jurnal permata indonesia halaman 22- 33 volume 9, … filemenghadapi akreditasi di klinik pratama...

12
JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman 22- 33 Volume 9, Nomor 2, November 2018 ISSN 2086-9185 22 GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI KLINIK PRATAMA BHARA MEDIKA KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH M. Juang Saputra 1 , Susanto, M.S 2 Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Keselamatan pasien saat ini menjadi perhatian utama dalam berbagai pelayanan kesehatan. Setiap langkah dalam proses pemberian pelayanan pada tingkatan fasilitas kesehatan apapun mengandung resiko akan terjadinya kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan. Telah banyak penelitian dilakukan terkait masalah keselamatan pasien di seluruh penjuru dunia. Namun sebagian besar besar masih berfokus pada penelitian keselamatan pasien dalam wilayah pelayanan kesehatan di rumah sakit, begitupun program dan kebijakan yang di keluarkan pada suatu negara. Sedangkan penelitian terkait keselamatan pasien yang berfokus pada pelayanan kesehatan primer masih sangat sedikit. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien sebelum menghadapi akreditasi di klinik pratama Bhara Medika Purworejo. Metode: Penelitian kuantitatif, cross sectional. Data diperoleh dari kuesioner versi medical office dan dianalisis secara deskriptif menggunakan software workbook Medical Office Survey Excel Tool versi 5.4 yang juga dikeluarkan oleh Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ). Hasil: Dari 15 responden yang penelitian ini, berasal dari semua sektor organisasi pelayanan klinik (medis, paramedis, staf administratif, manajerial, non-medis). Masa kerja terbanyak (47%) responden adalah di antara satu hingga kurang dari tiga tahun. Dan waktu kerja dalam seminggu sebanyak 73% masih di bawah 41 jam. Dari 12 dimensi budaya keselamatan pasien, dimensi kerja sama tim dan pelayanan pasien yang berkelanjutan mendapatkan respon positif yang tertinggi (97%). Dan hanya dimensi pembelajaran berorganisasi yang mendapat respon positif paling sedikit (64%). Hasil yang didapatkan dari responden juga tidak berbeda jauh dengan database yang dikeluarkan oleh AHRQ dari 2.437 kantor medis pada tahun 2017. Kesimpulan: Hampir seluruh dimensi patient safety culture di klinik Bhara Medika termasuk mendapat respon positif di atas 50%. Dan Dimensi pembelajaran tekanan dalam bekerja dan ritme pekerjaan, dan juga dimensi proses kerja dan standardisasi masih harus menjadi perhatian bagi klinik Bhara Medika karena mendapatkan respon positif terendah. Kata Kunci: Keselamatan Pasien, Budaya Keselamatan Pasien, Klinik Pratama, Survei Keselamatan Pasien AHRQ Versi Kantor Medis.

Upload: vuliem

Post on 06-Jul-2019

294 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

JURNAL PERMATA INDONESIA Halaman 22- 33 Volume 9, Nomor 2, November 2018 ISSN 2086-9185

22

GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI KLINIK PRATAMA BHARA MEDIKA

KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH

M. Juang Saputra1, Susanto, M.S2

Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI Keselamatan pasien saat ini menjadi perhatian utama dalam berbagai pelayanan kesehatan. Setiap langkah dalam proses pemberian pelayanan pada tingkatan fasilitas kesehatan apapun mengandung resiko akan terjadinya kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan. Telah banyak penelitian dilakukan terkait masalah keselamatan pasien di seluruh penjuru dunia. Namun sebagian besar besar masih berfokus pada penelitian keselamatan pasien dalam wilayah pelayanan kesehatan di rumah sakit, begitupun program dan kebijakan yang di keluarkan pada suatu negara. Sedangkan penelitian terkait keselamatan pasien yang berfokus pada pelayanan kesehatan primer masih sangat sedikit. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien sebelum menghadapi akreditasi di klinik pratama Bhara Medika Purworejo. Metode: Penelitian kuantitatif, cross sectional. Data diperoleh dari kuesioner versi medical office dan dianalisis secara deskriptif menggunakan software workbook Medical Office Survey Excel Tool versi 5.4 yang juga dikeluarkan oleh Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ). Hasil: Dari 15 responden yang penelitian ini, berasal dari semua sektor organisasi pelayanan klinik (medis, paramedis, staf administratif, manajerial, non-medis). Masa kerja terbanyak (47%) responden adalah di antara satu hingga kurang dari tiga tahun. Dan waktu kerja dalam seminggu sebanyak 73% masih di bawah 41 jam. Dari 12 dimensi budaya keselamatan pasien, dimensi kerja sama tim dan pelayanan pasien yang berkelanjutan mendapatkan respon positif yang tertinggi (97%). Dan hanya dimensi pembelajaran berorganisasi yang mendapat respon positif paling sedikit (64%). Hasil yang didapatkan dari responden juga tidak berbeda jauh dengan database yang dikeluarkan oleh AHRQ dari 2.437 kantor medis pada tahun 2017. Kesimpulan: Hampir seluruh dimensi patient safety culture di klinik Bhara Medika termasuk mendapat respon positif di atas 50%. Dan Dimensi pembelajaran tekanan dalam bekerja dan ritme pekerjaan, dan juga dimensi proses kerja dan standardisasi masih harus menjadi perhatian bagi klinik Bhara Medika karena mendapatkan respon positif terendah.

