45-61-1-sm

9
Pengaruh Penambahan SWD Aplikasi Modifikasi Kontraplanar pada Intervensi Ultrasound dan Traksi Osilasi Shoulder terhadap Peningkatan Jumlah Range Of Motion (Rom) Shoulder Bidang Frontal dan Bidang Transversal Penderita Frozen Shoulder Ade Irma N 1 Rida Yulianda 2 . (1) Program Studi D3 Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan (2) Fisioterapi, Rumah Sakit Permata Hijau, Jakarta ABSTRACT Background : This study aims to determine the effect of adding modifications kontraplanar SWD applications, combined with a provision of ultrasound and traction oscillations shoulder toward Increasing Number of Range of motion (ROM), shoulder frontal plane and transverse On Frozen Shoulder Patients. Methode : The sample taken is the installation of physiotherapy patients Hospital physiotherapy Mintohardjo Navy Hospital, Jakarta totaling 14 people who are selected based on purposive sampling techniques were then divided into two intervention groups using the assessment tables are available. This was a kind of quasi-experimental research to determine effect of an intervention undertaken to research object. This research ststistik analysis used t-test to determine the effect of therapy related to the research sample at the same treatment group, and independent t-test as a test to compare differences between control and treatment groups. Result : Based on the results of independent t-test showed that there was no significant difference in effect between the intervention and traction oscillations Ultrasound Ultrasound and shoulder with shoulder with the addition of traction oscillations SWD kontraplanar modification application on Frozen Shoulder condition with P = 0.070 for the frontal plane and P = 0.185 for field trasnversal (P> 0.05). The intervention ultrasound and traction oscillations shoulder or shoulder ultrasound and traction oscillations with the addition of the modification application kontraplanar SWD had shown to increase due to frozen shoulder ROM, which can be used as an effective intervention selected that can be applied and developed in frozen shoulder condition. Keywords: frozen shoulder, traction oscillations, ultrasound, application kontraplanar SWD, ROM. PENDAHULUAN Shoulder joint merupakan sendi yang sangat kompleks yang penting bagi aktivitas sehari-hari. Penurunan mobilitas dari shoulder joint merupakan masalah yang serius. Frozen Shoulder merupakan penyakit yang mempunyai karakteristik nyeri dan menurunnya range of motion atau kekakuan dari sendi bahu. Penyakit ini menyerang sekitar 2% dari populasi umum dan umumnya terjadi pada wanita berusia 40-60 tahun dan lebih banyak pada wanita. Penyebab frozen shoulder diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Penyebab primer tidak diketahui (idiopatic), sedangkan penyebab sekuder diduga penyakit ini merupakan respon autoimmobilisasi terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal seperti cidera sendi bahu pada otot-otot rotator cuff (tendinitis supraspinatus, bursitis acromialis) yang diikuti dengan immobilisasi pada sendi bahu yang mengakibatkan terjadinya kekakuan pada sendi bahu karena adanya perlengketan kapsul dan mengkerutnya kapsul sendi sehingga gerakan sendi bahu mengalami keterbatasan dan bertambah nyeri.

Upload: syahzanan-haunan-fatharani

Post on 24-Oct-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 45-61-1-SM

Pengaruh Penambahan SWD Aplikasi Modifikasi Kontraplanar pada Intervensi Ultrasound dan Traksi Osilasi Shoulder terhadap Peningkatan Jumlah Range

Of Motion (Rom) Shoulder Bidang Frontal dan Bidang Transversal Penderita Frozen Shoulder

Ade Irma N1 Rida Yulianda2.(1) Program Studi D3 Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan

(2) Fisioterapi, Rumah Sakit Permata Hijau, Jakarta

ABSTRACT

Background : This study aims to determine the effect of adding modifications kontraplanar SWD applications, combined with a provision of ultrasound and traction oscillations shoulder toward Increasing Number of Range of motion (ROM), shoulder frontal plane and transverse On Frozen Shoulder Patients.

Methode : The sample taken is the installation of physiotherapy patients Hospital physiotherapy Mintohardjo Navy Hospital, Jakarta totaling 14 people who are selected based on purposive sampling techniques were then divided into two intervention groups using the assessment tables are available. This was a kind of quasi-experimental research to determine effect of an intervention undertaken to research object. This research ststistik analysis used t-test to determine the effect of therapy related to the research sample at the same treatment group, and independent t-test as a test to compare differences between control and treatment groups.

