4 bab ii tinjauan pustaka 2.1 proyek konstruksi proyek

27
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi (Ervianto, 2005). 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu bangunan infrastruktur, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Bangunan- bangunan tersebut meliputi aspek kepentingan masyarakat yang sangat luas sejak berupa perumahan untuk tempat tinggal, apartement dan gedung perkantoran berlantai banyak, pabrik dan bangunan industri, jembatan, jalan raya termasuk jalan layang, jalan kereta api, pembangkit tenaga listrik tenaga nuklir, bendungan dan terowongan PLTA, saluran pengairan, sistem sanitasi dan drainase, bandar udara dan hanggar pesawat terbang, pelabuhan laut dan bangunan lepas pantai, jaringan kelistrikan dan telekomunikasi, kilang minyak dan jaringan plambing, dan lain sebagainya (Dipohusodo, 1996) 2.1.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu (Ervianto, 2005) :

Upload: volien

Post on 31-Dec-2016

235 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali

dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan

tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu

hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian

kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak terkait, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu

proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan

banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya

konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi

mengandung konflik yang cukup tinggi (Ervianto, 2005).

2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi adalah proyek yang berkaitan dengan upaya

pembangunan suatu bangunan infrastruktur, yang umumnya mencakup pekerjaan

pokok yang termasuk dalam bidang teknik sipil dan arsitektur. Bangunan-

bangunan tersebut meliputi aspek kepentingan masyarakat yang sangat luas sejak

berupa perumahan untuk tempat tinggal, apartement dan gedung perkantoran

berlantai banyak, pabrik dan bangunan industri, jembatan, jalan raya termasuk

jalan layang, jalan kereta api, pembangkit tenaga listrik tenaga nuklir, bendungan

dan terowongan PLTA, saluran pengairan, sistem sanitasi dan drainase, bandar

udara dan hanggar pesawat terbang, pelabuhan laut dan bangunan lepas pantai,

jaringan kelistrikan dan telekomunikasi, kilang minyak dan jaringan plambing,

dan lain sebagainya (Dipohusodo, 1996)

2.1.2 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan,

yaitu (Ervianto, 2005) :

Page 2: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

5

1. Bangunan gedung: rumah, kantor, pabrik dan lain-lain. Ciri-ciri

kelompok bangunan ini adalah :

a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.

b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi

pondasi pada umumnya sudah diketahui.

c. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.

2. Bangunan sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya.

Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah :

a. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar

berguna bagi kepentingan manusia.

b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan

kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.

c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

2.1.3 Kontrak Konstruksi

Kontrak merupakan dokumen yang penting dalam proyek. Segala hal terkait

hak dan kewajiban antar pihak serta alokasi resiko diatur dalam kontrak. Setelah

proses penunjukan langsung atau tender selesai dibuatlah kontrak kerja konstruksi

yang bertujuan sebagai dasar hukum dan pedoman pelaksanaan bagi kontraktor

yang diberikan oleh pemilik proyek, kontrak kerja juga dapat berfungsi sebagai

rambu-rambu bagi kontraktor maupun pemilik proyek mengenai hal-hal yang

menjadi kewajiban dan haknya dalam sebuah hubungan kerja pelaksanaan kontrak

kerja konstruksi.

Adapun macam-macam jenis kontrak konstruksi, antara lain : (Yasin, 2006)

1. Aspek perhitungan biaya

a. Fixed Lumpsum Price :

Secara umum, kontrak Fixed Lumpsum Price adalah suatu kontrak

dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh

diukur ulang .

b. Unit Price (Harga Satuan) :

Secara umum, kontrak Unit Price adalah kontrak dimana volume

pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan

Page 3: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

6

dan akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan yang

benar-benar dilaksanakan.

2. Aspek Perhitungan Jasa

a. Biaya Tanpa Jasa (Cost Without Fee)

b. Biaya Ditambah Jasa Pasti (Cost plus Fee)

3. Aspek Cara Pembayaran

a. Cara Pembayaran Bulanan (Monthly Payment)

b. Cara Pembayaran atas Prestasi (Stage Payment)

c. Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa (Contractor’s Full Pre-

financed)

4. Aspek Pembagian Tugas

a. Bentuk Kontrak konvensional

b. Bentuk Kontrak Spesialis

c. Bentuk Kontrak Rancang Bangun

d. Bentuk Kontrak Engineering, Procurement & Construction (EPC)

e. Bentuk Kontrak BOT/BLT

f. Bentuk Swakelola

2.2 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah besarnya biaya yang diperkirakan

akan digunakan dalam pekerjaan suatu proyek konstruksi yang disusun

berdasarkan gambar atau bestek. RAB bukan merupakan biaya yang sebenarnya,

melainkan biaya yang dipakai kontraktor untuk menetapkan harga penawaran,

sehingga dalam pelaksanaan nantinya tidak menghabiskan biaya yang lebih tinggi

dari penawaran dan bila memungkinkan biaya kurang dari penawaran yang

ditetapkan. Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan

tertentu tergantung dari pihak yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi

dengan bantuan konsultan, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang jelas

tentang biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya. Hasil

estimasi ini disebut dengan Owner Estimate (OE). Pihak kontraktor membuat

estimasi dengan tujuan untuk melangsungkan penawaran terhadap proyek

konstruksi. Kontraktor akan memenangkan lelang jika penawaran yang diajukan

Page 4: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

7

mendekati Owner Estimate (OE). Tahap yang dilakukan untuk menyusun RAB

adalah sebagai berikut (Ervianto, 2005) :

- Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan

pasar untuk menyediakan bahan atau material konstruksi secara kontinu.