Kata Kunci: Keselamatan Pasien, Budaya Keselamatan Pasien, Klinik Pratama, Survei

Keselamatan Pasien AHRQ Versi Kantor Medis.

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

23

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan primer (

Primary Health Care / PHC ) sebagai gate

keeper dalam sistem pelayanan

kesehatan memiliki peranan penting

dalam menerima pasien, melakukan

pemeriksaan awal, dan memilah apakah

memerlukan pelayanan kesehatan ke

tingkat selanjutnya.

Namun semakin berkembangnya

ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan

yang semakin kompleks, maka semakin

tinggi pula potensi terjadinya Kejadian

yang Tidak Diharapkan (KTD) apabila

tidak dilakukan secara hati – hati1.

Institute of Medicine di Amerika Serikat

melaporkan dalam laporannya yang

berjudul To Err Is Human pada tahun

2000, bahwa kematian orang akibat

kesalahan tindakan medis lebih tinggi

dibanding kecelakaan lalu lintas. Dimana

sebanyak 2,9% dan 3,7% angka KTD

yang dilaporkan dan dengan angka

kematian sejumlah 6,6% dan 13,6%2–4.

Telah banyak penelitian dilakukan

terkait masalah keselamatan pasien di

seluruh penjuru dunia. Namun sebagian

besar besar masih berfokus pada

penelitian keselamatan pasien dalam

wilayah pelayanan kesehatan di rumah

sakit, begitupun program dan kebijakan

yang di keluarkan pada suatu negara.

Sedangkan penelitian terkait

keselamatan pasien yang berfokus pada

pelayanan kesehatan primer masih

sangat sedikit. Berdasar kondisi tersebut,

maka pemahaman akan sasaran

keselamatan pasien di klinik Bhara

Medika Purworejo diharapkan dapat

membantu merubah perilaku yang

berkaitan dengan keselamatan pasien

dan bisa menjadi prioritas pada program

– program di klinik. Serta dengan

peningkatan pelayanan keselamatan

pasien dapat memperbaiki proses

pelayanan secara keseluruhan dan juga

dapat meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan serta dapat membantu dalam

persiapan menghadapi proses akreditasi

klinik di klinik Pratama Bhara Medika

Purworejo. Dan tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui gambaran

budaya keselamatan pasien sebelum

menghadapi akreditasi di klinik pratama

Bhara Medika Purworejo.

1. Klinik Pratama

Klinik pratama sebagaimana

pengertiannya merupakan klinik

yang menyelenggarakan pelayanan

medik dasar baik umum maupun

khusus. Klinik pratama dapat dimiliki

oleh pemerintah, pemerintah daerah,

ataupun masyarakat (swasta), baik

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

24

pribadi ataupun badan usaha. Khusus

klinik pratama yang melayani rawat

inap perijinannya harus dalam

bentuk badan usaha5.

Klinik Bhara Medika merupakan

klinik pratama dengan pelayanan

rawat inap dan dipimpin oleh seorang

dokter umum sebagai penanggung

jawab.