Result : Based on the results of independent t-test showed that there was no significant difference in effect between the intervention and traction oscillations Ultrasound Ultrasound and shoulder with shoulder with the addition of traction oscillations SWD kontraplanar modification application on Frozen Shouldercondition with P = 0.070 for the frontal plane and P = 0.185 for field trasnversal (P> 0.05). The intervention ultrasound and traction oscillations shoulder or shoulder ultrasound and traction oscillations with the addition of the modification application kontraplanar SWD had shown to increase due to frozen shoulder ROM, which can be used as an effective intervention selected that can be applied and developed in frozen shoulder condition.

Keywords: frozen shoulder, traction oscillations, ultrasound, application kontraplanar SWD, ROM.

PENDAHULUAN

Shoulder joint merupakan sendi yang sangat

kompleks yang penting bagi aktivitas sehari-hari.

Penurunan mobilitas dari shoulder joint

merupakan masalah yang serius. Frozen Shoulder

merupakan penyakit yang mempunyai

karakteristik nyeri dan menurunnya range of

motion atau kekakuan dari sendi bahu. Penyakit

ini menyerang sekitar 2% dari populasi umum dan

umumnya terjadi pada wanita berusia 40-60 tahun

dan lebih banyak pada wanita. Penyebab frozen

shoulder diklasifikasikan menjadi primer dan

sekunder. Penyebab primer tidak diketahui

(idiopatic), sedangkan penyebab sekuder diduga

penyakit ini merupakan respon autoimmobilisasi

terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal

seperti cidera sendi bahu pada otot-otot rotator

cuff (tendinitis supraspinatus, bursitis acromialis)

yang diikuti dengan immobilisasi pada sendi bahu

yang mengakibatkan terjadinya kekakuan pada

sendi bahu karena adanya perlengketan kapsul

dan mengkerutnya kapsul sendi sehingga gerakan

sendi bahu mengalami keterbatasan dan

bertambah nyeri.

Page 2: 45-61-1-SM

Sendi bahu merupakan sendi sinovial dengan

tipe ball & socked. Dilihat dari anatomi sendi

bahu, gerakan-gerakan yang terjadi pada sendi

bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang

saling berhubungan erat, misalnya costovertebral

joint, akromioclavicular joint, sternoclavicular

joint, scapulothoracal joint dan glenohumeral

joint. Glenohumeral joint dibentuk oleh caput

humerus dan cavitas glenoidalis. Sendi ini

menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari

seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil

dompet dan sebagainya atas kerjasama yang

harmonis dan simultan dengan sendi-sendi

lainnya. Cavitas glenoidal sebagai mangkok sendi

bentuknya agak cekung tempat melekatnya caput

humeri dengan diameter cavitas glenoidalis yang

pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga

bagian dan kepala tulang yang lebih besar,

keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut

tidak stabil namun mempunyai gerakan yang

paling luas. Dengan melihat keadaan sendi

tersebut, maka sendi bahu lebih mudah

mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan

sendi lainnya. Sendi bahu yang kompleks

menyebabkan terjadinya scapulo humeral rhytm,

yaitu selama gerakan shoulder abduction

elevation (juga flexion) terjadi gerak proporsional

antara humerus dan scapula. Pada awal gerak

abduksi 0º-30º terjadi gerakan humerus 30º dan

scapula pada posisi tetap atau dapat juga sedikit

adduksi. Pada 30º -60º terjadi gerak proporsional

antara abduksi humerus-scapula sebesar 2 : 1 lalu

pada abduksi 60º -120º terjadi eksternal rotasi

humerus secara bertahap sebesar 90º guna

menghindari benturan antara akromion dengan

kaput humerus, sementara gerak proporsional 2 :

1 tetap. Saat abduksi 120º -180º mulai terjadi

gerakan intervertebral dan costa dan gerakan ini

bermakna pada akhir ROM. Pada frozen shoulder

gerak scapula dan humerus berbanding terbalik

menjadi 1 : 2 yang disebut reverse scapulo

humeral rhytm, dimana ini menunjukkan adanya

pemendekan kapsul ligament.

