3gliserida

27
LAPORAN PRAKTIKUM REAKSI – REAKSI TRIGLISERIDA NAMA : ADRIANI NIM : H31108267 KELOMPOK : I (SATU) HARI / TANGGAL : SENIN, 11 OKTOBER 2010 ASISTEN : FITRI ARIANI LABORATORIUM BIOKIMIA

Upload: anhi-moon

Post on 01-Jul-2015

875 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3gliserida

LAPORAN PRAKTIKUM

REAKSI – REAKSI TRIGLISERIDA

NAMA : ADRIANI

NIM : H31108267

KELOMPOK : I (SATU)

HARI / TANGGAL : SENIN, 11 OKTOBER 2010

ASISTEN : FITRI ARIANI

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2010

Page 2: 3gliserida

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lipid merupakan hal yang tidak lazim lagi dalam kehidupan kita tapi

dalam hal ini, lipid lebih dikenal dengan sebutan lemak. Lipid memiliki peranan

penting bagi kehidupan dan terdapat dalam semua bagian tubuh manusia terutama

dalam otak yang berperan dalam proses metabolisme secara umum. Sebagian

besar lipid sel jaringan terdapat sebagai komponen utama pada membran sel yang

berfungsi mengatur jalannya metabolisme dalam sel.

Percobaan kali ini, kita akan mempelajari tentang pengujian terhadap

beberapa sampel untuk mengetahui ada tidaknya kandungan gliserol di dalamnya.

Trigliserida tergolong jenis lipid sederhana yang merupakan triester dari asam

lemak dan gliserol. Lipid jika dihidrolisis akan menghasilkan gliserol. Sampel

yang digunakan yaitu gliserol, minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit,

mentega, lilin serta air sebagai blanko.

Percobaan ini, kita melakukan dua tes yaitu tes akrolein dan tes

kolorimetri. Uji gliserol pada tes akrolein ditandai dengan adanya bau khas pada

sampel sedangkan pada tes kolorimetri ditandai dengan perubahan warna larutan

menjadi hijau zamrud.

Mengetahui pentingnya senyawa tersebut bagi tubuh dan kehidupan kita

maka perlu mengetahui lebih lanjut salah satunya yaitu melalui pengujian atau

lebih dikenal dengan prektikum (percobaan). Hal ini agar kita tidak hanya

Page 3: 3gliserida

mengetahui teorinya saja tapi dalam penerapannya juga dan kita bisa melihat

secara langsung.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami

identifikasi gliserol pada senyawa lipid dengan menggunakan metode tertentu.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Mengidentifikasi kandungan gliserol pada senyawa lemak dan minyak

dengan tes akrolein.

2. Mengidentifikasi kandungan gliserol pada senyawa lemak dan minyak

dengan tes kolorimetri.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Tes Akrolein

Mengidentifikasi kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan

penambahan KHSO4 lalu dipanaskan hingga timbul bau yang khas yaitu bau

tengik yang menandakan sampel mengandung gliserol.

1.3.2 Tes Kolorimetri

Mengidentifikasi kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan

menambahkan pereaksi tertentu dan dipanaskan hingga terbentuk warna hijau

zamrud yang menandakan sampel mengandung gliserol.

Page 4: 3gliserida

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lipid didefinisikan sebagai senyawa yang tak larut dalam air, yang

diektraksi dari mahkluk hidup dengan menggunakan pelarut nonpolar. Istilah lipid

mencakup golongan-golongan senyawa yang memiliki keanekaragaman struktur

(Kuchel dan Ralston, 2006).

Lipid adalah kelompok senyawa yang berhubungan dengan asam lemak

serta memiliki sifat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik

nonpolar seperti ester, kloroform, dan benzen. Jadi lipid mencakup lemak, minyak

lilin, steroid dan senyawa yang sejenis. Lipid merupakan salah satu komponen

makanan yang penting yaitu sumber energi yang menghasilkan 9 kalori per gram

lemak, sebagai komponen pembentuk membran sel, sebagai pembentuk hormon

(steroid) dan sebagai pembawa beberapa vitamin yang larut dalam lemak seperti

vitamin A, D, E, dan K. Selain lipid khususnya asam linoleat, oleat, linolenat dan

arakidonat yang penting dalam sintesa membran sel dan prostaglandin (Sultanry,

1985).

Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa

golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid

dalam tiga golongan besar yakni: (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak

dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida dan lilin (waxes); (2)

lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan,

contohnya fosfolipid, serebrosida; (3) derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan

oleh hasil hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol dan sterol. Di samping

Page 5: 3gliserida

itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan

yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan

basa contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid

(Poedjiadi, 1994).

