22.12.2012
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Generasi ulul albab dituntut untuk selalu memikirkan dan meneliti untuk
mengungkapkan kebesaran ilmu Allah yang masih banyak belum terungkap untuk
kita ketahui dan kita teliti, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran ayat
191-192:
tÏ% ©!$# tβρã� ä. õ‹tƒ ©!$# $Vϑ≈ uŠ Ï% #YŠθãèè% uρ 4’ n?tã uρ öΝÎγÎ/θãΖ ã_ tβρã� ¤6 x� tG tƒuρ ’ Îû È,ù= yz ÏN≡uθ≈ uΚ ¡¡9 $# ÇÚö‘ F{ $# uρ $uΖ −/ u‘
$tΒ |M ø) n= yz # x‹≈yδ WξÏÜ≈ t/ y7 oΨ≈ ysö6ß™ $oΨ É) sù z># x‹ tã Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊇⊇∪ $oΨ −/ u‘ y7 ¨Ρ Î) tΒ È≅Åz ô‰ è? u‘$̈Ζ9 $# ô‰ s) sù
… çµtF÷ƒt“ ÷z r& ( $tΒ uρ tÏϑ Î=≈ ©à=Ï9 ôÏΒ 9‘$|ÁΡ r& ∩⊇⊄∪
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun” (QS. Al-Imran: 191-192).
Ayat di atas dapat menunjukkan bahwa, dalam penciptaan langit dan bumi
serta diantara keduanya serta pergantian malam dan siang termasuk bagian dari ke
EsaanNya dan semua berada dalam kehendaknya. Manusia yang memiliki
kelebihan berupa akal dituntut untuk melakukan penelitian tentang apa yang
diciptakanNya, karena semua ciptaanNya tidak ada yang sia-sia.
Permasalahan limbah yang terjadi saat ini telah banyak membawa dampak
negatif bagi kehidupan manusia. Salah satu contoh limbah yang memberi dampak
2
bagi manusia adalah permasalahan limbah pertanian yang berupa pupuk
anorganik dan pestisida. Dampak dari sisa-sisa pemakaian pupuk anorganik dan
pestisida yang tidak terserap oleh akar tanaman terakumuasi dan terbawa oleh
aliran sungai dan bermuara diwaduk sehingga terjadi proses pengkayaan unsur
hara diwaduk yang mengakibatkan tumbuhan air seperti enceng gondok tumbuh
dan berkembang biak dengan cepat (Djamhari, 1993).
Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan salah satu tumbuhan air
yang mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan baru yang sangat besar.
Pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali menimbulkan banyak
permasalahan, diantaranya dapat mempercepat pendangkalan waduk, menyumbat
saluran irigasi, memperbesar kehilangan air melalui proses evaporasi dan
transpirasi, serta menurunkan nilai estetika waduk/danau yang ditumbuhinya
(Haris, 1983). Dibalik dampak kerugian yang ditimbulkan oleh enceng gondok
tersebut, ternyata enceng gondok dapat dikomposkan. Allah menciptakan
makhluknya mempunyai fungsi dan tujuan, tidak satupun ciptaannya yang sia-sia,
termasuk enceng gondok (Eichornia crassipes) yang ditumbuhkan oleh Allah
dengan banyak manfaat, Allah berfirman dalam surat Shaad ayat 27 :
$tΒ uρ $uΖ ø) n= yz u !$yϑ ¡¡9 $# uÚö‘ F{ $# uρ $tΒ uρ $yϑ åκ s] ÷� t/ WξÏÜ≈ t/ 4 y7Ï9≡sŒ ÷sß tÏ% ©!$# (#ρã� x� x. 4 ×≅ ÷ƒuθsù tÏ% ©# Ïj9 (#ρã� x�x. zÏΒ Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊄∠∪
“dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka” (QS. Shaad: 27).
3
Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah menciptakan
makhluknya diantara bumi dan langit tidak lah sia-sia, tetapi dengan hikmah yang
nyata dan berguna bagi manusia apabila manusia memanfaatkan dengan sebaik-
baiknya. Seperti halnya eceng gondok yang dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia, diantaranya sebagai sumber biogas, bahan kerajinan tangan
dan pupuk organik yang diproses melalui pengomposan (Ratri, 2009).
Pengomposan enceng gondok diharapkan dapat mengatasi keterlimpahan diwaduk
dan mengembalikan unsur hara yang diserap sebagai akibat pengkayaan unsur
hara diwaduk kembali ke tanah (Sumardi, 2009).
Satu dari sekian masalah yang sering ditemui ketika menerapkan
pembuatan kompos enceng gondok adalah rasio C/N terlalu tinggi, akibatnya
mikroba kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan
lambat. Lambatnya proses pengomposan bahan organik berlignoselulose secara
alami tidak akan dapat menanggulangi melimpahnya eceng gondok dalam waktu
singkat sehingga pemanfaatannya sering dianggap kurang ekonomis dan tidak
efisien. Untuk mengatasi hal tersebut di atas perlu segera dilakukan suatu upaya
alternatif dalam meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan pemupukan
yang ramah lingkungan. Upaya mempercepat proses pengomposan, meningkatkan
kandungan bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan ketersediaan
hara dalam tanah dapat dilakukan dengan menggunakan bioaktivator perombak
bahan organik (biodekomposer) dan pupuk mikroba (biofertilizer) yang sesuai
dengan kondisi tanah. Pemanfaatan biodekomposer, selain mempercepat proses
pengomposan dan mengurangi volume bahan buangan, juga dapat menekan
4
perkecambahan spora, larva insekta, dan biji gulma sehingga pertumbuhan hama
dan patogen, serta gulma di non-aktifkan atau bahkan dihentikan (Saraswati,
2010).
Biodekomposer merupakan produk yang berasal dari konsorsia mikroba
perombak selulosa dan lignin dengan fungsi metabolik yang komplementer
merombak dan mengubah residu organik menjadi bahan organik tanah (Zaenuri,
2009). Selain biodekomposer, teknologi pencampuran kultur berbagai jenis
mikroba bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes,
dan jamur peragian) untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai inokulan peningkat
keragaman mikroba tanah juga biasa disebut dengan teknologi Efective
Microorganisme (EM). EM merupakan kultur jaringan berbagai jenis mikrobia
yang berasal dari lingkungan alami dan secara genetika bersifat asli (tidak
dimodifikasi) (Turista, 2010).
Kultur berbagai jenis mikroba (EM) yang digunakan dalam penelitian ini,
asalnya merupakan kultur mikroba yang berasal dari produk probiotik tambak
yang dimodifikasi kemudian digunakan sebagai bahan biodekomposer. Probiotik
merupakan produk komersial yang berisi mikroba hidup dengan campuran media
pembawa yang keberadaannya dapat menunjang kehidupan mikroba yang
bersangkutan (Hendraningsih, 2008) Salah satu media pembawa mikroba hidup
dalam produk probiotik adalah molases. Molases merupakan cairan kental
berwarna hitam sisa dari industri kristalisasi gula. Sebagai media pembawa,
molases berfungsi memberikan lingkungan hidup yang baik bagi mikroba.
Kandungan karbohidrat,protein dan mineral yang cukup tinggi pada molases
5
menjadikannya media yang sesuai bagi kehidupan mikroorganisme (Widayati dan
Widalestari, 1996).
Prinsip kerja probiotik yaitu memanfaatkan kerja mikroorganisme yang
terkandung didalamnya untuk menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein
dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim sehingga
mempermudah proses perpindahan energi bagi makhluk hidup lainnya (Salminen,
et al, 1999). Dalam penerapannya sebagai produk bioteknologi, probiotik terdiri
atas tiga jenis produk yaitu probiotik yang mengandung kultur bakteri, kultur
khamir, dan kultur molds (kapang) serta kombinasinya. Karena probiotik berasal
dari mikroba indigenous, maka proses translokasi yang terjadi berjalan secara
alamiah di dalam ekosistem (Abun, 2008).
Probiotik, selain sebagai kontrol penyeimbang mikroba dalam suatu
lingkungan perairan, diduga memilliki peranan yang sama dalam lingkungan
tanah, hal ini dikarenakan probiotik yang berisi mikroorganisme pendegradasi
senyawa-senyawa organik diduga selulotik karena mikrooganisme tersebut dapat
menguraikan bahan organik sellulotik dan lignotik sehingga memiliki fungsi yang
sama dengan biodekomposer pada umumnya. Mikroba yang terdapat pada
probiotik adalah Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus
sp.,Propinibactereium sp., Bacillus sp, Saccharomyces cerevissiae dan Candida
pintolopesi, Aspergillus niger, Pseudomonas sp., Bacillus sp. dan Aspegillus
oryzae. Sedangkan mikroba yang terdapat pada biodekomposer adalah
Azospirillum sp., Azotobacter sp., Aspergillus sp., Penicillium sp., Lactobacillus
sp., Leuconoctoc sp., Pseudomonas sp, Bacillus sp., dan Candida pintolopesi.
6
Adanya persamaan mikroba pada kedua produk tersebut mengindikasikan potensi
produk probiotik sebagai biodekomposer (Moriarty, 1996).
Untuk keperluan pengembangan produk probiotik menjadi produk
biodekomposer yang lebih efektif perlu diadakan analisis kandungan bakteri-
bakteri yang terdapat didalam produk yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam
penelitian ini akan dilakukan kajian lebih lanjut melalui penelitian laboratorium
dengan judul “Identifikasi Bakteri Probiotik yang berpotensi sebagai Bahan
Biodekomposer”.
1.2 Rumusan Masalah
Jenis bakteri apakah yang didapat dari produk probiotik yang berpotensi
sebagai bahan biodekomposer ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui jenis bakteri yang terdapat dalam produk probiotik yang
berpotensi sebagai bahan biodekomposer.
1.4 Batasan Penelitian
1. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian sebelumnya yang
bertemakan pemanfaatan eceng gondok.
2. Asal bahan biodekomposer merupakan produk probiotik bermedia
pembawa molases yang biasanya diaplikasikan pada tambak udang.
7
3. Bahan biodekomposer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
produk pengembangan yang berasal dari Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang.
