2ep17133

21
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka yang mendukung penelitian ini akan diawali dengan uraian pengkajian beberapa teori yang berhubungan dan berkaitan dengan topik yang akan dibahas. Kajian teori dimaksudkan sebagai landasan penelitian. Disamping itu dilakukan penelusuran hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau efektivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input (Tati S. Joerson, 2003:77). Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah kombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan tehnik antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Sedangkan menurut Soekartawi (1994:15) menggemukakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel penjelas (X). variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dengan fungsi produksi maka peneliti bisa mengetahui hubungan antara faktor produksi dan produksi secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. Selain itu dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui antara variabel penjelas. Secara matematis hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 10

Upload: teguh-purnama

Post on 06-Nov-2015

237 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MODAL

TRANSCRIPT

  • 10

    BAB 11

    TINJAUAN PUSTAKA

    Tinjauan pustaka yang mendukung penelitian ini akan diawali dengan

    uraian pengkajian beberapa teori yang berhubungan dan berkaitan dengan topik

    yang akan dibahas. Kajian teori dimaksudkan sebagai landasan penelitian.

    Disamping itu dilakukan penelusuran hasil penelitian terdahulu yang berkaitan

    dengan topik yang akan diteliti.

    2.1. Teori Produksi

    Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau efektivitas ekonomi

    dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input (Tati S. Joerson, 2003:77).

    Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah kombinasi

    berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan tehnik antara

    input dan output tersebut dalam bentuk persamaan tabel atau grafik merupakan

    fungsi produksi. Sedangkan menurut Soekartawi (1994:15) menggemukakan

    bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y)

    dan variabel penjelas (X). variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan

    variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dengan fungsi produksi maka

    peneliti bisa mengetahui hubungan antara faktor produksi dan produksi secara

    langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. Selain itu dengan

    fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui antara variabel penjelas. Secara

    matematis hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

    10

  • 11

    Y = f(X1,X2,X3,..Xk) (2.1)

    Dalam industri moderen yang berada dalam pasar global dan sangat

    kompetitif, aktivitas berproduksi bukan sekedar dipandang sebagai aktivitas

    penciptaan nilai tambah, dimana setiap aktivitas dalam proses produksi harus

    memberikan nilai tambah (value added). Pemahan terhadap nilai tambah ini

    penting agar dalam setiap aktivitas berproduksi selalu menghindari pemborosan

    (waste). Dengan demikian produksi dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas dalam

    perusahaan industri berupa penciptaan nilai tambah dari input menjadi output

    secara efektif dan efisien sehingga produk sebagai output sebagai proses

    penciptaan nilai tambah itu dapat dijual dengan harga yang kompetitif di pasar

    global (Vincent Gaspersz, 2005:167).

    Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan

    fungsional yang berperan penting menunjang kontinuitas operasional sistem

    produksi itu. Komponen atau elemen struktural yang membentuk sistem produksi

    terdiri dari : bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi,

    informasi, tanah, dan lain-lain. Sedangkan komponen atau elemen fungsional

    terdiri dari : supervise, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan.

    Yang kesemuanya berkaitan dengan manajeman dan organisasi. suatu sistem

    produksi selalu dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti:

    perkembagan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan

    sangat mempemgaruhi keberadaan sistem produksi ini (Vincent Gaspersz,

    2005:168).

  • 12

    Menurut Vincent Gaspersz (2005:170-171) menyatakan bahwa elemen

    input dalam sistem produksi ada dua macam yaitu input variabel dan input tetap,

    yang meliputi:

    1. Tenaga kerja (labour). Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi

    manusia dan orang-orang yang terlibat dalam proses sistem produksi

    dianggap sebagai input tenaga kerja. Input tenaga kerja dapat

    diklasifikasaikan menjadi input tetap.

    2. Modal. Operasi sistem produksi membutuhkan modal. Dalam ekonomi

    manajerial, berbagai macam fasilitas peralatan, mesin-mesin produksi,

    bangunan pabrik, gudang, dan lain-lain dianggap sebagai modal. Biasanya

    dalam periode jangka pendek modal diklasifikasikan menjadi input tetap.

    3. Material. Agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur,

    maka diperlukan material atau bahan baku.

