di satuan

pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, membimbing atau melatih peserta didik, dan

melaksanakan tugas tambahan;

6. Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran

selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai

berikut:

a) Kelas I-II : 18 jam per minggu;

b) Kelas III : 24 jam per minggu;

c) Kelas IV-VI : 27 jam per minggu;

d) Kelas VII-IX : 27 jam per minggu.

7. Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku;

8. Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap pelajaran

yang diampunya;

9. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian

untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik;

10.Kepala Sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan

balik kepada guru dua kali dalam setiap semester;

11.Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran

serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolah

pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar

peserta didik;

12.Kepala sekolah atau madrasah menyampaikan laporan hasil

ulangan akhir semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK)

serta ujian akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik dan

menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 49

Page 50: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian Agama di

Kabupaten/Kota pada setiap akhir semester; dan

13.Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip manajemen

berbasis sekolah (MBS).

Beberapa istilah yang perlu didefinisikan dalam Perda Standar

Pendidikan Dasar sebagai berikut:

1. Provinsi adalah Provinsi Maluku;

2. Kabupaten/kota adalah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Maluku;

3. Daerah adalah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Maluku;

4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Maluku dan/atau

Pemerintah Kabupaten/kota di daerah Provinsi Maluku;

5. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah

Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

pemerinahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

6. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indinesia Tahun 1945;

7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat

DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Maluku.

8. Gubernur adalah Gubernur Maluku.

9. Standar pendidikan dasar adalah standar dalam penyelenggaraan

pendidikan dasar yang terdiri dari standar pendidikan dan standar

pelayanan minimal pendidikan dasar;

10.Standar pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh daerah Provinsi Maluku;

11.Standar Pelayanan Minimal pendidikan Dasar selanjutnya disebut

Standar Pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 50

Page 51: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

dasar melalui jalur pendidikan formal yang diselenggarakan daerah

kabupaten/kota;

12.Mutu adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat

diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional;

13.Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu

oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau

program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah dan

masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan

bangsa melalui pendidikan;

14.Peraturan Daerah, selanjutnya disebut Perda adalah peraturan

daerah Provinsi Maluku atau peraturan daerah kabupaten/kota di

wilayah Provinsi Maluku;

15.Anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya disebut

APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan ditetapkan

dengan peraturan daerah;

BAB V

PENUTUP

Penerbitan suatu regulasi daerah dalam bentuk Peraturan Daerah

tentang Standar Pendidikan Dasar di Provinsi Maluku menjadi salah

pilihan strategis dalam upaya pengaturan secara legal formal

pengembangan akses dan mutu pelayanan pendidikan dasar di Provinsi

Maluku. Hal ini tidak tidak terlepas dari kondisi existing kualitas

sumberdaya manusia dalam dinamika pembangunan Maluku yang masih

tertinggal dan membutuhkan berbagai intervensi kebijakan. Di dalam

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 51

Page 52: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Peraturan daerah ini nantinya diharapkan mampu dilahirkan serangkaian

peluang kebijakan hukum, antara lain;

1) Meningkatkan akses dan perluasan kesempatan belajar bagi

semua anak usia pendidikan dasar, dengan target utama

daerah dan masyarakat miskin, terpencil, dan terisolasi.

2) Peningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan dengan

menerapkan standar nasional pendidikan sebagai acuan dan

rambu-rambu hukum untuk meningkatkan mutu berbagai aspek

pendidikan di Provinsi Maluku termasuk mutu pendidik dan

tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan,

kompetensi lulusan, pembiayaan pendidikan dan penilaian

pendidikan,

3) Meningkatkan anggaran pendidikan untuk dapat dari APBD

sesuai amanat UUD 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

4) Mendorong pelaksanaan otonomi dan desentralisasi

pengelolaan pendidikan sampai dengan satuan pendidikan

dalam penyelenggaraan pendidikan.

5) Memperkuat manajemen pelayanan pendidikan dalam rangka

membangun pelayanan pendidikan yang amanah, efisien,

produktif dan akuntabel melalui upaya peningkatan tata kelola

yang baik (good governance) kelembagaan pendidikan.

6) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan

pendidikan termasuk meningkatkan peran dan fungsi komite

sekolah dan dewan pendidikan dalam penyelenggaraan

pendidikan berbasis sekolah dan masyarakat yang mencakup

proses perencanaan, pengawasan, dan evaluasi pelaksanaan

pembangunan pendidikan.

Berdasarkan peluang optimalisasi kebijakan hukum di atas, kiranya

menjadi sangat strategis bagi Pemerintah Provinsi Maluku untuk segera

melaksanakan penyusunan Peraturan Daerah Tentang Standar

Pendidikan Dasar. Peraturan Daerah tersebut nantinya akan menjadi

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 52

Page 53: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

pedoman dasar bagi semua stakeholder pendidikan, khususnya dalam

penyelenggaraan sub bidang Pendidikan Dasar. Dengan demikian,

pencapaian tujuan pembangunan pendidikan di Provinsi Maluku akan

tercapai dalam suatu skema produk hukum daerah dimana di dalamnya

terkandung aspek legalitas yang memayungi kebijakan standar pelayanan

dasar dan standar mutu yang jelas dan terukur.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Madekhan, Inovasi dan Pembaharuan Dalam pendidikan, Manual

Kuliah Sosiologi Pendidikan, UNISDA, Lamongan, 2008.

BPS Maluku, Maluku Dalam Angka 2010, Ambon, 2010

BPS Maluku, Indikator Pembangunan Manusia Provinsi Maluku 2009,

Ambon, 2010.

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Maluku

Tahun 2009

Renstra Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku Tahun

2008-2013

Salatalohy, Fahmi dan Pelu, Rio (Ed), Nasionalisme Kaum Pinggiran, Dari

Maluku, Tentang Maluku, Untuk Indonesia.

Surjadi. (2009). Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung:

Refika Aditama

Tim FGD. (2010). Input Peserta FGD Kota Ambon dan Seram Bagian

Barat terhadap Inisiatif Peraturan Daerah tentang Standar Pelayanan

Pendidikan.

Tim FGD. (2010). Bahan Focus Group Discussion Penyusunan

Rancangan Perda Propinsi Maluku tentang Standar Pelayanan

Pendidikan.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 53

Page 54: Naskah Akademik SPM Pendidikan-final

Peraturan Perundangan:

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.

PP. No. 38 Tahun 2007. Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah

kabupaten/Kota.

PP. No. 65 Tahun 2005. Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar

Pelayanan Minimal. Lembaran Negara republik indonesia Nomor

150.

Kepmendiknas No. 15 tahun 2010. Standar Pelayanan Minimal

Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor 04 Tahun 2009 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi

Maluku Tahun 2008–2013.

Naskah Akademik Ranperda Standar Pendidikan Dasar - Maluku 54