5. strategi komunikasi pemasaran medical representative oleh fredi kurniadi dan didik hariyanto

Upload: kanal-jurnal-ilmu-komunikasi

Post on 30-Oct-2015

3.149 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Medical Representativ sebagai ujung tombak perusahaan yang khusus menjual obat keras dan psikotropika harus mampu memasarkan produknya secara baik dan konsisten dengan menggunakan strategi komunikasi pemasaran personal medical representative. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan informan dokter spisialis dan Medical Representative. Dengan teknik analisa data domain dan taksonomi. Hasil penelitian ini adalah strategi komunikasi pemasaran medical representatif secara sistematis dapat dikelompokkan Opening (pembukaan), Probing (teknik bertanya), Supporting (presentasi), Handling Objection (mengatasi keberatan), Closing (penutupan). Untuk menunjang itu yang perlu dimiliki adalah kemampuan Product Knowlege . Strategi Medical Representativ yang lain guna mendukung aktifitasnya adalah beberapa program seponsorship seperti Simposium, Seminar, Workshop, RTD (round table discusion), Service Custumer (tawaran jasa), Intertain dan Gimick.

TRANSCRIPT

  • STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN

    MEDICAL REPRESENTATIVE

    Fredy Kurniadi

    Didik Hariyanto

    (Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

    Jalan Majapahit 666B Sidoarjo, Telp/Fax. 031-8945444 / 031-894333,

    email:[email protected])

    ABSTRAK

    Medical Representativ sebagai ujung tombak perusahaan yang khusus menjual

    obat keras dan psikotropika harus mampu memasarkan produknya secara baik dan

    konsisten dengan menggunakan strategi komunikasi pemasaran personal medical

    representative. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan informan

    dokter spisialis dan Medical Representative. Dengan teknik analisa data domain

    dan taksonomi. Hasil penelitian ini adalah strategi komunikasi pemasaran medical

    representatif secara sistematis dapat dikelompokkan Opening (pembukaan),

    Probing (teknik bertanya), Supporting (presentasi), Handling Objection

    (mengatasi keberatan), Closing (penutupan). Untuk menunjang itu yang perlu

    dimiliki adalah kemampuan Product Knowlege . Strategi Medical Representativ

    yang lain guna mendukung aktifitasnya adalah beberapa program seponsorship

    seperti Simposium, Seminar, Workshop, RTD (round table discusion), Service

    Custumer (tawaran jasa), Intertain dan Gimick.

    Kata Kunci: Komunikasi, Komunikasi Pemasaran, Medical Representative.

  • KANAL, Vol. 1, No. 2, Maret 2013, Hal. 111-220. 168

    MARKETING COMMUNICATION STRATEGY EMPLOYED

    BY MEDICAL REPRESENTATIVE

    ABSTRACT

    Medical representative as the spearhead of the company that specialized in selling

    hard drugs and psychotropic substances should be able to market their products

    well and is consistent with the use of marketing communications strategy by

    personal medical representative. This study used qualitative methods with

    Medical representatives and specialized doctors as the informants using the

    analysis techniques of the domain of data and taxonomy. The result of the study is

    that representative medical marketing communications strategy can be

    systematically grouped into Opening (opening), Probing (questioning techniques),

    Supporting (presentation), Objection Handling (overcoming objections), and

    Closing (closing). To support it, the necessary thing is the ability of Productions

    knowledge. Other Medical representative strategy to support its activities are

    some programs such sponsorship Symposium, Seminar, Workshop, RTD (round

    table Discussion), customer service (service offers), entertainment and gimmick.

    Keywords: communication, marketing communications, medical representative

    PENDAHULUAN

    Pesatnya pertumbuhan dan perubahan ekonomi bisnis, mendorong

    perusahaan harus mau menghadapi persaingan global yang menyebabkan

    perusahaan semakin sensitif terhadap adanya kompetisi, terutama bagi perusahaan

    yang berkecimpung dalam lingkungan usaha yang mempunyai tingkat

    pertumbuhan dan perkembangan yang berubah dengan cepat dan dinamis. Dalam

    menjaga kelangsungan usaha dan menghadapi tingkat persaingan yang semakin

    kompetitif, setiap perusahaan dituntut untuk selalu berusaha melakukan perbaikan

    berkelanjutan (Continous Improvement) terhadap aktivitas perusahaan sebagai

    salah satu cara untuk meningkatkan kinerja manajemen perusahaan. Sektor

    pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting bagi lajunya perusahaan.

