204092719-isine-buncis

27
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang UDU KYE Kacang buncis tegak atau biasa di sebut kacang jogo mempunyai nama ilmiah Phaseolus vulgaris L. Kacang buncis ini biasa dinamakan kidney beans, karena tidak merambat tetapi tumbuh secara tegak tanpa ajir, buncis tegak dapat dipanen polong tua atau bijinya saja tapi bisa dipanen dalam keadaan muda sebagai sayuran. Peningkatan produksi buncis tegak mempunyai arti penting dalam menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdayaguna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Kacang buncis tegak atau kacang jogo biasanya di konsumsi bijinya, polong buncis selain memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap (protein, karbohidrat, vitamin, serat kasar, dan mineral) juga mengandung zat-zat lain yang berkhasiat sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Misalnya, kandungan gum dan pectin dapat menurunkan kadar gula darah, kandungan lignin berkhasiat untuk mencegah kangker usus besar dan kangker payudara. Di samping itu polong buncis juga berkhasiat untuk menurunkan kolesterol darah, mencegah penyebaran sel kangker, menurunkan tekanan darah, mengontrol insulin dan gula darah, mengatur fungsi pencernaan, mencegah konstipasi, sebagai antibitik, mencegah hemmorhoid, dan masalah pencernaan lainnya (Bambang, 2003). 1

Upload: faishalirfandi

Post on 05-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Budidaya Buncis

TRANSCRIPT

  • I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    UDU KYE

    Kacang buncis tegak atau biasa di sebut kacang jogo mempunyai nama

    ilmiah Phaseolus vulgaris L. Kacang buncis ini biasa dinamakan kidney beans,

    karena tidak merambat tetapi tumbuh secara tegak tanpa ajir, buncis tegak dapat

    dipanen polong tua atau bijinya saja tapi bisa dipanen dalam keadaan muda

    sebagai sayuran.

    Peningkatan produksi buncis tegak mempunyai arti penting dalam

    menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdayaguna bagi usaha

    mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Kacang buncis tegak atau

    kacang jogo biasanya di konsumsi bijinya, polong buncis selain memiliki

    kandungan gizi yang cukup lengkap (protein, karbohidrat, vitamin, serat kasar,

    dan mineral) juga mengandung zat-zat lain yang berkhasiat sebagai obat untuk

    berbagai macam penyakit. Misalnya, kandungan gum dan pectin dapat

    menurunkan kadar gula darah, kandungan lignin berkhasiat untuk mencegah

    kangker usus besar dan kangker payudara. Di samping itu polong buncis juga

    berkhasiat untuk menurunkan kolesterol darah, mencegah penyebaran sel kangker,

    menurunkan tekanan darah, mengontrol insulin dan gula darah, mengatur fungsi

    pencernaan, mencegah konstipasi, sebagai antibitik, mencegah hemmorhoid, dan

    masalah pencernaan lainnya (Bambang, 2003).

    1

  • Table 1. Kandungan nilai gizi dan kalori kacang buncis per 100 gram No Jenis Zat Gizi Jumlah Kandungan Gizi1 Energi / Kalori 35.00 kal2 Protein 2,40 g3 Lemak 0,20 g4 Karbohidrat 7,70 g5 Kalsium 6,50 g6 Fosfor 4,40 g7 Serat 1,20 g8 Besi 1,10g9 Vitamin A 630,00 Sl10 Vitamin B1 0,08 mg11 Vitamin B2 0,10 mg12 Vitamin B3 0,70 mg13 Vitamin C 19,00 mg14 Air 89 g

    Sumber: (Emma, 1994).

    Salah satu faktor penunjang produksi tanaman buncis tegak yang

    tergolong sangat penting adalah jenis tanah. Meskipun tanah telah mempunyai

    sifat kimia yang baik, tetapi tidak ditunjang dengan sifat fisika tanah yang baik

    maka produksi tanaman tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Tekstur

    dan struktur tanah adalah bagian dari sifat fisika tanah yang berperan penting

    dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena kedua faktor tersebut secara

    langsung dapat membatasi penetrasi akar dan secara tidak langsung

    mempengaruhi penyediaan dan kandungan air serta udara tanah (Kramer, 1983)

    Salah satu tanah yang mempunyai sifat fisika bermasalah yaitu Ultisol.

    Hambatan utama dalam pengembangan ultisol untuk pertanian disamping sifat

    kimia yang rendah adalah sifat fisika yang jelek. Sifat fisika tanah merupakan

    unsur lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tersedianya air, udara tanah

    dan secara tidak langsung mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman. Sifat

    ini juga akan mempengaruhi potensi tanah untuk berproduksi secara maksimal.

