9 bab ii kajian pustaka 2.1 proyek konstruksi. proyek konstruksi

40
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan berbagai keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003). Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu gagasan yang muncul dari adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian terhadap kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan). Selanjutnya dilakukan desain awal (preliminary design), desain rinci (detail design), pengadaan (procurement) sumber daya, pembangunan di lokasi yang telah disediakan (konstruksi) dan pemeliharaan bangunan yang telah didirikan (maintenance) sampai dengan penyerahan bangunan kepada pemilik proyek. 2.1.1 Karakteristik Proyek Konstruksi Dari pengertian diatas terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah : 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau akhir hasil kerja

Upload: hoanglien

Post on 12-Jan-2017

254 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi.

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling

berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batasan

waktu, biaya dan mutu tertentu.

Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana

ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas

fungsi organisasi sehingga membutuhkan berbagai keahlian (skills) dari berbagai

profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek

yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta

sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun

waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003).

Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu

gagasan yang muncul dari adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian

terhadap kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan).

Selanjutnya dilakukan desain awal (preliminary design), desain rinci (detail

design), pengadaan (procurement) sumber daya, pembangunan di lokasi yang telah

disediakan (konstruksi) dan pemeliharaan bangunan yang telah didirikan

(maintenance) sampai dengan penyerahan bangunan kepada pemilik proyek.

2.1.1 Karakteristik Proyek Konstruksi

Dari pengertian diatas terlihat bahwa ciri pokok proyek adalah :

1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau akhir hasil kerja

Page 2: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

10

2. Jumlah biaya, kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan diatas telah

ditentukan.

3. Mempunyai awal kegiatan dan mempunyai akhir kegiatan yang telah

ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.

4. Rangkaian kegiatan hanya dilakukan sekali (non rutin), tidak berulang – ulang,

sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik (tidak identik tapi sejenis).

5. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang kegiatan proyek berlangsung.

2.1.2 Sasaran Proyek dan Tiga Kendala (Triple Constraint)

Telah disebutkan bahwa tiap proyek memiliki tujuan khusus, misalnya

rumah tinggal, bangunan perkantoran, bangunan pendidikan, jalan raya, jembatan,

instalasi pabrik dan lain - lain. Dapat pula berupa produk hasil kerja pengembangan

dan penelitian. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan

yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus

dipenuhi. Ketiga batasan tersebut diatas disebut tiga kendala (Triple Constaint).

Ketiga batasan tersebut bersifat tarik menarik, artinya jika ingin meningkatkan

kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti

dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya melebihi

anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi

dengan mutu dan jadwal.

2.1.3 Tahapan Proyek Konstruksi

Tahapan proyek konstruksi terdiri dari :

1. Tahap Perencanaan (Planning)

a. Gagasan dan ide (needs)

b. Studi kelayakan

Page 3: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

11

Aspek yang ditinjau dalam studi kelayakan adalah teknis, ekonomi,

lingkungan dan lain – lain.

Pihak yang terlibat adalah pemilik dan dapat dibantu oleh konsultan studi

kelayakan atau konsultan manajemen konstruksi.

2. Tahap Perekayasaan dan Perancangan (Engineering and Design).

a. Tahap pra rancangan, mencakup kriteria desain, skematik desain, estimasi

biaya konseptual

b. Tahap pengembangan rancangan, merupakan pengembangan dari tahap

pra rancangan, estimasi terperinci.

c. Tahap desain akhir, dengan hasil gambar detail, spesifikasi, daftar volume,

rencana anggaran biaya, syarat – syarat administrasi dan peraturan –

peraturan umum.

Pihak- pihak yang terlibat adalah konsultan perencana, konsultan manajemen

konstruksi, konsultan rekayasa nilai dan atau konsultan quantity surveyor.

3. Tahap pengadaan/pelelangan (procurement)

a. Pengadaan jasa konstruksi

b. Pengadaan material dan peralatan

Pihak yang terlibat adalah pemilik, kontraktor dan konsultan manajemen

konstruksi.

4. Tahap pelaksanaan (construction)

a. Merupakan pelaksanaan hasil perancangan dengan surat perintah kerja dan

kontrak.

b. Perlu manajemen proyek.

Page 4: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

12

Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen

konstruksi, kontraktor, sub kontraktor, suplier dan instansi terkait.

5. Tahap test operasional (commissioning)

Pengujian dari fungsi masing – masing bagian bangunan.

Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen

konstruksi, pemilik, kontraktor, sub kontraktor, suplier.

6. Tahap pemanfaatan dan pemeliharaan (operasional and maintenance)

a. Operasional setelah dilakukan pembayaran total sebesar 95% dari nilai

kontrak.

b. Pemeliharaan umumnya dilakukan selama enam bulan dengan jaminan

pemeliharaan yang ditahan oleh pemilik.

Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen

konstruksi, pemilik dan pemakai.

2.2 Pengertian Lelang dan Peserta Lelang

Lelang merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa

dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa

yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang

telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat azas sehingga

terpilih penyedia terbaik. (Ervianto, 2005).

Lelang merupakan salah satu cara bagi pengguna barang dan jasa untuk

mencari penyedia barang dan jasa, sedangkan bagi penyedia jasa mengikuti lelang

merupakan salah satu cara untuk menjaga agar perusahaan tetap memiliki

pekerjaan sehingga adanya arus pemasukan kas, memperoleh laba dan keuntungan,

mendapatkan pengalaman dan teknologi baru, menjaga kelangsungan kontak

Page 5: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

13

dengan pemilik pekerjaan, subkontraktor, serta mempertahankan ikatan kerja

dengan staf dan pekerja yang cakap (Soeharto, 1997).

Peserta diartikan sebagai turut berperan serta dalam suatu kegiatan.

