2ep17133
DESCRIPTION
MODALTRANSCRIPT
-
10
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka yang mendukung penelitian ini akan diawali dengan
uraian pengkajian beberapa teori yang berhubungan dan berkaitan dengan topik
yang akan dibahas. Kajian teori dimaksudkan sebagai landasan penelitian.
Disamping itu dilakukan penelusuran hasil penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan topik yang akan diteliti.
2.1. Teori Produksi
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau efektivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input (Tati S. Joerson, 2003:77).
Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah kombinasi
berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan tehnik antara
input dan output tersebut dalam bentuk persamaan tabel atau grafik merupakan
fungsi produksi. Sedangkan menurut Soekartawi (1994:15) menggemukakan
bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y)
dan variabel penjelas (X). variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan
variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dengan fungsi produksi maka
peneliti bisa mengetahui hubungan antara faktor produksi dan produksi secara
langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. Selain itu dengan
fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui antara variabel penjelas. Secara
matematis hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
10
-
11
Y = f(X1,X2,X3,..Xk) (2.1)
Dalam industri moderen yang berada dalam pasar global dan sangat
kompetitif, aktivitas berproduksi bukan sekedar dipandang sebagai aktivitas
penciptaan nilai tambah, dimana setiap aktivitas dalam proses produksi harus
memberikan nilai tambah (value added). Pemahan terhadap nilai tambah ini
penting agar dalam setiap aktivitas berproduksi selalu menghindari pemborosan
(waste). Dengan demikian produksi dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas dalam
perusahaan industri berupa penciptaan nilai tambah dari input menjadi output
secara efektif dan efisien sehingga produk sebagai output sebagai proses
penciptaan nilai tambah itu dapat dijual dengan harga yang kompetitif di pasar
global (Vincent Gaspersz, 2005:167).
Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan
fungsional yang berperan penting menunjang kontinuitas operasional sistem
produksi itu. Komponen atau elemen struktural yang membentuk sistem produksi
terdiri dari : bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi,
informasi, tanah, dan lain-lain. Sedangkan komponen atau elemen fungsional
terdiri dari : supervise, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan.
Yang kesemuanya berkaitan dengan manajeman dan organisasi. suatu sistem
produksi selalu dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti:
perkembagan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan
sangat mempemgaruhi keberadaan sistem produksi ini (Vincent Gaspersz,
2005:168).
-
12
Menurut Vincent Gaspersz (2005:170-171) menyatakan bahwa elemen
input dalam sistem produksi ada dua macam yaitu input variabel dan input tetap,
yang meliputi:
1. Tenaga kerja (labour). Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi
manusia dan orang-orang yang terlibat dalam proses sistem produksi
dianggap sebagai input tenaga kerja. Input tenaga kerja dapat
diklasifikasaikan menjadi input tetap.
2. Modal. Operasi sistem produksi membutuhkan modal. Dalam ekonomi
manajerial, berbagai macam fasilitas peralatan, mesin-mesin produksi,
bangunan pabrik, gudang, dan lain-lain dianggap sebagai modal. Biasanya
dalam periode jangka pendek modal diklasifikasikan menjadi input tetap.
3. Material. Agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur,
maka diperlukan material atau bahan baku.
4. Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik lainnya membutuhkan
energi untuk menjalankan aktivitas itu.
5. Tanah. Sistem produksi manufaktur membutuhkan lokasi (ruang) untuk
mendirikan pabrik, gudang dan lain-lain.
6. Informasi: dalam industri moderen, informasi telah dipandang sebagai input.
Berbagai macam informasi tentang : kebutuhan dan keinginan konsumen,
harga produk di pasar, perilaku pesaing di pasar dianggap sebagai input
informasi.
