22.12.2012

59
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Generasi ulul albab dituntut untuk selalu memikirkan dan meneliti untuk mengungkapkan kebesaran ilmu Allah yang masih banyak belum terungkap untuk kita ketahui dan kita teliti, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 191-192: t Ï%©!$# t βρãä.õt ƒ ©!$# $Vϑ≈u ŠÏ% #YŠθã èè%u ρ 4n ?t ãu ρ öΝÎγÎ/θãΖã_ t βρã¤6x t Gt ƒu ρ Îû È,ù=y z ÏNu θ≈u Κ¡¡9$# ÇÚöF{$#u ρ $u Ζ/u $t Β | Mø)n =y z #x y δ WξÏÜt / y 7o Ψ≈y sö6ß$o ΨÉ)s ù z >#x t ã Í‘$¨Ζ9$# ∩⊇⊇∪ $o Ψ/u y 7¨ΡÎ) t Β ÈÅzôè? u ‘$¨Ζ9$# ôs )s ù çμt F÷ƒt ÷zr & ( $t Βu ρ t ÏϑÎ=≈©à=Ï9 ôÏΒ 9‘$| ÁΡr & ∩⊇⊄∪ “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun” (QS. Al-Imran: 191-192). Ayat di atas dapat menunjukkan bahwa, dalam penciptaan langit dan bumi serta diantara keduanya serta pergantian malam dan siang termasuk bagian dari ke EsaanNya dan semua berada dalam kehendaknya. Manusia yang memiliki kelebihan berupa akal dituntut untuk melakukan penelitian tentang apa yang diciptakanNya, karena semua ciptaanNya tidak ada yang sia-sia. Permasalahan limbah yang terjadi saat ini telah banyak membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia. Salah satu contoh limbah yang memberi dampak

Upload: aini-aisyteru

Post on 31-Oct-2014

29 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: 22.12.2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Generasi ulul albab dituntut untuk selalu memikirkan dan meneliti untuk

mengungkapkan kebesaran ilmu Allah yang masih banyak belum terungkap untuk

kita ketahui dan kita teliti, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran ayat

191-192:

tÏ% ©!$# tβρã� ä. õ‹tƒ ©!$# $Vϑ≈ uŠ Ï% #YŠθãèè% uρ 4’ n?tã uρ öΝÎγÎ/θãΖ ã_ tβρã� ¤6 x� tG tƒuρ ’ Îû È,ù= yz ÏN≡uθ≈ uΚ ¡¡9 $# ÇÚö‘ F{ $# uρ $uΖ −/ u‘

$tΒ |M ø) n= yz # x‹≈yδ WξÏÜ≈ t/ y7 oΨ≈ ysö6ß™ $oΨ É) sù z># x‹ tã Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊇⊇∪ $oΨ −/ u‘ y7 ¨Ρ Î) tΒ È≅Åz ô‰ è? u‘$̈Ζ9 $# ô‰ s) sù

… çµtF÷ƒt“ ÷z r& ( $tΒ uρ tÏϑ Î=≈ ©à=Ï9 ôÏΒ 9‘$|ÁΡ r& ∩⊇⊄∪

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun” (QS. Al-Imran: 191-192).

Ayat di atas dapat menunjukkan bahwa, dalam penciptaan langit dan bumi

serta diantara keduanya serta pergantian malam dan siang termasuk bagian dari ke

EsaanNya dan semua berada dalam kehendaknya. Manusia yang memiliki

kelebihan berupa akal dituntut untuk melakukan penelitian tentang apa yang

diciptakanNya, karena semua ciptaanNya tidak ada yang sia-sia.

Permasalahan limbah yang terjadi saat ini telah banyak membawa dampak

negatif bagi kehidupan manusia. Salah satu contoh limbah yang memberi dampak

Page 2: 22.12.2012

2

bagi manusia adalah permasalahan limbah pertanian yang berupa pupuk

anorganik dan pestisida. Dampak dari sisa-sisa pemakaian pupuk anorganik dan

pestisida yang tidak terserap oleh akar tanaman terakumuasi dan terbawa oleh

aliran sungai dan bermuara diwaduk sehingga terjadi proses pengkayaan unsur

hara diwaduk yang mengakibatkan tumbuhan air seperti enceng gondok tumbuh

dan berkembang biak dengan cepat (Djamhari, 1993).

Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan salah satu tumbuhan air

yang mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan baru yang sangat besar.

Pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali menimbulkan banyak

permasalahan, diantaranya dapat mempercepat pendangkalan waduk, menyumbat

saluran irigasi, memperbesar kehilangan air melalui proses evaporasi dan

transpirasi, serta menurunkan nilai estetika waduk/danau yang ditumbuhinya

(Haris, 1983). Dibalik dampak kerugian yang ditimbulkan oleh enceng gondok

tersebut, ternyata enceng gondok dapat dikomposkan. Allah menciptakan

makhluknya mempunyai fungsi dan tujuan, tidak satupun ciptaannya yang sia-sia,

termasuk enceng gondok (Eichornia crassipes) yang ditumbuhkan oleh Allah

dengan banyak manfaat, Allah berfirman dalam surat Shaad ayat 27 :

$tΒ uρ $uΖ ø) n= yz u !$yϑ ¡¡9 $# uÚö‘ F{ $# uρ $tΒ uρ $yϑ åκ s] ÷� t/ WξÏÜ≈ t/ 4 y7Ï9≡sŒ ÷sß tÏ% ©!$# (#ρã� x� x. 4 ×≅ ÷ƒuθsù tÏ% ©# Ïj9 (#ρã� x�x. zÏΒ Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊄∠∪

“dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka” (QS. Shaad: 27).

Page 3: 22.12.2012

3

Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah menciptakan

makhluknya diantara bumi dan langit tidak lah sia-sia, tetapi dengan hikmah yang

nyata dan berguna bagi manusia apabila manusia memanfaatkan dengan sebaik-

baiknya. Seperti halnya eceng gondok yang dapat memberikan manfaat bagi

kehidupan manusia, diantaranya sebagai sumber biogas, bahan kerajinan tangan

dan pupuk organik yang diproses melalui pengomposan (Ratri, 2009).

Pengomposan enceng gondok diharapkan dapat mengatasi keterlimpahan diwaduk

dan mengembalikan unsur hara yang diserap sebagai akibat pengkayaan unsur

hara diwaduk kembali ke tanah (Sumardi, 2009).

Satu dari sekian masalah yang sering ditemui ketika menerapkan

pembuatan kompos enceng gondok adalah rasio C/N terlalu tinggi, akibatnya

mikroba kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan

lambat. Lambatnya proses pengomposan bahan organik berlignoselulose secara

alami tidak akan dapat menanggulangi melimpahnya eceng gondok dalam waktu

singkat sehingga pemanfaatannya sering dianggap kurang ekonomis dan tidak

efisien. Untuk mengatasi hal tersebut di atas perlu segera dilakukan suatu upaya

alternatif dalam meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan pemupukan

yang ramah lingkungan. Upaya mempercepat proses pengomposan, meningkatkan

kandungan bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan ketersediaan

hara dalam tanah dapat dilakukan dengan menggunakan bioaktivator perombak

bahan organik (biodekomposer) dan pupuk mikroba (biofertilizer) yang sesuai

dengan kondisi tanah. Pemanfaatan biodekomposer, selain mempercepat proses

pengomposan dan mengurangi volume bahan buangan, juga dapat menekan

Page 4: 22.12.2012

4

perkecambahan spora, larva insekta, dan biji gulma sehingga pertumbuhan hama

dan patogen, serta gulma di non-aktifkan atau bahkan dihentikan (Saraswati,

2010).

Biodekomposer merupakan produk yang berasal dari konsorsia mikroba

perombak selulosa dan lignin dengan fungsi metabolik yang komplementer

merombak dan mengubah residu organik menjadi bahan organik tanah (Zaenuri,

2009). Selain biodekomposer, teknologi pencampuran kultur berbagai jenis

mikroba bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes,

dan jamur peragian) untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai inokulan peningkat

keragaman mikroba tanah juga biasa disebut dengan teknologi Efective

Microorganisme (EM). EM merupakan kultur jaringan berbagai jenis mikrobia

yang berasal dari lingkungan alami dan secara genetika bersifat asli (tidak

dimodifikasi) (Turista, 2010).

Kultur berbagai jenis mikroba (EM) yang digunakan dalam penelitian ini,

asalnya merupakan kultur mikroba yang berasal dari produk probiotik tambak

yang dimodifikasi kemudian digunakan sebagai bahan biodekomposer. Probiotik

merupakan produk komersial yang berisi mikroba hidup dengan campuran media

pembawa yang keberadaannya dapat menunjang kehidupan mikroba yang

bersangkutan (Hendraningsih, 2008) Salah satu media pembawa mikroba hidup

dalam produk probiotik adalah molases. Molases merupakan cairan kental

berwarna hitam sisa dari industri kristalisasi gula. Sebagai media pembawa,

molases berfungsi memberikan lingkungan hidup yang baik bagi mikroba.

Kandungan karbohidrat,protein dan mineral yang cukup tinggi pada molases

Page 5: 22.12.2012

5

menjadikannya media yang sesuai bagi kehidupan mikroorganisme (Widayati dan

Widalestari, 1996).

Prinsip kerja probiotik yaitu memanfaatkan kerja mikroorganisme yang

terkandung didalamnya untuk menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein

dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim sehingga

mempermudah proses perpindahan energi bagi makhluk hidup lainnya (Salminen,

et al, 1999). Dalam penerapannya sebagai produk bioteknologi, probiotik terdiri

atas tiga jenis produk yaitu probiotik yang mengandung kultur bakteri, kultur

khamir, dan kultur molds (kapang) serta kombinasinya. Karena probiotik berasal

dari mikroba indigenous, maka proses translokasi yang terjadi berjalan secara

alamiah di dalam ekosistem (Abun, 2008).

Probiotik, selain sebagai kontrol penyeimbang mikroba dalam suatu

lingkungan perairan, diduga memilliki peranan yang sama dalam lingkungan

tanah, hal ini dikarenakan probiotik yang berisi mikroorganisme pendegradasi

senyawa-senyawa organik diduga selulotik karena mikrooganisme tersebut dapat

menguraikan bahan organik sellulotik dan lignotik sehingga memiliki fungsi yang

sama dengan biodekomposer pada umumnya. Mikroba yang terdapat pada

probiotik adalah Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus

sp.,Propinibactereium sp., Bacillus sp, Saccharomyces cerevissiae dan Candida

pintolopesi, Aspergillus niger, Pseudomonas sp., Bacillus sp. dan Aspegillus

oryzae. Sedangkan mikroba yang terdapat pada biodekomposer adalah

Azospirillum sp., Azotobacter sp., Aspergillus sp., Penicillium sp., Lactobacillus

sp., Leuconoctoc sp., Pseudomonas sp, Bacillus sp., dan Candida pintolopesi.