- Melakukan pengumpulan data tentang upah para pekerja yang berlaku di

daerah lokasi proyek atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan

dari luar daerah ke lokasi proyek.

- Melakukan analisis perhitungan bahan dan upah dengan menggunakan

analisis yang diyakini baik dalam pembuatan anggaran. Dipasaran

terdapat buku SNI analisa upah dan bahan.

Data-data yang diperlukan untuk penyusunan RAB sebagai berikut :

a. Peraturan dan syarat-syarat (RKS atau kontrak).

b. Gambar rencana.

c. Berita acara atau risalah penjelasan pekerjaan (untuk bangunan yang

dilelang).

d. Buku analisa upah dan bahan (SNI analisa upah dan bahan).

e. Daftar analisa harga upah dan bahan.

f. Peraturan-peraturan normalisasi yang bersangkutan.

g. Peraturan-peraturan bangunan negara dan bangunan setempat.

2.3 Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP)

Pengertian rencana anggaran pelaksanaan adalah suatu perencanaan tentang

besarnya biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Maksud

dan tujuan pembuatan RAP adalah membuat rincian anggaran biaya dan petunjuk-

petunjuk pelaksanaan agar pekerjaan yang akan dilaksanakan dapat diselesaikan

tepat pada waktunya, memenuhi mutu yang disyaratkan dengan biaya yang efisien

dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan menghitung volume pekerjaan dengan

teliti dan dengan mengetahui jumlah kebutuhan material serta harga secara rinci,

upah tenaga kerja untuk suatu pekerjaan. Disamping itu juga harus diperhitungkan

peralatan yang harus dipergunakan dengan semua rincian biayanya, baik biaya

pengadaannya maupun biaya operasionalnya, dengan memperhitungkan hal-hal

tersebut sehingga dapat disusun menjadi rencana anggaran pelaksanaan.

Page 5: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

8

Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) pada dasarnya menjabarkan RAB

hasil pelelangan ke dalam biaya-biaya realitas dilapangan/di pelaksanaan (DPKK,

1998).

1. Pengelompokan atau penggolongan biaya :

a. Biaya langsung di proyek : bahan, upah, sub kontraktor, peralatan,

administrasi proyek, bank.

b. Biaya tidak langsung di proyek : biaya administrasi dan umum,

penyusutan, pajak-pajak, laba.

2. Pengelompokan dan susunan tersebut seiring dengan sistem pelaksanaan

dan pengendalian (administratif) proyek.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membuat Rencana Anggaran

Pelaksanaan (RAP) adalah :

a. Analisis suatu pekerjaan (upah dan bahan).

b. Rencana waktu pelaksanaan (time schedule).

c. Persediaan alat, jumlah dan waktu pemakaian.

d. Biaya administrasi proyek baik di lapangan maupun di kontraktor yang

terjadi selama pelaksanaan proyek.

e. Biaya administrasi proyek tak terduga.

Dalam Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) tercantum pembiayaan

sebagai berikut :

a. Biaya bahan harga yang sesungguhnya sesuai dengan harga di tempat

proyek dilaksanakan.

b. Biaya upah tenaga kerja.

c. Biaya penggunaan peralatan.

2.3.1 Fungsi RAP

RAP mempunyai fungsi sebagai berikut (DPKK, 1998) :

1. Sebagai anggaran/alokasi biaya untuk setiap kegiatan. Hal ini berarti

bahwa setiap kegiatan telah ditentukan alokasi biayanya dan dilengkapi

dengan perhitungan anggaran biaya berdasarkan analisa yang cermat

dan kompetitif dari data sumber daya yang up to date.

Page 6: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

9

2. Merupakan Pedoman Kerja Pelaksanaan berarti bahwa berdasarkan

metode kerja dan analisa dalam RAP dapat merencanakan program kerja

yang baik. RAP ini akan layak dipakai pakai bila penyusunannya

dilandasi pedoman berikut :

a. Strategi pelaksanaan

b. Metode pelaksanaan yang efisien

c. Organisasi pelaksanaan sesuai dengan kegiatannya, dilengkapi

pembagian tugas dan prosedur

d. Anggaran biaya yang jelas

e. Mutu dan volume setiap item kegiatan

f. Cash flow yang lengkap

3. Dapat digunakan untuk standar pengendalian

4. Sebagai tolak ukur keberhasilan

5. Diperlukan feed back (arus balik) data, sehingga data tersebut dapat

dijadikan standar untuk pembuatan RAP selanjutnya.

2.4 Pengendalian Biaya / Cost Control

Dalam suatu kegiatan proyek konstruksi harus selalu ada pengendalian

biaya, waktu, dan kualitas agar kegiatan dalam proyek tersebut dapat berjalan

lancar sesuai dengan rencana (Asiyanto, 2003).

Pengendalian biaya meliputi pengurangan biaya. Pengendalian biaya

dipandang sebagai usaha untuk mencapai sasaran biaya dalam lingkup kegiatan

tertentu.

2.4.1 Pengertian Pengendalian / control

Pengendalian/control adalah usaha yang sistematis untuk menentukan

standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,

membandingkan pelaksanaan standar, menganalisa kemungkinan adanya

penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan

pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan

efisien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto, 1997)

Page 7: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

10

Pengendalian bertujuan memantau dan membimbing pelaksanaan pekerjaan

agar sesuai dengan perencanaan. Ini berarti macam kegiatan dan aspek yang

dikendalikan identik dengan yang direncanakan. Garis besar area/obyek

pengendalian proyek adalah sebagai berikut (Soeharto,1997) :

1. Organisasi dan personil

Memantau apakah organisasi pelaksana proyek dibentuk sesuai rencana,

apakah pengisian personil telah memenuhi kualifikasi, dan apakah

jumlahnya telah mencukupi.