Pembatasan gerak yang terjadi pada frozen

shoulder mempunyai pola tertentu yang dikenal

dengan capsular pattern, dimana ROM rotasi

eksternal lebih terbatas daripada abduksi dan

abduksi lebih terbatas daripada rotasi internal.

Pasien umumnya mengeluh kesulitan mengangkat

lengan, tidak dapat menyisir, tidak dapat

mengambil dompet. Oleh karena itu tindakan

fisioterapi ditujukan untuk mengatasi rasa nyeri

pada bahu, meningkatkan ROM bahu dan

mengembalikan aktifitas fungsional bahu.

Dalam melakukan tindakan fisioterapi

seorang fisioterapis harus mampu melakukan

asuhan fisioterapi sehingga dapat melakukan

intervensi sesuai dengan struktur jaringan spesifik

yang terkena dan patologi penyebabnya. Dimana

asuhan fisioterapi terdiri dari asesmen fisioterapi,

diagnosa fisioterapi, planning fisioterapi,

intervensi fisioterapi evaluasi/re-evaluasi/er-

asesmen. Keluhan nyeri pada sendi bahu dapat

bersifat lokal, regional maupun segmental. Secara

segmental gangguan atau kelainan pada cervical

dan struktur jaringan sendi shoulder girdle sangat

memungkinkan sebagai penyebab keluhan nyeri

pada sendi bahu. Dari aspek regional maka

kelainan struktur sendi yang mempengaruhi

pergerakan sendi bahu juga dapat menyebabkan

keluhan pada sendi bahu tersebut. Sedangkan

kelainan yang bersifat lokal biasanya terjadi oleh

gangguan pada sendi bahu itu sendiri

(glenohumeral). Sehingga, pemeriksaan sendi

Page 3: 45-61-1-SM

bahu juga meliputi cervical dan regio bahu itu

sendiri. Faktor-faktor yang membatasi ROM

shoulder akibat frozen shoulder antara lain karena

adanya kontraktur capsule ligament dimana pada

capsule bagian anterior menebal dan perlengketan

pada lipatan kapsul sendi bagian inferior, adanya

peningkatan refleks spasme pada otot-otot rotator

cuff dan karena pengaruh dari gangguan

microsirkulasi yang menyebabkan penurunan

nutrisi pada otot dan capsul ligamen sehingga

terjadi ishemik dan timbul nyeri lalu

mengakibatkan respon autoimmobilisasi. Untuk

menentukan ketepatan diagnosa pada kasus frozen

shoulder dilakukan tes spesifik atau tes khusus

berupa Joint Play Movement (JPM).

Pemberian modalitas short wave diathermy

sebelum manual terapi mempunyai pengaruh

terhadap penurunan nyeri, penurunan ketegangan

otot dan peningkatan elastisitas kapsul sendi yang

ditimbulkan oleh efek pemanasan local, yang akan

meningkatkan sirkulasi jaringan pada sendi

glenohumeralis berupa vasodilatasi capilair dan

arteriole sehingga terjadi peningkatan suhu dan

perbaikan sirkulasi jaringan dapat menurunkan

aktivitas saraf sensorik bermielin tipis A delta dan

tak bermielin C karena pengaruh modulasi nyeri

level sensorik dan level spinal, dengan demikian

nyeri berkurang. Perbaikan sirkulasi darah pada

kapsuloligamenter juga berpengaruh terhadap

peningkatan jumlah matriks jaringan ikat yang

meningkatkan ekstensibilitas dari waving position

serabut kolagen dan elastisitas serabut elasitn

akibat peningkatan air dalam matriks. Dan pada

keadaan ini ikatan kimiawi abnormal crosslink

kasus kontraktur lebih mudah dimobilisasi

sehingga diperoleh peningkatan lingkup gerak

sendi oleh kemudahan gerak. Kekakuan sendi

bahu pada frozen shoulder akan membuat otot-

otot disekitar sendi bahu akan menjadi spasme (m.

Trapezius, m. Rhomboideus dll) karena mendapat

persyarafan yang sama dengan yang

mempersyarafi otot-otot lengan atas. Otot sekitar

bahu yang spasme akan membuat suplai aliran

darah yang menuju otot-otot lengan atas akan

berkurang dan dalam jangka waktu lama dapat

menimbulkan atropi. Berdasarkan pengamatan

tersebut penulis tertarik untuk memberikan

intervensi berupa modifikasi dari aplikasi

contraplanar pada SWD yaitu dengan meletakkan

elektroda pada bagian lokal (bagian depan sendi

bahu) dan bagian segmen yang mempersyarafi

otot-otot sendi bahu (pada segmen C5-C6).