7. Manajerial. Sistem industri moderen yang berada dalam lingkungan pasar
global yang sangat kompetitif membutuhkan supervise, perencanaan,
-
13
pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang efektif untuk
meningkatkan performasi sistem itu secara terus menerus. Input ini dikenal
sebagai input manajerial atau sering disebut sebagai input entrepreunial, yang
diklasifikasikan sebagai input tetap.
Variabel-variabel diatas kemudian dikelompokan menjadi dua jenis input
yaitu input variabel dan input tetap. Yang termasuk dalam input variabel adalah
: informasi dan manajerial. Yang termasuk input tetap adalah : modal, material,
energi, dan tanah.
Secara skematis sederhana, sistem produksi dapat digambarkan seperti
dalam Gambar 2.1.
OUTP
Gambar 2.1Skema Sistem ProduksiSumber : Vincent Gaspers (2005 : 169).
Tenaga kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial
Prosestransformasi nilai
tambah
Produk(barang/jasa)
Umpan balik untukpengendalian, input,proses, danpengendalian
OUTPUTPROSESINPUT
LINGKUNGAN
-
14
Vincent Gaspers mengatakan bahwa kebanyakan teori produksi berfokus
pada efisiensi, yaitu : (1) Memproduksi output semaksimum mungkin dengan
tingkat penggunaan input tetap, dan (2) Memproduksi output dalam tingkat
tertentu dengan biaya produksi yang seminimum mungkin. Sistem produksi
moderen seperti just-in-time lebih memfokuskan perhatian pada pendekatan
kedua, yaitu : memproduksi output pada tingkat tertentu dengan biaya produksi
yang seminimum mungkin. Sebaliknya sistem produksi konvensial lebih
memfokuskan pada pendekatan pertama, yaitu : memproduksi output
semaksimum mungkin dengan tingkat penggunaan input tetap. Strategi produksi
konvensial berdasarkan pendekatan pertama memiliki beberapa kelemahan
mendasar, antara lain :
1. Ada kemungkinan kuantitas produksi maksimum yang dihasilkan melebihi
permintaan pasar, yang berarti kelebihan kuantitas produksi itu harus disimpan di
gudang. Berdasarkan konsep sistem produksi moderen, penyimpanan output tidak
memberikan nilai tambah pada output itu, sehingga terjadi pemborosan akibat
kelebihan inventori itu. Inventori yang berlebihan membutuhkan biaya
penyimpanan dan pemeliharaan atas inventori itu.
2. Secara konseptual, output maksimum tercapai pada penggunaan tingkat input
yang lebih besar apabila dibandingkan dengan penggunaan input yang
memaksimumkan produk rata-rata dari input itu (average product of input). Hal
ini berarti tingkat produktivitas parsial dari input pada kondisi produk rata-rata
maksimum.
-
15
3. Kelebihan produksi di atas tingkat permintaan pasar, apabila dijual oleh
produsen, akan menimbulkan penawaran berlebih (excess supply), sehingga
keseimbangan pasar terganggu yang akan menekan harga jual produk itu.
Fungsi produksi memiliki sifat-sifat seperti fungsi utility, jika input
bertambah output juga meningkat. Namun tambahan input pertama akan
memberikan tambahan output yang lebih besar dibandingkan dengan tambahan
output yang disebabkan oleh tambahan input berikutnya . sifat ini disebut Law of
diminishing return (Sunaryo, 2001:71).
Secara grafis, ceteris paribus, fungsi produksi tenaga kerja saja (L)
(diasumsikan K tetap), maka Q(L) adalah sebagai berikut :
Q
Q=f(L)
0 L
Gambar 2.2 Fungsi Produksi
Sumber : Sunaryo, 2001:71).
Secara matematis, sifat fungsi produksi naik (jika input bertambah maka
output akan meningkat relatif lebih besar) diindikasikan dengan turunan pertama
Q terhadap L adalah positif. Sedangkan sifat kenaikan yang menurun
-
16
(menggambarkan law of diminishing return) diindikasikan dengan turunan kedua
Q terhadap L negatif (curve concave) .
