2_08_181

5
580 | NOVEMBER - DESEMBER 2010 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Secara nasional, perceraian meningkat 10 kali lipat dalam sepuluh tahun tera- khir dari rata-rata 20.000 kasus setiap tahun di tahun 1998, melonjak tajam menjadi 200.000 kasus pada tahun 2008. 1 Di antara negara Islam, angka perceraian setiap tahun di Indonesia berada di peringkat tertinggi. Setiap tahun ada 2 juta perkawinan, tetapi setiap 100 pernikahan, 10 pasangan bercerai, sebagian besar baru beru- mah tangga. 2 Di Amerika Serikat setiap tahun, ter- dapat lebih dari 1 juta anak menga- lami perceraian orang tua mereka. Di tahun 1995, kurang dari 60% anak- anak Amerika hidup dengan kedua orang tua biologis, hampir 25% ting- gal dengan ibu, sekitar 4 % tinggal bersama ayah dan sisanya tinggal bersama keluarga sambung, keluarga adopsi, atau keluarga angkat. Angka perceraian mencapai puncaknya di ta- hun 1979 – 1981 pada angka 5,3 per 1000 orang, turun pada tahun 1995 mencapai 4,4 per 1000 orang. Seki- tar 50% pernikahan pertama dan 60% pernikahan kedua berakhir dengan perceraian. 3 Di tahun 2005 angka per- ceraian di Amerika Serikat mencapai 3,6 per seribu penduduk (sekitar 1,07 juta perceraian), merupakan salah satu tertinggi di dunia, walaupun turun di beberapa tahun terakhir. 4 Di Kanada dalam 40 tahun terakhir, perubahan struktur keluarga berpe- ngaruh signifikan terhadap kesehatan jiwa populasi remaja dan kesehatan masyarakat. Setelah diterimanya Un- dang-undang Perceraian tahun 1968, angka perceraian meningkat lima kali dari akhir 1960an sampai pertengah- an tahun 1980an; dan di akhir tahun 1980an terdapat hampir 74.000 anak dari perceraian. 4 PERCERAIAN Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan perni- kahannya, mereka meminta pemerin- tah untuk dipisahkan. Banyak negara memiliki hukum dan aturan tentang perceraian. 5 Pasangan harus memu- tuskan pembagian harta benda yang diperoleh selama pernikahan, mem- bagi biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Perceraian diawali dengan ketidakhar- monisan pernikahan. Beberapa pe- nyebab ketidakharmonisan adalah 6 : 1. Mementingkan diri sendiri 2. Harapan yang tidak realistik 3. Masalah keuangan 4. Tidak saling dengar satu sama lainnya 5. Adanya penyakit (yang berlarut- larut seperti depresi) 6. Kecanduan obat atau alkohol 7. Cemburu berlebihan 8. Cerewet (tidak toleran terhadap kesalahan kecil) 9. “Ada main” satu sama lain 10. Dorongan ambisi 11. Tidak matang 12. Komunikasi yang buruk Dampak Perceraian bagi Kesehatan Keluarga dan Aspek Prevensinya Yusuf Alam Romadhon Bagian Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Surakarta, Indonesia DAMPAK JANGKA PENDEK PER- CERAIAN Masalah berkaitan dengan perceraian bagi anak-anak secara umum adalah menjadi berisiko tinggi bermasalah emosional dan perilaku (depresi dan prestasi akademik yang menurun di sekolah). Perceraian merupakan pen- galaman menegangkan bagi anak dan kedua orang tuanya. Reaksi Segera Anak 3 Manifestasi klinik dampak perceraian pada anak tergantung beberapa varia- bel, meliputi usia anak, tingkat fungsi psikososial keluarga, kemampuan orangtua dalam mengendalikan ke- marahan, kehilangan dan ketidaknya- manan serta perhatian pada perasaan dan kebutuhan anak dan kecocokan temperamen antara orang tua dan anak. Usia 3 tahun mengalami regresi perkembangan, sementara anak umur 4 – 5 tahun menjadi keras kepala, anak usia sekolah menunjukkan penurunan prestasi belajar, sedangkan pada rem- aja menunjukkan perilaku asusila dan sebagainya. Secara umum anak cen- derung merasa bersalah dan bertang- gung jawab terhadap perpisahan dan merasa bahwa mereka harus mencoba memulihkan perkawinan (orang tua- nya). Reaksi Segera Orang Tua 3 Pada orang tua efek perceraian berwu- jud pada bermacam reaksi negatif dan tidak nyaman. Ibu cenderung bereaksi dengan mengonsumsi lebih banyak alkohol, lebih banyak memanfaatkan Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 580 Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 580 10/27/2010 2:45:25 PM 10/27/2010 2:45:25 PM