Dengan adanya perbaikan sirkulasi yang lebih

baik maka akan melenturkan kapsul sendi dan

akan mempermudah dilakukannya traksi osilasi

pada sendi bahu yang pada akhirnya akan

meningkatkan range of motion pada sendi bahu.

Selain itu, intervensi ultrasound yang

menggunakan gelombang suara ultra frekuensi 1

dan 3 MHz juga diberikan untuk memperbaiki

sirkulasi darah dari vasodilatasi pembuluh darah

sehingga mempermudah pengangkutan sisa

metabolisme, penambahan sari makanan dan

oksigen ke jaringan. Ultrasound juga bertujuan

untuk rileksasi otot melalui efek panas dan

tekanan mekanis, meningkatkan permeabilitas

jaringan sehingga elastisitas otot menjadi

bertambah, mengurangi nyeri melalui efek sedatif

dan analgetik pada ujung-ujung syaraf sensoris,

dan mempercepat penyembuhan.

Intervensi manual terapi terdiri atas

manipulasi dan mobilisasi sendi. Teknik

mobilisasi sendi yang dapat diaplikasikan

bermacam-macam yang bertujuan untuk

Page 4: 45-61-1-SM

mengembalikan fungsi sendi yang normal tanpa

nyeri pada waktu melakukan aktifitas gerak sendi.

Salah satu teknik mobilisasi sendi adalah traksi

osilasi dapat meregang atau mengulur kapsul

ligament tanpa nyeri melalui pelepasan abnormal

cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga

terjadi perbaikan lingkup gerak sendi sampai

mencapai tahap fungsional dari sendi sehingga

diperoleh peningkatan lingkup gerak sendi.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti

tertarik untuk mengetahui perbedaan pengaruh

penambahan SWD aplikasi modifikasi

contraplanar pada intervensi Ultrasound dan traksi

osilasi terhadap peningkatan jumlah ROM

Shoulder bidang frontal (abduksi-adduksi) dan

transversal (eksternal rotasi-internal rotasi) akibat

frozen shoulder.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini bersifat Quasi

Eksperiment yang bertujuan untuk mempelajari

pengaruh penambahan teknik SWD aplikasi

modifikasi kontraplanar pada intervensi

Ultrasound dan traksi osilasi shoulder untuk

meningkatkan Jumlah ROM Shoulder Bidang

Frontal dan Bidang Transversal pada kondisi

frozen shoulder.

Pada penelitian ini dibagi menjadi dua

kelompok yakni . Kelompok pertama berjumlah 7

orang yang diberikan Ultrasound dan traksi osilasi

shoulder sedangkan kelompok yang kedua juga

berjumlah 7 orang yang diberikan Ultrasound,

traksi osilasi shoulder dan SWD aplikasi

modifikasi kontraplanar. Secara keseluruhan

jumlah sampel sebanyak 14 orang sebagai berikut:

KELOMPOK KONTROL

Pada kelompok kontrol ini subjek penelitian

diberikan intervensi Ultrasound dan traksi osilasi

sampai 6 kali dengan frekuensi 3-6 kali seminggu.

Sebelum perlakuan dilakukan pengukuran ROM

shoulder bidang frontal dan bidang transversal

dengan menggunakan instrumen goniometer

untuk mengetahui keterbatasan range of motion

akibat frozen shoulder. Selanjutnya dilakukan

evaluasi kembali dengan melihat hasil

peningkatan ROM dengan menggunakan

goniometer. Peningkatan ROM tersebut dilakukan

dan dicatat hasilnya pada format fisioterapi pada

setiap perlakuan yang diberikan.

KELOMPOK PERLAKUAN

Pada kelompok perlakuan sampel pasien

frozen shoulder dilakukan pengukuran ROM

shoulder bidang frontal dan bidang transversal

dengan menggunakan goniometer, kemudian

diberikan Ultrasound, traksi osilasi shoulder dan

diberikan penambahan SWD aplikasi modifikasi

kontraplanar selama 6 kali intervensi dengan

frekuensi 3-6 kali seminggu.