    Diantara sifat fisika tanah yang penting dan berpengaruh dalam usaha pertanian

    2

  • adalah tekstur, struktur, kelembaban tanah, berat volume tanah, total ruang pori,

    kematangan tanah, tingkat dekomposisi bahan organik dan permeabilitas tanah,

    Sebagian sifat fisika tanah seperti struktur, dan tekstur tanah dapat dimodifikasi

    dengan penambahan pupuk (Yulnafatmawita, 2008).

    Sebagian besar petani kita masih menggunakan pupuk kimia yang dijual di

    toko-toko pertanian, padahal seperti yang telah kita ketahui bersama pupuk kimia

    dapat menyebabkan defisit beberapa unsur hara dan terjadinya penumpukan unsur

    hara lain serta dapat menyebabkan tanah menjadi asam yang apabila dibiarkan

    secara terus menerus tanah menjadi tidak subur bahkan tidak bisa ditanami.

    Dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi dengan cara

    mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih dengan menggunakan pupuk

    hayati dan pupuk organik (kompos, dan kandang).

    Pupuk organik (pupuk kandang, dan pupuk kompos) adalah jenis pupuk

    yang berasal dari bahan-bahan organik. Pupuk kandang berasal dari kotoran

    hewan ternak seperti kambing, kuda, sapi, dan kerbau, dan pupuk kompos adalah

    pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman yang telah membusuk, pupuk organik

    ini akan menambah kesuburan tanah, dan mampu memperbaiki struktur tanah.

    Pupuk hayati adalah pupuk yang didalamnya terdapat inokulan berbahan aktif

    organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi

    tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman (Simanungkalit dkk, 2006).

    Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) adalah salah satu cendawan yang

    hidup di dalam tanah. CMA dapat bersimbiosis dengan sebagian besar (97%)

    famili tanaman, seperti tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, perkebunan, dan

    3

  • tanaman pakan. Cendawan mikoriza arbuskula termasuk dalam ordo Glomales

    (Zygomycotona) dan terdiri dari dua sub ordo, yaitu Glomineae dan

    Gigasporineae. Sub ordo Glomineae dibagi dalam dua famili, yaitu Glomaceae

    dan Acaulosporaceae, sedangkan Gigasporineae terdiri atas dua genus, yaitu

    Gigaspora dan Scutellospora. Kedua genus tersebut dapat dibedakan berdasarkan

    pembentukan sporanya (Nuhamara 1993).

    Penelitian mengenai mikoriza telah mulai banyak dilakukan, bahkan usaha

    untuk memproduksinya telah mulai banyak dirintis. Hal ini disebabkan oleh

    peranannya yang cukup membantu dalam meningkatkan kualitas tanaman. Seperti

    yang disampaikan oleh Yusnaini (1998), bahwa VAM dapat membantu

    meningkatkan produksi kedelai pada tanah ultisol di Lampung. Bahkan pada

    penelitian lebih lanjut dilaporkan bahwa penggunaan VAM ini dapat

    meningkatkan produksi jagung yang mengalami kekeringan sesaat pada fase

    vegetatif dan generatif (Yusnaini et al., 1999). Setiadi (2003), menyatakan bahwa

    mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap

    kondisi lahan kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logam-

    logam berat. Mencermati kondisi demikian maka dapat disepakati jika terdapat

    komentar mengenai potensi mikoriza yang cukup menjanjikan dalam bidang

    agribisnis.

    4

  • B. Permasalahan dalam Penelitian

    Permasalahan dari penelitian ini adalah:

    1. Bagaimanakah pengaruh pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan

    produksi tanaman buncis tegak pada ultisol?

    2. Bagaimana pengaruh pupuk hayati Mikoriza terhadap pengurangan dosis

    anjuran pupuk kimia bagi pertumbuhan dan produksi buncis tegak pada

    ultisol?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Mengkaji pengaruh pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan

    produksi tanaman buncis tegak pada ultisol

    2. Mengkaji dosis anjuran pupuk kimia terhadap pertumbuhan dan produksi

    tanaman buncis tegak pada ultisol

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

    1. Mendapatkan teknologi budidaya buncis tegak dengan cara memanfaatkan

    pupuk hayati Mikoriza sehingga menjadi pertanian yang berkelanjutan

    2. Menyumbangkan pengetahuan yang tepat mengenai pengaruh pupuk hayati

    mikoriza campuran dua jenis Glomus dan Gigaspora dan pengurangan dosis

    5

  • pupuk Urea, SP-36 dan KCL terhadap pertumbuhan dan produksi buncis

    tegak pada tanah ultisol.

