20150921_majalahdetik_199

183
EDISI 199 | 21 - 27 SEPTEMBER 2015 PERUSAHAAN PEMBAKAR LAHAN SPEKULAN INTAI RUPIAH TOBAT PKS

Upload: agus-raharja

Post on 07-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

20150921_MajalahDetik_199

TRANSCRIPT

  • EDISI 199 | 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    PERUSAHAAN PEMBAKAR LAHANSPEKULAN INTAI RUPIAH

    TOBAT PKS

  • TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTIKELDAFTAR ISI

    Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti, Melisa Mailoa. Bahasa: Habib Rifai, Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim, Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.

    Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: [email protected] Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769

    Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran: [email protected] Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: [email protected] detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.

    EDISI 199 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INSPIRING PEOPLE

    @majalah_detik majalah detik

    n REHAB JALAN, PIDANA JUGA

    n HAJI, TAHUN INI LEBIH BAIK...

    n KONGSI DUA PENGUSAHA-POLITIKUS

    n KUDETA DI CANBERRA

    n MEMBIDIK KORPORASI PEMBAKAR HUTAN

    n MENGAPA SHEENA DIBUNUH IBUNYA

    INTERNASIONAL

    KRIMINAL

    HUKUM

    KOLOM

    INTERVIEW

    GAYA HIDUP

    BUDAYA

    SENI HIBURAN / FILM

    BISNIS

    EKONOMI

    n MENGUNJUNGI SUKU BAJO DI MOLA RAYA

    n TETAP LANGSING MESKI MAKAN ENAK

    n ROBOHNYA DEREK KAMI

    PEOPLE

    NASIONAL

    n UJIAN BAGI MKD

    n FILM PEKAN INIn AGENDA

    n SIMPATI UNTUK AHMED

    Cover: Ilustrasi: Kiagus Aulianshah

    n BUKU UNTUK PAPUA

    n PUNDI-PUNDI HASIL TERNAK VIDEO

    n SRIHADI MELINTAS ZAMAN

    n WASPADA PENITIP DOLAR

    n NASIB RUPIAH DI TELUNJUK DOVISH

    n DEPP KEMBALI KE KLASIK

    n SEMUA GARA-GARA AMERIKA n CARA SEDERHANA PAHAMI SUKU BUNGA AMERIKA

    n SAAT AVTUR NEBENG PREMIUM

    LENSA

    n REYNOLD | SANDRA | BAMBANG SUSANTONO

    FOKUSTAKTIK TOBAT &

    RUJUK PKS FAKSI KEADILAN MENDORONG PKS KEMBALI

    KE PARTAI DAKWAH DAN MERANGKUL KADER YANG HENGKANG. BERHARAP BISA MENDONGKRAK PEROLEHAN SUARA YANG

    STAGNAN SEJAK 2004. ADA YANG PILIH PUASA TIGA HARI DARIPADA PULANG KE PKS.

    n KUCILKAN PENGGUNA NARKOBA DI PULAU

  • SURAT REDAKSI

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    TETAP ENJOY SETELAH MENIKAH

    SEPERTI halnya mencari dan menulis berita, masa pacaran pun ada tenggatnya. Warta wan majalah detik Pasti Liberti Mappapa, 34 tahun, memutuskan tanggal 5 September lalu sebagai akhir masa pen-dekatan dan pengenalan terhadap Indah Setiawati, 33 tahun. Pendeta Guruh Jatmi-ko memimpin acara pemberkatan nikah di Gereja Kristen Kwitang, Jakarta Pusat, sementara resepsi pernikahan digelar di Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan,

    Jakarta Selatan, pada malam harinya. Hal mengagumkan dari lulusan Fakul-

    tas Teknik Elektro Universitas Satya Wa-cana, Salatiga, ini, belum genap sepekan masa cuti yang diminta, ia kembali aktif bertugas. Pernikahan tak membuat ritme dan semangatnya berkurang. Ah, kenapa harus berubah? Semuanya dibuat enjoy saja, ujarnya.

    Oke, deh, selamat menempuh hidup baru, Pasti dan Indah. Semoga rumah tangga kalian penuh berkah. Amin.

  • Ahmed Mohamed, ABG yang baru berumur 14 tahun, ditangkap dan diborgol polisi Texas, Amerika Serikat. Gurunya di SMA MacArthur menyangka Ahmed membuat bom rakitan. Padahal ia hanya merakit jam.

    LENSA

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR

    SIMPATI UNTUK AHMED

  • Ahmed Mohamed diborgol di kantor polisi Texas, Amerika, Senin (14/9). (foto: Twitter)

    LENSA

  • Jam rakitan buatan Ahmed Mohamed yang bikin heboh. (Irving Texas Police Department/REUTERS)

    LENSA

  • Jam rakitan buatan Ahmed Mohamed yang bikin heboh. (Irving Texas Police Department/REUTERS)

    LENSA

  • Jam rakitan buatan Ahmed Mohamed yang bikin heboh. (Irving Texas Police Department/REUTERS)

    LENSA

  • Jam rakitan buatan Ahmed Mohamed yang bikin heboh. (Irving Texas Police Department/REUTERS)

    LENSA

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    UJIAN BAGI

    MKDMKD DIMINTA SEGERA MENYIDANGKAN DUGAAN PELANGGARAN KODE ETIK PIMPINAN DPR TERKAIT PERTEMUAN DENGAN DONALD TRUMP.

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    NASIONAL

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    SUDAH lebih dari dua pekan Mahka-mah Kehormatan Dewan Perwakil-an Rakyat (MKD) menelisik dugaan pelanggaran kode etik pimpinan DPR terkait pertemuan dengan kandidat Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Namun belum jelas kapan perkara ini bakal disidangkan untuk membuktikan apakah Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua Fadli Zon melanggar kode etik.

    Langkah Mahkamah membuat kasus ini terang-benderang juga membentur karang. Sekretaris Jenderal DPR Winantuningtyastiti,

    yang bisa menjelaskan soal perjalanan pimpin-an Dewan ke Amerika Serikat, yang juga diisi pertemuan de ngan Trump, juga tak memenuhi panggilan MKD pada Rabu, 16 September lalu.

    Padahal Mahkamah memerlukan keterang-an Sekjen untuk mengklarifikasi sejumlah dokumen perjalanan Setya Novanto dan rom-bongan. Meski Ketua MKD Surahman Hidayat sudah jemput bola mendatangi kantor Sek-jenlangkah yang ditentang pimpinan MKD lainketerangan belum juga didapat.

    Winantuningtyastiti menolak memenuhi

    Ketua DPR Setya Novanto saat hadir dalam konferensi pers Donald Trump di New York, Kamis (3/9).

    SPENCER PLATT/GETTY IMAGES

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    panggilan lantaran belum mendapat lampu hi-jau dari pimpinan DPR. Perempuan yang disapa Win itu berpegang pada undang-undang yang mengatur sekretariat jenderal bertanggung jawab kepada pimpinan DPR.

    Alasan belum mendapat izin pimpinan Dew-an jelas membuat sejumlah anggota, termasuk Wakil Ketua MKD Junimart Girsang, berang.

    Apalagi dua pimpinan DPR, Setya dan Fadli, adalah calon terperiksa dalam dugaan pelang-garan kode etik ini. Junimart pun menuding ada upaya dua pimpinan untuk mempengaruhi kesekjenan.

    Ada indikasi mencoba menghilangkan ba-rang bukti, kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini Jumat, 18 September lalu.

    Perjalanan rombongan Ketua DPR yang seja-tinya untuk menghadiri acara Inter-Parliamen-tary Union (IPU) itu dijadwalkan kembali ke Ta-nah Air pada 4 September 2015, dari berangkat pada 30 Agustus lalu. Tapi sebagian anggota rombongan, termasuk Setya dan Fadli, baru kembali pada 12 September. Agenda di luar tu-gas terjadwal ini juga mengundang pertanyaan selain soal pertemuan dengan Trump.

    Pertanyaannya, mereka setelah agenda IPU masih di sana (AS), dari mana anggarannya? Padahal 4 September mereka harus sudah sampai di Tanah Air, ujarnya.

    Dari dokumen Badan Kerja Sama Antarpar-lemen (BKSAP) dan Kesekjenan DPR, jumlah

    NASIONALNASIONALNASIONAL

    Pimpinan Majelis Kehormatan Dewan

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

    NASIONAL

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    delegasi yang berangkat tujuh orang. Namun nyatanya mencapai 27 orang.

    Pertanyaan lain, selama kunjungan tak terjadwal selama delapan hari di AS, apakah ada fasilitas negara yang diberikan, termasuk dari Kedutaan Besar Indonesia di New York? Termasuk yang dipersoalkan adalah dugaan adanya fasilitas yang diberikan Hary Tanoeso-edibjo, pengusaha nasional yang menjalin kerja sama bisnis dengan Trump.

    Junimart juga menengarai informasi ber-edarnya fee kepada seseorang seminggu sete-

    lah pertemuan dengan Trump. (Tapi) itu saja informasinya. Mengenai siapa itu, nantilah kita buka, tuturnya.

    Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rang-kuti melihat ada tiga potensi pelanggaran yang dilakukan dua pimpinan DPR dan rombongan. Pertama, atas dasar apa mereka di AS di luar agenda resmi Dewan. Kedua, mengenai biayai agenda tak resmi tersebut. Biaya akomodasi dan konsumsi dibiayai siapa? ucap Ray.

    Tak kalah penting, apa tujuan mereka bertemu dengan Trump? Ray menyarankan MKD men-

    Ketua DPR Setya Novanto (ketiga dari kiri) dan Wakil Ketua Fadli Zon (kanan) saat menemui Ketua DPR Amerika John Boehner di Washington, Jumat (11/9).

    SHOHIB MASYKUR/DETIKCOM

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    cari rekaman pertemuan secara utuh. Menurut dia, kalau rombongan itu tidak mendukung kampanye Donald Trump, semestinya mereka bisa pamit dan tidak ikut dalam konferensi pers Trump. Padahal saat itu anggota DPR, Tantowi Yahya, bisa pamit dari pertemuan karena harus mengejar penerbangan pulang.

    Tentu tindakan itu sangat tidak patut, kata Ray.

    Adapun ketiga adalah soal isu hadiah yang diterima Setya dan kawan-kawan. MKD

    juga telah mengkonfirmasi hal ini. Saat bertemu dengan Trump, rombongan

    Setya mendapat bingkisan dalam ko-tak yang berisi topi, dasi, dan buku. Junimart menilai barang-barang itu perlu dilaporkan ke Komisi Pembe-rantasan Korupsi.

    Namun semua tuduhan dan per-tanyaan yang dialamatkan kepada

    rombongan yang bertemu dengan Trump telah dijawab Setya Novanto dan

    Fadli Zon. Keduanya menggelar jumpa pers pada hari pertama berkantor, sepulang dari AS,

    Senin pekan lalu.Saya berangkat dan kembali dengan perte-

    muan-pertemuan padat dalam rangka tugas dari DPR, ujar Setya.

    Adapun soal rangkaian kegiatan selama di Amerika, politikus Golkar itu mempersilakan Fadli menjelaskan. Fadli menyebut, selepas pertemuan IPU, agenda utama mereka di New York, mereka melakukan pertemuan bilateral dengan parlemen Republik Cek, Kroasia, Je-pang, Jerman, Sudan, dan Tiongkok.

    Soal keikutsertaan anggota keluarga dari beberapa anggota DPR, Fadli menganggap wajar, karena atas biaya sendiri. Begitupun soal pertemuan mereka dengan Donald Trump, yang belakangan dipermasalahkan di Tanah Air. Kami lihat dia (Trump) orang yang mau berinvestasi di Indonesia. Kami membangun networking, ucap Fadli.

    Argumentasi yang disampaikan Fadli, fungsi DPR saat ini dalam UU MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) bukan hanya budgeting dan pengawasan, tetapi juga diplomasi. Dalih diplomasi inilah yang diutarakan Fadli terkait

    Saya berangkat dan kembali dengan

    pertemuan-pertemuan padat dalam rangka

    tugas dari DPR.Setya Novanto

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    pertemuan dengan Trump, yang sedang gencar berkampanye untuk pencalonan Presiden AS.

    Saya sempat diwawancarai seusai pertemu-an dengan Donald. Kami jawab, siapa pun yang peduli dengan Indonesia, kami sebut teman. Kami tidak dalam posisi (memberi) dukungan, itu tidak ada, tutur politikus Gerindra ini.

