3.) hal 22-33 (hasil penelitian) lucia lefrandt
TRANSCRIPT
Jurnal Sabua Vol.4, No.1: 22-33, April 2012 ISSN 2085-7020
HASIL PENELITIAN
@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Sam Ratulangi Manado
April 2012
KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN PERGERAKAN
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR
Lucia I.R. Lefrandt
Staf Pengajar Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado
Abstrak. Analisa perkembangan kebutuhan transportasi, diperlukan perencanaan
transportasi yang matang untuk kebutuhan transportasi penumpang dan barang baik waktu
sekarang dan waktu yang akan datang. Penelitian ini untuk menganalisis pergerakan
masyarakat pengguna transportasi berbasis rumah tangga di Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur (Boltim), mendapatkan pola garis keinginan, mengetahui model
karakteristik perjalanan, serta mengetahui frekuensi perjalanan di Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur (Boltim). Metode yang digunakan yakni metode survey. Data yang
digunakan berupa data sekunder, primer dan penyebaran kuisioner dengan pengambilan
sampel secara acak sebanyak 10% dari populasi di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
(Boltim). Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuisioner sesuai jumlah sampel
masing-masing kecamatan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa distribusi
perjalanan masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) paling dominan
terbesar di Kecamatan Tutuyan, karena merupakan ibukota Kabupaten. Bangkitan
pergerakan ini menunjukkan masyarakat di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur tingkat
aktivitasnya yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan pergerakan yang cukup signifikan
untuk setiap hari.
Kata Kunci : Garis Keinginan, Karakteristik Perjalanan, Pergerakan
PENDAHULUAN
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi
Utara, Indonesia dengan pusat pemerintahan
berlokasi di Tutuyan. Kabupaten ini dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2008, yang merupakan pemekaran dari
Kabupaten Bolaang Mongondow.
Adanya batas wilayah administratif baru
memerlukan kajian sistem baru untuk tata ruang
sekaligus tataran transportasinya. Kajian sistem
untuk tataran transportasi diawali dengan
estimasi kebutuhan transportasi yang didapat
melalui pemodelan. Disisi lain walaupun
catatan data reguler yang persis agregasinya
sesuai dengan wilayah baru tersebut belum ada,
L. LEFRANDT
23
analisa tetap perlu dilakukan sebagai dasar bagi
penyusunan tataran transportasinya.
Proses pemenuhan kebutuhan manjadi
salah satu faktor utama masyarakat untuk
melakukan suatu pola pergerakan, baik di dalam
wilayah studi (pergerakan internal) maupun
keluar dari wilayah studi (pergerakan eksternal).
Tingkat perjalanan yang muncul dari setiap
daerah ke pusat kota sebenarnya menunjukkan
hubungan antara kepadatan penduduk dengan
kesempatan kerja, yang kondisinya sangat
tergantung pada jarak lokasi daerah yang
bersangkutan ke pusat kota. Pola pergerakan
yang dimaksud tidak terlepas dari jenis moda
transportasi yang akan digunakan.
Dalam studi ini sedapat mungkin akan
digambarkan garis keinginan pergerakan orang
di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
(Boltim) dengan survey wawancara rumah
tangga.
LANDASAN TEORI
Pergerakan adalah perjalanan satu arah
(one way journey) dari zona asal ke zona tujuan,
termasuk perjalanan berjalan kaki. Bangkitan
pergerakan ini merupakan fungsi dari tiga faktor,
yaitu pola tata guna lahan dan perkembangan
daerah ; ciri khas sosio-ekonomi pelaku
lalulintas di daerah yang bersangkutan ;
sifat jangkauan, dan daya tampung sistem
transportasi yang ada .
……………(1)
(Bruton, 1985 dalam warpant, 1990)
1. Jenis Tata Guna Lahan
Jenis tata guna lahan yang berbeda
(permukiman, pendidikan, dan komersial)
mempunyai ciri bangkitan lalulintas yang
berbeda :
1. Jumlah arus lalulintas
2. Jenis lalulintas (pejalan kaki, truk, mobil)
3. Lalulintas pada waktu tertentu (kantor
menghasilkan arus lalulintas pada pagi
dan sore hari, sedangkan pertokoan
menghasilkan arus lalulintas sepanjang
hari).