Page 6: 22.12.2012

6

Adanya persamaan mikroba pada kedua produk tersebut mengindikasikan potensi

produk probiotik sebagai biodekomposer (Moriarty, 1996).

Untuk keperluan pengembangan produk probiotik menjadi produk

biodekomposer yang lebih efektif perlu diadakan analisis kandungan bakteri-

bakteri yang terdapat didalam produk yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam

penelitian ini akan dilakukan kajian lebih lanjut melalui penelitian laboratorium

dengan judul “Identifikasi Bakteri Probiotik yang berpotensi sebagai Bahan

Biodekomposer”.

1.2 Rumusan Masalah

Jenis bakteri apakah yang didapat dari produk probiotik yang berpotensi

sebagai bahan biodekomposer ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui jenis bakteri yang terdapat dalam produk probiotik yang

berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

1.4 Batasan Penelitian

1. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian sebelumnya yang

bertemakan pemanfaatan eceng gondok.

2. Asal bahan biodekomposer merupakan produk probiotik bermedia

pembawa molases yang biasanya diaplikasikan pada tambak udang.

Page 7: 22.12.2012

7

3. Bahan biodekomposer yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

produk pengembangan yang berasal dari Laboratorium Mikrobiologi

Jurusan Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Brawijaya Malang.

4. Penelitian ini terbatas pada identifikasi bakteri yang terdapat dalam produk

probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

5. Identifikasi dilakukan hanya sampai tingkat genus.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis, sebagai konsep dasar penggunaan produk probiotik

untuk kandidat bahan biodekomposer.

2. Menghasilkan suatu produk biodekomposer baru yang lebih efektif

sebagai bioaktivator pengomposan.

Page 8: 22.12.2012

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Bakteri

Allah menciptakan alam seisinya sebagai rahmat untuk kemaslahatan umat

manusia. Manusia berhak untuk memanfatkan kekayaan alam semaksimal

mungkin dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan mereka serta sebagai

bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Seperti

yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 29 :

uθèδ “ Ï% ©!$# šYn= y{ Ν ä3s9 $̈Β ’ Îû ÇÚö‘ F{ $# $YèŠ Ïϑ y_ §ΝèO #“ uθtG ó™$# ’ n< Î) Ï!$yϑ ¡¡9 $# £ßγ1§θ|¡sù yìö7y™ ;N≡uθ≈ yϑ y™ 4 uθèδ uρ Èe≅ ä3Î/ > ó x« ×ΛÎ= tæ ∩⊄∪

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu (QS.Al-Baqarah:29).

Ayat diatas jelas menegaskan bahwa alam semesta beserta isinya yang

sangat kompleks ini diciptakan Allah SWT untuk manusia. Makhluk ciptaan-Nya

tersebut terdiri dari berbagai macam jenis tumbuhan, hewan maupun

mikroorganisme. Allah telah menyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 26:

* ¨βÎ) ©! $# Ÿω ÿÄ ÷∏tG ó¡tƒ βr& z> Î� ôØ o„ WξsVtΒ $̈Β Zπ|Êθãèt/ $yϑ sù $yγs% öθsù ........

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu……….” (QS. Al-Baqarah: 26).

Lafadz famaa fauqohaa (“atau yang lebih rendah dari itu”) pada ayat

diatas maksudnya yaitu sesuatu yang lebih rendah dari nyamuk dalam hal makna

dan fisik mengingat nyamuk adalah makhluk kecil yang tidak berarti.

Page 9: 22.12.2012

9

Adapun ukuran hewan yang lebih kecil dibanding nyamuk antara lain

yaitu bakteri. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya

tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis). Bakteri merupakan

organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan

mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat

hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Terdapat bakteri yang

menguntungkan dan ada pula yang merugikan (Warsito, 1995).

2.1.1 Struktur sel Bakteri

Gambar 2.1 Struktur Sel Prokariota

Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki selaput inti) pada

umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel relatif sederhana yang terdiri dari

dinding sel, kapsul, DNA, membran plasma, mesosom, ribososm, sitoplasma, dan

flagel. Struktur bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Banyak bakteri

memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang digunakan

Page 10: 22.12.2012

10

untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul

atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan.

Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya memiliki

granula makanan, vakuola gas dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu

membentuk endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada

lingkungan ekstrim (Tualar, 2005).

2.1.1 Morfologi/bentuk bakteri

Gambar 2.2 Berbagai Bentuk Tubuh Bakteri

Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar,

yaitu: (1) Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan

mempunyai beberapa variasi sebagai berikut: Mikrococcus, jika kecil dan tunggal;

Diplococcus, jka bergandanya dua-dua; Tetracoccus, jika bergandengan empat

Page 11: 22.12.2012

11

dan membentuk bujursangkar; Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus;

Staphylococcus, jika bergerombol; dan Streptococcus, jika bergandengan

membentuk rantai (2) Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk

batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut: Diplobacillus, jika

bergandengan dua-dua ; Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai (3)

Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi

sebagai berikut: Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah

lingkaran; Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran. Bentuk

tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia.

Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya

harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif

lebih besar daripada yang sudah tua (Poernomo, 2004).

2.1.3 Bakteri-Bakteri yang berperan dalam Proses Dekomposisi Bahan Organik

2.1.3.1 Bakteri Pengurai

Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisa-

sisa atau kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat

dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain

yang lebih sederhana. Oleh karena itu keberadaan bakteri ini sangat berperan

dalam mineralisasi di alam (Poernomo, 2004).

Page 12: 22.12.2012

12

2.1.3.2 Bakteri Asam laktat

Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram-positif yang

tidak membentuk spora dan dapat memfermentasikan karbohidrat untuk

menghasilkan asam laktat. Berdasarkan taksonomi, terdapat sekitar 20 genus

bakteri yang termasuk BAL. Beberapa BAL yang sering digunakan dalam

pengolahan pangan adalah Aerococcus, Bifidobacterium, Carnobacterium,

Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Leuconostoc, Oenococcus,

Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, Vagococcus, dan Weissella.[1]

Contoh produk makanan yang dibuat menggunakan bantuan BAL adalah yogurt,

keju, mentega, sour cream (susu asam), dan produk fermentasi lainnya. Dalam

pengolahan makanan, BAL dapat melindungi dari pencemaran bakteri patogen,

meningkatkan nutrisi, dan berpotensi memberikan dampa positif bagi kesehatan

manusia (Fardiaz, 1992).

Sebagian besar BAL dapat tumbuh sama baiknya di lingkungan yang

memiliki dan tidak memiliki O2 (tidak sensitif terhadap O2), sehingga termasuk

anaerob aerotoleran. Bakteri yang tergolong dalam BAL memiliki beberapa

karakteristik tertentu yang meliputi: tidak memiliki porfirin dan sitokrom, katalase

negatif, tidak melakukan fosforilasi transpor elektron, dan hanya mendapatkan

energi dari fosforilasi substrat. Hampir semua BAL hanya memperoleh energi dari

metabolisme gula sehingga habitat pertumbuhannya hanya terbatas pada

lingkungan yang menyediakan cukup gula atau bisa disebut dengan lingkungan

yang kaya nutrisi. Kemampuan mereka untuk mengasilkan senyawa (biosintesis)

Page 13: 22.12.2012

13

juga terbatas dan kebutuhan nutrisi kompleks BAL meliputi asam amino, vitamin,

purin, dan pirimidin (Fardiaz, 1992).

Berdasarkan studi genetika, beberapa sifat BAL yang berhubungan dengan

fermentasi cenderung disandikan oleh gen-gen di plamid (DNA

ekstrakromosomal). Sifat-sifat yang dimaksud meliputi produksi proteinase,

metabolisme karbohidrat, transpor sitrat, produksi eksopolisakarida, produksi

bakteriosin, dan resistensi terhadap bakteriofag. DNA plasmid dapat ditransfer

antarbakteri dengan beberapa mekanisme, seperti konjugasi yang umum terjadi

pada Lactococcus sehingga sifat-sifat tersebut dapat menyebar (Fardiaz, 1992).

2.1.3.3 Bakteri Nitrifikasi

Bakteri nitrifikasi adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu menyusun

senyawa nitrat dari amoniak yang berlangsung secara aerob di dalam tanah.

Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu:

Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini dinamakan nitritasi.

2NH3 + SO2 Nitrococcus 2HNO2 + 2H2O + 158 kilokalori Reaksi nitritasi

Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Prosesnya

dinamakan nitratasi.

2HNO2 + O2 Nitrobacter 2HNO3 + 36 kilokalori (Nitrit) (nitat)

Reaksi nitratasi

Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena

menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Tetapi

sebaliknya di dalam air yang disediakan untuk sumber air minum, nitrat yang

Page 14: 22.12.2012

14

berlebihan tidak baik karena akan menyebabkan pertumbuhan ganggang di

permukaan air menjadi berlimpah (Poernomo, 2004).

2.1.3.4 Bakteri nitrogen

Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari

udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh

tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri

tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri

ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis (Afrianto, 2002).

Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum,

Clostridium pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen yang

hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium

leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.

Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk

hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-

polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui

kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari

inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat

mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen

organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi

penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah (Afrianto, 2002).

Menurut Afrianto (1992) mikroorganisme yang memiliki kemampuan mendukung

Page 15: 22.12.2012

15

atau menguntungkan banyak terdapat dalam produk probiotik seperti probiotik

pertanian, peternakan dan perikanan.

2.2 Enceng Gondok (Eichornia crassipes)

Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.), bukanlah tanaman

asli Indonesia, tumbuhan ini awalnya dikirim dari Brazil ke Indonesia sebagai

koleksi kebun raya bogor pada tahun 1894 dan dengan cepat menyebar keseluruh

perairan diwilayah indonesia dan menimbulkan problem tersendiri (Lail, 2008).

Kemampuan tanaman ini menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara

biokimiawi dan penyerapan logam-logam berat seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe,

Mn, Zn dengan baik, banyak di gunakan untuk mengolah air buangan domestik

dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Kemampuan menyerap logam persatuan

berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda dari pada umur tua

(Widianto dan Suselo, 1977 dalam Lail, 2008).