    Tiap-tiap perusahaan mempunyai sistem pemasaran dengan strategi khusus dalam

    memasarkan produknya sesuai dengan kebijakan perusahaan tersebut. Apalagi

    mengingat semakin banyak perusahaan yang bermunculan dengan memproduksi

    barang yang sejenis dan mempunyai fungsi yang sama.

    Karena itu setiap perusahaan saat ini berlomba-lomba membangun

    komunikasi yang efektif dengan kosumen melalui apa yang dinamakan dengan

    komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran menurut Soemanagara (2008)

    adalah kegiatan pemasaran dengan menggunakan tehnik-tehnik komunikasi yang

  • Fredi Kurniadi & Didik Hariyanto, Strategi Komunikasi Pemasaran.... 169

    ditujukan untuk memberikan informasi kepada orang banyak dengan harapan agar

    tujuan perusahaan tercapai, yaitu terjadinya peningkatan pendapatan laba sebagai

    dari jasa atau pembelian produk yang ditawarkan. Komunikasi pemasaran

    merupakan bentuk komunikasi yang ditujukan untuk memperkuat strategi

    pemasaran, guna meraih loyalitas pelanggan terhadap produk yaitu barang dan

    jasa yang dimiliki perusahaan.

    Banyak orang melihat pemasaran hanya sebatas iklan atau penjualan tetapi

    pemasaran yang sebenarnya tidak hanya mencakup seni menjual barang, namun

    yang lebih penting perusahaan dapat meraih kepemimpinan di pasar dengan

    memahami kebutuhan konsumen dan menemukan solusi yang memuaskan

    pelanggan melalui nilai, kualitas dan jasa yang unggul. Jika nilai dan kepuasan

    tidak di perhatikan berapa pun besar biaya iklan dan penjualan tidak dapat

    menggantikannya.

    Hal tersebut juga berlaku dalam program komunikasi pemasaran perusahaan

    farmasi. Program pemasaran perusahaan farmasi menggunakan program

    Marketing Publik Relations yaitu konsep pemasaran yang menggabungkan antara

    konsep penjualan dengan konsep public relations. Produk obat farmasi ada yang

    dinamakan obat bebas dan bebas terbatas serta obat golongan keras dan

    psikotropika. Obat keras dalam perusahaan farmasi adalah obat yang berkhasiat

    keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh,

    memperparah penyakit atau menyebabkan kematian. Sedangkan psikotropika,

    obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat

    dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi

    (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat

    menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi

    para pemakainya.

    Dalam mempromosikan obat keras dan psikotropika perusahaan farmasi

    hanya menggunakan medical representative dengan adanya peran medical

    representative diharapkan dapat menginformasikan dan menciptakan penjualan

    secara terus menerus. Medical representative sebagai ujung tombak perusahaan

    yang khusus menjual obat keras dan psikotropika harus mampu memasarkan

    produknya secara baik dan konsisten, yakni dengan menggunakan strategi

    komunikasi pemasaran secara langsung atau tatap muka antara medical

    representative sebagai penjual dengan dokter sebagai user.