2. Waktu atau jadwal

Dalam aspek ini objek pengendalian amat ekstensif dan berlangsung

sepanjang siklus proyek. Untuk proyek E-MK obyek utama adalah

kegiatan engineering, pengadaan, pabrikasi, dan konstruksi.

3. Anggaran biaya dan jam-orang

Seperti halnya aspek waktu (jadwal) maka pengendalian anggaran dan

pemakaian jam-orang berlangsung sepanjang siklus proyek, dengan

potensi paling mungkin keberhasilan yang besar berada di awal proyek

sewaktu merumuskan definisi lingkup kerja.

4. Pengendalian pengadaan

Penekanan pengendalian pengadaan di samping aspek biaya, jadwal, dan

mutu juga termasuk masalah-masalah prosedur dan peraturan yang

diberlakukan.

5. Pengendalian lingkup kerja

Pengendalian lingkup kerja erat hubungannya dengan aspek biaya. Ini

penting dilakukan pada tahap engineering, karena disini banyak sekali

alternatif yang bisa dipilih.

6. Pengendalian mutu

Mencakup masalah yang cukup luas, dengan tujuan pokok produk

proyek harus dalam keadaan fitness for use (sesuai untuk digunakan)

mulai dari menyusun program sampai kepada inspeksi dan uji coba

operasi.

7. Pengendalian kinerja

Page 8: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

11

Memantau serta mengendalikan aspek biaya dan jadwal secara terpisah

tidak memberikan penjelasan perihal kinerja pada saat pelaporan.

Misalnya walaupun suatu pekerjaan berlangsung dengan cepat dari

jadwal belum tentu hal ini merupakan tanda yang menggembirakan,

sebab ada kemungkinan biaya yang dikeluarkan per unitnya melebihi

anggaran. Ini berarti pemakaian biaya tidak efisien dan dapat berakibat

proyek secara keseluruhan tidak dapat diselesaikan karena kekurangan

dana. Untuk mengkaji kemungkinan terjadinya hal-hal demikian

diperlukan pemantauan dan pengendalian kinerja.

Suatu pengendalian proyek yang efektif ditandai oleh hal – hal berikut

(Soeharto,1997) :

1. Tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan.

2. Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar, untuk itu diperlukan

kemampuan dan kecakapan dalam menganalisis indikator secara akurat

obyektif.

3. Penggunaan waktu dan tenaga yang efisien.

4. Komunikasi yang baik dari pelaksana proyek sehingga tindakan koreksi

terhadap permasalahan dapat segera terlaksana.

5. Pengendalian biaya proyek.

6. Dapat memberikan petunjuk berupa perkiraan hasil pekerjaan yang akan

datang.

2.4.2 Pengertian Pengendalian Biaya / Cost Control

Rencana keuangan atau anggaran proyek merupakan salah satu hal yang

harus diperhatikan dalam pengendalian proyek konstruksi, oleh karena itu

diperlukan pengendalian biaya pada proyek konstruksi. Pengendalian biaya adalah

suatu kegiatan proyek mengenai biaya yang akan dikeluarkan agar tidak melebihi

anggaran keuangan proyek (Dipohusodo, 1996).

Pengendalian biaya sebenarnya merupakan bagian dari manajemen biaya

dan manajemen kontrol dari suatu kegiatan konstruksi. Hal – hal yang harus

terdapat pada manajemen biaya yang baik untuk pengendalian biaya, antara lain

Page 9: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

12

adalah adanya estimasi biaya, laporan keuangan proyek, cash flow proyek,

perhitungan biaya pengeluaran tambahan (Asiyanto, 2003).

Filosofi secara luas untuk pengendalian biaya adalah didasarkan atas tiga

hal (Asiyanto, 2003), yaitu :

1. Adanya dorongan dari kesadaran atas biaya pada semua tahapan

pelaksanaan konstruksi.

2. Adanya persyaratan data, tentang biaya yang akurat dan tepat waktu serta

ramalan ke depan, dengan memperhatikan keadaan atau trend dari biaya

yang tidak diinginkan.

3. Adanya tindakan yang efektif dan cepat, untuk menghadapi persoalan

dan memberikan umpan balik untuk evaluasi selanjutnya.

Dalam kegiatan usaha jasa konstruksi, pengendalian biaya sangat penting

artinya untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan oleh

sifat usaha jasa konstruksi yang selalu menghadapi dilema (Asiyanto, 2003),

yaitu :

1. Harga jual (nilai kontrak) yang bersifat konservatif (relatif tetap

nilainya)

2. Biaya produksi (biaya pelaksanaan proyek), yang bersifat fluktuatif

selama proses pelaksanaan, dan cenderung membesar bila tidak

dikendalikan.

Untuk menghadapi kondisi yang dilematis tersebut, diperlukan dua

kemampuan yang sangat mendasar agar perusahaan dapat bertahan hidup dan

dapat berkembang, yaitu :

1. Kemampuan tentang biaya konstruksi (contruction cost), untuk

memenangkan persaingan harga secara aman (cost estimate).

2. Kemampuan untuk melakukan pengendalian terhadap biaya (cost

control).

Akibat dari kurangnya kedua kemampuan tersebut, dapat menyebabkan

kerugian proyek, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut (Asiyanto, 2003) :

1. Penawaran yang terlalu rendah (Low bid), yaitu salah dalam cost

estimating.