2.2. Fungsi Produksi
Dalam (Boediono 1982, 64) dikatakan bahwa setiap proses produksi
mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi.
Fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan
hubungan antar tingkat output dan tingkat kombinasi penggunaan input-input.
Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi sebagai
berikut :
Q= f(X1,X2,X3..Xk) (2.2)
dimana :
Q= tingkat produksi
X1,X2,X3..Xk = berbagai input yang digunakan.
Tentang Law of diminishing Return Boediono juga mengatakan bahwa
dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi
produksi. Yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen
dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The law of Diminishing Returns.
Senada dengan Sunaryo (2001), Boediono juga mengatakan bahwa hukum ini
menerangkan bila satu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input-
input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan mula-mula naik, tetapi
kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus bertambah.
-
17
Tambahan output yang dihasilkan dari penambahan 1 (satu) unit input
variabel tersebut disebut Marginal Phsycal Product (MPP) dari input tersebut:
MPP= Q/X1
Kurva Total Phsycal Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan
tingkat produksi total (sama dengan Q) pada berbagai tingkat penggunaan input
variabel (input-input lain dianggap tetap). TPP = f (X) atau Q = f (X).
Kurva Marginal Phsycal Product (MPP) adalah kurva yang
menunjukkan tambahan (atau kenaikan) dari TPP, yaitu Q dan TPP yang
disebabkan oleh penggunaan tambahan 1 (satu) unit input variabel.
MPPx= = =
Kurva Average Phsycal Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan
hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input
tersebut.
APP= = =
Menurut Dominick Salvastor (1994:147) mengemukakan bahwa fungsi
produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan tabel atau grafik yang
menunjukkan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu
setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan teknik produksi terbaik yang
tersedia.
Richard Billas (1998:114), mengatakan bahwa hubungan fisik antara input
sumber daya perusahaan dan outputnya berupa barang dan jasa per unit waktu.
Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut :
A = f(a,b,c,d..) .. (2.3)
-
18
Di mana A adalah output, a,b,c dan d adalah input-input yang
menghasilakan A.
Soedono Soekirno (1985:152) menjelaskan bahwa fungsi produksi dapat
dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut:
Q = f(K,L,R,T) (2.4)
di mana :
Q = Jumlah produksi
R = Jumlah stok modal
L = Tenaga kerja
R = Jumlah kekayaan alam
T = Teknologi.
2.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang satu disebet dependent, yang
dijelaskan (Y) dan variabel lainnya disebut variabel independent, yang dijelaskan
(X) (Soekarwati, 1997:154). Penyelesaian antara hubungan X dan Y biasanya
dengan cara regresi, yaitu variasi dari Y yang akan dipengaruhi Variasi dari X.
adapun fungsi produksi Cobb-Douglas sebagai berikut:
Q = ALK (2.5)
Q adalah kuantitas output, A adalah produktivitas faktor total dan L dan K
masing-masing adalah tenaga kerja dan barang modal (alpha) dan (betha)
adalah parameter-parameter positif yang ditentukan oleh data.
-
19
Sifat-sifat fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:
1. K dan L bisa saling mensubsitusi
Jika tenaga kerja menjadi mahal, perusahaan akan mensubstitusi tenaga
kerja dengan modal. Dalam hal ini, teknologi yang padat karya diganti dengan
produksi padat modal. Sifat substitusi antar input ini mengikuti kaidah Marginal
Rate of Technical Substitution/ Transformation yang digambarkan oleh isoquant
curve.
a. , > 0 produktivitas marginal dari faktor-faktor produksinya adalah
positif. Formula ini menunjukkan produk marginal modal dan tenaga kerja adalah
positif. Marginal Product of Capital (MPP) dan Marginal Product of Labour
(MPL) bergantung pada tingkat output dan tingkat penggunaan modal dan tenaga
kerja.
