45 daftar pustaka 1. azizahwati, maryati kurniadi, heidi
TRANSCRIPT
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizahwati, Maryati Kurniadi, Heidi Hidayati, analisis zat warna sintetik
terlarang unuk makanan yang beredar di pasaran. Available from: URL:
http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/download/1185/1091
(accessed 7 februari 2013)
2. Ditjend POM Depkes RI,1990 Nomor : 00386/C/SK/II/90 tentang
Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ; 239/
Menkes/Per/V/85 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai
bahan berbahaya.
3. Depkes RI, 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta.
4. Soleh, sardjono,K. dan wisnu, C. Identifikasi zat warna yang dilarang
(Rhodamin dan Methanyl Yellow) pada produk makanan dan minuman.
Bandung. Jurusan Teknologi Pangan, FT-universitas pasudan; 2003.
5. Penyusun. Patologi Ginjal dan Saluran Kemih. 2008. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
6. Risma Dumiri Manurung. Manfaat Pemberian Madu Terhadap Perubahan
Kadar Ureum dan Kreatinin serta Makroskopik Ginjal dan Histopatologi
Tubulus Proksimal Ginjal Menci (Mus musculus L.) Jantan yang diberi
Rhodamin B. Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Medan. 2011.
7. Umi Fatimah. Struktur Histologis Hepar dan Ren Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Feminina Gravid Setelah Pemberian Rhodamin B secara oral.
Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012.
46
8. Ariani. Studi Toksisitas dan Bioakumulasi Senyawa Rhodamine B.
Skripsi. Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Kimia Universitas Indonesia; 2004.
9. Sciencelab . Material Safety Data Sheet Rhodamine B, O MSDS .
Available from: URL:
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924812
10. Astuti R, Meikawati W, Siti S. Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B”
pada Terasi Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Produsen Terasi di Desa
Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. 2010. Available from :
URL : http://jurnal.unimus.ac.id
11. S. Hamdani. Rhodamine B. Available from: URL:
http://catatankimia.com/catatan/rhodaminb.html (accessed 23 november
2013)
12. Chemical Product of Rhodamine B. Available from: URL:
http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB748556
9.htm (accessed 18 agustus 2013).
13. N. Bhadusha, T. Ananthabaskaran. Kinetic, Thermodynamic and
Equilibrium Studies on Uptake of Rhodamine B onto ZnCl2 Activated
Low Cost Carbon.2011;9(1) Available from : URL:
downloads.hindawi.com/journals/chem/2012/873026.pdf
14. Pamela Iryanti Widjanarko. Kinetika Absorpsi Zat Warna Congo Red dan
Rhodamine B dengan Menggunakan Serabut Kelapa dan Ampas Tebu.
Jurnal Teknik Kimia Indonesia.2006;5(3):416
15. Aroni, Rijali. Kajian Penghambatan Efek Toksik Karmoisin dan
Rhodamin Terhadap Proliferasi Sel Limfosit Tikus Oleh Ekstrak Daun
Jelatang (Urtica dioica L.). 2011. p. 4-6. Available from:
http://repository.ipb.ac.id.
16. Santa Cruz. Material Safety Data Sheet of Rhodamine B. Available from;
URL : http://datasheets.scbt.com/sc-203756.pdf.
47
17. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi, M.Si. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan
Tambahan Pangan. 1st ed. Jakarta. Ikrar Mandiriabadi; 2009
18. Sylvia AP, Lorraine MW. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Volume 1 Edisi 6. Jakarta : EGC :2005 : p.868-994