    4. Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik lainnya membutuhkan

    energi untuk menjalankan aktivitas itu.

    5. Tanah. Sistem produksi manufaktur membutuhkan lokasi (ruang) untuk

    mendirikan pabrik, gudang dan lain-lain.

    6. Informasi: dalam industri moderen, informasi telah dipandang sebagai input.

    Berbagai macam informasi tentang : kebutuhan dan keinginan konsumen,

    harga produk di pasar, perilaku pesaing di pasar dianggap sebagai input

    informasi.

    7. Manajerial. Sistem industri moderen yang berada dalam lingkungan pasar

    global yang sangat kompetitif membutuhkan supervise, perencanaan,

  • 13

    pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang efektif untuk

    meningkatkan performasi sistem itu secara terus menerus. Input ini dikenal

    sebagai input manajerial atau sering disebut sebagai input entrepreunial, yang

    diklasifikasikan sebagai input tetap.

    Variabel-variabel diatas kemudian dikelompokan menjadi dua jenis input

    yaitu input variabel dan input tetap. Yang termasuk dalam input variabel adalah

    : informasi dan manajerial. Yang termasuk input tetap adalah : modal, material,

    energi, dan tanah.

    Secara skematis sederhana, sistem produksi dapat digambarkan seperti

    dalam Gambar 2.1.

    OUTP

    Gambar 2.1Skema Sistem ProduksiSumber : Vincent Gaspers (2005 : 169).

    Tenaga kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial

    Prosestransformasi nilai

    tambah

    Produk(barang/jasa)

    Umpan balik untukpengendalian, input,proses, danpengendalian

    OUTPUTPROSESINPUT

    LINGKUNGAN

  • 14

    Vincent Gaspers mengatakan bahwa kebanyakan teori produksi berfokus

    pada efisiensi, yaitu : (1) Memproduksi output semaksimum mungkin dengan

    tingkat penggunaan input tetap, dan (2) Memproduksi output dalam tingkat

    tertentu dengan biaya produksi yang seminimum mungkin. Sistem produksi

    moderen seperti just-in-time lebih memfokuskan perhatian pada pendekatan

    kedua, yaitu : memproduksi output pada tingkat tertentu dengan biaya produksi

    yang seminimum mungkin. Sebaliknya sistem produksi konvensial lebih

    memfokuskan pada pendekatan pertama, yaitu : memproduksi output

    semaksimum mungkin dengan tingkat penggunaan input tetap. Strategi produksi

    konvensial berdasarkan pendekatan pertama memiliki beberapa kelemahan

    mendasar, antara lain :

    1. Ada kemungkinan kuantitas produksi maksimum yang dihasilkan melebihi

    permintaan pasar, yang berarti kelebihan kuantitas produksi itu harus disimpan di

    gudang. Berdasarkan konsep sistem produksi moderen, penyimpanan output tidak

    memberikan nilai tambah pada output itu, sehingga terjadi pemborosan akibat

    kelebihan inventori itu. Inventori yang berlebihan membutuhkan biaya

    penyimpanan dan pemeliharaan atas inventori itu.

    2. Secara konseptual, output maksimum tercapai pada penggunaan tingkat input

    yang lebih besar apabila dibandingkan dengan penggunaan input yang

    memaksimumkan produk rata-rata dari input itu (average product of input). Hal

    ini berarti tingkat produktivitas parsial dari input pada kondisi produk rata-rata

    maksimum.

  • 15

    3. Kelebihan produksi di atas tingkat permintaan pasar, apabila dijual oleh

    produsen, akan menimbulkan penawaran berlebih (excess supply), sehingga

    keseimbangan pasar terganggu yang akan menekan harga jual produk itu.

    Fungsi produksi memiliki sifat-sifat seperti fungsi utility, jika input

    bertambah output juga meningkat. Namun tambahan input pertama akan

    memberikan tambahan output yang lebih besar dibandingkan dengan tambahan

    output yang disebabkan oleh tambahan input berikutnya . sifat ini disebut Law of

    diminishing return (Sunaryo, 2001:71).

    Secara grafis, ceteris paribus, fungsi produksi tenaga kerja saja (L)

    (diasumsikan K tetap), maka Q(L) adalah sebagai berikut :

    Q

    Q=f(L)

    0 L

    Gambar 2.2 Fungsi Produksi

    Sumber : Sunaryo, 2001:71).