Selanjutnya dilakukan evaluasi kembali

dengan melihat hasil pengukuran ROM dengan

menggunakan goniometer. Pengukuran ini

dilakukan dan dicatat hasilnya pada format

fisioterapi pada setiap perlakuan yang diberikan.

Teknik pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik purposive sampling dengan tujuan

untuk mendapatkan ssampel yang benar-benar

mewakili suatu kelompok yang diambil sebagai

sampel. Dalam menganalisisa data yang nanti

akan diperoleh maka, peneliti menggunakan uji

statistik.

Page 5: 45-61-1-SM

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil

sampel dari Rumah Sakit Angkatan Laut

Mintohardjo Jakarta yang datang ke Instansi

Fisioterapi dengan keluhan frozen shoulder.

Sampel terdiri dari laki-laki dan perempuan

berusia 40-70 tahun. Secara keseluruhan sampel

berjumlah 14 orang yang diperoleh dari hasil

questioner, pemeriksaan dan wawancara.

Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan.

Tabel 1 : Distribusi data berdasarkan usia pada kelompok Kontrol

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa usia

yang paling dominan mengalami/menderita frozen

shoulder adalah terjadi pada usia 51-60 tahun. Hal

ini disebabkan karena pada usia tersebut terjadi

respon automobilisasi akibat proses degenerasi.

Dapat disimpulkan bahwa usia menjadi salah satu

faktor terjadinya frozen shoulder.

Tabel 2 : Distribusi data berdasarkan Jenis Kelamin

Kelompok Control Kelompok PerlakuanJenis Kelamin

Jmlh % Jmlh %Pria 1 14,29% 1 14,29%

Wanita 6 85,71% 6 85,71%

Jumlah 7 100% 7 100%

Berdasarkan data tabel 2, dapat dilihat

jumlah persentase wanita yang menderita frozen

shoulder lebih besar dibandingkan dengan laki-

laki yang sebanyak 85,71%. Hal ini menandakan

bahwa wanita memiliki resiko terkena frozen

shoulder lebih besar dibandingkan laki-laki.

UJI HIPOTESA

Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian

ini ada 2 jenis yaitu uji t-test related Untuk

menguji kemaknaan dua sampel yang saling

berpasangan (related) pada kelompok control dan

juga kelompok perlakuan. Jenis uji hipotesis ke 2

yang digunakan adalah uji t-test independent

untuk menguji kemaknaan dua sampel yang saling

tidak berpasangan (independen) pada kelompok

control dan perlakuan.

Tabel 3: Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Kontrol

Kelompok Control Kelompok PerlakuanUsia

N % n %41-45 1 0 0 14,2846-50 0 28,57 2 051-55 1 42,86 3 14,2856-60 3 0 0 42,8661-65 1 28,57 2 14,2866-70 1 0 0 14,28

Jumlah 7 100 7 100

Page 6: 45-61-1-SM

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Frontal

Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok control

Sampel

Sebelum Sesudah1.2.3.4.5.6.7.

42656260655470

60888578886790

Mean 59.71 79.42SD 9.25 11.71

Dari tabel 3 dapat dilihat mean nilai ROM

shoulder bidang frontal pada kelompok Kontrol

sebelum intervensi adalah 59.71 dengan SD : 9.25

nilai mean sesudah intervensi adalah 79.42

dengan SD : 11.71 Berdasarkan hasil uji t-test

related dari data tersebut didapatkan nilai P = 0.00

dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh

pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi

Oscilasi shoulder terhadap peningkatan Jumlah

ROM shoulder bidang frontal pada kondisi frozen

shoulder.

Tabel 4: Perbandingan ROM Shoulder Bidang Transversal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Kontrol

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal

Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok kontrol

Sampel

Sebelum Sesudah1.2.3.4.5.6.7.

9575988792

11480

130124138117120137122

Mean 91.57 126.86SD 12.81 8.29

Dari tabel 4 dapat dilihat mean nilai ROM

shoulder bidang transversal pada kelompok

kontrol sebelum intervensi adalah 91.57 dengan

SD : 12.81 dan nilai mean sesudah intervensi

adalah 126.86 dengan SD : 8.29 Berdasarkan hasil

uji t-test related dari data tersebut didapatkan nilai

P = 0.00 dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho

ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada

pengaruh pemberian intervensi Ultrasound dan

Traksi Oscilasi shoulder terhadap peningkatan

ROM shoulder bidang transversal pada kondisi

frozen shoulder.