    II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

    6

  • A. Kerangka Pemikiran

    Buncis (Phaseolus vulgaris L.) termasuk sayuran polong semusim yang

    berumur pendek. Menurut Cahyono, (2007) tanaman buncis tegak di

    klasifikasikan sebagai berikut:

    Kingdom : Plant Kingdom

    Divisio : Spermatophyta

    Sub divisio : Angiosspermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Sub kelas : Calyciflorae

    Ordo : Rosales (Leguminales)

    Famili : Leguminosae (Papilionaceae)

    Sub famili : Papillionaciae

    Genus : Phaseolus

    Spesies : Phaseolus vulgaris L.

    Tanaman buncis tegak memiliki tinggi tanaman antara 30-50 cm, tanpa

    merambat dengan jumlah buku sedikit dan pembungaannya terbentuk diujung

    batang utama (Titi S, 1993).

    Pertumbuhan dan produksi tanaman buncis dipengaruhi oleh sifat fisiologi

    danmorfologi tanaman. Arsitektur suatu tanaman dicerminkan oleh bentuk

    tajukdansangat mempengaruhi proses fotosintesis. Umumnya, sistem perakaran

    tanaman buncis tidak besar atau ekstensif, berakar tunggang dan serabut dengan

    percabangan lateral dangkal dan dapat tumbuh hingga sekitar kurang lebih 1

    7

  • meter. Batang tanaman ini bentuknya pendek, bercabang banyak, beruas-ruas,

    berbulu halus, dan tanaman tampak rimbun daunnya bulat lonjong, ujung daun

    runcing, tepi daun rata berbulu sangat halus, tulang daun menyirip. Daun

    berukuran kecil lebarnya 6-7.5 cm dan panjangnya 7.5-9 cm, sedangkan yang

    berukuran besar lebarnya 10-11 cm dan panjangnya 11-13 cm (Cahyono, 2007).

    Posisi duduk daun tegak agak mendatar dan bertangkai pendek dan setiap

    cabang terdapat tiga daun menyirip yang kedudukannya berhadapan. Ukuran daun

    sangat bervariasi tergantung varietasnya (Cahyono, 2007). Selanjutnya

    Wuryaningsih dkk (2001) menyatakan daun merupakan salah satu organ tanaman

    yang menjadi tempat berlangsungnya proses fotosintesis yang menghasilkan

    karbohidrat. Karbohidrat hasil fotosintesis akan digunakan untuk pertumbuhan

    dan perkembangan organ-organ lainnya. Dengan jumlah daun yang cukup,

    tanaman dapat melakukan fotosintesis secara optimal, sehingga dapat

    meningkatkan kualitas bunga dan polong berisi.

    Bunga tanaman buncis tergolong bunga sempurna atau berkelamin dua

    (hermaprodit), ukurannya kecil, bentuk bulat panjang (silindris) berukuran kurang

    lebih 1 cm (Cahyono, 2007) dan tumbuh dari cabang yang masih muda atau pucuk

    muda berwarna putih, merah jambu dan ungu. Bunga menyerbuk sendiri dengan

    bantuan angin dan serangga. Polong bentuknya ada yang pipih lebar memanjang

    kurang lebih 20 cm, bulat lurus dan pendek kurang lebih 12 cm dan bulat panjang

    kurang lebih 15 cm. Susunan polong bersegmen dengan jumlah biji 5-14 / polong.

    Ukuran dan warna polong bervariasi tergantung kepada jenis varietas. Biji

    berukuran agak besar, bentuknya bulat lonjong dan pada bagian tengah

    8

  • melengkung (cekung), berat 100 biji 16-40.6 g berwarna hitam. (Cahyono, 2007

    dan Sentra Informasi Iptek, 2008). Bagian dari komponen pertumbuhan dan

    produksi tanaman buncis sangat bervariasi sesuai dengan kondisi masing-masing

    varietas.

    Umumnya tanaman buncis ditanam di dataran tinggi 1.000-1.500 m dpl

    dengan iklim kering dan sudah diuji pada dataran medium 300-760 m dpl di

    Tapanuli Selatan dan bisa jadi dapat ditanam pada dataran rendah di bawah 300 m

    dpl (Cahyono, 2007).