    Selain bertemu dengan Trump, agenda lain Setya dan rombongan adalah bertemu deng-

    an DPR AS dan sejumlah petinggi perusahaan besar. Ihwal isu fee, ia menampiknya. Tidak ada namanya fee sama sekali. Tidak ada am-plop. Kami hanya dukung investor yang mau datang dan berinvestasi di Indonesia, katanya. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini pun siap mengklarifikasi kepergian mereka di luar tugas tersebut kepada MKD.

    Secara terpisah, soal ketidakhadiran Sekjen dalam pemeriksaan MKD, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan menilai hal itu karena masalah teknis. Setya Novanto, menurut Taufik, sudah mempersilakan Sekjen memenuhi panggilan MKD. Tidak ada maksud pimpinan mengha-lang-halangi proses, ujarnya.

    Namun, belum juga sidang digelar, muncul pesimisme kasus ini bakal kandas. Sebab, un-sur pimpinan MKD sendiri dituding tidak kom-pak dalam mengusut perkara. Misalnya soal penunjukan Wakil Ketua MKD Sufmi Dasco Ahmad sebagai ketua tim penyelidikan dugaan pelanggaran kode etik tersebut yang, menurut anggota MKD Sarifuddin Sudding, dilakukan tanpa melalui rapat pleno.

    Junimart Girsang dan Winantuningtyastiti

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    Dasco dikhawatirkan tidak obyektif dalam menyelidiki lantaran ia juga berasal dari Par-tai Gerindra. Namun, setelah diprotes, MKD menggelar rapat untuk mengganti ketua pe-nyelidikan, yang kemudian dipegang langsung Ketua MKD Surahman Hidayat.

    Nah, agar segera tuntas, Junimart Girsang mendorong kasus dugaan pelanggaran kode etik itu disidangkan. Ia mengklaim Mahkamah

    punya cukup bukti permulaan untuk me-nyidangkan perkara tersebut. Tak ada alasan untuk tidak meningkatkan ke persidangan, tuturnya.

    Melalui persidangan, MKD bisa menggunakan hak paksa untuk memanggil pihak terkait kun-jungan Setya dan Fadli beserta rombongan ke Negeri Abang Sam. Termasuk meminta bantuan kepolisian. n DEDEN GUNAWAN, JAFFRY PRABU P, ERWIN D | DIM

    Unjuk rasa memprotes pertemuan pimpinan DPR dengan Donald Trump

    LUCKY R/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    PRESIDEN JOKOWI MEMERINTAHKAN MASALAH KABUT ASAP DISELESAIKAN DALAM 30 HARI. PULUHAN PERUSAHAAN DIBIDIK.

    FOTO: YT HARYONO/REUTERS

    PEMBAKAR LAHAN

    MEMBIDIK KORPORASI

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    M ALFIRIN, warga Kecamatan Tapan, Pekanbaru, bingung harus berlindung ke mana lagi untuk menghindari asap. Rumah tem-patnya berlindung pun kini sudah kemasukan asap. Mau ke mana coba kita menghindar? Di luar dan di dalam rumah sama-sama ada asap, kata Malfirin, 35 tahun, saat ditemui Ahad, 13 September lalu.

    Sekitar dua bulan belakangan, langit Riau tak lagi terlihat biru gara-gara diselimuti kabut asap. Aktivitas Malfirin dan seluruh warga

    ibu kota Provinsi Riau itu menjadi terganggu. Mereka terpaksa menggunakan masker saat di luar ruangan, meski ada juga yang malas memakainya.

    Sejak kabut asap melanda akibat kebakaran hutan dan la han gambut di Sumatera, banyak warga juga mengeluh pusing kepala. Badan ter-asa lemas. Kalau sudah pusing, rasanya perut ini mual, ujar Ujang, 35 tahun, pedagang kaki lima di kawasan Pasar Arengka, Jalan Soekarno-Hatta, Pekanbaru, Kamis pekan lalu.

    Siang hari, asap bukan berkurang, malah

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    Presiden Joko Widodo didampingi antara lain Kepala Polri Badrodin Haiti dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, saat meninjau kebakaran lahan di Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

    BAGUS PRIHANTORO/DETIKCOM

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    semakin pekat. Sejumlah gedung instansi pemerintahan seakan hilang ditelan asap. Seperti kantor Gubernur Riau di Jalan Jenderal Sudirman, yang tak lagi bisa terlihat dari jarak 500 meter.

    Political Forest Campaigner Greenpeace In-donesia-Asia Tenggara, Yuyun Indradi, menye-butkan, dari tahun ke tahun, terjadi peningkat-an jumlah titik api di wilayah hutan Sumatera dan Kalimantan. Jumlah titik api pada 2010 atau periode 1 Januari hingga 7 September 2010 tercatat 1.239 titik. Di rentang bulan yang

    sama pada 2011 meningkat menjadi 5.701 titik. Sedangkan pada 2012 tercatat 5.848 titik api.

    Pada 2013, jumlah titik api sempat turun menjadi 5.774. Tapi melonjak tinggi pada 2014 hingga mencapai 10.361 titik api. Sedangkan tahun ini terpantau sekitar 8.540 titik api. Un-tuk itu, Greenpeace meminta pemerintah me-ninjau ulang izin konsesi yang tumpah-tindih pada lahan gambut, hutan alam, dan kawasan moratorium di wilayah hutan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Juga pada hut-an dengan stok karbon tinggi.

    Segera lakukan gerakan penyelamatan lah-an gambut nasional, tutur Yuyun saat ditemui di kantor Walhi, Jakarta.

    Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, serta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei setelah memberi keterangan di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (16/9).

    WIDODO S. JUSUF/ANTARA FOTO

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    Masalah kabut asap beberapa waktu bela-kangan menyita perhatian Istana. Titah Presiden Joko Widodo kepada jajarannya jelas. Masalah yang dampaknya hingga ke sejumlah negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, itu harus ditanggulangi dalam tempo 30 hari. Jokowi juga memerintahkan penegak hukum menyeret para pelaku pembakaran hutan dan lahan hingga ke meja hijau.

    Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebaran titik api terdapat di Provinsi Sumatera Sela tan, Jambi, Riau,

    Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung, Suma-tera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

    Akibat pembakaran hutan, asap pun menya-pu sejumlah wilayah di Sumatera dan Kaliman-tan. Saat ini levelnya sudah masuk kategori membahayakan untuk kesehatan warga.

    Presiden Jokowi meminta agar kebakaran hutan dan asap segera diselesaikan. Setelah menghitung kemampuan dan tantangan yang dihadapi, pemerintah menargetkan 30 hari

    NASIONAL

    Salah satu tersangka kasus pembakaran lahan diapit petugas di Markas Polda Riau, Pekanbaru, Kamis (17/9).

    RONY MUHARRMAN/ANTARA FOTO

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    NASIONAL

    seluruh persoalan itu bisa diatasi, ucap Kepala BNPB Willem Rampangilei seusai rapat pe-nanggulangan kabut asap di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu, 16 September lalu.

    Pihaknya, kata Willem, telah berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Termasuk meli-hat tingkat kesulitan serta kemampuan sumber daya yang dimiliki. Perintah Presiden sudah jelas, padamkan api dan hilangkan asap segera. Nah, kata segera itu, terjemahan satu provinsi dengan yang lain tidak sama, katanya.

    Selain memadamkan api, Jokowi memerin-tahkan penegak hukum menyeret pihak-pihak yang dituding bertanggung jawab atas muncul-nya api di hutan. Paling tidak saat ini Kepolisian

    RI sudah menerima 148 laporan terkait pemba-karan hutan dan lahan. Dalam waktu singkat, polisi menetapkan 140 tersangka.

    Dari jumlah itu, tujuh di antaranya berasal dari korporasi atau perusahaan. Di samping itu, masih ada 27 korporasi atau perusahaan lainnya yang saat ini sedang dilakukan penyelidikan. Tujuh korporasi itu tadi pagi sudah ditangkap pelakunya, ujar Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti di tempat yang sama.

    Tujuh perusahaan itu adalah PT PMH di

    Garis larangan melintas dipasang penyidik pegawai negeri sipil Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di lahan yang diduga sengaja dibakar di Gambut Jaya, Muaro Jambi, Jambi, Selasa (15/9).

    WAHYU PUTRO A/ANTARA FOTO

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, deng-an tersangka berinisial JLT; PT RPP di Suma-tera Selatan dengan tersangka P; PT RPS di Sumatera Selatan dengan tersangka S; PT LIH di Riau dengan tersangka FK; PT GAP di Sam-pit, Kalimantan Tengah, dengan tersangka S; PT MBA di Kapuas dengan tersangka GRN; dan PT ASP di Kalimantan Tengah dengan tersangka WD.

    Jumlah tersangka, termasuk pelanggaran

    korporasi, masih bisa berkembang, Badrodin menjelaskan.

    Sedangkan korporasi yang sedang diselidiki antara lain PT WAJ, PT KY, PT PSN, PT RHN, PT PH, PT QS, PT REB, PT MHP, PT PN, PT TJ, PT AAN, PT MHP, PT MHP (berbeda tempat), PT SAP, PT WMAI, PT TPR, PT SPM, PT GAL, PT SBN, dan PT MSA.

    Diduga pelakunya adalah direktur operasio-nal serta manajer di perusahaan-perusahaan tersebut. Namun ia belum bisa menyebut apakah perusahaan yang diduga terlibat dalam kebakaran hutan dan lahan gambut merupa-kan perusahaan asing atau lokal. Hal itu masih ditelusuri.

    Dijelaskan Badrodin, dugaan pembakaran hutan yang dilakukan para tersangka dilakukan dengan berbagai modus. Ada yang menyuruh orang lain membakar, ada juga yang memba-kar di luar area sehingga merambat ke lahan korporasi tersebut lalu dilaporkan sehingga seolah-olah menjadi korban.

    Terkait kasus ini, polisi akan menjerat para tersangka de ngan pasal berlapis. Pasal tersebut antara lain Pasal 108 Undang-Undang Nomor

    Willem Rampangilei

    Badrodin Haiti (kanan)

    RACHMAN. H/DETIKCOM

  • NASIONAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, Pasal 78 UU Nomor 41/1999 tentang Kehutanan, dan Pasal 116 UU Nomor 32/2009 tentang Perlin-dungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara dan denda Rp 10 miliar.

    Perintah Presiden jelas, bahwa penegakan hukum harus tegas agar tahun depan tidak ter-

    jadi lagi. Mudah-mudahan penyidikan berjalan lancar, tutur Badrodin.

    Selain itu, Badrodin mengusulkan ke peme-rintah untuk memberikan sanksi tambahan ter-hadap perusahaan yang diduga terlibat dengan memasukkannya ke daftar hitam sehingga tidak bisa lagi mengurus izin untuk usaha yang sama.

    Di tempat terpisah, Jaksa Agung Muhammad Prasetyo mengaku tidak tinggal diam menjerat para pelaku pembakar hutan, termasuk aktor di belakangnya. Ia pun mengaku punya stra-tegi untuk menindak korporasi atau individu pembakar hutan tersebut.

    Selama ini kan justru yang diajukan ke peng-adilan adalah pengeksekusi lapangan. Itu yang dari dulu kita minta dicari siapa dalangnya, dalang intelektualnya. Kita kan punya dugaan orang-orang di lapangan itu pesuruh saja, ucap Prasetyo, Kamis, 17 September lalu.

    Prasetyo berharap polisi bergerak cepat sehingga Kejaksaan Agung bisa melakukan penuntutan secara maksimal. n

    CHAIDIR ANWAR TANJUNG, M. RIZAL | DEDEN G.

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    Sejumlah warga turun dari perahu setelah menyeberangi Sungai Batanghari, Jambi, yang diselimuti kabut asap.

    REUTERS/BEAWIHARTA

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    HUKUM

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    USUL KOMJEN BUWAS MEMIDANAKAN PECANDU NARKOBA BAKAL MEMUNCULKAN MASALAH BARU. REHABILITASI SAJA

    DINILAI KURANG EFEKTIF.

    REHAB JALAN, PIDANA JUGA

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    PROGRAM rehabilitasi para penggu-na narkoba sepertinya bakal terusik. Dicanangkan Badan Narkotika Na-sional di era kepemimpinan Komisa-ris Jenderal Anang Iskandar, program tersebut kini tengah dievaluasi pengganti Anang, Kom-jen Budi Waseso.

    Niat Budi Waseso mengevaluasi program rehabilitasi, yang dalam Undang-Undang No-mor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika diatur dalam Pasal 54, itu ia lontarkan bahkan sebe-

    lum resmi menjabat Kepala BNN. Gagasan itu ia pertegas setelah dilantik Kepala Polri Jende-ral Badrodin Haiti di gedung BNN, Selasa, 8 September lalu.