    Secara matematis, sifat fungsi produksi naik (jika input bertambah maka

    output akan meningkat relatif lebih besar) diindikasikan dengan turunan pertama

    Q terhadap L adalah positif. Sedangkan sifat kenaikan yang menurun

  • 16

    (menggambarkan law of diminishing return) diindikasikan dengan turunan kedua

    Q terhadap L negatif (curve concave) .

    2.2. Fungsi Produksi

    Dalam (Boediono 1982, 64) dikatakan bahwa setiap proses produksi

    mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi.

    Fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan

    hubungan antar tingkat output dan tingkat kombinasi penggunaan input-input.

    Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi sebagai

    berikut :

    Q= f(X1,X2,X3..Xk) (2.2)

    dimana :

    Q= tingkat produksi

    X1,X2,X3..Xk = berbagai input yang digunakan.

    Tentang Law of diminishing Return Boediono juga mengatakan bahwa

    dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi

    produksi. Yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen

    dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The law of Diminishing Returns.

    Senada dengan Sunaryo (2001), Boediono juga mengatakan bahwa hukum ini

    menerangkan bila satu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input-

    input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan mula-mula naik, tetapi

    kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus bertambah.

  • 17

    Tambahan output yang dihasilkan dari penambahan 1 (satu) unit input

    variabel tersebut disebut Marginal Phsycal Product (MPP) dari input tersebut:

    MPP= Q/X1

    Kurva Total Phsycal Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan

    tingkat produksi total (sama dengan Q) pada berbagai tingkat penggunaan input

    variabel (input-input lain dianggap tetap). TPP = f (X) atau Q = f (X).

    Kurva Marginal Phsycal Product (MPP) adalah kurva yang

    menunjukkan tambahan (atau kenaikan) dari TPP, yaitu Q dan TPP yang

    disebabkan oleh penggunaan tambahan 1 (satu) unit input variabel.

    MPPx= = =

    Kurva Average Phsycal Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan

    hasil rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input

    tersebut.

    APP= = =

    Menurut Dominick Salvastor (1994:147) mengemukakan bahwa fungsi

    produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan tabel atau grafik yang

    menunjukkan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu

    setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan teknik produksi terbaik yang

    tersedia.

    Richard Billas (1998:114), mengatakan bahwa hubungan fisik antara input

    sumber daya perusahaan dan outputnya berupa barang dan jasa per unit waktu.

    Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut :

    A = f(a,b,c,d..) .. (2.3)

  • 18

    Di mana A adalah output, a,b,c dan d adalah input-input yang

    menghasilakan A.

    Soedono Soekirno (1985:152) menjelaskan bahwa fungsi produksi dapat

    dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut:

    Q = f(K,L,R,T) (2.4)

    di mana :

    Q = Jumlah produksi

    R = Jumlah stok modal

    L = Tenaga kerja

    R = Jumlah kekayaan alam

    T = Teknologi.

    2.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

    Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi persamaan yang

    melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang satu disebet dependent, yang

    dijelaskan (Y) dan variabel lainnya disebut variabel independent, yang dijelaskan

    (X) (Soekarwati, 1997:154). Penyelesaian antara hubungan X dan Y biasanya

    dengan cara regresi, yaitu variasi dari Y yang akan dipengaruhi Variasi dari X.

    adapun fungsi produksi Cobb-Douglas sebagai berikut:

    Q = ALK (2.5)

    Q adalah kuantitas output, A adalah produktivitas faktor total dan L dan K

    masing-masing adalah tenaga kerja dan barang modal (alpha) dan (betha)

    adalah parameter-parameter positif yang ditentukan oleh data.

  • 19

    Sifat-sifat fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut:

    1. K dan L bisa saling mensubsitusi

    Jika tenaga kerja menjadi mahal, perusahaan akan mensubstitusi tenaga

    kerja dengan modal. Dalam hal ini, teknologi yang padat karya diganti dengan

    produksi padat modal. Sifat substitusi antar input ini mengikuti kaidah Marginal

    Rate of Technical Substitution/ Transformation yang digambarkan oleh isoquant

    curve.

    a. , > 0 produktivitas marginal dari faktor-faktor produksinya adalah

    positif. Formula ini menunjukkan produk marginal modal dan tenaga kerja adalah

    positif. Marginal Product of Capital (MPP) dan Marginal Product of Labour

    (MPL) bergantung pada tingkat output dan tingkat penggunaan modal dan tenaga

    kerja.

