45-61-1-sm
TRANSCRIPT
Pengaruh Penambahan SWD Aplikasi Modifikasi Kontraplanar pada Intervensi Ultrasound dan Traksi Osilasi Shoulder terhadap Peningkatan Jumlah Range
Of Motion (Rom) Shoulder Bidang Frontal dan Bidang Transversal Penderita Frozen Shoulder
Ade Irma N1 Rida Yulianda2.(1) Program Studi D3 Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan
(2) Fisioterapi, Rumah Sakit Permata Hijau, Jakarta
ABSTRACT
Background : This study aims to determine the effect of adding modifications kontraplanar SWD applications, combined with a provision of ultrasound and traction oscillations shoulder toward Increasing Number of Range of motion (ROM), shoulder frontal plane and transverse On Frozen Shoulder Patients.
Methode : The sample taken is the installation of physiotherapy patients Hospital physiotherapy Mintohardjo Navy Hospital, Jakarta totaling 14 people who are selected based on purposive sampling techniques were then divided into two intervention groups using the assessment tables are available. This was a kind of quasi-experimental research to determine effect of an intervention undertaken to research object. This research ststistik analysis used t-test to determine the effect of therapy related to the research sample at the same treatment group, and independent t-test as a test to compare differences between control and treatment groups.
Result : Based on the results of independent t-test showed that there was no significant difference in effect between the intervention and traction oscillations Ultrasound Ultrasound and shoulder with shoulder with the addition of traction oscillations SWD kontraplanar modification application on Frozen Shouldercondition with P = 0.070 for the frontal plane and P = 0.185 for field trasnversal (P> 0.05). The intervention ultrasound and traction oscillations shoulder or shoulder ultrasound and traction oscillations with the addition of the modification application kontraplanar SWD had shown to increase due to frozen shoulder ROM, which can be used as an effective intervention selected that can be applied and developed in frozen shoulder condition.
Keywords: frozen shoulder, traction oscillations, ultrasound, application kontraplanar SWD, ROM.
PENDAHULUAN
Shoulder joint merupakan sendi yang sangat
kompleks yang penting bagi aktivitas sehari-hari.
Penurunan mobilitas dari shoulder joint
merupakan masalah yang serius. Frozen Shoulder
merupakan penyakit yang mempunyai
karakteristik nyeri dan menurunnya range of
motion atau kekakuan dari sendi bahu. Penyakit
ini menyerang sekitar 2% dari populasi umum dan
umumnya terjadi pada wanita berusia 40-60 tahun
dan lebih banyak pada wanita. Penyebab frozen
shoulder diklasifikasikan menjadi primer dan
sekunder. Penyebab primer tidak diketahui
(idiopatic), sedangkan penyebab sekuder diduga
penyakit ini merupakan respon autoimmobilisasi
terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal
seperti cidera sendi bahu pada otot-otot rotator
cuff (tendinitis supraspinatus, bursitis acromialis)
yang diikuti dengan immobilisasi pada sendi bahu
yang mengakibatkan terjadinya kekakuan pada
sendi bahu karena adanya perlengketan kapsul
dan mengkerutnya kapsul sendi sehingga gerakan
sendi bahu mengalami keterbatasan dan
bertambah nyeri.
Sendi bahu merupakan sendi sinovial dengan
tipe ball & socked. Dilihat dari anatomi sendi
bahu, gerakan-gerakan yang terjadi pada sendi
bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang
saling berhubungan erat, misalnya costovertebral
joint, akromioclavicular joint, sternoclavicular
joint, scapulothoracal joint dan glenohumeral
joint. Glenohumeral joint dibentuk oleh caput
humerus dan cavitas glenoidalis. Sendi ini
menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari
seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil
dompet dan sebagainya atas kerjasama yang
harmonis dan simultan dengan sendi-sendi
lainnya. Cavitas glenoidal sebagai mangkok sendi
bentuknya agak cekung tempat melekatnya caput
humeri dengan diameter cavitas glenoidalis yang
pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga
bagian dan kepala tulang yang lebih besar,
keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut
tidak stabil namun mempunyai gerakan yang
paling luas. Dengan melihat keadaan sendi
tersebut, maka sendi bahu lebih mudah
mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan
sendi lainnya. Sendi bahu yang kompleks
menyebabkan terjadinya scapulo humeral rhytm,
yaitu selama gerakan shoulder abduction
elevation (juga flexion) terjadi gerak proporsional
antara humerus dan scapula. Pada awal gerak
abduksi 0º-30º terjadi gerakan humerus 30º dan
scapula pada posisi tetap atau dapat juga sedikit
adduksi. Pada 30º -60º terjadi gerak proporsional
antara abduksi humerus-scapula sebesar 2 : 1 lalu
pada abduksi 60º -120º terjadi eksternal rotasi
humerus secara bertahap sebesar 90º guna
menghindari benturan antara akromion dengan
kaput humerus, sementara gerak proporsional 2 :
1 tetap. Saat abduksi 120º -180º mulai terjadi
gerakan intervertebral dan costa dan gerakan ini
bermakna pada akhir ROM. Pada frozen shoulder
gerak scapula dan humerus berbanding terbalik
menjadi 1 : 2 yang disebut reverse scapulo
humeral rhytm, dimana ini menunjukkan adanya
pemendekan kapsul ligament.