4. Penelitian ini terbatas pada identifikasi bakteri yang terdapat dalam produk
probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.
5. Identifikasi dilakukan hanya sampai tingkat genus.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis, sebagai konsep dasar penggunaan produk probiotik
untuk kandidat bahan biodekomposer.
2. Menghasilkan suatu produk biodekomposer baru yang lebih efektif
sebagai bioaktivator pengomposan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Bakteri
Allah menciptakan alam seisinya sebagai rahmat untuk kemaslahatan umat
manusia. Manusia berhak untuk memanfatkan kekayaan alam semaksimal
mungkin dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan mereka serta sebagai
bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Seperti
yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 29 :
uθèδ “ Ï% ©!$# šYn= y{ Ν ä3s9 $̈Β ’ Îû ÇÚö‘ F{ $# $YèŠ Ïϑ y_ §ΝèO #“ uθtG ó™$# ’ n< Î) Ï!$yϑ ¡¡9 $# £ßγ1§θ|¡sù yìö7y™ ;N≡uθ≈ yϑ y™ 4 uθèδ uρ Èe≅ ä3Î/ > ó x« ×ΛÎ= tæ ∩⊄∪
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu (QS.Al-Baqarah:29).
Ayat diatas jelas menegaskan bahwa alam semesta beserta isinya yang
sangat kompleks ini diciptakan Allah SWT untuk manusia. Makhluk ciptaan-Nya
tersebut terdiri dari berbagai macam jenis tumbuhan, hewan maupun
mikroorganisme. Allah telah menyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 26:
* ¨βÎ) ©! $# Ÿω ÿÄ ÷∏tG ó¡tƒ βr& z> Î� ôØ o„ WξsVtΒ $̈Β Zπ|Êθãèt/ $yϑ sù $yγs% öθsù ........
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu……….” (QS. Al-Baqarah: 26).
Lafadz famaa fauqohaa (“atau yang lebih rendah dari itu”) pada ayat
diatas maksudnya yaitu sesuatu yang lebih rendah dari nyamuk dalam hal makna
dan fisik mengingat nyamuk adalah makhluk kecil yang tidak berarti.
9
Adapun ukuran hewan yang lebih kecil dibanding nyamuk antara lain
yaitu bakteri. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya
tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis). Bakteri merupakan
organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan
mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat
hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Terdapat bakteri yang
menguntungkan dan ada pula yang merugikan (Warsito, 1995).
2.1.1 Struktur sel Bakteri
Gambar 2.1 Struktur Sel Prokariota
Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki selaput inti) pada
umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel relatif sederhana yang terdiri dari
dinding sel, kapsul, DNA, membran plasma, mesosom, ribososm, sitoplasma, dan
flagel. Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Banyak bakteri
memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang digunakan
10
untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul
atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan.
Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki
granula makanan, vakuola gas dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu
membentuk endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada
lingkungan ekstrim (Tualar, 2005).
2.1.1 Morfologi/bentuk bakteri
Gambar 2.2 Berbagai Bentuk Tubuh Bakteri
Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar,
yaitu: (1) Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan
mempunyai beberapa variasi sebagai berikut: Mikrococcus, jika kecil dan tunggal;
Diplococcus, jka bergandanya dua-dua; Tetracoccus, jika bergandengan empat
11
dan membentuk bujursangkar; Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus;
Staphylococcus, jika bergerombol; dan Streptococcus, jika bergandengan
membentuk rantai (2) Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk
batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut: Diplobacillus, jika
bergandengan dua-dua ; Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai (3)
Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi
sebagai berikut: Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah
lingkaran; Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran. Bentuk
tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia.
Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya
harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif
lebih besar daripada yang sudah tua (Poernomo, 2004).
2.1.3 Bakteri-Bakteri yang berperan dalam Proses Dekomposisi Bahan Organik
2.1.3.1 Bakteri Pengurai
Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisa-
sisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat
dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain
yang lebih sederhana. Oleh karena itu keberadaan bakteri ini sangat berperan
dalam mineralisasi di alam (Poernomo, 2004).
12
2.1.3.2 Bakteri Asam laktat
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram-positif yang
tidak membentuk spora dan dapat memfermentasikan karbohidrat untuk
menghasilkan asam laktat. Berdasarkan taksonomi, terdapat sekitar 20 genus
bakteri yang termasuk BAL. Beberapa BAL yang sering digunakan dalam
pengolahan pangan adalah Aerococcus, Bifidobacterium, Carnobacterium,
Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc, Oenococcus,
Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, Vagococcus, dan Weissella.[1]
Contoh produk makanan yang dibuat menggunakan bantuan BAL adalah yogurt,
keju, mentega, sour cream (susu asam), dan produk fermentasi lainnya. Dalam
pengolahan makanan, BAL dapat melindungi dari pencemaran bakteri patogen,
meningkatkan nutrisi, dan berpotensi memberikan dampa positif bagi kesehatan
manusia (Fardiaz, 1992).
Sebagian besar BAL dapat tumbuh sama baiknya di lingkungan yang
memiliki dan tidak memiliki O2 (tidak sensitif terhadap O2), sehingga termasuk
anaerob aerotoleran. Bakteri yang tergolong dalam BAL memiliki beberapa
karakteristik tertentu yang meliputi: tidak memiliki porfirin dan sitokrom, katalase
negatif, tidak melakukan fosforilasi transpor elektron, dan hanya mendapatkan
energi dari fosforilasi substrat. Hampir semua BAL hanya memperoleh energi dari
metabolisme gula sehingga habitat pertumbuhannya hanya terbatas pada
lingkungan yang menyediakan cukup gula atau bisa disebut dengan lingkungan
yang kaya nutrisi. Kemampuan mereka untuk mengasilkan senyawa (biosintesis)
13
juga terbatas dan kebutuhan nutrisi kompleks BAL meliputi asam amino, vitamin,
purin, dan pirimidin (Fardiaz, 1992).
Berdasarkan studi genetika, beberapa sifat BAL yang berhubungan dengan
fermentasi cenderung disandikan oleh gen-gen di plamid (DNA
ekstrakromosomal). Sifat-sifat yang dimaksud meliputi produksi proteinase,
metabolisme karbohidrat, transpor sitrat, produksi eksopolisakarida, produksi
bakteriosin, dan resistensi terhadap bakteriofag. DNA plasmid dapat ditransfer
antarbakteri dengan beberapa mekanisme, seperti konjugasi yang umum terjadi
pada Lactococcus sehingga sifat-sifat tersebut dapat menyebar (Fardiaz, 1992).
2.1.3.3 Bakteri Nitrifikasi
Bakteri nitrifikasi adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu menyusun
senyawa nitrat dari amoniak yang berlangsung secara aerob di dalam tanah.
Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu:
Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini dinamakan nitritasi.
2NH3 + SO2 Nitrococcus 2HNO2 + 2H2O + 158 kilokalori Reaksi nitritasi
Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Prosesnya
dinamakan nitratasi.
2HNO2 + O2 Nitrobacter 2HNO3 + 36 kilokalori (Nitrit) (nitat)
Reaksi nitratasi
Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena
menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Tetapi
sebaliknya di dalam air yang disediakan untuk sumber air minum, nitrat yang
14
berlebihan tidak baik karena akan menyebabkan pertumbuhan ganggang di
permukaan air menjadi berlimpah (Poernomo, 2004).
2.1.3.4 Bakteri nitrogen
Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari
udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh
tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri
tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri
ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis (Afrianto, 2002).
Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum,
Clostridium pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen yang
hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium
leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.
Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk
hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-
polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui
kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari
inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat
mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen
organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi
penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah (Afrianto, 2002).
Menurut Afrianto (1992) mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendukung
15
atau menguntungkan banyak terdapat dalam produk probiotik seperti probiotik
pertanian, peternakan dan perikanan.
2.2 Enceng Gondok (Eichornia crassipes)
Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.), bukanlah tanaman
asli Indonesia, tumbuhan ini awalnya dikirim dari Brazil ke Indonesia sebagai
koleksi kebun raya bogor pada tahun 1894 dan dengan cepat menyebar keseluruh
perairan diwilayah indonesia dan menimbulkan problem tersendiri (Lail, 2008).
Kemampuan tanaman ini menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara
biokimiawi dan penyerapan logam-logam berat seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe,
Mn, Zn dengan baik, banyak di gunakan untuk mengolah air buangan domestik
dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Kemampuan menyerap logam persatuan
berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua
(Widianto dan Suselo, 1977 dalam Lail, 2008).
Menurut Lail (2008) Eceng gondok memiliki ciri-ciri (1) hidup dalam
perairan terbuka, tumbuh mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila
airnya dangkal, (2) Daun tergolong dalam makrofita yang terletak di atas
permukaan air, didalamnya terdapat lapisan rongga udara yang berfungsi sebagai
alat pengapung tanaman. Zat hijau daun (klorofil) pada eceng gondok terdapat
dalam sel epidermis. Diatas permukaan daun dipenuhi oleh stomata, rongga udara
yang terdapat dalam akar dan tangkai daun berfungsi sebagai tempat penyimpanan
O2 hasil fotosintesis.Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi
tumbuhan dimalam hari dengan menghasilkan CO2 yang akan terlepas kedalam air
16
(Pandey, 1980), (3) Memiliki bulu-bulu akar yang berserabut, berfungsi sebagai
pegangan atau jangkar tanaman. Berperan menyerap zat-zat yang diperlukan
tanaman dari dalam air. Pada ujung akar terdapat kantung akar yang mana di
bawah sinar matahari kantung akar ini berwarna merah, susunan akarnya dapat
mengumpulkan lumpur atau partikel-partikel yang terlarut dalam air (Ardiwinata,
1950), (4) Memiliki tangkai berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya
penuh dengan udara yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di permukaan
air (pandey, 1950) (5) Memiliki bunga bertangkai dengan warna mahkota
lembayung muda. Berbunga majemuk berjumlah 6 - 35 berbentuk karangan
bunga bulir dengan putik tunggal, (6) Perkembangbiakan terjadi secara vegetatif
maupun secara generatif, perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru
tumbuh dari ketiak daun, membesar dan tumbuh menjadi individu baru, (7) Dapat
tumbuh tinggi hingga 40 - 80 cm dengan panjang 7 - 25 cm.
