3.) hal 22-33 (hasil penelitian) lucia lefrandt

12

Click here to load reader

Upload: vanny-wayongkere

Post on 03-Aug-2015

316 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

Jurnal Sabua Vol.4, No.1: 22-33, April 2012 ISSN 2085-7020

HASIL PENELITIAN

@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Sam Ratulangi Manado

April 2012

KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN PERGERAKAN

KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

Lucia I.R. Lefrandt

Staf Pengajar Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak. Analisa perkembangan kebutuhan transportasi, diperlukan perencanaan

transportasi yang matang untuk kebutuhan transportasi penumpang dan barang baik waktu

sekarang dan waktu yang akan datang. Penelitian ini untuk menganalisis pergerakan

masyarakat pengguna transportasi berbasis rumah tangga di Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur (Boltim), mendapatkan pola garis keinginan, mengetahui model

karakteristik perjalanan, serta mengetahui frekuensi perjalanan di Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur (Boltim). Metode yang digunakan yakni metode survey. Data yang

digunakan berupa data sekunder, primer dan penyebaran kuisioner dengan pengambilan

sampel secara acak sebanyak 10% dari populasi di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

(Boltim). Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuisioner sesuai jumlah sampel

masing-masing kecamatan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa distribusi

perjalanan masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) paling dominan

terbesar di Kecamatan Tutuyan, karena merupakan ibukota Kabupaten. Bangkitan

pergerakan ini menunjukkan masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur tingkat

aktivitasnya yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan pergerakan yang cukup signifikan

untuk setiap hari.

Kata Kunci : Garis Keinginan, Karakteristik Perjalanan, Pergerakan

PENDAHULUAN

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi

Utara, Indonesia dengan pusat pemerintahan

berlokasi di Tutuyan. Kabupaten ini dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun

2008, yang merupakan pemekaran dari

Kabupaten Bolaang Mongondow.

Adanya batas wilayah administratif baru

memerlukan kajian sistem baru untuk tata ruang

sekaligus tataran transportasinya. Kajian sistem

untuk tataran transportasi diawali dengan

estimasi kebutuhan transportasi yang didapat

melalui pemodelan. Disisi lain walaupun

catatan data reguler yang persis agregasinya

sesuai dengan wilayah baru tersebut belum ada,

Page 2: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

L. LEFRANDT

23

analisa tetap perlu dilakukan sebagai dasar bagi

penyusunan tataran transportasinya.

Proses pemenuhan kebutuhan manjadi

salah satu faktor utama masyarakat untuk

melakukan suatu pola pergerakan, baik di dalam

wilayah studi (pergerakan internal) maupun

keluar dari wilayah studi (pergerakan eksternal).

Tingkat perjalanan yang muncul dari setiap

daerah ke pusat kota sebenarnya menunjukkan

hubungan antara kepadatan penduduk dengan

kesempatan kerja, yang kondisinya sangat

tergantung pada jarak lokasi daerah yang

bersangkutan ke pusat kota. Pola pergerakan

yang dimaksud tidak terlepas dari jenis moda

transportasi yang akan digunakan.

Dalam studi ini sedapat mungkin akan

digambarkan garis keinginan pergerakan orang

di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

(Boltim) dengan survey wawancara rumah

tangga.

LANDASAN TEORI

Pergerakan adalah perjalanan satu arah

(one way journey) dari zona asal ke zona tujuan,

termasuk perjalanan berjalan kaki. Bangkitan

pergerakan ini merupakan fungsi dari tiga faktor,

yaitu pola tata guna lahan dan perkembangan

daerah ; ciri khas sosio-ekonomi pelaku

lalulintas di daerah yang bersangkutan ;

sifat jangkauan, dan daya tampung sistem

transportasi yang ada .

……………(1)

(Bruton, 1985 dalam warpant, 1990)

1. Jenis Tata Guna Lahan

Jenis tata guna lahan yang berbeda

(permukiman, pendidikan, dan komersial)

mempunyai ciri bangkitan lalulintas yang

berbeda :

1. Jumlah arus lalulintas

2. Jenis lalulintas (pejalan kaki, truk, mobil)

3. Lalulintas pada waktu tertentu (kantor

menghasilkan arus lalulintas pada pagi

dan sore hari, sedangkan pertokoan

menghasilkan arus lalulintas sepanjang

hari).