Pembatasan gerak yang terjadi pada frozen
shoulder mempunyai pola tertentu yang dikenal
dengan capsular pattern, dimana ROM rotasi
eksternal lebih terbatas daripada abduksi dan
abduksi lebih terbatas daripada rotasi internal.
Pasien umumnya mengeluh kesulitan mengangkat
lengan, tidak dapat menyisir, tidak dapat
mengambil dompet. Oleh karena itu tindakan
fisioterapi ditujukan untuk mengatasi rasa nyeri
pada bahu, meningkatkan ROM bahu dan
mengembalikan aktifitas fungsional bahu.
Dalam melakukan tindakan fisioterapi
seorang fisioterapis harus mampu melakukan
asuhan fisioterapi sehingga dapat melakukan
intervensi sesuai dengan struktur jaringan spesifik
yang terkena dan patologi penyebabnya. Dimana
asuhan fisioterapi terdiri dari asesmen fisioterapi,
diagnosa fisioterapi, planning fisioterapi,
intervensi fisioterapi evaluasi/re-evaluasi/er-
asesmen. Keluhan nyeri pada sendi bahu dapat
bersifat lokal, regional maupun segmental. Secara
segmental gangguan atau kelainan pada cervical
dan struktur jaringan sendi shoulder girdle sangat
memungkinkan sebagai penyebab keluhan nyeri
pada sendi bahu. Dari aspek regional maka
kelainan struktur sendi yang mempengaruhi
pergerakan sendi bahu juga dapat menyebabkan
keluhan pada sendi bahu tersebut. Sedangkan
kelainan yang bersifat lokal biasanya terjadi oleh
gangguan pada sendi bahu itu sendiri
(glenohumeral). Sehingga, pemeriksaan sendi
bahu juga meliputi cervical dan regio bahu itu
sendiri. Faktor-faktor yang membatasi ROM
shoulder akibat frozen shoulder antara lain karena
adanya kontraktur capsule ligament dimana pada
capsule bagian anterior menebal dan perlengketan
pada lipatan kapsul sendi bagian inferior, adanya
peningkatan refleks spasme pada otot-otot rotator
cuff dan karena pengaruh dari gangguan
microsirkulasi yang menyebabkan penurunan
nutrisi pada otot dan capsul ligamen sehingga
terjadi ishemik dan timbul nyeri lalu
mengakibatkan respon autoimmobilisasi. Untuk
menentukan ketepatan diagnosa pada kasus frozen
shoulder dilakukan tes spesifik atau tes khusus
berupa Joint Play Movement (JPM).
Pemberian modalitas short wave diathermy
sebelum manual terapi mempunyai pengaruh
terhadap penurunan nyeri, penurunan ketegangan
otot dan peningkatan elastisitas kapsul sendi yang
ditimbulkan oleh efek pemanasan local, yang akan
meningkatkan sirkulasi jaringan pada sendi
glenohumeralis berupa vasodilatasi capilair dan
arteriole sehingga terjadi peningkatan suhu dan
perbaikan sirkulasi jaringan dapat menurunkan
aktivitas saraf sensorik bermielin tipis A delta dan
tak bermielin C karena pengaruh modulasi nyeri
level sensorik dan level spinal, dengan demikian
nyeri berkurang. Perbaikan sirkulasi darah pada
kapsuloligamenter juga berpengaruh terhadap
peningkatan jumlah matriks jaringan ikat yang
meningkatkan ekstensibilitas dari waving position
serabut kolagen dan elastisitas serabut elasitn
akibat peningkatan air dalam matriks. Dan pada
keadaan ini ikatan kimiawi abnormal crosslink
kasus kontraktur lebih mudah dimobilisasi
sehingga diperoleh peningkatan lingkup gerak
sendi oleh kemudahan gerak. Kekakuan sendi
bahu pada frozen shoulder akan membuat otot-
otot disekitar sendi bahu akan menjadi spasme (m.