Menurut Lail (2008) Kondisi merugikan yang timbul akibat blooming
eceng gondok adalah (1) Meningkatnya evapotranspirasi, (2) Menurunnya jumlah
cahaya yang masuk ke perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat
kelarutan oksigen, (3) Menganggu transportasi air, khususnya bagi masyarakat
yang kehidupannya masih tergantung dari sungai, (4) Pendangkalan waduk, (5)
Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia, (5) Menurunkan
estetika lingkungan perairan.
Sukman dan Yakup (1991) dalam Lail (2008) menyebutkan, manfaat yang
dapat diambil dari eceng gondok adalah (1) Mempunyai sifat fisiologis sebagai
penyaring air yang tercemar oleh logam berat dan berbagai limbah industri, (2)
17
Sebagai bahan baku pembuatan kompos dam pupuk organik karena kandungan
NPK yang tinggi, (3) Sebagai sumber gas yang beruapa ammonium sulfat, gas
hidrogen, nitrogen dan metana yang diperoleh dengan cara fermentasi, (4) Sebagai
bahan industri kertas dan papan buatan, (5) Sebagai bahan baku aneka kerajinan
tangan, (6) Sebagai bahan baku pembuatan pupuk ramah lingkungan
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pengomposan enceng
gondok adalah kandungan selulosa dan lignin yang cukup tinggi pada tanaman ini.
Selain itu rasio C/N yang relatif rendah berkisar antara 19:1 Sehingga mikroba
mendapatkan sedikit C untuk energi dan N untuk sintesisprotein. Apabila rasio
C/N terlalu rendah, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga
dekomposisi berjalan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan menjadi
lebih singkat perlu dilakukan penambahan bioaktivator pengomposan
(biodekomposer).
2.3 Tinjauan Biodekomposer
Dekomposer merupakan makhluk hidup yang berfungsi untuk
menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan
dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar daerah tersebut. Terdapat
beberapa dekomposer yang diantaranya berasal dari bakteri, aktinomisetes, fungi,
algae (ganggang), protozoa dan cacing tanah. Agen dekomposer dapat digunakan
untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas hasil pengomposan, dan telah
diproduksi secara komersial, umumnya dalam bentuk konsorsium
18
mikroorganisme yang disebut dengan bioaktivator pengomposan atau
biodekomposer (Saraswati, 2010).
Teknologi pengembangan bioaktivator pengomposan/biodekomposer,
biasa disebut dengan teknologi efektif mikroorganisme, yaitu teknologi
pencampuran kultur berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur peragian) yang
dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba
tanah. EM merupakan kultur jaringan berbagai jenis mikrobia yang berasal dari
lingkungan alami dan secara genetika bersifat asli (tidak dimodifikasi).
Pemanfaatan EM dapat memperbaiki kualitas tanah dan selanjutnya memperbaiki
pertumbuhan dan produksi tanaman (Turista, 2010).
Pemanfaatan mikroba sebagai dekomposer juga menunjukkan betapa
mahluk ciptaan Allah selalu mempunyai manfaat, walau sekecil dan sehina
apapun mahluk tersebut. Sekali lagi, ini menunjukkan kuasa Allah yang tak
terbatas. Seperti yang telah difirmankan oleh Allah :
* ¨βÎ) ©! $# Ÿω ÿÄ ÷∏tG ó¡tƒ βr& z> Î� ôØ o„ WξsVtΒ $̈Β Zπ|Êθãèt/ $yϑ sù $yγs% öθsù ........
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu……….” (QS. Al-Baqarah: 26).
2.4 Tinjauan Probiotik
Probiotik atau “Probiotics” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “untuk
hidup” (pro= untuk dan biotic = hidup). Istilah kata probiotik pertama kali
dipopulerkan oleh Lilley dan Stillwell (1965), untuk menjelaskan suatu zat yang
disekresikan oleh mikroba yang mampu menstimulasi pertumbuhan organisme
19
lain dengan cara menyeimbangkan keberadaan mikroba patogen. Hal ini
menjelaskan ayat Allah dalam QS Al-Mulk ayat 3-4 Allah SWT bahwa segala
sesuatu selalu diciptakan dalam kondisi seimbang.
“ Ï% ©!$# t,n= y{ yìö7 y™ ;N≡uθ≈ yϑ y™ $]%$t7 ÏÛ ( $̈Β 3“ t� s? †Îû È,ù= yz Ç≈ uΗ ÷q§�9$# ÏΒ ;N âθ≈ x! s? ( ÆìÅ_ö‘ $$sù u� |Ç t7ø9 $# ö≅ yδ 3“ t� s? ÏΒ 9‘θäÜ èù ∩⊂∪ §ΝèO ÆìÅ_ö‘ $# u� |Ç t7ø9 $# È ÷s? §� x. ó= Î= s)Ζtƒ y7 ø‹ s9 Î) ç� |Çt7 ø9$# $Y∞ Å™% s{ uθèδ uρ ×��Å¡ym ∩⊆∪
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah”. (QS, Al-Mulk: 3-4)
Menurut Afrianto (1992) Penggunaan probiotik menjadi salah satu upaya
yang bisa dilakukan oleh manusia sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan
karena probiotik mempunyai banyak manfaat yaitu (1) Mengandung
mikroorganisme hidup, seperti: sel-sel kering beku, atau dalam produk fermentasi
yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos (2) tidak mengakibatkan
pencemaran lingkungan yang akan mengingkari kodrat manusia sebagai khalifah
yang harus menjaga dan melindungi dunia tempatnya hidup. Perintah Allah
kepada manusia dituntut untuk menjaga kelestarian lingkungan. Manusia yang
diciptakan oleh Allah sebagai kholifah berperan untuk menentukan keseimbangan
ekosistem,seperti dalam QS. Al-Araaf ayat 56:
20
Ÿωuρ (#ρ߉šø! è? †Îû ÇÚö‘ F{ $# y‰ ÷èt/ $yγÅs≈ n= ô¹ Î) çνθãã ÷Š $# uρ $]ùöθyz $�èyϑ sÛuρ 4 ¨βÎ) |M uΗ ÷qu‘ «! $# Ò=ƒÌ� s% š∅ÏiΒ
tÏΖ Å¡ósßϑ ø9 $# ∩∈∉∪
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-araaf : 56)
Afrianto (2002) menjelaskan bahwa probiotik adalah feed additive berupa
mikroba hidup menguntungkan yang mempengaruhi inang melalui perbaikan
keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Probiotik dapat berupa
satu atau beberapa jenis mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur
campuran). Genus bakteri yang sering digunakan adalah Lactobacillus,
Leuconoctoc, Pedioccus, Propinibactereium, dan Bacillus. Dari spesies ragi
meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida pintolopesi, serta jamur
meliputi Aspergillus niger dan Aspegillus oryzae. Probiotik yang biasa digunakan
dalam budidaya antara lain ; Bacillus lycheniforsis (Bakteri Nitrifikasi), merubah
senyawa nitrat dasar tambak menjadi nitrit makanan plankton, bakteri Fotosintetik
(Photo synthetic-bacteria), menggunakan N- anorganik untuk mengoksidasi gas
H2S menjadi sulfur melalui proses fotosintesa (Afrianto, 2002).
2.5 Media Pembawa (Molasses)
Pond dkk., (1995) menyatakan bahwa molases adalah limbah utama industri
pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan
kandungan glukosa didalamnya. Oleh karena itu, molases telah banyak
dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi
21
atau zat gizi yang cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %;
serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.
Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molases, merupakan
molasses yang memiliki kandungan 25 – 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula
pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar
sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K,
Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molases merupakan pakan pencahar yang
normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke, 1999; McDonald
dkk., 2001).
Keuntungan molases sebagai medium pembawa adalah kadar karbohidrat
tinggi (48-60%), kadar mineral cukup untuk perkembangan mikroorganisme
artinya molases yang mengandung cukup gula dan mineral apabila dicampur ke
dalam produk komersial yang berisi mikroorganisme akan membantu
mempertahankan lingkungan mikroba. Molases juga mengandung vitamin B
kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi kehidupan mikroorganisme
seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng (Cheeke, 1999;
McDonald dkk., 2001)..
Kadar air dalam cairan molases yaitu 15 – 25 % dan cairan tersebut
berwarna hitam serta berupa sirup manis. Molases dapat digunakan sebagai bahan
pakan untuk sejumlah industri fermentasi untuk membantu proses fermentasi yang
dilakukan oleh bakteri (Anonim, 1993).
22
2.6 Identifikasi
Mahluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT mempunyai bermacam-
macam bentuk dan ukuran. Demikian halnya dengan mikroba yang mempunyai
bentuk dan ukuran yang beragam. Meskipun begitu, mikroba tetap bisa
menjalankan proses-proses yang menunjang kehidupannya sebagai mahluk
uniseluler. Allah berkuasa menjadikan mereka dalam bentuk yang demikian
sederhana tapi tetap mampu bertahan hidup layaknya organisme tingkat tinggi.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Imran ayat 191 :
tÏ%©! $# tβρã� ä. õ‹tƒ ©!$# $ Vϑ≈uŠ Ï% #YŠθ ãèè% uρ 4’n? tã uρ öΝ ÎγÎ/θ ãΖã_ tβρã� ¤6x!tG tƒ uρ ’Îû È, ù= yz ÏN≡ uθ≈uΚ ¡¡9$# ÇÚ ö‘F{ $#uρ $ uΖ−/ u‘ $ tΒ
|Mø)n= yz #x‹≈ yδ WξÏÜ≈ t/ y7oΨ≈ ysö6 ß™ $ oΨÉ)sù z>#x‹tã Í‘$̈Ζ9$# ∩⊇⊇∪
“(yaitu) orang-orang yang menginggat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”ya Tuhan, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS.al-imran:191).