Upload: aulia-fitriani

Post on 10-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aadd

TRANSCRIPT

  • 580 | NOVEMBER - DESEMBER 2010

    TINJAUAN PUSTAKA

    PENDAHULUANSecara nasional, perceraian meningkat 10 kali lipat dalam sepuluh tahun tera-khir dari rata-rata 20.000 kasus setiap tahun di tahun 1998, melonjak tajam menjadi 200.000 kasus pada tahun 2008.1 Di antara negara Islam, angka perceraian setiap tahun di Indonesia berada di peringkat tertinggi. Setiap tahun ada 2 juta perkawinan, tetapi setiap 100 pernikahan, 10 pasangan bercerai, sebagian besar baru beru-mah tangga.2

    Di Amerika Serikat setiap tahun, ter-dapat lebih dari 1 juta anak menga-lami perceraian orang tua mereka. Di tahun 1995, kurang dari 60% anak-anak Amerika hidup dengan kedua orang tua biologis, hampir 25% ting-gal dengan ibu, sekitar 4 % tinggal bersama ayah dan sisanya tinggal bersama keluarga sambung, keluarga adopsi, atau keluarga angkat. Angka perceraian mencapai puncaknya di ta-hun 1979 1981 pada angka 5,3 per 1000 orang, turun pada tahun 1995 mencapai 4,4 per 1000 orang. Seki-tar 50% pernikahan pertama dan 60% pernikahan kedua berakhir dengan perceraian.3 Di tahun 2005 angka per-ceraian di Amerika Serikat mencapai 3,6 per seribu penduduk (sekitar 1,07 juta perceraian), merupakan salah satu tertinggi di dunia, walaupun turun di beberapa tahun terakhir.4

    Di Kanada dalam 40 tahun terakhir, perubahan struktur keluarga berpe-ngaruh signi kan terhadap kesehatan

    jiwa populasi remaja dan kesehatan masyarakat. Setelah diterimanya Un-dang-undang Perceraian tahun 1968, angka perceraian meningkat lima kali dari akhir 1960an sampai pertengah-an tahun 1980an; dan di akhir tahun 1980an terdapat hampir 74.000 anak dari perceraian.4

    PERCERAIANPerceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan perni-kahannya, mereka meminta pemerin-tah untuk dipisahkan. Banyak negara memiliki hukum dan aturan tentang perceraian.5 Pasangan harus memu-tuskan pembagian harta benda yang diperoleh selama pernikahan, mem-bagi biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka.

    Perceraian diawali dengan ketidakhar-monisan pernikahan. Beberapa pe-nyebab ketidakharmonisan adalah 6:1. Mementingkan diri sendiri2. Harapan yang tidak realistik3. Masalah keuangan4. Tidak saling dengar satu sama

    lainnya5. Adanya penyakit (yang berlarut-

    larut seperti depresi)6. Kecanduan obat atau alkohol7. Cemburu berlebihan8. Cerewet (tidak toleran terhadap

    kesalahan kecil)9. Ada main satu sama lain10. Dorongan ambisi11. Tidak matang12. Komunikasi yang buruk

    Dampak Perceraian bagi Kesehatan Keluarga dan Aspek Prevensinya

    Yusuf Alam RomadhonBagian Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah, Surakarta, Indonesia

    DAMPAK JANGKA PENDEK PER-CERAIAN Masalah berkaitan dengan perceraian bagi anak-anak secara umum adalah menjadi berisiko tinggi bermasalah emosional dan perilaku (depresi dan prestasi akademik yang menurun di sekolah). Perceraian merupakan pen-galaman menegangkan bagi anak dan kedua orang tuanya.