2. Informasi/pengetahuan yang kurang tentang keadaan/kondisi pekerjaan.

Page 10: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

13

3. Naiknya harga dari sumber daya yang digunakan di proyek selama

proses konstruksi, yang tidak diamankan dalam kontrak konstruksi

(respon terhadap resiko).

4. Keadaan lapangan/cuaca yang buruk yang tidak dapat diperkirakan.

5. Pemilihan metode konstruksi yang keliru atau kurang tepat.

6. Pengawasan dan manajemen yang tidak efektif.

Pengendalian biaya yang utama bertujuan menjamin agar biaya akhir proyek

tidak melampaui rencana anggaran pelaksanaannya, selain itu menurut Sutjipto

(1986), dalam pengendalian biaya juga mengandung tujuan lainnya, yaitu :

1. Menekan biaya/pengeluaran serendah mungkin.

2. Dapat mendatangkan keuntungan dari pengerjaan proyek.

3. Agar perencanaan yang diinginkan sesuai kenyataan.

4. Memberikan informasi sehingga bila ada penyimpangan dapat segera

dilakukan tindakan perbaikan semestinya.

2.5 Penambahan Biaya / Cost Overruns

Dengan kurangnya pengontrolan dalam proyek konstruksi dapat

menimbulkan berbagai macam kerugian yang dapat menghambat pekerjaan

proyek tersebut antara lain, penambahan biaya, keterlambatan penyelesaian

proyek dan penyimpangan mutu hasil (Dipohusodo, 1996).

2.5.1 Penambahan Biaya Proyek

Suatu proyek dikatakan mengalami penambahan biaya apabila pengeluaran

biaya proyek melebihi anggaran biaya proyek yang direncanakan sesuai dengan

nilai kontrak (Soeharto, 1997).

Penambahan biaya dapat terjadi akibat kesalahan yang terjadi pada setiap

bagian dari tahapan kegiatan konstruksi. Hal – hal yang menjadi permasalahan,

antara lain (Dipohusodo,1996) :

1. Tahap pengembangan konsep

a. Wawasan yang sempit tentang arti dan hakekat perencanaan di

bidang konstruksi.

Page 11: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

14

b. Ketidakmampuan mengungkap fakta – fakta keadaan di lokasi

proyek seperti lokasi proyek dan cuaca daerah setempat.

c. Tidak lancarnya komunikasi antar anggota tim proyek dalam

menyusun konsep dan kriteria rencana pelaksanaan proyek.

2. Tahap perencanaan

a. Kelalaian dalam perencanaan

b. Menggunakan teknik estimasi yang buruk

c. Kegagalan mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya

d. Kegagalan menafsir resiko – resiko yang dapat terjadi

e. Kesalahan dalam mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja

f. Kesalahan dalam perhitungan jangka waktu proyek yang dibutuhkan

3. Tahap pelelangan

a. Kesalahan dalam menggunakan sistem pelelangan

b. Kurang cermat dan telitinya teknik penawaran

c. Persetujuan penawaran yang terlalu cepat

d. Menentukan batas biaya penawaran yang tidak cermat

4. Tahap pelaksanaan konstruksi

a. Harga material yang terlalu tinggi

b. Kesalahan dimensi/ukuran pekerjaan dalam pelaksanaan

c. Produktivitas tenaga kerja yang rendah

d. Kesalahan dalam memilih jenis alat

e. Spesifikasi bahan yang tidak cocok

f. Pengiriman bahan yang terlambat

2.5.2 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penambahan Biaya Pelaksanaan

Pada Proyek Konstruksi

Pada penelitian sebelumnya dijabarkan mengenai permasalahan –

permasalahan yang dapat terjadi pada penyelanggaraan proyek konstruksi, maka

permalasahan tersebut digolongkan menjadi beberapa faktor penyebab terjadinya

penambahan biaya pelaksanaan pada proyek konstruksi, yaitu (Darmawan, 2004) :

1. Perencanaan

2. Estimasi biaya

Page 12: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

15

3. Aspek keuangan proyek

4. Material

5. Tenaga kerja

6. Waktu pelaksanaan

7. Peralatan

8. Hubungan kerja

Beberapa hal yang mempengaruhi setiap faktor tersebut akan diterangkan

sebagai berikut :

1. Perencanaan, hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya penambahan

biaya antara lain adalah kelalaian dalam perencanaan, kesalahan dalam

perhitungan jangka waktu proyek yang dibutuhkan, kesalahan dalam

mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja, serta kegagalan dalam

mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya.

2. Estimasi biaya, hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya

penambahan biaya antara lain adalah data dan informasi proyek yang

kurang lengkap, ketidaktepatan estimasi, tidak memperhitungkan biaya

tidak terduga, dan tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi, serta

tidak memperhitungkan kondisi ekonomi umum.

3. Aspek keuangan proyek, hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya

penambahan biaya antara lain cara pembayaran yang tidak sesuai

dengan kontrak pengendalian/kontrol keuangan yang tidak baik, dan

tingginya suku bunga pinjaman bank.

4. Material, hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya penambahan

biaya antara lain adanya kenaikan harga material,

keterlambatan/kekurangan bahan, dan kontrol kualitas bahan yang

buruk.

5. Tenaga kerja, hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya penambahan

biaya antara lain adalah kekurangan tenaga kerja, kenaikan upah tenaga

kerja, dan produktivitas tenaga kerja yang buruk.