Selanjutnya penyedia jasa sebagai peserta didalam lelang diartikan sebagai peran

penyedia jasa mulai dari proses pendaftaran untuk ikut lelang, proses pemasukan

penawaran, hingga akhirnya penetapan pemenang lelang (proses awal sampai akhir

lelang). Penyedia jasa yang hanya berperan serta sampai pada pendaftaran saja

tidak dikategorikan sebagai peserta lelang.

Menurut Standar Dokumen Pengadaan (SDP) barang/jasa pemerintah secara

elektronik dengan e-tendering yang dimaksud sebagai peserta lelang adalah

penyedia jasa yang menyampaikan dokumen penawaran yang dapat dibuka dan

dapat dievaluasi yang sekurang kurangnya memuat harga penawaran, daftar

kuantitas dan harga, jangka waktu penawaran dan spesifikasi barang/bahan yang

ditawarkan. Kontraktor sebagai penyedia jasa tentunya memiliki pertimbangan

untuk ikut atau tidaknya didalam kegiatan lelang. Pertimbangan tersebut didasarkan

pada pengalaman, penilaian dan persepsi masing-masing orang yang berperan

dalam proses lelang terhadap faktor-faktor yang dihadapi seperti misalnya kondisi

ekonomi, karakteristik proyek yang dilelangkan, dokumen proyek, kondisi lelang,

dan karakteristik kontraktor itu sendiri.

2.3 Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh

barang/jasa oleh K/L/D/I yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan

sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa, yang

Page 6: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

14

menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) (Anonim, 2012).

2.3.1 Pengadaan Barang/Jasa Secara Konvensional

Pengadaan barang/jasa secara konvensional atau manual adalah pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan dengan tatap muka biasa (manual), yaitu dengan

cara korespondensi secara manual tanpa menggunakan teknologi informasi dan

transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang - undangan, yaitu :

a. Pengumuman melalui media massa (koran nasional), dan papan

pengumuman K/L/D/I bersangkutan.

b. Pendaftaran bagi peserta yang berminat mendaftar wajib secara fisik untuk

melakukan proses pendaftaran.

c. Dokumen lelang dalam bentuk hard copy dan peserta yang mengambil

dokumen lelang wajib datang langsung.

d. Penjelasan pekerjaan (aanwijzing) dilakukan melalui tatap muka pada

waktu dan tempat yang sudah ditentukan.

e. Pemasukan dokumen penawaran dibawa langsung ke tempat dan waktu

yang sudah ditentukan dalam pelelangan dalam bentuk hard copy.

f. Pembukaan dokumen penawaran dilakukan secara tatap muka pada tempat

dan waktu yang sudah ditentukan pada pelelangan.

g. Sanggahan lelang bisa dilakukan dengan datang langsung ke tempat

pelelangan.

2.3.2 Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik

Pengadaan barang/jasa secara elektronik adalah pengadaan barang/jasa

yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi

Page 7: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

15

elektronik sesuai dengan ketentuan perundang- undangan, yang tata cara pemilihan

penyedia barang/jasanya dilakukan dengan tata cara e-tendering yaitu tata cara

pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti

oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara

elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah

ditentukan (Anonim, 2012).

2.3.3 Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Menurut Perpres nomor 70 tahun 2012, menerangkan bahwa ada beberapa

pihak dan organisasi yang berperan dalam proses pengadaan barang/jasa

pemerintah yang pengadaannya melalui penyedia barang/jasa diantaranya :

a. Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

c. Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan.

d. Panitia/ Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa para pihak yang terkait diatas

harus mematuhi etika- etika :

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk

mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan

barang/jasa.

b. Bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan

dokumen pengadaan barang/jasa yang menurut sifatnya harus dirahasiakan

untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa.

c. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang

berakibat persaingan tidak sehat.

Page 8: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

16

d. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan

sesuai dengan kesepakatan tertulis para pihak.

e. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak

yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.

f. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran

keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.

g. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi

dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang

secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara.

h. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi

atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan berupa apa saja dari atau

kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan

pengadaan barang/jasa.

2.3.3.1 Pengguna Anggaran (PA) atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Pengguna Anggaran (PA) merupakan pejabat pemegang kewenangan

penggunaan anggaran K/L/D/I atau pejabat yang disamakan pada instansi lain

pengguna APBN/APBD. Sesuai dengan Perpres Nomor 70 tahun 2012, PA

memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut :

a. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan.

b. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di

website K/L/D/I.

c. Menetapkan PPK.

d. Menetapkan Pejabat Pengadaan.

e. Menetapkan Panitia/Pejabat penerima hasil pekerjaan.

Page 9: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

17

f. Menetapkan pemenang pada pelelangan atau penyedia pada penunjukan

langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya

dengan nilai di atas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

g. Menetapkan pemenang pada seleksi atau penyedia pada penunjukan

langsung untuk paket pengadaan jasa konsultasi dengan nilai di atas Rp.

10.000.000.000,00 ( sepuluh miliar rupiah).

h. Mengawasi penggunaan anggaran.

i. Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang - undangan.

j. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/Pejabat Pengadaan,

dalam hal terjadi perbedaan pendapat.

k. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan

barang/jasa.

Dengan pertimbangan besarnya beban pekerjaan atau rentang kendali

organisasai maka, PA pada Pemerintah Daerah dapat mengusulkan satu atau

beberapa KPA yang memiliki kewenangan sesuai pelimpahan oleh PA kepada

Kepala Daerah untuk ditetapkan.

2.3.3.2 Pejabat Pembuat Komitmen

Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, yang mempunyai tugas pokok dan

kewenangan :

a. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/ jasa yang meliputi,

spesifikasi teknis, harga perkiraan sendiri dan rancangan kontrak.

b. Menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/ jasa.