2. Budaya Keselamatan Pasien

Budaya keselamatan pasien

merupakan sebuah sistem yang

terbentuk atas keyakinan, nilai,

perilaku yang mendukung patent

safety dan dipahami serta dimengerti

oleh seluruh unit kerja yang

membentuk suasana kerja yang

mendukung dilakukannya pelaporan,

tidak saling menyalahkan, melibatkan

kepemimpinan tingkat atas. Kondisi

ini adalah hal yang penting dan

menentukan proses kemampuan

identifikasi serta penanganan insiden

yang telah terjadi3,6,7.

Penilaian budaya keselamatan pasien

pada umumnya dilakukan dari

tingkat perorangna untuk kemudian

diinduksi pada tingkatan organisasi

yang lebih tinggi. Adanya persamaan

persepsi dari staf yang menjadi

kelebihan yang dipertimbangkan

pada pengukuran patient safety

culture8.

Salah satu instrumen untuk menilai

budaya keselamatan pasien yang

dapat diaplikasikan pada pelayanan

kesehatan primer adalah yang

dikeluarkan oleh Agency for

Healthcare Research and Quality

(AHRQ), dimana yang digunakan

ialah versi medical office9–11.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan metode

cross sectional. Pemilihan responden

penelitian secara total sampling dari

karyawan klinik Bhara Medika. Data

diperoleh dari kuesioner versi medical

office yang telah dialihbahasakan ke

dalam bahasa Indonesia. Pengambilan

data berlangsung dari pertengahan bulan

November 2018 hingga awal bulan

Desember 2018. Selanjutnya analisis

dilakukan secara deskriptif menggu

nakan software workbook Medical Office

Survey Excel Tool versi 5.4 yang juga

dikeluarkan oleh Agency for Healthcare

Research and Quality (AHRQ) dan

disajikan sebagaimana adanya dan tidak

dilakukan analisa kausal.

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

25

Gambar 1. Lembar kerja Input dan Analisis Data

Medical Office Survey Excel Tool versi 5.412

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebanyak 15 responden tergabung

dalam penelitian ini dan mencakup

semua sektor yang ada dalam sebuah

klinik pratama, dimana posisi atau

jabatan paramedis, yaitu perawat dan

bidan, merupakan responden terbanyak

( 53% ). masa kerja responden terbanyak

dalam penelitian ini adalah antara jangka

waktu 1 tahun hingga 3 tahun ( 47% ),

hal ini pada umumnya dikarenakan

seseorang yang bekerja di klinik pratama

ditujukan untuk mencari pengalaman

kerja guna meningkatkan kemampuan

dan keahlian di bidangnya. Kendati

demikian juga ada responden yang

berkerja lebih dari lima tahun bahkan

semenjak klinik didirikan.

Waktu kerja responden di klinik

dalam seminggu pada penelitian ini

terbilang cukup tinggi, dimana sebesar

53% responden bekerja diantara 33

hingga 40 jam dalam seminggu, dan 27%

bekerja lebih dari 41 jam dalam

seminggu. Menurut Undang – Undang

Ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003,

bahwa waktu / jam kerja yang bagi yang

menjalankan usaha dalam 6 hari pada

satu minggu adalah 40 jam kerja13.

Namun hal tersebut dapat menjadi

pengecualian atau dengan kondisi

tertentu terutama pada pelayanan

bidang kesehatan. Hal tersebut

dikarenakan pelayanan di bidang

kesehatan, dalam hal ini termasuk klinik

pratama merupakan salah satu usaha

yang tidak memiliki hari libur.

Dalam tabel 2, dimensi kerjasama

tim (teamwork) dan pelayanan pasien

yang berkelanjutan (patient care tracking

/ follw-up) respon positif yang paling

tinggi ( 97% ) dari keseluruhan dimensi

budaya keselamatan pasien yang dinilai.

Selanjutnya dimensi pembelajaran

berorganisasi memberikan respon positif

yang digambarkan oleh responden

sebanyak 83% dan dimensi persepsi

umum mengenai keselamatan pasien dan

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

26

mutu pelayanan menunjukkan respon

positif responden sebesar 75%. Kedua

dimensi budaya keselamatan pasien

tesebut dinilai dari responden yang

memiliki kedudukan dalam klinik

sebagai pemilik atau penanggung jawab

atau dalam posisi bagian manajerial.