6. Waktu pelaksanaan, hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya

penambahan biaya antara lain adalah keterlambatan jadwal karena

Page 13: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

16

pengaruh cuaca, jangka waktu kontrak dan sering terjadinya penundaan

pekerjaan.

7. Peralatan, hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya penambahan

biaya antara lain adalah tingginya harga sewa peralatan, kondisi alat

yang produktivitasnya rendah, kesalahan dalam memilih jenis alat,

kesalahan dalam menghitung jam kerja alat, dan tingginya biaya

transportasi peralatan.

8. Hubungan kerja, hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya

penambahan biaya antara lain adalah tingginya frekuensi perubahan

pelaksanaan, terlalu banyak pengulangan karena mutu jelek, kurangnya

koordinasi antara pengawas, perencana dan kontraktor.

2.6 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi (kontraktor)

Penggolongan kualifikasi usaha jasa perencana konstruksi dan usaha jasa

pengawas konstruksi didasarkan pada kriteria tingkat atau kedalaman kompetensi

dan potensi kemampuan usaha, serta kemampuan melakukan perencanaan dan

pengawasan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko, kriteria penggunaan teknologi,

kriteri besaran biaya (nilai proyek atau nilai pekerjaan)

( http://www.sertifikasi.biz/kualifikasikontraktor.htm ).

2.6.1 Penetapan Kualifikasi

Penetapan kualifikasi ini dapat digolongkan menjadi 3 bagian :

1. Golongan Kecil

a. Kualifikasi Gred 2

1. Nilai Pekerjaan/Nilai Proyek

Kualifikasi Gred 2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan

nilai pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 300 juta

2. Bentuk Badan Usaha

Badan usaha untuk kualifikasi Gred 2 dapat berbentuk Perseroan

Komanditer (CV), Firma, Kopereasi atau Perseroan Terbatas (PT),

tidak termasuk badan usaha PT-PMA

b. Kualifikasi Gred 3

Page 14: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

17

1. Nilai Pekerjaan/Nilai Proyek

Kualifikasi Gred 3 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan

nilai pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 600 juta

2. Bentuk Badan Usaha

Badan usaha untuk kualifikasi Gred 2 dapat berbentuk Perseroan

Komanditer (CV), Firma, Kopereasi atau Perseroan Terbatas (PT),

tidak termasuk badan usaha PT-PMA

c. Kualifikasi Gred 4

1. Nilai Pekerjaan/Nilai Proyek

Kualifikasi Gred 4 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan

nilai pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 1 milyar

2. Bentuk Badan Usaha

Badan usaha untuk kualifikasi Gred 4 dapat berbentuk Perseroan

Terbatas (PT), Firma, Koperasi atau Perseroan Komanditer (CV)),

tidak termasuk badan usaha PT-PMA

2. Golongan Menengah

a. Kualifikasi Gred 5

1. Nilai Pekerjaan/Nilai Proyek

Kualifikasi Gred 5 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan

nilai pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai dengan Rp.

10 milyar

2. Bentuk Badan Usaha

Badan usaha untuk kualifikasi Gred 5 harus berbentuk Perseroan

Terbatas (PT), tidak termasuk badan usaha PT-PMA

3. Golongan Besar

a. Kualifikasi Gred 6

1. Nilai Pekerjaan/Nilai Proyek

Kualifikasi Gred 6 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan

nilai pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai Rp. 25

milyar

2. Bentuk Badan Usaha

Page 15: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

18

Badan usaha untuk kualifikasi Gred 6 harus berbentuk Perseroan

Terbaras (PT)

b. Kualifikasi Gred 7

1. Nilai Pekerjaan/Nilai Proyek

Kualifikasi Gred 7 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan

nilai pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai dengan

tidak terbatas

2. Bentuk Badan Usaha

Badan usaha untuk kualifikasi Gred 7 harus berbentuk Perseroan

Terbatas (PT), termasuk badan usaha PT-PMA

Tabel 2.1 Batas Kompetensi Melakukan Pekerjaan

No. Golongan Kualifikasi Pekerjaan

1. Kecil Gred 2 s/d 300.000.000

Gred 3 s/d 600.000.000

Gred 4 s/d 1.000.000.000

2. Menengah Gred 5 1 milyar s/d 10 milyar

3. Besar Gred 6 1 milyar s/d 25 milyar

Gred 7 1 milyar s/d tak terbatas

Sumber : (Gapensi Bali, 2012)

2.7 Data dan Pengukuran

Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan

informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan

fakta. Sedangkan pengukuran ialah proses atau cara mengukur. Pengukuran dapat

berupa skala pengukuran yang dimaksudkan untuk mengklasifikasikan variabel

yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data

dan langkah penelitian selanjutnya (Riduwan, 2008).

Page 16: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

19

2.7.1 Pendahuluan

Menurut Webser (1983), research (penelitian) adalah berhati-hati, sabar,

sistematis, tekun, penyelidikan atau pemeriksaan pada beberapa bidang ilmu

pengetahuan, berusaha untuk pembakuan fakta atau prinsip.

Secara ringkas penelitian harus memenuhi :

1. Ada hal yang ingin diselidiki

2. Ada metode penelitian

3. Ada hasil penelitian berupa fakta/hukum/rumusan

Pengertian research (penelitian) yang paling sederhana adalah penelitian

dimulai apabila seseorang peneliti mempunyai suatu persoalan (pertanyaan)

dimana untuk menjawab persoalan tersebut peneliti bersangkutan tidak memiliki

cukup informasi.

