4. bab i ii iii

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari adalah sebuah infeksi yang menyerang terutama kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella ( virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak – anak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin melawan rubella tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella terjadi, 6 – 9 tahun. Anak- anak dengan usia 5 - 9 menjadi korban utama dan muncul banayak kasus rubella bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak - anak dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan. Infeksi rubella 1

Upload: choirun-nisa-nur-aini

Post on 22-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan Rubella

TRANSCRIPT

Page 1: 4. BAB I II III

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau

campak 3 hari adalah sebuah infeksi yang menyerang terutama kulit dan

kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella ( virus

yang berbeda dari virus yang menyebabkan campak), yang biasanya

ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan.

Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita

yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini

tergolong penyakit ringan pada anak – anak, bahaya medis yang utama

dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat

menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin

melawan rubella tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella terjadi, 6 – 9

tahun. Anak- anak dengan usia 5 - 9 menjadi korban utama dan muncul

banayak kasus rubella bawaan. Sekarang, dengan adanya program

imunisasi pada anak - anak dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit

kasus rubella bawaan. Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita

hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika

infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya

kelainan adalah 50% sedangkan jika infeksi terjadi trimester pertama maka

resikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and

Gynecologist, 1981).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari penyakit Rubella ?

2. Bagaimana etiologi dari penyakit Rubella ?

3. Bagaimana pathofisiologi dari penyakit Rubella ?

4. Apa komplikasi dari penyakit Rubella ?

1

Page 2: 4. BAB I II III

5. Apa manifestasi klinis dari penyakit Rubella ?

6. Bagaimana cara mencegah penyakit Rubella ?

7. Bagaimana cara mengobati pasien dengan Rubella ?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Rubella?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengertian dari penyakit Rubella.

b. Mengetahui etiologi dari penyakit Rubella.

c. Mengetahui pathofisiologi dari penyakit Rubella.

d. Mengetahui komplikasi dari penyakit Rubella.

e. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Rubella.

f. Mengetahui cara mencegah penyakit Rubella.

g. Mengetahui cara mengobati pasien dengan Rubella.

h. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Rubella.

D. Manfaat 1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai penyakit rubella pada anak.

2. Menambah pemahaman bagaimana cara melakukan asuhan

keperawatan penyakit rubella pada anak.

2

Page 3: 4. BAB I II III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Virus Campak / Virus Rubella adalah adalah virus RNA beruntai

tunggal, dari keluarga Paramyxovirus, dari genus Morbillivirus. Virus

campak hanya menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak aktif

oleh panas, cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim). Ini memiliki waktu

kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaan.

Virus rubela adalah virus yang menyebabkan terjadinya campak jerman

(jerman hanya simbol) yang menyerang anak-anak, orang dewasa,

termasuk ibu hamil.Virus rubela dapat menyerang bagian saraf atau otak

yang kemudian menyerang kulit ditandai dengan timbulnya bercak merah

seperti campak biasa.Virus ini berasal dari keluarga virus Togaviridae dan

genus Rubivirus.

(sumber : wikipedia)

B. Etiologi

Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus rubivirus, family

Togaviridae.virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secar

fisikokimia virus ini sama dengan anggota virus lain dari family tersebut,

tetapi virus rubela secara serologic berbeda. Pada waktu terdapat gejala

klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin. Virus

rubella hanya menjangkiti manusia saja. Virus rubella adalah virus RNA

beruntai tunggal, dari keluarga paramyxovirus, dari genus morbilivirus.

Virus campak hanya hanya menginfeksi manusia, dimana virus cmpak ini

tidak aktif oleh panas, PH asam, eter dan tripsin (enzim). Ini memiliki

waktu kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan

permukaan. Virus rubella ditularkan melaui percikan ludah penderita atau

3

Page 4: 4. BAB I II III

karena kontak dengan penderita. Penyakit ini juga ditularkan dari ibu

hamil kepada janin yang penularan virus rubella adalah melalui udara

dengan tempat masuk awal melallui nasofaring dan orofaring setelah

masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11-14 hari samapi timbulnya

gejala. Hampir 60% pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella

pada hasil konsepsi terutama secara hematogen infeksi kongenital

biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia vetal.

Viremia maternal terjadi pada saat replikasi virus harus terjadi dalam sel

endotel janin. Viremia vetal dapat menyebabkan kelainan organ secara

luas. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90% dapat

menularkan virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-

bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30-50a%, dan dalam satu tahun sebanyak

kurang dari 10%. Dengan demikian bayi-bayi tersebut merupakan

ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan

dan berhubungan dengan bayi.