    Dalam bekerja medical representative sebagai perwakilan perusahaan

    farmasi harus dapat berkomunikasi dengan baik terhadap dokter, membangun

    image yang baik untuk perusahaannya, mendengar keluhan-keluhan atau

  • KANAL, Vol. 1, No. 2, Maret 2013, Hal. 111-220. 170

    komplain dari dokter tentang produk yang dipasarkan, menjadi penghubung antara

    dokter dengan perusahaan, melakukan analisa dan riset teritori guna memahami

    aktivitas pesaing, mengidentifikasi peluang bisnis yang berguna dalam kompetisi

    serta memahami kebutuhan pelanggan, mencapai tujuan yang ditetapkan seperti

    target diskon, jumlah dokter yang disponsori, target merk produk, membangun

    rencana bisnis teritori berdasarkan program marketing atau plan of action dan

    mengalokasikan sumber daya (seperti aktivitas kunjungan, sponsorship dan

    diskon) untuk memaksimalkan peluang penjualan teritori, menghadiri dan

    berpartisipasi aktif pada rapat team sales, acara pelatihan dan pendidikan guna

    menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan.

    Segmentasi target penjualan medical representative dalam memasarkan obat

    keras dan psikotropika adalah dokter spesialis dan dokter umum, sehingga

    medical representative harus mampu menerapkan strategi komunikasi pemasaran

    yang tepat dan diikuti dengan unsur marketing public relation dengan baik dan

    benar, seperti yang terjadi di Rumah Sakit Siti Hajar Sidoarjo yang dimana

    peneliti melihat tingkat persaingan penjualan obat keras dan psikotropika di

    Rumah Sakit Siti Hajar cukup kompetitif.

    Dari penjelasan diatas maka medical representative adalah ujung tombak

    perusahaan farmasi dalam memasarkan produk obat keras dan psikotropika harus

    dapat menciptakan penjualan secara terus-menerus dan menjalin serta menjaga

    hubungan baik melalui komunikasi tatap muka dengan dokter secara langsung.

    Medical representative menyampaikan pesan dan memberikan informasi

    mengenai produk obat yang dimiliki perusahaannya. Dari uraian latar belakang

    masalah diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan tujuan untuk

    mengetahui bagaimanakah strategi komunikasi pemasaran medical representative

    agar dapat mempengaruhi peresepan dokter di Rumah Sakit Siti Hajar Sidoarjo.

    Fenomena yang telah dipaparkan, menjadikan rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan

    Medical Representative dalam mempengaruhi dokter menggunakan produk-

    produk farmasi?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi

    pemasaran yang dilakukan Medical Representative ke dokter di Rumah Sakit Siti

    Hajar Sidoarjo.

  • Fredi Kurniadi & Didik Hariyanto, Strategi Komunikasi Pemasaran.... 171

    LANDASAN TEORI

    1. Komunikasi Pemasaran

    Menurut William Albight (dalam Siahaan, 1990), komunikasi merupakan

    sebuah proses sosial yang terjadi antara paling sedikit dua orang, dimana

    seseorang mengirimkan sejumlah simbol tertentu kepada oarng lain.

    Komunikasi terjadi bila kedua belah pihak saling mengolah dengan baik

    simbol-simbol yang di sampaikan. Simbol-simbol tersebut tersebut dapat

    disebut sebagai pesan. Sedangkan pemasaran menurut Kotler (2000) dapat

    dikatakan bahwa proses yang membentuk hubungan antara produsen dengan

    individu atau grup dalam menyampaikan jenis-jenis produk, barang dan jasa,

    dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, guna mencapai tingkat

    kepuasan yang lebih tinggi melalui penciptaan produk yang berkualitas.

    Komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama, yaitu untuk

    menyebarkan informasi (komunikasi informatif), mempengaruhi untuk

    melakukan pembelian atau menarik konsumen (komunikasi persuasif), dan

    mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang (komunikasi

    mengingatkan kembali). Komunikasi pemasaran medical representative

    terhadap dokter dilakukan dengan berkomunikasi secara langsung dan terus-

    menerus dengan tujuan untuk membina hubungan baik, menciptakan dan

    menjaga citra perusahaan. Karena dengan adanya hubungan baik antara

    medical representative maka dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari

    dokter tersebut. Citra perusahaan mempunyai peranan penting karena dengan

    terciptanya citra perusahaan dapat menimbulkan kepercayaan terhadap kualitas

    suatu produk, jika medical representative dapat memenuhi kebutuhan dan

    keinginan serta mendapatkan kepercayaan dari dokter maka dapat

    mempengaruhi keputusan dokter dalam memilih produk obat yang akan

    diresepkan kepada pasien.