Tabel 5 : Perbandingan ROM Shoulder Bidang Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Perlakuan

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang FrontalSebelum dan sesudah

Intervensi kelompok PerlakuanSampel

Sebelum Sesudah1.2.3.4.5.6.7.

60407065504056

85608890737583

Mean 54.43 79.14SD 11.71 10.54

Dari tabel 5 dapat dilihat mean nilai ROM

shoulder bidang Frontal pada kelompok perlakuan

sebelum intervensi adalah 54.43 dengan SD :

11.71 dan nilai mean sesudah intervensi adalah

79.14 dengan SD : 10.54 Berdasarkan hasil uji t-

test related dari data tersebut didapatkan nilai P =

0.00 dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh

pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi

Osilasi shoulder dengan penambahan SWD

Page 7: 45-61-1-SM

aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap

peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal

pada kondisi frozen shoulder.

Tabel 4.16: Perbandingan ROM Shoulder Bidang Transversal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Perlakuan

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal

Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Perlakuan

Sampel

Sebelum Sesudah1.2.3.4.5.6.7.

110657570757595

155100103123115130135

Mean 80.71 123SD 15.923 19.192

Dari tabel 6 dapat dilihat mean nilai ROM

shoulder bidang Transversal pada kelompok

perlakuan sebelum intervensi adalah 80.71 dengan

SD : 15.923 dan nilai mean sesudah intervensi

adalah 123 dengan SD : 19.192 Berdasarkan hasil

uji t-test related dari data tersebut didapatkan nilai

P = 0.00 dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho

ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada

pengaruh pemberian intervensi Ultrasound dan

Traksi Osilasi shoulder dengan penambahan SWD

aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap

peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang

Transversal pada kondisi frozen shoulder

Tabel 7 : Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Control dan Perlakuan

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Frontal

Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Control dan Perlakuan

Sampel

Kelompok Control

Kelompok Perlakuan

1. 18 25

2.3.4.5.6.7.

232318231320

201825233527

Mean 19.71 25.28SD 3.73 5.50

Dari tabel 7 dapat dilihat mean Selisih Nilai

ROM bidang frontal kelompok control adalah

19.71 dengan SD : 3.73 dan nilai mean Selisih

Nilai ROM kelompok perlakuan adalah 25.28

dengan SD : 5.50. Berdasarkan hasil uji t-test

independent dari data tersebut didapatkan nilai P

= 0.070 dimana P > 0.05, hal ini berarti Ho gagal

ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tidak

ada perbedaan pengaruh yang significan antara

pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi

Osilasi dengan Ultrasound dan Traksi Oscilasi

shoulder dengan penambahan SWD aplikasi

modifikasi kontraplanar terhadap peningkatan

Jumlah ROM shoulder bidang frontal pada

kondisi frozen shoulder.

Tabel 8: Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok kontrol dan Perlakuan

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal

Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Kontrol

dan PerlakuanSampel

Kelompok Kontrol

Kelompok Perlakuan

1.2.3.4.5.6.7.

35494030282342

45352853405540

Mean 35.28 42.28SD 9.01 9.58

Dari tabel 8 dapat dilihat mean Selisih Nilai

ROM bidang Transversal kelompok kontrol

adalah 35.28 dengan SD : 9.01 dan nilai mean

Page 8: 45-61-1-SM

Selisih Nilai ROM kelompok perlakuan adalah

42.28 dengan SD : 9.58. Berdasarkan hasil uji t-

test independent dari data tersebut didapatkan

nilai P = 0.185 dimana P > 0.05, hal ini berarti Ho

gagal ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Tidak ada perbedaan pengaruh yang significan

dari pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi

Oscilasi shoulder dengan Ultrasound dan Traksi

Oscilasi shoulder dengan penambahan SWD

aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap

peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang

transversal pada kondisi frozen shoulder.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian

dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

Ada pengaruh yang signifikan dari

pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi

Osilasi shoulder terhadap peningkatan Jumlah

ROM shoulder bidang frontal dan bidang

transveral pada kondisi frozen shoulder. Hal ini

dikarenakan adanya perbaikan sirkulasi dan

rileksasi otot oleh adanya efek heating dan

mekanik dari intervensi ultrasound sehingga

membantu dalam mengatasi spasme otot shoulder

dan mempermudah dilakukannya traksi osilasi

shoulder sehingga mobilitas shoulder relatif

meningkat.