Trapezius, m. Rhomboideus dll) karena mendapat
persyarafan yang sama dengan yang
mempersyarafi otot-otot lengan atas. Otot sekitar
bahu yang spasme akan membuat suplai aliran
darah yang menuju otot-otot lengan atas akan
berkurang dan dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan atropi. Berdasarkan pengamatan
tersebut penulis tertarik untuk memberikan
intervensi berupa modifikasi dari aplikasi
contraplanar pada SWD yaitu dengan meletakkan
elektroda pada bagian lokal (bagian depan sendi
bahu) dan bagian segmen yang mempersyarafi
otot-otot sendi bahu (pada segmen C5-C6).
Dengan adanya perbaikan sirkulasi yang lebih
baik maka akan melenturkan kapsul sendi dan
akan mempermudah dilakukannya traksi osilasi
pada sendi bahu yang pada akhirnya akan
meningkatkan range of motion pada sendi bahu.
Selain itu, intervensi ultrasound yang
menggunakan gelombang suara ultra frekuensi 1
dan 3 MHz juga diberikan untuk memperbaiki
sirkulasi darah dari vasodilatasi pembuluh darah
sehingga mempermudah pengangkutan sisa
metabolisme, penambahan sari makanan dan
oksigen ke jaringan. Ultrasound juga bertujuan
untuk rileksasi otot melalui efek panas dan
tekanan mekanis, meningkatkan permeabilitas
jaringan sehingga elastisitas otot menjadi
bertambah, mengurangi nyeri melalui efek sedatif
dan analgetik pada ujung-ujung syaraf sensoris,
dan mempercepat penyembuhan.
Intervensi manual terapi terdiri atas
manipulasi dan mobilisasi sendi. Teknik
mobilisasi sendi yang dapat diaplikasikan
bermacam-macam yang bertujuan untuk
mengembalikan fungsi sendi yang normal tanpa
nyeri pada waktu melakukan aktifitas gerak sendi.
Salah satu teknik mobilisasi sendi adalah traksi
osilasi dapat meregang atau mengulur kapsul
ligament tanpa nyeri melalui pelepasan abnormal
cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga
terjadi perbaikan lingkup gerak sendi sampai
mencapai tahap fungsional dari sendi sehingga
diperoleh peningkatan lingkup gerak sendi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
tertarik untuk mengetahui perbedaan pengaruh
penambahan SWD aplikasi modifikasi
contraplanar pada intervensi Ultrasound dan traksi
osilasi terhadap peningkatan jumlah ROM
Shoulder bidang frontal (abduksi-adduksi) dan
transversal (eksternal rotasi-internal rotasi) akibat
frozen shoulder.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini bersifat Quasi
Eksperiment yang bertujuan untuk mempelajari
pengaruh penambahan teknik SWD aplikasi
modifikasi kontraplanar pada intervensi
Ultrasound dan traksi osilasi shoulder untuk
meningkatkan Jumlah ROM Shoulder Bidang
Frontal dan Bidang Transversal pada kondisi
frozen shoulder.
Pada penelitian ini dibagi menjadi dua
kelompok yakni . Kelompok pertama berjumlah 7
orang yang diberikan Ultrasound dan traksi osilasi
shoulder sedangkan kelompok yang kedua juga
berjumlah 7 orang yang diberikan Ultrasound,
traksi osilasi shoulder dan SWD aplikasi
modifikasi kontraplanar. Secara keseluruhan
jumlah sampel sebanyak 14 orang sebagai berikut:
KELOMPOK KONTROL
Pada kelompok kontrol ini subjek penelitian
diberikan intervensi Ultrasound dan traksi osilasi
sampai 6 kali dengan frekuensi 3-6 kali seminggu.
Sebelum perlakuan dilakukan pengukuran ROM
shoulder bidang frontal dan bidang transversal
dengan menggunakan instrumen goniometer
untuk mengetahui keterbatasan range of motion
akibat frozen shoulder. Selanjutnya dilakukan
evaluasi kembali dengan melihat hasil
peningkatan ROM dengan menggunakan
goniometer. Peningkatan ROM tersebut dilakukan
dan dicatat hasilnya pada format fisioterapi pada
setiap perlakuan yang diberikan.