Satu dari sekian cara untuk menentukan peran bakteri, baik yang
menguntungkan ataupun merugikan dalam kehidupan adalah melalui proses
isolasi dan identifikasi. Prinsip isolasi bakteri adalah pemisahan suatu mikroba
dari mikroba lainnya sehingga diperoleh kultur murni yang berasal dari satu
konsorsium untuk diketahui jenisnya. Langkah awal dalam proses identifikasi
adalah pengamatan dan pencatatan ciri morfologi serta ciri lainnya. Identifikasi
bakteri didasarkan pada berbagai macam sifat bakteri seperti sifat biokimia,
morfologi koloni dan morfologi selnya. Menurut Lay (1994) mengamati
23
mikroorganisme berdasarkan bentuk, ukuran dan penataan tidaklah cukup untuk
melakukan identifikasi. Ciri lainnya seperti sifat pewarnaan, pola pertumbuhan
koloni dan reaksi pertumbuhan pada karbohidrat sangat membantu dalam proses
identifikasi mikroba.
2.7 Media Pertumbuhan Mikroba
Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk
menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-
bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga
memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan kimia sel mikroba relatif tetap, baik
unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel. Dari hasil analisis
kimia diketahui bahwa penyusun utama sel adalah unsur kimia C, H, O, N, dan P,
yang jumlahnya ± 95 % dari berat kering sel, sedangkan sisanya tersusun dari
unsur-unsur lain. Apabila dilihat susunan senyawanya, maka air merupakan
bagian terbesar dari sel, sebanyak 80-90 %, dan bagian lain sebanyak 10-20 %
terdiri dari protoplasma, dinding sel, lipida untuk cadangan makanan,
polisakarida, polifosfat, dan senyawa lain (Volk, dan Wheeler, 1993).
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan pada suatu substrat yang disebut
medium, setiap mikroorganisme membutuhkan medium tumbuh yang sesuai
dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa
mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang
hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti
24
gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat
kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks
lainnya (Volk, dan Wheeler, 1993).
Bagian terpenting dari suatu medium adalah nutrien yang merupakan
substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien adalah
degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium
harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon,
energi, mineral dan faktor tumbuh (Label, 2008).
Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur
tersebut diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang
jumlahnya berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan
mikroba misalnya diatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si) yang
biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan
kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya.
Natrium dalam kadar yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup
di laut yaitu algae hijau biru, dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat
digantikan oleh kation monovalen yang lain (Label, 2008).
Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat maupun
cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat
tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk
cair tergolong tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan
dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar
25
sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini dikenal
sebagai extracorporeal digestion (Anonim, 2001).
Bahan makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai
sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron.
Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu (1)
Air, air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah
sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air
berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme (2) Sumber
energy, ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau
anorganik yang dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari (3) Sumber
karbon, sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun
anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino,
asam organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa
anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama
terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi (4) Sumber aseptor electron, proses
oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari
substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus
ada suatu zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini
disebut aseptor elektron. Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada
mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa
organik, NO3-, NO2
-, N2O, SO4, CO2, dan Fe3+ (5) Sumber mineral, mineral
merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P.
unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur
26
mineral yang digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo,
Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur
yang digunakan dalam jumlah besar disebut unsur makro, dalam jumlah sedang
unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro. Unsur mikro sering
terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat masuk ke
dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu. Selain
berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur
tekanan osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi
(redox potential) medium (6) Faktor tumbuh, faktor tumbuh ialah senyawa
organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor, atau
penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber karbon
yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya
diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya
dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai
penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat; dan
vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim (7) Sumber nitrogen,
mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino,
protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada
jenis jasadnya. Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas
N2 (zat lemas) udara. Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen (Fardiaz,
2001).
Susunan dan kadar nutrisi suatu medium untuk pertumbuhan mikroba
harus seimbang agar mikroba dapat tumbuh optimal. Hal ini perlu dikemukakan
27
mengingat banyak senyawa yang menjadi zat penghambat atau racun bagi
mikroba jika kadarnya terlalu tinggi (misalnya garam dari asam lemak, gula, dan
sebagainya). Banyak alga yang sangat peka terhadap fosfat anorganik. Disamping
itu dalam medium yang terlalu pekat aktivitas metabolisme dan pertumbuhan
mikroba dapat berubah. Perubahan faktor lingkungan menyebabkan aktivitas
fisiologi mikroba dapat terganggu, bahkan mikroba dapat mati. Medium
memerlukan kemasaman (pH) tertentu tergantung pada jenis jasad yang
ditumbuhkan. Aktivitas metabolisme mikroba dapat mengubah pH, sehingga
untuk mempertahankan pH medium ditambahkan bahan buffer. Beberapa
komponen penyusun medium dapat juga berfungsi sebagai buffer (Label, 2008).
2.7.1 Macam Medium Pertumbuhan
Menurut Sumarsih 2003, mengatakan bahwa untuk menumbuhkan bakteri
terdapat bermacam-macam medium yang dapat digunakan, diantaranya adalah (1)
Medium dasar/ basal mineral, medium dasar adalah medium yang mengandung
campuran senyawa anorganik. (2) Medium sintetik, medium sintetik adalah
medium yang seluruh susunan kimia dan kadarnya telah diketahui dengan pasti
(3) Medium kompleks, medium kompleks adalah medium yang susunan kimianya
belum diketahui dengan pasti. (4) Medium diperkaya, medium diperkaya adalah
medium yang ditambah zat tertentu yang merupakan nutrisi spesifik untuk jenis
mikroba tertentu. Medium ini digunakan untuk membuat kultur diperkaya
(enrichment culture) dan untuk mengisolasi mikroba spesifik, dengan cara
mengatur faktor lingkungan (suhu, pH, cahaya), kebutuhan nutrisi spesifik dan
28
sifat fisiologinya. Dengan demikian dapat disusun medium diperkaya untuk
bakteri yang bersifat kemoheterotrof, kemoototrof, fotosintetik, dan untuk mikroba
lain yang bersifat spesifik.
2.7.2 Medium Selektif
Media selektif (selektif medium) /media penghambat adalah media yang
ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan
mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang
mengandung kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan
bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram negatif.
Media ini selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga
media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang
pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium
yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan
menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline Salt broth yang ditambah NaCl
4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.
Media ini dipakai untuk menyeleksi mikrorganisme sesuai dengan yang
diinginkan, jadi hanya satu jenis mikrorganisme saja yang dapat tumbuh dalam
media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja. Contohnya EMB (Eosin
Metilen Blue) Agar, Mac Conkey Agar (MCA), Media selektif untuk isolasi dan
identifikasi bakteri Gram negatif terutama bakteri yang berasal dari tinja dan urin.
Salmonella Shigella Agar (SSA), Merupakan media yang mempunyai selektif
tinggi untuk isolasi salmonella sp. (Asmuin, 1996).
29
Media selektif yang sering digunakan dalam penelitian ini, antara lain (1)
Eosin metilen blue (EMB), seperti namanya, berisi zat warna eosin dan metilen
biru agar. EMB adalah selektif karena zat warna anilin dalam media ini ungu
menghambat pertumbuhan organisme Gram-positif. Laktosa fermentor
memetabolisme laktosa dalam media dan menghasilkan produk samping asam
yang menyebabkan perubahan warna di koloni itu. Jadi, EMB juga merupakan
media diferensial. Asam kuat yang di produksi oleh organisme seperti E. coli
akan menghasilkan warna kemilau hijau metalik pada medium tersebut. Bakteri
yang memfermentasi laktosa, akan muncul dengan koloni dengan warna ungu-
merah muda, sedangkan koloni dari fermentor non laktosa tetap tidak berwarna,
atau setidaknya tidak lebih gelap dari warna media (Johnson,1998) (2) Thiosulfate
Citrate Bilesalt Sucrose Agar (TCBSA), merupakan media selektif untuk
pertumbuhan bakteri dari genus Bacillus (Anonim, 2010) (3) MRSA Sering
disingkat MRS, yaitu medium pertumbuhan genus Lactobacillus yang dinamai
sesuai nama penemunya, de Man, Rogosa dan Sharpe. Media ini mulai
dikembangkan pada tahun 1960, dan dirancang untuk mendukung pertumbuhan
Lactobacillus dalam skala laboratorium. Media ini mengandung natrium asetat
yang dapat menekan pertumbuhan bakteri lainnya. (4) Pseudomonas selective
isolation (PSI) merupakan media selektif bagi pertumbuhan genus pseudomonas,
media ini mengandung 350 mikrogram nitrofurantoin dan 2 mikrogram crystal
violet per ml medium (Anonim, 2010).
30
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara
identifikasi bakteri dari probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.
3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan optik Jurusan
Biologi Fakultas Saintek UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mulai bulan April-
Juli 2010.
3.3 Obyek Penelitian
Obyek dari penelitian ini adalah identifikasi bakteri probiotik yang
berpotensi sebagai biodekomposer.
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, inkubator, oven,
LAF, lemari es, tabung reaksi, rak tabung reaksi, bunsen, timbangan digital,
mikroskop optik, tusuk gigi, karet pentil, plastik tahan panas, botol mensen, botol
selai, kertas label, kertas pembungkus, alumunium foil, plastik wrapping, obyek
glass, deck glass, kapas, jarum ose, spreader, gelas ukur, cawan petri, pipet hisap,
31
termometer, erlenmeyer, beaker glass, mikropipet, mikro tip, stirer, pemanas
listrik dan panci.
3.4.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain produk
probiotik dari Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Hama Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, media NA, media EMB, media PSI,
Media TCBSA, media MRSA, larutan pepton 0,05%, alkohol 95%, spiritus,
aquades, methilen blue, iodium, safranin, malacnite green 5%, amonium oxalate,
pottasium iodine, sodium bicarbonate, KOH 3%, K202 dan crystal violet.
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu
dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas cokelat
kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf untuk di sterilisasi dengan suhu 121ºC
dan tekanan 15 psi (per square inchi) selama 15 menit. Untuk alat yang tidak
tahan terhadap panas tinggi cukup disterilisasi dengan alkohol 70%.