MPK=.Q/K dan MPL=.Q/L
b. , produktivitas marginal dan factor-faktor produksinya
mengikuti hukum kenaikan yang berkurang (Law of Diminishing Returns). Sifat
implikasinya, fungsi tersebut memiliki nilai maksimal.
2. Q =A (K) (L) , bersifat Return to Scale :
1. Constant Returns to Scale, jika + = 1. Artinya jika input K dan L bertambah
masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya bertambah menjadi dua kali.
Dalam hal ini, output bertambah secara proporsional dengan penambahan input.
2. Increasing Returns to Scale, jika (+ ) > 1. Artinya jika input K dan L
ditambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya juga bertambah
-
20
lebih dari dua kalinya. Dalam hal ini output bertambah lebih dari proporsinya
dengan pertambahan input.
3. Decresing Returns of Scale, jika (+ ) < 1. Artinya jika input K dan L
bertambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka output bertambah kurang
dari proporsi pertambahan input. Kondisi seperti ini bisa terjadi karena
kompleksitas proses produksi menjadi sangat tinggi jika skala operasi menjadi
besar. Decresing Returns of Scale berimplikasi diseconomics to scale, yaitu biaya
rata-rata naik sejalan akan kenaikan jumlah output.
2.3.1. Fungsi Cobb-Douglas jangka pendek.
Jangka pendek merupakan suatu metode di mana perusahaan dapat
menyesuaikan produksi dengan cara mengubah faktor-faktor variabel seperti
bahan baku dan tenaga kerja tetapi tidak dapat mengubah faktor-faktor tetap
seperti modal (Samuelson dan Nordhaus,2003).
Syarat dalam kondisi jangka pendek adalah minimal ada satu faktor yang
menghambat proses adjustments factor produksi (atau harganya) sehingga tidak
terjadi seketika. Jadi konsep jangka pendek menunjukkan adanya friksi dalam
perekonomian yang menghambat proses relokasi dalam perekonomian. Fenomena
adanya friksi perekonomian biasanya muncul dalam bentuk harga yang sulit
berubah seperti pada harga tenaga kerja (upah) (Vincent Gaspersz, 2005:195).
Apabila input modal dianggap tetap dalam periode produksi jangka
pendek, serta hanya terdapat satu input variabel tenaga kerja yang
-
21
dipertimbangkan dalam analisis produksi, maka fungsi produksi Cobb-Douglas
dalam jangka pendek dinotasikan dalam model berikut:
Q= L .. (2.6)
keterangan:
Q = kuantitas output yang diproduksi
L = kuantitas tenaga kerja yang digunakan.
(delta) adalah konstanta yang dalam fungsi Cobb-Douglas jangka
pendek merupakan indeks efisiensi yang mencerminkan hubungan antara
kuantitas output yang diproduksi (Q) dan kuantitas input tenaga kerja yang
digunakan (L). semakin besar nilai konstanta , efisiensi penggunaan input tenaga
kerja dalam metode produksi dan lain-lain, akan tercermin melalui konstanta
dalam fungsi produksi Cobb-Douglas baru lebih besar dari fungsi Cobb-Douglas
lama.
(beta) merupakan elastisitas output dari tenaga kerja (Output
Elastisitas of Labour), yang merupakan suatu ukuran sensitivitas kuantitas output
yang diproduksi terhadap perubahan pnggunaan input tenaga kerja, dan
didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas output yang diproduksi
dibagi dengan presentase perubahan penggunaan input tenaga kerja (Vincent
Gaspersz, 2005:196).
