5 riba
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba
Secara etimologis (bahasa), riba berarti tambahan (ziyâdah) atau berarti
tumbuh dan membesar.1Adapun menurut istilah syara’ adalah akad yang terjadi
dengan penukaran yang tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut
aturan syara’, atau terlambat menerimanya.Adapun menurut istilah syariat para
fuqahâ sangat beragam dalam mendefinisikannya, diantaranya yaitu :
Syaikh Muhammad Abduh berendapat riba adalah penambahan-penambahan
yang disayaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam
hartanya karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang
telah ditentukan.
Dalam hadits disebutkan :
وزنا بالفضة والفضة بمثل مثال بوزن نا ز و هب لذ با هب الذ
بوزن ربا فهو استزاد أو د زا فمن مثالبمثل
Artinya: Rasulullah saw. bersabda: “Emas dengan emas sama timbangan dan
ukurannya, perak dengan perak sama timbangan dan ukurannya. Barang siapa
yang meminta tambah maka termasuk riba.”2
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa apabila tukar-menukar emas atau
perak maka harus sama ukuran dan timbangannya, jika tidak sama maka termasuk
riba.
B. Asbabun Nuzul
Allah SWT dalam pengharaman riba di dalam Al-Quran dilakukan dengan
bertahap. Tahap demi tahap dalam pengharaman ini menuju kepada keadaan
masyarakat saat itu yang memang telah terbiasa melakukan muamalah
ribawiyah atau transaksi dengan dasar riba untuk mendapatkan keuntungan
berlipat ganda.
1Muhammad bin Muhammad AbiSyahbah, Hulûl li Musykilât al-Ribâ, (Kairo:Maktabah al-Sunnah,1996/1416), hlm. 40.2 HR. Muslim
2
2
Secara umum ada 4 periode turunnya ayat tentang riba, 1 ayat turun di kota
Mekah yang berarti ayat tersebut adalah makiyah dan 3 ayat lainnya turun di
kota Madinah yang berati ayat tersebut adalah madaniyah.
1. QS. Ar-Ruum : 39
Pada ayat ini dijelaskan bahwasanya Allah SWT membenci riba dan
perbuatan riba tersebut tidaklah mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.Pada
ayat ini tidak ada petunjuk Allah SWT yang mengatakan bahwasanya riba itu
haram. Artinya bahwa ayat ini hanya berupa peringatan untuk tidak melakukan
hal yang negatif.
2. QS. An-Nisa : 161
Ayat ini adalah Madaniyah, yaitu diturunkan di Kota Madinah. Ayat ini
merupakan kisah tentang orang-orang Yahudi. Allah SWT mengharamkan
kepada mereka riba akan tetapi mereka tetap mengerjakan perbuatan ini.
Pengharaman riba pada ayat ini adalah pengharaman secara tersirat tidak
dalam bentuk qoth’i/tegas, akan tetapi berupa kisah pelajaran dari orang-
orang Yahudi yang telah diperintahkan kepada mereka untuk meninggalkan riba
tetapi mereka mereka tetap melakukannya, hal ini juga dijelaskan al-Maroghi
bahwasanya sebagian nabi-nabi mereka telah melarang melakukan perbuatan
riba
3. QS. Ali Imran : 130
Ayat ini menjelaskan kebiasaan orang Arab saat itu yang sering
mengambil riba dengan berlipat ganda. Ayat ini telah secara jelas
mengharamkan perbuatan riba, akan tetapi bentuk pengharaman pada ayat ini
masih bersifat sebagian, yaitu kepada kebiasaan orang saat itu yang mengambil
riba dengan berlipat ganda dari modal. Riba ini disebut dengan riba keji (ربا
(فحش yaitu riba dengan penambahan dari pokok modal dari hutang yang
berlipat ganda.
2
4. QS. Al-Baqarah : 275-289
Ada beberapa riwayat tentang riba yang menjadi sebab-sebab turunnya ayat
tentang riba, diantaranya :
Riwayat dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat ini turun kepada Bani
Amru bin Umair bin Auf bin Tsaqif. Adalah Bani Mughirah bin Makhzum
mengambil riba dari Bani Amru bin Umair bin Auf bin Tsaqif, selanjutnya
mereka melaporkan hal tersebut kepada Rasulullah SAW dan beliau melarang
mereka melalui ayat ini untuk mengambil riba.Berkata ‘Atho dan ‘Ikrimah
bahwasanya ayat ini diturunkan kepada Abbas bin Abdul Mutholib dan
Utsman bin Affan. Adalah Rasulullah melarang keduanya untuk mengambil riba
dari korma yang dipinjamkan.