19. Rhodamine B. http://id.scribd.com/doc/92982912/Rhodamin-B
20. Drake et Al. Gray’s Anatomy for Students 2nd Edition. 2010. Philadephia:
Elsenvier. p. 355-59
21. Gartner, L. Hiatt. Color Textbook of Histology 3rd Edition. 2007. Available
from : www.studentconsult.com
22. Macfarlane, Reid, Callander. Pathology Illustrated 5th Edition.
Philadephia: Elsenvier. p. 429-32
23. Victor P. Eroschenko, Atlas Histologi Di Fiore. Edisi 9. Jakarta : EGC
:2003 :p.247-255
24. Penyusun, Lecture Notes Histologi 2. 2010. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang.
25. Stuktur Histologi Ginjal. Available from: URL:
http://www.proteinatlas.org/dictionary/normal/kidney/detail+1/magnificati
on+1
26. Robbins SL, Kumar V, Oswari J, editor. Buku ajar patologi I (Basic
Pathology). Jakarta: EGC; 1995
27. Sarjadi, Wijaya I, Endro PB, Sandhana U. Panduan praktikum patologi
anatomi. Ed 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2003
28. Underwood JCE. Ginjal dan traktus urinarius. In: Sarjadi, editor. Patologi
umum dan sistemik. 2nd
ED. Jakarta: EGC; 1999. P.665-668.
29. Macfarlane, Reid, Callander. Pathology Illustrated 5th
Edition. Available
from: URL: http://www.freebook4u.net/2011/04/pathology-illustrated.html
30. Sudigdo S, Sofyan I. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi 2.
Jakarta: Sagung Seto; 2002
31. MacSween RNM, Whaley Keith, editor. Muir’s textbook of pathology.
13th
ed. Great Britain; 1992
48
32. Hudgson E, Levi PE, A textbook of modern toxicology. 2nd
ed. New York:
The McGraw-Hill; 2001: 492-500
33. Robbins SL, Kumar V, Oswari J, editor. Buku ajar patologi II (Basic
Pathology). Jakarta: EGC; 1995
34. Wijaya I, Miranti IP. Patologi ginjal & saluran kemih. Ed 3. Semarang:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2005
49
Lampiran 1. Ethical clearance
50
Lampiran 2. Surat keterangan melakukan penelitian
51
Lampiran 3. Cara perhitungan dosis
1) Berat molekul sebesar 479 g/mol
2) Dosis lethal Rhodamine B tikus wistar = 887 mg/kgBB/hari
a) Perlakuan pertama (kelompok kontrol) = 0 Dosis lethal = 0 x 887 =
0 mg/kgBB/hari
b) Perlakuan kedua = 1/16 Dosis lethal = 1/16 x 887 = 55,44
mg/kgBB/hari
c) Perlakuan ketiga = 1/8 Dosis lethal = 1/8 x 887 = 110,88
mg/kgBB/hari.
d) Perlakuan keempat = 1/4 Dosis lethal = 1/4 x 887 = 221,75
mg/kgBB/hari
e) Perlakuan kelima = 1/2 Dosis lethal = 1/2 x 887 = 443,5
mg/kgBB/hari.
f) Perlakuan keenam = 1 Dosis lethal = 1 x 887 = 887 mg/kgBB/hari
52
Lampiran 4. Metode baku histologis pemeriksaan jaringan
A. Cara pengambilan jaringan dan fiksasi
1) Mengambil jaringan sesegera mungkin setelah tikus wistar diterminasi
dengan cara dislokasi leher (maksimal 2 jam)
2) Kemudian memasukkan ke dalam larutan fiksasi dengan urutan
sebagai berikut:
a) Fiksasi dalam larutan formalin 10%
b) Dehidrasi dengan alcohol 30% selama 20 menit I, 20 menit II, dan
20 menit III
Lalu lanjutkan dengan Alkohol 40% 1 jam
Alkohol 50% 1 jam
Alkohol 70% 1 jam
Alkohol 80% 1 jam
Alkohol 90% 1 jam
Alkohol 96% 1 jam
(alkohol 70-80% dapat ditunda sampai keesokan harinya
c) Larutan xylol alcohol 1 : 1 dengan waktu kurang lebih 24 jam
d) clearing dengan larutan xylol 1,2,3 dengan waktu masing-masing
20 menit, sehingga jaringan terlihat tembus pandang
e) xylol parafin 1 : 1 selama 20 menit/24 jam dengan dipanaskan
dalam oven 60o celcius
53
f) Embeding dan bloking : parafin 1,2,3 selama 20 menit, lalu
jaringan dicetak blok parafin kemudian didinginkan, sehingga cetakan
dapat dibuka
g) Trimming: memotong balok-balok parafin sehingga jaringan
mudah dipotong
B. Cara pemotong blok (sectioning)
1) Menyiapkan kaca objek bersih
2) Kaca objek diberi albumin ditengahnya