Page 10: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

18

c. Menandatangani kontrak.

d. Malaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa.

e. Mengendalikan pelaksanaan kontrak.

f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa kepada PA

atau KPA.

g. Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada PA atau KPA.

dengan berita acara penyerahan.

h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan

hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA atau KPA.

i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan

pengadaan barang/jasa.

Selain tugas pokok dan kewenangan tersebut diatas, PPK juga dapat :

a. Mengusulkan kepada PA atau KPA untuk melakukan perubahan paket

pekerjaan dan perubahan jadwal kegiatan

b. Menetapkan tim pendukung.

c. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer)

untuk membantu pelaksanaan tugas ULP.

d. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia

barang/jasa.

2.3.3.3 Unit Layanan Pengadaan

Unit Layanan Pengadaan adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi

melaksanakan pengadaan barang/jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen,dapat

berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada, yang mempunyai tugas

pokok dan kewenangan:

Page 11: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

19

a. Menyusun rencana pemilihan penyedia barang/jasa.

b. Menetapkan dokumen pengadaan.

c. Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran.

d. Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website K/L/D/I

masing - masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta

menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam portal pengadaan

nasional.

e. Menilai kualifikasi penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi atau

pascakualifikasi.

f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran

yang masuk.

g. Menjawab sanggahan.

h. Menetapkan penyedia barang/jasa untuk pelelangan atau penunjukan

langsung paket pengadaan barang, pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya

yang bernilai paling tinggi Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)

dan menetapkan seleksi atau penunjukan langsung untuk paket pengadaan

jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah).

i. Menyerahkan salinan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa kepada

PPK.

j. Menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa.

k. Membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Menteri,

Pimpinan Lembaga, Kepala Daerah atau Pimpinan Instansi.

Page 12: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

20

l. Memberikan pertangungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan

barang/jasa kepada PA.

2.3.3.4 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

Panitia/Pejabat penerima hasil pekerjaan adalah panitia/pejabat yang

ditetapkan oleh PA atau KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil

pekerjaan, yang mempunyai tugas pokok dan kewenangan :

a. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa sesuai

dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

b. Menerima hasil pengadaan barang/jasa setelah melalui

pemeriksaan/pengujian.

c. Membuat dan menandatangani berita acara serah terima hasil pekerjaan.

2.4 Tata Cara E- Tendering

Menurut Perpres Nomor 70 Tahun 2012, e-tendering adalah tata cara

pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti

oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada SPSE dengan cara

menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Sesuai

dengan peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

(LKPP) Nomor 18 Tahun 2012 tentang tata cara e-tendering, ruang lingkup tata

cara e-tendering meliputi :

a. Pengadaan barang/jasa di lingkungan K/L/D/I yang pembiayaannya baik

sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD.

b. Pengadaan barang/jasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia,

Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha

Page 13: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

21

Milik Daerah yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan

pada APBN/APBD.

c. Pengadaan barang/jasa yang dananya baik sebagian atau seluruhnya berasal

dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri yang berpedoman pada ketentuan Perpres

nomor 70 tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa Pemerintah.

2.4.1 Metode E-Tendering

Metode e-tendering terdiri dari :

a. E-lelang untuk untuk pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa

lainnya

b. E-seleksi untuk pemilihan penyedia jasa konsultansi.

2.4.2 Proses Pemilihan metode E-Tendering

Dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa dengan tata cara e-tendering

ada beberapa pihak yang terlibat diantaranya; PPK, ULP, penyedia barang/jasa dan

LPSE. Secara umum proses tata cara e-tendering dapat dibagi menjadi beberapa

tahap aktivitas:

a. Tahap persiapan pemilihan

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pada tahap persiapan pemilihan, PPK menyerahkan yang berisikan

paket, spesifikasi teknis, HPS dan rancangan umum kontrak kepada

ULP.

2. Unit Layanan Pengadaan (ULP)

a. ULP menerima, menyimpan dan melaksanakan pemilihan

berdasarkan surat yang disampaikan oleh PPK.

Page 14: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

22

b. ULP menyerahkan surat keputusan tentang kepanitiaan untuk paket

pemilihan kepada LPSE untuk mendapatkan kode akses untuk

masing – masing nama yang tertera dalam kepanitian.

c. ULP membuat dokumen pengadaan dalam softcopy.

3. Penyedia barang/jasa

a. Penyedia barang/jasa yang belum mendapat kode akses aplikasi

SPSE wajib melakukan pendaftaran pada aplikasi SPSE dan

melaksanakan verifikasi pada LPSE untuk mendapatkan kode akses

aplikasi SPSE.

b. Untuk penyedia barang/jasa yang saling bergabung dalam suatu

konsorsium atau bentuk kerjasama lain, maka semua anggota berhak

untuk mendapatkan kode akses aplikasi SPSE.

4. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

a. LPSE menerima, menyimpan dan menerbitkan kode akses terhadap

nama - nama yang tercantum dalam surat keputusan tentang

penunjukan/pengangkatan PPK, Kelompok Kerja Unit ULP,

kepanitian untuk paket pemilihan.

b. LPSE melakukan verifikasi jati diri pimpinan perusahaan terhadap

penyedia barang/jasa yang telah melaksanakan pendaftaran melalui

aplikasi SPSE namun belum tercatat sebagai pengguna SPSE.

b. Pelaksanaan Pemilihan

1. Unit Layanan Pengadaan (ULP)

a. Pembuatan paket dan pendaftaran

Page 15: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

23

Kelompok Kerja ULP membuat paket dengan informasi sistem

pengadaan yang digunakan beserta jadwal serta dokumen

pengadaan.

b. Pemberian penjelasan

Proses penjelasan pekerjaan dilakukan secara online, sesuai jadwal

yang telah ditetapkan.

c. Pemasukan kualifikasi

Data kualifikasi disampaikan oleh penyedia barang/jasa ke dalam

form isian elektronik kualifikasi.

d. Pemasukan penawaran.