    2. Strategi Komunikasi Pemasaran Medical Representative

    Strategi pemasaran dilakukan agar kita mendapatkan efek atau tanggapan

    konsumen. Efek yang diharapkan antara lain:

    a. Efek kognitif, yaitu membentuk kesadaran informasi tertentu.

    b. Efek afeksi, yakni memberikan pengaruh atau melakukan sesuatu. Yang

    diharapkan adalah realisasi pembelian.

    c. Efek konatif atau perilaku, yaitu membentuk pola khalayak menjadi

    perilaku selanjutnya. Yang diharapkan adalah pembelian ulang.

    Tujuan komunikasi dan respon khalayak berkaitan dengan tahap-tahap

  • KANAL, Vol. 1, No. 2, Maret 2013, Hal. 111-220. 172

    dalam proses pembelian yang terdiri atas :

    a. Menyadari (awareness) produk yang ditawarkan.

    b. Menyukai (interest) dan berusaha mengetahui lebih lanjut.

    c. Mencoba (trial) untuk membandingkan dengan harapannya.

    d. Mengambil tindakan (act) membeli atau tidak membeli.

    e. Tindak lanjut (follow up) membeli kembali atau pindah merek.

    Medical Representative adalah marketing dalam bidang farmasi, medical

    representative mengunjungi dokter-dokter praktek di rumah sakit maupun di

    praktek reguler untuk menjelaskan dan memberikan informasi knowledge

    produk dengan brosur khusus untuk produk-produk obat keras dan psikotropika

    perusahaannya. Selain itu Medical representative harus mampu mencapai

    target penjualan dan target kunjungan bulanan di wilayahnya yang menjadi

    tanggung jawab melalui strategi sales dan marketing yang telah disetujui

    perusahaan.

    Dalam perusahaan farmasi jenis-jenis obat dalam tehnik pemasarannya di

    bedakan menjadi tiga jenis dengan tanda logo dan warna, yaitu:

    a) Obat Bebas

    Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli

    tanpa resep dokter. Obat bebas ini diperuntukan untuk pengobatan sendiri,

    artinya dalam penggunaan obat ini tidak memerlukan resep dokter dan

    mempunyai ciri-ciri: ada logo dengan lingkaran hijau dan bergaris tepi

    hitam, dapat ditemukan di apotek, warung-warung, dan pembelian tanpa

    resep dokter, memiliki range dosis berbahaya yang aman, jadi dapat

    dikonsumsi tanpa resep dokter. Contoh: Vitamin atau Multivitamin.

    b) Obat Bebas Terbatas

    Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras

    tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, obat ini

    mempunyai ciri-ciri: dulu disebut sebagai obat daftar W (dari kata

    Warschuwing), mempunyai logo dengan lingkaran biru dan bergaris tepi

    hitam. Idealnya dapat ditemukan di apotek, warung-warung, dan

    pembelian tanpa resep dokter, termasuk obat keras yang memiliki range

    dosis berbahaya yang cukup aman, jadi dapat dikonsumsi tanpa resep

    dokter dengan catatan mengikuti aturan pakai. Biasanya ada tanda P

    (Perhatian) dengan kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih

    bergaris tepi hitam disertai dengan tulisan:

    - P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.

    - P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.

  • Fredi Kurniadi & Didik Hariyanto, Strategi Komunikasi Pemasaran.... 173

    - P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

    - P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

    - P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan

    Contohnya: obat sakit kepala, demam, flu (paracetamol, paramex,

    panadol), pseudoefedrin (procold).