    MPK=.Q/K dan MPL=.Q/L

    b. , produktivitas marginal dan factor-faktor produksinya

    mengikuti hukum kenaikan yang berkurang (Law of Diminishing Returns). Sifat

    implikasinya, fungsi tersebut memiliki nilai maksimal.

    2. Q =A (K) (L) , bersifat Return to Scale :

    1. Constant Returns to Scale, jika + = 1. Artinya jika input K dan L bertambah

    masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya bertambah menjadi dua kali.

    Dalam hal ini, output bertambah secara proporsional dengan penambahan input.

    2. Increasing Returns to Scale, jika (+ ) > 1. Artinya jika input K dan L

    ditambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya juga bertambah

  • 20

    lebih dari dua kalinya. Dalam hal ini output bertambah lebih dari proporsinya

    dengan pertambahan input.

    3. Decresing Returns of Scale, jika (+ ) < 1. Artinya jika input K dan L

    bertambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka output bertambah kurang

    dari proporsi pertambahan input. Kondisi seperti ini bisa terjadi karena

    kompleksitas proses produksi menjadi sangat tinggi jika skala operasi menjadi

    besar. Decresing Returns of Scale berimplikasi diseconomics to scale, yaitu biaya

    rata-rata naik sejalan akan kenaikan jumlah output.

    2.3.1. Fungsi Cobb-Douglas jangka pendek.

    Jangka pendek merupakan suatu metode di mana perusahaan dapat

    menyesuaikan produksi dengan cara mengubah faktor-faktor variabel seperti

    bahan baku dan tenaga kerja tetapi tidak dapat mengubah faktor-faktor tetap

    seperti modal (Samuelson dan Nordhaus,2003).

    Syarat dalam kondisi jangka pendek adalah minimal ada satu faktor yang

    menghambat proses adjustments factor produksi (atau harganya) sehingga tidak

    terjadi seketika. Jadi konsep jangka pendek menunjukkan adanya friksi dalam

    perekonomian yang menghambat proses relokasi dalam perekonomian. Fenomena

    adanya friksi perekonomian biasanya muncul dalam bentuk harga yang sulit

    berubah seperti pada harga tenaga kerja (upah) (Vincent Gaspersz, 2005:195).

    Apabila input modal dianggap tetap dalam periode produksi jangka

    pendek, serta hanya terdapat satu input variabel tenaga kerja yang

  • 21

    dipertimbangkan dalam analisis produksi, maka fungsi produksi Cobb-Douglas

    dalam jangka pendek dinotasikan dalam model berikut:

    Q= L .. (2.6)

    keterangan:

    Q = kuantitas output yang diproduksi

    L = kuantitas tenaga kerja yang digunakan.

    (delta) adalah konstanta yang dalam fungsi Cobb-Douglas jangka

    pendek merupakan indeks efisiensi yang mencerminkan hubungan antara

    kuantitas output yang diproduksi (Q) dan kuantitas input tenaga kerja yang

    digunakan (L). semakin besar nilai konstanta , efisiensi penggunaan input tenaga

    kerja dalam metode produksi dan lain-lain, akan tercermin melalui konstanta

    dalam fungsi produksi Cobb-Douglas baru lebih besar dari fungsi Cobb-Douglas

    lama.

    (beta) merupakan elastisitas output dari tenaga kerja (Output

    Elastisitas of Labour), yang merupakan suatu ukuran sensitivitas kuantitas output

    yang diproduksi terhadap perubahan pnggunaan input tenaga kerja, dan

    didefinisikan sebagai persentase perubahan kuantitas output yang diproduksi

    dibagi dengan presentase perubahan penggunaan input tenaga kerja (Vincent

    Gaspersz, 2005:196).