    Agar pertumbuhan tanaman buncis tegak optimum maka harus di tanam

    pada jenis tanah yang sesuai. Tanah yang sesuai untuk tanaman buncis adalah

    tanah andosol dan regosol yang terdapat di daerah pengunungan serta pH tanah

    yang di kehendaki pH adalah 5.5-6.0, gembur dengan tekstur tanah liat sampai

    liat berpasir (Thompson dan Kelly, 1957) dan lempung berliat dengan suhu tanah

    rata-rata 183000C (SentraInformasi Iptek, 2008).

    Penelitian di lakukan di Desa Suro, kecamatan Kalibagor, kabupaten

    Banyumas yang memiliki jenis tanah ultisol. Ultisol merupakan tanah yang telah

    mengalami pelapukan lanjut dan berasal dari bahan induk yang sangat masam.

    Tanah di lokasi penelitian mengandung bahan organik rendah dan strukturnya

    tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi. Pembentukan tanah berjalan

    cepat di daerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi.

    Seperti halnya di Indonesia, ultisol telah mengalami pencucian yang sangat

    intensif menyebabkan ultisol memiliki kejenuhan basa yang rendah dan pelapukan

    mineral yang rendah (Hardjowigeno, 1987).

    9

  • Ultisol sering di identikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi

    sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial. Apabila

    dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada, ultisol ternyata

    dapat merupakan lahan potensial apabila di beri perlakuan yang tepat. Untuk

    meningkatkan produktivitas ultisol, dapat dilakukan melalui pemupukan,

    penambahan bahan organik, drainase, pengolahan tanah yang seminimum

    mungkin, dan pengapuran. Pengapuran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi

    sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada

    ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai

    pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap baik sebab yang

    terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh racun dari aluminium dan

    penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman (Hakim dkk, 1986).

    Untuk membantu memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah agar dapat

    mencapai kondisi lahan yang tepat untuk pertumbuhan tanaman buncis tegak

    adalah salah satunya dibantu dengan pemupukan. Pemilihan jenis pupuk yang

    tepat sangat membantu dalam mempengaruhi sifat-sifat ultisol. Pupuk yang

    digunakan pada ultisol di desa Suro adalah pupuk mikoriza dan pupuk organik

    (kompos). Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pupuk organik adalah pupuk

    yang tidak akan menimbulkan kerusakan pada tanah, pupuk organik memiliki

    banyak manfaat untuk tanah khususnya ultisol, manfaat tersebut di antaranya

    adalah: dapat menyuburkan tanah, meningkatkan struktur dan tekstur tanah serta

    tidak meninggalkan residu dalam tanah, dan penggunaan pupuk hayati seperti dari

    10

  • mikoriza merupakan tindakan yang tepat, karena mikoriza dapat membantu dalam

    memperbaiki sifat tanah yaitu sifat kimia, biologi maupun fisika tanah.

    Mikoriza merupakan suatu struktur khas pada sistem perakaran yang

    terbentuk karena adanya simbiosis mutualistik antara cendawan (myces) dan akar

    (ryza) dari tumbuhan tingkat tinggi. Mikoriza dapat dibedakan berdasarkan cara

    infeksinya pada perakaran tanaman inang, yaitu 1). Endomikoriza merupakan

    struktur mikoriza pada lapisan yang terbentuk sampai ke dalam sel korteks akar,

    Endomikoriza biasa hidup pada tanaman semusin seperti tanaman sesayuran,2).

    Ektomikoriza merupakan struktur mikoriza pada lapisan luar akar tidak sampai

    menginfeksi ke dalam sel korteks akar, Ektomikoriza biasa hidup pada tanaman

    tahunan seperti pada jati, mangga dan lengkeng. 3). Ektendomikoriza merupakan

    struktur mikoriza yang dapat membentuk jala hartig dan dapat menembus sel

    korteks Ektendomikoriza biasa hidup pada tanaman tahunan dan semusim

    (Hardjowigeno, 1989).

    Pada dasarnya cendawan mikoriza dapat dikelompokkan berdasarkan

    struktur morfologi dan anatomi struktur spesifiknya (Brundrett, 2004).

    Berdasarkan hal tersebut cendawan mikoriza dapat dibagi menjadi 2 yaitu

    cendawan mikoriza arbuskular (CMA) dan ektomikoriza (EKM). Dari kedua

    jenis tersebut CMA merupakan kelompok cendawan mikoriza yang paling sering

    diteliti dan dimanfaatkan untuk kepentingan peningkatan pertumbuhan dan

    produksi tanaman.

    Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) adalah salah satu cendawan yang

    hidup di dalam tanah. Cendawan ini selalu berasosiasi dengan tanaman tingkat

    11

  • tinggi dan keduanya saling memberikan keuntungan (Nuhamara 1993). Manfaat

    CMA dapat dikelompokkan menjaditiga, yaitu untuk tanaman, ekosistem,dan bagi

    manusia. Bagi tanaman, CMAsangat berguna untuk meningkatkanserapan hara,

    khususnya unsur fosfat (P).

    Bolan (1991) menyatakan bahwa kecepatanmasuknya hara P ke dalam

    hifaCMA dapat mencapai enam kali lebihcepat pada akar tanaman yang

    terinfeksiCMA dibandingkan dengan yang tidakterinfeksi CMA. Hal ini terjadi

    karenajaringan hifa eksternal CMA mampu memperluasbidang serapan. Hasil

    penelitianserapan hara lainnya dilaporkan olehKabirun (2002), Hasanudin (2003),

    danMusfal (2008), yaitu CMA dapat meningkatkanserapan nitrogen (N) dan

    kalium(K). Tarafdar dan Rao (1997) juga menyatakan bahwa pemberian CMA

    pada tanamankacang-kacangan dapat meningkatkanserapan unsur mikro Cu dan

    Zn.

    Bolan (1991) menyatakan bahwa manfaat CMA bagi ekosistem adalah

    sebagai penghasilenzim fosfatase yang dapatmelepaskan unsur P yang terikat

    unsur Aldan Fe pada lahan masam dan Ca padalahan berkapur sehingga P akan

    tersediabagi tanaman. CMA juga berperan dalammemperbaiki sifat fisik tanah,

    yaitu membuattanah menjadi gembur.

    Wright dan Uphadhyaya (1998), menyatakan bahwa CMAmelalui akar

    eksternalnya menghasilkansenyawa glikoprotein glomalin dan asam-asamorganik

    yang akan mengikat butir-butirtanah menjadi agregat mikro.Selanjutnya melalui

    proses mekanisoleh hifa eksternal, agregat mikro akanmembentuk agregat makro

    yang mudahdiserap tanaman.

    12

  • Adanya arbuskula sangat penting untuk mengidentifikasi bahwa telah

    terjadi infeksi pada akar tanaman (Scannerini dan Bonfante-Fosolo, 1983 dalam

    Delvian, 2003), sedangkan vesikula merupakan organ penyimpan makanan dan

    berfungsi sebagai propagul (organ reproduktif). Selanjutnya dikatakan bahwa

    seluruh endofit dan yang termasuk genus Gigaspora, Scutellospora, Glomus,

    Sclerocystis dan Acaulospora mampu membentuk arbuskula.

    Gambar 1. Penampang longitudinal akar yang terinfeksi fungi mikoriza (Brundrett et al., 1994)

    Adanya fungi mikoriza juga sangat penting bagi ketersediaan unsur hara

    seperti P, Mg, K, Fe dan Mn untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini terjadi melalui

    pembentukan hifa pada permukaan akar yang berfungsi sebagai perpanjangan akar

    terutama di daerah yang kondisinya miskin unsur hara, pH rendah dan kurang air

    seperti ultisol. Akar tanaman bermikoriza ternyata meningkatkan penyerapan seng

    dan sulfur dari dalam tanah lebih cepat daripada tanaman yang tidak bermikoriza

    (Abbot dan Robson 1984). Manfaat fungi mikoriza ini secara nyata terlihat jika

    kondisi tanahnya miskin hara atau kondisi kering, sedangkan pada kondisi tanah

    yang subur peran fungi ini tidak begitu nyata (Setiadi, 2003).

    13

  • Fungi mikoriza biasanya tersebar dengan berbagai cara. Penyebaran aktif

    miselia melalui tanah, setelah infeksi di akar hifa berkembang di daerah perakaran

    pada tanah dan terbentuk struktur fungi, diantaranya miselium eksternal akar

    merupakan organ yang sangat penting dalam menyerap unsur hara dan

    mentransferkan ke tanaman, sedangkan penyebaran pasif dapat dilakukan oleh

    beberapa hewan dan juga angin (Setiadi, 2001).

    B. Hipotesis

    Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:

    1. Diduga pupuk hayati Mikoriza dapat memperbaiki variabel pertumbuhan yang

    di amati pada tanaman buncis tegak.