2.7.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang di dapat dari sumber

pertama, baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil

pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti terhadap responden. Sedangkan

data sekunder merupakan data primer yang diperoleh pihak lain atau data primer

yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau

diagram-diagram (Sugiarto, 2003).

Pengambilan atau pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara

penyebaran kuesioner untuk diisi oleh responden atau dengan cara interview atau

wawancara antara responden dengan peneliti. Untuk data yang hasilnya diperoleh

melalui kuesioner, maka aspek yang penting adalah mendesain kuesioner sebelum

melakukan penelitian. Sebelum mendesain kuesioner, hal yang perlu dilakukan

adalah menentukan berapa jumlah proyek konstruksi yang akan diteliti.

Mengingat keterbatasan tenaga dan waktu, penulis menggunakan sampel dalam

pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiarto (2003), sampel adalah sebagian anggota

dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat

mewakili populasinya, dimana populasi adalah keseluruhan unit atau individu

dalam ruang lingkup yang ingin diteliti.

Page 17: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

20

Data yang didapatkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif.

Data kualitatif adalah data yang bukan berupa angka atau secara praktis bermakna

tidak dapat dijadikan dalam operasi matematika seperti penambahan, pengurangan

maupun perkalian dan pembagian. Termasuk dalam klasifikasi data kualitatif

adalah data yang berskala ukur nominal dan ordinal. Sedangkan data kuantitatif

adalah data berupa angka dalam arti sebenarnya jadi berbagai operasi matematika

dapat dilakukan pada data kuantitatif. Termasuk dalam klasifikasi data kuantitatif

adalah data yang berskala ukur interval dan rasio. (Santoso, 2001)

2.7.3 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi mencakup segala hal,

termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek

(Sugiyono, 2011).

2.7.4 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Bila populasi besar, tidak mungkin meneliti

semua populasi yang ada (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu),

maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang

dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi

tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif

(mewakili). Bila sampel tidak representatif, maka dapat mengakibatkan

kesimpulan yang diambil tidak akan sesuai dengan kenyataan atau kesimpulan

yang diambil salah.

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin

besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi

semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi,

maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum) (Usman dan

Akbar, 2006). Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30-500.

Bila sampel dibagikan dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-

Page 18: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

21

swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30

(Sugiyono,2011).

2.7.5 Teknik Sampling

Dalam suatu penelitian tidak semua data dan informasi akan diproses, serta

tidak semua orang atau benda akan diteliti, melainkan cukup dengan

menggunakan sampel yang mewakilinya. Sampel adalah bagian dari populasi

yang mempunyai ciri – ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Adapun

keuntungan dari pengguna sampel adalah sebagai berikut :

1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan

dengan menggunakan populasi, dan apabila populasinya terlalu besar

dikhawatirkan akan terlewati.

2. Penelitian akan lebih efisien, yaitu dalam arti penghematan uang, waktu,

dan tenaga.

3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data. Artinya, jika subyeknya

banyak, maka dikhawatirkan adanya bias dari orang yang mengumpulkan

data. Misalnya, staf pengumpul data mengalami kelelahan sehingga

pencatatan data tidak akurat.

4. Penelitian akan lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak)

yang menggunakan spesimen akan hemat dan dapat terjangkau tanpa

merusak semua bahan yang ada, serta dapat digunakan untuk menjaring

populasi yang jumlahnya banyak.

Tenik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah cara mengambil

sampel yang representatif (mewakili) dari populasi. Pengambilan sampel ini harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar – benar dapat

mewakili atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Secara umum ada dua macam tenik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ( Sugiyono, 2011 ), yaitu :

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling yang digunakan untuk

memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Yang tergolong teknik probability sampling yaitu :

Page 19: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

22

a. Simple random sampling

Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota

populasi secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam

anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi

dianggap homogen (sejenis).

b. Proportionate stratified random sampling

Proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel

dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional. Hal

ini dilakukan apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).

c. Disproportionate stratified random sample

Disproportionate stratified random sample adalah pengambilan sampel

dari anggota populasi secara acak dan berstrata, tetapi sebagian ada yang

kurang proporsional pembagiannya dan dilakukan apabila anggota

populasinya heterogen.

d. Area sampling ( sampling daerah / area )

sampling daerah / area adalah teknik sampling yang dilakukan dengan

cara mengambil wakil dari setiap daerah / wilayah geografis yang ada.

2. Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan

kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota

sampel. Yang tergolong teknik ini yaitu:

a. Sampling Sistematis

Sampling Sistemastis adalah pengambilan sampel yang didasarkan atas

urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel

diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang dengan urutan

yang seragam.

b. Sampling Kuota

Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi

yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang

diinginkan.

c. Sampling Insidental

Page 20: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

23

Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data.

d. Purposive Sampling

Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.

e. Sampling Jenuh

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian membesar.

2.7.6 Skala Pengukuran

Skala pengukuran ini adalah untuk mengklasifikasikan variabel yang akan

diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah

penelitian selanjutnya. Jenis skala penngukuran tersebut antara lain skala nominal,

skala ordinal, skala interval, dan skala ratio. Selain keempat jenis skala

pengukuran tersebut, ternyata skala interval yang sering digunakan untuk

mengukur gejala dalam penelitian sosial. Para ahli sosiologi membedakan dua tipe

skala pengukuran menurut gejala sosial yang diukur, yaitu :

a. Skala pengukuran untuk mengukur prilaku susila dan kepribadian.

Termasuk tipe ini adalah : skala sikap, skala moral, test karakter, skala

partisipasi sosial.

b. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan

lingkungan sosial. Termasuk tipe ini adalah skala mengukur status sosial

ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (sosial),

kemasyarakatan, kondisi rumah tangga, dan lain sebagainya.