Pada dimensi budaya keselamatan

pasien yang berkaitan dengan langkah

pemilik dan manajerial dalam mening

katkan keselamatan pasien, yaitu

pelatihan bagi karyawan, terdapat 90%

respon positif dari responden; dan

dukungan manajemen dalam kesela

matan pasien mendapat respon positif

sebanyak 81% dari responden. Terkait

komunikasi yang berlangsung di dalam

klinik, pada dimensi diskusi di kala

terjadi insiden mendapat 70% respon

positif dan dimensi komunikasi terbuka

mendapat 70% respon positif dari

responden. Dari dimensi proses kerja

dan standardisasi pekerjaan, responden

memberikan 69% respon positif. Dan

ditinjau dari dimensi tekanan dalam

bekerja dan ritme pekerjaan,

mendapatkan 64% respon positif dari

responden.

Tabel 1. Hasil Gabungan Respon Respon dalam Klinik

Frekuensi Persentase

Jabatan Responden dalam Klinik

Dokter umum atau spesialis

2 13%

Asisten dokter, praktisi perawat, spesialis perawat klinis, bidan, dll

8 53%

Manajemen 2 13%

Staf administrasi 1 7%

Staf klinis atau staf pendukung klinis lain

1 7%

Jabatan lain: - Cleaning service - Pantry & laundry - Juru masak

1 7%

Masa Kerja di Klinik

1 tahun hingga kurang dari 3 tahun

7 47%

3 tahun hingga kurang dari 6 tahun

4 27%

6 tahun hingga kurang dari 11 tahun

4 27%

11 tahun atau lebih 0

Waktu Kerja Dalam Satu Minggu

1 hingga 4 jam per minggu

0 0

5 hingga 16 jam per minggu

0 0

17 hingga 24 jam per minggu

1 7%

25 hingga 32 jam per minggu

2 13%

33 hingga 40 jam per minggu

8 53%

41 jam per minggu atau lebih

4 27%

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

27

Tabel 2. Hasil Gabungan Respon Positif Responden Pada 10 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien

NO. Dimensi Budaya

Keselamatan Pasien

Respon Positif

Responden

Database AHRQ12

1. Kerjasama Tim 97% 86%

2. Pelayanan pasien yang berkelanjutan

97% 86%

3. Pembelajaran Beroganisasi

83% 79%

4. Persepsi Umum Mengenai Keselamatan Pasien Dan Mutu Pelayanan

75% 77%

5. Pelatihan Bagi Karyawan

90% 73%

6. Dukungan Manajemen Dalam Keselamatan Pasien

81% 66%

7. Diskusi Dikala Terjadi Insiden

70% 72%

8. Komunikasi Terbuka

70% 70%

9. Proses Kerja Dan Standardisasi

69% 67%

10. Tekanan Dalam Bekerja Dan Ritme Pekerjaan

64% 46%

Dimensi aspek keselamatan pasien

dan mutu pelayanan menunjukkan

seberapa sering terjadi permasalahan

dalam klinik yang berkaitan dengan

keselamatan pasien dan mutu pelayanan.

Semua responden ( 100% respon positif

) menyatakan bahwa tidak terjadi

kesulitan bagi pasien untuk

mendapatkan penanganan apabila

mengalami masalah yang akut atau

parah. Selanjutnya dalam identifikasi

pasien dan penggunaan rekam medis

pasien, sudah jarang terjadi kekeliruan

dalam penggunaan rekam medis dalam

mengidentifikasi pasien (100% respon

positif). Ketersediaan peralatan medis

dalam menunjang pelayanan di klinik

ada kalanya tidak bekerja dengan baik

atau sudah memerlukan penggantian,

dimana menurut 27% responden terjadi

beberapa kali dalam 12 bulan terakhir.

Dalam peresepan obat diperlukan

kecermatan dan ketelitian agar tidak

terjadi kesalahan dalam pemberian obat

dimana hal tersebut merugikan bahkan

dapat membahayakan pasien. Menurut

20% responden masih terjadi kesalahan

peresepan dalam beberapa kali selama

12 bulan terakhir. Dan terkait dengan

hasil pemeriksaan penunjang baik hasil

laboratorium ataupun hasil radiologi,

hanya 7% responden yang menyatakan

mengalami kesulitan atau tidak

mendapati hasil pemeriksaan penunjang

tersebut beberapa kali dalam 12 bulan

terakhir.