Menurut Lail (2008) Eceng gondok memiliki ciri-ciri (1) hidup dalam

perairan terbuka, tumbuh mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila

airnya dangkal, (2) Daun tergolong dalam makrofita yang terletak di atas

permukaan air, didalamnya terdapat lapisan rongga udara yang berfungsi sebagai

alat pengapung tanaman. Zat hijau daun (klorofil) pada eceng gondok terdapat

dalam sel epidermis. Diatas permukaan daun dipenuhi oleh stomata, rongga udara

yang terdapat dalam akar dan tangkai daun berfungsi sebagai tempat penyimpanan

O2 hasil fotosintesis.Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi

tumbuhan dimalam hari dengan menghasilkan CO2 yang akan terlepas kedalam air

Page 16: 22.12.2012

16

(Pandey, 1980), (3) Memiliki bulu-bulu akar yang berserabut, berfungsi sebagai

pegangan atau jangkar tanaman. Berperan menyerap zat-zat yang diperlukan

tanaman dari dalam air. Pada ujung akar terdapat kantung akar yang mana di

bawah sinar matahari kantung akar ini berwarna merah, susunan akarnya dapat

mengumpulkan lumpur atau partikel-partikel yang terlarut dalam air (Ardiwinata,

1950), (4) Memiliki tangkai berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya

penuh dengan udara yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di permukaan

air (pandey, 1950) (5) Memiliki bunga bertangkai dengan warna mahkota

lembayung muda. Berbunga majemuk berjumlah 6 - 35 berbentuk karangan

bunga bulir dengan putik tunggal, (6) Perkembangbiakan terjadi secara vegetatif

maupun secara generatif, perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru

tumbuh dari ketiak daun, membesar dan tumbuh menjadi individu baru, (7) Dapat

tumbuh tinggi hingga 40 - 80 cm dengan panjang 7 - 25 cm.

Menurut Lail (2008) Kondisi merugikan yang timbul akibat blooming

eceng gondok adalah (1) Meningkatnya evapotranspirasi, (2) Menurunnya jumlah

cahaya yang masuk ke perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat

kelarutan oksigen, (3) Menganggu transportasi air, khususnya bagi masyarakat

yang kehidupannya masih tergantung dari sungai, (4) Pendangkalan waduk, (5)

Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia, (5) Menurunkan

estetika lingkungan perairan.

Sukman dan Yakup (1991) dalam Lail (2008) menyebutkan, manfaat yang

dapat diambil dari eceng gondok adalah (1) Mempunyai sifat fisiologis sebagai

penyaring air yang tercemar oleh logam berat dan berbagai limbah industri, (2)

Page 17: 22.12.2012

17

Sebagai bahan baku pembuatan kompos dam pupuk organik karena kandungan

NPK yang tinggi, (3) Sebagai sumber gas yang beruapa ammonium sulfat, gas

hidrogen, nitrogen dan metana yang diperoleh dengan cara fermentasi, (4) Sebagai

bahan industri kertas dan papan buatan, (5) Sebagai bahan baku aneka kerajinan

tangan, (6) Sebagai bahan baku pembuatan pupuk ramah lingkungan

Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pengomposan enceng

gondok adalah kandungan selulosa dan lignin yang cukup tinggi pada tanaman ini.

Selain itu rasio C/N yang relatif rendah berkisar antara 19:1 Sehingga mikroba

mendapatkan sedikit C untuk energi dan N untuk sintesisprotein. Apabila rasio

C/N terlalu rendah, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga

dekomposisi berjalan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan menjadi

lebih singkat perlu dilakukan penambahan bioaktivator pengomposan

(biodekomposer).

2.3 Tinjauan Biodekomposer

Dekomposer merupakan makhluk hidup yang berfungsi untuk

menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan

dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup di sekitar daerah tersebut. Terdapat

beberapa dekomposer yang diantaranya berasal dari bakteri, aktinomisetes, fungi,

algae (ganggang), protozoa dan cacing tanah. Agen dekomposer dapat digunakan

untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas hasil pengomposan, dan telah

diproduksi secara komersial, umumnya dalam bentuk konsorsium

Page 18: 22.12.2012

18

mikroorganisme yang disebut dengan bioaktivator pengomposan atau

biodekomposer (Saraswati, 2010).

Teknologi pengembangan bioaktivator pengomposan/biodekomposer,

biasa disebut dengan teknologi efektif mikroorganisme, yaitu teknologi

pencampuran kultur berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri

fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur peragian) yang

dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba

tanah. EM merupakan kultur jaringan berbagai jenis mikrobia yang berasal dari

lingkungan alami dan secara genetika bersifat asli (tidak dimodifikasi).

Pemanfaatan EM dapat memperbaiki kualitas tanah dan selanjutnya memperbaiki

pertumbuhan dan produksi tanaman (Turista, 2010).

Pemanfaatan mikroba sebagai dekomposer juga menunjukkan betapa

mahluk ciptaan Allah selalu mempunyai manfaat, walau sekecil dan sehina

apapun mahluk tersebut. Sekali lagi, ini menunjukkan kuasa Allah yang tak

terbatas. Seperti yang telah difirmankan oleh Allah :

* ¨βÎ) ©! $# Ÿω ÿÄ ÷∏tG ó¡tƒ βr& z> Î� ôØ o„ WξsVtΒ $̈Β Zπ|Êθãèt/ $yϑ sù $yγs% öθsù ........

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu……….” (QS. Al-Baqarah: 26).

2.4 Tinjauan Probiotik

Probiotik atau “Probiotics” berasal dari bahasa Yunani yang artinya “untuk

hidup” (pro= untuk dan biotic = hidup). Istilah kata probiotik pertama kali

dipopulerkan oleh Lilley dan Stillwell (1965), untuk menjelaskan suatu zat yang

disekresikan oleh mikroba yang mampu menstimulasi pertumbuhan organisme

Page 19: 22.12.2012

19

lain dengan cara menyeimbangkan keberadaan mikroba patogen. Hal ini

menjelaskan ayat Allah dalam QS Al-Mulk ayat 3-4 Allah SWT bahwa segala

sesuatu selalu diciptakan dalam kondisi seimbang.

“ Ï% ©!$# t,n= y{ yìö7 y™ ;N≡uθ≈ yϑ y™ $]%$t7 ÏÛ ( $̈Β 3“ t� s? †Îû È,ù= yz Ç≈ uΗ ÷q§�9$# ÏΒ ;N âθ≈ x! s? ( ÆìÅ_ö‘ $$sù u� |Ç t7ø9 $# ö≅ yδ 3“ t� s? ÏΒ 9‘θäÜ èù ∩⊂∪ §ΝèO ÆìÅ_ö‘ $# u� |Ç t7ø9 $# È ÷s? §� x. ó= Î= s)Ζtƒ y7 ø‹ s9 Î) ç� |Çt7 ø9$# $Y∞ Å™% s{ uθèδ uρ ×��Å¡ym ∩⊆∪

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah”. (QS, Al-Mulk: 3-4)

Menurut Afrianto (1992) Penggunaan probiotik menjadi salah satu upaya

yang bisa dilakukan oleh manusia sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan

karena probiotik mempunyai banyak manfaat yaitu (1) Mengandung

mikroorganisme hidup, seperti: sel-sel kering beku, atau dalam produk fermentasi

yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos (2) tidak mengakibatkan

pencemaran lingkungan yang akan mengingkari kodrat manusia sebagai khalifah

yang harus menjaga dan melindungi dunia tempatnya hidup. Perintah Allah

kepada manusia dituntut untuk menjaga kelestarian lingkungan. Manusia yang

diciptakan oleh Allah sebagai kholifah berperan untuk menentukan keseimbangan

ekosistem,seperti dalam QS. Al-Araaf ayat 56:

Page 20: 22.12.2012

20

Ÿωuρ (#ρ߉šø! è? †Îû ÇÚö‘ F{ $# y‰ ÷èt/ $yγÅs≈ n= ô¹ Î) çνθãã ÷Š $# uρ $]ùöθyz $�èyϑ sÛuρ 4 ¨βÎ) |M uΗ ÷qu‘ «! $# Ò=ƒÌ� s% š∅ÏiΒ

tÏΖ Å¡ósßϑ ø9 $# ∩∈∉∪

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-araaf : 56)

Afrianto (2002) menjelaskan bahwa probiotik adalah feed additive berupa

mikroba hidup menguntungkan yang mempengaruhi inang melalui perbaikan

keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Probiotik dapat berupa

satu atau beberapa jenis mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur

campuran). Genus bakteri yang sering digunakan adalah Lactobacillus,

Leuconoctoc, Pedioccus, Propinibactereium, dan Bacillus. Dari spesies ragi

meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida pintolopesi, serta jamur

meliputi Aspergillus niger dan Aspegillus oryzae. Probiotik yang biasa digunakan

dalam budidaya antara lain ; Bacillus lycheniforsis (Bakteri Nitrifikasi), merubah

senyawa nitrat dasar tambak menjadi nitrit makanan plankton, bakteri Fotosintetik

(Photo synthetic-bacteria), menggunakan N- anorganik untuk mengoksidasi gas

H2S menjadi sulfur melalui proses fotosintesa (Afrianto, 2002).

2.5 Media Pembawa (Molasses)

Pond dkk., (1995) menyatakan bahwa molases adalah limbah utama industri

pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan

kandungan glukosa didalamnya. Oleh karena itu, molases telah banyak

dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi

Page 21: 22.12.2012

21

atau zat gizi yang cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %;

serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.

Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molases, merupakan

molasses yang memiliki kandungan 25 – 40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula

pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar

sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K,

Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molases merupakan pakan pencahar yang

normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke, 1999; McDonald

dkk., 2001).

Keuntungan molases sebagai medium pembawa adalah kadar karbohidrat

tinggi (48-60%), kadar mineral cukup untuk perkembangan mikroorganisme

artinya molases yang mengandung cukup gula dan mineral apabila dicampur ke

dalam produk komersial yang berisi mikroorganisme akan membantu

mempertahankan lingkungan mikroba. Molases juga mengandung vitamin B

kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi kehidupan mikroorganisme

seperti kobalt, boron, jodium, tembaga, mangan dan seng (Cheeke, 1999;

McDonald dkk., 2001)..

Kadar air dalam cairan molases yaitu 15 – 25 % dan cairan tersebut

berwarna hitam serta berupa sirup manis. Molases dapat digunakan sebagai bahan

pakan untuk sejumlah industri fermentasi untuk membantu proses fermentasi yang

dilakukan oleh bakteri (Anonim, 1993).

Page 22: 22.12.2012

22

2.6 Identifikasi

Mahluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT mempunyai bermacam-

macam bentuk dan ukuran. Demikian halnya dengan mikroba yang mempunyai

bentuk dan ukuran yang beragam. Meskipun begitu, mikroba tetap bisa

menjalankan proses-proses yang menunjang kehidupannya sebagai mahluk

uniseluler. Allah berkuasa menjadikan mereka dalam bentuk yang demikian

sederhana tapi tetap mampu bertahan hidup layaknya organisme tingkat tinggi.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Imran ayat 191 :

tÏ%©! $# tβρã� ä. õ‹tƒ ©!$# $ Vϑ≈uŠ Ï% #YŠθ ãèè% uρ 4’n? tã uρ öΝ ÎγÎ/θ ãΖã_ tβρã� ¤6x!tG tƒ uρ ’Îû È, ù= yz ÏN≡ uθ≈uΚ ¡¡9$# ÇÚ ö‘F{ $#uρ $ uΖ−/ u‘ $ tΒ

|Mø)n= yz #x‹≈ yδ WξÏÜ≈ t/ y7oΨ≈ ysö6 ß™ $ oΨÉ)sù z>#x‹tã Í‘$̈Ζ9$# ∩⊇⊇∪

“(yaitu) orang-orang yang menginggat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”ya Tuhan, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS.al-imran:191).