    Tehnik pemasaran obat bebas dan obat bebas terbatas dapat

    menggunakan strategi pemasaran melalui promosi iklan baik media

    elektronik atau media cetak. Obat dengan logo hijau dan biru ini dapat

    dibeli dan digunakan secara bebas tanpa menggunakan resep dokter.

    c) Obat Keras dan Psikotropika

    Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan

    resep dokter. Ciri-ciri obat keras: obat yang juga dikenal dengan obat

    daftar G (dari kata gevaarlijk = berbahaya), mempunyai logo dengan

    lingkaran merah, bergaris tepi hitam dan ada huruf K dengan warna hitam,

    obat ini berbahaya bila terjadi penyalahgunaan dan dalam penggunaannya

    diperlukan pertimbangan-pertimbangan khusus, oleh karena itu hanya

    boleh digunakan dengan dasar resep dokter. Contoh: asam mefenamat,

    antibiotik, obat jantung. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah

    maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui

    pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan

    khas pada aktivitas mental dan perilaku. Sedangkan ciri-ciri obat

    psikotropika: dulu dikenal obat daftar O (Golongan Opiat/Opium),

    logonya berbentuk seperti palang ( + ), obat ini berbahaya bila terjadi

    penyalahgunaan dan dalam penggunaannya diperlukan pertimbangan-

    pertimbangan khusus, dan dapat menyebabkan ketergantungan psikis dan

    fisik oleh karena itu hanya boleh digunakan dengan dasar resep dokter.

    Contoh: golongan psikotropika yaitu MDMA

    (Metilendioxymethamphetamine) = ecstasy, golongan narkotika yaitu

    Morfin, Heroin (Diasetil morfin), Codein (Metil Morfin).

    Tehnik pemasaran obat keras dan psikotropika, perusahaan farmasi

    hanya menggunakan promosi melalui medical representative (marketing

    farmasi) karena obat keras dan psikotropika selain hanya terdapat di

    apotik, produk obat dengan logo merah bertuliskan huruf K ini mempunyai

    efek samping yang berbahaya, dan cara mendapatkannya harus

    menggunakan resep dokter.

  • KANAL, Vol. 1, No. 2, Maret 2013, Hal. 111-220. 174

    3. Marketing Public Relation

    Marketing Public Relation didefinisikan sebagai sebuah proses

    perencanaan, eksekusi dan evaluasi program-program yang mendorong atau

    menganjurkan pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi yang

    credible dalam menyampaikan informasi dan menciptakan impresi yang

    mengidentifikasi perusahaan dan produknya dengan kebutuhan, keinginan,

    perhatian dan kepentingan konsumen dengan demikian, upaya menjual produk

    jangan hanya berdasarkan profit oriented, tetapi consumer's oriented.

    Menurut Kotler (1993) peranan marketing public relation dalam upaya

    mencapai tujuan utama organisasi atau perusahaan dalam berkompetisi, secara

    garis besarnya yaitu sebagai berikut :

    a. Menumbuhkembangkan kesadaran konsumennya terhadap produk yang

    tengah diluncurkan itu.

    b. Membangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau

    manfaat (benefit) atas produk yang ditawarkan atau digunakan.

    c. Mendorong antusiasme (sales force) melalui suatu artikel sponsor tentang

    kegunaaan dan manfaat suatu produk.

    d. Menekan biaya promosi iklan komersial, baik di media elektronik maupun

    media cetak dan sebagainya demi tercapainya efesiensi biaya.

    e. Komitmen untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen, termasuk

    upaya mengatasi keluhan-keluhan (complaint handling) dan lain

    sebagainya demi tercapainya kepuasan pihak pelanggan.

    f. Membantu mengkampanyekan peluncuran produk-produk baru dan

    sekaligus merencanakan perubahan posisi produk yang lama.

    g. Mengkomunikasikan terus-menerus melalui media PR (house journal)

    tentang aktivitas dan program kerja yang berkaitan dengan kepedulian

    sosial dan lingkungan hidup, agar tercapai publikasi yang positif di mata

    masyarakat.

    h. Membina dan mempertahankan citra perusahaan atau produk barang dan

    jasa, baik segi kuantitas maupun kualitas pelayanan yang diberikan kepada

    konsumennya.

    i. Berupaya secara proaktif dalam menghadapi suatu kejadian negatif yang

    mungkin akan muncul di masa mendatang, misalnya terjadi krisis

    kepercayaan, menurunnya citra perusahaan hingga resiko terjadinya krisis

    manajemen, krisis moneter, dan lainnya.