    Reaksi Segera Anak3

    Manifestasi klinik dampak perceraian pada anak tergantung beberapa varia-bel, meliputi usia anak, tingkat fungsi psikososial keluarga, kemampuan orangtua dalam mengendalikan ke-marahan, kehilangan dan ketidaknya-manan serta perhatian pada perasaan dan kebutuhan anak dan kecocokan temperamen antara orang tua dan anak. Usia 3 tahun mengalami regresi perkembangan, sementara anak umur 4 5 tahun menjadi keras kepala, anak usia sekolah menunjukkan penurunan prestasi belajar, sedangkan pada rem-aja menunjukkan perilaku asusila dan sebagainya. Secara umum anak cen-derung merasa bersalah dan bertang-gung jawab terhadap perpisahan dan merasa bahwa mereka harus mencoba memulihkan perkawinan (orang tua-nya).

    Reaksi Segera Orang Tua3

    Pada orang tua efek perceraian berwu-jud pada bermacam reaksi negatif dan tidak nyaman. Ibu cenderung bereaksi dengan mengonsumsi lebih banyak alkohol, lebih banyak memanfaatkan

    Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 580Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 580 10/27/2010 2:45:25 PM10/27/2010 2:45:25 PM

  • 581| NOVEMBER - DESEMBER 2010

    ULASAN

    layanan kesehatan untuk depresi, ke-cemasan, atau perasaan terhina; dan merasa kurang mampu berperan se-bagai orang tua. Ayah merasa dike-sampingkan, kurang diterima oleh anak-anaknya, dan juga bisa men-derita depresi, cemas, dan penyalah-gunaan zat. Kualitas hubungan kakek dan nenek dengan cucu-cucu mereka juga sering menurun.

    Hambatan peran orang tua Kaitan perceraian dengan hasil negatif pada anak didasarkan pada 2 kom-ponen dasar tumbuh kembang anak. Perspektif keluarga menekankan asumsi bahwa kompetensi menjadi orang tua harus bisa berkompromi dengan distres psikologis orang tua akibat perpisahan dalam perkawinan atau kesulitan keuangan, sedangkan perspektif investasi berpendapat bah-wa kesejahteraan anak akan menurun dibandingkan standar hidup (setem-pat) orang tua yang mendapatkan hak asuh setelah perceraian.

    Di tahun 1990 sekitar 10% anak-anak di Skandinavia tinggal dengan ibu tunggal dengan kondisi rumah tangga yang memrihatinkan, gambaran seru-pa di Amerika Serikat sebesar sekitar 60%.4

    DAMPAK JANGKA PANJANG PER-CERAIANASPEK PREVENSI PERCERAIAN

    Beberapa karakteristik keluarga sehat meliputi6:1. Komunikasi yang sehat, anggota

    keluarga bebas mengekspresikan perasaan dan emosinya.

    2. Otonomi personal, meliputi pem-bagian kekuasaan yang tepat antara pasangan.

    3. Fleksibilitas, sikap memberi dan menerima secara tepat untuk beradaptasi pada kebutuhan-ke-butuhan individu dan perubahan sekitar.

    4. Apresiasi, meliputi keterikatan dan penghargaan sehingga pada tiap anggota bisa berkembang rasa percaya diri yang sehat.

    5. Dukungan jejaring, dukungan adekuat dari dalam atau luar ke-luarga menumbuhkan rasa aman, daya tahan terhadap stress dan memberikan lingkungan umum.yang sehat.

    6. Waktu dan keterlibatan keluar-ga; sebagian besar tanda utama kepuasan keluarga bahagia ada-lah mengerjakan segala sesuatu bersama-sama.

    7. Keterikatan pada pasangan, sifat ini akan tampak peranannya pada terapi keluarga.

    8. Pertumbuhan, memberikan pe-luang bagi pertumbuhan masing-masing individu dalam keluarga.

    9. Nilai spiritual dan religius, kelekat-an pada keyakinan dan nilai spiritual diketahui berhubungan

    dengan kesehatan keluarga yang positif.