32
3.5.2 Uji Pendahuluan
3.5.2.1 Pembuatan Media NA
Cara kerja untuk pembuatan medium NA yaitu menyiapkan bahan-bahan
yang digunakan untuk pembuatan media ini, antara lain beef ekstrak 3 g, pepton 5
g, agar-agar 17 g dan aquades 1000 ml, memasukan semua bahan tersebut
kedalam tabung erlenmeyer dan dipanaskan hingga homogen, menutup dengan
kapas, dibekukan dan di sterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121ºC,
tekanan 15 psi selama 15 menit kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 24
jam.
3.5.2.2 Pembuatan Pepton 0,05%
Cara kerja untuk pembuatan pepton 0,05% yaitu menyiapkan 0,5 g pepton
dan 1000 ml aquades, keduanya dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer,
dihomogenkan dengan panas sedang kemudian dituang masing-masing 9 ml
kedalam tabung reaksi dan media kembali dsterilisasi.
3.5.2.3 Skrining
Cara kerja untuk skrining yaitu menyiapkan media pepton 0,05% 9 ml
sebanyak 10 tabung, melakukan pengenceran mulai 10-1 s/d 10-10 secara aseptis,
hasil pengenceran diinkubasi pada suhu 37ºC selama 1 jam, selanjutnyadisiapkan
cawan petri berisi media NA sebanyak 30 buah, sampel yang telah diencerkan
masing-masing diambil 100µl dengan menggunakan mikropipet kemudian
dituang kedalam cawan petri dan dihomogenkan menggunakan metode cawan
33
tebar, masing-masing pengenceran diulang sebanyak 3 kali dan diinkubasi selama
24 jam.
3.5.2.4 Isolasi
Cara kerja untuk isolasi yaitu menghitung dan menandai mikroba yang
tumbuh dari hasil skrining, menyiapkan cawan petri berisi media NA, masing-
masing cawan petri dibagi menjadi empat zona dan ditandai, selanjutnya mikroba
yang sudah ditandai sesuai urutan diambil menggunakan tusuk gigi dan
dipindahkan kedalam cawan petri dengan metode spot technique, hasil isolasi
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
3.5.2.5 Purifikasi
Cara kerja untuk purifikasi yaitu mengamati pertumbuhan koloni mikroba
hasil isolasi dan ditandai masing-masing koloni yang dianggap berbeda;
memurnikan koloni mikroba yang telah ditandai dengan metode streak technique
untuk selanjutnya diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
3.5.3 Konfirmasi
Konfirmasi jenis mikroba yang terdapat pada sampel dilakukan dengan
cara melakukan beberapa uji, diantaranya :
3.5.3.1 Pewarnaan Gram
Cara kerja untuk pewarnaan gram yaitu menyiapkan kaca benda yang
telah ditetesi aquades, sampel mikroba diambil menggunakan jarum ose kemudian
34
dihomogenkan diatas kaca benda untuk selanjutnya di fiksasi (pemanasan sampel
diatas api agar mikroba yang akan diwarnai melekat ke kaca benda), sampel
ditetesi dengan crystal violet, dibiarkan selama 1 menit dan dicuci dengan aquades
mengalir, sampel ditetesi dengan iodine, dibiarkan selama 1 menit dan dicuci
dengan aquades mengalir, sampel ditetesi dengan alkohol 95%, dicuci dengan
aquades mengalir, sampel ditetesi dengan safranin, dibiarkan selama 1 menit dan
dicuci dengan aquades mengalir, sisa air dilap menggunakan tissue dan dilakukan
pengamatan dibawah mikroskop dengan bantuan minyak emersi. Bakteri yang
biru ungu merupakan bakteri gram positif dan bakteri yang berwarna merah ungu
merupakan bakteri gram negatif.
3.5.3.2 Pewarnaan Endospora
Cara kerja untuk pewarnaan endospora yaitu, disiapkan panci berisi air
mendidih, menyiapkan kaca benda yang telah ditetesi aquades, sampel mikroba
diambil menggunakan jarum ose, dihomogenkan, kemudian difiksasi diatas api
selanjutnya sampel diletakkan diatas panci berisi air mendidih, ditetesi malacyte
green 5% dan didiamkan selama 3 menit (selama didiamkan diatas air mendidih,
sampel dijaga agar tidak mengering dengan meneteskan malacyte green 5%
secara berkala), selanjutnya sampel dicuci menggunakan aquadest mengalir,
ditetesi dengan safranin, didiamkan 3 menit dan dicuci menggunakan aquadest
mengalir, sisa air dilap menggunakan tissue dan diamati dibawah mikroskop
dengan bantuan minyak emersi. Bakteri dianggap memiliki endospora bila pada
bagian tengah bakteri yang terwarnai safranin terdapat warna hijau.
35
3.5.3.3 Uji Katalase
Cara kerja untuk uji katalase yaitu menyiapkan kaca benda yang telah
ditetesi K2O2, mengambil sampel mikroba menggunakan tusuk gigi,
mencelupkan sampel mikroba kedalam tetesan K2O2, hasil positif bila terjadi
reaksi gelembung dan negatif bila tidak terjadi reaksi apapun.
3.5.3.4 Uji Asam/Basa
Cara kerja untuk asam/basa yaitu menyiapkan kaca benda yang telah
ditetesi aquades, mengambil sampel mikroba menggunakan jarum ose,
meletakkan sampel mikroba diatas kaca benda dan dihomogenkan, melakukan
fiksasi (pemanasan sampel diatas api agar mikroba yang akan diwarnai melekat ke
kaca benda), setelah preparat kering, meletakkan preparat pada saringan diatas air
mendidih, metesi dengan karbol fuchin, dan mendiamkan selama 3-5 menit;
membilas dengan menggunakan air mengalir, menetesi preparat dengan alkohol
95% selama 10-15 detik, kemudian membilas menggunakan air mengalir,
menetesi preparat dengan crystal vioilet, biarkan selama 1 menit kemudian bilas
menggunakan air mengalir; mengelap sisa air dengan menggunakan tissue dan
diamati dibawah mikroskop dengan bantuan minyak emersi, bakteri yang
bersifat asam ditandai dengan warna merah muda dan bakteri yang bersifat basa
akan nampak berwarna ungu.
36
3.5.3.5 Uji Stric Aerob/Anaerob
Cara kerja untuk stric aerob/anaerob yaitu mengisi tabung reaksi dengan
Nutrien Broth (NB) masing-masing 5 ml, semua medium dan bahan lain seperti
aquadest disterilisasi menggunakan autoklaf, kemudian diinkubasi selama 2x24
jam, jika medium tetap jernih berarti medium tersebut steril dan dapat digunakan,
koloni bakteri yang akan diperiksa diambil secara aseptik kemudian diinokulasi
kedalam medium cair. Tiap macam suspensi bakteri diinokulasi ke dalam 2
tabung medium cair sebanyak 1 ose, dihomogenkan dan diinkubasi selama 1x24
jam, bakteri yang bersifat aerob akan tumbuh dipermukaan media dan bakteri
yang berifat anaerob akan tumbuh di dasar media, sedangkan bakteri yang bersifat
anaerob fakultatif akan tumbuh menyebar.
3.5.3.6 Uji Oksidase Test
Cara kerja untuk oksidase test yaitu sebanyak 1 ose koloni bakteri diambil
dari medium NA, kemudian digoreskan pada kertas oxidase test strip, perubahan
warna yang terjadi pada test strip tadi diamati setelah didiamkan selama 20-60
detik, apabila terjadi perubahan warna menjadi biru violet maka oxidase test
dinyatakan positif. Sedangkan bila tidak terjadi perubahan warna maka oxidase
test dinyatakan negatif.
37
3.5.3.7 Uji Gugus Fermentasi
Cara kerja untuk gugus fermentasi yaitu menginokulasi bakteri pada
setengah bagian medium lempeng agar, sedangkan setengah bagian yang tersisa
dipakai untuk kontrol. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 x 24 jam,
selanjutnya larutan fermentasi dituang kepermukaan medium dan diperhatikan
warna yang terjadi di sekeliling goresan garis inokulasi. Bagian jernih di
sekeliling koloni bakteri menunjukkan adanya gugus fermentasi oleh bakteri
tersebut, sedangkan bagian lainnya berwarna gelap.
3.5.4 Uji Pemastian Menggunakan Media Selektif
3.5.4.1 EMB
Cara kerja untuk skrining menggunakan media EMB yaitu menyiapkan
media pepton 0,05% 9 ml sebanyak 10 tabung, melakukan pengenceran sampel
mulai 10-1 s/d 10-10 secara aseptis, hasil pengenceran diinkubasi pada suhu 37ºC
selama 1 jam, selanjutnya disiapkan cawan petri berisi media EMB sebanyak 30
buah, diambil sampel yang telah diencerkan masing-masing diambil 100µl dengan
menggunakan mikropipet kemudian dituang ke dalam cawan petri dan
dihomogenkan menggunakan metode cawan tebar, masing-masing pengenceran
diulang 3 kali dan diinkubasi selama 24 jam, koloni yang tumbuh dihitung
menggunakan colony counter.
38
3.5.4.2 TCBSA
Cara kerja untuk skrining menggunakan media TCBSA yaitu menyiapkan
media pepton 0,05% 9 ml sebanyak 10 tabung, melakukan pengenceran sampel
mulai 10-1 s/d 10-10 secara aseptis, hasil pengenceran diinkubasi pada suhu 37ºC
selama 1 jam, selanjutnya disiapkan cawan petri berisi media TCBSA sebanyak
30 buah, diambil sampel yang telah diencerkan masing-masing diambil 100µl
dengan menggunakan mikropipet kemudian dituang ke dalam cawan petri dan
dihomogenkan menggunakan metode cawan tebar, masing-masing pengenceran
diulang 3 kali dan diinkubasi selama 24 jam, koloni yang tumbuh dihitung
menggunakan colony counter.
3.5.4.3 MRSA
Cara kerja untuk skrining menggunakan media MRSA yaitu menyiapkan
media pepton 0,05% 9 ml sebanyak 10 tabung, melakukan pengenceran sampel
mulai 10-1 s/d 10-10 secara aseptis, hasil pengenceran diinkubasi pada suhu 37ºC
selama 1 jam, selanjutnya disiapkan cawan petri berisi media MRSA sebanyak 30
buah, diambil sampel yang telah diencerkan masing-masing diambil 100µl dengan
menggunakan mikropipet kemudian dituang ke dalam cawan petri dan
dihomogenkan menggunakan metode cawan tebar, masing-masing pengenceran
diulang 3 kali dan diinkubasi selama 24 jam, koloni yang tumbuh dihitung
menggunakan colony counter.