  • Fredi Kurniadi & Didik Hariyanto, Strategi Komunikasi Pemasaran.... 175

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tataran analisis

    deskriptif, yaitu dengan memberikan gambaran-gambaran dan uraian-uraian

    terhadap hasil penelitian sehingga hasil penelitian dapat di deskripsikan dengan

    jelas. Dasar penelitian yang digunakan adalah survey yang artinya menurut Faisal,

    (1990) yaitu dengan melakukan pengamatan pada waktu melakukan penelitian

    terhadap obyek penelitian.

    Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dengan Key Informan dan

    informan yang terdiri dari Medical Representative, dokter umum bertugas di UGD

    dan dokter spesialis. Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit SITI HAJAR

    Sidoarjo di JL. Raden Patah no.70 Sidoarjo, karena peneliti melihat tingkat

    persaingan penjualan obat keras dan psikotropika di Rumah Sakit Siti Hajar cukup

    kompetitif.

    Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis domain dan

    taksonomi. Pada analisis ini fokus penelitian ditetapkan terbatas pada domain

    tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendiskripsikan atau menjelaskan

    fenomena atau fokus yang menjadi sasaran semula penelitian.

    HASIL PENELITIAN

    Dalam menjual obat keras dan psikotropika, medical representative

    mempunyai tehnik komunikasi dalam proses penjualan yang harus diterapkan

    pada saat komunikasi langsung terhadap dokter dalam mengenalkan sebuah

    produk, yaitu :

    a. Opening (teknik pembukaan)

    Langkah-langkah pembukaan pada saat bertemu dokter sebelum memulai

    percakapan adalah :

    1. Menciptakan suasana positif.

    2. Menyebutkan tujuan kunjungan.

    b. Probing (teknik bertanya)

    Pertanyaan untuk menggali dan mencari kebutuhan customer dengan

    menggunakan tehnik bertanya yang dimana sifat dari masing-masing

    pertanyaan itu berbeda, yaitu :

    a) Pertanyaan situasi adalah pertanyaan untuk mengungkap tujuan dan

    informasi mengenai pelanggan.

    b) Pertanyaan problem adalah pertanyaan yang mengungkap ketidak

  • KANAL, Vol. 1, No. 2, Maret 2013, Hal. 111-220. 176

    puasan, kesukaran, perasaan dan keprihatinan mengenai situasi

    sekarang.

    c) Pertanyaan penyebab adalah pertanyaan implikasi dari masalah.

    d) Pertanyaan Solusi adalah pertanyaan mengenai manfaat mencari solusi.

    c. Supporting (presentasi)

    Customer tidak merepkan obat karena ciri-ciri obat melainkan karena

    manfaat-manfaat obatnya yang dapat memenuhi kebutuhannya. Yang

    dilakukan jika sudah mengetahui kebutuhan customer, yaitu :

    1. Shared Benefit adalah manfaat yang sama-sama dimilki oleh produk

    kita dan kompetitor

    2. Exclusive Benefit adalah manfaat yang dapat kita berikan dari produk

    kita tetapi tidak dimiliki oleh kompetitor.

    Dalam sistem penjualan farmasi terdapat sebuah singkatan yaitu SPIN yang

    artinya :

    1. Situation question, meliputi pertanyaan situsional sehubungan dengan kondisi

    dan perkembangan kedokteran serta praktek dokter. Tujuannya adalah

    mendapatkan gambaran bagaimana dokter tersebut.

    2. Problem question, meliputi pertanyaan seputar permasalahan pribadi yang

    dirasakan oleh dokter, meliputi rasa tidak puas atas profesi dan lain

    sebagainya.

    3. Implication question, meliputi pertanyaan terkait permasalahan yang dihadapi

    dokter atas berbagai alternatif yang dilakukan dokter terhadap pemasalan

    yang dihadapinya.

    4. Solution question, meliputi pernyataan yang memberikan alternatif solusi atas

    masalah yang dihadapi dokter.