Peramalan pola-pola tata guna lahan

dimasa mendatang sangat diperlukan karena ini

menyangkut pengembangan kota. Banyak

metode yang digunakan tetapi apa yang

dikembangkan oleh Chicago Area

Transportation Study (CATS) sangat banyak

diikuti. Prosedur-prosedurnya adalah non

matematis dan sangat tergantung pada

pertimbangan dan penelitian berbagai pihak

yang ikut serta dalam peramalan. Di Chicago

peramalan ini dilakukan oleh sebuah kelompok

yang bukan saja terdiri dari insinyur (ahli teknik)

transportasi, tetapi juga para pembangun real

estate, pimpinan masyarakat, dari beberapa

pihak lain yang mempunyai kepentingan dalam

perkembangan tata guna lahan.

Prosedur didasarkan pada penggunaan

dari tiga buah aturan berikut :

1. Intensitas pengembangan lahan akan

berkurang apabila makin jauh dari pusat

kota.

2. Kerapatan (densities, kegiatan persatuan

area) pada lahan yang sudah terpakai

akan berkurang apabila makin jauh dari

pusat kota.

3. Proporsi lahan yang disediakan oleh

berbagai penggunaan lahan akan selalu

stabil.

Metode ini mengisyaratkan bahwa data

populasi di masa mendatang dan ukuran-ukuran

lain mengenai kegiatan menyeluruh di daerah itu

harus diramalkan. Ramalan ini biasanya tersedia

Page 3: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN ………

24

pada organisasi-organisasi perencanaan

nasional.

Jumlah dan jenis lalulintas yang

dihasilkan oleh setiap tata guna lahan

merupakan hasil dari fungsi parameter sosial dan

ekonomi, seperti contoh di Amerika Serikat

(Black 1981, hal. 88) yang dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan dari Beberata Aktivitas

Tata Guna Lahan

Deskripsi aktivitas tata guna

lahan

Rata-rata jumlah pergerakan

kendaraan per 100 m2

Jumlah kajian

Pasar swalayan 136 3

Pertokoan lokal*

85 21

Pusat pertokoan**

38 38

Restoran siap saji 595 6

Restoran 60 3

Gedung perkantoran 13 22

Rumah sakit 18 12

Perpustakaan 45 2

Daerah industry 5 98

*4.645 – 9.290 (m2) **46.452 – 92.903 (m

2)

Sumber : Black (1981)

2. Intensitas Aktivitas Tata Guna Lahan

Bangkitan pergerakan bukan saja

beragam dalam jenis tata guna lahan, tetapi juga

tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat

penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi

pergerakan arus lalulintas yang dihasilkannya.

Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang

tanah adalah kepadatannya. Tabel 2

memperlihatkan bangkitan lalulintas dari suatu

daerah permukiman yang mempunyai tingkat

kepadatan berbeda di Inggris (Black 1981, hal.

88).

Tabel 2. Bangkitan lalulintas, jenis perumahan dan kepadatannya

Jenis perumahan

Kepadatan

permukiman

(keluarga/ha)

Pergerakan perhari Bangkitan

pergerakan per-ha

Permukiman di luar

kota 15 10 150

Permukiman di batas

kota 45 7 515

Unit rumah 80 5 400

Flat tinggi 100 5 500

Sumber : Black (1981)

Page 4: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

L. LEFRANDT

25

Walaupun arus lalulintas terbesar yang

dibangkitkan berasal dari daerah permukiman di

luar kota, bangkitan lalulintasnya terkecil karena

intensitas aktivitasnya (dihitung dari tingkat

kepadatan permukiman) paling rendah.

3. Klasifikasi Pergerakan

a. Berdasarkan tujuan pergerakan. Dalam

kasus pergerakan berbasis rumah,

Kategori tujuan pergerakan yang sering

digunakan adalah :

1). Pergerakan di tempat kerja

2). Pergerakan ke tempat belanja

3). Pergerakan untuk kepentingan sosial

dan rekreasi, dan

4). Lain-lain

Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja

dan pendidikan) disebut tujuan

pergerakan utama yang merupakan

keharusan untuk dilakukan oleh setiap

orang setiap hari, sedangkan tujuan

pergerakan lain sifatnya hanya pilihan

dan tidak rutin dilakukan. Pergerakan

berbasis bukan rumah tidak selalu harus

dipisahkan karena jumlahnya kecil,

hanya sekitar 15 – 20 % dari total

pergerakan yang terjadi.

b. Berdasarkan waktu. Pergerakan biasanya

dikelompokkan menjadi pergerakan pada

jam sibuk dan pada jam tidak sibuk.

Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh

setiap tujuan pergerakan sangat

berfluktuasi atau bervariasi sepanjang

hari. Pergerakan pada selang jam sibuk

pagi hari (biasanya saling bertolak

belakang dengan pergerakan pada selang

jam sibuk sore hari) terjadi antara jam

07.00 sampai dengan jam 09.00 dan jam

tidak sibuk berkisar antara jam 10.00

sampai dengan jam 12.00.

c. Berdasarkan jenis orang. Hal ini

merupakan salah satu jenis

pengelompokkan yang penting karena

perilaku pergerakan individu sangat

dipengaruhi oleh atribut sosio-ekonomi

dimaksud adalah :

1). Tingkat pendapatan: biasanya

terdapat tiga tingkat pendapatan di

Indonesia, yaitu tinggi, menengah

dan rendah.

2). Tingkat pemilikan kendaraan:

biasanya terdapat empat tingkatan,

yaitu 0, 1, 2, atau lebih dari (2+)

kendaraan per rumah tangga.

3). Ukuran dan struktur rumah tangga.

Hal penting yang harus diamati adalah

bahwa jumlah tingkat dapat meningkat

pesat dan ini berimplikasi cukup besar

bagi kebutuhan akan data, kalibrasi

model, dan penggunaannya.

d. Faktor yang mempengaruhi. Dalam

permodelan bangkitan pergerakan, hal ini

yang perlu diperhatikan bukan saja

pergerakan manusia, tetapi juga

pergerakan barang.

1). Bangkitan pergerakan untuk manusia

Faktor berikut dipertimbangkan

pada bebeapa kajian yang telah

dilakukan

a). pendapatan

b). pemilikan kendaraan

c). struktur rumah tangga

d). ukuran rumah tangga

e). nilai lahan

f). kepadatan permukiman

g). aksesibilitas

Page 5: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN ………

26

Empat faktor yang pertama

(pendapatan, pemilikan kendaraan,

struktur, dan ukuran rumah tangga)

telah digunakan pada beberapa

kajian bangkitanpergerakan,

sedangkan nilai lahan dan kepadatan

daerah permukiman hanya sering

dipakai untuk kajian mengenai zona.

2). Tarikan pergerakan untuk manusia.

Faktor yang paling sering digunakan

adalah luas lantai untuk kegiatan

industri, komersial, perkantoran,

pertokoan, dan pelayanan lainnya.

Faktor lain yang dapat digunakan

adalah lapangan kerja. Akhir-akhir

ini beberapa kajian mulai berusaha

memasukkan ukuran aksesibilitas.

3). Bangkitan dan tarikan pergerakan

untuk barang

Pergerakan ini hanya merupakan

bagian kecil dari seluruh pergerakan

(20%) yang biasanya terjadi di

Negara industri. Peubah penting

yang mempengaruhi adalah jumlah

lapangan kerja, jumlah tempat

pemasaran, luas atap industri

tersebut, dan total seluruh daerah

yang ada.

4. Distribusi Perjalanan

Distribusi perjalanan adalah proses

menghitung jumlah perjalanan yang terjadi

antara satu zona dengan semua zona lainnya

dalam daerah studi. Bentuk pola distribusi

dituangkan dalam Matriks Asal Tujuan seperti

pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Matriks Asal Tujuan (MAT)

To

From

1 2 3 … n Oi

1 T11 T12 T13 … T1n O1

2 T21 T22 T23 … T2n O2

3 T31 T32 T33 … T3n O3

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

N Tm1 Tm2 Tm3 … Tmn On

Dd D1 D2 D3 … Dn T

Sumber : Tamin (2000)

Tujuan distribusi perjalanan adalah

untuk mendistribusikan atau mengalokasikan

jumlah perjalanan yang berasal dari setiap zona

dan diantara seluruh zona tujuan yang

memungkinkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

(Boltim) terletak antara 0027’00” - 0

058’00”

Lintang Utara dan 124021’00” – 124

042’00”

Bujur Timur adalah sebuah kabupaten di

Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia terletak di

pesisir pantai selatan dengan pusat pemerintahan

berlokasi di Tutuyan (berjarak ± 230 km dari

kota Manado).