C. Pathofisiologi

Daerah utama yang terinfeksi oleh rubella adalah nasofaring

kemudian menyebar ke kelenjar getah bening secara cepat dan viremia.

Ruam nampak akibat titer serum antibody meningkat dan mempengaruhi

antigen-antibodi dan berinteraksi di kulit. Virus telah dapat ditemukan

diseluruh kulit baik yang terlibat maupun yang tidak selama masa infeksi,

dan penyebarannya karena factor lain yang mungkin berperan dalam

patogenesis eksantem. Antibody HAI mencapai puncaknya pada hari 12 –

14 setelah timbulnya ruam dan akan kembali stabil setelah kira-kira 2

minggu kemudian.

Virus rubella mempunya 3 polipeptida mayor yang mencakup 1

kapsid protein dan 2 amplop glikoprotein E1 dan E2. Antibodi anti-E1

mungkin memegang peranan utama dalam respon serologik.

4

Page 5: 4. BAB I II III

D. Komplikasi

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat

serius. Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan

tubuh sebagai akibat penyakit Campak.

Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:

1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah

2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah

trombosit),sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami

perdarahan

3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)

5. Otitis Media (infeksi telinga)

6. Laringitis (infeksi laring)

7. Diare

8. Kejang Demam (step)

E. Manifestasi Klinis

Terutama pada anak-anak, tanda atau gejala rubella seringkali sangat

ringan sehingga sulit untuk diidentifikasi. Jika memang tanda dan

gejalanya terjadi, umumnya baru akan muncul antara 2 atau 3 minggu

setelah terpapar virus. Gejala-gejala umum dari rubella antara lain:

Ruam merah (dimulai dari wajah lalu menjalar ke leher dan

ekstremitas -kaki dan tangan- dan berlangsung sekitar 3 hari).

Demam ringan (38,9 derajat celcius atau lebih rendah).

Pembesaran kelenjar getah bening (di dasar tengkorak, bagian

belakang leher, dan belakang telinga).

Mata merah.

Hidung tersumbat atau meler.

Nyeri sendi, terutama pada wanita muda.

Sakit kepala.

5

Page 6: 4. BAB I II III

Rubella yang mengenai ibu hamil terutama pada trimester pertama

dapat mengakibatkan komplikasi serius pada janin, seperti kecacatan

lahir bahkan kematian janin. Rubella pada saat kehamilan juga menjadi

penyebab paling umum dari tuli kongenital.

F. Pencegahan

Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan

penyakit dapat diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler

globulin imun serum (GIS) yang diberikan dengan dosis besar (0,25-

0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan.

Efektiviias globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya

tergantung. pada kadar antibodi produk yang digunakan dan pada faktor

yang belum diketahui. Manfaat GIS telah dipertanyakan karena pada

beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi klinis tidak ada atau

minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam darah. Bentuk

pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil nonimun.

Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya

pencegahan terhadap rubella. Di Amerika Serikat mengharuskan untuk

imunisasi sernua laki-laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta

pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah efektif

pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan

diberikan sebagai vaksin campak-parotitis-rubella (measles-mumps-

rubella [MMR]). Imunisasi rubella harus diberikan pada wanita pasca

pubertas yang kemungkinan rentan pada setiap kunjungan perawatan

kesehatan. Untuk wanita yang mengatakan bahwa mereka mungkin

hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin

diperlukan, tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya

menghindari kehamilan selama 3 bulan sesudah imunisasi. Kebijakan

imunisasi sekarang telah berhasil memecahkan siklus epidemic rubella

yang biasa di Amerika Serikat dan menurunkan insiden sindrom rubella

kongenital yang dilaporkan pada hanya 20 kasus pada tahun 1994.

6

Page 7: 4. BAB I II III

Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan presentase wanita

usia subur yang rentan terhadap rubella.

G. Pengobatan

a. Campak tanpa Penyulit, cukup dengan:

• Rawat jalan

• Cukup mengkonsumsi cairan dan kalori

Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga

pengobatannya hanya bersifat symtomatik, yaitu : memperbaiki

keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5 – 10

mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam, ekspektoran : gliseril guaiakolat

anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600

mg/hari. – Antitusif perlu diberikan bila batuknya

hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh

digunakan. Mukolitik bila perlu – Vitamin terutama vitamin A dan

C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.

Antibiotic diberikan bila ada infeksi sekunder. Kortikosteroid dosis

tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang

mengalami ensefalitis, yaitu:

- Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari.

- Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu.

b. Campak dengan Penyulit :

– Menyingkirkan komplikasi

– Mengobati komplikasi bila ada

– Merujuk ke rumah sakit bila perlu

7

Page 8: 4. BAB I II III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN RUBELLA

A.    Pengkajian

       Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses

keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :

         1.         Pengumpulan Data

a.       Anamnese

a)      Identitas penderita

Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan

status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis

kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register,

tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.

b)      Keluhan utama

Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema

dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut

dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah )

dipalatum durum dan palatum mole.

c)      Riwayat kesehatan sekarang

Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada

orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk,

konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang

telah dilakukan untuk mengatasinya.

d)     Riwayat kesehatan dahulu

Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak

dengan pasien campak.

e)      Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.

f)       Riwayat imunisasi

Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,

III; DPT I, II, III; dan campak.

8

Page 9: 4. BAB I II III

g)      Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

  Status Gizi 

Klasifikasinya sebagai berikut :

        Gizi buruk kurang dari 60%

        Gizi kurang 60 % - <80 %

        Gizi baik 80 % - 110 %

        Obesitas lebih dari 120 %

h)      Riwayat  tumbuh kembang anak.

a.    Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram

mengikuti patokan umur 1-6 tahun  yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi

ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg

dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata

pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan

tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun

yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra

sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.

Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada

anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

b.   Tahap perkembangan.

Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa

bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika

anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan

menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang

menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.

Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase

9

Page 10: 4. BAB I II III

oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak

berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat

dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke

ayahnya ).

Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap

preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase

pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum

sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan

magical thinking.

Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai

melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi,

memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan

peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.

Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan

keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah

untuk menghindari hukuman.

Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,

jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis

kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.

Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation –

Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya

terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi

perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak

protes.

Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari

2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata

menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti

binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat

menerima atau memberikan perintah sederhana.

Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan

permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa

10

Page 11: 4. BAB I II III

orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari

bahwa dia mempunyai lingkungan luar.

Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain

yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan

pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat,

berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

b.      Pemeriksaan fisik ( had to toe )

a)      Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan

tanda-tanda vital.

b)      Kepala dan leher

-          Inspeksi :

Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,

fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral

tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

-          Palpasi :

adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan

didaerah leher belakang,

c)      Mulut

-          Inspeksi :

Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar

bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan

pada mulut dan traktus digestivus.

d)     Toraks

-          Inspeksi :

Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,

perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran

penyakit secara klinis menyerupai influenza.

-          Auskultasi :

Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.

11

Page 12: 4. BAB I II III

e)      Abdomen

-          Inspeksi :

Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.

-          Auskultasi

Bising usus.

-          Perkusi

Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,

misalnya masa atau pembengkakan.

e)      Kulit

-          Inspeksi :

Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.

-          Palpasi :

Turgor kulit menurun

         2.         Analisa Data

          Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan

dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data

dibedakan atas data subyektif objektif.

          Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat

diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan

penyebab.

B.     Diagnosa Keperawatan

       Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas

terhadap proses kehidupan / masalah kesehatan.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah

sebagai berikut :

                       1.         Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.

2.         Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan

secret b/d penumpukan secret pada nasofaring.

                       3.         Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.

12

Page 13: 4. BAB I II III

                       4.         Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.

                       5.         Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.

                        6.         Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan

umum anak kurang baik.

C.     Intervensi Keperawatan

Diagnosa I

       Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.

Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang

normal.

Dengan criteria hasil :

a.       Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.

b.      Anak bebas dari demam.

Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Monitor perubahan suhu

tubuh, denyut nadi.

Sebagai pengawasan terhadap

adanya perubahan keadaan umum

pasien sehingga dapat diakukan

penanganan dan perawatan secara

cepat dan tepat.

2 Lakukan tindakan yang

dapat menurunkan suhu

tubuh sperti lakukan

kompres, berikan

pakaian tipis dalam

memudahkan proses

penguapan.

Upaya – upaya tersebut dapat

membantu menurunkan suhu tubuh

pasien serta meningkatkan

kenyamanan pasien.

3 Libatkan keluarga

dalam perawatan serta

Meningkatkan rasa nyaman anak.

13

Page 14: 4. BAB I II III

ajari cara menurunkan

suhu dan mengevaluasi

perubahan suhu tubuh.

4 Kaji sejauh mana

pengetahuan keluarga

dan anak tentang

hypertermia

Mengetahui kebutuhan infomasi dari

pasien dan keluarga mengenai

perawatan pasien dengan

hypertemia.

5 Kolaborasi dengan

dokter dengan

memberikan antipiretik

dan antibiotic sesuai

dengan ketentuan.