    Pentingnya keluarga utuh dan ber-fungsi baikKeluarga yang stabil dan berfungsi baik, terdiri dari 2 orang tua beserta anak, berpotensi aman dan mendu-kung lingkungan pengasuhan yang optimal untuk tumbuh kembang anak. Keluarga menjalankan 2 fungsi utama : 1) merawat dan memberikan pengasu-han pada anak-anak dan 2) merupakan tempat nilai diajarkan dan dipelajari.31 Salah satu kebutuhan dasar anak yang sedang dalam proses tumbuh kem-bang adalah kebutuhan akan kasih sayang atau kematangan emosi. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk tumbuh kembang yang selaras baik sik, mental maupun psikososial. Ke-hadiran ibu atau penggantinya sedini dan selanggeng mungkin, akan men-jalin rasa aman bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak sik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya den-gan menyusui bayi secepat mungkin setelah lahir. Kasih sayang dari orang tuanya (ayah ibu) akan menciptakan ikatan erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).32 Kurang kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan berdampak negatif pada tumbuh kembang anak baik sik, men-tal maupun sosial emosi, yang disebut Sindrom Deprivasi Maternal.

    Struktur keluarga dengan 2 orang tua memang memfasilitasi keberhasilan keluarga dan memberikan ruang un-tuk diwujudkannya perilaku effective parenting,.31 Namun, apakah keluarga dengan orang tua tunggal memenga-ruhi kesejahteraan anak, para peneliti belum bersepakat31.

    Terdapat 4 peran keluarga yang bersi-fat pervasive, terdiri atas: Pertama, struktur, nilai-nilai, keyakinan-keyakin-an, peran dan tauladan, dan hubung-an dengan anak. Ke dua, lingkungan keluarga, dapat dinilai dari iklim emo-sional di dalam dan di luar rumah.

    Tabel 1. Dampak Jangka Panjang Perceraian

    No. Anggota keluarga Dampak

    1. Suami berisiko sakit, perokok, pecandu obat dan alkohol, pola makan tidak sehat7 10

    2. Istri berisiko sakit, perokok, pecandu obat dan alkohol, penurunan status nansial, dukungan jejaring sosial, harapan sehat7 9, 11,12

    3. Anak berisiko menjadi perokok dan peminum dini sebelum usia 14 tahun1315 depresi dan gangguan psikiatri lainnya1617, percobaan bunuh diri18, risiko ADHD19, perilaku rivalry dengan saudara kandung20 dan sex pranikah21, DM tipe 1 autoimun22, sindrom metabolik23

    Pengaruh pada perkembangan motorik halus maupun kasar24 maupun wasting dan stunting25 tidak jelas, tetapi mempunyai pengaruh bermakna terhadap perkembangan kognitif dan tinggi badan anak laki-laki26 27 Sebagian peneliti menganggap perceraian sebagai faktor risiko gagal tumbuh28 sedangkan yang lain tidak29

    4. Ibu menyusui tidak berpengaruh terhadap pola inisiasi ASI30

    Sosialisasi Karakteristik Keluarga Sehat

    Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 581Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 581 10/27/2010 2:45:25 PM10/27/2010 2:45:25 PM

  • 583| NOVEMBER - DESEMBER 2010

    ULASAN

    Ke tiga, hubungan antar anggota ke-luarga, kesehatan dan perilaku dalam keluarga. Ke empat, stabilitas perka-winan, pengasuhan orang tua, dan ke-luarga bagi anak-anak.31

    Kemitraan dalam PengasuhanOrang tua dapat mengembangkan peran yang saling melengkapi dan dukungan dalam usahanya masing-masing.31 Peran kemitraan dapat di-tunjukkan dari peran strategis ayah dalam mengoptimalkan pemberian dan inisiasi ASI.33,34 Pengaruh ayah mu-lai dari penambahan berat badan bayi prematur karena mendengarkan suara ayah, hingga pengaruh terhadap ke-mandirian dan kinerja akademis anak. Peran ayah sama besarnya dan saling melengkapi dengan peran ibu dalam penyediaan afeksi, pengasuhan, dan kenyamanan bagi anak-anak. Keter-libatan ayah juga berdampak men-stabilkan dan mempromosikan fungsi aktif keluarga sehat.34