Peramalan pola-pola tata guna lahan
dimasa mendatang sangat diperlukan karena ini
menyangkut pengembangan kota. Banyak
metode yang digunakan tetapi apa yang
dikembangkan oleh Chicago Area
Transportation Study (CATS) sangat banyak
diikuti. Prosedur-prosedurnya adalah non
matematis dan sangat tergantung pada
pertimbangan dan penelitian berbagai pihak
yang ikut serta dalam peramalan. Di Chicago
peramalan ini dilakukan oleh sebuah kelompok
yang bukan saja terdiri dari insinyur (ahli teknik)
transportasi, tetapi juga para pembangun real
estate, pimpinan masyarakat, dari beberapa
pihak lain yang mempunyai kepentingan dalam
perkembangan tata guna lahan.
Prosedur didasarkan pada penggunaan
dari tiga buah aturan berikut :
1. Intensitas pengembangan lahan akan
berkurang apabila makin jauh dari pusat
kota.
2. Kerapatan (densities, kegiatan persatuan
area) pada lahan yang sudah terpakai
akan berkurang apabila makin jauh dari
pusat kota.
3. Proporsi lahan yang disediakan oleh
berbagai penggunaan lahan akan selalu
stabil.
Metode ini mengisyaratkan bahwa data
populasi di masa mendatang dan ukuran-ukuran
lain mengenai kegiatan menyeluruh di daerah itu
harus diramalkan. Ramalan ini biasanya tersedia
KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN ………
24
pada organisasi-organisasi perencanaan
nasional.
Jumlah dan jenis lalulintas yang
dihasilkan oleh setiap tata guna lahan
merupakan hasil dari fungsi parameter sosial dan
ekonomi, seperti contoh di Amerika Serikat
(Black 1981, hal. 88) yang dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan dari Beberata Aktivitas
Tata Guna Lahan
Deskripsi aktivitas tata guna
lahan
Rata-rata jumlah pergerakan
kendaraan per 100 m2
Jumlah kajian
Pasar swalayan 136 3
Pertokoan lokal*
85 21
Pusat pertokoan**
38 38
Restoran siap saji 595 6
Restoran 60 3
Gedung perkantoran 13 22
Rumah sakit 18 12
Perpustakaan 45 2
Daerah industry 5 98
*4.645 – 9.290 (m2) **46.452 – 92.903 (m
2)
Sumber : Black (1981)
2. Intensitas Aktivitas Tata Guna Lahan
Bangkitan pergerakan bukan saja
beragam dalam jenis tata guna lahan, tetapi juga
tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat
penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi
pergerakan arus lalulintas yang dihasilkannya.
Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang
tanah adalah kepadatannya. Tabel 2
memperlihatkan bangkitan lalulintas dari suatu
daerah permukiman yang mempunyai tingkat
kepadatan berbeda di Inggris (Black 1981, hal.
88).
Tabel 2. Bangkitan lalulintas, jenis perumahan dan kepadatannya
Jenis perumahan
Kepadatan
permukiman
(keluarga/ha)
Pergerakan perhari Bangkitan
pergerakan per-ha
Permukiman di luar
kota 15 10 150
Permukiman di batas
kota 45 7 515
Unit rumah 80 5 400
Flat tinggi 100 5 500
Sumber : Black (1981)
L. LEFRANDT
25
Walaupun arus lalulintas terbesar yang
dibangkitkan berasal dari daerah permukiman di
luar kota, bangkitan lalulintasnya terkecil karena
intensitas aktivitasnya (dihitung dari tingkat
kepadatan permukiman) paling rendah.
3. Klasifikasi Pergerakan
a. Berdasarkan tujuan pergerakan. Dalam
kasus pergerakan berbasis rumah,
Kategori tujuan pergerakan yang sering
digunakan adalah :
1). Pergerakan di tempat kerja
2). Pergerakan ke tempat belanja
3). Pergerakan untuk kepentingan sosial
dan rekreasi, dan
4). Lain-lain
Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja
dan pendidikan) disebut tujuan
pergerakan utama yang merupakan
keharusan untuk dilakukan oleh setiap
orang setiap hari, sedangkan tujuan
pergerakan lain sifatnya hanya pilihan
dan tidak rutin dilakukan. Pergerakan
berbasis bukan rumah tidak selalu harus
dipisahkan karena jumlahnya kecil,
hanya sekitar 15 – 20 % dari total
pergerakan yang terjadi.
b. Berdasarkan waktu. Pergerakan biasanya
dikelompokkan menjadi pergerakan pada
jam sibuk dan pada jam tidak sibuk.
Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh
setiap tujuan pergerakan sangat
berfluktuasi atau bervariasi sepanjang
hari. Pergerakan pada selang jam sibuk
pagi hari (biasanya saling bertolak
belakang dengan pergerakan pada selang
jam sibuk sore hari) terjadi antara jam
07.00 sampai dengan jam 09.00 dan jam
tidak sibuk berkisar antara jam 10.00
sampai dengan jam 12.00.
c. Berdasarkan jenis orang. Hal ini
merupakan salah satu jenis
pengelompokkan yang penting karena
perilaku pergerakan individu sangat
dipengaruhi oleh atribut sosio-ekonomi
dimaksud adalah :
1). Tingkat pendapatan: biasanya
terdapat tiga tingkat pendapatan di
Indonesia, yaitu tinggi, menengah
dan rendah.
2). Tingkat pemilikan kendaraan:
biasanya terdapat empat tingkatan,
yaitu 0, 1, 2, atau lebih dari (2+)
kendaraan per rumah tangga.
3). Ukuran dan struktur rumah tangga.
Hal penting yang harus diamati adalah
bahwa jumlah tingkat dapat meningkat
pesat dan ini berimplikasi cukup besar
bagi kebutuhan akan data, kalibrasi
model, dan penggunaannya.
d. Faktor yang mempengaruhi. Dalam
permodelan bangkitan pergerakan, hal ini
yang perlu diperhatikan bukan saja
pergerakan manusia, tetapi juga
pergerakan barang.
1). Bangkitan pergerakan untuk manusia
Faktor berikut dipertimbangkan
pada bebeapa kajian yang telah
dilakukan
a). pendapatan
b). pemilikan kendaraan
c). struktur rumah tangga
d). ukuran rumah tangga
e). nilai lahan
f). kepadatan permukiman
g). aksesibilitas
KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN ………
26
Empat faktor yang pertama
(pendapatan, pemilikan kendaraan,
struktur, dan ukuran rumah tangga)
telah digunakan pada beberapa
kajian bangkitanpergerakan,
sedangkan nilai lahan dan kepadatan
daerah permukiman hanya sering
dipakai untuk kajian mengenai zona.
2). Tarikan pergerakan untuk manusia.
Faktor yang paling sering digunakan
adalah luas lantai untuk kegiatan
industri, komersial, perkantoran,
pertokoan, dan pelayanan lainnya.
Faktor lain yang dapat digunakan
adalah lapangan kerja. Akhir-akhir
ini beberapa kajian mulai berusaha
memasukkan ukuran aksesibilitas.
3). Bangkitan dan tarikan pergerakan
untuk barang
Pergerakan ini hanya merupakan
bagian kecil dari seluruh pergerakan
(20%) yang biasanya terjadi di
Negara industri. Peubah penting
yang mempengaruhi adalah jumlah
lapangan kerja, jumlah tempat
pemasaran, luas atap industri
tersebut, dan total seluruh daerah
yang ada.
4. Distribusi Perjalanan
Distribusi perjalanan adalah proses
menghitung jumlah perjalanan yang terjadi
antara satu zona dengan semua zona lainnya
dalam daerah studi. Bentuk pola distribusi
dituangkan dalam Matriks Asal Tujuan seperti
pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Matriks Asal Tujuan (MAT)
To
From
1 2 3 … n Oi
1 T11 T12 T13 … T1n O1
2 T21 T22 T23 … T2n O2
3 T31 T32 T33 … T3n O3
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
N Tm1 Tm2 Tm3 … Tmn On
Dd D1 D2 D3 … Dn T
Sumber : Tamin (2000)
Tujuan distribusi perjalanan adalah
untuk mendistribusikan atau mengalokasikan
jumlah perjalanan yang berasal dari setiap zona
dan diantara seluruh zona tujuan yang
memungkinkan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
(Boltim) terletak antara 0027’00” - 0
058’00”
Lintang Utara dan 124021’00” – 124
042’00”
Bujur Timur adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia terletak di
pesisir pantai selatan dengan pusat pemerintahan
berlokasi di Tutuyan (berjarak ± 230 km dari
kota Manado).