    2. Diduga penggunaan pupuk hayati Mikoriza akan memberikan pertumbuhan

    dan produksi buncis tegak yang lebih bagus di bandingkan dengan perlakuan

    tanpa pupuk Mikoriza

    3. Diduga penggunaan pupuk hayati Mikoriza dapat mengurangi penggunaan

    pupuk kimia hingga 50%.

    III. METODE PENELITIAN

    14

  • A. Tempat dan Waktu

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang akan dilaksanakan

    pada lahan terbukadi desa Suro, kecamatan Kalibagor, Banyumas. Penelitian akan

    dilakukan pada bulanjunisampai dengan Agustus 2013.

    B. Bahan dan Alat

    Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah lahan ultisol, yang berasal

    dari desa Suro,kecamatan Kalibagor, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, benih

    tanaman buncistegak, pupuk hayati mikoriza jenis Glomus dan Gigaspora, pupuk

    organik serta pupuk urea (kandungan N sebanyak 46%), SP-36 (kandungan P

    36%), dan KCl (kandungan K 18%). Alat-alat yang digunakan dalam

    penelitianadalah cangkul, pancong, tali rafia, tugal, sabit,martil, paku, bambu,

    kamera serta alat tulis.

    C. Rancangan Percobaan

    Penelitian ini akan dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak

    Kelompok (RAK). Faktor yang dicoba adalah pupuk hayati mikoriza, pupuk

    organik (pupuk kompos) dan pupuk N, P, K yang masing-masing pupuk di

    aplikasikan satu kali, pupuk organik (kompos), dan SP-36 di aplikasikan 2 hari

    sebelum tanam, pupuk hayati (mikoriza) 2 minggu setelah tanam, pupuk urea (N),

    KCl (K) 3 minggu setelah tanam, serta kontrol sebagai pembanding. Perlakuan

    15

  • dari ketiga faktor yang dicoba ada 8 macam dengan 3 ulangan (blok) sehingga

    diperoleh 24 unit percobaan. Kombinasi perlakuan yang dicoba yaitu :

    Kontrol :Po

    Pupuk Organik :K

    Pupuk Hayati :H

    Pupuk Kimia :C50

    Hayati + Organik :HK

    Kimia + Hayati :C50H

    Kimia + Organik :C50K

    Semua kombinasi :C50HK.

    D.Analisis Data

    Data dianalisis menggunakan uji Fdan apabila F table lebih kecil di

    banding F hitung maka hasil yang di peroleh berbeda nyata dan kemudian

    dilanjutkan dengan uji Faktorial dan DMRT dengan tingkat kesalahan 5% dan uji

    regresi.

    E. Variabel dan Pengukuran

    Pengukuran variable yang sudah di tentukan terdiri dari 2 fase, di

    antaranya adalah fase vegetatif dan fase generatif

    1. Fase vegetatif

    a. Tinggi tanaman (cm)

    16

  • Pengamatan dilakukan dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi

    tanaman di lakukan dengan cara mengukur dari pangkal tanaman sampai titik

    tumbuh paling tinggi.Carapengukuran adalah tanaman diluruskan keatas sejajar

    dengan arah pertumbuhan tanaman kemudian di ukur. Pengukuran tinggi tanaman

    dimulai pada umur 2 minggu setelah tanam dengan interval waktu I minggu 1

    kali.

    b. Luas daun

    Penghitungan luas daun dilakukan dengan menggunakan

    metodeGrafimetri, metode ini dilakukan dengan cara membentangkan daun pada

    kertas HVS yang sudah di tentukan ukuranya kemudian bentuk daun tersebut di

    gambarkan pada kertas HVS yang telah di sediakan, kemudian di gunakan rumus

    sebagi berikut:

    Lkertas: P x L

    Luas daun:

    c. Jumlah daun

    Jumlah daun di peroleh dengan cara menghitung banyaknya daun yang

    sudah membuka dengan sempurna, penghitungan jumlah daun di lakukan pada

    umur 2 minggu setelah tanam, dan pengamatan selanjutnya berselang 1 minggu

    dan seterusnya

    d. Jumlah cabang

    17

  • Jumlah cabang di hitung berdasarkan banyaknya cabang yang telah

    tumbuh dari batang dan telah membentuk daun Trifoliat, penghitungan jumlah

    cabang di lakukan 2 minggu setelah tanam, dan kemudian penghitungan

    selanjutnya berselang satu minggu

    e. Bobot segar tajuk

    Bobot segar tajuk di peroleh dengan cara menimbang tajuk yang sudah di

    pisahkan dari kotoran atau bekas tanah yang menempel pada daun dan sudah di

    potong bagian akarnya, bobot segar tajuk di hitung setelah tanaman berbunga.