    Pria yang beken disapa Buwas itu menilai pengguna atau pecandu murni narkotik juga tetap harus menjalani proses hukum pidana, selain ketergantungannya terhadap obat-obat-an terlarang tersebut diobati melalui program rehabilitasi.

    Rehabilitasi itu harus dilakukan bersamaan

    Komjen Budi Waseso (kiri) dan Komjen Anang Iskandar setelah diambil sumpah di Mabes Polri.

    RENGGA SANCAYA/DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    dengan hukuman pidananya. Ini supaya ada efek jera, kata Buwas kepada tim majalah detik saat menemuinya di ruang kerja Kepala BNN, Rabu, 16 September.

    Sudah lebih dari setahun belakangan peng-guna atau pecandu murni narkotik langsung dimasukkan ke panti-panti rehabilitasi. Ini setelah pemerintah dan sejumlah lembaga menelurkan kesepahaman yang dituangkan dalam Peraturan Bersama tentang Penangan-an Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgu-

    naan Narkotika ke dalam lembaga rehabilitasi awal tahun lalu.

    Aturan ini ditandatangani bersama oleh Ketua Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepala Polri, serta Kepala BNN di Istana Wakil Presiden, Jakarta. Meski diteken pada Maret 2014, peraturan itu baru terlaksana lima bulan berselang.

    UU Narkotika menganut sistem pemidanaan double track, yang memungkinkan pengguna narkoba dihukum pidana atau direhabilitasi. Kendati begitu, BNN bersama sejumlah instan-si dan lembaga negara saat itu sepakat memi-lih program rehabilitasi bagi para pengguna narkoba ketimbang mengirimnya ke penjara.

    Salah satu tujuannya, menurut Anang Is-kandarkini menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Polriadalah menghilangkan keter-gantungan pengguna terhadap narkoba. Hal itu diharapkan bakal mengurangi jumlah pecandu narkotik meski secara bertahap. Sebanyak 16 kota di Indonesia melaksanakan pilot project program itu.

    Kalau sudah tidak ada pengguna narkoba,

    Komjen Budi Waseso saat merilis hasil penangkapan atas kejahatan narkoba di Markas Polda Metro Jaya, Rabu (9/9).

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    bisnis narkoba pasti kolaps, ujar Komjen Anang saat itu (baca Tahun Merehab Para Pecandu, majalah detik edisi 140).

    Namun Buwas justru melihat ada celah yang bisa dimanfaatkan para pengedar narkotik di

    balik aturan tersebut. Para bandar yang tertangkap bisa saja berkelit cuma

    sebagai pengguna, sehingga lolos dari jerat hukuman.

    Jangan sampai (rehabilitasi) disalahgunakan menjadi tempat bersembunyi para bandar yang juga pemakai, tuturnya.

    Buwas rupanya punya alasan kuat. Rehabilitasi dira-

    sakannya kurang efektif mem-buat pengguna narkoba tak lagi

    mengulangi perbuatan. Banyak pecandu yang sudah menjalani reha-

    bilitasi kembali memakai barang terlarang itu. Sebab, jika ketahuan mengkonsumsi narko-ba, ia hanya dijebloskan ke panti rehabilitasi.

    Hal ini, menurut jenderal polisi bintang tiga itu, terjadi lantaran tidak ada efek jera. (Peng-

    guna narkoba) harus ada sanksi hukumnya, sebagai pertanggungjawaban, ucapnya.

    Kendati demikian, rumah tahanan bagi peng-guna narkoba, menurut Buwas, harus dibuat khusus serta tidak boleh dicampur dengan tahanan tindak pidana umum lain. Gagasan itu juga bukan berarti meniadakan program reha-bilitasi. Karena rehabilitasi itu wajib dan sudah diatur dalam undang-undang, kata Buwas.

    Alasan lain perlunya efek jera, menurut Wa-seso, adalah meningkatnya jumlah pengguna narkoba dari tahun ke tahun berdasarkan hasil evaluasi BNN. Saat ini tercatat ada lebih dari 4 juta pemakai. Ia juga menengarai pasokan nar-koba dari pengedar terus bertambah. Jaringan terbesar pemasok berasal dari Tiongkok.

    Umumnya narkotik dikirim dalam bentuk bahan-bahan terpisah. Setelah bahan tersebut masuk Indonesia, jaringan bandar akan meng-olahnya menjadi berbagai jenis narkoba, seperti sabu. Indonesia bukan lagi pangsa pasar (per-edaran narkotik). Tapi juga pabrikan (tempat produksi), ujarnya.

    Namun ide Buwas memidanakan pemakai narkoba selain merehabnya bakal tak mudah

    (Pengguna narkoba) harus ada sanksi

    hukumnya, sebagai pertanggungjawaban.

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    direalisasi. Belum semua instansi penanda ta-ngan keputusan bersama sepakat dengan usul Buwas. Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly salah satunya.

    Menteri dari partai penguasa itu lebih setuju jika pemakai narkoba direhabilitasi saja karena digolongkan sebagai korban. Dalam istilah kriminologi dikatakan victimless crime. Victim (korban)-nya dirinya sendiri, tutur Yasonna dua pekan lalu.

    Berbeda jika bandar atau pengedar yang di-tangkap. Mereka wajib dihukum berat. Kalau kurir, bandar, apalagi sindikat internasional, harus diberantas habis.

    Yasonna lantas mengingatkan, pemerintah bersama BNN, saat dijabat Anang Iskandar, su-dah merencanakan program rehabilitasi 15 ribu pengguna narkoba yang kini dalam tahap peni-laian (assessment). Bahkan anggaran merehab 100 ribu pemakai narkoba sebesar hampir Rp 1 triliun sudah dialokasikan dalam APBN 2015.

    Pemidanaan pengguna narkoba juga bakal memunculkan masalah tersendiri. Sebab, saat ini lembaga-lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan sudah kelebihan kapasitas. Jumlah penghuni kasus narkotik (saja) saat ini ada 49 ribu, ucap juru bicara Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hu-

    Eza Gionino kembali harus berurusan dengan hukum, kali ini karena narkoba. Eza ditangkap dengan barang bukti sabu-sabu oleh Polres Jakarta Selatan pada awal Agustus lalu.

    DETIKCOM

  • HUKUM

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    kum dan HAM, Akbar Hadi Prabowo, secara terpisah.

    Namun upaya memenjarakan pengguna nar-koba mendapat dukungan dari politikus Partai Demokrat, Ruhut Sitompul. Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat ini setuju, sekecil apa pun celah harus ditutup untuk narkoba. Menurut dia, sudah jadi rahasia umum pemakai bisa naik kelas jadi pengedar. Lalu pengedar, jika banyak uang, bisa jadi bandar.

    Lalu pengedar atau bandar memalsukan identitas sebagai pemakai. Jadi jangan main-main, kata Ruhut.

    Ia pun mendukung gagasan Buwas untuk membuat rumah tahanan khusus bagi peng-guna narkoba. Adapun mengenai peraturan bersama soal rehabilitasi yang sudah diteken sejumlah lembaga dan instansi, menurut Ru-hut, bisa saja diperbaiki. Semua (aturan) bisa diubah. Hanya kitab suci yang enggak bisa di-ubah, ujarnya.

    Sementara itu, Ketua Umum Gerakan Narkoba Nasional (Gannas) I Nyoman Adi Peri berpendapat Indonesia bisa mencontoh penerapan sistem hukuman percobaan seperti di Malaysia. Pengguna narkoba akan diberi percobaan selama 4 tahun, tapi dihukum di luar penjara.

    Jadi enggak usah dimasukin penjara, tapi dihukum 4 tahun, berani enggak dia memakai (narkoba) lagi? tuturnya.

    Jika ia terbukti menggunakan lagi, sampai yang ketiga kalinya, ia diancam akan diproses hukum pidana murni. Dengan sistem itu, me-nurut Adi, negara tak terbebani biaya mere-habilitasi belasan ribu pengguna dan pecandu narkotik. ADITYA MARDIASTUTI, JAFFRY PRABU P. | DIM

    Warga negara Malaysia, Ng Huk Kwan alias Jimmy, terdakwa kasus narkotik, dijatuhi pidana mati dalam sidang di Pengadilan Negeri Pekanbaru, Riau, Selasa (15/9).

    WAHYUDI/ANTARA FOTO

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEWINTERVIEW

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    KUCILKAN PENGGUNA NARKOBA DI PULAU

    BUDI WASESO:

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEW

    DIGESER dari Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional tak membuat Komisaris Jenderal Budi Waseso bebas dari kontroversi. Pernyataannya yang akan tetap menghukum para pengguna narkoba ketimbang meng-utamakan mereka menjalani rehabilitasi me-nuai cibiran dari sejumlah pihak. Tapi Buwas, begitu sapaan populer Budi, berkukuh pada pendapatnya. Ia menilai mereka tidak setuju karena tak mengerti dengan baik jalan pikir-annya.

    Penahanan itu sebagai tanggung jawab atas pelanggaran hukum di sisi lain, dan dia punya hak sebagai warga negara dalam men-jalani rehabilitasi. Itu maksud saya, kata Bu-was saat berbincang dengan majalah detik di gedung BNN, kawasan Cawang, Jakarta Timur, pada Rabu, 16 September, pagi.

    Meski mengaku baru meninggalkan kantor-nya selepas tengah malam, ia menjadwalkan wawancara pukul 6 pagi. Suami Budi Rat-nasetiawati itu mengaku terbiasa berangkat ke tempat kerja selepas salat subuh. Waktu lima tahun tinggal di Bogor pun saya begitu. Paling lambat pukul 6. Kalau kantornya dekat, setengah enam pagi sudah di kantor.

    Selain akan mengevaluasi pelaksanaan rehabilitasi terhadap para pengguna narko-ba, Buwas berniat memisahkan mereka dari para tahanan kasus lain. Umpamanya kirim mereka ke satu pulau, biar terkucil, ujarnya. Seperti apa penjabarannya, simak petikan perbincangannya berikut ini.

    Pernyataan Anda soal pengguna nar-koba tetap harus dipidana mengundang kontroversi....

    AGAR NEGARA TAK RUGI DUA KALI, REHABILITASI PENGGUNA NARKOBA HARUS SEJALAN DENGAN MASA HUKUMAN.

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEW

    Iya, itu karena informasinya tidak ditangkap secara utuh, ditambah mereka sepertinya sudah apriori terhadap saya. Berkaitan deng-an rehabilitasi, itu bukan serta-merta tidak dibutuhkan atau ditiadakan karena secara undang-undang itu wajib. Namun prosesnya yang harus dievaluasi, jangan justru dipakai

    dan disalahgunakan dalam pelaksanaannya di lapangan. Malah jadi tempat bersembunyi para bandar yang sekaligus pemakai.

    Tidak bisa orang sekonyong-konyong (jadi) pengguna, karena (dianggap) korban, terus langsung direhabilitasi. Ini supaya mereka tidak bermain-main lagi dengan masalah narkoba. Penahanan itu sebagai tanggung jawab atas pelanggaran hukum di sisi lain, dia juga punya hak sebagai warga negara dalam menjalani rehabilitasi. Itu maksud saya.

    Apa lagi yang perlu dievaluasi dalam pemberantasan narkoba?

    Ke depan, tahanan narkoba itu tidak boleh dicampur dengan tahanan lain. Pemahaman saya, rehabilitasi itu dijalankan bersamaan dengan dia menjalani masa hukuman. Umpa-manya dia baru makai dan divonis 3 bulan, ya dalam masa hukuman itu dia menjalani rehabilitasi. Jadi direhab berjalan, hukuman juga berjalan. Kalau asal rehab tanpa dibuat jera dengan dipidana, ada dua kerugian ne-gara. Pertama, generasi rusak. Kedua, negara

    Video

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEW

    terbebani membiayai generasi yang kena narkoba.

    Hasil evaluasi rehabilitasi selama ini apakah efektif?

    Makanya harus kita evaluasi. Karena ada juga yang bilang, Enggak apa-apa karena saya gunakan lagi kan bisa direhab lagi. Pemahaman sederhananya kan seperti itu. Harus dievaluasi juga apakah materi-materi

    yang diberikan kepada mereka ini sudah pas. Karena ini menyangkut uang negara juga.

    Dari sisi aparat di lapangan apakah su-dah memadai?

    Presiden sudah mengatakan negara dalam kondisi darurat narkoba. Kemarin saja ada 1,3 ton sabu yang disikat BNN, dan kita baru saja ungkap lagi 100 kilogram sabu, lalu jumlahkan dengan yang diungkap kepolisian. Itu banyak

    INTERVIEW

    DIDIK DWI HARYATNO/DETIK TV

    Masalah narkoba ini tak cuma menjadi beban BNN atau kepolisian, TNI Angkatan Laut harus terlibat. Juga Bea-Cukai.