Dokumen penawaran diunggah (upload) berbentuk file yang sudah

dienkripsi menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen (APENDO)

e. Pembukaan penawaran dan evaluasi.

Dokumen penawaran peserta lelang di unduh (download) dan

dideskripsi dengan menggunakan APENDO.

f. Sanggahan

Peserta pemilihan yang dapat menyanggah adalah yang

menyampaikan dokumen penawaran.

2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

a. Surat penunjukan penyedia barang/jasa

b. Penandatangan kontrak

c. Aturan Lain

1. Pengumuman pemilihan dan pengumuman pemenang

Page 16: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

24

2. Evaluasi ulang, penyampaian ulang dokumen penawaran atau pemilihan

ulang

3. Surat jaminan penawaran

4. Perubahan jadwal

5. Pengenaan sanksi

6. Persiapan dan pelaksanaan audit.

2.5 Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal

Pihak – pihak yang dapat menyatakan bahwa suatu pelelangan gagal yaitu

ULP, PA atau KPA, Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan Instansi lainnya dan

Kepala Daerah.

ULP menyatakan pelelangan gagal apabila :

a. Jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari

tiga peserta.

b. Jumlah peserta yang memasukkan dokumen penawaran kurang dari tiga.

c. Sanggahan dari peserta terhadap hasil prakualifikasi ternyata benar.

d. Tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran.

e. Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti atau indikasi terjadi persaingan

tidak sehat.

f. Harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan dan kontrak

gabungan lumpsum dan harga satuan lebih tinggi dari HPS.

g. Seluruh harga penawaran yang masuk untuk kontrak lumpsum diatas HPS.

h. Sanggahan dari peserta atas pelaksanaan pelelangan yang tidak sesuai dengan

ketentuan Perpres dan dokumen pengadaan ternyata benar.

Page 17: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

25

i. Sanggahan dari peserta atas kesalahan substansi dokumen pengadaan ternyata

benar.

j. Calon pemenang dan calon pemenang cadangan satu dan dua, setelah

dilakukan evaluasi dengan sengaja tidak hadir dalam klarifikasi dan/atau

pembuktian kualifikasi.

PA atau KPA menyatakan pelelangan gagal apabila:

a. PA atau KPA sependapat dengan PPK yang tidak bersedia menandatangani

surat penunjukan penyedia barang/jasa karena proses pelelangan tidak sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

b. Pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang melibatkan ULP atau PPK

ternyata benar

c. Dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan

pelelangan dinyatakan benar oleh pihak berwenang.

d. Sanggahan dari penyedia barang/jasa atas kesalahan prosedur yang tercantum

dalam dokumen pengadaan penyedia barang/jasa ternyata benar.

e. Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai atau menyimpang dari dokumen

pengadaan.

f. Calon pemenang dan calon pemenang cadangan satu dan dua mengundurkan

diri.

Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan Instansi lainnya menyatakan pelelangan gagal,

apabila:

a. Sanggahan banding dari peserta atas terjadinya pelanggaran prosedur dalam

pelaksanaan pelelangan yang melibatkan KPA, PPK dan ULP ternyata benar.

Page 18: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

26

b. Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN yang melibatkan KPA ternyata

benar.

Kepala Daerah menyatakan pelelangan gagal apabila :

a. Sanggahan banding dari peserta atas terjadinya pelanggaran prosedur dalam

pelaksanaan pelelangan yang melibatkan PA, KPA dan ULP ternyata benar.

b. Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN yang melibatkan KPA, ternyata

benar.

Pelelangan gagal dapat diartikan gagal terpilihnya penyedia barang/jasa

dalam suatu proses pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah sehingga untuk

memperoleh penyedia barang/jasa harus dilakukan proses pemilihan penyedia

barang/jasa ulang.

Apabila pelelangan dinyatakan gagal maka selanjutnya ULP

memberitahukan kepada seluruh peserta dan mencari tahu penyebab terjadinya

pelelangan gagal, untuk bisa diambil tindakan selanjutnya. Tindakan selanjutnya

bisa berupa evaluasi ulang, penyampaian ulang dokumen penawaran, pelelangan

ulang atau penghentian proses lelang dan tindakan lainnya tergantung dari

penyebab gagalnya pelelangan.

2.6 Harga Perkiraan Sendiri

HPS diatur dalam Perpres nomor 70 tahun 2012, tentang tata cara

pengadaan barang/jasa pemerintah, pasal 66, yang menguraikan tentang komponen

HPS, kegunaan, waktu penyusunan dan dasar penyusunan HPS. HPS adalah harga

barang/jasa yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat

dipertanggungjawabkan. Nilai total HPS terbuka dan tidak rahasia. Yang dimaksud

dengan nilai total HPS adalah hasil perhitungan seluruh volume pekerjaan

Page 19: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

27

dikalikan dengan harga satuan ditambah dengan seluruh beban pajak dan

keuntungan. Berdasarkan HPS yang ditetapkan oleh PPK (kecuali HPS untuk

kontes/sayembara), ULP/Pejabat Pengadaan mengumumkan nilai total HPS.

Rincian harga satuan dalam perhitungan HPS bersifat rahasia.