    Di negara yang lebih bebas seperti di Amerika Serikat, pacar ibu juga ikut dalam pengasuhan. Pengasuh pria menyumbang lebih dari 55 % kasus pembunuhan infan di Amerika.35

    Penilaian kesehatan keluargaSetiap dokter yang berorientasi pada keluarga hendaknya juga mengukur kesehatan keluarga dengan metoda penilaian sederhana yang dikenal den-gan nama APGAR keluarga; yakni :1. Adaptation; kepuasan anggota

    keluarga dalam menerima bantu-an yang diperlukan dari anggota keluarga lainnya

    2. Partnership; kepuasan anggota keluarga dalam berkomunikasi, urun rembuk dalam mengambil suatu keputusan dan atau menye-lesaikan masalah.

    3. Growth; kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberi-kan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.

    4. Affection; kepuasan anggota ke-luarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional dalam keluarga

    5. Resolve; kepuasan anggota kelu-arga terhadap kebersamaan dalam

    membagi waktu, kekayaan dan ru-ang antar anggota keluarga

    APGAR keluarga biasanya dituangkan dalam satu formulir isian yang dike-nal dengan daftar tilik APGAR Ke-luarga.36,37 Penilaian APGAR keluarga merupakan alat deteksi dini ketida-kharmonisan keluarga.36

    Kelompok Keluarga Berisiko Tinggi Untuk CeraiDokter layanan primer hendaknya memperhatikan kelompok keluarga berisiko cerai :

    1. Pernikahan tanpa status hukum yang jelas dan pernikahan sambung dengan anakPenelitian di Inggris menunjukkan bahwa pasangan yang menikah formal mempunyai kemungkinan tetap ber-sama lebih besar ketimbang pasang-an ko-habit (berkumpul tanpa status). Pada orang tua yang tidak menikah formal, peluang bercerai 45 kali ketimbang orang tua yang menikah formal. Hingga ulang tahun kelima anak, 8% orang tua menikah di Inggris bercerai, dibanding-kan 52% perceraian pasangan yang tidak menikah formal; 25% pasangan

    yang menikah setelah anak lahir bera-khir dengan perceraian.38

    Di Amerika, co-habit pasca perceraian, risiko perpisahannya lebih tinggi ketimbang mereka yang menikah lagi secara resmi. Lebih lanjut survei menunjukkan bahwa, risiko cerai pada pernikahan dengan anak baik pertama kali maupun pernikahan sambung le-bih tinggi ketimbang pernikahan yang diawali tanpa anak; sekitar 42 % per-nikahan pertama dan lebih dari 50% pernikahan sambung dengan anak berakhir dengan perceraian.39

    2. Salah satu pasangan pecandu obat dan/atau mengalami depresiKondisi ibu depresi dan kecanduan obat, berpeluang meningkatkan ke-mungkinan anaknya bercerai setelah berumah tangga nanti.40

    UPAYA SISTEMATIS PREVENSI PER-CERAIAN Di masyarakat, perceraian dapat digambarkan sebagai sebuah fenome-na gunung es41, (gambar 1).

    Perceraian dapat dianalogikan seperti penyakit, dimulai dari benih ketidak-

    Bagian kejadian PERCERAIAN yang

    tidak terdeteksi dokter, profesional layanan

    keluarga, masyarakat sekitar

    (bagian air yang dekat gunung es akan mudah membeku jadi es = kelompok risiko tinggi

    Permukaan air

    Bagian kejadian PERCERAIAN yang dapat dikenali

    Bagian kejadian PERCERAIAN yang tercatat/terlaporkan

    Bagian yang tidak tercatat/terlaporkan

    Bagian dari gunung es yang muncul di atas permukaan air

    Gambar 1. Kejadian perceraian adalah sebuah fenomena gunung es.

    Keterangan: Yang tampak di permukaan, lewat gugatan perceraian; namun ada porsi besar yang belum

    nampak, yaitu keluarga yang sudah cerai tetapi tidak formal; di sekelilingnya adalah keluarga-keluarga

    berisiko tinggi untuk mengalami ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

    Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 583Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 583 10/27/2010 2:45:50 PM10/27/2010 2:45:50 PM

  • 584 | NOVEMBER - DESEMBER 2010

    harmonisan yang berlarut sehingga timbul kelainan perceraian, yang berdampak buruk (gambar 2 ).