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEW

    Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso (kiri) melakukan salam komando dengan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen Anang Iskandar seusai upacara pengambilan sumpah jabatan di kantor BNN, Jakarta, Selasa (8/9).

    M AGUNG RAJASA/ANTARA FOTO

    sekali.Itu yang tertangkap. Nah, yang belum? Ka-

    rena itu, masalah narkoba bukan cuma men-jadi beban BNN atau kepolisian. TNI, khusus-nya Angkatan Laut, harus terlibat karena banyak barang yang masuk lewat pelabuhan. Ini harus diperangi saat mereka belum masuk pelabuhan. Bea-Cukai juga harus ikut aktif. Pengawasan tempat hiburan juga. Karena ini tempat beredarnya, tempat transaksi barang-

    barang haram itu. Artinya, keseluruhan harus terlibat. Indonesia bukan hanya pangsa pasar yang terbesar. Tapi juga mengarah ke pabrik-an juga. Tidak ada wilayah republik ini yang bebas dari narkoba.

    Soal pelibatan TNI AL, sudah dikomu-nikasikan dengan Mabes TNI?

    Sudah, sementara lewat lisan. Saya kan sekarang baru memberi pemahaman dulu. Kalau semua sudah sepaham, baru kita satuk-an. TNI buat apa, polisi buat apa, BNN buat apa. Sinergi juga dilakukan dengan kepolisian, jaksa, dan hakim, itu harus satu pemahaman. Kalau tidak, ya begitu. Ini yang sulit.

    Ada kesan dalam pemberantasan nar-koba ini BNN dan kepolisian jalan sendiri-sendiri?

    Memang, masing-masing punya target sendiri. Makanya, ke depan, kalau ada satu sasaran yang sama, ya mari kita keroyok. Kalau sendiri-sendiri, susah. Operasi-operasi yang dilakukan di tempat hiburan nantinya

    INTERVIEW

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEWINTERVIEW

    Biarkan saja mereka di alam terbuka, tak usah disel, cukup diberi tenda-tenda. Diajarin survival, supaya mental juga terbina lagi.

    akan melibatkan segala lapisan. Supaya kita jadi satu kesatuan. Kita jadi leader-nya.

    Pelabuhan dan daerah mana saja yang merupakan titik rawan masuknya narko-ba?

    Kita sudah mengawasi titik-titik itu, tapi na-manya mafia (titik) selalu berubah. Makanya, kalau pers tanya modus operandi, jaringan dari mana, sebenarnya itu hanya milik apa-rat. Kalau itu diberitakan, ya para mafia itu akan mengubah modusnya dan aparat akan kecolongan.

    Jaringan penyelundup terbesar?Tiongkok dan Taiwan. Dulu Belanda dan

    negara Eropa lainnya. Sekarang sudah ber-ubah dan bergeser. Tapi tidak tertutup kemungkinan pergeseran itu hanya untuk menutupi. Bahan-bahan ini dibuat di Tiong-kok juga, sudah home industry. Di Tiongkok bahan-bahan (kimia) yang dikirim dianggap legal. Karena biasanya memang masih satu-an, belum diracik dengan bahan lain. Belum

    Budi Waseso saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Rabu (9/9)

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEW

    bisa disebut narkoba.

    Idealnya, tahanan narkoba memang dipisah, tapi fasilitas lapas kita sangat kurang.

    Negara harus memikirkan itu. Tapi bisa saja kita tidak harus membangun lapas seperti yang ada sekarang. Umpamanya nih, negara kita kan memiliki banyak pulau yang jauh dari mana-mana. Saya ingin mewacanakan agar

    mereka dibinanya di sana. Dikucilkan di suatu pulau terpencil supaya tidak bergaul deng-an barang itu. Kan pasti sulit mendapatkan barang itu dari kalangan yang satu kelompok.

    Saya kira, kalau mereka berada di satu pulau yang suasananya lain, alamnya beda, tempat-nya sehat, mungkin (jadi) lebih baik. Biarkan saja mereka di alam terbuka, tak usah disel, cukup diberi tenda-tenda. Dikasih beras biar masak sendiri. Lauknya biar tangkap sendiri di laut. Diajarin survival, supaya mental juga terbina lagi.

    Ada bandar yang dikirim ke Nusakam-bangan tapi tetap bisa berbisnis juga....

    Ini juga harus dievaluasi mengapa seorang tahanan narkoba bisa melakukan kegiatan di situ. Artinya, sistem harus diubah. Petugas harus diawasi karena bisa diajak kerja sama melakukan pembiaran. Ini mentalitas yang ada di lembaga pemasyarakatan, harus ada sanksinya juga yang tegas.

    Penangkapan di Bandung beberapa

    Lapas Narkotika Cipinang

    RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEW

    waktu lalu dikaitkan dengan warga Ti-ongkok dan Yakuza. Seperti apa keterli-batannya?

    Memang itu ternyata ada kejahatan yang satu sama lain berhubungan. Di situ ada masalah narkoba, cyber crime yang berkaitan dengan penipuan, pelanggaran keimigrasi-an, penjualan manusia, juga masalah illegal fishing, ada pencucian uang juga. Itu luar biasa. Dalam penangkapan itu, saya melihat secara utuh. Kemungkinan ada hubungan

    satu sama lain harus dibuka. Itulah kita be-kerja tuntas. Kalau ada yang bilang apa yang dilakukan Pak Buwas itu tidak pernah menuai hasil, dia tidak tahu cara saya melaksanakan pengungkapan itu. Saya tidak pernah bekerja separuh-separuh karena tak mau menimbul-kan masalah baru.

    Tapi kasus-kasus di Bareskrim nyatanya belum ada yang ke pengadilan?

    Pasti. Saya bekerja tidak main-main. Saya bukan asal-asalan. Bagaimana saya sebagai Kabareskrim bekerja asal-asalan? Saya kom-jen, bintang tiga, masak asal-asalan? Karena saya sudah melalui pendidikan dan (memiliki) pengalaman, makanya saya dipercaya (jadi) bintang tiga.

    Tapi Anda kemudian digeser ke BNN karena dianggap bikin gaduh?

    Saya selalu berpikiran positif. Jadi saya tidak mau menghubungkan satu sama lain. Saya aparat penegak hukum. Saya abdi negara. Jadi pengabdi tidak boleh cerita itu.

    Tersangka penyelundupan sabu-sabu 15,5 kilogram saat ditunjukkan kepada wartawan, Jumat (18/9).

    AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM

    INTERVIEW

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEW

    Kepala Bareskrim Komjen Budi Waseso meninjau barang bukti narkoba jenis ganja di lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jakarta, Mei lalu.

    GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM

    Silakan saja masyarakat yang menilai. Kalau kita yang penting bekerja. Kalau Tuhan mengatakan amanah kita selesai, ya selesai. Tidak usah kita ribut. Toh, semua pekerjaan itu sama. Tergantung bagaimana kita per-tanggungjawabkan amanah itu. Ngapain kita ributkan.

    Di BNN Anda merasa lebih powerful

    karena langsung berada di bawah presi-den?

    Saya menilai semua pekerjaan sama saja. Mau di bawah siapa pun. Saya di mana saja, mulai letnan dua sama saja, kok. Tanya saja sama mantan anak buah saya. Tanya saja kapan ada Budi Waseso atau Buwas itu me-ngeluh khususnya dalam masalah pekerjaan. Kapan saya meras atau memainkan perkara?

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEW

    Makanya, waktu saya menghadapi KPK, dica-rilah kesalahan saya. Belum ketemu.

    BNN langsung di bawah presiden, tapi Anda tidak dilantik presiden?

    Tidak menjadi soal buat saya, itu tidak sub-stansial. Kalau memang dilantik Kapolri saya bisa sah bekerja, ya sudah. Bahkan jika dilantik oleh tukang becak sekalipun, selama saya bisa sah mulai bekerja, ya saya bekerja.

    Anda sudah membuat laporan keka-yaan?

    Sedang disusun. Kalau nanti sudah terkum-pul dan selesai, orang enggak (akan) percaya karena mungkin jumlahnya fantastis. Bisa 14 T, (ton, tersenyum). Karena saya ini orangnya se-nang pindah-pindah. Makanya dokumen yang ada sama saya, ada di mana saya juga pening. Sekarang sedang dicari. Barang-barang yang ada sama saya juga susah dinilainya. Saya tidak mau bohong.

    Maksudnya Anda mengoleksi barang-HASAN ALHABSHY/DETIKCOM

    Tanya saja kapan ada Budi Waseso atau Buwas itu mengeluh khususnya dalam masalah pekerjaan. Kapan saya meras atau memainkan perkara?

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEW

    Direktur Jenderal HAM Kementerian Hukum dan HAM Mualimin Abdi melepas seragam mantan petugas keamanan LP Banceuy, Dedi Romadi, saat upacara pemberhentian di Jakarta, Juni lalu.

    VITALIS YOGI TRISNA/ANTARA FOTO

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR

    barang antik?Saya kan senang menembak. Peralatan itu

    ada yang dari orang tua, mertua. Ada juga yang saya dapatkan selama tugas. Ini semua ada nilainya, tapi saya tak bisa menaksir sendiri. Akan saya laksanakan (melaporkan harta kekayaan ke KPK). Kalau saya asal-asalan mengisi, nanti kayak model Pak Budi Gunawan. Itu jadi kelemahan beliau, dianggap

    menggelapkan pajak, menggelapkan harta yang tidak dilaporkan.

    Itu jam tangan Anda Rolex, ya?Bukan, ini Swiss Army. Saya melihat barang

    itu tidak berdasarkan merek, tapi fungsi. Wak-tu saya menikah pada 1991, saya mendapat hadiah kulkas. Sampai saat ini masih ada, tidak pernah ganti karena masih berfungsi. Kursi tamu saya dari mulai nikah sampai saat ini masih ada. Paling bungkusnya yang diubah. Ini batu cincin saya beli pas lewat di Rawa Bening, harganya Rp 150 ribu.

    ADITYA MARDIASTUTI, RIZAL MASLAN | DIMAS ADITYO

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    INTERVIEW

    NAMA: Budi Waseso

    TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Pati, Jawa Tengah, 19 Februari 1961

    ISTRI: Budi Ratnasetiawati

    ANAK: Nindya Nurprasasti, 24 tahun Nindita Dwi Indah Pratiwi, 22 tahun

    Yoga Putraprawira, 15 tahun

    PENDIDIKAN:Akademi Kepolisian, 1984

    RIWAYAT JABATAN: Kepala Bidang Profesi dan Pengaman-

    an Kepolisian Daerah Jawa Tengah, 2009

    Kepala Pusat Pengamanan Internal Mabes Polri, 2010 Kepala Kepolisian Daerah Go-

    rontalo, 2012 Widyaiswara Utama Sespim

    Polri, 2013 Kepala Sekolah Staf dan Pimpinan

    Tinggi Polri, 2014 Kepala Badan Reserse Kriminal Polri,

    19 Januari 2015 Kepala Badan Narkotika Nasional, 8

    September 2015

    BIODATA

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    ILU

    STR

    ASI:

    EDI W

    AHYO

    NO

    SEORANG GURU SD JADI KORBAN PENIPUAN LEWAT FACEBOOK. DOLAR TAK DIDAPAT, UANG RATUSAN JUTA RUPIAH MELAYANG.

    WASPADA PENITIP DOLAR

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    HATI-HATILAH saat berkenalan lewat media sosial. Peringatan ini rasanya sering disampaikan lewat pemberitaan berbagai media. Sudah banyak korban jatuh yang berawal dari per-kenalan melalui ranah maya itu, baik korban penipuan, perdagangan orang, maupun pe-merkosaan.

    Namun ternyata masih ada saja masyarakat yang menjadi korban bujuk rayu orang yang

    baru dikenalnya via dunia daring. Seperti di-alami Sri Mundiyah, 52 tahun, warga Semarang ini. Uang lebih dari Rp 800 juta amblas dibawa seseorang yang berpura-pura akan menitipkan duit jutaan dolar AS.

    Sri tak menyangka sebuah pesan yang mampir ke akun Facebook miliknya pada Juni 2015 ternyata menjadi awal musibah itu. Sang pengirim pesan mengaku bernama Hwande Paul, seorang jenderal warga negara Amerika

    Barang bukti penipuan yang menimpa Sri Mundiyah saat gelar barang bukti di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Minggu (13/9).