2.6.1 Komponen Harga Perkiraan Sendiri

HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead

yang dianggap wajar. Penyusunan HPS ini dikalkulasikan secara keahlian

berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan meliputi :

1. Harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi barang/jasa

diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang dilaksanakannya pengadaan

barang/jasa;

2. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat

Statistik (BPS);

3. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait

dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan;

4. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor

tunggal;

5. Biaya kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan

mempertimbangkan faktor perubahan biaya;

6. Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah Bank

Indonesia;

7. Hasil perbandingan dengan kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan

instansi lain maupun pihak lain;

Page 20: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

28

8. Perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana

(engineer’s estimate);

9. Norma indeks; dan/atau

10. Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

2.6.2 Kegunaan dan Waktu Penetapan HPS

Kegunaan HPS adalah :

1. Alat untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya;

2. Dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah;

3. Dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran

yang nilainya lebih rendah dari 80% (delapan puluh persen) nilai total HPS.

4. HPS bukan sebagai dasar untuk menentukan besaran kerugian negara.

Waktu Penetapan HPS :

a. Paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir

pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi; atau

b. Paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir

pemasukan penawaran ditambah dengan waktu lamanya proses

prakualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi.

2.7 Teknik Sampling

2.7.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2013). Bila hasil

penelitian akan digeneralisasikan (kesimpulan data sampel untuk populasi) maka

sampel yang digunakan sebagai sumber data harus representatif, hal ini dapat

Page 21: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

29

dilakukan dengan cara mengambil sampel dari populasi secara random sampai

jumlah tertentu (Riduwan, 2009).

Dalam melaksanakan penelitian, walaupun tersedia populasi yang terbatas

dan homogen, ada kalanya peneliti tidak melakukan pengumpulan data secara

populasi, tetapi mengambil sebagian dari populasi yang dianggap mewakili

populasi (representatif). Hal ini berdasarkan pertimbangan yang logis, seperti

kepraktisan, keterbatasan biaya, waktu, tenaga dan adanya percobaan yang bersifat

merusak (destruktif). Dengan meneliti secara sampel diharapkan hasil yang telah

diperoleh akan memberikan kesimpulan dan gambaran yang sesuai dengan

karakteristik populasi. Jadi, hasil kesimpulan dari penelitian sampel dapat

digeneralisasikan terhadap populasi (Riduwan, 2009).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulanya akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2013).

Pengambilan data dalam penelitian dapat dilakukan dengan sampling.

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel atau suatu cara

mengambil sampel yang representatif dari populasi. Ada dua macam teknik

pengambilan sampling dalam penelitian yang umum dilakukan (Riduwan, 2009)

yaitu :

1) Probability Sampling

Probability Sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang

sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Yang tergolong teknik probability sampling yaitu :

Page 22: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

30

a. Simple Random Sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota

populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan)

dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi

dianggap homogen (sejenis).

b. Proportionate Stratified Random Sampling adalah pengambilan sampel dari

anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan

sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis).

c. Disproportionate Stratified Random Sampling ialah pengambilan sampel

dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetap sebagian ada yang

kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila anggota

populasinya heterogen (tidak sejenis).

d. Area Sampling/Cluster Sampling (sampling daerah/wilayah) ialah teknik

sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah

geografis yang ada.

2) Non Probability Sampling

Non Probability Sampling adalah teknik sampling yang tidak memberi

kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota

sampel. Antara lain :

a. Systematic Sampling ialah pengambilan sampel berdasarkan atas urutan dari

anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

b. Quota Sampling ialah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan

c. Accidental Sampling ialah penentuan sampel berdasarkan faktor

spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan

Page 23: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi
Page 24: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

32

2.7.3 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga

alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif.

2.7.3.1 Jenis Skala Pengukuran

Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang

akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan

langkah penelitian selanjutnya.

Jenis -jenis skala pengukuran ada empat yaitu :

1. Skala Nominal

Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis atau

fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik

dengan karakteristik lainnya.

Contoh data nominal :

Jenis kulit: Hitam (1), Kuning (2), Putih (3), angka 1, 2, 3 sebagai label saja

2. Skala Ordinal

Skala ordinal adalah skala yang didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang

yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya.

Contoh : Mengukur tingkat prestasi

3. Skala Interval

Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan

data yang lain dan mempunyai bobot yang sama.

Contoh : Skor ujian perguruan tinggi, A, B, C, D dan E

Page 25: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

33

4. Skala Ratio

Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan

mempunyai jarak yang sama. Misalnya umur manusia dan ukuran timbangan

keduanya tidak memiliki angka nol negatif.

2.7.3.2 Tipe Skala Pengukuran

Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala pengukuran menurut gejala

sosial yang di ukur, yaitu:

1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susila dan kepribadian. Termasuk

dalam tipe ini adalah: skala sikap, skala moral, test karakter, skala partisipasi

sosial.

2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan

sosial. Termasuk tipe ini adalah: skala sikap, skala mengukur status sosial

ekonomi, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, kemasyarakatan, kondisi

rumah tangga dan lain - lain.

Selanjutnya akan dibahas hanya tentang skala sikap. Ada lima macam skala sikap

yang sering dipergunakan dalam penelitian, yaitu (Riduwan, 2009) :

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala

Likert ini maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan

(Sugiyono, 2013).

Page 26: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

34

Jawaban setiap pertanyaan/pernyataan mempunyai gradasi dari sangat positif

sampai sangat negatif yang dapat berkata-kata antara lain:

a. Sangat Tinggi/Sangat Penting/Sangat Benar/Sangat Berpengaruh : 5

b. Tinggi/Penting/Benar/Berpengaruh : 4

c. Cukup Tinggi/Cukup Penting/ Cukup Benar/ Cukup Berpengaruh : 3

d. Rendah/Kurang Penting/Salah/Tidak Berpengaruh : 2

e. Sangat Rendah/Tidak Penting/Sangat Salah/Sangat Tidak Berpengaruh :1

Dengan demikian, semakin besar nilai yang di dapat individu, maka semakin

mempengaruhi nilai variabel yang bersangkutan.