Dari tipe – tipe skala pengukuran tersebut, yang digunakan dalam penelitian

ini adalah skala sikap. Bentuk – bentuk skala sikap yang sering digunakan ada

lima macam yaitu skala Likert, skala Guttman, Skala Simantict defferensial,

Page 21: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

24

Rating Scale, dan Skala Thurstone. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Skala Likert.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian

gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya

disebut dengan variabel penelitian.

Dengan menggunakan skala Likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian

sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.

Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk

membuat item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu

dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan

atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata – kata (Riduwan, 2008).

Dengan menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan

tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu

dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format

seperti:

1. Sangat setuju = 5

2. Setuju = 4

3. Ragu – ragu = 3

4. Tidak setuju = 2

5. Sangat tidak setuju = 1

2.7.7 Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh

data dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang

perlu diketahui.

Penggunaan kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan

daftar pertanyaan/angket atau daftar isian terhadap objek yang diteliti (populasi

atau sampel) (Sugiyono,2011).

Page 22: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

25

2.8 Metode Analisis

Pada tugas akhir ini menggunakan metode analisis korelasi dengan bantuan

program SPSS dan korelasi secara manual.

2.8.1 Statistik dan Komputer Statistik

Statistik adalah kumpulan data, bilangan maupun non bilangan yang disusun

dalam tabel atau diagram yang melukiskan suatu persoalan.

( http://risamasu.files.wordpress.com/2008/05/statistik-lengkap1.pdf )

Secara etimologis kata "statistik" berasal dari kata status (bahasa latin) yang

mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) atau kata staat

(bahasa Belanda), dan yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi

negara. Pada mulanya, kata "statistik" diartika sebagai "kumpulan bahan

keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak

berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan

yang besar bagi suatu negara. Namun, pada perkembangan selanjutnya, arti kata

statistik hanya dibatasi pada "kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka

(data kuantitatif)" saja; bahan keterangan yang tidak berwujud angka (data

kualitatif) tidak lagi disebut statistik. (http://matematika.nice-forum.net/t1-

pengertian-statistik )

2.8.2 Prinsip Statistik

Pada prinsipnya statistik bisa diartikan sebagai kegiatan – kegiatan

(Santoso, 2000) :

1. Mengumpulkan data

2. Meringkas/menyajikan data

3. Menganalisis data dengan metode tertentu

4. Menginterprestasikan data

2.8.3 Komputer Statistik

Perhitungan statistik dengan komputer mempunyai keunggulan dibanding

secara manual, dimana komputer akan memiliki kecepatan, dan kecermatan. Saat

ini banyak software statistik yang beredar, seperti SAS, SPSS, MINITAB,

Page 23: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

26

MICRO TSP, STATISTICA, EXECUSTAT dan sebagainya. Penggunaan

program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) karena merupakan

program statistik yang paling populer di Indonesia maupun dunia. Dimana dalam

program SPSS mampu diterapkan pada banyak bidang seperti ekonomi,

manajemen, psikologi, manufaktur, farmasi, industri dan sebagainya. SPSS juga

dilengkapi dengan program untuk ilmu tertentu seperti pada Riset

Pemasaran/Marketing Reseacrh (Santoso, 2000).

2.8.4 Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas instrumen adalah mengukur instrumen terhadap ketepatan

(konsisten). Reliabilitas disebut juga keterandalan, keajegan, consistency,

stability, dan dependability. Ada empat jenis uji reliabilitas, yaitu : tes ulang tes,

tes paralel, tes belah dua, dan tes konsistensi internal. Dalam penelitian ini

digunakan tes konsistensi internal.

Tes konsistensi internal yaitu suatu instrumen diujicobakan kepada

kelompok tertentu, kemudian dihitung skor-skornya dan akhirnya diuji konsistensi

inter item-itemnya. Tes konsistensi internal terdapat tiga jenis, antara lain; Kuder-

Richardson KR20 (1937), KR21, dan Cronbach Alpha (α) (1951). Pada penelitian

ini digunakan jenis Cronbach Alpha (α). Cronbach Alpha (α) dapat digunakan

untuk menguji reliabilitas instrumen skala likert (1 sampai 5) atau instrumen yang

ietm-itemnya dalam bentuk esai. Rumusnya adalah (Usman dan Akbar, 2006) :α = 1 − ²∑ ² ............................................................ (2.1)

Dimana : k = jumlah item

s2t = jumlah varians skor total

s2i = varians responden untuk item ke i

s²i = jumlah varians sampel seluruh item

Sebuah instrument dikatakan reliabel dan dapat diberlakukan ke semua

sampel penelitian apabila nilai α-nya lebih besar dari 0,70 (Ghozali, 2005)

Untuk mendapatkan nilai s²t digunakan rumus :Σs²t = ( .... ) ²............................................................. (2.2)

Page 24: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

27

Dimana : 1..... 30 = jumlah seluruh skor item sampel 1 sampai 30

tot = total jumlah seluruh skor item sampel

N = jumlah sampel

Untuk mendapatkan nilai s²i digunakan rumus :s²i = ( .... ) ₁²............................................................. (2.3)

Dimana : s1.....s30 = skor item soal ke 1, dari jawaban responden 1 sampai 30

item1 = jumlah skor item ke-1 seluruh sampel

N = jumlah sampel

2.8.5 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

(Ghozali, 2013).