Trigliserida cepat menjadi tengik, menimbulkan bau dan cita rasa tak enak

bila dibiarkan pada udara lembap suhu kamar. Lepasnya asam lemak yang mudah

menguap (terutama asam butirat) dari lemak mentega menyebabkan bau mentega

tengik. Asam-asam ini terbentuk melalui hidrolisis ikatan ester atau oksidasi

ikatan ganda dua. Hidrolisis lemak atau minyak sering dikatalisis oleh enzim

bernama lipase, ada dalam bakteri di udara. Ketengikan hidrolitik dapat dicegah

atau ditunda dengan menyimpan bahan pangan dalam lemari pendingin. Bau

keringat timbul apabila lipase bakteri mengkatalisis hidrolisis minyak dan lemak

pada kulit (Wilbraham dan Matta, 1992).

Trigliserida merupakan triester dari asam lemak dan gliserol, tergolong

lipid sederhana. Trigliserida sederhana jarang dijumpai, namun yang lebih lazim

adalah trigliserida campuran triester asam lemak yang tak sejenis. Lemak hewan

dan minyak nabati merupakan campuran beberapa trigliserida campuran (Patong,

2010).

Trigliserida alami ialah triester dari asam lemak berantai panjang (C12

sampai C24) dan gliserol, merupakan penyusun utama lemak hewan dan minyak.

Trigliserida termasuk lipid sederhana, dan juga merupakan bentuk cadangan

lemak dalam tubuh manusia (Wilbraham dan Matta, 1992).

Gliserida, atau dikenal pula sebagai adalah ester dari gliserol dan asam

lemak. Minyak nabati serta lemak hewani adalah gliserida yang tersusun dari

Page 6: 3gliserida

gliserol dan asam lemak. Gliserol memiliki tiga gugus hidroksil fungsional (-OH)

yang dapat teresterifikasi oleh asam lemak. Jika hanya satu gugus hidroksil

teresterifikasi dinamakan monogliserida, jika dua yang teresterifikasi dinamakan

digliserida, dan jika ketiga gugus hidroksilnya teresterifikasi disebut trigliserida.

Trigliserida disebut juga triasilgliserol atau triasilgliserida. Gliserol dapat larut

dalam air dan tidak larut dalam eter. Apabila gliserol dicampur dengan KHSO4

dan dipanaskan dengan hati-hati, akan timbul bau yang tajam khas seperti bau

lemak yang terbakar disebabkan oleh terbentuknya akrolein. Oleh karena

timbulnya bau yang tajam itu, akrolein mudah diketahui dan reaksi ini telah

digunakan untuk mengetahui adanya gliserol dalam suatu senyawa (Poedjiadi,

1994).

Keragaman jenis trigliserida bersumber dari kedudukan dan jati diri asam

lemak. Trigliserida sederhana adalah triester yang terbuat dari gliserol dan tiga

molekul asam lemak yang sama. Misalnya, dari gliserol dan tiga molekul asam

stearat akan diperoleh trigliserida sederhana yang disebut gliseril tristearat, atau

tristearin. Trigliserida sederhana jarang ditemui. Kebanyakan trigliserida alami

adalah trigliserida campuran, yaitu triester dengan komponen asam lemak yang

berbeda (Wilbraham dan Matta, 1992).

Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida yang

merupakan bagian terbesar dalam kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan

senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.

Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang

berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam

suhu ruang berbentuk cair (Sudarmadji dkk, 1996).

Page 7: 3gliserida

Lemak yang lazim meliputi mentega, lemak hewan, dan bagian berlemak

dari daging. Minyak terutama berasal dari tumbuhan termasuk jagung, biji kapas,

zaitun, kacang, dan minyak kedelai. Meskipun lemak berwujud padat dan minyak

berwujud cair, keduanya memiliki struktur organik dasar yang sama. Lemak dan

minyak adalah triester dari gliserol dan disebut trigliserida (Hart dkk, 2003).

Perbedaan lemak dan minyak adalah pada sifat fisiknya. Pada temperatur

kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Suatu kekecualian adalah

minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada temperatur 21º - 25ºC,

hampir sama dengan temperatur kamar di daerah beriklim dingin dan dibawah

temperatur kamar didaerah tropis. Lemak dan minyak pada umumnya merupakan

trigliserida yang tidak homogen dengan beberapa pengecualian. Oleh sebab itu

kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga asam lemak yang berbeda,

misalnya satu asam palmitat, satu asam stearat dan satu asam oleat sebagai

esternya. Golongan asam lemak yang spesifik yang ada dalam trigliserida

tergantung pada jenis spesies dan kondisi lainnya, misalnya makanan yang

dimakan dan temperatur yang mempengaruhi kehidupannya. Binatang berdarah

panas cenderung melakukan biosintesa lemak yang berbentuk cair pada

temperatur tubuhnya. Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada temperatur yang lebih

rendah, maka tanaman ini lebih banyak membentuk trigliserida yang mempunyai

titik leleh lebih rendah ( Fessenden dan Fessenden, 1997).