2. Skala Guttman

Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat

tegas, jelas dan konsisten. Misanya, yakin - tidak yakin, ya-tidak, benar-salah,

positif-negatif dan lain sebagainya.

3. Skala Simantict defferensial

Skala Simantict defferensial atau skala perbedaan semantic berisikan

serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti panas-dingin, popular-

tidak popular dan sebagainya.

4. Rating Scale

Dalam rating scale data mentah yang di dapat berupa angka kemudian

ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

5. Skala Thurstone

Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pertanyaan yang ia setujui

dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan yang berbeda - beda.

Page 27: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

35

Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai dengan

10, tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.

2.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian harus berkualitas yang sudah distandarkan sesuai

dengan kriteria teknik pengujian validitas dan reliabilitas. Sebelum instrumen/alat

ukur digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, maka perlu dilakukan uji

coba kuesioner untuk mencari kevalidan dan reliabilitas alat ukur tersebut.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak di ukur. Instrumen yang reliabel berarti instrument

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Sedangkan suatu kuisioner dikatakan reliabel (andal) jika

jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan realibel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan

realibel. Jadi instrument yang valid dan realibel merupakan syarat untuk

mendapatkan hasil penelitian yang valid dan realibel.

Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir

pertanyaan yang ada dalam sebuah angket, apakah isi dari butir pertanyaan tersebut

sudah valid dan reliabel. Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu,

baru diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, baru otomatis

Page 28: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

36

dibuang. Butir-butir yang sudah valid baru kemudian secara bersama diukur

reliabilitasnya.

2.8.1 Uji Validitas

Uji validitas sering digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam

kuesioner, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur

apa yang ingin diukur. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau

dukungan terhadap item total (skor total). Perhitungan dilakukan dengan cara

mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dari hasil perhitungan

korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur

tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak

digunakan atau tidak. Pada program Statistical Package for the Social Sciences

(SPSS) teknik pengujian yang sering digunakan untuk uji validitas adalah

menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan Corrected

Item-Total Correlation (Priyatno, 2010).

Pada uji validitas dengan menggunakan Corrected Item-Total Correlation

dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor total item dengan

skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over

estimasi (estimasi nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya). Atau dengan kata

lain, analisis ini menghitung korelasi tiap item dengan skor total tetapi skor total ini

tidak termasuk skor item yang akan dihitung. Kriteria pengujian adalah sebagai

berikut:

a. Jika Rhitung ≥ Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)

Page 29: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

37

b. Jika Rhitung < Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid) (Priyatno, 2010)

Ketentuan nilai r tidak lebih dari harga ( -1 ≤ r ≤ +1 ) :

1. Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna

2. r = 0 artinya tidak ada korelasi

3. r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.

(Riduwan, 2009 ).

Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan,

biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05,

artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.

Untuk pembahasan ini dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria

r kritis pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%. Dibawah ini Tabel nilai r Product

Moment.

Tabel 2.1Nilai – Nilai r Product Moment

NTaraf Signifikan

5%N

Taraf Signifikan5%

NTaraf Signifikan

5%

3 0,997 27 0,381 56 0,2634 0,950 28 0,374 60 0,2545 0,878 29 0,387 65 0,2446 0,811 30 0,361 70 0,2357 0,754 31 0,355 75 0,2278 0,707 32 0,349 80 0,2209 0,688 33 0,344 85 0,213

10 0,632 34 0,339 90 0,20711 0,602 35 0,334 95 0,20212 0,576 36 0,329 100 0,19513 0,553 37 0,325 125 0,17614 0,532 38 0,320 150 0,15915 0,514 39 0,316 175 0,14816 0,497 40 0,312 200 0,13817 0,482 41 0,308 300 0,11318 0,468 42 0,304 400 0,09819 0,458 43 0,301 500 0,088

Page 30: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

38

Lanjutan Tabel 2.1Nilai – Nilai r Product Moment

NTaraf Signifikan

5%N

Taraf Signifikan5%

NTaraf Signifikan

5%

20 0,444 44 0,297 600 0,08021 0,433 45 0,294 700 0,07422 0,423 46 0,291 800 0,07023 0,413 47 0,288 900 0,06524 0,404 48 0,284 1000 0,06225 0,396 49 0,28126 0,388 50 0,279

Sumber: Sugiyono, 2013

Signifikansi artinya meyakinkan atau berarti dalam penelitian mengandung

arti bahwa hipotesis yang telah terbukti pada sampel dapat diberlakukan pada

populasi. Jika tidak signifikan berarti kesimpulan pada sampel tidak berlaku pada

populasi (tidak ada generalisasi) atau hanya berlaku pada sampel saja. Tingkat

signifikansi 5% atau 0,05 artinya kita mengambil risiko salah dalam mengambil

keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% dan benar

dalam mengambil keputusan sedikit-dikitnya 95% (tingkat kepercayaan). Atau

dengan kata lain kita percaya bahwa 95% dari keputusan untuk menolak hipotesa

yang salah dan benar. Ukuran 0,05 atau 0,01 adalah ukuran yang umum sering

digunakan dalam penelitian. Taraf kesalahan yang lebih kecil atau lebih teliti

biasanya digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu, misalnya untuk meneliti

makanan, minuman atau obat (Priyatno, 2010).

2.8.2 Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah keandalan/konsistensi alat ukur (keajegan alat ukur)

tersebut dalam mengukur apa yang hendak diukur, artinya kapanpun alat ukur itu

digunakan akan memberikan hasil yang sama. Sehingga reliabilitas merupakan

ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang

Page 31: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi
Page 32: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

40

Metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0

sampai 1. Jika skala itu dikelompokan kedalam lima kelas dengan ring yang sama,

maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :

1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel

3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel

4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel

(Triton, 2005).