Untuk menghitung validitas digunakan rumus sebagai berikut := .Σ (Σ )(Σ ){( .Σ (Σ ) ).( .Σ (Σ ) )} .................................................. (2.4)

Dimana : rix = koefisien korelasi item-total

i = skor item

x = skor total

n = banyaknya subjek

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. dan hasil

dibandingkan dengan r-tabel Product Moment dengan N = jumlah responden – 2.

Kriteria pengujian adalah

Jika r-hitung > r-tabel, maka instrument atau item-item pertanyaan

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

Jika r-hitung < r-tabel, maka instrument atau item-item pertanyaan tidak

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Page 25: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

28

2.8.6 Korelasi dengan Program SPSS

Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier

antara dua variabel atau lebih. Korelasi merupakan salah satu teknik analisis

statistik yang paling banyak digunakan oleh para peneliti karena peneliti

umumnya tertarik terhadap peristiwa – peristiwa yang terjadi dan mencoba untuk

menghubungkannya (Usman dan Akbar, 2000).

Metode perhitungan korelasi yang dipakai adalah dengan menggunakan

software komputer yaitu program SPSS dan dibandingkan dengan perhitungan

secara manual. Dengan SPSS akan dicari hubungan signifikansi antara faktor –

faktor penyebab penambahan biaya pelaksanaan yaitu : faktor perencanaan, faktor

estimasi biaya, faktor aspek keuangan, faktor material, faktor tenaga kerja, faktor

peralatan, faktor waktu pelaksanaan, faktor hubungan kerja sebagai variabel bebas

terhadap biaya pelaksanaan proyek sebagai variabel terikat. Langkah kerja SPSS

pada tugas akhir ini adalah :

1. Masukkan data hasil kuisioner.

2. Dari menu utama SPSS, pilih menu analyze kemudian pilih submenu

correlate, pilih bivariate karena akan dicari hubungan korelasi tunggal.

3. Pilih variabel yang akan dikorelasikan, dalam hal ini adalah variabel

biaya pelaksanaan proyek dan faktor – faktor penyebab penambahan

biaya.

4. Correlation Coefficient atau alat hitung koefisien korelasi yang dipakai

adalah pearson karena data sampel berupa data interval.

5. Test of Significance, pilih two-tailed untuk uji dua sisi karena ada dua

kemungkinan jawaban :

a. Faktor – faktor yang diteliti bertanda (+) yaitu semakin besar

kesalahan yang terjadi pada faktor tersebut maka biaya pelaksanaan

proyek akan meningkat.

b. Faktor – faktor yang diteliti bertanda (-) yaitu semakin besar

kesalahan yang terjadi pada faktor tersebut maka biaya pelaksanaan

proyek tidak meningkat tapi menurun.

6. Kemudian tekan ok untuk mengakhiri pengisian prosedur analisis.

Selanjutnya SPSS melakukan pekerjaan analisis dan terlihat output

Page 26: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

29

SPSS. Hasil dari output data tersebut kemudian dianalisa lagi dengan

tabel koefisien korelasi.

2.8.7 Korelasi secara Manual

Korelasi yang digunakan untuk perhitungan secara manual adalah korelasi

pearson product moment karena data sampel berupa data interval. Perhitungan

korelasi yang digunakan adalah metode korelasi tunggal dimana hanya satu faktor

penyebab penambahan biaya yang mempengaruhi biaya pelaksanaan proyek

sedangkan faktor lain diabaikan. Korelasi tunggal digunakan karena ingin dicari

hubungan signifikansi dari masing-masing faktor penyebab penambahan biaya

terhadap biaya proyek sehingga nantinya dapat ditentukan hubungan dari yang

terbesar sampai terkecil. Berikut ini adalah rumus untuk menghitung koesifien

korelasi, yaitu rumus 2.5 (Sugiyono, 2011)= .Σ (Σ .Σ ){( .Σ (Σ ) ).( .Σ (Σ ) )} .................................................. (2.5)

Dimana :

Variabel X = skor jawaban responden terhadap kuisioner tentang faktor – faktor

penyebab penambahan biaya pelaksanaan proyek.

Variabel Y = skor nilai biaya pelaksanaan proyek

n = jumlah data

r = nilai koefisien korelasi

Korelasi PPM (Pearson Product Moment) dilambangkan (r) dengan ketentuan

nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi

negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya

sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel

Interpretasi Nilai r sebagai berikut :

Page 27: 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek

30

Tabel 2.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien (r) Tingkat Hubungan0,80 – 1,000

0,60 – 0,799

0,40 – 0,599

0,20 – 0,399

0,00 – 0,199

Sangat Kuat

Kuat

Cukup Kuat

Rendah

Sangat Rendah

Sumber : (Riduwan, 2008)

Setelah didapat nilai r (koefisien korelasi), maka dicari nilai koefisien determinasi

( r² ) yaitu nilai pengaruh faktor – faktor penyebab penambahan biaya terhadap

biaya pelaksanaan proyek.

Pengujian signifikansi koefisien korelasi dapat dihitung dengan uji t yang

rumusnya sebagai berikut (Sugiyono, 2011) :

t hitung =²

......................................................................................... (2.6)

dimana :

t hitung = nilai t

r = nilai koefisien korelasi

n = jumlah sampel

Kriteria pengujian signifikan korelasi yaitu :

H0 = tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara dua variabel

Ha = ada hubungan yang positif dan signifikan antara dua variabel

Kaidah pengujian :

Jika t hitung ≥ t tabel, maka H0 ditolak artinya ada hubungan yang positif dan

signifikan antara dua variabel

Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima artinya tidak ada hubungan yang positif dan

signifikan antara dua variabel