Antipiretik

menurunkan/mempertahankan suhu

tubuh anak.

Diagnose II

Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d

penumpukan secret pada nasofaring.

Tujuan : bersihan jalan napas efektif

Dengan criteria hasil :

a.       Tidak mengalami aspirasi

b.      Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam

paru.

Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Kaji fungsi pernapasan,

contoh bunyi napas,

kecepatan, irama dan

kedalaman dan

penggunaan otot aksesori.

Ronci, mengi menunjukkan

akumulasi secret/

ketidakmampuan untuk

membersihkan jalan napas yang

dapat menimbulkan penggunaan

otot aksesori pernapasan dan

peningkatan kerja pernapasan.

14

Page 15: 4. BAB I II III

2 Catat kemampuan untuk

batuk efektif.

Pengeluaran secret sulit bila secret

sangat tebal ( mis. Efek infeksi

dan atau tidak adekuat hidrasi ).

3 Berikan posisi semi fowler

tinggi. Bantu klien untuk

batuk dan latihan napas

dalam.

Posisi membantu memaksimalkan

ekspansi paru dan menurunkan

upaya pernapasan.

4 Bersihkan secret dari

mulut dan trakea ;

pengisapan sesuai

keperluan.

Mencegah obstruksi atau aspirasi.

Pengisapan dilakukan bila klien

tidak mampu mengeluarkan

secret.

5 Pertahankan masukan

cairan

Pemasukan tinggi cairan

membantu untk mengencerkan

secret.

6 Berikan lingkungan yang

aman

Meningkatkan kenyamanan untuk

anak

Diagnose III

Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.

Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane

mukosa.

Dengan criteria hasil :

a.       Terbebas dari adanya lesi jaringan.

b.      Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang

diharapkan.

Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Pantau kulit dari adanya: Mengetahui perkembangan

15

Page 16: 4. BAB I II III

ruam dan lecet, warna dan

suhu, kelembaban dan

kekeringan yang berlebih,

area kemerahan dan rusak.

penyakit dan mencegah terjadinya

komplikasi melalui deteksi dini

pada kulit.

2 Mandikan dengan air

hangat dan sabun ringan

Mempertahankan kebeersihan

tanpa mengiritasi kulit.

3 Dorong klien untuk

menghindari menggaruk

dan menepuk kulit.

Membantu mencegah friksi /

trauma kulit.

4 Balikkan atau ubah posisi

dengan sering

Meningkatkan sirkulasi dan

mencegah tekanan pada kulit /

jaringan yang tidak perlu.

5 Ajarkan anggota

keluarga / memberi

asuhan tentang tanda

kerusakan kulit, jika

diperlukan.

Mengetahui terjadinya infeksi /

komplikasi lebih cepat.

6 Konsultasi pada ahli gizi

tentang makanan tinggi

protein, mineral, kalori

dan vitamin.

Perbaikan nutrisi klien agar

terhindar dari infeksi karena kulit

dapat menjadi barier utama yang

dapat memperberat kondisi anak.

Diagnose IV

Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.

Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam

tubuh.

Dengan criteria hasil :

a. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan

volume cairan.

16

Page 17: 4. BAB I II III

Intervensi

No Intervensi Rasional

1 Pantau berat badan, suhu,

kelembaban pada rongga

oral, volume konsentrasi

urin.

Mengontrol keseimbangan output.

2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan

perubahan pada fungsi ginjal,

yang mewaspadakan terjadinya

gagal ginjal akut pada respon

terhadap hipovolemia.

3 Observasi kulit/membrane

mukosa untuk kekeringan,

turgor.

Hipovolemia, perpindahan cairan

dan kekurangan nutrisi

memperburuk turgor kulit.

4 Hilangkan tanda bau dari

lingkungan

Menurunkan rangsangan pada

gaster dan respon muntah.

5 Ubah posisi dengan sering,

berikan perawatan kulit

dengan sering dan

pertahankan tempat tidur

kering dan bebas lipatan.

Adanya gangguan sirkulasi

cenderung merusak kulit.

6 Berikan :

a.       Bentuk-bentuk cairan

yang menarik ( sari buah,

sirup tanpa es, susu )

Menarik minat anak agar mau

minum banyak.

Diagnose V

Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.

Tujuan : anak merasa nyaman.

Dengan criteria hasil :

a.       Anak dapat beristirahat dengan nyaman.

17

Page 18: 4. BAB I II III

b.      Rewel berkurang.

Intervensi :

No Intervensi Rasional

1 Tubuh anak dibedaki

dengan bedak salisil 1%

atau lainya ( atas resep

dokter )

Mengurangi rasa gatal.

