4. bab i ii iii
DESCRIPTION
Asuhan Keperawatan RubellaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau
campak 3 hari adalah sebuah infeksi yang menyerang terutama kulit dan
kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella ( virus
yang berbeda dari virus yang menyebabkan campak), yang biasanya
ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan.
Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita
yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini
tergolong penyakit ringan pada anak – anak, bahaya medis yang utama
dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat
menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin
melawan rubella tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella terjadi, 6 – 9
tahun. Anak- anak dengan usia 5 - 9 menjadi korban utama dan muncul
banayak kasus rubella bawaan. Sekarang, dengan adanya program
imunisasi pada anak - anak dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit
kasus rubella bawaan. Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita
hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika
infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya
kelainan adalah 50% sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka
resikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and
Gynecologist, 1981).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit Rubella ?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit Rubella ?
3. Bagaimana pathofisiologi dari penyakit Rubella ?
4. Apa komplikasi dari penyakit Rubella ?
1
5. Apa manifestasi klinis dari penyakit Rubella ?
6. Bagaimana cara mencegah penyakit Rubella ?
7. Bagaimana cara mengobati pasien dengan Rubella ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Rubella?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian dari penyakit Rubella.
b. Mengetahui etiologi dari penyakit Rubella.
c. Mengetahui pathofisiologi dari penyakit Rubella.
d. Mengetahui komplikasi dari penyakit Rubella.
e. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Rubella.
f. Mengetahui cara mencegah penyakit Rubella.
g. Mengetahui cara mengobati pasien dengan Rubella.
h. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Rubella.
D. Manfaat 1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai penyakit rubella pada anak.
2. Menambah pemahaman bagaimana cara melakukan asuhan
keperawatan penyakit rubella pada anak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Virus Campak / Virus Rubella adalah adalah virus RNA beruntai
tunggal, dari keluarga Paramyxovirus, dari genus Morbillivirus. Virus
campak hanya menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak aktif
oleh panas, cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim). Ini memiliki waktu
kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaan.
Virus rubela adalah virus yang menyebabkan terjadinya campak jerman
(jerman hanya simbol) yang menyerang anak-anak, orang dewasa,
termasuk ibu hamil.Virus rubela dapat menyerang bagian saraf atau otak
yang kemudian menyerang kulit ditandai dengan timbulnya bercak merah
seperti campak biasa.Virus ini berasal dari keluarga virus Togaviridae dan
genus Rubivirus.
(sumber : wikipedia)
B. Etiologi
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus rubivirus, family
Togaviridae.virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secar
fisikokimia virus ini sama dengan anggota virus lain dari family tersebut,
tetapi virus rubela secara serologic berbeda. Pada waktu terdapat gejala
klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin. Virus
rubella hanya menjangkiti manusia saja. Virus rubella adalah virus RNA
beruntai tunggal, dari keluarga paramyxovirus, dari genus morbilivirus.
Virus campak hanya hanya menginfeksi manusia, dimana virus cmpak ini
tidak aktif oleh panas, PH asam, eter dan tripsin (enzim). Ini memiliki
waktu kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan
permukaan. Virus rubella ditularkan melaui percikan ludah penderita atau
3
karena kontak dengan penderita. Penyakit ini juga ditularkan dari ibu
hamil kepada janin yang penularan virus rubella adalah melalui udara
dengan tempat masuk awal melallui nasofaring dan orofaring setelah
masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11-14 hari samapi timbulnya
gejala. Hampir 60% pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella
pada hasil konsepsi terutama secara hematogen infeksi kongenital
biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia vetal.
Viremia maternal terjadi pada saat replikasi virus harus terjadi dalam sel
endotel janin. Viremia vetal dapat menyebabkan kelainan organ secara
luas. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90% dapat
menularkan virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-
bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30-50a%, dan dalam satu tahun sebanyak
kurang dari 10%. Dengan demikian bayi-bayi tersebut merupakan
ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan
dan berhubungan dengan bayi.
C. Pathofisiologi
Daerah utama yang terinfeksi oleh rubella adalah nasofaring
kemudian menyebar ke kelenjar getah bening secara cepat dan viremia.
Ruam nampak akibat titer serum antibody meningkat dan mempengaruhi
antigen-antibodi dan berinteraksi di kulit. Virus telah dapat ditemukan
diseluruh kulit baik yang terlibat maupun yang tidak selama masa infeksi,
dan penyebarannya karena factor lain yang mungkin berperan dalam
patogenesis eksantem. Antibody HAI mencapai puncaknya pada hari 12 –
14 setelah timbulnya ruam dan akan kembali stabil setelah kira-kira 2
minggu kemudian.