Menurut Vincent Gaspersz ( 2005:197) khusus untuk fungsi produksi
Cobb-Douglas jangka pendek, dapat ditunjukkan secara matematik, bahwa
koefisien dalam fungsi Q = L, merupkan koefisien elastisitas output dari tenaga
kerja sebagai berikut:
-
22
Berdasarkan konsep bahwa E1=MPPL/APPL=, serta memperhatikan
hubungan antara produk total (Q), produk marginal (MPP), dan produk rata-rata
(APP), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. jika produk marginal dari tenaga kerja lebih besar daripada produk rata-rata
dari tenaga kerja (MPPL>APPL), elastisitas output dari tenaga kerja lebih
besar dari satu ( > 1). Dalam situasi ini penambahan penggunaan tenaga
kerja masih menguntungkan karena mampu memberikan tambahan output
yang lebih besar, sehingga produktivitas rata-rata tenaga kerja meningkat.
2. Jika produk marginal dari tenaga kerja lebih kecil daripada produk rata-rata
dari tenaga kerja (MPPL
-
23
demikian sistem produksi yang berorientasi pada upaya memaksimumkan
produktivitas dari input variabel jangka pendek, harus beropersi pada kondisi
dalam elastisitas output dari input variabel itu sama dengan satu.
Menurut Vincent Gaspersz (2005 : 198) dari fungsi produksi Cobb Douglas
jangka pendek dapat ditentukan oleh beberapa kondisi atau persyaratan yang
harus dipenuhi, antara lain:
1. karena kuantitas produk (output), (Q>0), maka koefisien intersep dalam
fungsi produksi Cobb- Douglas jangka pendek harus bernilai positif (>0).
2. Agar produk marginal dari tenaga kerja positif, koefisien elastisitas output dari
tenaga kerja dalam fungsi produksi Cobb Douglas jangka pendek harus bernilai
positif (>0).
2.3.2. Fungsi Produksi Cobb Douglas Jangka Panjang
Fungsi Cobb-Douglas jangka panjang dapat digunakan untuk menganalisis
performasi sistem produksi perusahaan dalam periode waktu jangka panjang, agar
memberikan informasi yang bermanfaat bagi perencanaan jangka panjang
(Vincent Gaspersz, 2005:222).
Apabila suatu sistem produksi hanya menggunakan dua jenis input modal
(K) dan tenaga kerja (L) dalam periode produksi jangka panjang, maka fungsi
produksi Cobb-Douglas jangka panjang dapat dibangun menggunakan model
berikut (Vincent Gaspersz, 2005:222) :
Q=KL (2.7)
-
24
Konsep produksi jangka panjang mengacu pada periode waktu produksi
merupakan input variabel, tidak ada input tetap.
Alat penting untuk menganalisis efisiensi produk jangka panjang adalah
kurva isoquant (isoquant curve) dan kurva isocost (isocost curve).
1. kurva isoquant (isoquant curve)
kuva isoquant adalah suatu kurva atau tempat kedudukan titik-titik
kombinasi yang menunjukkan kombinasi input yang mungkin secara fisik mampu
menghasilkan kuantitas output yang sama (iso = sama, quant = quantity =
kuatitasa output) (Vincent Gaspersz, 1999:207).
Prinsip-prinsip dasar kurva isoquant dalam konsep produksi serupa dengan
kurva indifference dalam konsep perilaku konsumen, kecuali tujuan
penggunaannya yang berbeda (Vincent Gaspersz, 2005:207).
Beberapa karakteristik isoquant, yaitu:
a. kurva isoquant merupakan fungsi kontinu, serta kurva-kurva isoquant tidak
saling berpotongan.
b. Semua kombinasi rasional dari output sumber daya yang menghasilkan output
yang sama, terletak pada satu kurva isoquant yang memiliki slope negatif dan
berbentuk cembung (convex).
c. Kurva isoquant Q2 yang menempati kedudukan tertinggi terletak di atas atau di
sebelah kanan dari kuva isoquant Q1, menunjukkan bahwa kombinasi input
pada kurva isoquant Q2 itu mampu menghasilkan kuantitas yang lebih tinggi
daripada kombinasi input pada kurva isoquant Q1 (Q2>Q1).
-
25
K
Q3
Q2
Q1
0 L
Gambar 2.3 Kurva Isoquant.