Jumlah penduduk Kabupaten Boltim

ketika pertama kali terbentuk pada tahun 2008

adalah 68.108 jiwa. Sedangkan pada tahun 2009

bertambah 1534 jiwa menjadi 69.642 jiwa, atau

mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar

Page 6: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

L. LEFRANDT

27

2,25%. Perkembangan jumlah penduduk

Kabupaten Boltim dari tahun 2008 s/d tahun

2009 pada masing-masing kecamatan dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penduduk tahun 2008 – 2009

Sumber: Bolaang Mongondow Timur Dalam Angka, 2010

Kabupaten Boltim merupakan daerah

otonom yang secara keseluruhan terdiri dari lima

wilayah kecamatan dengan 51 desa. Jumlah

desa pada setiap kecamatan tidak merata,

tergantung pada luas wilayah kecamatan tersebut

dan jumlah penduduknya. Pada Tabel 5 juga di

sajikan jumlah penduduk dan jumlah KK/Rumah

tangga pada masing-masing kecamatan yang ada

di Kabupaten Boltim, sebagai tempat

berlangsungnya penelitian.

Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga (KK)

Menurut Kecamatan di Kabupaten Boltim

Sumber : Bolaang Mongondow Timur Dalam Angka, 2010

A. Karakteristik Perjalanan

Berdasarkan data hasil kuisioner di

Kabupaten Boltim, maka dapat diketahui

karakteristik perjalanan dan pola distribusi

perjalanan yang diakibatkan oleh adanya

Kecamatan Tahun

2008 2009

Kotabunan 14.488 11.307

Nuangan 11.439 14.812

Tutuyan 11.058 11.699

Modayag 20.780 21.248

Modayag Barat 10.343 10.577

Jumlah 68.108 69.642

No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Keluarga/KK

1 Kotabunan 11.307 3.068

2 Nuangan 14.812 3.848

3 Tutuyan 11.699 3.313

4 Modayag 21.248 5.593

5 Modayag Barat 10.577 2.954

Jumlah Total 69.642 18.777

Page 7: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN ………

28

pergerakan di wilayah Kabupaten Boltim dalam

bentuk garis keinginan.

Karakteristik perjalanan dapat ditinjau

dari faktor-faktor: Jenis kelamin dan umur, jenis

pekerjaan, tujuan perjalanan, maksud perjalanan,

frekuensi perjalanan, dan moda transportasi

yang digunakan.

1. Jenis Kelamin dan Umur

Data hasil survey diperoleh bahwa

responden dengan jenis kelamin laki-laki adalah

sebanyak 1170 responden dengan persentase

67,24% dan responden dengan jenis kelamin

perempuan adalah sebanyak 570 responden

dengan persentase 32,76%.

Gambar 1. Frekuensi Umur dan Jenis Kelamin

Dilihat dari segi kelompok umur,

masyarakat di Kabupaten Boltim yang

melakukan perjalanan Pria terbanyak secara

berurutan berada pada kelompok umur: 31-35

tahun sebanyak 215 responden (12,36%), 41-45

tahun sebanyak 214 responden (12,30%) dan

kelompok umur 36-40 tahun sebanyak 207

responden (11,90%). Sedangkan untuk

Perempuan yang melakukan perjalanan

terbanyak secara berurutan berada pada

kelompok umur: 36-40 tahun sebanyak 105

responden (6,03%) diikuti kelompok umur 31-

35 tahun dan kelompok umur 26-30 tahun dan

41-45 tahun yang memiliki kesamaan jumlah,

yaitu sebanyak 99 responden (5,69%).

2. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan hasil survey di Kabupaten

Boltim, dari 1740 responden diperoleh data,

ternyata sebagian besar masyarakat di

Kabupaten Boltim memiliki pekerjaan utama

sebagai Petani/Nelayan sebanyak 448 responden

(25,75%) diikuti dengan profesi sebagai

PNS/TNI/POLRI sebanyak 294 responden

(16,90%), profesi sebagai Pegawai Swasta

sebanyak 222 responden (12,76%), lain-lain atau

tidak punya pekerjaan tetap sebanyak 212

responden (12,18%), berporfesi sebagai

pedagang/wiraswasta dan sebagai ibu rumah

tangga berjumlah yang sama yaitu masing-

masing 204 responden (11,72%), buruh/jasa

sebanyak 118 responden (6,78%),

pelajar/mahasiswa 31 responden (1,78%), dan

pensiunan sebanyak 7 responden (0,40%).

Page 8: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

L. LEFRANDT

29

Gambar 2. Persentase Jenis Pekerjaan

3. Tujuan Perjalanan

Berdasarkan hasil survey di Kabupaten

Boltim, dari 1740 responden diperoleh data:

593 responden (34,08%) melakukan perjalanan

dengan tujuan ke Kota Kotamobagu. Hal ini

disebabkan karena selain dekat, juga karena

mudah dijangkau baik perjalanannya, maupun

perdagangannya.

Selain ke Kota Kotamobagu, masyarakat

banyak melakukan perjalanan dengan tujuan ke

Kecamatan Tutuyan sebagai pusat pemerintahan

dan ibu kota kabupaten dengan jumlah 522

responden (30,00%), ke Kecamatan Kotabunan

sebanyak 191 responden (10,98%), ke

Kecamatan Modayag sebanyak 130 responden

(7,47%), ke Kabupaten Minahasa Tenggara

(Mitra) sebanyak 83 responden (4,77%), ke

Kecamatan Nuangan sebanyak 76 responden

(4,37%), ke Kota Manado sebanyak 58

responden (3,33%), ke Kabupaten Bolaang

Mongondow (Bolmong) sebanyak 46 responden

(2,64%), ke Kecamatan Modayag Barat

sebanyak 18 responden (1,03%), ke Kabupaten

Minahasa Selatan (Minsel) sebanyak 11

responden (0,63%), ke Kabupaten Minahasa

sebanyak 8 responden (0,46%), dan yang

melakukan perjalanan dengan tujuan ke Kota

Bitung sebanyak 4 responden (0,23%).

Gambar 3. Persentase Tujuan Perjalanan

Page 9: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN ………

30

Gambar 4. Garis Keinginan Perjalanan

4. Maksud Perjalanan

Ada 2 kajian wilayah dalam penentuan

maksud perjalanan masyarakat di Kabupaten

Boltim, yaitu perjalanan ke luar dan di dalam

wilayah kecamatan asal

a). Maksud Perjalanan Keluar Wilayah

Kecamatan Asal

Dari 1740 responden diperoleh data

maksud perjalanan keluar wilayah

kecamatan asal yaitu: 561 responden

(32,54%) untuk maksud urusan pribadi,

453 responden (26,03%) melakukan

perjalanan menuju ke tempat kerja, 297

responden (17,07%) melakukan

perjalanan untuk urusan bisnis/dinas,

224 responden (12,87%) dengan

maksud berbelanja, 143 responden

(8,22%) untuk urusan lainnya, 36

responden (2,07%) untuk maksud

berwisata/rekreasi, dan 26 responden

(1,49%) melakukan perjalanan dengan

maksud ke sekolah.

Gambar 5. Persentase Maksud Perjalanan Ke Luar Wilayah Kecamatan Asal.

Page 10: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

L. LEFRANDT

31

b). Maksud Perjalanan Kedalam Wilayah

Kecamatan Asal.

Berdasarkan hasil survey di Kabupaten

Boltim, dari 1740 responden diperoleh

data maksud perjalanan kedalam

wilayah kecamatan asal yaitu: 717

responden (41,21%) melakukan

perjalanan dengan maksud urusan

pribadi, 539 responden (30,98%)

bermaksud melakukan perjalanan ke

tempat kerja, 171 responden (9,83%)

untuk berbelanja, 163 responden

(9,37%) untuk urusan bisnis/dinas, 103

responden (5,92%) untuk urusan

lainnya, 40 responden untuk

berwisata/rekreasi, dan 7 responden

(0,40%) melakukan perjalanan dengan

maksud ke sekolah.