    Menurut Vincent Gaspersz ( 2005:197) khusus untuk fungsi produksi

    Cobb-Douglas jangka pendek, dapat ditunjukkan secara matematik, bahwa

    koefisien dalam fungsi Q = L, merupkan koefisien elastisitas output dari tenaga

    kerja sebagai berikut:

  • 22

    Berdasarkan konsep bahwa E1=MPPL/APPL=, serta memperhatikan

    hubungan antara produk total (Q), produk marginal (MPP), dan produk rata-rata

    (APP), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

    1. jika produk marginal dari tenaga kerja lebih besar daripada produk rata-rata

    dari tenaga kerja (MPPL>APPL), elastisitas output dari tenaga kerja lebih

    besar dari satu ( > 1). Dalam situasi ini penambahan penggunaan tenaga

    kerja masih menguntungkan karena mampu memberikan tambahan output

    yang lebih besar, sehingga produktivitas rata-rata tenaga kerja meningkat.

    2. Jika produk marginal dari tenaga kerja lebih kecil daripada produk rata-rata

    dari tenaga kerja (MPPL

  • 23

    demikian sistem produksi yang berorientasi pada upaya memaksimumkan

    produktivitas dari input variabel jangka pendek, harus beropersi pada kondisi

    dalam elastisitas output dari input variabel itu sama dengan satu.

    Menurut Vincent Gaspersz (2005 : 198) dari fungsi produksi Cobb Douglas

    jangka pendek dapat ditentukan oleh beberapa kondisi atau persyaratan yang

    harus dipenuhi, antara lain:

    1. karena kuantitas produk (output), (Q>0), maka koefisien intersep dalam

    fungsi produksi Cobb- Douglas jangka pendek harus bernilai positif (>0).

    2. Agar produk marginal dari tenaga kerja positif, koefisien elastisitas output dari

    tenaga kerja dalam fungsi produksi Cobb Douglas jangka pendek harus bernilai

    positif (>0).

    2.3.2. Fungsi Produksi Cobb Douglas Jangka Panjang

    Fungsi Cobb-Douglas jangka panjang dapat digunakan untuk menganalisis

    performasi sistem produksi perusahaan dalam periode waktu jangka panjang, agar

    memberikan informasi yang bermanfaat bagi perencanaan jangka panjang

    (Vincent Gaspersz, 2005:222).

    Apabila suatu sistem produksi hanya menggunakan dua jenis input modal

    (K) dan tenaga kerja (L) dalam periode produksi jangka panjang, maka fungsi

    produksi Cobb-Douglas jangka panjang dapat dibangun menggunakan model

    berikut (Vincent Gaspersz, 2005:222) :

    Q=KL (2.7)

  • 24

    Konsep produksi jangka panjang mengacu pada periode waktu produksi

    merupakan input variabel, tidak ada input tetap.

    Alat penting untuk menganalisis efisiensi produk jangka panjang adalah

    kurva isoquant (isoquant curve) dan kurva isocost (isocost curve).

    1. kurva isoquant (isoquant curve)

    kuva isoquant adalah suatu kurva atau tempat kedudukan titik-titik

    kombinasi yang menunjukkan kombinasi input yang mungkin secara fisik mampu

    menghasilkan kuantitas output yang sama (iso = sama, quant = quantity =

    kuatitasa output) (Vincent Gaspersz, 1999:207).

    Prinsip-prinsip dasar kurva isoquant dalam konsep produksi serupa dengan

    kurva indifference dalam konsep perilaku konsumen, kecuali tujuan

    penggunaannya yang berbeda (Vincent Gaspersz, 2005:207).

    Beberapa karakteristik isoquant, yaitu:

    a. kurva isoquant merupakan fungsi kontinu, serta kurva-kurva isoquant tidak

    saling berpotongan.

    b. Semua kombinasi rasional dari output sumber daya yang menghasilkan output

    yang sama, terletak pada satu kurva isoquant yang memiliki slope negatif dan

    berbentuk cembung (convex).

    c. Kurva isoquant Q2 yang menempati kedudukan tertinggi terletak di atas atau di

    sebelah kanan dari kuva isoquant Q1, menunjukkan bahwa kombinasi input

    pada kurva isoquant Q2 itu mampu menghasilkan kuantitas yang lebih tinggi

    daripada kombinasi input pada kurva isoquant Q1 (Q2>Q1).

