4.babi.docx

5
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas sektor Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah, serta perhatian dari seluruh masyarakat. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita kesulitan membedakan hal nyata dengan yang tidak, umumnya akan dimulai dengan kesulitan konsentrasi, berbicara tidak jelas dan kesulitan mengingat. Penderita psikosis akan terlihat jika penderita sudah mengalami delusi, halusinasi dan diikuti dengan perubahan emosi dan tingkah laku. Penderita gangguan psikosis akan terlihat menyendiri dengan emosi yang datar tetapi terkadang secara mendadak emosi menjadi sangat tinggi atau depresi. Pada penderita psikosis juga akan tampak ekspresi emosi yang tinggi dan akan berhubungan dengan coping mechanism yang terfokus emosi seperti penarikan diri. Dalam keseharian penderita psikosis juga dapat mengalami hal-hal yang tidak nyata yang memengaruhi tingkah laku mereka seperti ketakutan akan hal-hal yang tidak nyata dan paranoid. Penyebab dari gangguan psikotik masih belum diketahui. Pasien dengan gangguan personalitas seperti borderline, schizoid, schyzotypal atau paranoid qualities 1

Upload: dardai-saifullah

Post on 07-Nov-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4. BAB I.docx

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGMasalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas sektor Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah, serta perhatian dari seluruh masyarakat.Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita kesulitan membedakan hal nyata dengan yang tidak, umumnya akan dimulai dengan kesulitan konsentrasi, berbicara tidak jelas dan kesulitan mengingat.Penderita psikosis akan terlihat jika penderita sudah mengalami delusi, halusinasi dan diikuti dengan perubahan emosi dan tingkah laku. Penderita gangguan psikosis akan terlihat menyendiri dengan emosi yang datar tetapi terkadang secara mendadak emosi menjadi sangat tinggi atau depresi.Pada penderita psikosis juga akan tampak ekspresi emosi yang tinggi dan akan berhubungan dengan coping mechanism yang terfokus emosi seperti penarikan diri. Dalam keseharian penderita psikosis juga dapat mengalami hal-hal yang tidak nyata yang memengaruhi tingkah laku mereka seperti ketakutan akan hal-hal yang tidak nyata dan paranoid.Penyebab dari gangguan psikotik masih belum diketahui. Pasien dengan gangguan personalitas seperti borderline, schizoid, schyzotypal atau paranoid qualities dapat berkembang menjadi gejala psikotik. Pada beberapa pasien psikotik juga memiliki riwayat Skizofrenia atau gangguan mood pada keluarga namun hal ini belum dapat dipastikan. Bentukan psikodinamis telah mengembangkan mekanisme penggandaan yang tidak sesuai dan kemungkinan perkembangan sekunder pada pasien gangguan psikotik. Teori psikodinamis menambahkan bahwa gejala psikotik adalah mekanisme pertahanan terhadap pikiran terlarang, pemenuhan dan keinginan yang tidak tercapai, atau jalan keluar dari situasi psikososial yang menekan.Skizofrenia, salah satu bentuk gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya delusi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa yang sangat berbahaya. Walaupun angka menunjukan hanya kurang dari 1% populasi yang menderita skizofrenia dan angka insidensi pertahun yang rendah (0,2 dari 1.000), skizofrenia tetap menjadi suatu bentuk kelainan gangguan jiwa yang berbahaya. Hal itu dikarenakan pengobatan dari skizofrenia yang membutuhkan jangka waktu lama menyebabkan biaya pengobatan skizofrenia akan menjadi sangat mahal. Selain itu skizofrenia dapat menurunkan angka ekspektasi hidup sebanyak 25 tahun dan menjadi faktor risiko penyakit jantung.Gangguan Psikotik fase awal (First-Episode Psychosis) adalah saat penderita mengalami gangguan episode psikotik untuk pertama kali. Kebanyakan penderita tidak dapat menjelaskan mengenai apa yang menimpa dirinya sehingga mayoritas kejadian ini tidak terlaporkan ataupun justru dihubungkan dengan kejadian mistis. Onset para penderita gangguan psikotik fase awal kebanyakan saat remaja dan berlangsung hingga dewasa.Onset usia remaja sebagai mayoritas usia penderita gangguan psikotik akan erat hubunganya dengan Duration of Untreated Psychosis (DUP) yaitu interval waktu dari penderita mengalami episode psikosis pertama kali hingga penderita mendapat terapi yang memenuhi syarat. Hal tersebut nantinya akan menjadi beban negara dan masyarakat jika para penderita psikosis fase awal dengan usia yang masih muda berlanjut hingga lansia dan jumlahnya meningkat. Keluarga atau kerabat merupakan faktor penting dalam pelaporan kasus gangguan psikotik terutama gangguan psikotik fase awal. Kedekatan antara penderita dengan caregiver tersebut diharap dapat memberikan dampak positif bagi prognosis para penderita psikotik fase awal. Akan tetapi harus dilihat juga faktor pengetahuan (knowledge) dari caregiver mengenai gangguan penderita untuk melihat pandangan dan sejauh mana caregiver mengerti mengenai gangguan yang dialami penderita. Pengetahuan yang baik dari caregive mengenai gangguan psikotik diharap mampu membawa dampak positif dalam peningkatan prognosis.Tingkat pengetahuan caregiver diharapkan mampu meningkatkan keteraturan kontrol bagi penderita gangguan psikotik fase awal dikarenakan masih banyak caregiver yang berpandangan bahwa gangguan psikosis adalah sebagai fenomena non-medis sehingga menurunkan tingkat keteraturan kontrol bagi penderita. Selain itu, keluarga ataupun caregiver adalah penopang penting bagi para penderita gangguan psikotik fase awal untuk menjalankan fungsi sosialnya.Penderita gangguan psikotik fase awal akan tetap bisa menjalankan fungsi sosialnya disaat tidak ada serangan. Setelah adanya gejala pertama yang secara mayoritas sulit dijelaskan oleh penderita, kemungkinan untuk muncul gejala lanjutan akan tetap ada dan jika berkelanjutan maka kemungkinan dapat berkembang menjadi Skizofrenia.Kerentanan penderita gangguan psikotik fase awal itulah yang membuat mereka sangat terikat dengan keluarga ataupun caregiver dalam menjaga kehidupan dan fungsi sosialnya. Selain fungsi sosial, keluarga dan caregiver juga menjadi pendukung penting dalam kognisi sosial bagi penderita gangguan psikotik fase awal. Keluarga dan caregiver harus menopang penderita dalam membantu penderita untuk diterima secara sosial dan juga melindungi dari persepsi dan interpretasi masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa itu Psikosis ?2. Bagaimana epidemiologi Psikosis ?3. Bagaimana etiologi psikosis ?4. Bagaimana faktor resiko Psikosis ?5. Bagaimana penanggulangan Psikosis ?6. Bagaimana pencegahan Psikosis ?7. Bagaimana program pemerintah dalam menyikapi masalah Psikosis ?

C. TUJUAN1. Tujuan umumUntuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Non menular.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui dan memahami tentang penyakit Psikosis2. Mengetahui epidemiologi dan etiologi Psikosis3. Mengetahui etiologi dari Psikosis4. Mengetahui faktor resiko Psikosis5. Mengetahui penanggulangan Psikosis6. Mengetahui pencegahan Psikosis7. Mengetahui program pemerintah dalam menyikapi masalah Psikosis

D. MANFAATSebagai bahan perbandingan antara tinjauan teori dengan studi kasus yang ditemui di lapangan.