Virus rubella mempunya 3 polipeptida mayor yang mencakup 1
kapsid protein dan 2 amplop glikoprotein E1 dan E2. Antibodi anti-E1
mungkin memegang peranan utama dalam respon serologik.
4
D. Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat
serius. Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan
tubuh sebagai akibat penyakit Campak.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah
trombosit),sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami
perdarahan
3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)
5. Otitis Media (infeksi telinga)
6. Laringitis (infeksi laring)
7. Diare
8. Kejang Demam (step)
E. Manifestasi Klinis
Terutama pada anak-anak, tanda atau gejala rubella seringkali sangat
ringan sehingga sulit untuk diidentifikasi. Jika memang tanda dan
gejalanya terjadi, umumnya baru akan muncul antara 2 atau 3 minggu
setelah terpapar virus. Gejala-gejala umum dari rubella antara lain:
Ruam merah (dimulai dari wajah lalu menjalar ke leher dan
ekstremitas -kaki dan tangan- dan berlangsung sekitar 3 hari).
Demam ringan (38,9 derajat celcius atau lebih rendah).
Pembesaran kelenjar getah bening (di dasar tengkorak, bagian
belakang leher, dan belakang telinga).
Mata merah.
Hidung tersumbat atau meler.
Nyeri sendi, terutama pada wanita muda.
Sakit kepala.
5
Rubella yang mengenai ibu hamil terutama pada trimester pertama
dapat mengakibatkan komplikasi serius pada janin, seperti kecacatan
lahir bahkan kematian janin. Rubella pada saat kehamilan juga menjadi
penyebab paling umum dari tuli kongenital.
F. Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan
penyakit dapat diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler
globulin imun serum (GIS) yang diberikan dengan dosis besar (0,25-
0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan.
Efektiviias globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya
tergantung. pada kadar antibodi produk yang digunakan dan pada faktor
yang belum diketahui. Manfaat GIS telah dipertanyakan karena pada
beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi klinis tidak ada atau
minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam darah. Bentuk
pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil nonimun.
Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya
pencegahan terhadap rubella. Di Amerika Serikat mengharuskan untuk
imunisasi sernua laki-laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta
pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah efektif
pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan
diberikan sebagai vaksin campak-parotitis-rubella (measles-mumps-
rubella [MMR]). Imunisasi rubella harus diberikan pada wanita pasca
pubertas yang kemungkinan rentan pada setiap kunjungan perawatan
kesehatan. Untuk wanita yang mengatakan bahwa mereka mungkin
hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin
diperlukan, tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya
menghindari kehamilan selama 3 bulan sesudah imunisasi. Kebijakan
imunisasi sekarang telah berhasil memecahkan siklus epidemic rubella
yang biasa di Amerika Serikat dan menurunkan insiden sindrom rubella
kongenital yang dilaporkan pada hanya 20 kasus pada tahun 1994.
6
Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan presentase wanita
usia subur yang rentan terhadap rubella.
G. Pengobatan
a. Campak tanpa Penyulit, cukup dengan:
• Rawat jalan
• Cukup mengkonsumsi cairan dan kalori
Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga
pengobatannya hanya bersifat symtomatik, yaitu : memperbaiki
keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5 – 10
mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam, ekspektoran : gliseril guaiakolat
anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600
mg/hari. – Antitusif perlu diberikan bila batuknya
hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh
digunakan. Mukolitik bila perlu – Vitamin terutama vitamin A dan
C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.
Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis
tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang
mengalami ensefalitis, yaitu:
- Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari.
- Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.
b. Campak dengan Penyulit :
– Menyingkirkan komplikasi
– Mengobati komplikasi bila ada
– Merujuk ke rumah sakit bila perlu
7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN RUBELLA
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis
kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register,
tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah )
dipalatum durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada
orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk,
konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang
telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
8
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
h) Riwayat tumbuh kembang anak.
a. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi
ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg
dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun
yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra
sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada
anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b. Tahap perkembangan.
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika
anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan
menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase
9
oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak
berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat
dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke
ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase
pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan
magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai
melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi,
memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan
peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah
untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,
jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis
kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –
Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya
terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi
perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak
protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari
2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata
menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti
binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa
10
orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain
yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,
berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan
tanda-tanda vital.
b) Kepala dan leher
- Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
- Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
didaerah leher belakang,
c) Mulut
- Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan
pada mulut dan traktus digestivus.
d) Toraks
- Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran
penyakit secara klinis menyerupai influenza.
- Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
11
e) Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi
Bising usus.
- Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan.
e) Kulit
- Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi :
Turgor kulit menurun
2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan
dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data
dibedakan atas data subyektif objektif.
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat
diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan
penyebab.