Gambar 6. Persentase Maksud Perjalanan kedalam Wilayah Kecamatan.

5. Frekuensi Perjalanan

Berdasarkan hasil survey di Kabupaten

Boltim, dari 1740 responden diperoleh data

frekwensi perjalanan anggota keluarga dalam

sehari yaitu: 1518 responden (87,24%)

melakukan perjalanan sekali dalam sehari, 170

responden (9,77%) melakukan perjalanan dua

kali dalam sehari, 23 responden (1,32%)

melakukan perjalanan tiga kali dalam sehari, 11

responden (0,63%) melakukan perjalanan lima

kali dalam sehari, 8 responden (0,46%)

melakukan perjalanan empat kali dalam sehari, 6

responden (0,34%) melakukan perjalanan tujuh

kali atau lebih dalam sehari, dan 4 responden

(0,23%) melakukan perjalanan dalam sehari

sebanyak enam kali.

Page 11: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN ………

32

Gambar 7. Persentase Frekwensi Perjalanan Keluarga dalam Satu Hari

6. Moda Transportasi yang Digunakan

Berdasarkan hasil survey di Kabupaten

Boltim, dari 1740 responden diperoleh data

moda transportasi yang digunakan untuk

malakukan perjalanan anggota keluarga dalam

sehari yaitu: 728 responden (41,84%)

menggunakan sepeda motor pribadi, 334

responden (19,20%) menggunakan sepeda motor

ojek, 212 responden (12,18%) melakukan

perjalanan dengan berjalan kaki, 210 responden

(12,07%) menggunakan mobil angkutan umum,

102 responden (5,86%) menggunakan angkutan

umum bentor, 87 responden (5,00%)

menggunakan mobil pribadi, 47 responden

(2,70%) menggunakan bentor pribadi, dan 20

responden (1,15%) menggunakan moda

transportasi lainnya dalam melakukan perjalanan

sehari-hari.

Gambar 8. Persentase Moda Transportasi yang Digunakan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survey diperoleh,

pola distribusi perjalanan masyarakat di

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

(Boltim) yang paling dominan menuju ke

Kecamatan Tutuyan sebagai ibukota kabupaten

seperti terlihat pada gambar garis keinginan.

Maksud dan tujuan perjalanan masyarakat di

Kabupaten Boltim dalam sehari ke luar wilayah

kecamatan sebagian besar untuk urusan pribadi

dengan jumlah 561 responden (32,54%). 453

responden (26,03%) melakukan perjalanan

menuju ke tempat kerja, dan 297 responden

(17,07%) melakukan perjalanan untuk urusan

Page 12: 3.) Hal 22-33 (Hasil Penelitian) Lucia Lefrandt

L. LEFRANDT

33

bisnis/dinas. Sedangkan untuk yang melakukan

perjalanan hanya dalam wilayah kecamatan asal

terdapat 717 responden (41,21%) melakukan

perjalanan dengan maksud urusan pribadi, 539

responden (30,98%) bermaksud melakukan

perjalanan ke tempat kerja, dan 171 responden

(9,83%) untuk berbelanja. Dari 1740 responden

diperoleh data frekwensi perjalanan anggota

keluarga dalam sehari yaitu: 1518 responden

(87,24%) melakukan perjalanan sekali dalam

sehari, 170 responden (9,77%) melakukan

perjalanan dua kali dalam sehari, 23 responden

(1,32%) melakukan perjalanan tiga kali dalam

sehari.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Sulawesi Utara, 2010. Bolaang

Mongondow Timur dalam Angka

2010.

Black, John. 1981. Urban Transport

Planning. Croom Helm London.

Bruton, M.J. 1985. Instruction to

Transformation Planning,

Hutchinson and Co Ltd, London.

Hobbs F. D. 1999. Perencanaan dan Teknik

Lalu Lintas. Gajah Mada University

Press.

Tamin O.Z. 2000, Perencanaan dan

Pemodelan Transportasi, Edisi

Kedua. ITB Bandung.

Wells, G.R. 1979. Traffic Engneering: An

Introduction, Second Edition,

Charles Griffin & Co Ltd, High

Wycombe, Bucks

ISSN 2085-7020