4. bab i

4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) jumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia pada tahun 2014 adalah 1.567 kejadian, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dari tahun 2013 yaitu sebanyak 1.387 kejadian. 1 Kondisi alam merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam terjadinya suatu bencana di Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau dengan batas luas sebesar 2.027.087 km 2 yang terletak dipertemuan 3 lempeng tektonik utama dunia yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Mediterania sehingga Indonesia mempunyai 400 gunung berapi dengan 150 diantaranya gunung berapi aktif. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia beresiko tinggi sebagai Negara rawan dari bencana alam yaitu gempa bumi, Tsunami, kecelakaan baik darat, laut, maupun udara. Selain itu faktor iklim Indonesia yang tropis membuat curah hujan meningkat diberbagai daerah sehingga menimbulkan banjir dan longsor. 2,3 Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, menimbang bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, 1

Upload: wilda-septi-pratiwi

Post on 10-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

..preambule

TRANSCRIPT

3

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBencana alam di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) jumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia pada tahun 2014 adalah 1.567 kejadian, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dari tahun 2013 yaitu sebanyak 1.387 kejadian.1 Kondisi alam merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam terjadinya suatu bencana di Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau dengan batas luas sebesar 2.027.087 km2 yang terletak dipertemuan 3 lempeng tektonik utama dunia yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Mediterania sehingga Indonesia mempunyai 400 gunung berapi dengan 150 diantaranya gunung berapi aktif. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia beresiko tinggi sebagai Negara rawan dari bencana alam yaitu gempa bumi, Tsunami, kecelakaan baik darat, laut, maupun udara. Selain itu faktor iklim Indonesia yang tropis membuat curah hujan meningkat diberbagai daerah sehingga menimbulkan banjir dan longsor.2,3 Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, menimbang bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.4Bencana yang terjadi sering kali menimbulkan banyak korban, baik korban yang hidup maupun korban mati. Umumnya korban yang hidup dapat diatasi oleh tim medis, para medis dan tim pendukung lainnya. Namun berbeda pada korban mati yang perlu ditangani secara khusus oleh tim yang khusus untuk dapat diidentifikasi secara tepat, terutama dalam hal mengenali identitas korban. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah menginstruksikan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat untuk melakukan upaya identifikasi terhadap mayat yang tidak dikenal.5 Identifikasi korban mati dilakukan untuk memenuhi hak korban agar dapat dikembalikan kepada keluarga dan dikubur secara layak sesuai dengan keyakinannya semasa hidup.6Disaster Victim Identification (DVI) merupakan sebuah prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah yang mengacu pada standar baku International Police (Interpol). Dalam proses DVI ada 5 fase yang saling terkait yaitu, fase TKP, fase post mortem, fase ante mortem, fase rekonsiliasi dan fase debriefing. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik terdapat dalam fase post mortem untuk pemeriksaan korban mati/jenazah.7Peran Ilmu Kedokteran Forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan massal, bencana alam yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi, serologik, metode eksklusi dan metode identifikasi DNA.81.2 Rumusan Masalah

Referat ini membahas tentang penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam penanganan Disaster Victim Identification (DVI).1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat ini adalah :

1. Mengetahui dan memahami penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam penanganan Disaster Victim Identification (DVI).

2. Memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Legal Fakultas Kedokteran Universitas Riau.1.4 Manfaat Penulisan

Referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai peranan Ilmu Kedokteran Forensik dalam penerapan Disaster Victim Identification (DVI).1.5 Metode Penulisan

Penulisan referat ini disusun menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu pada beberapa literatur.1