3) Blok yang sudah disiapkan dipotong dengan ketebalan 5 mikron,
lalu dimasukkan dalam air panas kurang lebih 60o
celcius. Setelah
jaringan mengembang, jaringan diambil dengan kaca objek yang
sudah diberi albumin
4) keringkan
5) parafin yang ada pada kaca objek atau jaringan dihilangkan dengan
dipanaskan dalam oven 60o celcius atau drngan tungku
C. Pewarnaan HE
Slide jaringan dimasukkan dalam :
1) Xylol 1, xylol 2, xylol 3 masing-masing 10 menit
2) Rebidrasi dengan alcohol xylol selama 5 menit
3) Bilas alcohol 30-96% masing-masing kurang lebih 30 menit
4) Bilas aquades 1x kurang lebih 10 menit
54
5) Rendam dalam hematoksilin kurang lebih 10 menit
6) Bilas dengan air mengalir sampai bersih
7) Bilas aquades, lalu acid alcohol (alcohol+Nacl 0,9%)
8) Bilas alkohol 50-96%
9) Eosin kurang lebih 2-5%
10) Bilas alkohol 96% 2x
11) Bilas alkohol xylol
12) Keringkan dengan kertas saring, langsung dibersihkan kotoran-
kotoran yang ada disekitar jaringan
13) Xylol 1 (5 menit), xylol 2 (5 menit), tetesi asam Canada, langsung
ditutup kaca penutup
14) Preparat sudah siap untuk diamati
D. Pewarnaan PAS JONES
1) Lakukan deparafinisasi dan hidrasi dengan aquadest selama 10
menit
2) Rendam dalam periodic acid 0,5% selama 30 menit
3) Bilas dengan aquadest
4) Rendam dalam larutan GMS yang berisi aquadest, methenamine
silver 6% AgNO3 2,5% dan borak 5%, panaskan dalam oven
dengan suhu 600
C, selama 30 menit, cek tiap 10 menit sampai
warna berubah menjadi coklat kayu
5) Bilas dengan aquadest
55
6) Tetesi Gold chloride 0,2 %, 5 tetes selama 1 menit atau sampai
berwarna abu-abu
7) Bilas dengan aquadest
8) Tetesi Na thio sulfa 1% selama 1 menit
9) Cuci dalam air
10) Rendam dalam hematoksilin selama 10 menit
11) Cuci dalam air
12) Rendam dalam eosin selama 5 menit
13) Keringkan, bersihkan slide dan beri coverslip
56
Lampiran 5. Jumlah tubulus normal dalam 5 lapangan pandang
KELOMPOK
lapangan pandang
1 2 3 4 5 total
K1 54 54 49 59 50 266
K2 55 52 54 49 56 266
K3 48 47 51 46 45 237
K4 49 49 46 50 45 239
K5 53 52 51 55 56 267
P1-A 35 34 38 36 35 178
P1-B 33 33 35 32 34 167
P1-C 36 35 34 36 33 174
P1-D 35 36 34 34 35 174
P1-E 36 36 36 34 33 175
P2-A 23 22 26 21 22 114
P2-B 24 22 23 23 26 118
P2-C 23 23 29 25 24 124
P2-D 22 26 23 24 23 118
P2-E 23 24 21 23 23 114
P3-A 11 12 13 10 16 62
P3-B 12 14 17 15 14 72
P3-C 16 16 16 10 13 71
P3-D 14 16 11 11 13 65
P3-E 10 12 10 14 14 60
P4-A 13 14 10 12 11 60
P4-B 12 10 13 12 13 60
P4-C 10 10 13 10 11 54
P4-D 11 14 11 12 11 59
P4-E 10 10 13 15 11 59
57
Lampiran 6. Hasil Analisis Pengamatan Histologis Tubulus Normal
Explore
Case Processing Summary
kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tubulus normal kontrol 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
perlakuan 1 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
perlakuan 2 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
perlakuan 3 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
perlakuan 4 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Descriptives
kelompok Statistic Std. Error
tubulus normal kontrol Mean 255.00 6.950
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 235.70
Upper Bound 274.30
5% Trimmed Mean 255.33
Median 266.00
Variance 241.500
Std. Deviation 15.540
Minimum 237
Maximum 267
Range 30
Interquartile Range 29
Skewness -.615 .913
Kurtosis -3.273 2.000
58
perlakuan 1 Mean 173.60 1.806
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 168.59
Upper Bound 178.61
5% Trimmed Mean 173.72
Median 174.00
Variance 16.300
Std. Deviation 4.037
Minimum 167
Maximum 178
Range 11
Interquartile Range 6
Skewness -1.263 .913
Kurtosis 2.709 2.000