Satu dari sekian cara untuk menentukan peran bakteri, baik yang

menguntungkan ataupun merugikan dalam kehidupan adalah melalui proses

isolasi dan identifikasi. Prinsip isolasi bakteri adalah pemisahan suatu mikroba

dari mikroba lainnya sehingga diperoleh kultur murni yang berasal dari satu

konsorsium untuk diketahui jenisnya. Langkah awal dalam proses identifikasi

adalah pengamatan dan pencatatan ciri morfologi serta ciri lainnya. Identifikasi

bakteri didasarkan pada berbagai macam sifat bakteri seperti sifat biokimia,

morfologi koloni dan morfologi selnya. Menurut Lay (1994) mengamati

Page 23: 22.12.2012

23

mikroorganisme berdasarkan bentuk, ukuran dan penataan tidaklah cukup untuk

melakukan identifikasi. Ciri lainnya seperti sifat pewarnaan, pola pertumbuhan

koloni dan reaksi pertumbuhan pada karbohidrat sangat membantu dalam proses

identifikasi mikroba.

2.7 Media Pertumbuhan Mikroba

Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk

menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan

energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-

bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga

memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan kimia sel mikroba relatif tetap, baik

unsur kimia maupun senyawa yang terkandung di dalam sel. Dari hasil analisis

kimia diketahui bahwa penyusun utama sel adalah unsur kimia C, H, O, N, dan P,

yang jumlahnya ± 95 % dari berat kering sel, sedangkan sisanya tersusun dari

unsur-unsur lain. Apabila dilihat susunan senyawanya, maka air merupakan

bagian terbesar dari sel, sebanyak 80-90 %, dan bagian lain sebanyak 10-20 %

terdiri dari protoplasma, dinding sel, lipida untuk cadangan makanan,

polisakarida, polifosfat, dan senyawa lain (Volk, dan Wheeler, 1993).

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan pada suatu substrat yang disebut

medium, setiap mikroorganisme membutuhkan medium tumbuh yang sesuai

dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa

mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang

hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti

Page 24: 22.12.2012

24

gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat

kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks

lainnya (Volk, dan Wheeler, 1993).

Bagian terpenting dari suatu medium adalah nutrien yang merupakan

substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien adalah

degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium

harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon,

energi, mineral dan faktor tumbuh (Label, 2008).

Setiap unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur

tersebut diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang

jumlahnya berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan

mikroba misalnya diatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si) yang

biasanya diberikan dalam bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan

kebutuhan natrium (Na) untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya.

Natrium dalam kadar yang agak tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup

di laut yaitu algae hijau biru, dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat

digantikan oleh kation monovalen yang lain (Label, 2008).

Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padat maupun

cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat

tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk

cair tergolong tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan

dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar

Page 25: 22.12.2012

25

sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini dikenal

sebagai extracorporeal digestion (Anonim, 2001).

Bahan makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai

sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor elektron.

Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan yaitu (1)

Air, air merupakan komponen utama sel mikroba dan medium. Funsi air adalah

sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air

berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme (2) Sumber

energy, ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau

anorganik yang dapat dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari (3) Sumber

karbon, sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun

anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino,

asam organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa

anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama

terutama untuk tumbuhan tingkat tinggi (4) Sumber aseptor electron, proses

oksidasi biologi merupakan proses pengambilan dan pemindahan elektron dari

substrat. Karena elektron dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus

ada suatu zat yang dapat menangkap elektron tersebut. Penangkap elektron ini

disebut aseptor elektron. Aseptor elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada

mikrobia yang dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa

organik, NO3-, NO2

-, N2O, SO4, CO2, dan Fe3+ (5) Sumber mineral, mineral

merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P.

unsur mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur

Page 26: 22.12.2012

26

mineral yang digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo,

Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur

yang digunakan dalam jumlah besar disebut unsur makro, dalam jumlah sedang

unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro. Unsur mikro sering

terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat masuk ke

dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu. Selain

berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur

tekanan osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi

(redox potential) medium (6) Faktor tumbuh, faktor tumbuh ialah senyawa

organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor, atau

penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber karbon

yang sederhana. Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya

diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya

dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai

penyusun protein; base purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat; dan

vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim (7) Sumber nitrogen,

mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino,

protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada

jenis jasadnya. Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas

N2 (zat lemas) udara. Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen (Fardiaz,

2001).

Susunan dan kadar nutrisi suatu medium untuk pertumbuhan mikroba

harus seimbang agar mikroba dapat tumbuh optimal. Hal ini perlu dikemukakan

Page 27: 22.12.2012

27

mengingat banyak senyawa yang menjadi zat penghambat atau racun bagi

mikroba jika kadarnya terlalu tinggi (misalnya garam dari asam lemak, gula, dan

sebagainya). Banyak alga yang sangat peka terhadap fosfat anorganik. Disamping

itu dalam medium yang terlalu pekat aktivitas metabolisme dan pertumbuhan

mikroba dapat berubah. Perubahan faktor lingkungan menyebabkan aktivitas

fisiologi mikroba dapat terganggu, bahkan mikroba dapat mati. Medium

memerlukan kemasaman (pH) tertentu tergantung pada jenis jasad yang

ditumbuhkan. Aktivitas metabolisme mikroba dapat mengubah pH, sehingga

untuk mempertahankan pH medium ditambahkan bahan buffer. Beberapa

komponen penyusun medium dapat juga berfungsi sebagai buffer (Label, 2008).

2.7.1 Macam Medium Pertumbuhan

Menurut Sumarsih 2003, mengatakan bahwa untuk menumbuhkan bakteri

terdapat bermacam-macam medium yang dapat digunakan, diantaranya adalah (1)

Medium dasar/ basal mineral, medium dasar adalah medium yang mengandung

campuran senyawa anorganik. (2) Medium sintetik, medium sintetik adalah

medium yang seluruh susunan kimia dan kadarnya telah diketahui dengan pasti

(3) Medium kompleks, medium kompleks adalah medium yang susunan kimianya

belum diketahui dengan pasti. (4) Medium diperkaya, medium diperkaya adalah

medium yang ditambah zat tertentu yang merupakan nutrisi spesifik untuk jenis

mikroba tertentu. Medium ini digunakan untuk membuat kultur diperkaya

(enrichment culture) dan untuk mengisolasi mikroba spesifik, dengan cara

mengatur faktor lingkungan (suhu, pH, cahaya), kebutuhan nutrisi spesifik dan

Page 28: 22.12.2012

28

sifat fisiologinya. Dengan demikian dapat disusun medium diperkaya untuk

bakteri yang bersifat kemoheterotrof, kemoototrof, fotosintetik, dan untuk mikroba

lain yang bersifat spesifik.

2.7.2 Medium Selektif

Media selektif (selektif medium) /media penghambat adalah media yang

ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan

mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang

mengandung kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan

bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram negatif.

Media ini selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga

media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang

pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium

yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan

menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline Salt broth yang ditambah NaCl

4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.

Media ini dipakai untuk menyeleksi mikrorganisme sesuai dengan yang

diinginkan, jadi hanya satu jenis mikrorganisme saja yang dapat tumbuh dalam

media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja. Contohnya EMB (Eosin

Metilen Blue) Agar, Mac Conkey Agar (MCA), Media selektif untuk isolasi dan

identifikasi bakteri Gram negatif terutama bakteri yang berasal dari tinja dan urin.

Salmonella Shigella Agar (SSA), Merupakan media yang mempunyai selektif

tinggi untuk isolasi salmonella sp. (Asmuin, 1996).

Page 29: 22.12.2012

29

Media selektif yang sering digunakan dalam penelitian ini, antara lain (1)

Eosin metilen blue (EMB), seperti namanya, berisi zat warna eosin dan metilen

biru agar. EMB adalah selektif karena zat warna anilin dalam media ini ungu

menghambat pertumbuhan organisme Gram-positif. Laktosa fermentor

memetabolisme laktosa dalam media dan menghasilkan produk samping asam

yang menyebabkan perubahan warna di koloni itu. Jadi, EMB juga merupakan

media diferensial. Asam kuat yang di produksi oleh organisme seperti E. coli

akan menghasilkan warna kemilau hijau metalik pada medium tersebut. Bakteri

yang memfermentasi laktosa, akan muncul dengan koloni dengan warna ungu-

merah muda, sedangkan koloni dari fermentor non laktosa tetap tidak berwarna,

atau setidaknya tidak lebih gelap dari warna media (Johnson,1998) (2) Thiosulfate

Citrate Bilesalt Sucrose Agar (TCBSA), merupakan media selektif untuk

pertumbuhan bakteri dari genus Bacillus (Anonim, 2010) (3) MRSA Sering

disingkat MRS, yaitu medium pertumbuhan genus Lactobacillus yang dinamai

sesuai nama penemunya, de Man, Rogosa dan Sharpe. Media ini mulai

dikembangkan pada tahun 1960, dan dirancang untuk mendukung pertumbuhan

Lactobacillus dalam skala laboratorium. Media ini mengandung natrium asetat

yang dapat menekan pertumbuhan bakteri lainnya. (4) Pseudomonas selective

isolation (PSI) merupakan media selektif bagi pertumbuhan genus pseudomonas,

media ini mengandung 350 mikrogram nitrofurantoin dan 2 mikrogram crystal

violet per ml medium (Anonim, 2010).

Page 30: 22.12.2012

30

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

identifikasi bakteri dari probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan optik Jurusan

Biologi Fakultas Saintek UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mulai bulan April-

Juli 2010.

3.3 Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah identifikasi bakteri probiotik yang

berpotensi sebagai biodekomposer.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, inkubator, oven,

LAF, lemari es, tabung reaksi, rak tabung reaksi, bunsen, timbangan digital,

mikroskop optik, tusuk gigi, karet pentil, plastik tahan panas, botol mensen, botol

selai, kertas label, kertas pembungkus, alumunium foil, plastik wrapping, obyek

glass, deck glass, kapas, jarum ose, spreader, gelas ukur, cawan petri, pipet hisap,

Page 31: 22.12.2012

31

termometer, erlenmeyer, beaker glass, mikropipet, mikro tip, stirer, pemanas

listrik dan panci.