KELOMPOK PERLAKUAN
Pada kelompok perlakuan sampel pasien
frozen shoulder dilakukan pengukuran ROM
shoulder bidang frontal dan bidang transversal
dengan menggunakan goniometer, kemudian
diberikan Ultrasound, traksi osilasi shoulder dan
diberikan penambahan SWD aplikasi modifikasi
kontraplanar selama 6 kali intervensi dengan
frekuensi 3-6 kali seminggu.
Selanjutnya dilakukan evaluasi kembali
dengan melihat hasil pengukuran ROM dengan
menggunakan goniometer. Pengukuran ini
dilakukan dan dicatat hasilnya pada format
fisioterapi pada setiap perlakuan yang diberikan.
Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling dengan tujuan
untuk mendapatkan ssampel yang benar-benar
mewakili suatu kelompok yang diambil sebagai
sampel. Dalam menganalisisa data yang nanti
akan diperoleh maka, peneliti menggunakan uji
statistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil
sampel dari Rumah Sakit Angkatan Laut
Mintohardjo Jakarta yang datang ke Instansi
Fisioterapi dengan keluhan frozen shoulder.
Sampel terdiri dari laki-laki dan perempuan
berusia 40-70 tahun. Secara keseluruhan sampel
berjumlah 14 orang yang diperoleh dari hasil
questioner, pemeriksaan dan wawancara.
Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan.
Tabel 1 : Distribusi data berdasarkan usia pada kelompok Kontrol
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa usia
yang paling dominan mengalami/menderita frozen
shoulder adalah terjadi pada usia 51-60 tahun. Hal
ini disebabkan karena pada usia tersebut terjadi
respon automobilisasi akibat proses degenerasi.
Dapat disimpulkan bahwa usia menjadi salah satu
faktor terjadinya frozen shoulder.
Tabel 2 : Distribusi data berdasarkan Jenis Kelamin
Kelompok Control Kelompok PerlakuanJenis Kelamin
Jmlh % Jmlh %Pria 1 14,29% 1 14,29%
Wanita 6 85,71% 6 85,71%
Jumlah 7 100% 7 100%
Berdasarkan data tabel 2, dapat dilihat
jumlah persentase wanita yang menderita frozen
shoulder lebih besar dibandingkan dengan laki-
laki yang sebanyak 85,71%. Hal ini menandakan
bahwa wanita memiliki resiko terkena frozen
shoulder lebih besar dibandingkan laki-laki.
UJI HIPOTESA
Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian
ini ada 2 jenis yaitu uji t-test related Untuk
menguji kemaknaan dua sampel yang saling
berpasangan (related) pada kelompok control dan
juga kelompok perlakuan. Jenis uji hipotesis ke 2
yang digunakan adalah uji t-test independent
untuk menguji kemaknaan dua sampel yang saling
tidak berpasangan (independen) pada kelompok
control dan perlakuan.
Tabel 3: Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Kontrol
Kelompok Control Kelompok PerlakuanUsia
N % n %41-45 1 0 0 14,2846-50 0 28,57 2 051-55 1 42,86 3 14,2856-60 3 0 0 42,8661-65 1 28,57 2 14,2866-70 1 0 0 14,28
Jumlah 7 100 7 100
Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Frontal
Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok control
Sampel
Sebelum Sesudah1.2.3.4.5.6.7.
42656260655470
60888578886790
Mean 59.71 79.42SD 9.25 11.71
Dari tabel 3 dapat dilihat mean nilai ROM
shoulder bidang frontal pada kelompok Kontrol
sebelum intervensi adalah 59.71 dengan SD : 9.25
nilai mean sesudah intervensi adalah 79.42
dengan SD : 11.71 Berdasarkan hasil uji t-test
related dari data tersebut didapatkan nilai P = 0.00
dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh
pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi
Oscilasi shoulder terhadap peningkatan Jumlah
ROM shoulder bidang frontal pada kondisi frozen
shoulder.
Tabel 4: Perbandingan ROM Shoulder Bidang Transversal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Kontrol
Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal
Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok kontrol
Sampel
Sebelum Sesudah1.2.3.4.5.6.7.