Page 8: 3gliserida

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain lilin,

mentega, minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit, gliserol, KHSO4, NaOCl

2%, HCl, H2SO4 pekat, α-naftol, aquades, korek api, spiritus dan tissue rol.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam pecobaan ini antara lain tabung reaksi, rak

tabung, pinset, pipet tetes, lampu spiritus, alat pemanas, gegep dan sikat tabung.

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Tes Akrolein

Disiapkan 6 buah tabung reaksi yang kosong dan bersih. Dimasukkan 1mL

larutan sampel (lilin, mentega, minyak sawit, minyak kelapa, minyak wijen dan

gliserol) pada masing-masing tabung. Ditambahkan sedikit KHSO4 pada masing-

masing tabung lalu dipanaskan. Diamati, adanya kandungan gliserol ditandai

dengan adanya bau tengik pada larutan sampel.

3.2.2 Tes Kolorimetri

Disiapkan 7 buah tabung reaksi yang kosong dan bersih. Dimasukkan 1mL

larutan sampel (air, lilin, mentega, minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen

dan gliserol) pada masing-masing tabung dan 1 tabung reaksi diisi blanko

(aquades). Ditambahkan 1mL NaOCl 2% pada masing-masing tabung. Setelah 2

sampai 3 menit, ditambahkan lagi 3 sampai 4 tetes HCl pekat lalu didihkan untuk

Page 9: 3gliserida

membuang kelebihan asam. Setelah itu, ditambahkan 0,2 mL α-naftol kemudian

2mL H2SO4 pekat pada masing-masing tabung. Diamati, adanya kandungan

gliserol ditandai dengan terbentuknya warna hijau zamrud pada larutan sampel.

Page 10: 3gliserida

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tes Akrolein

Tes akrolein merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi adanya

gliserol pada lemak yang ditandai dengan bau khas pada sampel yang diuji. Pada

percobaan ini, digunakan gliserol, minyak sawit, minyak kelapa, minyak wijen,

mentega, dan lilin.

Tabel Data Pengamatan Tes Akrolein

Contoh 0,5 gram KHSO4 Panaskan (Bau)

Gliserol bening + endapan putih +++++

Minyak sawit coklat bening ++++

Minyak Kelapa kuning + endapan +++

Minyak Wijen kuning + endapan putih ++

Mentega kuning bening +

Lilin bening + endapan putih -

Keterangan :

+ ++ + + : sangat berbau

+ + ++ : berbau

+ ++ : cukup berbau

++ : agak berbau

+ : kurang berbau

- : tidak berbau

4.1.2 Tes Kolorimetri

Page 11: 3gliserida

Sama halnya dengan tes akrolein, tes kolorimetri juga digunakan untuk

menguji adanya kandungan gliserol pada sampel. Keberadaan gliserol dalam

sampel ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau zamrud. Pada tes

kolorimetri ini digunakan pula gliserol, minyak kelapa, minyak wijen, minyak

sawit, mentega, lilin, dan air.

Tabel Data Pengamatan Tes Kolorimetri

Contoh Warna yang terbentuk

Air hijau zamrud

Minyak Wijen 2 fasa = hijau zamrud di bawah + coklat di atas

Minyak Sawit 2 fasa = hijau zamrud di bawah + coklat di atas

Mentega 2 fasa = hijau zamrud di bawah + kuning di atas

Gliserol hijau bening (hijau zamrud)

Lilin 2 fasa = hijau zamrud di bawah + putih di atas

Minyak Kelapa 2 fasa = hijau zamrud di bawah + kuning di atas

Keterangan :

Warna hijau zamrud = terdapat gliserol

Warna kuning = tidak terdapat gliserol

4.2 Reaksi

Page 12: 3gliserida

4.2.1 Tes Akrolein

Lilin

Minyak

Gliserol

Page 13: 3gliserida

Mentega

4.2.2 Tes Kolorimetri

Gliserol

Lilin

Minyak Kelapa

Page 14: 3gliserida

Mentega

Minyak Wijen

Page 15: 3gliserida

4.3 Pembahasan

4.3.1 Tes Akrolein

Semua sampel yang digunakan pada percobaan ini diberi perlakuan sama

yaitu penambahan KHSO4 yang kemudian dipanaskan. KHSO4 yang ditambahkan

ke dalam sampel berfungsi sebagai katalis dalam hidrolisis lipid menjadi asam

lemak dan gliserol. Pemanasan akan mempercepat terbentuknya akrolein atau

dengan kata lain membantu pengikatan air oleh KHSO4 yang kemudian terbentuk

akrilaldehida. Pembentukan akrilaldehida ditandai dengan terbentuknya bau khas

yang kadang-kadang menyerupai bau tengik. Untuk ketengikan oksidatif, ikatan

ganda dua dalam ikatan komponen asam lemak tak jenuh dari trigliserida terputus,

membentuk aldehida berbobot molekul rendah dengan bau tak sedap. Aldehida

kemudian dioksidasi menjadi asam lemak berbobot molekul rendah yang juga

berbau tidak enak.