3.4.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain produk

probiotik dari Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Hama Penyakit Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, media NA, media EMB, media PSI,

Media TCBSA, media MRSA, larutan pepton 0,05%, alkohol 95%, spiritus,

aquades, methilen blue, iodium, safranin, malacnite green 5%, amonium oxalate,

pottasium iodine, sodium bicarbonate, KOH 3%, K202 dan crystal violet.

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu

dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas cokelat

kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf untuk di sterilisasi dengan suhu 121ºC

dan tekanan 15 psi (per square inchi) selama 15 menit. Untuk alat yang tidak

tahan terhadap panas tinggi cukup disterilisasi dengan alkohol 70%.

Page 32: 22.12.2012

32

3.5.2 Uji Pendahuluan

3.5.2.1 Pembuatan Media NA

Cara kerja untuk pembuatan medium NA yaitu menyiapkan bahan-bahan

yang digunakan untuk pembuatan media ini, antara lain beef ekstrak 3 g, pepton 5

g, agar-agar 17 g dan aquades 1000 ml, memasukan semua bahan tersebut

kedalam tabung erlenmeyer dan dipanaskan hingga homogen, menutup dengan

kapas, dibekukan dan di sterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121ºC,

tekanan 15 psi selama 15 menit kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 24

jam.

3.5.2.2 Pembuatan Pepton 0,05%

Cara kerja untuk pembuatan pepton 0,05% yaitu menyiapkan 0,5 g pepton

dan 1000 ml aquades, keduanya dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer,

dihomogenkan dengan panas sedang kemudian dituang masing-masing 9 ml

kedalam tabung reaksi dan media kembali dsterilisasi.

3.5.2.3 Skrining

Cara kerja untuk skrining yaitu menyiapkan media pepton 0,05% 9 ml

sebanyak 10 tabung, melakukan pengenceran mulai 10-1 s/d 10-10 secara aseptis,

hasil pengenceran diinkubasi pada suhu 37ºC selama 1 jam, selanjutnyadisiapkan

cawan petri berisi media NA sebanyak 30 buah, sampel yang telah diencerkan

masing-masing diambil 100µl dengan menggunakan mikropipet kemudian

dituang kedalam cawan petri dan dihomogenkan menggunakan metode cawan

Page 33: 22.12.2012

33

tebar, masing-masing pengenceran diulang sebanyak 3 kali dan diinkubasi selama

24 jam.

3.5.2.4 Isolasi

Cara kerja untuk isolasi yaitu menghitung dan menandai mikroba yang

tumbuh dari hasil skrining, menyiapkan cawan petri berisi media NA, masing-

masing cawan petri dibagi menjadi empat zona dan ditandai, selanjutnya mikroba

yang sudah ditandai sesuai urutan diambil menggunakan tusuk gigi dan

dipindahkan kedalam cawan petri dengan metode spot technique, hasil isolasi

diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.

3.5.2.5 Purifikasi

Cara kerja untuk purifikasi yaitu mengamati pertumbuhan koloni mikroba

hasil isolasi dan ditandai masing-masing koloni yang dianggap berbeda;

memurnikan koloni mikroba yang telah ditandai dengan metode streak technique

untuk selanjutnya diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.

3.5.3 Konfirmasi

Konfirmasi jenis mikroba yang terdapat pada sampel dilakukan dengan

cara melakukan beberapa uji, diantaranya :

3.5.3.1 Pewarnaan Gram

Cara kerja untuk pewarnaan gram yaitu menyiapkan kaca benda yang

telah ditetesi aquades, sampel mikroba diambil menggunakan jarum ose kemudian

Page 34: 22.12.2012

34

dihomogenkan diatas kaca benda untuk selanjutnya di fiksasi (pemanasan sampel

diatas api agar mikroba yang akan diwarnai melekat ke kaca benda), sampel

ditetesi dengan crystal violet, dibiarkan selama 1 menit dan dicuci dengan aquades

mengalir, sampel ditetesi dengan iodine, dibiarkan selama 1 menit dan dicuci

dengan aquades mengalir, sampel ditetesi dengan alkohol 95%, dicuci dengan

aquades mengalir, sampel ditetesi dengan safranin, dibiarkan selama 1 menit dan

dicuci dengan aquades mengalir, sisa air dilap menggunakan tissue dan dilakukan

pengamatan dibawah mikroskop dengan bantuan minyak emersi. Bakteri yang

biru ungu merupakan bakteri gram positif dan bakteri yang berwarna merah ungu

merupakan bakteri gram negatif.

3.5.3.2 Pewarnaan Endospora

Cara kerja untuk pewarnaan endospora yaitu, disiapkan panci berisi air

mendidih, menyiapkan kaca benda yang telah ditetesi aquades, sampel mikroba

diambil menggunakan jarum ose, dihomogenkan, kemudian difiksasi diatas api

selanjutnya sampel diletakkan diatas panci berisi air mendidih, ditetesi malacyte

green 5% dan didiamkan selama 3 menit (selama didiamkan diatas air mendidih,

sampel dijaga agar tidak mengering dengan meneteskan malacyte green 5%

secara berkala), selanjutnya sampel dicuci menggunakan aquadest mengalir,

ditetesi dengan safranin, didiamkan 3 menit dan dicuci menggunakan aquadest

mengalir, sisa air dilap menggunakan tissue dan diamati dibawah mikroskop

dengan bantuan minyak emersi. Bakteri dianggap memiliki endospora bila pada

bagian tengah bakteri yang terwarnai safranin terdapat warna hijau.

Page 35: 22.12.2012

35

3.5.3.3 Uji Katalase

Cara kerja untuk uji katalase yaitu menyiapkan kaca benda yang telah

ditetesi K2O2, mengambil sampel mikroba menggunakan tusuk gigi,

mencelupkan sampel mikroba kedalam tetesan K2O2, hasil positif bila terjadi

reaksi gelembung dan negatif bila tidak terjadi reaksi apapun.

3.5.3.4 Uji Asam/Basa

Cara kerja untuk asam/basa yaitu menyiapkan kaca benda yang telah

ditetesi aquades, mengambil sampel mikroba menggunakan jarum ose,

meletakkan sampel mikroba diatas kaca benda dan dihomogenkan, melakukan

fiksasi (pemanasan sampel diatas api agar mikroba yang akan diwarnai melekat ke

kaca benda), setelah preparat kering, meletakkan preparat pada saringan diatas air

mendidih, metesi dengan karbol fuchin, dan mendiamkan selama 3-5 menit;

membilas dengan menggunakan air mengalir, menetesi preparat dengan alkohol

95% selama 10-15 detik, kemudian membilas menggunakan air mengalir,

menetesi preparat dengan crystal vioilet, biarkan selama 1 menit kemudian bilas

menggunakan air mengalir; mengelap sisa air dengan menggunakan tissue dan

diamati dibawah mikroskop dengan bantuan minyak emersi, bakteri yang

bersifat asam ditandai dengan warna merah muda dan bakteri yang bersifat basa

akan nampak berwarna ungu.

Page 36: 22.12.2012

36

3.5.3.5 Uji Stric Aerob/Anaerob

Cara kerja untuk stric aerob/anaerob yaitu mengisi tabung reaksi dengan

Nutrien Broth (NB) masing-masing 5 ml, semua medium dan bahan lain seperti

aquadest disterilisasi menggunakan autoklaf, kemudian diinkubasi selama 2x24

jam, jika medium tetap jernih berarti medium tersebut steril dan dapat digunakan,

koloni bakteri yang akan diperiksa diambil secara aseptik kemudian diinokulasi

kedalam medium cair. Tiap macam suspensi bakteri diinokulasi ke dalam 2

tabung medium cair sebanyak 1 ose, dihomogenkan dan diinkubasi selama 1x24

jam, bakteri yang bersifat aerob akan tumbuh dipermukaan media dan bakteri

yang berifat anaerob akan tumbuh di dasar media, sedangkan bakteri yang bersifat

anaerob fakultatif akan tumbuh menyebar.

3.5.3.6 Uji Oksidase Test

Cara kerja untuk oksidase test yaitu sebanyak 1 ose koloni bakteri diambil

dari medium NA, kemudian digoreskan pada kertas oxidase test strip, perubahan

warna yang terjadi pada test strip tadi diamati setelah didiamkan selama 20-60

detik, apabila terjadi perubahan warna menjadi biru violet maka oxidase test

dinyatakan positif. Sedangkan bila tidak terjadi perubahan warna maka oxidase

test dinyatakan negatif.

Page 37: 22.12.2012

37

3.5.3.7 Uji Gugus Fermentasi

Cara kerja untuk gugus fermentasi yaitu menginokulasi bakteri pada

setengah bagian medium lempeng agar, sedangkan setengah bagian yang tersisa

dipakai untuk kontrol. Kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 2 x 24 jam,

selanjutnya larutan fermentasi dituang kepermukaan medium dan diperhatikan

warna yang terjadi di sekeliling goresan garis inokulasi. Bagian jernih di

sekeliling koloni bakteri menunjukkan adanya gugus fermentasi oleh bakteri

tersebut, sedangkan bagian lainnya berwarna gelap.

3.5.4 Uji Pemastian Menggunakan Media Selektif

3.5.4.1 EMB

Cara kerja untuk skrining menggunakan media EMB yaitu menyiapkan

media pepton 0,05% 9 ml sebanyak 10 tabung, melakukan pengenceran sampel

mulai 10-1 s/d 10-10 secara aseptis, hasil pengenceran diinkubasi pada suhu 37ºC

selama 1 jam, selanjutnya disiapkan cawan petri berisi media EMB sebanyak 30

buah, diambil sampel yang telah diencerkan masing-masing diambil 100µl dengan

menggunakan mikropipet kemudian dituang ke dalam cawan petri dan

dihomogenkan menggunakan metode cawan tebar, masing-masing pengenceran

diulang 3 kali dan diinkubasi selama 24 jam, koloni yang tumbuh dihitung

menggunakan colony counter.

Page 38: 22.12.2012

38

3.5.4.2 TCBSA

Cara kerja untuk skrining menggunakan media TCBSA yaitu menyiapkan

media pepton 0,05% 9 ml sebanyak 10 tabung, melakukan pengenceran sampel

mulai 10-1 s/d 10-10 secara aseptis, hasil pengenceran diinkubasi pada suhu 37ºC

selama 1 jam, selanjutnya disiapkan cawan petri berisi media TCBSA sebanyak

30 buah, diambil sampel yang telah diencerkan masing-masing diambil 100µl

dengan menggunakan mikropipet kemudian dituang ke dalam cawan petri dan

dihomogenkan menggunakan metode cawan tebar, masing-masing pengenceran

diulang 3 kali dan diinkubasi selama 24 jam, koloni yang tumbuh dihitung

menggunakan colony counter.