9575988792
11480
130124138117120137122
Mean 91.57 126.86SD 12.81 8.29
Dari tabel 4 dapat dilihat mean nilai ROM
shoulder bidang transversal pada kelompok
kontrol sebelum intervensi adalah 91.57 dengan
SD : 12.81 dan nilai mean sesudah intervensi
adalah 126.86 dengan SD : 8.29 Berdasarkan hasil
uji t-test related dari data tersebut didapatkan nilai
P = 0.00 dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada
pengaruh pemberian intervensi Ultrasound dan
Traksi Oscilasi shoulder terhadap peningkatan
ROM shoulder bidang transversal pada kondisi
frozen shoulder.
Tabel 5 : Perbandingan ROM Shoulder Bidang Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Perlakuan
Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang FrontalSebelum dan sesudah
Intervensi kelompok PerlakuanSampel
Sebelum Sesudah1.2.3.4.5.6.7.
60407065504056
85608890737583
Mean 54.43 79.14SD 11.71 10.54
Dari tabel 5 dapat dilihat mean nilai ROM
shoulder bidang Frontal pada kelompok perlakuan
sebelum intervensi adalah 54.43 dengan SD :
11.71 dan nilai mean sesudah intervensi adalah
79.14 dengan SD : 10.54 Berdasarkan hasil uji t-
test related dari data tersebut didapatkan nilai P =
0.00 dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh
pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi
Osilasi shoulder dengan penambahan SWD
aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap
peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal
pada kondisi frozen shoulder.
Tabel 4.16: Perbandingan ROM Shoulder Bidang Transversal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Perlakuan
Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal
Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Perlakuan
Sampel
Sebelum Sesudah1.2.3.4.5.6.7.
110657570757595
155100103123115130135
Mean 80.71 123SD 15.923 19.192
Dari tabel 6 dapat dilihat mean nilai ROM
shoulder bidang Transversal pada kelompok
perlakuan sebelum intervensi adalah 80.71 dengan
SD : 15.923 dan nilai mean sesudah intervensi
adalah 123 dengan SD : 19.192 Berdasarkan hasil
uji t-test related dari data tersebut didapatkan nilai
P = 0.00 dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada
pengaruh pemberian intervensi Ultrasound dan
Traksi Osilasi shoulder dengan penambahan SWD
aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap
peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang
Transversal pada kondisi frozen shoulder
Tabel 7 : Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Control dan Perlakuan
Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Frontal
Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Control dan Perlakuan
Sampel
Kelompok Control
Kelompok Perlakuan
1. 18 25
2.3.4.5.6.7.
232318231320
201825233527
Mean 19.71 25.28SD 3.73 5.50
Dari tabel 7 dapat dilihat mean Selisih Nilai
ROM bidang frontal kelompok control adalah
19.71 dengan SD : 3.73 dan nilai mean Selisih
Nilai ROM kelompok perlakuan adalah 25.28
dengan SD : 5.50. Berdasarkan hasil uji t-test
independent dari data tersebut didapatkan nilai P
= 0.070 dimana P > 0.05, hal ini berarti Ho gagal
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tidak
ada perbedaan pengaruh yang significan antara
pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi
Osilasi dengan Ultrasound dan Traksi Oscilasi
shoulder dengan penambahan SWD aplikasi
modifikasi kontraplanar terhadap peningkatan
Jumlah ROM shoulder bidang frontal pada
kondisi frozen shoulder.
Tabel 8: Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok kontrol dan Perlakuan
Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal
Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Kontrol
dan PerlakuanSampel
Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan
1.2.3.4.5.6.7.
35494030282342
45352853405540
Mean 35.28 42.28SD 9.01 9.58
Dari tabel 8 dapat dilihat mean Selisih Nilai
ROM bidang Transversal kelompok kontrol
adalah 35.28 dengan SD : 9.01 dan nilai mean
Selisih Nilai ROM kelompok perlakuan adalah
42.28 dengan SD : 9.58. Berdasarkan hasil uji t-
test independent dari data tersebut didapatkan
nilai P = 0.185 dimana P > 0.05, hal ini berarti Ho
gagal ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Tidak ada perbedaan pengaruh yang significan
dari pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi
Oscilasi shoulder dengan Ultrasound dan Traksi
Oscilasi shoulder dengan penambahan SWD
aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap
peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang
transversal pada kondisi frozen shoulder.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian
dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Ada pengaruh yang signifikan dari
pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi
Osilasi shoulder terhadap peningkatan Jumlah
ROM shoulder bidang frontal dan bidang
transveral pada kondisi frozen shoulder. Hal ini
dikarenakan adanya perbaikan sirkulasi dan
rileksasi otot oleh adanya efek heating dan
mekanik dari intervensi ultrasound sehingga
membantu dalam mengatasi spasme otot shoulder
dan mempermudah dilakukannya traksi osilasi
shoulder sehingga mobilitas shoulder relatif
meningkat.