Jumlah penduduk Kabupaten Boltim
ketika pertama kali terbentuk pada tahun 2008
adalah 68.108 jiwa. Sedangkan pada tahun 2009
bertambah 1534 jiwa menjadi 69.642 jiwa, atau
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar
L. LEFRANDT
27
2,25%. Perkembangan jumlah penduduk
Kabupaten Boltim dari tahun 2008 s/d tahun
2009 pada masing-masing kecamatan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penduduk tahun 2008 – 2009
Sumber: Bolaang Mongondow Timur Dalam Angka, 2010
Kabupaten Boltim merupakan daerah
otonom yang secara keseluruhan terdiri dari lima
wilayah kecamatan dengan 51 desa. Jumlah
desa pada setiap kecamatan tidak merata,
tergantung pada luas wilayah kecamatan tersebut
dan jumlah penduduknya. Pada Tabel 5 juga di
sajikan jumlah penduduk dan jumlah KK/Rumah
tangga pada masing-masing kecamatan yang ada
di Kabupaten Boltim, sebagai tempat
berlangsungnya penelitian.
Tabel 5. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga (KK)
Menurut Kecamatan di Kabupaten Boltim
Sumber : Bolaang Mongondow Timur Dalam Angka, 2010
A. Karakteristik Perjalanan
Berdasarkan data hasil kuisioner di
Kabupaten Boltim, maka dapat diketahui
karakteristik perjalanan dan pola distribusi
perjalanan yang diakibatkan oleh adanya
Kecamatan Tahun
2008 2009
Kotabunan 14.488 11.307
Nuangan 11.439 14.812
Tutuyan 11.058 11.699
Modayag 20.780 21.248
Modayag Barat 10.343 10.577
Jumlah 68.108 69.642
No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Keluarga/KK
1 Kotabunan 11.307 3.068
2 Nuangan 14.812 3.848
3 Tutuyan 11.699 3.313
4 Modayag 21.248 5.593
5 Modayag Barat 10.577 2.954
Jumlah Total 69.642 18.777
KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN ………
28
pergerakan di wilayah Kabupaten Boltim dalam
bentuk garis keinginan.
Karakteristik perjalanan dapat ditinjau
dari faktor-faktor: Jenis kelamin dan umur, jenis
pekerjaan, tujuan perjalanan, maksud perjalanan,
frekuensi perjalanan, dan moda transportasi
yang digunakan.
1. Jenis Kelamin dan Umur
Data hasil survey diperoleh bahwa
responden dengan jenis kelamin laki-laki adalah
sebanyak 1170 responden dengan persentase
67,24% dan responden dengan jenis kelamin
perempuan adalah sebanyak 570 responden
dengan persentase 32,76%.
Gambar 1. Frekuensi Umur dan Jenis Kelamin
Dilihat dari segi kelompok umur,
masyarakat di Kabupaten Boltim yang
melakukan perjalanan Pria terbanyak secara
berurutan berada pada kelompok umur: 31-35
tahun sebanyak 215 responden (12,36%), 41-45
tahun sebanyak 214 responden (12,30%) dan
kelompok umur 36-40 tahun sebanyak 207
responden (11,90%). Sedangkan untuk
Perempuan yang melakukan perjalanan
terbanyak secara berurutan berada pada
kelompok umur: 36-40 tahun sebanyak 105
responden (6,03%) diikuti kelompok umur 31-
35 tahun dan kelompok umur 26-30 tahun dan
41-45 tahun yang memiliki kesamaan jumlah,
yaitu sebanyak 99 responden (5,69%).