B. Diagnosa Keperawatan
Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas
terhadap proses kehidupan / masalah kesehatan.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah
sebagai berikut :
1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
2. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan
secret b/d penumpukan secret pada nasofaring.
3. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
12
4. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
5. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
6. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan
umum anak kurang baik.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang
normal.
Dengan criteria hasil :
a. Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b. Anak bebas dari demam.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Monitor perubahan suhu
tubuh, denyut nadi.
Sebagai pengawasan terhadap
adanya perubahan keadaan umum
pasien sehingga dapat diakukan
penanganan dan perawatan secara
cepat dan tepat.
2 Lakukan tindakan yang
dapat menurunkan suhu
tubuh sperti lakukan
kompres, berikan
pakaian tipis dalam
memudahkan proses
penguapan.
Upaya – upaya tersebut dapat
membantu menurunkan suhu tubuh
pasien serta meningkatkan
kenyamanan pasien.
3 Libatkan keluarga
dalam perawatan serta
Meningkatkan rasa nyaman anak.
13
ajari cara menurunkan
suhu dan mengevaluasi
perubahan suhu tubuh.
4 Kaji sejauh mana
pengetahuan keluarga
dan anak tentang
hypertermia
Mengetahui kebutuhan infomasi dari
pasien dan keluarga mengenai
perawatan pasien dengan
hypertemia.
5 Kolaborasi dengan
dokter dengan
memberikan antipiretik
dan antibiotic sesuai
dengan ketentuan.
Antipiretik
menurunkan/mempertahankan suhu
tubuh anak.
Diagnose II
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan criteria hasil :
a. Tidak mengalami aspirasi
b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam
paru.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Kaji fungsi pernapasan,
contoh bunyi napas,
kecepatan, irama dan
kedalaman dan
penggunaan otot aksesori.
Ronci, mengi menunjukkan
akumulasi secret/
ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan napas yang
dapat menimbulkan penggunaan
otot aksesori pernapasan dan
peningkatan kerja pernapasan.
14
2 Catat kemampuan untuk
batuk efektif.
Pengeluaran secret sulit bila secret
sangat tebal ( mis. Efek infeksi
dan atau tidak adekuat hidrasi ).
3 Berikan posisi semi fowler
tinggi. Bantu klien untuk
batuk dan latihan napas
dalam.
Posisi membantu memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernapasan.
4 Bersihkan secret dari
mulut dan trakea ;
pengisapan sesuai
keperluan.
Mencegah obstruksi atau aspirasi.
Pengisapan dilakukan bila klien
tidak mampu mengeluarkan
secret.
5 Pertahankan masukan
cairan
Pemasukan tinggi cairan
membantu untk mengencerkan
secret.
6 Berikan lingkungan yang
aman
Meningkatkan kenyamanan untuk
anak
Diagnose III
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane
mukosa.
Dengan criteria hasil :
a. Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b. Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang
diharapkan.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau kulit dari adanya: Mengetahui perkembangan
15
ruam dan lecet, warna dan
suhu, kelembaban dan
kekeringan yang berlebih,
area kemerahan dan rusak.
penyakit dan mencegah terjadinya
komplikasi melalui deteksi dini
pada kulit.
2 Mandikan dengan air
hangat dan sabun ringan
Mempertahankan kebeersihan
tanpa mengiritasi kulit.
3 Dorong klien untuk
menghindari menggaruk
dan menepuk kulit.
Membantu mencegah friksi /
trauma kulit.
4 Balikkan atau ubah posisi
dengan sering
Meningkatkan sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit /
jaringan yang tidak perlu.
5 Ajarkan anggota
keluarga / memberi
asuhan tentang tanda
kerusakan kulit, jika
diperlukan.
Mengetahui terjadinya infeksi /
komplikasi lebih cepat.
6 Konsultasi pada ahli gizi
tentang makanan tinggi
protein, mineral, kalori
dan vitamin.
Perbaikan nutrisi klien agar
terhindar dari infeksi karena kulit
dapat menjadi barier utama yang
dapat memperberat kondisi anak.
Diagnose IV
Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam
tubuh.
Dengan criteria hasil :
a. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan
volume cairan.
16
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau berat badan, suhu,
kelembaban pada rongga
oral, volume konsentrasi
urin.
Mengontrol keseimbangan output.
2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan
perubahan pada fungsi ginjal,
yang mewaspadakan terjadinya
gagal ginjal akut pada respon
terhadap hipovolemia.
3 Observasi kulit/membrane
mukosa untuk kekeringan,
turgor.
Hipovolemia, perpindahan cairan
dan kekurangan nutrisi
memperburuk turgor kulit.
4 Hilangkan tanda bau dari
lingkungan
Menurunkan rangsangan pada
gaster dan respon muntah.