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015

    Serikat yang tengah bertugas di Suriah.Melalui pesan itu, sang jenderal berniat

    menitipkan uang US$ 5 juta dengan alasan tidak bisa membawa uang dalam jumlah besar saat pulang ke negaranya. Sri pun tertarik sehingga terjadi perkenalan lewat jejaring sosial terse-but. Setelah berkenalan, Paul mengaku tak lagi memiliki keluarga. Anaknya sudah meninggal.

    Maka itu dia menawarkan (untuk menitip uang) kepada Ibu Sri, kata Kepala Unit I Ke-

    jahatan dengan Kekerasan Direktorat Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Gunardi, Senin, 14 September lalu.

    Foto profil sang jenderal yang menge-nakan setelan jas di akun Facebook rupanya menambah keyakinan Sri. Sejak perkenalan itu, keduanya intens berkomunikasi lewat telepon. Singkat cerita, sekitar sebulan berselang, Paul mengatakan kepada Sri bahwa dolar titipan itu sudah tiba di Jakarta, dan dibawa seorang

    Sri Mundiyah (tengah) saat melunasi utangnya sebesar 500 juta.

    DOK. PRIBADI

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    diplomat. Tepatnya 13 Juli 2015, Sri dihubungi seorang

    perempuan yang mengaku petugas Bandara Soekarno-Hatta bernama Ade Aryani. Tapi, belum juga melihat uang titipan itu, Sri malah diminta mentransfer uang Rp 9,5 juta untuk proses pengeluaran uang dolar di bandara.

    Bu Sri sempat mempertanyakan uang itu untuk apa. Jumlah yang besar itu sempat

    membuat (Sri) keberatan, ujar Gunardi. Toh, Sri akhirnya menuruti kemauan Ade

    wanita yang mengaku petugas bandara ini be-lum tertangkapkarena termakan bujuk rayu akan mendapat uang dalam jumlah jauh lebih besar. Pada hari yang sama, Sri, yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar, diminta men transfer lagi sebesar Rp 35 juta. Alasannya, untuk pem-buatan dokumen dan asuransi antiteroris.

    Begitulah. Sejak itu, penipu, yang belakang-an terungkap beraksi secara berkelompok, tersebut terus mencari cara mengkadali Sri. Uang yang diminta semakin besar jumlahnya. Dua hari kemudian, ia diminta mentransfer Rp 60 juta. Sri mengirimnya ke sejumlah rekening bank, antara lain atas nama Ade Aryani dan Ceesay Ebrima.

    Beberapa hari setelahnya, ia mendapat kabar, pengantar titipan mendapat tugas lain, sehingga dolar dititipkan kepada Gabriel, yang mengaku perwakilan UN (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Indonesia. Ibu tiga anak itu lalu diminta datang ke sebuah apartemen di kawasan Rasuna Said, Kuningan, lantai 21. Ka-mar apartemen itu sejatinya cuma disewa satu

    Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti (kanan) menggelar konferensi pers terkait kasus penipuan ini Minggu (13/9).

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    hari oleh Gabriel, khusus untuk meyakinkan korbannya.

    Di tempat itu, kepada Sri, yang datang dari Semarang, Gabriel memperlihatkan uang dolar dengan cap UN yang terbungkus plastik di koper. Namun, untuk menghilangkan cap itu, Sri diminta membeli cairan kimia khusus, yang harganya Rp 3,5 miliar! Gabriel pun memprak-tekkan cara menghapus cap pada tiga lembar uang senilai US$ 100 menggunakan cairan ter-sebut, dan memberikan selembar kepada Sri.

    Semestinya pada saat itu Sri curiga. Nyatanya,

    ia masih percaya saat diminta menandatangani surat kepemilikan uang US$ 5 juta itu. Tapi saya harus membayar 20 persen, sebanyak Rp 700 juta, tutur Sri, yang hadir saat rilis kasus ini di Polda Metro Jaya, Ahad, 13 September lalu.

    Sayangnya, Sri kembali menuruti kemauan para penipu itu. Dia mentransfer uang dalam beberapa kesempatan. Terakhir pada 19 Agus-tus 2015, ia mentransfer Rp 400 juta. Jumlah duit yang sudah diserahkan Sri total Rp 811 juta. Setelah itu Gabrielbelakangan diketahui ber-nama Jackson Chukwukere Orismengatakan dolar titipan akan cair sebesar Rp 60 miliar dan akan masuk ke rekening Bank BRI milik Sri.

    Namun janji tinggal janji. Uang yang dinanti tak juga masuk ke rekeningnya. Bahkan Gabriel sempat meminta uang lagi sebesar Rp 850 juta. Nah, saat inilah Sri baru tersadar telah menjadi korban penipuan dan melapor ke polisi.

    Unit I Kejahatan dengan Kekerasan yang di-pimpin Gunardi segera bergerak. Pada 31 Agus-tus 2015 sore, tersangka Jackson Chukwukere Oris alias Gabriel, 41 tahun, ditangkap di Hotel Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan. Saat di-tangkap, Gabriel berpakaian rapi mengenakan

    Identitas salah satu tersangka penipuan

    DOK. PRIBADI

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    jas dan akan melakukan penipuan, tapi belum sempat bertemu dengan korbannya, ucap Gunardi.

    Dari penangkapan Gabriel, malam harinya petugas mencokok pelaku lain bernama Jhon K. Obioma, 36 tahun, di Hotel Dias, Jakarta Pusat. Kemudian, 4 September 2015, ditangkap Ceesay Ebrima, 45 tahun, di depan Apartemen Puri Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

    Gabriel dan Jhon berkewarganegaraan Nige-ria. Sedangkan Ceesay asal Republik Gambia, Afrika Barat. Ketiga tersangka mengaku baru pertama kali menipu dan sudah beberapa ta-hun tinggal di Indonesia untuk berdagang.

    Ketiganya memiliki peran berbeda, dengan Gabriel pelaku utamanya. Jhon bertugas me-nyetor nama dan nomor telepon seluler korban kepada Gabriel. Adapun Ceesay merupakan pemilik rekening dan penampung uang hasil tipu-tipu itu. Dari total kerugian Sri, Gabriel membaginya kepada Jhon dan Ceesay masing-masing Rp 80 juta.

    Jadi saat Bu Sri sudah transfer, Ceesay ambil tunai, lalu diberikan ke Gabriel, kata Gunardi.

    Dari penangkapan itu, polisi menyita dua stempel lambang UN, sekoper uang dolar, kapas dan serbuk putih, paspor, serta telepon seluler. Ketiganya terancam dijerat Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang Penipuan dengan hukuman maksimal 4 tahun penjara. Sedangkan wanita bernama Ade Aryani, yang mengaku-aku sebagai petugas bandara, masih jadi buron dan masuk daftar pencarian orang.

    Berbagai perangkat yang digunakan kelompok penipu menjerat korban

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • KRIMINAL

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    Dihubungi majalah detik secara terpisah, Sri mengatakan kini hanya bisa pasrah. Ia ter-paksa melunasi utangnya kepada pihak ketiga dengan mencari sumber lain. Uang yang ia be-rikan kepada para penipu sebagian berasal dari pinjaman dengan jaminan 80 kamar indekos miliknya.

    Yang Rp 500 juta aku pinjam rentenir. Bu-nganya langsung dipotong di depan Rp 50 juta. Aku hanya terima Rp 450 juta, yang Rp 400 juta

    langsung aku setorkan (ke Gabriel) di tanggal 19 (Agustus) itu, ujarnya dengan logat Jawa kental. Nasib saya sudah jatuh tertimpa tangga.

    Perempuan yang menjabat kepala sekolah di sebuah SD negeri di Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, itu berharap uangnya kembali, setidaknya sebagian besar. Sebab, un-tuk membayar utang itu, sang suami terpaksa menjual tanah warisan. Sampai saat ini uang-nya belum ketemu. Itu urusan polisi, tutur Sri.

    Kriminolog Universitas Indonesia, Erlangga Masdiana, kembali mengingatkan masyarakat agar tak mudah percaya kepada orang yang baru dikenal, apalagi lewat media sosial. Lebih-lebih jika diajak melakukan transaksi dalam jumlah besar.

    Kebanyakan yang terkena (tipu) adalah orang yang mudah percaya dengan iming-iming tertentu sehingga melakukan transaksi atau percaya kepada orang yang begitu saja mau menitipkan atau memberikan uang, ucap Erlangga. Dan pengalaman ini tentu bakal menjadi guru terbaik bagi Ibu Guru Sri.

    ADITYA MARDIASTUTI | DIM

    Komplotan penipu yang beraksi lewat media sosial dalam acara rilis kasus di Polda Metro Jaya.

    LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM

  • FOKUS

    TAKTIK TOBAT &

    RUJUK PKSFAKSI KEADILAN MENDORONG PKS KEMBALI KE PARTAI DAKWAH DAN MERANGKUL KADER YANG

    HENGKANG. BERHARAP BISA MENDONGKRAK PEROLEHAN SUARA YANG STAGNAN SEJAK 2004.

    ADA YANG PILIH PUASA TIGA HARI DARIPADA PULANG KE PKS.

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    RENCANA pertemuan Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Salim Segaf al-Jufri dengan pendiri Partai Keadilan, Yusuf Supendi, seolah menguap. Salim sempat meminta waktu, tapi akhirnya batal karena Yusuf hanya mau ditemui di rumahnya.

    Kader senior PKS, seperti Ketua Dewan Sya-riah Surahman Hidayat dan Satori Ismail, juga sempat bertandang buat melobi. Ada yang

    mau mempertemukan (saya dengan Salim), tapi belum terjadi, kata Yusuf.

    Salim dan Yusuf sebenarnya sama-sama pen-diri PKS, tapi Yusuf berlabuh ke Partai Hanura setelah dipecat pada 2010. Ia sempat menye-rang balik Ketua Majelis Syuro Hilmi Aminud-din dan Presiden Luthfi Hasan Ishaaq dengan mengumbar masalah internal bekas partainya itu.

    Yusuf hanya satu dari banyak pendiri dan

    FOKUSFOKUS

    Tap untuk melihat video Wajah baru PKS

    Video

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    kader yang kini didekati lagi oleh Salim dan Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman. Kedua-nya, yang terpilih dalam Musyawarah Majelis Syuro di Hotel Mason Pine, Bandung, pada 10 Agustus 2015, memang punya program rujuk dengan kader yang hengkang dari partai.

    Sepengetahuan Yusuf, tidak semua kader

    menerima upaya rujuk itu. Dalam tradisi PKS, jika ada permintaan rujuk, pilihannya adalah menerima atau menampik. Penolakan itu di-tandai dengan membayar kafarat atau hukum-an atau denda, salah satunya dengan berpuasa tiga hari. Ada kader yang keluar karena kece-wa, lalu ada yang mengajak rujuk, kata Yusuf. Jawaban dia malah memilih puasa tiga hari ketimbang balik.

    Salim tidak membantah soal upaya rujuk dengan kader senior yang meninggalkan PKS. Namun ia menyatakan tak tahu ada petinggi partai yang menemui Yusuf. Saya tidak tahu, ya, detail pertemuan itu kapan dan di mana. Kalaupun bertemu, mungkin antarmuslim, antartokoh, antarpartai, kata Salim.

    Namun deklarator Partai Keadilan lainnya yang juga "bercerai" dengan PKS, Mashadi, membenarkan adanya upaya komunikasi dari kubu Salim demi membujuknya kembali ke partai. Mashadi pernah menegur mantan Ketua Majelis Syuro Hilmi Aminuddin soal pe-ngelolaan dana partai dan menyerukan secara terbuka pembubaran PKS karena tidak lagi jadi partai dakwah.

    FOKUSFOKUS

    Musyawarah Nasional PKS Ke-4 di Hotel Bumi Wiyata Depok, Jawa Barat.

    DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUSFOKUSFOKUS

    Mashadi menilai upaya islah itu butuh waktu yang tidak pendek. Kalau PKS semakin dekat kepada Islam, semua akan kembali dekat. Kalau semakin jauh dari Islam, konsekuensinya, kaw-an-kawan menjauh.

    Namun waktu yang diberikan Salim kepada

    Sohibul tidak lama. Salim menargetkan, dalam 100 hari, sudah terlihat adanya rujuk dengan tokoh-tokoh partai yang hengkang. Tidak aneh, selain mengikuti rapat partai hingga larut, kini agenda harian Sohibul banyak dipenuhi safari bertemu dengan kader dan tokoh-tokoh yang dikenal dekat dengan PKS.

    PKS memang terlihat ingin merangkul se-mua faksi di partai. PKS ingin merangkul pe-milih tradisional mereka dan merebut kembali pemilih mereka yang lari, ujar peneliti politik Center for Strategic and International Studies, Arya Fernandez.