Sumber : Vincent Gasperzs (2005:208)
Pada gambar di atas, tampak bahwa kurva isoquant memiliki slope
negatif. Hal ini berarti apabila perusahaan menggurangi jumlah modal (K) yang
digunakan, maka harus lebih banyak tenaga kerja (L) yang ditambahkan agar
kombinasi modal dan tenaga kerja itu masih mampu memproduksi output yang
sama. Dengan demikian dua input dapat saling mengganti (substitusi) untuk
mempertahankan tingkat output yang sama. Secara konseptual, hali ini disebut
sebagai tingkat substitusi teknikal marginal (Marginal Rate of Technical
substitution), sering dinotasikan sebagai MRTS. Dengan demikian MRTS
didefinisikan sebagai suatu tingkat dimana satu input dapat disubstitusikan untuk
input lain sepanjang isoquant, dan untuk kasus input modal yang disubstitusi oleh
tenaga kerja dinyatakan dalam bentuk (Vincent Gaspersz, 2005:209):
MRTS= -(K/L)
Catatan : tanda negatif diberikan agar membuat MRTS bernilai positif, karena
slope dari isoquant bernilai negatif.
-
26
2. kurva isocost
dalam setiap aktivitas produksi, produsen harus mempertimbangkan
harga-harga input yang digunakan dalam proses produksi, agar menghasilkan
biaya terkecil (least cost combination of inputs) untuk memproduksi tingkat
output tertentu sesuai permintaan pasar. Alat yang berguna untuk menganalisis
ongkos pembelian input ini adalah kurva isocost. Kurva isocost merupakan garis
yang menunjukkan kombinasi berbagai jenis yang dapat dibeli untuk suatu tingkat
pengeluaran biaya yang sama pada harga-harga input yang tetap (Vincent
Gaspersz, 2005:211).
Menurut Vincent Gaspersz (2005:211-212) jika kita mengasumsikan
bahwa sistem produksi hanya menggunakan dua jenis input yaitu modal (K), serta
harga dari input modal adalah r per unit K, dan tenaga kerja (L), serta harga
(upah) tenaga kerja adalah w per unit L, maka biaya total penggunaan input modal
dan tenaga kerja dalam proses produksi dapat ditulis dalam persamaan berikut:
C=wL + rK .. (2.8)
Persamaan di atas dapat diubah ke dalam bentuk hubungan
ketergantungan antara input modal (K) dan input tenaga kerja (L) sebagai berikut:
rK = C wL K = C/r (w/r)L
Bentuk persamaan K = (C/r) (w/r)L inilah yang dipergunakan untuk
menggambarkan kurva isocost yang memiliki slope negatif sebesar (w/r).
dengan demikian slope dari kurva isocost merupakan negatif dari ratio harga input
tenaga kerja, w, terhadap input modal, r.
-
27
K
0 L
Gambar 2.4 kurva isocost
Sumber : Vincent Gaspezs (2005:213).
2.4. Keseimbangan Produsen
Ketika melakukan analisis perilaku pasar (permintaan dan penawaran) kita
menggunakan kurva keseimbangan pasar sebagai alat analisis. Demikian pula
ketika melakukan analisis perilaku konsumen, kita menggunakan kurva
keseimbangan konsumen sebagai alat analisis. Serupa dengan konsep di atas,
analisis terhadap perilaku produsen menggunakan kurva keseimbangan produsen
sebagai alat analisis. Tujuan utama dari produsen melakukan aktivitas produksi
pada situasi persaingan yang amat sangat kompetitif di dalam pasar global
sekarang ini, adalah memproduksi sejumlah output tertentu sesuai permintaa pasar
dengan tingkat pengeluaran anggaran yang minimum (Vincent Gaspersz,
2005:213).
Kurva keseimbangan produsen (Produsens equilibrium curve)
menunjukkan pencapaian kombinasi penggunaan input pada kondisi biaya terkecil
(least cost combination of inputs) untuk memproduksi output dalam jumlah
-
28
tertentu. Titik keseimbangan produsen merupakan titik singgung antara kurva
isoquant dan kurva isocost (Vincent Gaspersz, 2005:213).