Pertukaran informasi dengan unit

kerja lain ataupun pelayanan kesehatan

lain di luar klinik juga menjadi salah satu

dimensi dalam menilai pelaksanaan

budaya keselamatan pasien. Pertama,

hanya 7% responden yang menyatakan

bahwa tidak terjadi masalah dalam

pertukaran informasi dengan pihak

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

28

laboratorium atau sarana radiologi

dalam 12 bulan terakhir. Dalam

hubungannya dengan klinik lain atau

dengan puskesmas atau dengan praktik

dokter lain, 43% responden menyatakan

beberapa kali terjadi permasalahan

terkait pertukaran informasi dalam 12

bulan terakhir. Pertukaran informasi

dengan apotek luar terkait dengan

pembelian resep di luar ataupun

transaksi pemesanan obat guna

kebutuhan klinik,

sebanyak 40% responden menyatakan

masih terjadi beberapa permasalahan

dalam 12 bulan terakhir. Selanjutnya

rumah sakit sebagai sarana rujukan

pasien dari klinik, membutuhkan

komunikasi yang baik dan pertukaran

informasi yang lebih terbuka, dan

sebanyak 47% responden menyebutkan

masih terjadi beberapa kali

permasalahan dalam 12 bulan terakhir.

Tabel 3. Hasil Kuesioner Budaya Keselamatan Pasien Dalam Dimensi Aspek Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan Serta Pertukaran Informasi Antar Unit Kerja

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

29

PEMBAHASAN

Faktor keselamatan pasien menjadi

salah satu hal yang sangat penting dalam

sebuah pelayanan kesehatan. Selain

berkaitan dengan proses penyembuhan

dan kenyamanan yang dirasakan pasien

selama dalam masa perawatan, juga

menjadi bagian dalam hal menjaga mutu

pelayanan kesehatan. Budaya

keselamatan pasien dapat diartikan

sebagai langkah berbagi nilai, tingkah

dan perilaku dari seluruh karyawan dari

sebuah fasilitas kesehatan dimana

mengutamakan keselamatan dibanding

efisiensi, meningkatkan komunikasi dan

kerjasama antar tim, dan menciptakan

sistem kerja yang berkembang dari

pelajaran akan permasalahan yang

dihadapi14.

Jumlah karyawan yang dimiliki di

klinik Bhara Medika tidaklah besar.

Karena kondisi itulah satu karyawan bisa

saja memiliki tugas di beberapa unit

kerja, dan guna mempercepat proses

kerjanya sering dilakukan bersama rekan

kerja yang lainnya. Hal inilah yang

membuat suasana kerja sama tim dalam

klinik berjalan baik. Namun pada klinik

dengan angka kunjungan tinggi, hal

tersebut membuat beban kerja karyawan

menjadi bertambah. Dan terkadang

terdapat tugas yang harus dikerjakan

oleh karyawan meskipun belum pernah

dilakukan sebelumnya atau belum

mendapat pelatihan sebelumnya. Hal ini

dikarenakan seringnya pergantian

karyawan, baik yang melamar pekerjaan

ataupun mengundurkan diri, sedangkan

proses

kerja di klinik harus terus berjalan

dan klinik Bhara Medika masih belum

memiliki program pelatihan mandiri (in

house training) bagi karyawannya secara

berkesinambungan.

Alfredsdottir & Bjondottir menye

butkan bahwa pengalaman kerja

merupakan salah satu faktor kunci dalam

keselamatan pasien. Namun dalam

penelitian kali ini, hal tersebut belum

dapat dibuktikan dikarenakan kondisi

karyawan di klinik yang sebagian besar

merupakan fresh graduate15. Adanya

iklim kerja yang baik, kerjasama tim yang

terjalin baik, juga dalam prosedur kerja

yang telah ditetapkan maka akan dapat

meningkatkan budaya keselamatan

pasien di antara seluruh karyawan

sebuah fasilitas pelayanan kesehatan

yang pada akhirnya menjadikan outcome

pasien lebih baik dan pemberian

pelayanan menjadi lebih efisien16.

Meskipun sudah mulai berkurang,

budaya menyalahkan orang lain (blame

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

30

culture) terkadang masih terjadi diantara

klinik. Hal ini dimungkinkan karena

masih terdapat kondisi dimana karyawan

masih kesulitan atau merasa segan dalam

menyatakan perbedaan pendapat

meskipun pimpinan atau pemilik klinik

sudah mencoba untuk membicarakan

permasalahan klinik secara terbuka.