    Masih adanya wajah lama, seperti Anis Matta sebagai Ketua Badan Kerja Sama Internasional dan Sekretaris Jenderal Taufik Ridho, bagi Arya merupakan tanda bahwa PKS tidak mau berce-rai dengan faksi kesejahteraan. Mereka juga tidak mau kehilangan basis pemilih baru yang terbangun pada massa Anis, katanya.

    Perolehan suara memang jadi salah satu per-timbangan dalam perombakan struktur partai. Apalagi pada Desember 2015 digelar pemilihan kepala daerah serentak. Dalam hajatan politik itu, PKS memasang 43 kadernya sebagai calon

    Simpatisan PKS pada kampanye pemilu legislatif 2014 di Lampung

    KRISTIAN ALI/ANTARA FOTO

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    Sohibul Iman (kanan) menyapa massa PKS di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta, Minggu (13/9).

    DETIKCOM

    kepala daerah.Sohibul melihat konsep partai dakwah dulu

    sempat mempesona publik karena perolehan suara 1 persen pada Pemilu 1999 melonjak menjadi 7 persen pada Pemilu 2004. Tapi, bu-kan meraih target 15 persen suara pada Pemilu 2014, perolehan suara PKS malah stagnan di angka 7 persen sejak Pemilu 2004.

    Kami diagnosis kenapa bisa seperti ini, ujar Sohibul. Kami melihat bahwa (dakwah) yang menjadi keunggulan PKS di awal itu sudah menurun.

    Karena itu, Sohibul bertekad, selama kepe-mimpinannya, PKS kembali jadi partai dakwah. Ia menjelaskan partai dakwah itu berarti per-juangan politik PKS adalah dalam penyusunan undang-undang di parlemen.

    Sohibul juga mengenalkan istilah oposisi loyal. Itu berarti PKS tetap jadi oposisi terha-dap pemerintahan Presiden Jokowi dan tetap di Koalisi Merah Putih. Namun Sohibul akan membatasi kritik terhadap pemerintah, yang hanya disampaikan jika itu dianggap merugikan negara. PKS, kata dia, tidak ingin jadi oposisi asal beda, yang menentang seluruh kebijakan pemerintah.

    Selain menjadi partai dakwah, PKS ingin tampil dengan wajah berbeda sebagai sinyal bahwa faksi kesejahteraan dalam partai su-dah tergusur oleh faksi keadilan.

    Misalnya penyelenggaraan Munas PKS 2015 digelar lebih sederhana. Sementara pada 2010 munas digelar di hotel bintang lima Ritz-Car-lton Jakarta, kali ini diadakan di hotel bintang tiga Bumi Wiyata, Depok. Selain acara sere-monial tertutup di hotel, ada acara terbuka bagi simpatisan di Bumi Perkemahan Cibubur,

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUSFOKUSFOKUS

    Kader PKS, Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho, saat ditahan KPK dalam kasus dugaan suap hakim PTUN Medan.

    RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM

    Jakarta. Ini arahan langsung dari Doktor Salim. Beliau awalnya malah mau mengadakan munas ini di dalam tenda di Cibubur, ujarnya.

    Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat PKS Taufik Ri dho menyatakan tak ada rekayasa ataupun pencitraan dalam penentuan lokasi munas. Yang terjadi, kata dia, adalah panitia terlambat memesan tempat, dan dalam waktu hingga tersisa tiga pekan, yang tersedia cuma di

    Hotel Bumi Wiyata. Kami cari semua (tempat di) Jakarta ini sudah susah. Ini juga kami tidak dapat hari Sabtu-Ahad karena sudah full, ujar-nya.

    Biaya perhelatan pada 12-15 September 2015 ini, kata Sohibul, sebagian besar ditutupi deng-an menghidupkan lagi tradisi Galibu. Pada era Partai Keadilan, kepanjangan Galibu adalah Gerakan Lima Ribu, tapi kini menjadi Gerakan Lima Puluh Ribu.

    Hasilnya, terkumpul dana sekitar Rp 1,2 miliar. Melihat jumlah itu, ke depannya, Sohibul ber-niat menjadikan gerakan ini sebagai salah satu sumber pendapatan PKS.

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    Selain dari Galibu, PKS menerima duit iuran anggota De wan Perwakilan Rakyat sebesar Rp 25 juta per bulan. Menurut anggota Fraksi PKS, Tifatul Sembiring, kader pejabat daerah dan DPRD juga dimintai sumbangan.

    Jika ada acara partai, sumbangannya bisa naik seperti saat munas di Depok, Tifatul dan kaw-an-kawannya di DPR menyumbang minimal Rp 10 juta.

    Selain sumbangan lokal, Ketua Badan Pem-binaan dan Pengembangan Luar Negeri DPP

    PKS Taufik Ramlan Wijaya menyebutkan ada juga Ga-libu impor. Menurut Taufik Ramlan, PKS punya sekitar 8.000 kader di luar negeri dengan donasi yang cukup besar. Galibu yang digagas

    Sohibul Iman itu kecil, ujarnya.Apa pun sumbernya, Sohibul berharap kebu-

    tuhan biaya politik yang tinggi tidak membuat partainya terpeleset sehingga melanggar hu-kum. Godaan ini kan datang dari sistem juga. Dengan biaya politik yang mahal, orang ke-mudian menutupi itu semua dengan beragam

    cara.Citra PKS memang terpuruk akibat kasus

    korupsi yang melibatkan Presiden Luthfi Has-an Ishaaq, yang telah divonis 16 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar. Baru-baru ini Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho juga dite-tapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka kasus suap terhadap hakim dan pa-nitera Pengadilan Tata Usaha Negara Medan. Gatot adalah satu dari hanya empat kader PKS yang menang dalam pemilihan gubernur.

    Agar kejadian itu tidak terulang, Salim dan Sohibul kini mewajibkan semua kader meneken pakta integritas. Yang jelas, kami ingin bersih, kata Sohibul. Terkait kasus-kasus (selama) ini, kami mohon maaf kepada publik bahwa ter-nyata kader PKS ada juga yang terjebak seperti itu.

    Selain akan dijatuhi sanksi berat jika melanggar hukum, kader PKS, khususnya di DPR, diminta menjaga sikap. Konon, sudah ada kader PKS di parlemen yang kena semprit karena omongannya yang kontroversial. Saya pikir begini, partailah yang harus menyiapkan kader-kadernya untuk memimpin negara ini dengan santun, dengan

    Selama sepuluh tahun ngapain saja, kan? Sekarang dia mau dengan semboyan peduli, bersih, dan profesional, itu seperti menegakkan benang basah.

    Yusuf Supendi

    AGUNG/DETIKCOM

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    bahasa yang bagus, yang sesuai dengan karakter adat ketimuran itu sendiri, kata Salim Segaf.

    Meski dikejar pekerjaan rumah yang besar setelah Luthfi dibui dan Anis Matta lengser, So-hibul optimistis partainya bisa kembali meng-ambil hati publik.

    Optimisme juga menular pada anak buah So-hibul, Ketua Bidang Perempuan dan Ketahan-an Keluarga DPP PKS Wirianingsih. Di bawah kepemimpinan Sohibul, PKS akan memberi pe-nekanan khusus perlunya menjaga ketahanan

    keluarga. "Keluarga penting untuk membentuk pemimpin bangsa," kata Wiwi, panggilan akrab istri anggota MPP PKS, Mutammimul Ula itu.

    Namun kalangan luar yang pernah dekat de-ngan PKS tetap menyimpan pesimisme. Sohibul akan banyak mengadapi tantangan. Mantan Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, itu dinilai bakal punya kendala besar meyakinkan kader senior agar kembali ke partai.

    Kendala itu adalah latar belakangnya yang bukan ustad dan pendidikannya yang sains dengan gelar dari universitas di Jepang. Dia (Sohibul) bukan ustad dan tidak punya kafah syariah, sedangkan mayoritas tokoh PKS adalah ustad, ujar Yusuf.

    Sementara itu, Salim, meski dianggap faksi keadilan, selama 10 tahun terakhir dia berada di kalangan faksi kesejahteraan. Kubu itu menjadikannya Duta Besar di Arab Saudi dan Menteri Sosial. Selama sepuluh tahun ngapain saja, kan? Sekarang dia mau dengan semboyan peduli, bersih, dan profesional, itu seperti me-negakkan benang basah, kritik Yusuf. BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN, HARDANI TRIYOGA | OKTA WIGUNA

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    Salim Segaf saat menjadi Menteri Sosial meninjau korban banjir Pekalongan, Jawa Tengah, Februari 2014.

    OKKY LUKMANSYAH/ANTARA FOTO

    TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR

  • FOKUS

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO

    PARTAI Keadilan Sejahtera berbenah menjelang pemilihan kepala daerah serentak pada Desember 2015. Sepuluh tahun terakhir, perolehan suara PKS mentok di angka sekitar 8 juta pemilih sejak 2004. Kasus korup-si yang membelit kadernya dise-

    but-sebut ikut membuat suara partai ini stagnan.

    Seperti apa situasi partai yang dihadapi duet Ketua Majelis Syuro Salim Segaf al-Jufri dan Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman itu? Berikut ini kondisi PKS di parlemen, pemerintah, dan daerah.

    KUTUKAN 8 JUTA MEMBELIT PKS JUMLAH SUARA PEMILU 2014

    1999-20041 kursi Menteri Kehutanan dan

    Perkebunan Nurmahmudi Ismail

    2009 57 (10,18%)

    2004-20092 kursi Menteri Pertanian

    Anton Apriyantono Menteri Negara Pemuda

    dan Olahraga Adhyaksa Dault

    2004 45 (8,18%)

    20098.204.946 (7,89%)

    20048.149.457 (7,20%)

    1999 (Partai Keadilan)1.436.565 (1,36%)

    269Jumlah provinsi, kota, dan kabupaten yang me-nyelenggarakan pilkada serentak

    43 Daerah dengan calon kepala daerah dan wakil dari kader PKS

    200Calon kepala daerah non-kader yang didukung PKS

    2009-20144 kursi (3 kursi setelah reshuffle) Menteri Pertanian Suswono Menteri Sosial

    Salim Segaf al-Jufri Menteri Komunikasi dan

    Informatika Tifatul Sembiring

    Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata (terkena reshuffle)

    19996 (1,30%)

    KURSI DPR 2014-2019

    GUBERNUR 5 PROVINSI DENGAN GUBERNUR KADER PKS

    KURSI MENTERI2014-2019: 0 KURSI Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dari Koalisi Merah Putih tak menang Pilpres 2014

    8 PROVINSI DENGAN GUBERNUR DIDUKUNG OLEH PKS

    Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah

    Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq

    Wakil Ketua Komisi II Mustafa Kamal

    Wakil Ketua Komisi V Yudi Widiana Adia

    Wakil Ketua Komisi VII Tamsil Linrung

    Wakil Ketua Komisi VIII Ledia Hanifa Amaliah

    Wakil Ketua Komisi X M. Sohibul Iman

    Ketua Majelis Kehormatan Dewan Surahman Hidayat

    Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antarparlemen Rofii Munawar

    40 (7,1%)

    PILKADA SERENTAK 2015

    SUMATERA UTARA Gubernur Gatot Pujo Nugroho Status: nonaktif karena tersangka kasus suap majelis hakim dan panitera PTUN Medan

    SUMATERA BARATGubernur Irwan Prayitno

    BENGKULU Gubernur Agusrin Maryono Najamuddin Pindah ke Partai Demokrat setelah terpilih jadi gubernur pada 2010.Status: Diberhentikan setelah divonis bersalah dalam kasus korupsi APBD.

    JAWA BARATGubernur Ahmad Heryawan

    MALUKU UTARA Gubernur Abdul Ghani Kasuba

    JAMBI

    LAMPUNG

    JAWA TIMURNTT

    MALUKUKALIMANTAN TIMUR

    SULAWESI TENGGARASULAWESI BARAT

    JAMBI

    LAMPUNG

    JAWA TIMURNTT

    MALUKUKALIMANTAN TIMUR

    SULAWESI TENGGARA

    8.480.104 (6,79%)

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    KEKUASAAN ANIS MATTA DI PKS TUMBANG. DULU IA SANGGUP MEMBUAT PARTAI INI

    MENGECAP KESEJAHTERAAN KETIKA MENJABAT SEKJEN MAUPUN PRESIDEN.

    RISIKONYA, PKS KIAN JAUH DARI DAKWAH.