perlakuan 2 Mean 117.60 1.833
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 112.51
Upper Bound 122.69
5% Trimmed Mean 117.44
Median 118.00
Variance 16.800
Std. Deviation 4.099
Minimum 114
Maximum 124
Range 10
Interquartile Range 7
Skewness 1.022 .913
Kurtosis .918 2.000
perlakuan 3 Mean 66.00 2.387
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 59.37
Upper Bound 72.63
5% Trimmed Mean 66.00
59
Median 65.00
Variance 28.500
Std. Deviation 5.339
Minimum 60
Maximum 72
Range 12
Interquartile Range 11
Skewness .164 .913
Kurtosis -2.654 2.000
perlakuan 4 Mean 58.40 1.122
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 55.28
Upper Bound 61.52
5% Trimmed Mean 58.56
Median 59.00
Variance 6.300
Std. Deviation 2.510
Minimum 54
Maximum 60
Range 6
Interquartile Range 4
Skewness -2.017 .913
Kurtosis 4.225 2.000
Tests of Normality
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
tubulus normal kontrol .360 5 .032 .725 5 .017
perlakuan 1 .339 5 .061 .875 5 .287
perlakuan 2 .261 5 .200* .862 5 .236
60
perlakuan 3 .226 5 .200* .903 5 .429
perlakuan 4 .394 5 .011 .710 5 .012
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Karena data signifikansinya tidak normal (p < 0.05) , maka data ditransformasikan
Explore
Case Processing Summary
kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tubulus_trans kontrol 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
perlakuan 1 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
perlakuan 2 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
perlakuan 3 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
perlakuan 4 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Descriptives
kelompok Statistic Std. Error
tubulus_trans kontrol Mean 2.4059 .01198
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.3726
Upper Bound 2.4392
5% Trimmed Mean 2.4065
Median 2.4249
Variance .001
Std. Deviation .02680
Minimum 2.37
61
Maximum 2.43
Range .05
Interquartile Range .05
Skewness -.616 .913
Kurtosis -3.267 2.000
perlakuan 1 Mean 2.2395 .00456
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.2268
Upper Bound 2.2521
5% Trimmed Mean 2.2398
Median 2.2405
Variance .000
Std. Deviation .01019
Minimum 2.22
Maximum 2.25
Range .03
Interquartile Range .02
Skewness -1.307 .913
Kurtosis 2.780 2.000
perlakuan 2 Mean 2.0702 .00670
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.0516
Upper Bound 2.0888
5% Trimmed Mean 2.0696
Median 2.0719
Variance .000
Std. Deviation .01499
Minimum 2.06
Maximum 2.09
Range .04
Interquartile Range .03
Skewness .970 .913
62
Kurtosis .755 2.000
perlakuan 3 Mean 1.8184 .01569
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.7749
Upper Bound 1.8620
5% Trimmed Mean 1.8185
Median 1.8129
Variance .001
Std. Deviation .03508
Minimum 1.78
Maximum 1.86
Range .08
Interquartile Range .07
Skewness .110 .913
Kurtosis -2.596 2.000
perlakuan 4 Mean 1.7661 .00858
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.7423
Upper Bound 1.7899
5% Trimmed Mean 1.7673
Median 1.7709
Variance .000
Std. Deviation .01918
Minimum 1.73
Maximum 1.78
Range .05
Interquartile Range .03
Skewness -2.036 .913
Kurtosis 4.292 2.000
63
Tests of Normality
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
tubulus_trans kontrol .361 5 .032 .725 5 .017
perlakuan 1 .343 5 .055 .870 5 .266
perlakuan 2 .255 5 .200* .866 5 .249
perlakuan 3 .225 5 .200* .908 5 .453
perlakuan 4 .398 5 .009 .703 5 .010
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Karena setelah data diransformasikan lalu dilakukan uji normalitas tetap tidak
normal ( p < 0.05), maka selanjutnya dilakukan uji non parametrik yaitu uji
kruskal wallis.