Selain itu sistem pengelolaan keuangan

pada klinik Bhara Medika masih

sederhana, sehingga dalam rangka

peningkatan pelayanan dalam klinik, bagi

karyawan, terkadang manajer atau

pemilik dirasa kurang dalam mengin

vestasikan sumber daya yang dimiliki.

Oleh karenanya pemahaman dimensi

budaya keselamatan pasien dan aspek

yang terdapat di dalamnya, yaitu

komitmen, dorongan motivasi kerja, juga

peningkatan komunikasi dan kepedulian,

harus terus dijalin dan dilakukan oleh

pimpinan klinik kepada seluruh

karyawannya 17–19.

Klinik Bhara Medika sebagai salah

satu bagian dari gate keeper pelayanan

kesehatan, kemudian pada masa yang

akan datang akan diberlakukan universal

health coverage (UHC), maka pelayanan

yang diberikan kepada pasien akan

mengutamakan pada pelayanan yang

berpusat kepada pasien (patient

centered-care) dan selalu berkelanjutan.

Selain itu proses akreditasi klinik yang

secara bertahap akan dimulai peni

laiannya, juga secara tidak langsung

memacu seluruh jajaran direksi dan

karyawan klinik Bhara Medika untuk

selalu memperbaiki dan menyempur

nakan pelayanan kesehatan dengan

tujuan peningkatan mutu pelayanan

hingga penerapan budaya keselamatan

pasien yang lebih baik 20,21.

Penilaian akan keseluruhan terkait

keselamatan dan mutu pelayanan pada

klinik pratama yang didapat dari

penelitian kali ini juga menunjukkan

hasil yang baik. Gorman menyampaikan

dari penelitiannya bahwa pada fasilitas

yang lebih kecil akan menghasilkan

respon positif keseluruhan akan budaya

keselamatan pasien dan mutu pasien

yang lebih tinggi dibanding fasilitas

kesehatan yang lebih besar, namun tidak

terdapat hubungan antara respon positif

akan keselamatan pasien dan mutu

pelayanan dengan teknologi informasi

kesehatan21.

Beberapa kelemahan dan

keterbatasan dari penelitian ini yang

dapat disampaikan oleh penulis

diantaranya, proses alih bahasa

instrumen penelitian yang kurang

sempurna, yang dapat dimungkinkan

menimbulkan bias pada hasil yang

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

31

diperoleh. Oleh karenanya, dapat

dipertimbangkan jikalau hasil penelitian

belum bisa untuk digeneralisir ke

wilayah yang lebih luas. Selanjutnya hasil

yang disampaikan dalam penelitian ini

masih sebatas gambaran atas budaya

keselamatan pasien pada klinik pratama

di wilayah Purworejo. Nilai hasil yang

ditampilkan dalam penelitian ini juga

tidak dapat disimpulkan memiliki

hubungan sebab akibat.

KESIMPULAN

1. Dari penelitian ini didapatkan hasil

dari gambaran budaya keselamatan

pasien di klinik Bhara Medika

Purworejo, bahwa hampir seluruh

dimensi patient safety culture

mendapat respon positif di atas 50%.

2. Dimensi pembelajaran berorganisasi,

persepsi umum akan keselamatan

pasien dan mutu pelayanan, dan

tekanan dalam bekerja dan ritme

pekerjaan masih menjadi kondisi

yang perlu mendapat perhatian.

Begitupun dari database yang

dikeluarkan oleh AHRQ juga

menunjukkan nilai yang lebih rendah

dari dimensi budaya keselamatan

pasien lainnya.

3. Pemahaman keseluruhan akan

budaya keselamatan pasien oleh

pemilik, pimpinan, atau karyawan

klinik pratama sudah cukup baik.

Untuk selanjutnya mengimplemen

tasikan atas hasil yang disampaikan

pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Astini AF. Gambaran Budaya

Keselamatan Pasien Di RS Stella

Mari Makassar. Pros Semin Nas

Penelit dan PKM Kesehat.

2016;6:152–63.

Flin R, Burns C, Mearns K, Yule S,

Robertson EM. Measuring Safety

Climate In Health Care. Qual Saf

Heal Care J. 2006;15(2):109–15.