    TERSINGKIRNYA GENG ANIS

    MATTA

    FOKUS

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    SALAH satu ruang pertemuan di Hotel Mason Pine, Kota Baru Parah-yangan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mendadak gempar. Pada Minggu, 9 Agustus 2015, itu, dalam Musyawa-rah I Majelis Syuro Masa Khidmah 2015-2020, Salim Segaf al-Jufri membacakan nama Sohibul Iman layak menjadi Presiden PKS.

    Salim baru saja menerima mandat sebagai Ketua Majelis Syuro dalam musyawarah yang diikuti oleh 66 anggota majelis tersebut. Mereka menghujani Salim dengan berbagai pertanyaan. Pemikiran mereka sama, kenapa kepemimpinan Anis Matta tidak dilanjutkan.

    Ya, ramailah. Langsung mempertanyakan kenapa (kepengurusan) Anis Matta tidak dilan-jutkan. Pada satu sisi, ya kami perlu kader baru. Dijawab lagi, di daerah banyak menginginkan Anis Matta, ujar anggota Majelis Pertimbang-an Partai PKS, Tifatul Sembiring.

    Maka musyawarah itu pun berlangsung alot selama empat jam, dimulai pukul 13.00 WIB dan baru berakhir pukul 17.00 WIB. Namun Tifatul tidak mau ikut-ikutan melempar pertanyaan. Aturan organisasinya sudah jelas: keputusan

    Ketua Majelis Syuro mutlak.Awal Agustus 2015 itu PKS menggelar perhe-

    latan besar. Sehari sebelumnya, Sabtu, 8 Agus-tus, Majelis Syuro PKS berkumpul di Hotel Mason Pine. Mereka memilih pucuk pimpinan majelis tersebut.

    Anggota majelis itu seluruhnya 99 orang. Namun anggota yang hadir hanya 66 orang, mereka mewakili 34 provinsi. Tifatul hadir me-wakili Sumatera Utara. Setiap anggota diminta menyerahkan tiga nama untuk menjadi calon Ketua Majelis Syuro.

    Pilihan Majelis Syuro mengerucut pada tiga nama, yakni Salim Segaf al-Jufri (54 suara), Hida-yat Nur Wahid (50 suara), dan Hilmi Aminuddin (40 suara). Beberapa nama lain memperoleh suara sedikit. Tiga orang ini lantas dipersilakan bermusyawarah sendiri untuk mengajukan diri sebagai Ketua Majelis Syuro.

    Nama saya juga masuk dicalonkan, walau-pun cuma satu suara, kata Tifatul bercanda.

    Keputusan musyawarah harus menunggu berlalunya hari. Sebab, sampai lewat tengah malam, ketiganya tidak mencapai kata sepakat. Baru keesokan harinya, nama Salim disepakati

    Presiden PKS terpilih periode 2015-2020, Mohamad Sohibul Iman, dalam konferensi pers Majelis Syuro di Hotel Mason Pine, Kota Baru Parahyangan, Bandung, Senin (10/8).DOK.PKS

    FOKUS

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    oleh ketiga peraih suara terbanyak dan disetujui oleh Musyawarah Majelis Syuro.

    Banyak anggota Majelis Syuro menganggap terpilihnya Salim sebagai ketua majelis tidak bakal diikuti perombakan pengurus. Presiden PKS dikira masih akan dijabat Anis Matta. Anis pernah belajar di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab (LIPIA) Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud Riyadh di Jakarta. Sedangkan Salim pernah mengajar di institusi itu. Nah, walaupun di LIPIA, Anis Matta itu muridnya Salim, kata Tifatul.

    Kasak-kusuk di Hotel Mason Pine itu tidak sampai merembet keluar. Pergantian pucuk pimpinan PKS boleh dibilang berjalan senyap. Bahkan riuh pertanyaan anggota Majelis Syuro PKS tertutup oleh kabar Muktamar Muham-madiyah Ke-47 dan Muktamar Nahdlatul Ula-ma Ke-33, yang berlangsung pada waktu yang berdekatan.

    Cerita penggusuran Anis dari pucuk pimpin-an PKS tidak terjadi secara instan. Sumber ma-jalah detik di PKS menyebutkan Anis sengaja disingkirkan karena terlibat konflik dengan Hilmi Aminuddin. Kabar keretakan hubungan

    ini beredar dari mulut ke mulut dari kader yang dekat dengan elite.

    Awalnya Hilmi menelepon Anis selama dua hari berturut-turut. Namun panggilan telepon ini tidak direspons sama sekali karena Anis sedang ke Singapura. Kepergian Anis ini tanpa pemberitahuan sama sekali. Karena itulah Hil-mi marah.

    Itu saya ingat betul ketemu kader hari Ju-mat, 24 Juli 2015. Itu latar belakang munculnya Sohibul Iman, ujar sumber tersebut.

    Mantan kader PKS, Yusuf Supendi, mengaku mendengar kabar ini. Namun ia tidak memiliki informasi lebih mendalam. Hanya, menurut firasatnya, kekuasaan Anis di PKS tidak bakal berlanjut.

    Firasat ini benar, kepemimpinan Anis am-bruk. Yusuf jauh hari sebelumnya mengkritik soal dinamika PKS yang telah melenceng dari khitahnya sebagai partai dakwah.

    Saya ada kesimpulan dia (Anis Matta) tidak akan jadi presiden. Saya dengar yang menolak Anis jadi presiden adalah Hilmi. Kemunculan Sohibul Iman juga di luar rekayasa, tuturnya.

    Firasatnya benar, Anis bukan pilihan pucuk

    FOKUSFOKUSFOKUS

    Tifatul Sembiring RENGGA/DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    pimpinan PKS bagi Salim. Menurut Yusuf, ku-bu-kubu di kalangan internal PKS memainkan peran signifikan dalam jatuhnya Anis. Kubu-kubu ini terbentuk sejak partai itu beralih nama dari Partai Keadilan menjadi Partai Keadilan Sejahtera pada 2003 demi lolos dalam Pemilu 2004.

    Anis dan Hilmi awalnya merupakan satu kelompok. Yusuf menyebutkan ada dua ke-lompok utama di PKS, yakni kubu keadilan yang bersifat keras dan kubu sejahtera yang bersikap pragmatis. Anis dan Hilmi tergolong sebagai kubu sejahtera. Keduanya menempati pucuk pimpinan PKS sejak 2003.

    Anis duduk sebagai sekjen sejak 2003, se-dangkan Hilmi duduk sebagai Ketua Majelis Syuro sejak 2005, menggantikan Rahmat Ab-

    dullah yang meninggal secara mendadak.Akademisi Universitas Indonesia, Arif Mu-

    nandar, mengungkap kiprah Anis sebagai elite PKS di faksi sejahtera. Arif menyusun disertasi pada 2011 dengan judul Antara Jemaah dan Partai Politik: Dinamika Habitus Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Arena Politik Indonesia Pasca-Pemilu 2004. Kesimpulannya sama, Anis duduk sebagai faksi sejahtera me-ngelola PKS.

    Anis leluasa bermain politik di PKS. Langkah politik Anis sebagai sekjen kerap berseberang-an dengan Presiden PKS periode 2005-2010, Tifatul Sembiring. Salah satunya terkait Tim Pemenangan Pemilu Nasional (TPPN). Sem-pat terjadi kudeta halus ketika TPPN dibentuk. TPPN diketuai oleh Sekjen dengan para peng-

    FOKUSFOKUSFOKUS

    Lokasi Musyawarah I Majelis Syuro di Hotel Mason Pine, Bandung DOK.MASON PINE

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    urus DPP sebagai anggotanya. Sedangkan Presiden partai hanya menjadi penasihat, tulis Arif.

    Namun, apa pun polemiknya, Anis dan Hilmi mampu menggiring PKS menangguk kesejah-teraan di tengah percaturan politik nasional. Pada periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (2004-2009), PKS duduk di koalisi peme-rintah dan mendapat tiga jabatan menteri.

    Mereka adalah Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault, Menteri Perumahan Rakyat M. Yusuf Ashari, serta Menteri Pertani-an Anton Apriyantono.

    Pada periode pemerintahan SBY-Boediono,

    PKS juga mendapat jatah jabatan menteri yang sama. Mereka adalah Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Pertani-an Suswono, serta Menteri Sosial Salim Segaf al-Jufri.

    Jabatan Anis dan Hilmi pun langgeng. Anis pada 2010 mendapat jabatan sekjen walau Presiden PKS berganti ke tangan Luthfi Hasan Ishaaq. Langgengnya kekuasaan Anis sempat memunculkan pepatah, siapa pun Presiden PKS, Anis Matta sekjennya.

    Namun konflik Anis Matta dengan Presiden PKS terus bergulir. Luthfi pun pernah ditelikung Anis ketika Dewan Perwakilan Rakyat mem-bentuk Panitia Khusus Skandal Bank Century pada 2010. Tiga anggota Fraksi PKS, yakni Fahri Hamzah, Misbakhun, dan Andi Rahmat, masuk kepanitiaan itu tanpa sepengetahuan Luthfi.

    Selain soal perpecahan faksi, gaya hidup elite PKS pada masa-masa sejahtera menjadi sorot-an. Pada 2012, Anis menjadi bahan pembicaraan karena mengenakan jam tangan merek Rolex seharga Rp 70 juta. Lebih pada memantaskan diri ketimbang gaya hidup. Jam itu standar saja, sekadar memantaskan diri, bukan hobi, apalagi

    Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin (kiri) dan Presiden PKS Anis Matta saat kampa-nye pemilu legislatif 2014 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Maret 2014. NOVRIAN ARBI/ANTARA FOTO

    FOKUS

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    gaya hidup, ujar Anis saat itu.Namun Arif mencatat permasalahan serius

    lainnya soal gaya hidup ini. Gaya hidup mewah segelintir elite PKS menunjukkan bahwa partai ini tengah menjadi orang kaya baru. Gaya hidup mereka sangat timpang dengan kondisi kader di tingkat bawah.

    Faksi sejahtera mengeksploitasi aksesnya terhadap sumber-sumber dana, ditambah lagi dengan perilaku tidak transparan dalam peng-gunaan dana atas nama partai, tulis Arif.

    Namun, ketika ditemui seusai Musyawarah

    Nasional Ke-4 PKS di Depok, Jawa Barat, pada 15 September lalu, Arif tidak mau menjelaskan lebih lanjut soal penelitiannya ini. Ia memilih tidak banyak bicara karena kini duduk sebagai Ketua Departemen Pembinan Kepemimpinan, Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, dan Lembaga Profesi Dewan Pengurus Pusat PKS.

    Berita miring terus menyerbu elite PKS. Da-lam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2007, PKS setuju mengusung Adang Daradjatun sebagai calon gubernur berpasangan dengan Dani An-war. Yusuf Supendi melaporkan, pengusungan ini dilakukan setelah Adang membayar mahar politik Rp 40 miliar. Anis sendiri dituding me-nilap uang mahar itu sebesar Rp 10 miliar demi kepentingan pribadi.

    Tudingan itu juga ditulis oleh situs WikiLeaks. Namun situs ini hanya menyebutkan Adang pernah menyetor Rp 15 miliar ke PKS terkait pemilihan Gubernur DKI 2007. Ini masalah lalu, tidak benar. Duit dari mana? PKS partai bersih, makanya saya pilih (maju dari) PKS, Adang membantah.

    Titik balik kejatuhan faksi sejahtera terjadi

    Presiden PKS Anis Matta (te-ngah) memacu semangat kader PKS pada Apel Siaga Pemenangan Pemilu di Ben-teng Kuto Besak, Palembang, Sumatera Selatan, Maret 2014. FENY SELLY/ANTARA FOTO

    FOKUS

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    ketika Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq ter-tangkap tangan dalam kasus suap kuota impor sapi pada 2013. Luthfi dicokok Komisi Pembe-rantasan Korupsi setelah komisi antirasuah itu menangkap Ahmad Fathanah, tersangka lain yang merupakan orang kepercayaan Luthfi.

    Anis lantas melepas jabatan Wakil Ketua DPR dan duduk sebagai Presiden PKS, mengisi kursi yang ditinggalkan Luthfi. Kemerosotan di PKS terus terjadi hingga pada 2014 perolehan kursi PKS anjlok dari 57 menjadi 40 kursi.

    Yusuf Supendi mengingatkan, pertarungan kubu keadilan dan sejahtera belum tuntas ke-tika PKS dipimpin oleh Sohibul Iman. Kubu ke-adilan mendapat beking dari Salim Segaf, yang seangkatan dengan Hilmi dalam sejarah PKS.