  • 25

    K

    Q3

    Q2

    Q1

    0 L

    Gambar 2.3 Kurva Isoquant.

    Sumber : Vincent Gasperzs (2005:208)

    Pada gambar di atas, tampak bahwa kurva isoquant memiliki slope

    negatif. Hal ini berarti apabila perusahaan menggurangi jumlah modal (K) yang

    digunakan, maka harus lebih banyak tenaga kerja (L) yang ditambahkan agar

    kombinasi modal dan tenaga kerja itu masih mampu memproduksi output yang

    sama. Dengan demikian dua input dapat saling mengganti (substitusi) untuk

    mempertahankan tingkat output yang sama. Secara konseptual, hali ini disebut

    sebagai tingkat substitusi teknikal marginal (Marginal Rate of Technical

    substitution), sering dinotasikan sebagai MRTS. Dengan demikian MRTS

    didefinisikan sebagai suatu tingkat dimana satu input dapat disubstitusikan untuk

    input lain sepanjang isoquant, dan untuk kasus input modal yang disubstitusi oleh

    tenaga kerja dinyatakan dalam bentuk (Vincent Gaspersz, 2005:209):

    MRTS= -(K/L)

    Catatan : tanda negatif diberikan agar membuat MRTS bernilai positif, karena

    slope dari isoquant bernilai negatif.

  • 26

    2. kurva isocost

    dalam setiap aktivitas produksi, produsen harus mempertimbangkan

    harga-harga input yang digunakan dalam proses produksi, agar menghasilkan

    biaya terkecil (least cost combination of inputs) untuk memproduksi tingkat

    output tertentu sesuai permintaan pasar. Alat yang berguna untuk menganalisis

    ongkos pembelian input ini adalah kurva isocost. Kurva isocost merupakan garis

    yang menunjukkan kombinasi berbagai jenis yang dapat dibeli untuk suatu tingkat

    pengeluaran biaya yang sama pada harga-harga input yang tetap (Vincent

    Gaspersz, 2005:211).

    Menurut Vincent Gaspersz (2005:211-212) jika kita mengasumsikan

    bahwa sistem produksi hanya menggunakan dua jenis input yaitu modal (K), serta

    harga dari input modal adalah r per unit K, dan tenaga kerja (L), serta harga

    (upah) tenaga kerja adalah w per unit L, maka biaya total penggunaan input modal

    dan tenaga kerja dalam proses produksi dapat ditulis dalam persamaan berikut:

    C=wL + rK .. (2.8)

    Persamaan di atas dapat diubah ke dalam bentuk hubungan

    ketergantungan antara input modal (K) dan input tenaga kerja (L) sebagai berikut:

    rK = C wL K = C/r (w/r)L

    Bentuk persamaan K = (C/r) (w/r)L inilah yang dipergunakan untuk

    menggambarkan kurva isocost yang memiliki slope negatif sebesar (w/r).

    dengan demikian slope dari kurva isocost merupakan negatif dari ratio harga input

    tenaga kerja, w, terhadap input modal, r.

  • 27

    K

    0 L

    Gambar 2.4 kurva isocost

    Sumber : Vincent Gaspezs (2005:213).

    2.4. Keseimbangan Produsen

    Ketika melakukan analisis perilaku pasar (permintaan dan penawaran) kita

    menggunakan kurva keseimbangan pasar sebagai alat analisis. Demikian pula

    ketika melakukan analisis perilaku konsumen, kita menggunakan kurva

    keseimbangan konsumen sebagai alat analisis. Serupa dengan konsep di atas,

    analisis terhadap perilaku produsen menggunakan kurva keseimbangan produsen

    sebagai alat analisis. Tujuan utama dari produsen melakukan aktivitas produksi

    pada situasi persaingan yang amat sangat kompetitif di dalam pasar global

    sekarang ini, adalah memproduksi sejumlah output tertentu sesuai permintaa pasar

    dengan tingkat pengeluaran anggaran yang minimum (Vincent Gaspersz,

    2005:213).