    Detailling merupakan suatu proses komunikasi yang dilakukan oleh seorang

    medical representative untuk menjelaskan, meyakinkan, beragumentasi, dan

    menjawab keberatankeberatan sedemikian rupa sehingga dokter (penerima

    pesan) dapat diyakinkan, terbujuk, mempunyai sifat positif dan tergerak untuk

    melakukan sesuatu seperti meresepkan, membeli atau mengerjakan tugas tertentu.

    Agar komunikasi bisa lebih efektif sebagai medical representative harus

    bisa membaca bahasa non verbal (body language): gerakan badan, mimik wajah,

    tatapan mata. Ahli komunikasi Albert Mehrabian mengatakan bahwa dampak dari

    suatu pesan ditentukan oleh:

  • Fredi Kurniadi & Didik Hariyanto, Strategi Komunikasi Pemasaran.... 177

    a) Unsur Verbal: pesan atau informasi itu sendiri 7 %.

    b) Unsur Vokal: suara pengirim pesan, berupa nada (naik turunnya) suara,

    warna suara, kejelasan suara 38%.

    c) Unsur Visual atau Nonverbal: apa yang dilihat orang berupa raut wajah,

    gerak badan pengirim pesan 55%.

    Unsur non verbal (body language) adalah yang paling berpengaruh dalam

    komunikasi. Seorang medical representative yang mempunyai body language

    yang positif dan mampu membaca body language lawan bicara (dokter) kemudian

    berusaha menyesuaikannya (pacing), maka akan terbina kedekatan hubungan

    (rapport) antara kedua belah pihak. Selanjutnya hubungan yang baik tersebut

    akan menciptakan kepercayaan (trust), tidak ada suatu hal yang paling berharga

    selain kepercayaan.

    Penyesuaian dapat berupa kesamaan: hobi, akademis, budaya dan lain-lain.

    Jadi kenalilah customer atau dokter menyangkut pribadi maupun keluarganya

    untuk penyesuaian. Setelah melakukan pacing dan terjalin rapport kemudian

    tercipta trust, maka kita bisa mengarahkan (leading) ide atau gagasan kita sesuai

    dengan kebutuhan customer (dokter), bersamaan dengan tujuan kita.

    1. Medical Representative adalah duta perusahaan, yang mempunyai fungsi :

    a. Memberikan informasi produk secara lengkap dan akurat.

    b. Mempengaruhi dan meyakinkan dokter supaya meresepkan produk yang

    dibawakannya.

    c. Memantau stok di apotek.

    2. Survei

    a. Survei Apotek :

    1) Produk kompetitor, user, jumlah.

    2) Jumlah resep per hari.

    3) Produk farmasi (yang slow moving, ed, dan yang diresepkan).

    4) Sales farmasi lain per bulan.

    5) Sistem farmasi lain, bagaimana discountnya, On dan Off Faktur

    (untuk Rumah Sakit).

    b. Survey User (Dokter):

    1) Hobby dokter.

    2) Ulang Tahun dokter.

    3) Sifat, agama dokter.

    4) Need dan want dokter.

    5) Kolega dan no. Hp dokter.

    6) Data, pribadi, alamat rumah dokter.

  • KANAL, Vol. 1, No. 2, Maret 2013, Hal. 111-220. 178

    3. Tata cara detailing:

    a. Cara membuka pembicaraan.

    b. Cara menggali need atau want dari user (dokter).

    c. Cara mengevaluasi penulisan.

    d. Penampilan Medrep (medical representative) yang baik dan sopan.

    4. Hal-hal penting pada saat detailing:

    a. Menguasai produk knowledge yang akan di detail.

    b. Tingkah laku dan sikap yang baik, wajar, dan tidak sombong.

    c. Penampilan yang baik, pakaian bersih, rapi dan tidak menyolok.

    d. Menguasai bahasa indonesia dan mampu melafalkan bahasa inggris

    dengan baik.

    e. Memahami istilah kedokteran dalam bahasa latin.

    f. Menemui dokter dengan mantap, tidak ragu-ragu, menatap dokter dengan

    wajar.

    g. Berbicara jelas, tidak gugup, tidak monoton.

    h. Memberi informasi yang benar (misal: harga obat, kualitas obat).