    Sedangkan kursi di DPR masih dikuasai oleh orang-orang faksi sejahtera yang memihak Anis. Yusuf menyebut Sohibul sebagai kader level ketiga. Ia harus berhadapan dengan elite yang masih bercokol di DPR.

    Adapun Sohibul membantah adanya dua faksi dalam partai yang dipimpinnya. Ia meng-anggap PKS sebagai satu partai, partai dakwah. Bagi kami, PKS ya PKS. Bagaimana kami bisa membedakan faksi-faksi itu. Toh, dalam kontes internal, kami berbaur saja, jawabnya.

    Anis Matta tidak menanggapi permintaan konfirmasi dari majalah detik. Ia tidak me-nampakkan diri dalam Munas Ke-4 PKS di Depok, kantor DPP PKS, dan gedung DPR. Panggilan melalui telepon seluler milik Anis justru diangkat anggota keluarganya, dan di-jawab bahwa pemilik telepon sedang sibuk.

    ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN, BAHTIAR RIFAI | ARYO BHAWONO

    Mantan Presiden PKS Luth fi Hasan Ishaaq (tengah) berpe-lukan dengan kuasa hukum setelah mengikuti sidang pembacaan putusan di Peng-adilan Tipikor, Jakarta, tahun lalu.LAMHOT/DETIKCOM

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUSFOKUS

    MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    MENGUJI KOMITMEN DUET SALIM-SOHIBUL

    SALIM SEGAF AL-JUFRI DAN MOHAMAD SOHIBUL IMAN SEMPAT VAKUM DARI GERAKAN TARBIYAH DAN PARTAI. KOMITMEN KEDUANYA UNTUK MENGEMBALIKAN

    PKS KE PARTAI DAKWAH DIUJI DALAM LIMA TAHUN KE DEPAN.

    FOTO

    : D

    ETIK

    CO

    M

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    MOHAMAD Sohibul Iman kini harus lebih banyak menghabiskan waktu di kantor Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera. Sebagai presiden baru partai, ia harus menggelar rapat secara maraton dari pagi hingga malam. Ada serangkaian agenda yang harus dihadapi PKS

    dalam waktu dekat ini, antara lain musyawarah kerja nasional PKS, musyawarah wilayah, dan pemilihan kepala daerah serentak.

    Sohibul juga harus memenuhi janji bertemu dengan tokoh-tokoh di luar PKS. Namun, meski jadwalnya padat, Sohibul tetap menyempatkan diri menyapa kader-kader PKS, bahkan pada pu-kul 03.00 WIB. Saya kan punya kader binaan. Saya undang Kang Iman (Sohibul). Jadwalnya padat. Dia bilang, Kalau habis qiyamul lail (salat tahajud) bagaimana? Ya, saya setuju saja, ujar Kepala Departemen Sumber Daya Manusia dan Kepemimpinan DPP PKS Arif Munandar kepada majalah detik.

    Sama dengan Presiden PKS sebelumnya, Anis Matta, Sohibul berencana mundur dari Dewan Perwakilan Rakyat. Namun ia masih menunggu waktu yang tepat untuk menanggalkan status-nya sebagai anggota Dewan. Kondisi sekarang enggak krisis seperti dulu (era Anis Matta). Jadi cari timing yang tepat, ujar seorang sumber di DPP PKS.

    Sohibul mengaku sudah berbicara secara in-formal dengan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf al-Jufri mengenai rencana mundur dari

    FOKUS

    Kantor DPP PKS di Jakarta

    ARI SAPUTRA/DETIKCOM

    FOKUS

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    DPR itu. Salim setuju dengan keputusannya. Insya Allah siap mundur. Tunggu formal insti-tusionalnya, katanya kepada majalah detik.

    Sohibul terpilih sebagai Presiden PKS dalam Musyawarah I Majelis Syuro pada 9-10 Agustus 2015. Ia menjadi tokoh penting di partai ber-lambang bulan sabit itu setelah Salim terpilih sebagai Ketua Majelis Syuro. Di tangan kedua-nyalah masa depan PKS berada. Salim dan So-hibul bertekad mengembalikan PKS ke relnya sebagai partai dakwah.

    Salim merupakan salah satu pendiri PK, bahkan ketika partai itu masih ber-bentuk gerakan tarbiyah di Indo-nesia pada 1978. Dalam bukunya, Sepanjang Jalan Dakwah, mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring mengatakan gerakan tarbiyah

    yang dirintis Hilmi Aminuddin pada masa itu mendapat apresiasi dari para sarjana lulusan Mesir dan Madinah yang pulang ke Indonesia.

    Mereka yang bergelar muwajihahli di bidang keilmuan Islambergabung dengan Hilmi, termasuk Salim, lulusan Universitas Ma-dinah yang merupakan ahli bidang fikih Islam.

    Selain Salim, tokoh lain di antaranya Hidayat Nur Wahid, Surahman Hidayat, dan Yusuf Su-pendi. Bahkan Salim didaulat sebagai murraqib am, pemimpin tertinggi jemaah tarbiyah, saat itu. Namun, menurut Arif, yang juga penulis disertasi Antara Jemaah dan Partai Politik: Dinamika Habitus Kader Partai Keadilan Sejah-tera (PKS) dalam Arena Politik Indonesia Pas-ca-Pemilu 2004, jabatan itu hanya dipegang Salim selama setahun. Sebab, ia harus kembali ke Timur Tengah untuk melanjutkan pendidik-an hingga doktor.

    Cucu ulama besar pendiri Yayasan Al-Khai-rat, Palu, Sulawesi Tengah, itu lantas ditunjuk menjadi Ketua Dewan Syariah PKS. Oleh Presi-den Susilo Bambang Yudhoyono, Salim diang-kat menjadi Duta Besar RI untuk Arab Saudi dan Oman sejak 2005. Saat PKS masuk koalisi partai politik penyokong SBY-Boediono, Salim diangkat menjadi Menteri Sosial.

    Salim sempat digadang-gadang mengganti-kan Hilmi sebagai Ketua Majelis Syuro dalam Musyawarah Majelis Syuro pada 2010. Namun ia dan calon lainnya merasa belum siap meng-ambil alih kepemimpinan PKS dari tangan Hilmi.

    FOKUSFOKUSFOKUS

    INSYA ALLAH SIAP MUNDUR. TUNGGU FORMAL INSTITUSIONALNYA.

    Sohibul Iman

    DETIKCOM

    FOKUS

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    Sosok Hilmi masih sangat kuat dan dominan di PKS. Salim pun berkelakar, lebih senang men-jadi menteri dibanding Ketua Majelis Syuro.

    Namun, menurut Salim, kini Hilmi seolah me-maksanya agar bersedia menjadi Ketua Majelis Syuro. Hal itu terjadi ketika dirinya, Hilmi, dan Hidayat Nur Wahid berembuk untuk menentu-kan siapa Ketua Majelis Syuro di Bandung. Keti-

    ganya tersaring dari usul para anggota Majelis Syuro yang hadir, yakni 69 orang.

    Anda yang paling pas, kata Hilmi kepada Salim.

    Ini kan belum final, jawab Salim.Anda kan dapat suara terbanyak, cetus

    Hilmi. Salim pun tidak bisa mengelak lagi.Setelah disetujui menjadi Ketua Majelis Syu-

    FOKUSFOKUSFOKUSFOKUSFOKUS

    Pra-Munas PKS: Presiden PKS Sohibul Iman (ketiga kanan) bersama para politikus PKS, antara lain Hidayat Nur Wahid (kanan) dan Salim Segaf al-Jufri (kedua kanan), melakukan video conference dengan pemimpin PKS di 10 daerah di Indonesia saat menghadiri penyelenggaraan rangkaian Munas dengan tema "Berkhidmat untuk Rakyat" di Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (13/9).

    DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    ro oleh para anggota Majelis, Salim langsung menentukan pengurus partai. Ia enggan mem-beberkan mengapa Sohibul Iman terpilih men-jadi Presiden PKS. Ia hanya mengatakan, dari pengalamannya, mantan Rektor Universitas Paramadina itu layak menjadi presiden partai. Secara pribadi, saya juga tidak memprediksi-nya, kata Salim.

    Sebelum menggantikan Anis Matta sebagai Wakil Ketua DPR pada 2013, Sohibul kurang

    begitu dikenal. Namun sejatinya ia sudah lama berkiprah di PKS, bahkan saat partai masih bernama Partai Keadilan. Latar belakangnya sebagai pegawai di Badan Pengkajian dan Pe-nerapan Teknologi (BPPT) serta Badan Koordi-nasi Survei dan Pemetaan Nasional membuat-nya didapuk sebagai Ketua Departemen Iptek saat itu.

    Lelaki kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 5 Oktober 1965, ini termasuk golongan teknokrat

    FOKUSFOKUS

    Salim Segaf al-Jufri saat menjadi Menteri Sosial melakukan bedah rumah di Pekalongan, Selasa (4/2/2014).

    OKY LUKMANSYAH/ANTARA FOTO

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    di PKS. Sohibul sempat mengenyam pendidik-an di Institut Pertanian Bogor. Namun, baru dua tahun, ia hijrah ke Jepang dan menempuh pendidikan sarjana hingga doktoralnya di Ne-geri Sakura. Ia lulusan S-1 teknik komunikasi dan informasi dari Universitas Waseda. Kemudian mantan penyiar radio di Jepang ini melanjutkan

    pendidikan S-2 teknik elektro di Universitas Takushoku dan S-3 di Japan Advanced Institute of Science and Technology, Ishikawa.

    Salah satu teknokrat di PKS adalah Suhar-na Surapranata. Kabarnya, mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi itu pulalah yang mengajak Sohibul masuk PK. Setelah lulus S-2

    FOKUS

    Sohibul Iman (ketiga kiri) bersama veteran perang saat peringatan HUT RI ke-70 di DPP PKS, Jakarta

    DETIKCOM

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOKUS

    di Jepang pada 1994, Sohibul menjadi Ketua Litbang Yayasan Pendidikan Nurul Fikri yang didirikan Suharna.

    Namun, karena ada larangan pegawai negeri sipil di partai politik, Sohibul tidak lama di PK. Ia memilih bekerja di BPPT dan melanjutkan studi S-3. Sepulang dari Jepang, ia berkecimpung sebagai pengajar di Universitas Paramadina. Ia

    bahkan menjadi rektor selama dua tahun di universitas tersebut sebe-lum digantikan Anies Baswedan.

    Keluar dari BPPT, ia memutuskan kembali ke politik. Ia memilih total di PKS. Pada Pemilu 2009, Sohibul maju menjadi calon anggota legis-latif dari daerah pemilihan Jakarta II (Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Luar Negeri). Ia lolos dan ditempat-kan di Komisi XI (Keuangan dan Per-

    bankan) dan selanjutnya dua kali pindah komisi.Sohibul terpilih kembali menjadi anggota

    DPR periode 2014-2019 dalam pemilu legislatif tahun lalu. Namun kali ini bapak lima anak itu maju dari daerah pemilihan Tasikmalaya dan Garut. Pada periode kedua ini, ia duduk sebagai

    Wakil Ketua Komisi X.Meski kariernya cukup gemilang, kehidupan

    Sohibul dikenal sederhana. Ia selama ini tinggal di sebuah rumah sederhana di ujung Gang Haji Alif, Kelapa Dua, Tugu, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Untuk menunjang aktivitasnya, ia mengandalkan mobil Honda CR-V keluaran 2010. Sedangkan istrinya, Uswindraningsih Titus, berprofesi sebagai pengajar. Ia memilih mengendarai sepeda motor untuk pergi ke sekolah. Keluarga itu hidup tanpa mempeker-jakan pembantu.

    Di mata tetangganya, Sohibul dikenal seba-gai sosok yang suka bergaul dan tidak menon-jolkan dirinya sebagai pejabat. Ia juga peduli terhadap lingkungan tempat tinggalnya. "Kalau ada baksos, maulid (Nabi), enggak tar-sok (en-tar-besok) orangnya. (Memberi sumbangan) besar enggak, tapi kecil juga enggak," kata M. Jarot, tetangga Sohibul.

    Duet Salim-Sohibul disambut positif oleh para pendiri PKS. Mantan anggota Majelis Syuro PKS, Mashadi, berharap keduanya be-nar-benar bisa membawa PKS kembali ke awal gerakan itu dibangun. Komitmen itu harus

    FOKUS

    KALAU ADA BAKSOS, MAULID (NABI), ENGGAK TAR-SOK (ENTAR-BESOK) ORANGNYA. (MEMBERI SUMBANGAN) BESAR ENGGAK, TAPI KECIL JUGA ENGGAK.

  • MAJALAH DETIK 21 - 27 SEPTEMBER 2015

    FOK