2. Jenis Pekerjaan
Berdasarkan hasil survey di Kabupaten
Boltim, dari 1740 responden diperoleh data,
ternyata sebagian besar masyarakat di
Kabupaten Boltim memiliki pekerjaan utama
sebagai Petani/Nelayan sebanyak 448 responden
(25,75%) diikuti dengan profesi sebagai
PNS/TNI/POLRI sebanyak 294 responden
(16,90%), profesi sebagai Pegawai Swasta
sebanyak 222 responden (12,76%), lain-lain atau
tidak punya pekerjaan tetap sebanyak 212
responden (12,18%), berporfesi sebagai
pedagang/wiraswasta dan sebagai ibu rumah
tangga berjumlah yang sama yaitu masing-
masing 204 responden (11,72%), buruh/jasa
sebanyak 118 responden (6,78%),
pelajar/mahasiswa 31 responden (1,78%), dan
pensiunan sebanyak 7 responden (0,40%).
L. LEFRANDT
29
Gambar 2. Persentase Jenis Pekerjaan
3. Tujuan Perjalanan
Berdasarkan hasil survey di Kabupaten
Boltim, dari 1740 responden diperoleh data:
593 responden (34,08%) melakukan perjalanan
dengan tujuan ke Kota Kotamobagu. Hal ini
disebabkan karena selain dekat, juga karena
mudah dijangkau baik perjalanannya, maupun
perdagangannya.
Selain ke Kota Kotamobagu, masyarakat
banyak melakukan perjalanan dengan tujuan ke
Kecamatan Tutuyan sebagai pusat pemerintahan
dan ibu kota kabupaten dengan jumlah 522
responden (30,00%), ke Kecamatan Kotabunan
sebanyak 191 responden (10,98%), ke
Kecamatan Modayag sebanyak 130 responden
(7,47%), ke Kabupaten Minahasa Tenggara
(Mitra) sebanyak 83 responden (4,77%), ke
Kecamatan Nuangan sebanyak 76 responden
(4,37%), ke Kota Manado sebanyak 58
responden (3,33%), ke Kabupaten Bolaang
Mongondow (Bolmong) sebanyak 46 responden
(2,64%), ke Kecamatan Modayag Barat
sebanyak 18 responden (1,03%), ke Kabupaten
Minahasa Selatan (Minsel) sebanyak 11
responden (0,63%), ke Kabupaten Minahasa
sebanyak 8 responden (0,46%), dan yang
melakukan perjalanan dengan tujuan ke Kota
Bitung sebanyak 4 responden (0,23%).
Gambar 3. Persentase Tujuan Perjalanan
KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN ………
30
Gambar 4. Garis Keinginan Perjalanan
4. Maksud Perjalanan
Ada 2 kajian wilayah dalam penentuan
maksud perjalanan masyarakat di Kabupaten
Boltim, yaitu perjalanan ke luar dan di dalam
wilayah kecamatan asal
a). Maksud Perjalanan Keluar Wilayah
Kecamatan Asal
Dari 1740 responden diperoleh data
maksud perjalanan keluar wilayah
kecamatan asal yaitu: 561 responden
(32,54%) untuk maksud urusan pribadi,
453 responden (26,03%) melakukan
perjalanan menuju ke tempat kerja, 297
responden (17,07%) melakukan
perjalanan untuk urusan bisnis/dinas,
224 responden (12,87%) dengan
maksud berbelanja, 143 responden
(8,22%) untuk urusan lainnya, 36
responden (2,07%) untuk maksud
berwisata/rekreasi, dan 26 responden
(1,49%) melakukan perjalanan dengan
maksud ke sekolah.
Gambar 5. Persentase Maksud Perjalanan Ke Luar Wilayah Kecamatan Asal.
L. LEFRANDT
31
b). Maksud Perjalanan Kedalam Wilayah
Kecamatan Asal.
Berdasarkan hasil survey di Kabupaten
Boltim, dari 1740 responden diperoleh
data maksud perjalanan kedalam
wilayah kecamatan asal yaitu: 717
responden (41,21%) melakukan
perjalanan dengan maksud urusan
pribadi, 539 responden (30,98%)
bermaksud melakukan perjalanan ke
tempat kerja, 171 responden (9,83%)
untuk berbelanja, 163 responden
(9,37%) untuk urusan bisnis/dinas, 103
responden (5,92%) untuk urusan
lainnya, 40 responden untuk
berwisata/rekreasi, dan 7 responden
(0,40%) melakukan perjalanan dengan
maksud ke sekolah.