    f. Bobot kering tajuk

    Bobot kering tajuk diperoleh dengan cara menimbang tajukyang sudah di

    oven pada suhu 80oc selama 24 jam dan

    g. Bobot akar segar

    Bobot akar segar di ketahui dengan cara menimbang akar yang sudah di

    pisahkan dari tajuk dan sisa-sisa tanah yang menempel pada akar, penimbangan

    akar di lakukan ketika tanaman sudah berbunga

    h. Bobot kering akar

    Bobot kering akar di dapat dengan cara menimbang kembali akar yang

    sudah di oven selama 24 jam pada suhu 80oC

    2. Fase Generatif

    a. Waktu berbunga

    Waktu berbunga dapat di peroleh dari pengamatan hari ke berapa tanaman

    berbunga, dan ketika bunganya sudah mencapai 50% - 60%.

    18

  • b. Jumlah polong per tanaman

    Jumlah polong per tanaman dapat di peroleh dengan cara menghitung

    berapa banyaknya polong yang di hasilkan oleh tanaman buncis tegak, jumlah

    polong pertanaman di hitung dalam satu kali panen.

    c. Bobot polong per tanaman

    Bobot polong pertanaman dapat di ketahui dengan cara menimbang

    jumlah polong yang di hasilkan oleh satu tanaman di suatu petakan.

    d. Bobot polong per petak

    Bobot polong per petak dapat di ketahui setelah bobot polong per tanaman

    telah di hitung, bobot perpetak di hasilkan dari penjumlahan bobot polong dari ke

    5 sampel tanaman

    F. Pelaksanaan Penelitian

    Tahapan penelitian tersusun atas tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap

    analisis data dan tahap penyusunan laporan.

    1. Tahap persiapan

    a. Tanah yang berada di desa Surokabupaten Banyumas Propinsi

    jawa tengahdilakukan pengolahan

    b. Tanah yang telah diolah kemudian dibuat bedengan dengan

    ukuran 1,5m x 2m, sebanyak 24 petak

    c. Tanah yang telah selesai dibuat bedengan kemudian dibuat jarak

    tanam menggunakan penggaris dan tali rafia agar jarak tanam terlihat rapih

    19

  • d. Dua hari sebelum tanam terlebih dahulu di aplikasikan pupuk SP-

    36 dan pupuk organik (kompos).

    2. Tahap pelaksanaan

    a. Benih buncis tegak ditanam pada tanah yang telah diolah serta diberi

    pupukorganikdan SP-36 aplikasi pupuk organik dan SP-36 dua hari sebelum

    tanam.. Benih dimasukkan pada lubang yang telah disiapkan sebanyak 2 biji

    perlobang.

    b. Di lakukan penyulaman 5 hari setelah tanam apabila dalam suatu lobang tidak

    ada benih yang tumbuh, benih yang untuk penyulaman sebanyak 2 benih

    c. Pupuk mikoriza di aplikasikan satu minggu setelah tanam, dalam melakukan

    pemupukan Mikoriza ada sekitar 35 spora

    d. Pupuk urea dan KCl aplikasikansetelah tanaman berumur 2 minggu

    e. Dilakukan perawatan (menyiram, menyiang) minimal 2 hari sekali.

    f. Pengamatan variabel setelah tanaman tumbuh, dan setelah tanaman di panen

    3. Tahap analisis data.

    Semua data yang di peroleh dari penelitian kemudian di analisis guna

    untuk penyusunan laporan.

    4. Tahap penyusunan laporan.

    Laporan di susun setelah semua data yang di dapatkan telah selesai di

    lakukan analisis.

    20

  • Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    No. Kegiatan percobaan

    Bulan ke-

    1 2 3 4 5 6 7 81. Persiapan

    pengolahan lahan

    **** ****

    2. Pelaksanaan percobaan **** ****

    3. Analisis data**** ****

    4. Penyusunan Laporan **** ****

    DAFTAR PUSTAKA

    Askari, W. Tanah Ultisol. http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-ultisol/. Diakses pada tanggal 20 mei 2013.

    Bambang, C. 2003. Kacang Buncis, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kansius, Yogyakarta.

    Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk. 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. 374 +x p

    Burbey dan R.D.M. Simanungkalit. 2006.Tanggapan Padi Gogo Terhadap Inokulasi Mikoriza Dengan Pupuk P Dan Kapur Tanah Ultisol. hlm. 1-9 DalamDjoko S. Damardjati dan Adi Widjono (Ed.). Hasil Penelitian Pertanian dan Bioteknologi Pertanian III. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

    21

  • Cahyono, (2007).Teknik Budidaya dan Anlisis Usaha Tani Kacang Buncis. Kanisius, Yogyakarta.

    Emma, S. Wirakusumah. 1994. Buah dan Sayur Untuk Terapi. Penebar Swadaya, Jakarta.

    Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A.M. Lubis, M. A. Pulung,M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong, H.H. Bailey. 1986. Penuntun Praktikum Ilmu tanah. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

    Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.Invam. 2010. Classification of Glomeromycota. (on-

    line).http://invam.caf.wvu.edu/ . diakses tanggal 15 Juni 2013.

    Nuhamara, S. T. 1993. Peranan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza.

    Setiadi, Y. 2003. Arbuscular mycorrhizal inokulum production. Program dan Abstrak

    Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-

    Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003.

    Bandung. pp 10.

    Titi setianingsih dan Khaerudin.1993.Pembudidaya Buncis Tipe Tegak dan Merambat.

    Yulnafatmawita. 2008. Buku Pegangan Mahasiswa Untuk Praktikum FisikaTanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.76 hal.

    Yusnaini, S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. No. 7:103-108

    22

  • Lampiran 1. Denah Percobaan

    BLOK 1 BLOK II BLOK IIIH PO C50HK

    C50H C50 HKK H C50K

    HK K C50HC50HK C50K C50

    PO C50H KC50 HK H

    C50K C50HK PO

    Keterangan :PO = KontrolK = Organik

    23

    U

  • H = HayatiC50 = Pengurangan dosis anjuran pupuk Kimia 50%C50K = Kimia 50% + OrganikC50HK = Kimia 50% + Hayati + OrganikHK = Hayati + OrganikC50H = Kimia 50% + Hayati

    Lampiran 2. Peta lokasi penelitian

    24

  • Lampiran 3. Perhitungan Dosis Pupuk N-P-K dan Mikoriza

    1. Perhitungan dosis pupuk N-P-K, yaitu:

    25

  • a. Pupuk urea : dosis

    anjuran 50 kg/ha = 50.000 g/ha

    Bila jarak tanaman dibuat 20 cm x 40 cm, maka populasi dalam 1 ha yaitu:

    tanaman

    o Pengurangan dosis pupuk 50%yaitu = 50.000 x = 25.000g/ha

    o Kebutuhan pupuk urea per tanaman dengan pengurangan 50% yaitu:

    25.000/ 125.000 = 0.2 gram/tanaman

    b. Pupuk SP-36 : dosis anjuran 200 kg/ha = 200.000g/ha

    Bila jarak tanaman dibuat 20 cm x 40 cm, maka populasi dalam 1 ha yaitu:

    tanaman

    o Pengurangan dosis pupuk 50 % = 200.000 x = 100.000 g/ha

    o Kebutuhan pupuk SP-36per tanaman yaitu:

    100.000/ 125.000 = 0.8 gram/tanaman

    c. Pupuk KCL : dosis anjuran 50 kg/ha = 50.000 g/ha

    Bila jarak tanaman dibuat 20 cm x 40 cm, maka populasi dalam 1 ha yaitu:

    tanaman

    o Pengurangan dosis pupuk 50% = 50.000 x

    = 25.000g/ha

    o Kebutuhan pupuk KCL per tanaman yaitu:

    26

  • 25.000/ 125.000 = 0,2 gram/tanaman.

    2. Perhitungan dosis mikoriza, yaitu:

    - Glomus sp

    Jumlah spora pada setiap 1 g formula = 4 spora

    - Gigaspora sp

    Jumlah spora pada setiap 1 g = 3 spora

    - Campuran Glomus sp dan Gigaspora sp

    Untuk 35 spora = 5, 833g formula Gigaspora sp dan 4,375g untuk Glomus sp

    Jadi total kebutuhan untuk campuran mikoriza Glomus sp dan Gigaspora sp

    (M3) = 10,208g.

    27

    Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.Invam. 2010. Classification of Glomeromycota. (on-line).http://invam.caf.wvu.edu/ . diakses tanggal 15 Juni 2013.Nuhamara, S. T. 1993. Peranan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza.Titi setianingsih dan Khaerudin.1993.Pembudidaya Buncis Tipe Tegak dan Merambat.Yulnafatmawita. 2008. Buku Pegangan Mahasiswa Untuk Praktikum FisikaTanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.76 hal.