3.5.4.3 MRSA

Cara kerja untuk skrining menggunakan media MRSA yaitu menyiapkan

media pepton 0,05% 9 ml sebanyak 10 tabung, melakukan pengenceran sampel

mulai 10-1 s/d 10-10 secara aseptis, hasil pengenceran diinkubasi pada suhu 37ºC

selama 1 jam, selanjutnya disiapkan cawan petri berisi media MRSA sebanyak 30

buah, diambil sampel yang telah diencerkan masing-masing diambil 100µl dengan

menggunakan mikropipet kemudian dituang ke dalam cawan petri dan

dihomogenkan menggunakan metode cawan tebar, masing-masing pengenceran

diulang 3 kali dan diinkubasi selama 24 jam, koloni yang tumbuh dihitung

menggunakan colony counter.

Page 39: 22.12.2012

39

3.5.4.4 PSI

Cara kerja untuk skrining menggunakan media PSI yaitu menyiapkan

media pepton 0,05% 9 ml sebanyak 10 tabung, melakukan pengenceran sampel

mulai 10-1 s/d 10-10 secara aseptis, hasil pengenceran diinkubasi pada suhu 37ºC

selama 1 jam, selanjutnya disiapkan cawan petri berisi media PSI sebanyak 30

buah, diambil sampel yang telah diencerkan masing-masing diambil 100µl dengan

menggunakan mikropipet kemudian dituang ke dalam cawan petri dan

dihomogenkan menggunakan metode cawan tebar, masing-masing pengenceran

diulang 3 kali dan diinkubasi selama 24 jam, koloni yang tumbuh dihitung

menggunakan colony counter.

3.6 Pengumpulan dan Analisis Data

Data secara kualitatif diperoleh dengan cara melakukan identifikasi bakteri

probiotik yang berpotensi menjadi bahan biodekomposer selanjutnya data akan

dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

Page 40: 22.12.2012

40

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Identifikasi Bakteri Probiotik yang Berpotensi sebagai Bahan Biodekomposer

Berdasarkan hasil identifikasi bakteri probiotik yang berpotensi sebagai

bahan biodekomposer, ditemukan sebanyak 7 genus, diantaranya Bacillus,

Lactobacillus, Pseudomonas, Mikrococcus, Escherichia, Aerococcus, dan

Sphaerophorus.

Untuk memperoleh data genus, dilakukan identifikasi bakteri probiotik

yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer tercantum pada Tabel 4.1 dan

Tabel 4.2

Tabel 4.1 Hasil Skrining, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik yang Berpotensi sebagai Bahan Biodekomposer

Kode Bentuk Gram Endospora Catalase Stric aerob/

anaerob

Fast/acid Oksidase Gugus fermentation

A.03 B + + + Aerob - + -

A.10 B + - - Anaerob F + + -

A.30 B - - + Aerob + - -

B.21 B + + + Aerob - + -

B.24 B + + + Aerob - + - B.25 B + + + Aerob - + -

B.27 C + - + Aerob - + -

C.05 B - - + Anaerob F + - - C.14 C + - - Anaerob F - - -

C.21 B + - + Anaerob F + + - C.29 B - - + Anaerob F + - - C.34 B - - + Anaerob F + - - C.35 C + - + Aerob - - -

Keterangan : Asam : (+) (Merah) Basa : (-) (Biru)

Page 41: 22.12.2012

41

Tabel 4.2 Hasil Skrining, Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik yang Berpotensi sebagai Bahan Biodekomposer

Morfologi Sel

A03 A10 A30 B21 B.24 B.25 B27 C.05 C14 C21 C.29 C.34 C.35

Bentuk B B B B B B C B C B B B C

Ukuran L L P L L L L P P P P L P

Susunan S S S S S S S S S S S S S Endospora + - - + + + - - - - - - -

Keterangan : B (basil) C (coccus) L (panjang) P (Pendek) S (single colony) + (ada endospora) - (tidak ada endospora) Beberapa jenis bakteri dari produk probiotik yang berpotensi sebagai

biodekomposer dapat diuraikan ciri morfologi koloni maupun morfologi sel secara

mikroskopisnya. Koloni yang ditemukan diberi kode isolat A.03, A.10, A.30,

B.21, B.24, B.25, B.27, C.5, C.14, C.21, C.29, C.34, dan C.35.

1. Isolat A.03

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih susu/agak

krem, bentuk tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul,

permukaan mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega, bentuk

pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara mikroskopis spesies ini

mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, bergerak, mempunyai

endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,560 µm, diameter 0,269 µm,

respirasi aerob, katalase positif, gugus fermentasi negatif, aerob, basa, dan

oksidase positif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Bacillus,

group 18 (Berbentuk Batang, Berendospora, Gram Positif) (Bergeys, 1994).

(Lihat Lampiran 2, Gambar 1).

Page 42: 22.12.2012

42

2. Isolat A.10

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk

tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan

mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega. Sedangkan secara

mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, tidak

motil, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,312 µm,

respirasi anaerob fakultatif, katalase negatif, asam, dan oksidase positif.

Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Lactobacillus, group 19

(Berbentuk Batang, Tidak Berendospora, Gram positif) (Bergeys, 1994). (Lihat

Lampiran 2, Gambar 2).

3. Isolat A.30

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna kekuningan,

bentuk bundar, tepi berombak, elevasi datar, permukaan suram, diameter1,5-2

mm, pekat, bentuk pada medium miring serupa pedang. Sedangkan secara

mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram negatif,

tidak berkapsula, tidak berspora, bergerak, respirasi aerob, katalase positif, asam,

oksidase negatif dan panjang 1 µm serta diameter 0,5 µm. Berdasarkan ciri di

atas, bakteri ini termasuk genus Pseudomonas (Amar, 2001). (Lihat Lampiran 2,

Gambar 3).

4. Isolat B.21

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih susu/agak

krem, bentuk tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul,

permukaan mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega, bentuk

Page 43: 22.12.2012

43

pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara mikroskopis spesies ini

mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, bergerak, mempunyai

endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,560 µm, diameter 0,269 µm,

respirasi aerob, katalase positif, gugus fermentasi negatif, aerob, basa, dan

oksidase positif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Bacillus,

group 18 (endospor forming, gram positif, rots) (Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran

2, Gambar 4).

5. Isolat B.24

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih susu/agak

krem, bentuk tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul,

permukaan mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega, bentuk

pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara mikroskopis spesies ini

mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, bergerak, mempunyai

endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,560 µm, diameter 0,269 µm,

respirasi aerob, katalase positif, gugus fermentasi negatif, aerob, basa, dan

oksidase positif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Bacillus,

group 18 (Berbentuk Batang, Berendospora, Gram Positif) (Bergeys, 1994).

(Lihat Lampiran 2, Gambar 5).

6. Isolat B.25

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih susu/agak

krem, bentuk tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul,

permukaan mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega, bentuk

pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara mikroskopis spesies ini

Page 44: 22.12.2012

44

mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, bergerak, mempunyai

endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,560 µm, diameter 0,269 µm,

respirasi aerob, katalase positif, gugus fermentasi negatif, aerob, basa, dan

oksidase positif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Bacillus,

group 18 (Berbentuk Batang, Berendospora, Gram Positif) (Bergeys, 1994).

(Lihat Lampiran 2, Gambar 6).

7. Isolat B.27

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna krem dengan

tepian bening, bentuk L, tepi licin, elevasi seperti tombol, permukaan mengkilat,

diameter 1,5 mm, pekat, bentuk pada medium miringserupa pedang. Sedangkan

secara mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk kokus, gram

positif, tidak berkapsula, tidak berspora, tidak bergerak, respirasi aerob, katalase

positif, basa, oksidase positif dan diameter 2,5 µm. Berdasarkan ciri di atas,

bakteri ini termasuk genus Mikrococcus, group 17 (gram positif, coccus)

(Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran 2, Gambar 7).

8. Isolat C.05

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk

tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan

mengkilat, pekat, bentuk pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara

mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram negatif,

bergerak, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, respirasi anaerob

fakultatif, asam, dan oksidase negatif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini

Page 45: 22.12.2012

45

termasuk genus Escherichia, group 5 (anaerob fakultatif, gram negatif, batang)

(Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran 2, Gambar 8).

9. Isolat C.14

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk

tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan

mengkilat, kepekatan seperti mentega. Sedangkan secara mikroskopis spesies ini

mempunyai ciri selnya berbentuk kokus, gram positif, bergerak, tidak mempunyai

endospora, tidak berkapsula, ukuran pendek, respirasi anaerob fakultatif, catalase

negatif, basa,oksidase negatif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus

Aerococcus, group 17 (gram positif, coccus) (Bergeys, 1988). (Lihat Lampiran 2,

Gambar 9).

10. Isolat C.21

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk

tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan

mengkilat, diameter 1,065 mm, kepekatan seperti mentega. Sedangkan secara

mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram positif, tidak

motil, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, ukuran panjang 1,312 µm,

respirasi anaerob fakultatif, katalase negatif, asam, dan oksidase positif.

Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini termasuk genus Lactobacillus, group 19 (tidak

berspora, gram positif, batang) (Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran 2, Gambar 10).

11. Isolat C.29

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk

tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan

Page 46: 22.12.2012

46

mengkilat, pekat, bentuk pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara

mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram negatif,

bergerak, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, respirasi anaerob

fakultatif, asam, dan oksidase negatif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini

termasuk genus Escherichia, group 5 (anaerob facultatif, gram negatif, batang)

(Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran 2, Gambar 11).

12. Isolat C.34

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna putih, bentuk

tidak beraturan dan menyebar, tepi berlekuk, elevasi timbul, permukaan

mengkilat, pekat, bentuk pada medium miring serupa batang. Sedangkan secara

mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk basil, gram negatif,

bergerak, tidak mempunyai endospora, tidak berkapsula, respirasi anaerob

fakultatif, asam, dan oksidase negatif. Berdasarkan ciri di atas, bakteri ini

termasuk genus Escherichia, group 5 (anaerob facultatif, gram negatif, batang)

(Bergeys, 1994). (Lihat Lampiran 2, Gambar 12).

13. Isolat C.35

Isolat ini mempunyai ciri morfologi koloni berupa warna krem,tepi siliat,

elevasi seperti tombol, permukaan mengkilat, diameter 1,5-2 mm, tidak pekat.

Sedangkan secara mikroskopis spesies ini mempunyai ciri selnya berbentuk

kokus, gram negatif, tidak berkapsula, tidak berspora, tidak bergerak, respirasi

aerob, katalase positif, basa, oksidase negatif dan diameter 5 µm. Berdasarkan ciri

di atas, bakteri ini termasuk genus Sphaerophorus (Bergeys, 1994). (Lihat

Lampiran 2, Gambar 13).