Gambar 6. Persentase Maksud Perjalanan kedalam Wilayah Kecamatan.
5. Frekuensi Perjalanan
Berdasarkan hasil survey di Kabupaten
Boltim, dari 1740 responden diperoleh data
frekwensi perjalanan anggota keluarga dalam
sehari yaitu: 1518 responden (87,24%)
melakukan perjalanan sekali dalam sehari, 170
responden (9,77%) melakukan perjalanan dua
kali dalam sehari, 23 responden (1,32%)
melakukan perjalanan tiga kali dalam sehari, 11
responden (0,63%) melakukan perjalanan lima
kali dalam sehari, 8 responden (0,46%)
melakukan perjalanan empat kali dalam sehari, 6
responden (0,34%) melakukan perjalanan tujuh
kali atau lebih dalam sehari, dan 4 responden
(0,23%) melakukan perjalanan dalam sehari
sebanyak enam kali.
KARAKTERISTIK PERJALANAN DAN GARIS KEINGINAN ………
32
Gambar 7. Persentase Frekwensi Perjalanan Keluarga dalam Satu Hari
6. Moda Transportasi yang Digunakan
Berdasarkan hasil survey di Kabupaten
Boltim, dari 1740 responden diperoleh data
moda transportasi yang digunakan untuk
malakukan perjalanan anggota keluarga dalam
sehari yaitu: 728 responden (41,84%)
menggunakan sepeda motor pribadi, 334
responden (19,20%) menggunakan sepeda motor
ojek, 212 responden (12,18%) melakukan
perjalanan dengan berjalan kaki, 210 responden
(12,07%) menggunakan mobil angkutan umum,
102 responden (5,86%) menggunakan angkutan
umum bentor, 87 responden (5,00%)
menggunakan mobil pribadi, 47 responden
(2,70%) menggunakan bentor pribadi, dan 20
responden (1,15%) menggunakan moda
transportasi lainnya dalam melakukan perjalanan
sehari-hari.
Gambar 8. Persentase Moda Transportasi yang Digunakan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survey diperoleh,
pola distribusi perjalanan masyarakat di
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
(Boltim) yang paling dominan menuju ke
Kecamatan Tutuyan sebagai ibukota kabupaten
seperti terlihat pada gambar garis keinginan.
Maksud dan tujuan perjalanan masyarakat di
Kabupaten Boltim dalam sehari ke luar wilayah
kecamatan sebagian besar untuk urusan pribadi
dengan jumlah 561 responden (32,54%). 453
responden (26,03%) melakukan perjalanan
menuju ke tempat kerja, dan 297 responden
(17,07%) melakukan perjalanan untuk urusan
L. LEFRANDT
33
bisnis/dinas. Sedangkan untuk yang melakukan
perjalanan hanya dalam wilayah kecamatan asal
terdapat 717 responden (41,21%) melakukan
perjalanan dengan maksud urusan pribadi, 539
responden (30,98%) bermaksud melakukan
perjalanan ke tempat kerja, dan 171 responden
(9,83%) untuk berbelanja. Dari 1740 responden
diperoleh data frekwensi perjalanan anggota
keluarga dalam sehari yaitu: 1518 responden
(87,24%) melakukan perjalanan sekali dalam
sehari, 170 responden (9,77%) melakukan
perjalanan dua kali dalam sehari, 23 responden
(1,32%) melakukan perjalanan tiga kali dalam
sehari.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Sulawesi Utara, 2010. Bolaang
Mongondow Timur dalam Angka
2010.
Black, John. 1981. Urban Transport
Planning. Croom Helm London.
Bruton, M.J. 1985. Instruction to
Transformation Planning,
Hutchinson and Co Ltd, London.
Hobbs F. D. 1999. Perencanaan dan Teknik
Lalu Lintas. Gajah Mada University
Press.
Tamin O.Z. 2000, Perencanaan dan
Pemodelan Transportasi, Edisi
Kedua. ITB Bandung.
Wells, G.R. 1979. Traffic Engneering: An
Introduction, Second Edition,
Charles Griffin & Co Ltd, High
Wycombe, Bucks
ISSN 2085-7020