5 Ubah posisi dengan sering,
berikan perawatan kulit
dengan sering dan
pertahankan tempat tidur
kering dan bebas lipatan.
Adanya gangguan sirkulasi
cenderung merusak kulit.
6 Berikan :
a. Bentuk-bentuk cairan
yang menarik ( sari buah,
sirup tanpa es, susu )
Menarik minat anak agar mau
minum banyak.
Diagnose V
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Tujuan : anak merasa nyaman.
Dengan criteria hasil :
a. Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
17
b. Rewel berkurang.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Tubuh anak dibedaki
dengan bedak salisil 1%
atau lainya ( atas resep
dokter )
Mengurangi rasa gatal.
2 Tidurkan anak ditempat
yang agak jauh dari lampu
( jangan tepat dibwah
lampu )
Mencegah silau dan menambah
kenyamanan anak.
Diagnose VI
Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak
kurang baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat
penyembuhan.
Dengan criteria hasil :
a. Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b. Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi
No Intervensi Rasional
18
1 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak perawatan
dilakukan. Intruksikan
klien / orang terdekat untik
memcuci tangan sesuai
indikasi
Mengurangi risiko kontaminasi
silang.
2 Berikan lingkungan yang
bersih dan berventilasi
baik.
Mengurangi pathogen pada
system imun dan mengurangi
kemungkinan pasien mengalami
infeksi nosokomial.
3 Diskusikan tingkat dan
rasional isolasi
pencegahan dan
mempertahankan
kesehatan pribadi.
Meningkatkan kerja sama dengan
cara hidup dan mengurangi rasa
terisolasi.
4 Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data
dasar, awian atau peningkatan
suhu secara berulang-ulang dari
demam yang terjadi untuk
menunjukkan bahwa tubuh
bereaksi pada proses infeksi.
5 Kaji frekuensi /kedalaman
pernapasan, perhatikan
batuk spasmodic kering
pada inspirasi dalam,
perubahan karakteristik
sputum dan adanya mengi
atau ronchi. Lakukan
isolasi pernapasan bila
etiologi batuk produktif
tidak diketahui.
Kongesti / distress pernapasan
dapat mengindikasikan
perkembangan PCP, penyakit
yang umum terjadi.meskipun
demikian, TB paru mengalami
peningkatan dan infeksi jamur
lainnya, viral, dan bakteri yang
dapat terjadi yang membahayakan
system pernapasan.
19
6 Ubah sikap baring
beberapa kali sehari dan
berikan bantal utnuk
meninggikan kepala
Mencegah penyebaran infeksi
bertambah parah dan mencegah
terjadinya dekubitus.
7 Dudukkan anak pada
waktu minum
Mencegah aspirasi
8 Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah
parah
9 Bawa berobat kembali jika
anak terlihat selalu tidur,
tidak mau makan minum,
semakin lemah, suhu tetap
tinggi, kesadaran menurun.
Untuk menentukan tindakan
pengobatan selanjutnya.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi
yang telah disusun.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan. Disamping itu evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian
untuk proses berikutnya.
Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai :
a. Berhasil
20
Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
b. Tercapai sebagian
Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan
sesuai dengan pernyataan tujuan.
BAB III
PENUTUP
21
A. Kesimpulan
Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari adalah sebuah infeksi yang menyerang terutama kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella ( virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, dan kelainan pada janin, yang terjadi jika infeksi rubella ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi pada usia kehamilan >12 minggu jarang menyebebkan kelainan. “jika virus tersebut menyerang ibu dengan kehamilan di bawah 12 minggu, terutama 8 minggu pertama, tingkat keparahan bawaan lebih tinggi dibandingkan virus rubella masuk pada usia kehamilam lebih lanjut,”
B. Saran
1. Perawat
a. Mengingat bahwa penyakit rubella merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang angka mordibilitasnya
masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk semua
perawat jika menemukan kasus rubella secepatnya
dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak secepatnya
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih
baik.
b. Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya
perawat mengunakan asuhan keperawatan secara tepat.
2. Keluarga
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut
serta dalam perawatan anak serta memperhatikan status gizi anak
22
jika anak terkena penyakit rubella tidak akan berdampak buruk
bagi kondisi anak.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Virus_Rubela
23
http://kangsaipul.blogspot.com/2011/10/askep-anak-dengan-rubella.html
http://www.peterparkerblog.com/1621/virus-campak-sejarah-komplikasi-
dan-kasus
http://eyeshieldnacha.blogspot.com/2013/08/askep-rubella-pada-anak.html
http://bommaannha.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-
penyakit-campak.html
https://nurse87.wordpress.com/2011/10/25/askep-morbilicampak-pada-
anak
24