Page 47: 22.12.2012

47

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spesies yang berkode A.03, A.10,

B.24, dan B.25 dengan Genus Bacillus adalah jenis bakteri probiotik yang paling

dominan keberadaannya, dan berpotensi menjadi salah satu bakteri penyusun

bahan biodekomposer.

4.1.2 Genus Beberapa Bakteri Probiotik yang Berpotensi sebagai Bahan Biodekomposer Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spesies yang berkode A.03, A.10,

B.24, dan B.25 dengan genus Bacillus adalah yang paling dominan keberadaannya

pada produk probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer dari

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya dan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Total Koloni Bakteri

No Nama Genus Jenis Medium Angka Rerata (cfu/µl) I II III IV

1 Bacillus + 4,48.107 2 Lactobacillus + 3,27.10� 3 Pseudomonas + 2,97.106 4 Micrococcus + 1,86.105 5 Escherichia + 1,86.105 9 Aerococcus + 3,27.10� 13 Sphaerophorus + 1,86.105

Keterangan : Tanda + (Ada) Tanda – (Tidak ada) Jenis Medium I : EMB II : PSI III : MRSA IV : TCBSA Seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 bahwa Bacillus dengan kode A.03,

mempunyai angka rerata yang paling tinggi yaitu 4,48.107 cfu/ml, yang berarti

Page 48: 22.12.2012

48

keberadaannya paling dominan produk probiotik yang berpotensi sebagai bahan

biodekomposer dari Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Hama Penyakit Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya sedangkan Escherichia dengan angka

rerata 1,86.105 cfu/ml merupakan genus yang paling rendah keberadaannya pada

produk probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer dari

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya.

4.2 Pembahasan

Identifikasi merupakan proses untuk mengetahui, menentukan dan

menempatkan suatu organisme ke dalam tingkatan taksa tertentu dengan

membandingkan karakter yang dimilikinya dengan organisme lain yang telah

diketahui. Identifikasi dapat dilakukan dengan dua metode pendekatan, yaitu

pendekatan konvensional dan pendekatan molekuler. Tujuan dari uji-uji

identifikasi adalah untuk mengetahui karakteristik genus dan spesies dari suatu

bakteri uji, identifikasi jenis menggunakan semua sifat yang berkaitan dengan

jenis. Hal ini mencakup morfologi, daya gerak, sifat biokimia, kebutuhan akan

oksigen, reaksi pewarnaan gram dan beberapa sifat kekebalan (Lay, 1994).

Mempelajari ayat-ayat Allah SWT, baik yang tersirat maupun tersurat

merupakan kewajiban manusia sebagai makhluk yang berakal agar senantiasa

mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap kejadian, hal ini ditegaskan dalam

QS Shaad ayat 27 yang berbunyi:

Page 49: 22.12.2012

49

$tΒ uρ $uΖ ø) n= yz u !$yϑ ¡¡9 $# uÚö‘ F{ $#uρ $tΒ uρ $yϑ åκ s]÷� t/ WξÏÜ≈t/ 4 y7 Ï9≡sŒ ÷sß tÏ% ©!$# (#ρã�x� x. 4 ×≅ ÷ƒuθsù tÏ% ©# Ïj9 (#ρã� x�x. zÏΒ Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊄∠∪

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka” (QS. Shaad: 27). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa beberapa jenis bakteri

probiotik yang berpotensi sebagai biodekomposer ditemukan 13 jenis isolat yaitu

isolat bakteri dengan kode A.03, B.21, B.24, dan B.25 termasuk dalam genus

Bacillus yang dapat terdeteksi dari uji konfirmasi yang meliputi pewarnaan gram,

pewarnaan endospora, katalase, streak aerob/anaerob, asam/basa dan gugus

fermentasi serta uji pemastian menggunakan medium pertumbuhan selektif

TCBSA, isolate dengan kode A.10 dan C.21 termasuk dalam genus Lactobacillus

dan isolate dengan kode C.14 termasuk dalam genus Aerococcus, yang dapat

terdeteksi dari uji konfirmasi dan pemastiannya menggunakan medium

pertumbuhan selektif medium MRSA. Berdasarkan ciri-ciri morfologi dan hasil

uji konfirmasi, isolate dengan kode A.30 termasuk dalam genus Pseudomonas, hal

ini diperkuat dengan adanya uji pemastian menggunakan medium PSI. Isolate

dengan kode B.27 termasuk dalam genus Micrococcus, isolate dengan kode C.05,

C.29, dan C.34 termasuk dalam genus Escherichia sedangkan isolat C.35

termasuk dalam genus Sphaerophorus yang seluruhnya dapat tumbuh pada

medium pertumbuhan selektif EMB. Hal ini menunjukkan bahwa tiap genus

memiliki ciri khas pertumbuhan pada media yang bersifat selektif. Menurut

Page 50: 22.12.2012

50

Asmuin (1996) Media selektif/media penghambat adalah media yang ditambah zat

kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain

sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu.

Piloki (2000) menjelaskan bahwa Bacillus merupakan genus bakteri

berbentuk batang, memiliki endospora, dan merupakan satu-satunya bakteri

batang yang aerob, sedangkan pada Familia Bacillaceae batang berspora lainnya

bersifat mikroaerofilik (Sporolactobacillus) atau anaerob (Clostridium). Selain

dapat ditemukan pada lingkungan yang banyak makhluk hidup mati, genus

bacillus juga dapat ditemukan di daerah lumpur dengan kondisi buruk, terutama

pH (3-4) yaitu dengan spesies-spesies Bacillus caldolyticus, dan Bacillus

caldotenax II. Menurut Kusnaidi, dkk. 2003 Mikroba yang berperan sebagai

redusen (decomposer) berperan menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad

hidup yang mati menjadi unsur-unsur kimia (mineralisasi bahan organik),

sehingga bakeri-bakteri dari genus Bacillus sering kali ditemukan pada proses

dekomposisi bahan organik.

Bakteri-bakteri anggota genus Pseudomonas bersifat saprofit banyak

ditemukan di dalam air, tanah dan tempat–tempat ditemukannya organisme yang

sedang mengalami pembusukan. Beberapa spesies dari Pseudomonas dapat

menghasilkan pigmen hijau kuning yang dapat memancarkan sinar (Warren &

Ernest, 1989). Genus ini memegang peranan penting dalam meningkatkan

pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dengan

mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Endah, 2004).

Selain itu, genus ini biasanya menjadi penyebab infeksi sekunder yang

Page 51: 22.12.2012

51

menyebabkan lesi bernanah dan peradangan. Salah satu spesies yang patogen

adalah Pseudomonas aeruginosa (Warren & Ernest, 1989). Selain terdapat dalam

tanah, genus ini juga terdapat dalam sumber air panas dan sumur bangko minyak

bumi yang bersuhu tinggi (Pikoli, 2004).

Bakteri Micrococcus selain dapat menambat N juga menghasilkan thiamin,

riboflavin, nicotin indol acetic acid dan giberelin yang dapat mempercepat

perkecambahan bila diaplikasikan pada benih dan merangsang regenerasi bulu-

bulu akar sehingga penyerapan unsur hara melalui akar menjadi optimal

(Perry,2005). Metabolit mikroba yang bersifat antagonis bagi mikroba lainnya

seperti antibiotik dapat pula dimanfaatkan untuk menekan mikroba patogen tular

tanah, di sekitar perakaran tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

mikroba tanah melakukan immobilisasi berbagai unsur hara sehingga dapat

mengurangi hilangnya unsur hara melalui pencucian. Unsur hara yang

diimobilisasi diubah sebagai massa sel mikroba dan akan kembali lagi tersedia

untuk tanaman setelah terjadi mineralisasi yaitu apabila mikroba mati (Holt, et al,

1994).

Selain bakteri Pseudomonas, Bacillus, Brevibacterium dan Seralia, bakteri

Escherichia merupakan salah satu mikroba pelarut fosfat (Gupte, 1990). Mikroba

pelarut fosfat bersifat menguntungkan karena mengeluarkan berbagai macam

asam organik seperti asam formiat, asetat, propional, laktat, glikolat, fumarat, dan

suksinat. Asam-asam organik ini dapat membentuk khelat organik (kompleks

stabil) dengan kation Al, Fe atau Ca yang mengikat P sehingga ion H2PO4-,

menjadi bebas dari ikatannya dan tersedia bagi tanaman untuk diserap.

Page 52: 22.12.2012

52

Aerococcus dan Lactobacillus merupakan penghasil asam laktat yang pada

proses dekomposisi berperan sebagai penghambat bakteri pathogen dan dapat

menghasilkan hidrogen peroksida yang dapat berfungsi sebagai antibakteri

(Suriawiria, 1983). Sphaerophorus dapat digunakan sebagai agen pembusuk

alami, yang akan mendekomposisi sampah-sampah organik menjadi materi

anorganik sehingga dapat mengurangi kuantitas sampah, menyuburkan tanah dan

dapat menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan (Anonim, 2004).

Peran mikroba dalam biodekomposer berdasarkan strukturnya belum

banyak diketahui tetapi genus mikroba yang ada dalam produk probiotik

mempunyai persamaan dengan genus yang berperan pada proses pengomposan

yaitu Bacillus, Lactobacillus, Micrococcus, Escherichia, dan Aerococcus. Peran

lain mikroba dalam bidang pertanian antara lain dalam teknologi kompos bioaktif

dan dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman (biofertilizer).

Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba

lignoslulotik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai

agensia hayati pengendali penyakit tanaman. Teknologi kompos bioaktif ini

menggunakan mikroba biodekomposer yang mampu mempercepat proses

pengomposan dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Mikroba akan

tetap hidup dan aktif di dalam kompos, dan ketika kompos tersebut diberikan ke

tanah, mikroba akan berperan agensia pengendali hama (Ali, 2008).

Pemanfaatan mikroba sebagai bioaktivator pengomposan dan aplikasinya

pada tanah merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan manusia untuk

Page 53: 22.12.2012

53

memperbaiki kondisi lingkungan hidupnya menjadi lebih baik karena dalam QS

al-anfaal ayat 53 Allah SWT berfirman

y7Ï9≡ sŒ �χr'Î/ ©!$# öΝ s9 à7tƒ #Z�Éi� tó ãΒ ºπ yϑ ÷èÏoΡ $ yγyϑ yè ÷Ρ r& 4’ n? tã BΘöθ s% 4 ®Lym (#ρç� Éi� tóム$tΒ öΝ ÍκŦ à�Ρ r'Î/ � āχr&uρ ©!$# ìì‹ Ïϑ y™ ÒΟŠÎ= tæ

∩∈⊂∪

“(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Al-anfaal ayat 53)

Pada ayat diatas, disebutkan bahwa Allah tidak akan berusaha mengubah

nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak mau berusaha mengubahnya.