2 Tidurkan anak ditempat

yang agak jauh dari lampu

( jangan tepat dibwah

lampu )

Mencegah silau dan menambah

kenyamanan anak.

Diagnose VI

Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak

kurang baik.

Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat

penyembuhan.

Dengan criteria hasil :

a.       Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan

b.      Penyakit anak tidak bertambah parah.

Intervensi

No Intervensi Rasional

18

Page 19: 4. BAB I II III

1 Cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak perawatan

dilakukan. Intruksikan

klien / orang terdekat untik

memcuci tangan sesuai

indikasi

Mengurangi risiko kontaminasi

silang.

2 Berikan lingkungan yang

bersih dan berventilasi

baik.

Mengurangi pathogen pada

system imun dan mengurangi

kemungkinan pasien mengalami

infeksi nosokomial.

3 Diskusikan tingkat dan

rasional isolasi

pencegahan dan

mempertahankan

kesehatan pribadi.

Meningkatkan kerja sama dengan

cara hidup dan mengurangi rasa

terisolasi.

4 Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data

dasar, awian atau peningkatan

suhu secara berulang-ulang dari

demam yang terjadi untuk

menunjukkan bahwa tubuh

bereaksi pada proses infeksi.

5 Kaji frekuensi /kedalaman

pernapasan, perhatikan

batuk spasmodic kering

pada inspirasi dalam,

perubahan karakteristik

sputum dan adanya mengi

atau ronchi. Lakukan

isolasi pernapasan bila

etiologi batuk produktif

tidak diketahui.

Kongesti / distress pernapasan

dapat mengindikasikan

perkembangan PCP, penyakit

yang umum terjadi.meskipun

demikian, TB paru mengalami

peningkatan dan infeksi jamur

lainnya, viral, dan bakteri yang

dapat terjadi yang membahayakan

system pernapasan.

19

Page 20: 4. BAB I II III

6 Ubah sikap baring

beberapa kali sehari dan

berikan bantal utnuk

meninggikan kepala

Mencegah penyebaran infeksi

bertambah parah dan mencegah

terjadinya dekubitus.

7 Dudukkan anak pada

waktu minum

Mencegah aspirasi

8 Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah

parah

9 Bawa berobat kembali jika

anak terlihat selalu tidur,

tidak mau makan minum,

semakin lemah, suhu tetap

tinggi, kesadaran menurun.

Untuk menentukan tindakan

pengobatan selanjutnya.

D.    Implementasi Keperawatan

       Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi

yang telah disusun.

  

E.     Evaluasi

       Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah

dilakukan. Disamping itu evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian

untuk proses berikutnya.

     

 Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan

tercapai :

a.       Berhasil

20

Page 21: 4. BAB I II III

Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang

ditetapkan di tujuan.

b.      Tercapai sebagian

Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam

pernyataan tujuan.

c.       Belum tercapai

Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan

sesuai dengan pernyataan tujuan.

BAB III

PENUTUP

21

Page 22: 4. BAB I II III

A. Kesimpulan

Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari adalah sebuah infeksi yang menyerang terutama kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella ( virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati, dan kelainan pada janin, yang terjadi jika infeksi rubella ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi pada usia kehamilan >12 minggu jarang menyebebkan kelainan. “jika virus tersebut menyerang ibu dengan kehamilan di bawah 12 minggu, terutama 8 minggu pertama, tingkat keparahan bawaan lebih tinggi dibandingkan virus rubella masuk pada usia kehamilam lebih lanjut,”

B. Saran

1.         Perawat 

a.    Mengingat bahwa penyakit rubella merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang angka mordibilitasnya

masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk semua

perawat jika menemukan kasus rubella secepatnya

dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak secepatnya

mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih

baik.

b.  Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya

perawat mengunakan asuhan keperawatan secara tepat.

       2.         Keluarga

Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut

serta dalam perawatan anak serta memperhatikan status gizi anak

22

Page 23: 4. BAB I II III

jika anak terkena penyakit rubella tidak akan berdampak buruk

bagi kondisi anak.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Virus_Rubela

23

Page 24: 4. BAB I II III

http://kangsaipul.blogspot.com/2011/10/askep-anak-dengan-rubella.html

http://www.peterparkerblog.com/1621/virus-campak-sejarah-komplikasi-

dan-kasus

http://eyeshieldnacha.blogspot.com/2013/08/askep-rubella-pada-anak.html

http://bommaannha.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-

penyakit-campak.html

https://nurse87.wordpress.com/2011/10/25/askep-morbilicampak-pada-

anak

24