Metode alpha Cronbach untuk menentukan apakah setiap instrumen

reliabel atau tidak, dengan memanfaatkan bantuan dari software SPSS yang mampu

melakukan perhitungan lebih cepat dan akurat. Instrumen dikatakan reliabel apabila

nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6.

2.9 Analisis Statistik

2.9.1 Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2013), statistik deskriptif adalah statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Statistik deskriptif

dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak

ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil.

Statistik deskriftif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan

penyajian data sehingga menaksir kualitas data berupa jenis variabel, ringkasan

Page 33: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

41

statistik (mean, median, modus, standar deviasi, frequencies, etc). Modus

digunakan untuk memperoleh jumlah data pada nilai-nilai sebuah variabel tunggal.

2.9.2 Analisis Faktor (FaktorAnalysis)

Faktor analisis termasuk variasi seperti analisis komponen dan faktor

analisis umum adalah pendekatan statistik yang dapat digunakan untuk

menganalisis hubungan diantara beberapa variable dan menjelaskan variabel-

variabel ini dalam keadaan umumnya berdasarkan dimensi (faktor). Tujuannya

adalah untuk mencari cara menyingkat informasi yang terdapat dalam beberapa

variabel asal menjadi serangkaian variabel yang lebih kecil (faktor) dengan

meminimalkan kehilangan informasi (Hair dkk, 1995) dalam (Yamin dan

Kurniawan, 2009).

Faktor analisis adalah salah satu keluarga analisis multivariat yang

bertujuan untuk meringkas atau mereduksi variabel amatan secara keseluruhan

menjadi beberapa variabel atau dimensi baru, akan tetapi variabel atau dimensi

baru yang terbentuk tetap mampu mempresentasikan variabel utama. Dalam

analisis faktor dikenal ada dua pendekatan utama, yaitu exploratory factor analysis

dan confirmatory factor analysis. Kita menggunakan exploratory factor analysis

bila banyaknya faktor yang akan terbentuk tidak ditentukan terlebih dahulu.

Sebaliknya confirmatory factor analysis digunakan apabila faktor yang terbentuk

telah ditetapkan terlebih dahulu (Yamin dan Kurniawan, 2009).

Secara prinsip, analisis faktor mencoba menemukan hubungan (inter-

relationship) antar sejumlah variable-variabel yang awalnya saling independen satu

dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang

lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2012).

Page 34: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

42

Oleh karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi -

asumsi terkait dengan korelasi yang akan digunakan (Santoso, 2012) antara lain:

1. Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat,

misalnya diatas 0,5.

2. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap

variabel yang lain, justru harus kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi

parsial diberikan lewat pilihan Anti-Image Correlation.

3. Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar variabel) yang diukur

dengan besaran Bartlett Test of Sphericity atau Measure Sampling Adequancy

(MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan diantara

paling sedikit beberapa variabel.

Selain asumsi diatas dapat juga dilihat nilai determinant of corelation

matrix, dimana nilai determinan yang mendekati nol menunjukkan bahwa korelasi

antara variabel mempunyai nilai koefisien korelasi antar variabel yang cukup

tinggi.

Berikut tahapan analisis faktor adalah sebagai berikut (Santoso, 2012) :

1. Menilai variabel yang layak

Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai mana saja variabel yang

dianggap layak (appropriateness) untuk dimasukkan dalam analisis

selanjutnya. Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan semua variabel

yang ada, kemudian pada variabel – variabel tersebut dikenakan sejumlah

pengujian. Logika pengujian adalah jika sebuah variabel memang

mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor,

maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan

Page 35: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

43

variabel lain. Sebaliknya, variabel dengan korelasi yang lemah dengan

variabel lain cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu.

Beberapa pengukuran yang dapat dilakukan antara lain dengan

memperhatikan, angka Kaiser Meyer Oikin (KMO) and Bartlett’s test dan

nilai Measure of Sampling Adequancy (MSA)

a. Kaiser Meyer Oikin (KMO)

Uji KMO bertujuan untuk mengetahui apakah semua data yang telah

terambil telah cukup untuk difaktorkan. Nilai KMO harus lebih besar

dari 0,5 dengan signifikansi < 0,05 memberikan indikasi bahwa korelasi

diantara pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya,

sehingga analisis faktor layak digunakan. Sebaliknya nilai KMO yang

lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara

pasangan - pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya

sehingga analisis faktor tidak layak digunakan.

b. Measure of Sampling adequacy (MSA)

Tujuan pengukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses

pengambilan sampel telah memadai atau tidak. Angka MSA berkisar

antara 0 sampai 1 dengan kriteria yang digunakan sebagai interpretasi

adalah:

1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa

kesalahan oleh variabel yang lain.

2. Jika MSA > 0,5, maka variabel tersebut dapat diprediksi dan bisa

dianalisis lebih lanjut.

Page 36: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

44

3. Jika MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa

dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya

(Santoso, 2012).

Apabila dalam pengujian ada variabel dengan nilai MSA dibawah 0,5

maka variabel tersebut dikeluarkan dan dilakukan pengujian ulang.

Seandainya ada lebih dari satu variabel yang mempunyai MSA dibawah

0,5 maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil.

Kemudian proses pengujian tetap diulang lagi.

2. Susun ekstraksi variabel

Setelah sejumlah variabel terpilih maka dilakukan ekstraksi terhadap variabel

- variabel tersebut sehingga terbentuk beberapa kelompok faktor. Metode

yang digunakan adalah Principal Component Analysis (PCA). Penentuan

terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan dengan melihat nilai eigen

(Eigen value) yang menyatakan kepentingan relatif masing - masing faktor

dalam menghitung varian dari variabel - variabel yang dianalisis. Eigen value

dibawah 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang

terbentuk.