    5. Tips pada saat detailing:

    a. Berjabat tangan dengan hangat.

    b. Supaya memberi kesan penuh perhatian catat setiap saran atau pertanyaan

    yang tidak terjawab.

    c. Sopan santun dan bersahabat terhadap pengatur sumber informasi, seperti

    suster, petugas apotik.

    6. Pantangan pada saat detailing:

    a. Ungkapan-ungkapan meragukan Semoga dokter bersedia meresepkan.

    b. Ungkapan-ungkapan tidak perlu Maaf kedatangan kami menganggu

    dokter.

    c. Ungkapan-ungkapan negatif Pola terapi dokter kuno atau ketinggalan

    zaman.

    7. Cara menggunakan sarana promosi (brosur):

    a. Optimalkan penggunaan brosur bergambar untuk mempermudah dokter

    mengingat produk.

    b. Serahkan brosur ke dokter, setelah selesai detailing.

    c. Tunjukkan feature dan benefit yang tertera pada brosur untuk memperkuat

    detailing.

    d. Pelajari dan latih penggunaan brosur sebelum detailing ke dokter.

    e. Kuasai setiap kata, kalimat, gambar, skema atau grafik yang tertera pada

    brosur.

  • Fredi Kurniadi & Didik Hariyanto, Strategi Komunikasi Pemasaran.... 179

    f. Jaga brosur tetap rapi dan bersih.

    g. Jaga kebersihan tangan dan kuku.

    SIMPULAN

    Dalam strategi komunikasi pemasaran, medical representative memiliki

    tehnik khusus yaitu :

    a. Opening (tehnik pembukaan): sebagai ucapan pembuka seperti

    manyampaikan salam, menanyakan kabar, dan membuat suasana positif.

    b. Probing (tehnik bertanya): pertanyaan yang mengarah pada kasus yang sering

    ditangani, banyaknya pasien.

    c. Supporting (presentasi): presentasi produk, mulai dari isi kandungan obat,

    dosis obat, indikasi obat, efek samping obat, kelebihan obat di banding

    produk obat kompetitor.

    d. Handling objection (mengatasi keberatan): pertanyaan sekitar produk yang di

    presentasikan.

    e. Closing (penutupan): mengucapkan terima kasih, menawarkan bantuan agar

    terjalin kedekatan.

    Strategi dalam supporting loyalitas yang berupa:

    a) Kegiatan event-event seperti simposium, seminar, workshop, RTD (round

    table discusion) selain itu medical representative juga menawarkan service

    customer (menawarkan bantuan jasa), memberikan entertain, gimick.

    b) Program pemberian tabungan profite share bagi dokter, yang artinya setiap

    penulisan resep produk farmasi maka perusahaan farmasi memberikan

    insentif bagi dokter tersebut sesuai kesepakatan.

    c) Mengetahui CDB (customer data base) yaitu hoby, tanggal lahir, keluarga

    dokter dan lainnya.

    d) Menjalin hubungan baik dengan pihak-pihak pengambil keputusan seperti

    kpdm (key person decision maker), pengadaan, kepala gudang, dan perawat

    apotik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Kotler, Philip & Amstrong G 1997, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran, Jilid

    1. Edisi Indonesia, Penerbit PT. Prehallindo, Jakarta.

    Soemanagara, Rd, 2008, Strategic Marketing Communication, Alfabeta,

    Bandung.

    Sulaksana, Uyung, 2003, Integrated Marketing Communication, Pustaka

  • KANAL, Vol. 1, No. 2, Maret 2013, Hal. 111-220. 180

    Pelajar, Yogyakarta.

    Suryani, Tatik, 2008, Perilaku Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta.

    Sutisna, 2003, Perilaku konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT. Ramaja

    Rosdakarya, Bandung.

    Tjiptono, Fandy, 1997, Strategi Pemasaran, Andi, Yogyakarta.