2015 nlkpi maret-april web

Upload: justinusisbani

Post on 13-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    1/44

    1PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    MONITOR SIARAN DINAMIKA SIARAN KPI DAERAH

    KPI Sebaiknya di Bawah

    Presiden

    KPID Sulteng Ajak Diet

    Nonton TV

    KPU Diingatkan Gandeng

    Lembaga Penyiaran Resmi

    PENYIARANKITAJadikan Penyiaran Indonesia yang Sehat, Bermanfaat dan Bermartabat

    Maret - April 2015

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    2/44

    2 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    3/44

    3PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    PENYIARANKITA

    Edisi Maret - April 2015DAFTAR ISI

    LAPORAN UTAMA MONITOR SIARAN

    DINAMIKA SIARAN

    OPINI

    KPI DAERAH

    LAPORAN KHUSUS

    SINERGI

    5

    8

    33

    Jadikan Penyiaran Indonesia yang Sehat,

    Bermanfaat dan Bermartabat

    11. Menkominfo Yakin Undang-Undang Penyiaran

    Selesai Dibahas Tahun 2015

    12. Pembukaan Rakornas 2015 dan Peluncuran

    Survei indeks Kualitas Program Siaran Televisi

    13. Berita Acara Rakornas KPI 2015

    16. Galeri Rakornas KPI 2015 dan Peringatan

    Harsiarnas Ke-82

    7. Penyamaan Persepsi Peraturan Penyiaran

    34. AJI Dukung Penguatan

    Kelembagaan KPI dalam Revisi UU

    Penyiaran

    35. Ajak Masyarakat Cerdas Bermedia,

    KPI Gelar FMPP di Ambon

    20. Siarkan Perkataan

    Kasar dan Kotor, KPI

    sanksi Kompas TV

    21. KPI Sebaiknya di

    Bawah Presiden

    23. Penyiaran Harus

    Dapat Memediasi

    Perbedaan Antar

    Bangsa

    36. Pelatihan Literasi

    Media di Kabupaten

    Dompu NTB

    37. KPID Sulteng Ajak

    Diet Nonton TV

    38. Siaran Lokal Wajib

    Masuk Ruang Publik

    Gorontalo

    24. Arah Revisi UU

    Penyiaran?

    27. Ancaman Politik

    dan Ekonomi

    yang Tidak

    Dikhawatirkan

    Kulit Muka:

    Subagus Indra

    Sumber:

    www.thinkhandy.com

    Sekolah P3 SPS:

    Internalisasi

    Regulasi

    Penyiaran

    Melihat Kualitas

    SDM Penyiaran

    Indonesia

    KPI Gandeng

    Perguruan Tinggi

    Negeri Untuk Survey

    Kepemirsaan

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    4/44

    4 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    Penanggung Jawab:Judhariksawan

    Dewan Redaksi:Idy Muzayyad, BektiNugroho, SujarwantoRahmatMuhammad Arifin, AgathaLily, Azimah Subagijo,Amirudin, Danang Sangga

    Buwana

    Pemimpin Redaksi:Fajar Arifianto Isnugroho

    Redaksi:Ira Naulita, Islahudin,Mohammad Yusuf,Achmad Zamzami,Moh. Nur Huda, IntantriKusmawarni, Arie Andika

    Desain Grafis:Subagus Indra Pratama

    Fotografer:Rianzi Gautama

    Produksi:Maruli Matondang,Budi Taruna, Afrida BerliniDiproduksi olehKomisi Penyiaran indonesiaPusat

    Alamat:Jalan Gajah Mada No. 8Jakarta Pusat 10120

    Faks:021 - 6340667

    Telp:021 - 6340713

    KPI

    KOMISI PENYIARAN INDONESIA

    Lembaga Negara Independen

    @KPI_Pusat

    Komisi Penyiaran Indonesia Pusat

    www.kpi.go.id

    PENYIARANKITA

    DARI REDAKSI

    SUSUNAN REDAKSI

    Komisi Penyiaran Indonesia mendirikan Sekolah P3 SPS!Ya. Sekolah P3 SPS. Isinya proses belajar mengajar

    mengenai isi dari Buku Putih KPI tentang pedoman

    lembaga penyiaran dalam membuat program siaran.