C. Makna Mufrodat Ayat Riba
Dalam Surat Ar-Ruum Ayat 39, terdapat beberapa kata yang sebelumnya
perlu kita fahami yakni:
آتيتم وما dan apa-apa yang kamu berikan
من زكاة
berupa atau dari Zakat
ربا من sesuatu dari Riba تريدون yang kamu semua maksudkan atau kehendaki
agar dia (harta tersebut) ليربوtambah
وجه ه الل
untuk mencapai keridhoan Allah
أموال فياس الن
di dalam hartaya manusia فأولئك maka mereka yang
berbuat itu
يربو فال maka riba itu tidak menjadikan bertambah هم orang yang berbuat
itulah
ه الل عند di sisi Allah المضعفون
yakni orang-orang yang melipat gandakan dalam (Pahalanya)
آتيتم وما dan apa yang kamu berikan
D. Hukum Riba
Di dalam Kitab al-Mughniy, Ibnu Qudamah mengatakan, “Riba
diharamkan berdasarkan Kitab, Sunnah, dan Ijma’. Adapun Kitab,
pengharamannya didasarkan pada firman Allah swt,”Wa harrama al-riba”.
2
Imam al-Syiraaziy di dalam Kitab al-Muhadzdzab menyatakan; riba
merupakan perkara yang diharamkan.
Imam al-Shan’aniy di dalam Kitab Subul al-Salaam mengatakan; seluruh
umat telah bersepakat atas haramnya riba secara global.
E. Riba dalam Perspektif Ekonomi Islam
Islam sangat melarang keras riba dalam praktek ekonomi. Salah satu dasar
pemikiran utama yang paling sering dikemukakan oleh para cendekiawan muslim
adalah keberadaan riba dalam ekonomi merupakan bentuk eksploitasi sosial dan
ekonomi, yang merusk inti ajaran Islam tentang keadiln sosial. Oleh karena itu
penghapusan riba dari sistem ekonomi Islam ditujukan untuk memberikan
keadilan ekonomi dan perilaku ekonomi yang benar secara etis dan moral.
Dasar pemikiran dari mengapa Al-Qur’an mewahyukan ayat yang tegas
melarang riba adalah karena Islam menentang setiap bentuk eksploitasi dan
mendukung sistem ekonomi yang bertujuan mengamankan sosioekonomi yang
luas. Karena itu Islam mengutuk semua bentuk eksploitasi, khususnya
ketidakadilan yakni dimana pemberi pinjaman dijamin mendapatkan
pengembalian positif tanpa mempertimbangkan pembagian risiko dengan
peminjam, atau dengan kata lain peminjam menanggung semua jenis
risiko.Dengan pertimbangan bahwa kekayaan yang dimilliki oleh individu
sebenarnya merupkan amanah dari Allah swt. sebagaimana kehidupan seseorang,
maka amanah kekayaan merupakan hal yang sakral.3
Al-Qur’an dengan tegas dan jelas melarang akuisisi terhadap milik orang
lain dengan cara yang tidak benar.4 Isalam mengenal dua tipe hak milik :
a. Hak milik yang merupakan hasil kombinasi kerja individual dengan sumber
daya alam.
3MenurutsalahsatusabdaRasulullahsaw., “Kekayaanseseorangadalahsamasucinyadengandarahseseorang. ”4LihatQS.2 : 188, 4 : 29, 4 : 161 dan 9 : 34.
2
b. Hak atau klaim hak milik yang didapat melalui pertukaran, pembayaran yang
dalam Islam disebut sebagai hak orang miskin untuk menggunakan sumber
daya yang menjadi hak mereka (zakat dan infak), bantuan tunai dan warisan.
Uang mempresentasikan klaim tunai pemiliknya kepada hak milik yang
diciptakan oleh aset yang diperoleh melalui poin a dan/atau b. Akibatnya
meminjamkan uang adalah pengalihan hak milik dari pemberi pinjaman kepada
yang meminjam dan yang dapat diklaim untuk dikembalikan adalah yang
berjumlah setara dengan pinjaman tersebut, tidak boleh lebih.
Dalam islam, instrumen keuangan untuk tujuan perdagangan dan produksi
didasarkan atas pembagian risiko dan pembagian keuntungan sebagai
pengembalian atas usaha bisnis dan modal finansial. Pemberi pinjaman yang
meminjamkan uang untuk berdagang dan berproduksi dapat membuat akad untuk
menerima pembagian keuntungan. Dengan melakukan hal tersebut, dia menjadi
bagian dari pemilik modal dan berbagi dalam risiko usaha bukan sebagai kreditor.
F. Macam-Macam Riba
Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba utang-piutang
dan riba jual beli. Kelompok pertama riba utang-piutng terbagi menjadi dua yaitu:
b. Riba qarâdh adalah suatu manfaat yang disyaratkan terhadap yang berhutang
(muqtaridh) atau utang dengan syarat ada keuntungan bagi yang memberi
utang.
c. Riba jahîliyah adalah utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam
tidak dapat membayar pada waktu yang ditentukan.
Sedang kelompok kedua riba jual-beli, ada dua macam yaitu:
a. Riba fadl adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran
yang berbeda.
b. Riba nasî’ahadalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribâwi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribâwi lainnya. Riba ini
muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara yang
diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian.
2