39
3.5.4.4 PSI
Cara kerja untuk skrining menggunakan media PSI yaitu menyiapkan
media pepton 0,05% 9 ml sebanyak 10 tabung, melakukan pengenceran sampel
mulai 10-1 s/d 10-10 secara aseptis, hasil pengenceran diinkubasi pada suhu 37ºC
selama 1 jam, selanjutnya disiapkan cawan petri berisi media PSI sebanyak 30
buah, diambil sampel yang telah diencerkan masing-masing diambil 100µl dengan
menggunakan mikropipet kemudian dituang ke dalam cawan petri dan
dihomogenkan menggunakan metode cawan tebar, masing-masing pengenceran
diulang 3 kali dan diinkubasi selama 24 jam, koloni yang tumbuh dihitung
menggunakan colony counter.
3.6 Pengumpulan dan Analisis Data
Data secara kualitatif diperoleh dengan cara melakukan identifikasi bakteri
probiotik yang berpotensi menjadi bahan biodekomposer selanjutnya data akan
dianalisis menggunakan analisis deskriptif.
40
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Identifikasi Bakteri Probiotik yang Berpotensi sebagai Bahan Biodekomposer
Berdasarkan hasil identifikasi bakteri probiotik yang berpotensi sebagai
bahan biodekomposer, ditemukan sebanyak 7 genus, diantaranya Bacillus,
Lactobacillus, Pseudomonas, Mikrococcus, Escherichia, Aerococcus, dan
Sphaerophorus.
Untuk memperoleh data genus, dilakukan identifikasi bakteri probiotik
yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer tercantum pada Tabel 4.1 dan
Tabel 4.2
Tabel 4.1 Hasil Skrining, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik yang Berpotensi sebagai Bahan Biodekomposer
Kode Bentuk Gram Endospora Catalase Stric aerob/
anaerob
Fast/acid Oksidase Gugus fermentation
A.03 B + + + Aerob - + -
A.10 B + - - Anaerob F + + -
A.30 B - - + Aerob + - -
B.21 B + + + Aerob - + -
B.24 B + + + Aerob - + - B.25 B + + + Aerob - + -
B.27 C + - + Aerob - + -
C.05 B - - + Anaerob F + - - C.14 C + - - Anaerob F - - -
C.21 B + - + Anaerob F + + - C.29 B - - + Anaerob F + - - C.34 B - - + Anaerob F + - - C.35 C + - + Aerob - - -
Keterangan : Asam : (+) (Merah) Basa : (-) (Biru)
41
Tabel 4.2 Hasil Skrining, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik yang Berpotensi sebagai Bahan Biodekomposer
Morfologi Sel
A03 A10 A30 B21 B.24 B.25 B27 C.05 C14 C21 C.29 C.34 C.35
Bentuk B B B B B B C B C B B B C
Ukuran L L P L L L L P P P P L P
Susunan S S S S S S S S S S S S S Endospora + - - + + + - - - - - - -
Keterangan : B (basil) C (coccus) L (panjang) P (Pendek) S (single colony) + (ada endospora) - (tidak ada endospora) Beberapa jenis bakteri dari produk probiotik yang berpotensi sebagai
biodekomposer dapat diuraikan ciri morfologi koloni maupun morfologi sel secara
mikroskopisnya. Koloni yang ditemukan diberi kode isolat A.03, A.10, A.30,
B.21, B.24, B.25, B.27, C.5, C.14, C.21, C.29, C.34, dan C.35.
1. Isolat A.03
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih susu/agak
krem, bentuk tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul,
permukaan mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega, bentuk
pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara mikroskopis spesies ini
mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, bergerak, mempunyai
endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,560 µm, diameter 0,269 µm,
respirasi aerob, katalase positif, gugus fermentasi negatif, aerob, basa, dan
oksidase positif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Bacillus,
group 18 (Berbentuk Batang, Berendospora, Gram Positif) (Bergeys, 1994).
(Lihat Lampiran 2, Gambar 1).
42
2. Isolat A.10
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk
tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan
mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega. Sedangkan secara
mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, tidak
motil, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,312 µm,
respirasi anaerob fakultatif, katalase negatif, asam, dan oksidase positif.
Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Lactobacillus, group 19
(Berbentuk Batang, Tidak Berendospora, Gram positif) (Bergeys, 1994). (Lihat
Lampiran 2, Gambar 2).
3. Isolat A.30
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna kekuningan,
bentuk bundar, tepi berombak, elevasi datar, permukaan suram, diameter1,5-2
mm, pekat, bentuk pada medium miring serupa pedang. Sedangkan secara
mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram negatif,
tidak berkapsula, tidak berspora, bergerak, respirasi aerob, katalase positif, asam,
oksidase negatif dan panjang 1 µm serta diameter 0,5 µm. Berdasarkan ciri di
atas, bakteri ini termasuk genus Pseudomonas (Amar, 2001). (Lihat Lampiran 2,
Gambar 3).
4. Isolat B.21
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih susu/agak
krem, bentuk tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul,
permukaan mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega, bentuk
43
pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara mikroskopis spesies ini
mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, bergerak, mempunyai
endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,560 µm, diameter 0,269 µm,
respirasi aerob, katalase positif, gugus fermentasi negatif, aerob, basa, dan
oksidase positif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Bacillus,
group 18 (endospor forming, gram positif, rots) (Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran
2, Gambar 4).
5. Isolat B.24
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih susu/agak
krem, bentuk tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul,
permukaan mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega, bentuk
pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara mikroskopis spesies ini
mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, bergerak, mempunyai
endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,560 µm, diameter 0,269 µm,
respirasi aerob, katalase positif, gugus fermentasi negatif, aerob, basa, dan
oksidase positif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Bacillus,
group 18 (Berbentuk Batang, Berendospora, Gram Positif) (Bergeys, 1994).
(Lihat Lampiran 2, Gambar 5).
6. Isolat B.25
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih susu/agak
krem, bentuk tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul,
permukaan mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega, bentuk
pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara mikroskopis spesies ini
44
mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, bergerak, mempunyai
endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,560 µm, diameter 0,269 µm,
respirasi aerob, katalase positif, gugus fermentasi negatif, aerob, basa, dan
oksidase positif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Bacillus,
group 18 (Berbentuk Batang, Berendospora, Gram Positif) (Bergeys, 1994).
(Lihat Lampiran 2, Gambar 6).
7. Isolat B.27
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna krem dengan
tepian bening, bentuk L, tepi licin, elevasi seperti tombol, permukaan mengkilat,
diameter 1,5 mm, pekat, bentuk pada medium miringserupa pedang. Sedangkan
secara mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk kokus, gram
positif, tidak berkapsula, tidak berspora, tidak bergerak, respirasi aerob, katalase
positif, basa, oksidase positif dan diameter 2,5 µm. Berdasarkan ciri di atas,
bakteri ini termasuk genus Mikrococcus, group 17 (gram positif, coccus)
(Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran 2, Gambar 7).
8. Isolat C.05
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk
tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan
mengkilat, pekat, bentuk pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara
mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram negatif,
bergerak, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, respirasi anaerob
fakultatif, asam, dan oksidase negatif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini
45
termasuk genus Escherichia, group 5 (anaerob fakultatif, gram negatif, batang)
(Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran 2, Gambar 8).
9. Isolat C.14
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk
tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan
mengkilat, kepekatan seperti mentega. Sedangkan secara mikroskopis spesies ini
mempunyai ciri selnya berbentuk kokus, gram positif, bergerak, tidak mempunyai
endospora, tidak berkapsula, ukuran pendek, respirasi anaerob fakultatif, catalase
negatif, basa,oksidase negatif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus
Aerococcus, group 17 (gram positif, coccus) (Bergeys, 1988). (Lihat Lampiran 2,
Gambar 9).
10. Isolat C.21
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk
tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan
mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega. Sedangkan secara
mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, tidak
motil, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,312 µm,
respirasi anaerob fakultatif, katalase negatif, asam, dan oksidase positif.
Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Lactobacillus, group 19 (tidak
berspora, gram positif, batang) (Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran 2, Gambar 10).
11. Isolat C.29
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk
tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan
46
mengkilat, pekat, bentuk pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara
mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram negatif,
bergerak, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, respirasi anaerob
fakultatif, asam, dan oksidase negatif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini
termasuk genus Escherichia, group 5 (anaerob facultatif, gram negatif, batang)
(Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran 2, Gambar 11).
12. Isolat C.34
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk
tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan
mengkilat, pekat, bentuk pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara
mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram negatif,
bergerak, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, respirasi anaerob
fakultatif, asam, dan oksidase negatif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini
termasuk genus Escherichia, group 5 (anaerob facultatif, gram negatif, batang)
(Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran 2, Gambar 12).
13. Isolat C.35
Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna krem,tepi siliat,
elevasi seperti tombol, permukaan mengkilat, diameter 1,5-2 mm, tidak pekat.
Sedangkan secara mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk
kokus, gram negatif, tidak berkapsula, tidak berspora, tidak bergerak, respirasi
aerob, katalase positif, basa, oksidase negatif dan diameter 5 µm. Berdasarkan ciri
di atas, bakteri ini termasuk genus Sphaerophorus (Bergeys, 1994). (Lihat
Lampiran 2, Gambar 13).
47
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spesies yang berkode A.03, A.10,
B.24, dan B.25 dengan Genus Bacillus adalah jenis bakteri probiotik yang paling
dominan keberadaannya, dan berpotensi menjadi salah satu bakteri penyusun
bahan biodekomposer.