Kruskal-Wallis Test
Ranks
kelompok N Mean Rank
tubulus normal kontrol 5 23.00
perlakuan 1 5 18.00
perlakuan 2 5 13.00
perlakuan 3 5 7.80
perlakuan 4 5 3.20
Total 25
64
Test Statisticsa,b
tubulus normal
Chi-Square 22.979
df 4
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok
Di dapatkan hasil p = 0.000 (p > 0.05) yang berarti ada beda bermakna dan
signifikan
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
tubulus normal kontrol 5 8.00 40.00
perlakuan 1 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
tubulus normal
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.627
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
65
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
tubulus normal kontrol 5 8.00 40.00
perlakuan 2 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
tubulus normal
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.635
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
tubulus normal kontrol 5 8.00 40.00
perlakuan 3 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
tubulus normal
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
66
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
tubulus normal kontrol 5 8.00 40.00
perlakuan 4 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
tubulus normal
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.635
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
tubulus normal perlakuan 1 5 8.00 40.00
perlakuan 2 5 3.00 15.00
Total 10
67
Test Statisticsb
tubulus normal
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.635
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
tubulus normal perlakuan 1 5 8.00 40.00
perlakuan 3 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
tubulus normal
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.619
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
tubulus normal perlakuan 1 5 8.00 40.00
68
perlakuan 4 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
tubulus normal
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.635
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
tubulus normal perlakuan 2 5 8.00 40.00
perlakuan 3 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
tubulus normal
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.627
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
69
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
tubulus normal perlakuan 2 5 8.00 40.00
perlakuan 4 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
tubulus normal
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.643
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
tubulus normal perlakuan 3 5 7.80 39.00
perlakuan 4 5 3.20 16.00
Total 10
Test Statisticsb
tubulus normal
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 16.000
Z -2.440
70
Asymp. Sig. (2-tailed) .015
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian
Gambar 14. Proses penelitian
a. Pemilihan tikus sesuai kriteria inklusi dan ekskusi; b.tikus diberi kandang
secara terpisah; c.tikus diberi Rhodamine B selama 12 minggu; d. Preparat; e.
Fiksasi preparat; f. pengecatan
71
Gambar 15. Pengamatan jaringan dengan setelah organ dijadikan preparat di
lab.PA, pengamatan menggunakna mikroskop perbesaran 100x dan kemudian
difoto dengan menggunakan alat eyepiece camera.
Lampiran 8. Biodata penulis
Identitas
Nama :Seia Mahanani
NIM :G2A009059
Tempat/tanggal lahir :Semarang, 5 september 1991
Jenis kelamin :Perempuan
Alamat :Jl. Hanoman Raya no.419 krapyak semarang
No.hp :085659070700
Email :[email protected]
Riwayat Pendidikan Formal
1.SD :MI Pembangunan UIN JKT Lulus tahun : 2003
2.SMP :MTS Pembangunan UIN JKT Lulus tahun : 2006
3.SMA : SMA Negeri 3 JKT Lulus tahun : 2009
4.SI : Fakultas Kedokteran Univeritas Diponegoro Masuk tahun : 2009