K
A
0 L
Gambar 2.5 Kurva Keseimbangan ProdusenSumber : Vincent Gasperzs (2005:115).
Dari gambar di atas, titik keseimbangan produsen, A, yang merupakan titik
singgung antara kurva isoquant dan kurva isocost. Pada titik singgung A ini
terjadi keseimbangan yang meminimumkan biaya total produksi, dimana slope
dari kurva isoquant (K/L) sama dengan slope dari kurva isocost (w/r). hal ini
berarti pula pada titik singgung B itu. Tingkat substitusi teknikal marginal
(MRTS) sama dengan rasio dari harga-harga input. Jadi titik keseimbangan
produsen yang meminimumkan biaya total produksi tercapai apabila kondisi
berikut tercapai (Vincent Gaspersz, 2005:215):
MPL/W = MPK/R
Dalam produksi jangka panjang (long run production) sering terjadi
perluasan usaha sebagai akibat meningkatnya permintaan pasar terhadap produk
yang dihasilkan oleh perusahaan. Apabila demikian akan terdapat jalur perluasan
(expansion path) yang menunjukkan kurva atau tempat kedudukan titik-titik
-
29
keseimbangan produsen sepanjang jalur perluasan produksi dalam jangka
panjang. Titik-titik keseimbangan produsen itu menunjukkan kombinasi input
yang meminimumkan biaya untuk setiap tingkat output yang diproduksi dengan
asumsi rasio harga-harga input konstan (Vincent Gaspersz, 2005:207)
2.5. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan mengenai produksi, baik
pada produksi pertanian maupun perindustrian yang menggunakan model analisis
produksi Cobb-Douglas maupun regresi menjadi ide dalam penelitian ini. Berikut
adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah terlaksana.
Penelitian yang dilakukan oleh Ludi Mauludin, E.R. Pribadi dan
Wachyudin (1993), tentang Analisis Faktor-faktor Produksi pada Usaha Tani
tembakau di Daerah Kudus. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-
Douglas yang dipergunakan untuk mengkaji hubungan antara hasil dengan faktor-
faktor produksi yang digunakan. Dalam analisis ini variabel independennya
meliputi bibit, pupuk kandang, pupuk Urea, tenaga kerja dan luas lahan serta
produksi tembakau kering sebagai variabel dependen. Dari hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa produksi tembakau kering di Kudus dapat ditingkatkan
dengan penambahan bibit dan tenaga kerja.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Annora (2006) yang berjudul
Analisis Efisiensi penggunaan Faktor-faktor produksi usaha tani Tembakau
Kabupaten Temanggung (Studi Kasus di Desa Gondosuli Kecamatan Bulu,
-
30
Kabupaten Temanggung). Menyimpulkan bahwa variabel nilai produksi
merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam menentukan keuntungan.
Penelitian yang dilakukan oleh A.Marhasan (2005) yang berjudul Analisis
Efisiensi Ekonomi Usaha Tembakau di Kabupaten Kendal. Penelitian itu
menyimpulkan bahwa Luas area, jumlah tanaman tembakau, pupuk, dan jam kerja
berpengaruh signifikan terhadap produksi tembakau baik secara parsial maupun
simultan. Estimasi fungsi produksi yang digunakan adalah model pendugaan
fungsi produksi tipe Cobb-Douglas.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Anastasia (2008) yang berjudul
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usaha Tani Tembakau
Rakyat lokasi penelitian di Desa Pucangrejo dan Poncorejo Kecamatan Gemuh
Kabupaten Kendal. Disimpulkan bahwa nilai efisiensi, dan hasil perhitungan
pendapatan penggunaan faktor produksi belum efaktif digunakan. Fungsi
produkasi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-douglass.