4.1.2 Genus Beberapa Bakteri Probiotik yang Berpotensi sebagai Bahan Biodekomposer Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spesies yang berkode A.03, A.10,
B.24, dan B.25 dengan genus Bacillus adalah yang paling dominan keberadaannya
pada produk probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer dari
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya dan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Total Koloni Bakteri
No Nama Genus Jenis Medium Angka Rerata (cfu/µl) I II III IV
1 Bacillus + 4,48.107 2 Lactobacillus + 3,27.10� 3 Pseudomonas + 2,97.106 4 Micrococcus + 1,86.105 5 Escherichia + 1,86.105 9 Aerococcus + 3,27.10� 13 Sphaerophorus + 1,86.105
Keterangan : Tanda + (Ada) Tanda – (Tidak ada) Jenis Medium I : EMB II : PSI III : MRSA IV : TCBSA Seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 bahwa Bacillus dengan kode A.03,
mempunyai angka rerata yang paling tinggi yaitu 4,48.107 cfu/ml, yang berarti
48
keberadaannya paling dominan produk probiotik yang berpotensi sebagai bahan
biodekomposer dari Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Hama Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya sedangkan Escherichia dengan angka
rerata 1,86.105 cfu/ml merupakan genus yang paling rendah keberadaannya pada
produk probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer dari
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya.
4.2 Pembahasan
Identifikasi merupakan proses untuk mengetahui, menentukan dan
menempatkan suatu organisme ke dalam tingkatan taksa tertentu dengan
membandingkan karakter yang dimilikinya dengan organisme lain yang telah
diketahui. Identifikasi dapat dilakukan dengan dua metode pendekatan, yaitu
pendekatan konvensional dan pendekatan molekuler. Tujuan dari uji-uji
identifikasi adalah untuk mengetahui karakteristik genus dan spesies dari suatu
bakteri uji, identifikasi jenis menggunakan semua sifat yang berkaitan dengan
jenis. Hal ini mencakup morfologi, daya gerak, sifat biokimia, kebutuhan akan
oksigen, reaksi pewarnaan gram dan beberapa sifat kekebalan (Lay, 1994).
Mempelajari ayat-ayat Allah SWT, baik yang tersirat maupun tersurat
merupakan kewajiban manusia sebagai makhluk yang berakal agar senantiasa
mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap kejadian, hal ini ditegaskan dalam
QS Shaad ayat 27 yang berbunyi:
49
$tΒ uρ $uΖ ø) n= yz u !$yϑ ¡¡9 $# uÚö‘ F{ $#uρ $tΒ uρ $yϑ åκ s]÷� t/ WξÏÜ≈t/ 4 y7 Ï9≡sŒ ÷sß tÏ% ©!$# (#ρã�x� x. 4 ×≅ ÷ƒuθsù tÏ% ©# Ïj9 (#ρã� x�x. zÏΒ Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊄∠∪
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka” (QS. Shaad: 27). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa beberapa jenis bakteri
probiotik yang berpotensi sebagai biodekomposer ditemukan 13 jenis isolat yaitu
isolat bakteri dengan kode A.03, B.21, B.24, dan B.25 termasuk dalam genus
Bacillus yang dapat terdeteksi dari uji konfirmasi yang meliputi pewarnaan gram,
pewarnaan endospora, katalase, streak aerob/anaerob, asam/basa dan gugus
fermentasi serta uji pemastian menggunakan medium pertumbuhan selektif
TCBSA, isolate dengan kode A.10 dan C.21 termasuk dalam genus Lactobacillus
dan isolate dengan kode C.14 termasuk dalam genus Aerococcus, yang dapat
terdeteksi dari uji konfirmasi dan pemastiannya menggunakan medium
pertumbuhan selektif medium MRSA. Berdasarkan ciri-ciri morfologi dan hasil
uji konfirmasi, isolate dengan kode A.30 termasuk dalam genus Pseudomonas, hal
ini diperkuat dengan adanya uji pemastian menggunakan medium PSI. Isolate
dengan kode B.27 termasuk dalam genus Micrococcus, isolate dengan kode C.05,
C.29, dan C.34 termasuk dalam genus Escherichia sedangkan isolat C.35
termasuk dalam genus Sphaerophorus yang seluruhnya dapat tumbuh pada
medium pertumbuhan selektif EMB. Hal ini menunjukkan bahwa tiap genus
memiliki ciri khas pertumbuhan pada media yang bersifat selektif. Menurut
50
Asmuin (1996) Media selektif/media penghambat adalah media yang ditambah zat
kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain
sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu.
Piloki (2000) menjelaskan bahwa Bacillus merupakan genus bakteri
berbentuk batang, memiliki endospora, dan merupakan satu-satunya bakteri
batang yang aerob, sedangkan pada Familia Bacillaceae batang berspora lainnya
bersifat mikroaerofilik (Sporolactobacillus) atau anaerob (Clostridium). Selain
dapat ditemukan pada lingkungan yang banyak makhluk hidup mati, genus
bacillus juga dapat ditemukan di daerah lumpur dengan kondisi buruk, terutama
pH (3-4) yaitu dengan spesies-spesies Bacillus caldolyticus, dan Bacillus
caldotenax II. Menurut Kusnaidi, dkk. 2003 Mikroba yang berperan sebagai
redusen (decomposer) berperan menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad
hidup yang mati menjadi unsur-unsur kimia (mineralisasi bahan organik),
sehingga bakeri-bakteri dari genus Bacillus sering kali ditemukan pada proses
dekomposisi bahan organik.
Bakteri-bakteri anggota genus Pseudomonas bersifat saprofit banyak
ditemukan di dalam air, tanah dan tempat–tempat ditemukannya organisme yang
sedang mengalami pembusukan. Beberapa spesies dari Pseudomonas dapat
menghasilkan pigmen hijau kuning yang dapat memancarkan sinar (Warren &
Ernest, 1989). Genus ini memegang peranan penting dalam meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dengan
mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Endah, 2004).
Selain itu, genus ini biasanya menjadi penyebab infeksi sekunder yang
51
menyebabkan lesi bernanah dan peradangan. Salah satu spesies yang patogen
adalah Pseudomonas aeruginosa (Warren & Ernest, 1989). Selain terdapat dalam
tanah, genus ini juga terdapat dalam sumber air panas dan sumur bangko minyak
bumi yang bersuhu tinggi (Pikoli, 2004).
Bakteri Micrococcus selain dapat menambat N juga menghasilkan thiamin,
riboflavin, nicotin indol acetic acid dan giberelin yang dapat mempercepat
perkecambahan bila diaplikasikan pada benih dan merangsang regenerasi bulu-
bulu akar sehingga penyerapan unsur hara melalui akar menjadi optimal
(Perry,2005). Metabolit mikroba yang bersifat antagonis bagi mikroba lainnya
seperti antibiotik dapat pula dimanfaatkan untuk menekan mikroba patogen tular
tanah, di sekitar perakaran tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mikroba tanah melakukan immobilisasi berbagai unsur hara sehingga dapat
mengurangi hilangnya unsur hara melalui pencucian. Unsur hara yang
diimobilisasi diubah sebagai massa sel mikroba dan akan kembali lagi tersedia
untuk tanaman setelah terjadi mineralisasi yaitu apabila mikroba mati (Holt, et al,
1994).
Selain bakteri Pseudomonas, Bacillus, Brevibacterium dan Seralia, bakteri
Escherichia merupakan salah satu mikroba pelarut fosfat (Gupte, 1990). Mikroba
pelarut fosfat bersifat menguntungkan karena mengeluarkan berbagai macam
asam organik seperti asam formiat, asetat, propional, laktat, glikolat, fumarat, dan
suksinat. Asam-asam organik ini dapat membentuk khelat organik (kompleks
stabil) dengan kation Al, Fe atau Ca yang mengikat P sehingga ion H2PO4-,
menjadi bebas dari ikatannya dan tersedia bagi tanaman untuk diserap.
52
Aerococcus dan Lactobacillus merupakan penghasil asam laktat yang pada
proses dekomposisi berperan sebagai penghambat bakteri pathogen dan dapat
menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat berfungsi sebagai antibakteri
(Suriawiria, 1983). Sphaerophorus dapat digunakan sebagai agen pembusuk
alami, yang akan mendekomposisi sampah-sampah organik menjadi materi
anorganik sehingga dapat mengurangi kuantitas sampah, menyuburkan tanah dan
dapat menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan (Anonim, 2004).
Peran mikroba dalam biodekomposer berdasarkan strukturnya belum
banyak diketahui tetapi genus mikroba yang ada dalam produk probiotik
mempunyai persamaan dengan genus yang berperan pada proses pengomposan
yaitu Bacillus, Lactobacillus, Micrococcus, Escherichia, dan Aerococcus. Peran
lain mikroba dalam bidang pertanian antara lain dalam teknologi kompos bioaktif
dan dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman (biofertilizer).
Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba
lignoslulotik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai
agensia hayati pengendali penyakit tanaman. Teknologi kompos bioaktif ini
menggunakan mikroba biodekomposer yang mampu mempercepat proses
pengomposan dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Mikroba akan
tetap hidup dan aktif di dalam kompos, dan ketika kompos tersebut diberikan ke
tanah, mikroba akan berperan agensia pengendali hama (Ali, 2008).
Pemanfaatan mikroba sebagai bioaktivator pengomposan dan aplikasinya
pada tanah merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan manusia untuk
53
memperbaiki kondisi lingkungan hidupnya menjadi lebih baik karena dalam QS
al-anfaal ayat 53 Allah SWT berfirman
y7Ï9≡ sŒ �χr'Î/ ©!$# öΝ s9 à7tƒ #Z�Éi� tó ãΒ ºπ yϑ ÷èÏoΡ $ yγyϑ yè ÷Ρ r& 4’ n? tã BΘöθ s% 4 ®Lym (#ρç� Éi� tóム$tΒ öΝ ÍκŦ à�Ρ r'Î/ � āχr&uρ ©!$# ìì‹ Ïϑ y™ ÒΟŠÎ= tæ
∩∈⊂∪
“(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Al-anfaal ayat 53)
Pada ayat diatas, disebutkan bahwa Allah tidak akan berusaha mengubah
nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau berusaha mengubahnya.