    Kurva keseimbangan produsen (Produsens equilibrium curve)

    menunjukkan pencapaian kombinasi penggunaan input pada kondisi biaya terkecil

    (least cost combination of inputs) untuk memproduksi output dalam jumlah

  • 28

    tertentu. Titik keseimbangan produsen merupakan titik singgung antara kurva

    isoquant dan kurva isocost (Vincent Gaspersz, 2005:213).

    K

    A

    0 L

    Gambar 2.5 Kurva Keseimbangan ProdusenSumber : Vincent Gasperzs (2005:115).

    Dari gambar di atas, titik keseimbangan produsen, A, yang merupakan titik

    singgung antara kurva isoquant dan kurva isocost. Pada titik singgung A ini

    terjadi keseimbangan yang meminimumkan biaya total produksi, dimana slope

    dari kurva isoquant (K/L) sama dengan slope dari kurva isocost (w/r). hal ini

    berarti pula pada titik singgung B itu. Tingkat substitusi teknikal marginal

    (MRTS) sama dengan rasio dari harga-harga input. Jadi titik keseimbangan

    produsen yang meminimumkan biaya total produksi tercapai apabila kondisi

    berikut tercapai (Vincent Gaspersz, 2005:215):

    MPL/W = MPK/R

    Dalam produksi jangka panjang (long run production) sering terjadi

    perluasan usaha sebagai akibat meningkatnya permintaan pasar terhadap produk

    yang dihasilkan oleh perusahaan. Apabila demikian akan terdapat jalur perluasan

    (expansion path) yang menunjukkan kurva atau tempat kedudukan titik-titik

  • 29

    keseimbangan produsen sepanjang jalur perluasan produksi dalam jangka

    panjang. Titik-titik keseimbangan produsen itu menunjukkan kombinasi input

    yang meminimumkan biaya untuk setiap tingkat output yang diproduksi dengan

    asumsi rasio harga-harga input konstan (Vincent Gaspersz, 2005:207)

    2.5. Penelitian Terdahulu

    Beberapa penelitian terdahulu yang relevan mengenai produksi, baik

    pada produksi pertanian maupun perindustrian yang menggunakan model analisis

    produksi Cobb-Douglas maupun regresi menjadi ide dalam penelitian ini. Berikut

    adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah terlaksana.

    Penelitian yang dilakukan oleh Ludi Mauludin, E.R. Pribadi dan

    Wachyudin (1993), tentang Analisis Faktor-faktor Produksi pada Usaha Tani

    tembakau di Daerah Kudus. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-

    Douglas yang dipergunakan untuk mengkaji hubungan antara hasil dengan faktor-

    faktor produksi yang digunakan. Dalam analisis ini variabel independennya

    meliputi bibit, pupuk kandang, pupuk Urea, tenaga kerja dan luas lahan serta

    produksi tembakau kering sebagai variabel dependen. Dari hasil analisis dapat

    disimpulkan bahwa produksi tembakau kering di Kudus dapat ditingkatkan

    dengan penambahan bibit dan tenaga kerja.

    Penelitian lain yang dilakukan oleh Annora (2006) yang berjudul

    Analisis Efisiensi penggunaan Faktor-faktor produksi usaha tani Tembakau

    Kabupaten Temanggung (Studi Kasus di Desa Gondosuli Kecamatan Bulu,

  • 30

    Kabupaten Temanggung). Menyimpulkan bahwa variabel nilai produksi

    merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam menentukan keuntungan.

    Penelitian yang dilakukan oleh A.Marhasan (2005) yang berjudul Analisis

    Efisiensi Ekonomi Usaha Tembakau di Kabupaten Kendal. Penelitian itu

    menyimpulkan bahwa Luas area, jumlah tanaman tembakau, pupuk, dan jam kerja

    berpengaruh signifikan terhadap produksi tembakau baik secara parsial maupun

    simultan. Estimasi fungsi produksi yang digunakan adalah model pendugaan

    fungsi produksi tipe Cobb-Douglas.

    Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Anastasia (2008) yang berjudul

    Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usaha Tani Tembakau

    Rakyat lokasi penelitian di Desa Pucangrejo dan Poncorejo Kecamatan Gemuh

    Kabupaten Kendal. Disimpulkan bahwa nilai efisiensi, dan hasil perhitungan

    pendapatan penggunaan faktor produksi belum efaktif digunakan. Fungsi

    produkasi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-douglass.