Gorman PN, O’Malley JP, Fagnan LJ. The

Relationship of Self-Report of

Quality to Practice Size and Health

Information Technology. J Am

Board Fam Med. 2012;25(5):614–

24.

Hickner J, Smith SA, Yount N, Sorra J.

Differing Perceptions Of Safety

Culture Across Job Roles In The

Ambulatory Setting: Analysis Of

The AHRQ Medical Office Survey

Indonesia R. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan.

Indonesia; 2003.

Kemenkes RI. Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 2014 Tentang

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

32

Klinik. Kementerian Kesehatan RI

Indonesia; 2014.

Kemenkes RI. Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 11 Tahun

2017 Tentang Keselamatan Pasien.

Kementerian Kesehatan RI

Indonesia; 2017 p. 5–6.

Kohn LT, Corrigan JM, Donaldson MS. To

Err Is Human: Building a Safer

Health System. Vol. 21, Annales

francaises d’anesthesie et de

reanimation. Washington D.C.:

Komariah NS, Sutomo AH. Budaya

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Dalam Implementasi Keselamatan

Pasien (Studi Kasus Pada Rumah

Sakit X Di Kota Batam). Universitas

Gadjah Mada; 2014.

Kusbaryanto. Peningkatan Mutu Rumah

Sakit dengan Akreditasi. Mutiara

Med. 2010;10(1):86–9.

Mulyana DS, Soewondo P. Analisis

Penyebab Insiden Keselamatan

Pasien Oleh Perawat Di Unit Rawat

Inap Rumah Sakit X Jakarta.

Universtas Indonesia; 2013.

NHS. Human Factors And Patient Safety

Culture [Internet]. NHS Direct.

2018 [cited 2018 Apr 1]. Available

from:http://www.nrls.npsa.nhs.uk

/resources/patient-safety-

topics/human-factors-patient-

safety-culture/

National Academy Press; 2000. 453-454

p. on Patient Safety Culture. BMJ

Qual Saf. 2016 Aug 1;25(8):588 LP-

594.

Ornelas MD, Pais D, Sousa P. Patient

Safety Culture in Portuguese

Primary Healthcare. Qual Prim

Care. 2016;24(5):214–8.

Parker D, Wensing M, Esmail A, Valderas

JM. Measurement Tools and

Process Indicators Of Patient

Safety Culture In Primary Care. A

mixed methods study by the

LINNEAUS collaboration on patient

safety in primary care. Eur J Gen

Pract. 2015;21:26–30.

Sacks GD, Shannon EM, Dawes AJ, Rollo

JC, Nguyen DK, Russell MM, et al.

Teamwork, Communication And

Safety Climate: A Systematic

Review Of Interventions To

Improve Surgical Culture. BMJ Qual

Saf. BMJ Publishing Group Ltd;

2015;24(7):458–67.

Simons PAM, Houben R, Vlayen A,

Hellings J, Pijls-Johannesma M,

Marneffe W, et al. Does Lean

Management Improve Patient

Safety Culture? An Extensive

Evaluation Of Safety Culture In A

Radiotherapy Institute. Eur J Oncol

Nurs. Scotland; 2015

Feb;19(1):29–37.

Sokol DK. “First do no harm” revisited

[Internet]. Vol. 347, BMJ. BMJ

Publishing Group Ltd; 2013.

Available from: https://www.bmj

M. Juang Saputra1, Susanto M. S2 Gambaran Budaya Pasien …

33

.com/content/347/bmj.f6426

Spencer R, Campbell SM. Tools for

primary care patient safety: A

narrative review. BMC Fam Pract.

2015;1–8.

Sorra J, Gray L, Famolaro T, Yount N,

Behm J. Medical Office Survey on

Patient Safety Culture: User’s

Guide. AHRQ Publication.

Rockville, MD: AHRQ Publication;

2016.

Timm M, Rodrigues M. Cross-cultural

Adaptation Of Safety Culture Tool

For Primary Health Care. Acta Paul

Enferm. 2016;29(1):26–37.

Verbakel NJ, Cihangir S, Borghans I,

Hekkert K, Muller H, Westert G, et

al. Improving Patient Safety

Culture in Primary Care: A

Systematic Review. J Patient Saf.

2014;3(7):1–7.

Westat. Medical Office Survey Excel Tool.

Rockville, MD: Agency for

Healthcare Research and Quality

(AHRQ); 2018.