3. Rotasi kelompok faktor

Setelah faktor – faktor terbentuk, dengan sebuah faktor berisi sejumlah

variabel, mungkin saja sebuah variabel sulit untuk ditentukan akan masuk ke

dalam faktor yang mana. Atau, jika yang terbentuk dari proses faktoring

hanya satu faktor, bisa saja sebuah variabel diragukan apakah layak

dimasukkan dalam faktor yang terbentuk atau tidak. Untuk mengatasi hal

tersebut, bisa dilakukan proses rotasi pada faktor yang terbentuk, sehingga

Page 37: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

45

memperjelas posisi sebuah variabel, apakah dimasukkan pada faktor yang

satu atau kefaktor lainnya. Beberapa metode rotasi yang popular dilakukan:

a. Orthogonal Rotation, yakni memutar sumbu 90°. Proses rotasi dengan

metode orthogonal masih bisa dibedakan menjadi: Quartimax, Varimax

dan Equimax.

b. Oblique Rotation, yakni memutar sumbu ke kanan, namun tidak harus

90°. Poroses rotasi dengan metode oblique masih bisa dibedakan menjadi

oblimin, promax, orthoblique dan lainnya.

Metode varimax adalah metode yang paling sering digunakan dalam praktik.

Angka loading faktor menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel

dengan faktor-faktor yang terbentuk. Proses penentuan variabel mana akan

masuk ke faktor yang mana dilakukan dengan melakukan perbandingan besar

korelasi antara variabel dengan faktor yang terbentuk. Variabel dengan faktor

loading dibawah 0,5 dikeluarkan dari model.

4. Menamakan kelompok faktor

Pada tahap ini, faktor – faktor yang terbentuk diberikan nama berdasarkan

faktor loading suatu variabel terhadap faktor terbentuknya. Analisa faktor

tidak menentukan nama tiap faktor dan konsep untuk faktor-faktor yang

dihasilkan sehingga penamaan faktor dalam analisis faktor bersifat subyektif.

Nama dan konsep atau makna tiap faktor bisa ditentukan berdasarkan teori

Surrogate atau bisa diberi nama sesuai dengan variabel tersebar yang

berkelompok pada faktor tersebut.

Page 38: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

46

2.9.3 Analisis Korelasi Product Moment

Korelasi produk moment merupakan suatu teknik korelasi yang digunakan

untuk mencari hubungan dan pembuktian hipotesis hubungan dua variabel

(Sugiyono 2013). Untuk mendapatkan nilai hubungan kedua variabel tersebut atau

nilai koefisien korelasi sampel dapat digunakan rumus

)YX(

XYrxy

22............................................................... (2.3)

Dimana :

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y

X = deviasi rata-rata variabel X = (Xi- X)

Y = deviasi rata-rata variabel Y = (Yi-Y)

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi tersebut,

dibandingkan dengan tabel interpretasi nilai r

Bila sekaligus untuk menghitung persamaan regresi digunakan rumus

]y)(y][n)x(x[n

y)x)((xynrxy

2222......................... (2.4)

Dimana

rxy = koefisien korelasi

x = variabel bebas

y = variabel terikat

n = jumlah sampel

Korelasi Product moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak

lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1) apabila nilai r = -1 berarti korelasinya negatif

Page 39: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

47

sempurna, apabila nilai r = 0 berarti tidak ada korelasi dan bila r = 1 berarti

korelasinya sangat kuat.

Berikut rumus uji signifikansi korelasi product momen

2r1

2nrt

............................................................. (2.5)

Dimana :

t = nilai t hitung

r = nilai koefisien korelasi hasil r hitung

n = jumlah sampel

Distribusi hasil perhitungan (t) atau harga t hitung untuk kesalahan

(α) = 5% uji dua pihak dan derajat kebebasan (dk) = n-2 memiliki kaedah

keputusan yaitu jika t hitung > t tabel berarti valid dan apabila sebaliknya t hitung <

t tabel berarti tidak valid.

2.10 Penelitian – Penelitian Sebelumnya.

Yuniawati dan Yessy (2005) meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi

kontraktor untuk mengikuti tender yang berlokasi di Kota Surabaya. Sampel yang

dipilih fokus pada kontraktor dengan kualifikasi menengah dan besar. Dengan

menggunakan analisis deskriptif dan analisis varian, disimpulkan faktor-faktor

yang paling mempengaruhi keputusan kontraktor untuk mengikuti tender adalah

kemampuan finansial owner, identitas owner,nilai kontrak, ketersediaan proyek,

hubungan dengan owner, fluktuasi harga material dan kelengkapan dokumen.

Suciptapura (2012), meneliti partisipasi kontraktor di kota Denpasar dalam

lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik. Sampel yang

dipilih mencakup semua kualifikasi kontraktor dari kualifikasi kecil, menengah dan

Page 40: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi. Proyek konstruksi

48

besar. Variabel yang dipakai dibagi menjadi dua kelompok yaitu kondisi lelang

secara umum dan kondisi lelang elektronik, dengan menggunakan analisis

deskriptif dan analisis faktor menghasilkan faktor dominan yang mempengaruhi

partisipasi kontraktor di kota Denpasar adalah tingkat kesulitan konstruksi proyek,

tingkat keselamatan dan keamanan selama proses pekerjaan, tingkat kepercayaan

diri perusahaan dalam melaksanakan proyek, ketersediaan pekerja proyek, beban

proyek yang sedang dilaksanakan selama lelang berlangsung dan ketersediaan sub

kontraktor yang kompeten di bidangnya.