Memperbaiki tekstur dan kondisi tanah menjadi lebih baik merupakan bentuk dari

usaha manusia memperbaiki nasib, karena dari tanah yang subur manusia bisa

mendapatkan hasil pertanian yang lebih baik, hal ini sesuai oleh firman Allah

SWT dalam QS Al-a’raf ayat 58 yang berbunyi

à$ s# t7ø9$#uρ Ü=Íh‹ ©Ü9$# ßlã� øƒ s† … çµè?$ t6 tΡ ÈβøŒÎ* Î/ ϵ În/ u‘ ( “Ï% ©!$#uρ y]ç7 yz Ÿω ßl ã�øƒ s† āωÎ) #Y‰Å3tΡ 4 y7Ï9≡ x‹Ÿ2 ß∃Îh� |ÇçΡ ÏM≈tƒ Fψ$# 5Θöθ s)Ï9

tβρá�ä3ô±o„ ∩∈∇∪

“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Allah, dan tanah yang tidak subur , tanaman-tanamannya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur” (QS Al-a’raf ayat 58)

Hasil penelitian ini telah berhasil mengungkapkan tentang

keanekaragaman genus bakteri, untuk itulah perluh dilakukan penelitian lebih

lanjut tentang mikroba lain (selain bakteri) yang terdapat dalam produk probiotik.

Selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian lebih lanjut

Page 54: 22.12.2012

54

untuk sifat-sifat bakteri agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,

misalnya pemanfaatan enzim bakteri untuk keperluan industri, menjadi produk-

produk bioteknologi berbasis mikroba seperti produk biodekomposer dan

bioremediasi lingkungan yang dapat membantu perbaikan kesuburan tanah.

Sebagaimana perintah Allah SWT pada QS Huud ayat 61:

* 4’n< Î) uρ yŠθ ßϑ rO öΝ èδ%s{r& $ [sÎ=≈ |¹ 4 tΑ$ s% ÉΘöθ s)≈ tƒ (#ρ߉ç6 ôã $# ©!$# $ tΒ / ä3s9 ôÏiΒ >µ≈ s9Î) …çνç� ö� xî ( uθ èδ Ν ä. r't±Ρ r& zÏiΒ ÇÚ ö‘F{ $#

óΟä. t� yϑ ÷ètG ó™ $#uρ $ pκ�Ïù çνρã� Ï�øó tFó™ $$ sù ¢ΟèO (#þθ ç/θè? ϵ ø‹ s9Î) 4 ¨βÎ) ’În1u‘ Ò=ƒÌ� s% Ò=‹Åg ’Χ ∩∉⊇∪

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (QS Huud ayat 61)

Berbagai macam mikroba yang ditemukan dalam produk probiotik yang

berpotensi sebagai biodekomposer ini menunjukkan bahwa ciptaan Allah di bumi

ini sangat beragam menurut bentuk maupun fungsinya, namun semua makhluk

yang diciptakan Allah SWT tidak ada satu pun yang tidak membawa manfaat. Hal

ini kembali diperjelas dalam Al-Qur’an surat Al-imran ayat 191

tÏ% ©!$# tβρã� ä. õ‹ tƒ ©!$# $Vϑ≈ uŠ Ï% #YŠθãèè% uρ 4’ n?tã uρ öΝ ÎγÎ/θãΖ ã_ tβρã� ¤6 x� tG tƒuρ ’ Îû È,ù= yz ÏN≡uθ≈ uΚ ¡¡9$# ÇÚö‘ F{ $# uρ $uΖ −/ u‘ $tΒ

|M ø) n= yz #x‹≈ yδ WξÏÜ≈ t/ y7 oΨ≈ ysö6ß™ $oΨ É) sù z># x‹tã Í‘$̈Ζ9 $#

“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”ya Tuhan, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS.al-imran:191).

Page 55: 22.12.2012

55

Aplikasi biodekomposer pada bidang pertanian akan membantu

memperbaiki kondisi tanah pertanian dari ketergantungannya terhadap pupuk

anorganik. Hal ini akan membuat kita sebagai khalifah mampu menjaga amanat

untuk menjaga dan melestarikan bumi tempat kita hidup.

Page 56: 22.12.2012

56

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bakteri dari produk probiotik yang berpotensi sebagai bahan

biodekomposer terdiri dari beberapa genus yaitu Bacillus, Lactobacillus,

Pseudomonas, Micrococcus, Escherichia, Aerococcus, dan Sphaerophorus.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian identifikasi lebih lanjut untuk mengetahui jenis-jenis

bakteri yang telah diketemukan sampai pada tingkat spesies.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi mikroba lainnya

selain bakteri.

3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai potensi-potensi jenis bakteri yang telah

diketemukan ini untuk dimanfaatkan berbagai keperluan, misalnya

pemanfaatan enzim bakteri untuk keperluan industri, menjadi produk-produk

bioteknologi berbasis mikroba seperti produk biodekomposer dan bioremediasi

lingkungan darat.

Page 57: 22.12.2012

57

57

DAFTAR PUSTAKA Afrianto. 2002.Manfaat Probiotik. (Online), ([email protected], Bakteri Punya

Fungsi/Enp/FK UII, diakses tanggal 11 Oktober 2010). Ali. 2008. Agen Pengendali Hama. (Online),

(file:///H:/pengendalihama.com//filess/artikel_2006.ber/dasarkan agensia/mikrobiologi// mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Anonim, 1993. Fermentasi dengan Molase. (Onine),

(http://groups.yahoo.com/group/kimia-industri-proses fermentasi modern/ rame21, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Anonim. 2001. Miroorganisme. (Online),

(file:///H:/mikroorganisme.com//filess/artikel.2004.nutrisi/hidup/mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Anonim. 2004. Mikroba Pembusuk. (Online),

(file:///H:/mikroorganisme.com//filess/artikel.2004.alami/hidup/mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Anonim. 2006. Bakteri Merugikan. (Online),

(http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl course 2001-r-631-sme, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Asmuin. 1996. Medium Selektif. (Online), (file:///H:/media

tumbuh.com//filess/artikel_2006.Selective/dkan20%//bahan,istilah//mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Cheeke, 1999; McDonald dkk., 2001.Cane-Beet Molasses. Mole. Biol. Revis.

49 vol (3) : 347 – 495. Djamhari. 1993. Pemasyarakatan Teknologi Budidaya Pertanian Organik di Desa

Sembalun Lawang Nusa Tenggara Barat, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 5(1):5.

Endah. 2004. Pseudomonas. (Online),

(file:///H:/mikroorganisme.com//filess/artikelrtp/2006/bioteknologi/mikroba.php.htm, diakses tanggal 10 Oktober 2010).

Fahri. 2009. Mikroba Probiotik berbeda dengan Antiiotik. (Online),

(http://Probiotik dan Molase/index.php.htm, diakses tanggal 10 Oktober 2010).

Fardiaz, Skrikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 58: 22.12.2012

58

Fuller. 1989. Energetics of Microbial Growth. John Wiley and Sons, New York. Haris, 1983. Enceng gondok, Penjernih dan Pembersih Limbah. (Online),

http://groups.yahoo.com/group/kimia-industri/message/207. diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Isroi. S.Si, M.Si. 2008. Bioteknologi Mikroba untuk Pertanian Organik. (Online),

(file:///H:/mikroorganisme.com//filess/artikel_2006_bioteknologi_mikroba.php.htm. Bogor : BB-Biogen. diakses tanggal 10 Oktber 2010).

Label. 2008. Medium Pertumbuhan Mikroba. (Online),

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl course 2001-r-631-sme. Diakses tanggal 11 Oktober 2010.

Lay. 1994. Identifikasi Mikroorganisme. (Online).

(file:///H:/mikroorganisme.com//filess/artikel_2006.ber/dasarkan/Ciri-ciri morfologi// mikroba.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Lilley dan Stillwell. 1965. Application and Practical Aspects. Probiotik 2.

Chapman & Hall. Moriarty. 1996. Komposisi Probiotik. (http://guna.yahoo.com/group-

pertama/kimia-industri-manfaat bakteri probiotik baik/message/207.mho, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Parker. 1974. Probiotic Antibiotic. Departement of Avian Sciences College of

Agricultural and Enviromental Sciences, University of California. University Press, Cambridge.

Perry. 2005. Micrococcus. : a phylogeneticallyconserved paradigm in innate

immunity. J Clin Invest 107: 13-19. Piloki. 2000. Bacillus GG in increasing IFN-g production in infants with cow’s

milk allergy. J Allergy Clin Immunol;114:131-6 Poernomo. 2004. Bakteri. (Online), (http://groups.yahoo.com/group/kimia-

industri-isolasi bakteri baik/message/207, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Pond. 1995. Molase. (Online), www//http//:Molase/inokulasi-methanogenik.htm,

diakses tanggal 10 Oktober 2010). Saraswati, Rasti, Dr, 2010 Bioaktivator Perombak Bahan Organik.

(http//Biodekomposer\Bioaktivator Perombak Bahan Organik (Biodekomposer) « Organic Entrepreneur..Harmony of Humans and Nature.htm. diakses tanggal 10 Oktober 2010).

Page 59: 22.12.2012

59

Soeharsono. 1998. Probiotik Ternak. (Online), //Hub Probiotik dan Mikroba/Manfaat Probiotik Dan Prebiotik_Guide Gaya Hidup Terbaik.htm, diakses tanggal 10 Oktober 2010).

Sperti. 1977. Molecular and Biotechnological Aspect of Microbial Proteases. J.

Microbiol. Mol. Biol. Rev. 62(3) : 597 – 635. Sumarsih. 2003. Medium Pertumbuhan Mikroba. (Online), (http:// Bahan-

Baku/media,tumbuh/MIDWIFERY/mikroba/EnergiBakteri.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Tualar. 2005. Struktur Bakteri. (Online),

(http://my.opera.com/aguskusmawanto/blog/show.dml/4377028, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Turista, 2010. Bioaktivator Pengomposan. (Online),

(http://pp.opera.co.id/agusindragunawan/blog/show.dml/9977028/htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Warren & Ernest. 1989. Pseudomonas Strains Elicit Strong

in Macrophages through Toll-Like Receptor 2. Clin Diagn Lab Immunol 10, 259-66.

Warsito. 1995 Bakteri. (Online),

(http://my.opera.com/aguskusmawanto/blog/show.dml/4377028, diakses tanggal 11 Oktober 2010).

Widanarti. 2008. Bakteri Prokariotik. (Online),

(file:///H:/mikrobiologi//filess/artikel_2006_bioteknologi_mikroba prokarit-eukariot.php.htm, diakses tanggal 11 Oktober 2010).