    Tindakan sistematis prevensi perce-raian berdasarkan alur di atas (gambar 3):1. Memperkuat dasar kepribadian

    orang dewasa normal yang siap memasuki atau menjalani pernika-han berupa promosi kesehatan pernikahan.

    2. Memperkuat dasar kepribadian orang dewasa siap menikah yang berisiko; dalam pencegahan pe-nyakit disebut speci c protection.

    3. Membantu pasangan suami istri mengenali secara dini dan memilih tindakan pencegahan atau peng-hilangan risiko ketidakharmonisan dalam pernikahan mereka, ter-

    masuk secondary prevention. 4. Melakukan mediasi keluarga pada

    keadaan penyakit sudah mun-cul, yakni ketika suami istri sendiri tidak mampu mengatasi ketidak-harmonisan keluarganya.

    5. Melakukan pendampingan re-habilitatif pada suami istri yang sudah putus perceraiannya se-cara hukum, untuk meminimalisir dampak buruk perceraian pada pasangan itu sendiri (memutuskan menikah lagi atau tidak), dampak bagi anak, dan dampak bagi ke-luarga pasangan, terutama untuk pendampingan pengasuhan anak paska perceraian. Orang tua dapat membantu menyiapkan anak-anak mereka mengenai apa yang terja-di. Penyiapan harus sesuai usia dan tingkat perkembangan si anak.

    Gambar 2. Perjalanan dari siap menikah sampai terjadinya penyakit perceraian

    Gambar 3. Tindakan pencegahan perceraian

    Orang tua harus menunjukkan komit-men kuat pada anak-anak mereka; coping anak-anak akan lebih bagus bila orang tua bisa bekerja sama dan mau menerima perilaku bersama un-tuk anak kita walaupun berpisah.3

    SIMPULAN Perceraian berdampak luar biasa bagi kehidupan keluarga. Dimulai dari pe-rubahan atau transisi fungsi keluarga, stressor bagi pasangan baik dalam jangka pendek maupun jangka pan-jang. Selanjutnya akan berpengaruh dalam fungsi pengasuhan orang tua. Hasil akhirnya berpengaruh pada perkembangan anak.

    Perlu penanganan sistematis berupa usaha pencegahan primer, sekunder dan tersier.

    Orang dewasa siap menikah

    Orang yang menikah

    Dampak perceraian bagi pasangan

    Berbagai penyebab ketidak harmonisan

    keluarga

    Dampak perceraian bagi keluarga pasangan

    Dampak perceraian bagi anak

    Perceraian

    Orang dewasa siap menikah

    Orang yang menikah

    Dampak perceraian bagi pasangan

    Berbagai penyebab ketidak harmonisan

    keluarga

    Dampak perceraian bagi keluarga pasangan

    Dampak perceraian bagi anak

    Perceraian

    Tindakan PENCEGAHAN PRIMER promosi

    kesehatan pernikahan

    dan selective protection

    Tindakan PENCEGAHAN

    SEKUNDER; mediasi pernikahan,

    penemuan kasus keluarga bermasalah

    PENCEGAHAN TERSIER :

    pendampingan keluarga bercerai

    ULASAN

    Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 584Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 584 10/27/2010 2:45:52 PM10/27/2010 2:45:52 PM

  • 585| NOVEMBER - DESEMBER 2010

    ULASAN

    DAFTAR PUSTAKA

    1. BBC News update at 16:02 GMT, Wednesday, 4

    February 2009 http://news.bbc.co.uk

    2. Eramuslim.com Rabu, 15/08/2007 12:58 WIB

    www.eramuslim.com

    3. Cohen G J and Committee on Psychosocial

    Aspects of Child and Family Health. Helping

    Children and Families Deal with Divorce and

    Separation. Pediatrics 2002;110;1019-1023

    4. Roustit C, Chaix B, Chauvin P. Family Breakup

    and Adolescents Psychosocial Maladjustment:

    Public Health Implications of Family Disrup-

    tions. Pediatrics 2007;120; e984 - e991

    5. Wikipedia http://id.wikipedia.org de nisi per-

    ceraian

    6. Murtagh J. General Practice, 2nd ed, 1998 pp

    9-16

    7. Ikeda A, Iso H, Toyoshima H, Fujino Y, Mizoue T,

    Yoshimura T, Inaba Y, Tamakosh, A. JACC Study

    Group; Marital status and mortality among Jap-

    anese men and women: the Japan Collabora-

    tive Cohort Study, BMC PubHealth 2007; 7:73

    8. Fukuda Y, Nakamura K, Takano T. Accumulation

    of health risk behaviours is associated with low-

    er socioeconomic status and womens urban

    residence : a multilevel analysis in Japan; BMC

    PubHealth 2005;5: 65

    9. Fukuda Y, Nakamura K, Takano T. Municipal health

    expectancy in Japan: decreased healthy longevity

    of older people in socioeconomically disadvan-

    taged areas; BMC PubHealth 2005; 5: 65

    10. Eng PM, Kawachi I, Fitzmaurice G, Rimm EB. Ef-

    fect of marital transitions on changes in dietary and

    other health behaviours in US male health profes-

    sionals, J EpidComHealth, 2005; 59: 56 62

    11. Weitoft GR, Haglund B, Hjern A, Rosn M. Mor-

    tality, severe morbidity and injury among long

    term lone mothers in Sweden. Internat J Epid

    2002; 31; 573 580

    12. Lee S, Cho E, Grodstein F, Kawachi I, Hu FB,

    Colditz GA. Effects of marital transitions on

    changes in dietary and other health behaviours

    in US women. Internat J Epidemiol 2005; 34: 69

    78

    13. Anda RF, Croft JB, Felitti VJ, Nordenberg D,

    Giles WH, Williamson DF, Giovino GA. Ad-

    verse Childhood Experiences and Smoking

    During Adolescence and Adulthood. JAMA

    1999;282(17): 1652 1657

    14. Kestila L, Koskinen S, Martelin T, Rahkonen O,

    Pensola T, Pirkola S, Patja K, Aroma A. In uence

    of parental education, childhood adversity,

    and current living conditions on daily smok-

    ing in early adulthood; European J PubHealth

    2006;16( 6): 617 - 626

    15. Rothman EF, Edwards EM, Heeren T, Hingson

    RW. Adverse Childhood Experiences Predict

    Earlier Age of Drinking Onset: Results From a

    Representative US Sample of Current or For-

    mer Drinkers. Pediatrics 2008;122;e298-e304

    16. Gilman SE, Kawachi I, Fitzmaurice GM, Buka

    SL. Family Disruption in Childhood and Risk of

    Adult Depression. Am J Psychiatry 2003; 160(5):

    939 946

    17. Schiling EA, Aseltine Jr, RH, Gore S. Adverse

    childhood experiences and mental health in

    young adults : a longitudinal survey. BMC Pub

    Health 2007; 7: 30

    18. Dube SR, Anda RF, Felitti V., Chapman DP,

    Williamson DF, Giles WH. Childhood Abuse,

    Household Dysfunction, and the Risk of At-

    tempted Suicide Throughout the Life Span:

    Findings From the Adverse Childhood Experi-

    ences Study. JAMA 2001;286(24):3089-3096

    19. Strohschein LA. Prevalence of methylphenidate

    use among Canadian children following paren-

    tal divorce; CMAJ 2007;176(12) : 1711 1714

    20. Setiawati, Zulkaida, Sibling rivalry pada anak

    sulung yang diasuh oleh single father, Proc.