Memperbaiki tekstur dan kondisi tanah menjadi lebih baik merupakan bentuk dari
usaha manusia memperbaiki nasib, karena dari tanah yang subur manusia bisa
mendapatkan hasil pertanian yang lebih baik, hal ini sesuai oleh firman Allah
SWT dalam QS Al-a’raf ayat 58 yang berbunyi
à$ s# t7ø9$#uρ Ü=Íh‹ ©Ü9$# ßlã� øƒ s† … çµè?$ t6 tΡ ÈβøŒÎ* Î/ ϵ În/ u‘ ( “Ï% ©!$#uρ y]ç7 yz Ÿω ßl ã�øƒ s† āωÎ) #Y‰Å3tΡ 4 y7Ï9≡ x‹Ÿ2 ß∃Îh� |ÇçΡ ÏM≈tƒ Fψ$# 5Θöθ s)Ï9
tβρá�ä3ô±o„ ∩∈∇∪
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah, dan tanah yang tidak subur , tanaman-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur” (QS Al-a’raf ayat 58)
Hasil penelitian ini telah berhasil mengungkapkan tentang
keanekaragaman genus bakteri, untuk itulah perluh dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang mikroba lain (selain bakteri) yang terdapat dalam produk probiotik.
Selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian lebih lanjut
54
untuk sifat-sifat bakteri agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
misalnya pemanfaatan enzim bakteri untuk keperluan industri, menjadi produk-
produk bioteknologi berbasis mikroba seperti produk biodekomposer dan
bioremediasi lingkungan yang dapat membantu perbaikan kesuburan tanah.
Sebagaimana perintah Allah SWT pada QS Huud ayat 61:
* 4’n< Î) uρ yŠθ ßϑ rO öΝ èδ%s{r& $ [sÎ=≈ |¹ 4 tΑ$ s% ÉΘöθ s)≈ tƒ (#ρ߉ç6 ôã $# ©!$# $ tΒ / ä3s9 ôÏiΒ >µ≈ s9Î) …çνç� ö� xî ( uθ èδ Ν ä. r't±Ρ r& zÏiΒ ÇÚ ö‘F{ $#
óΟä. t� yϑ ÷ètG ó™ $#uρ $ pκ�Ïù çνρã� Ï�øó tFó™ $$ sù ¢ΟèO (#þθ ç/θè? ϵ ø‹ s9Î) 4 ¨βÎ) ’În1u‘ Ò=ƒÌ� s% Ò=‹Åg ’Χ ∩∉⊇∪
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS Huud ayat 61)
Berbagai macam mikroba yang ditemukan dalam produk probiotik yang
berpotensi sebagai biodekomposer ini menunjukkan bahwa ciptaan Allah di bumi
ini sangat beragam menurut bentuk maupun fungsinya, namun semua makhluk
yang diciptakan Allah SWT tidak ada satu pun yang tidak membawa manfaat. Hal
ini kembali diperjelas dalam Al-Qur’an surat Al-imran ayat 191
tÏ% ©!$# tβρã� ä. õ‹ tƒ ©!$# $Vϑ≈ uŠ Ï% #YŠθãèè% uρ 4’ n?tã uρ öΝ ÎγÎ/θãΖ ã_ tβρã� ¤6 x� tG tƒuρ ’ Îû È,ù= yz ÏN≡uθ≈ uΚ ¡¡9$# ÇÚö‘ F{ $# uρ $uΖ −/ u‘ $tΒ
|M ø) n= yz #x‹≈ yδ WξÏÜ≈ t/ y7 oΨ≈ ysö6ß™ $oΨ É) sù z># x‹tã Í‘$̈Ζ9 $#
“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”ya Tuhan, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS.al-imran:191).
55
Aplikasi biodekomposer pada bidang pertanian akan membantu
memperbaiki kondisi tanah pertanian dari ketergantungannya terhadap pupuk
anorganik. Hal ini akan membuat kita sebagai khalifah mampu menjaga amanat
untuk menjaga dan melestarikan bumi tempat kita hidup.
56
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bakteri dari produk probiotik yang berpotensi sebagai bahan
biodekomposer terdiri dari beberapa genus yaitu Bacillus, Lactobacillus,
Pseudomonas, Micrococcus, Escherichia, Aerococcus, dan Sphaerophorus.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian identifikasi lebih lanjut untuk mengetahui jenis-jenis
bakteri yang telah diketemukan sampai pada tingkat spesies.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi mikroba lainnya
selain bakteri.
3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai potensi-potensi jenis bakteri yang telah
diketemukan ini untuk dimanfaatkan berbagai keperluan, misalnya
pemanfaatan enzim bakteri untuk keperluan industri, menjadi produk-produk
bioteknologi berbasis mikroba seperti produk biodekomposer dan bioremediasi
lingkungan darat.
57
57
DAFTAR PUSTAKA Afrianto. 2002.Manfaat Probiotik. (Online), ([email protected], Bakteri Punya
Fungsi/Enp/FK UII, diakses tanggal 11 Oktober 2010). Ali. 2008. Agen Pengendali Hama. (Online),
(file:///H:/pengendalihama.com//filess/artikel_2006.ber/dasarkan agensia/mikrobiologi// mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Anonim, 1993. Fermentasi dengan Molase. (Onine),
(http://groups.yahoo.com/group/kimia-industri-proses fermentasi modern/ rame21, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Anonim. 2001. Miroorganisme. (Online),
(file:///H:/mikroorganisme.com//filess/artikel.2004.nutrisi/hidup/mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Anonim. 2004. Mikroba Pembusuk. (Online),
(file:///H:/mikroorganisme.com//filess/artikel.2004.alami/hidup/mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Anonim. 2006. Bakteri Merugikan. (Online),
(http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl course 2001-r-631-sme, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Asmuin. 1996. Medium Selektif. (Online), (file:///H:/media
tumbuh.com//filess/artikel_2006.Selective/dkan20%//bahan,istilah//mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Cheeke, 1999; McDonald dkk., 2001.Cane-Beet Molasses. Mole. Biol. Revis.
49 vol (3) : 347 – 495. Djamhari. 1993. Pemasyarakatan Teknologi Budidaya Pertanian Organik di Desa
Sembalun Lawang Nusa Tenggara Barat, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 5(1):5.
Endah. 2004. Pseudomonas. (Online),
(file:///H:/mikroorganisme.com//filess/artikelrtp/2006/bioteknologi/mikroba.php.htm, diakses tanggal 10 Oktober 2010).
Fahri. 2009. Mikroba Probiotik berbeda dengan Antiiotik. (Online),
(http://Probiotik dan Molase/index.php.htm, diakses tanggal 10 Oktober 2010).
Fardiaz, Skrikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
58
Fuller. 1989. Energetics of Microbial Growth. John Wiley and Sons, New York. Haris, 1983. Enceng gondok, Penjernih dan Pembersih Limbah. (Online),
http://groups.yahoo.com/group/kimia-industri/message/207. diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Isroi. S.Si, M.Si. 2008. Bioteknologi Mikroba untuk Pertanian Organik. (Online),
(file:///H:/mikroorganisme.com//filess/artikel_2006_bioteknologi_mikroba.php.htm. Bogor : BB-Biogen. diakses tanggal 10 Oktber 2010).
Label. 2008. Medium Pertumbuhan Mikroba. (Online),
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl course 2001-r-631-sme. Diakses tanggal 11 Oktober 2010.
Lay. 1994. Identifikasi Mikroorganisme. (Online).
(file:///H:/mikroorganisme.com//filess/artikel_2006.ber/dasarkan/Ciri-ciri morfologi// mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Lilley dan Stillwell. 1965. Application and Practical Aspects. Probiotik 2.
Chapman & Hall. Moriarty. 1996. Komposisi Probiotik. (http://guna.yahoo.com/group-
pertama/kimia-industri-manfaat bakteri probiotik baik/message/207.mho, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Parker. 1974. Probiotic Antibiotic. Departement of Avian Sciences College of
Agricultural and Enviromental Sciences, University of California. University Press, Cambridge.
Perry. 2005. Micrococcus. : a phylogeneticallyconserved paradigm in innate
immunity. J Clin Invest 107: 13-19. Piloki. 2000. Bacillus GG in increasing IFN-g production in infants with cow’s
milk allergy. J Allergy Clin Immunol;114:131-6 Poernomo. 2004. Bakteri. (Online), (http://groups.yahoo.com/group/kimia-
industri-isolasi bakteri baik/message/207, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Pond. 1995. Molase. (Online), www//http//:Molase/inokulasi-methanogenik.htm,
diakses tanggal 10 Oktober 2010). Saraswati, Rasti, Dr, 2010 Bioaktivator Perombak Bahan Organik.
(http//Biodekomposer\Bioaktivator Perombak Bahan Organik (Biodekomposer) « Organic Entrepreneur..Harmony of Humans and Nature.htm. diakses tanggal 10 Oktober 2010).
59
Soeharsono. 1998. Probiotik Ternak. (Online), //Hub Probiotik dan Mikroba/Manfaat Probiotik Dan Prebiotik_Guide Gaya Hidup Terbaik.htm, diakses tanggal 10 Oktober 2010).
Sperti. 1977. Molecular and Biotechnological Aspect of Microbial Proteases. J.
Microbiol. Mol. Biol. Rev. 62(3) : 597 – 635. Sumarsih. 2003. Medium Pertumbuhan Mikroba. (Online), (http:// Bahan-
Baku/media,tumbuh/MIDWIFERY/mikroba/EnergiBakteri.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Tualar. 2005. Struktur Bakteri. (Online),
(http://my.opera.com/aguskusmawanto/blog/show.dml/4377028, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Turista, 2010. Bioaktivator Pengomposan. (Online),
(http://pp.opera.co.id/agusindragunawan/blog/show.dml/9977028/htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Warren & Ernest. 1989. Pseudomonas Strains Elicit Strong
in Macrophages through Toll-Like Receptor 2. Clin Diagn Lab Immunol 10, 259-66.
Warsito. 1995 Bakteri. (Online),
(http://my.opera.com/aguskusmawanto/blog/show.dml/4377028, diakses tanggal 11 Oktober 2010).
Widanarti. 2008. Bakteri Prokariotik. (Online),
(file:///H:/mikrobiologi//filess/artikel_2006_bioteknologi_mikroba prokarit-eukariot.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).