Page 16: 3gliserida

Tes akrolein yang dilakukan pada beberapa sampel tersebut menunjukkan

hasil positif untuk gliserol, minyak wijen, minyak kelapa, minyak sawit, dan

mentega sedangkan untuk lilin tidak diidentifikasi adanya gliserol di dalamnya,

hal ini terbukti dengan tidak adanya bau khas pada lilin saat pemanasan.

4.3.2 Tes Kolorimetri

Seperti halnya tes akrolein, pada tes kalorimetri, semua sampel diberi

perlakuan yang sama yaitu ditambahkan NaOCl dan HCl pekat kemudian

dipanaskan dilanjutkan penambahan α-naftol, dan terakhir ditambahkan H2SO4

pekat.

Penambahan NaOCl pada larutan mampu mereduksi kelebihan lemak

kemudian terbentuk gliseril. HCl merupakan katalis yang nantinya akan

mempercepat reaksi. Pemanasan dilakukan untuk membuang kelebihan asam

akibat penambahan HCl tadi. Terakhir yaitu penambahan H2SO4, penambahan ini

mampu memisahkan gugus yang terikat pada –OH sehingga gugus benzena yang

terikat pada α-naftol bisa berikatan dengan gugus –OH yang ada pada gliserol.

Pengujian terhadap sampel yang ada menunjukkan hasil positif dimana

semua sampel berubah menjadi hijau zamrud yang menandakan sampel

mengandung gliserol. Lilin tidak mengandung gliserol karena jika dihidrolisis

hanya menghasilkan asam lemak dan alkohol berantai panjang tapi pada

pengujian, warna larutan berubah menjadi hijau zamrud. Hal ini terjadi mungkin

disebabkan karena kesalahan yang disebabkan oleh praktikan seperti

ketidaktelitian pada saat pencampuran, bisa juga karena alat yang digunakan tidak

steril, atau disebabkan karena larutan itu sendiri yang mana telah terkontaminasi

oleh sekitarnya.

Page 17: 3gliserida

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tes akrolein menunjukkan bahwa lilin (wax) tidak mengandung gliserol

sedangkan mentega, minyak sawit, minyak kelapa dan minyak wijen

mengandung gliserol.

2. Tes kolorimetri menunjukkan bahwa lilin, mentega, minyak kelapa dan

minyak wijen mengandung gliserol karena berwarna hijau zamrud.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan untuk praktikum kali ini yaitu

sebaiknya jenis pengujian yang dilakukan lebih beragam.

Saran untuk asisten, seperti biasanya, keep smile aja dan tetap semangat.

Page 18: 3gliserida

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 16 Oktober 2010

Asisten Praktikan

Fitri Ariani Adriani

Page 19: 3gliserida

Bagan Prosedur

1. Tes Akrolein

Dimasukkan kedalam tebung reaksi sebanyak 1mL.

Ditambahkan sedikit KHSO4.

Dipanaskan dengan api kecil.

Diamati baunya.

2. Tes Kolorimetri

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak

1mL.

- Ditambahkan 1mL NaOCl 2%.

- Setelah 2-3 menit, ditambahkan 3-4 tetes HCl

pekat.

- Dipanaskan.

- Ditambahkan 0,2mL α-naftol

- Ditambahkan 2mL H2SO4 pekat.

- Diamati warnanya.

Data

Blanko Larutan sampel

Data

Larutan sampel

Page 20: 3gliserida

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J., dan Joan S. Fessenden, 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.

Hart H., Leslie E. C., dan David J. H., 2003, Kimia Organik, diterjemahkan oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.

Kuchel, P. dan Ralston, G. B., 2006, Biokimia, Erlangga, Jakarta.

Patong, R., 2010, Penuntun Praktikum Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta

Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi, 1996, Analisa Bahan makanan dan Pertanian, Liberty Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sultanry, R. dan Kaseger, B., 1985, Kimia Pangan, Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia Timur, Makassar.

Wilbraham, A.C., dan Matta, M.S., Kimia Organik dan Hayati, ITB, Bandung.