Ada pengaruh yang signifikan dari

pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi

Osilasi shoulder dengan penambahan SWD

aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap

peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal

dan Transversal pada kondisi frozen shoulder. Hal

ini disebabkan oleh karena selain dari efek seperti

intervensi pada kelompok kontrol, juga adanya

penambahan SWD aplikasi modifikasi

kontraplanar memberikan kontribusi tersendiri

terhadap peningkatan ROM shoulder. SWD

mampu menurunkan aktivitas sistem simpatis

sehingga terjadi perbaikan sirkulasi dan

vasodilitasi pembuluh darah, dimana akan

menurunkan spasme otot, penurunan nyeri,

peningkatan kadar air, matriks jaringan ikat

sehingga kelenturan kapsul ligamen meningkat,

nyeri regang menurun akibat terjadinya penurunan

nyeri, penurunan ketegangan myofibril akibat

penyerapan iritan spasme pada area persyarafan

C5-C6 seperti pada m. upper trapezius, m.

rhomboideus, m. supraspinatus, m. teres mayor

dan lain-lain. Dengan peningkatan kelenturan

pada kapsul ligamen maka akan mempermudah

dilakukan mobilisasi yang pada akhirnya terjadi

peningkatan ROM.

Tidak ada perbedaan pengaruh yang

significan dari pemberian intervensi Ultrasound

dan Traksi Osilasi shoulder dengan Ultrasound

dan Traksi Osilasi shoulder dengan penambahan

SWD aplikasi modifikasi contraplanar terhadap

peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal

dan transversal pada kondisi frozen shoulder. Hal

ini dikarenakan pada kedua kelompok sama-sama

terjadi perbaikan sirkulasi. Namun karena masing-

masing metoda dari kelompok kontrol maupun

perlakuan sudah sangat besar pengaruhnya,

sehingga pengaruh dari penambahan SWD

aplikasi modifikasi kontraplanar tidak begitu

terlihat maknanya terhadap peningkatan jumlah

ROM shoulder bidang frontal dan bidang

transversal pada penderita frozen shoulder.

SARAN

Harus hati-hati dalam melakukan intervensi

dan benar-benar memahami patofisiologi dan

Page 9: 45-61-1-SM

sejauh mana tingkat kesembuhan pasien, karena

pasien frozen shoulder usianya berkisar 40-70

tahun yang tergolong lanjut

Beri penjelasan tentang aktifitas yang boleh

atau sebaiknya dikerjakan dan aktifitas apa saja

yang sebaiknya dihindari selama pasien berada di

rumah terkait dengan penyakitnya

Antara fisioterapis dan pasien harus terjalin

komunikasi yang baik dan dalam memberikan

penjelasan pada pasien harus menggunakan

bahasa yang mudah dan umum agar pasien dapat

mengerti dan percaya akan tindakan yang kita

lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Thomson Ann, et. al, Tydi’s Physioterapy, Twelft Edition, Butterworth- Heinemann,1991.

Apley, A. Graham, Buku Ajar Orthopedi Fraktur Sistem Apley, 7th ed, Widya Medika

CD Atlas of clinical Anatomi

Donatelli, Robert ; Wooden, Micheal J, Orthopaedic Physical Therapy, Churchil Livingstone Inc, 1989

T. Sidarta, Anatomi Susuan Syaraf Pusat Manusia, PT. Dian rakyat, Jakarta, 1986

Norkin Cynthya C, D. Joyce White. Measurement Of Joint Motion, F.A. Davis. Company, 1995

Reese Nancy Berryman, Muscle and Sensory Testing, W.B. Saunders Company, America, 1999.

Pletzer Werner, et. al, Sistem Lokomotor Muskuloskeletal & Topografi, Edisi Enam, Hipokrates, Jakarta, 1997.

Omar faiz, David Moffat, At a glance ANATOMI, alih bahasa, dr. Annnisa Rahmalia, Erlangga, Jakarta, 2004

Low John, Ari Reed, Electrotherapy Explained principles and practice, 2000

Cailiet, Rene, Shoulder pain, F.A Davis Company, Philadelphia, 1996