Ada pengaruh yang signifikan dari
pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi
Osilasi shoulder dengan penambahan SWD
aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap
peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal
dan Transversal pada kondisi frozen shoulder. Hal
ini disebabkan oleh karena selain dari efek seperti
intervensi pada kelompok kontrol, juga adanya
penambahan SWD aplikasi modifikasi
kontraplanar memberikan kontribusi tersendiri
terhadap peningkatan ROM shoulder. SWD
mampu menurunkan aktivitas sistem simpatis
sehingga terjadi perbaikan sirkulasi dan
vasodilitasi pembuluh darah, dimana akan
menurunkan spasme otot, penurunan nyeri,
peningkatan kadar air, matriks jaringan ikat
sehingga kelenturan kapsul ligamen meningkat,
nyeri regang menurun akibat terjadinya penurunan
nyeri, penurunan ketegangan myofibril akibat
penyerapan iritan spasme pada area persyarafan
C5-C6 seperti pada m. upper trapezius, m.
rhomboideus, m. supraspinatus, m. teres mayor
dan lain-lain. Dengan peningkatan kelenturan
pada kapsul ligamen maka akan mempermudah
dilakukan mobilisasi yang pada akhirnya terjadi
peningkatan ROM.
Tidak ada perbedaan pengaruh yang
significan dari pemberian intervensi Ultrasound
dan Traksi Osilasi shoulder dengan Ultrasound
dan Traksi Osilasi shoulder dengan penambahan
SWD aplikasi modifikasi contraplanar terhadap
peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal
dan transversal pada kondisi frozen shoulder. Hal
ini dikarenakan pada kedua kelompok sama-sama
terjadi perbaikan sirkulasi. Namun karena masing-
masing metoda dari kelompok kontrol maupun
perlakuan sudah sangat besar pengaruhnya,
sehingga pengaruh dari penambahan SWD
aplikasi modifikasi kontraplanar tidak begitu
terlihat maknanya terhadap peningkatan jumlah
ROM shoulder bidang frontal dan bidang
transversal pada penderita frozen shoulder.
SARAN
Harus hati-hati dalam melakukan intervensi
dan benar-benar memahami patofisiologi dan
sejauh mana tingkat kesembuhan pasien, karena
pasien frozen shoulder usianya berkisar 40-70
tahun yang tergolong lanjut
Beri penjelasan tentang aktifitas yang boleh
atau sebaiknya dikerjakan dan aktifitas apa saja
yang sebaiknya dihindari selama pasien berada di
rumah terkait dengan penyakitnya
Antara fisioterapis dan pasien harus terjalin
komunikasi yang baik dan dalam memberikan
penjelasan pada pasien harus menggunakan
bahasa yang mudah dan umum agar pasien dapat
mengerti dan percaya akan tindakan yang kita
lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Thomson Ann, et. al, Tydi’s Physioterapy, Twelft Edition, Butterworth- Heinemann,1991.
Apley, A. Graham, Buku Ajar Orthopedi Fraktur Sistem Apley, 7th ed, Widya Medika
CD Atlas of clinical Anatomi
Donatelli, Robert ; Wooden, Micheal J, Orthopaedic Physical Therapy, Churchil Livingstone Inc, 1989
T. Sidarta, Anatomi Susuan Syaraf Pusat Manusia, PT. Dian rakyat, Jakarta, 1986
Norkin Cynthya C, D. Joyce White. Measurement Of Joint Motion, F.A. Davis. Company, 1995
Reese Nancy Berryman, Muscle and Sensory Testing, W.B. Saunders Company, America, 1999.
Pletzer Werner, et. al, Sistem Lokomotor Muskuloskeletal & Topografi, Edisi Enam, Hipokrates, Jakarta, 1997.
Omar faiz, David Moffat, At a glance ANATOMI, alih bahasa, dr. Annnisa Rahmalia, Erlangga, Jakarta, 2004
Low John, Ari Reed, Electrotherapy Explained principles and practice, 2000
Cailiet, Rene, Shoulder pain, F.A Davis Company, Philadelphia, 1996