    PESAT Universitas Gunadarma, 21 22 Agustus

    2007

    21. Wong ML, Chan RKW, Koh D, Tan HH, Lim FS,

    Emmanuel S, Bishop G. Premarital Sexual Inter-

    course Among Adolescents in an Asian Coun-

    try: Multilevel Ecological Factors. Pediatrics

    2009;124;e44-e52

    22. Sepa A, Frodi A, Ludvigsson J. Mothers Experi-

    ences of Serious Life Events Increase the Risk of

    Diabetes-Related Autoimmunity in Their Chil-

    dren. DiabetesCare 2005; 28(10): 2394 2399

    23. Thomas C, Hyppnen E, Power C. Obesity

    and Type 2 Diabetes Risk in Midadult Life:

    The Role of Childhood Adversity. Pediatrics

    2008;121:e1240-e1249

    24. Sacker A, Quigley MA, Kelly YJ. Breastfeed-

    ing and Developmental Delay: Findings

    From the Millennium Cohort Study. Pediatrics

    2006;118:e682-e689

    25. Engebretsen IMS, Tylleskr T, Wamani H, Kara-

    magi C, Tumwine JK. Determinants of infant

    growth in Eastern Uganda: a community-based

    cross-sectional study. BMC PubHealth 2008;

    8:418

    26. Li L, Manor O, Power C. Early environment and

    child-to-adult growth trajectories in the 1958

    British birth cohort. Am. J Clin.Nutr. 2004; 80:

    185-92

    27. Richards M, Wadsworth MEJ. Long term effects

    of early adversity on cognition function, Arch.

    Dis. Child 2004; 89: 922 927

    28. Block RW, Krebs NF and the Committee on

    Child Abuse and Neglect and the Committee

    on Nutrition. Failure to Thrive as a Manifesta-

    tion of Child Neglect. Pediatrics 2005;116;1234-

    1237

    29. Blair PS, Drewett RF, Emmett PM, Ness A,

    Emond AM and the ALSPAC Study Team Fam-

    ily. Socioeconomic and prenatal factors associ-

    ated with failure to thrive in the Avon Longitu-

    dinal Study of Parents and Children (ALSPAC)

    Internat. J Epidemiol. 2004;33:839847

    30. Rossem Lv, Oenema A, Steegers EAP, Moll HA,

    Jaddoe VWV, Hofman A, Mackenbach JP, Raat

    H. Are Starting and Continuing Breastfeed-

    ing Related to Educational Background? The

    Generation R Study; Pediatrics 2009;123;e1017-

    e1027

    31. American Academic of Pediatrics. Family Pedi-

    atrics : Report of the Task Force on the Family.

    Pediatrics 2003; 111: 1541 1571

    32. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. EGC,

    Jakarta, 1995

    33. Februhartanty J. Strategic roles of fathers in op-

    timizing breastfeeding practices: a study in an

    urban setting of Jakarta; Summary of disserta-

    tion. University of Indonesia, 8 January 2008

    34. Coleman WL, Gar eld C,Commitee on Psycho-

    social Aspect of Child and Family Health Fa-

    thers and Peditriacians. Enhancing Mens Roles

    in the Care and Development of Their Children.

    Pediatrics 2004; 113:1406 1411

    35. Fujiwara T, Barber C, Schaechter J, Hemenway

    D. Characteristics of Infant Homicides: Findings

    From a U.S. Multisite Reporting System. Pediat-

    rics 2009 published online Jul 20.

    36. Azwar A. Pengantar Pelayanan Dokter Kelu-

    arga, cet II. Penerbit Ikatan Dokter Indonesia,

    1997.

    37. Smucker WD, Wildman BG, Lynch TR, Revolin-

    sky MC. Relationship Between the Family AP-

    GAR and Behavioral Problems in Children Arch

    Fam Med. 1995;4: 535 539

    38. Wilson J. Family breakdown how important

    is it for British general practice. Br. J. Gen. Prac-

    tice July 2004

    39. Halford K, Nicholson J, Sanders M. Couple

    Communication in Stepfamilies. Family Process

    Dec 2007; 46(4): 471

    40. DOnofrio BM, Turkheimer E, Emery RE, Harden

    KP, Slustke WS, Heath AC, Madden PAF, Martin

    NG. A Genetically Informed Study of the Inter-

    generational Transmission of Marital Instability.

    J. Marriage and Family 2007; 69:3; ProQuest

    Religion pg. 793

    41. Budioro B. Pengantar Ilmu Kesehatan

    Masyarakat; Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Diponegoro Semarang, cetakan ke

    III 2001

    Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 585Layout CDK Edisi 181 November 2010 dr.indd 585 10/27/2010 2:45:52 PM10/27/2010 2:45:52 PM