    Baik secara etika (Pedoman Perilaku Penyiaran) maupun teknis

    program (Standar Program Siaran). Masyarakat pun antusias

    dengan adanya Sekolah P3 SPS ini, terlihat dari penyelenggaraan

    Angkatan I Sekolah P3 SPS yang berjalan lancar. Bahkan sebelum

    Angkatan I berakhir, pendaftaran peserta hingga angkatan III

    sudah terisi. Terima kasih atas segala atensinya.

    Atas kelancaran tersebut kami menyampaikan terima kasih

    kepada Anggota Komisi I DPR RI Arif Suditomo yang hadir

    memberikan kuliah umum. Bercerita dan berbagi pengalamannyaselama bekerja di lembaga penyiaran dan di lembaga legislative.

    Yang mengejutkan buat Kami adalah kehadiran Menteri

    Komunikasi dan Informatika RI Bapak Rudiantara di Kantor KPI

    Pusat dan bahkan sempat memberikan sambutan di sela-sela

    berjalannya Sekolah P3 SPS.

    Sekolah P3 SPS merupakan salah satu upaya KPI untuk

    menciptakan penyiaran yang sehat dan berkualitas dari segi

    hulu. Yakni dari segi kualitas sumber daya manusia nya mulai

    dari tingkat produser, quality control, kameraman, dan lain

    sebagainya. Selain itu, pembinaan terhadap tenaga teknis

    lapangan Lembaga Penyiaran sering dilakukan. KPI juga sedang

    membahas standar profesi SDM penyiaran. Sehingga, programsiaran yang dihasilkan tidak hanya menghibur tapi juga sehat

    dan mendidik. Ini yang kadang dilupakan oleh SDM Penyiaran di

    lapangan.

    Sementara dari segi hilir KPI sudah sering memberikan sanksi

    kepada Lembaga Penyiaran yang melanggar regulasi penyiaran.

    Seperti yang dilakukan KPI pada bulan Maret April 2015, KPI

    memberikan 73 Sanksi (Maret 42 sanksi dan April 31 sanksi).

    KPI juga menyampaikan surat himbauan kepada lembaga

    penyiaran agar berhati-hati dalam menyampaikan pemberitaan

    praktek prositutusi, menyiarkan iklan investasi, penampilan

    pembawa acara wanita yang berpakaian mini, ketat dan kurang

    pantas.Tidak lupa kami sampaikan pula pada Edisi kali ini

    penyelenggaraan Rapat koordinasi Nasional KPI Pusat

    KPI Daerah dan Peringatan Hari Penyiaran Nasional yang

    berlangsung di Makassar Sulawesi Selatan. Rakornas Makassar

    fokus membahas masukan Revisi Undang-Undang No. 32 Tahun

    2002 tentang Penyiaran. Sementara itu, Harsiarnas Ke-82 di

    Makassar adalah yang pertama kalinya dilakukan di area terbuka

    yakni di Pantai Losari. Harsiarnas memberikan apresiasi kepada

    tokoh masyarakat yang memberikan kontribusi demi terciptanya

    penyiaran yang sehat.

    Selamat membaca newsletter edisi ini. Salam Penyiaran

    Indonesia!!!

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    5/44

    5PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    LAPORAN UTAMA

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    6/44

    6 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    Penyelenggaraanpenyiaran di

    Indonesia telah

    ditetapkan arahnya

    dalam undang-undang

    nomor 32 tahun 2002

    tentang penyiaran. Yakni untuk

    menjunjung tinggi pelaksanaan

    Pancasila dan Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia Tahun

    1945; menjaga dan meningkatkan

    moralitas dan nilai-nilai agamaserta jati diri bangsa; meningkatkan

    kualitas sumber daya manusia;

    menjaga dan mempererat persatuan

    dan kesatuan bangsa; meningkatkan

    kesadaran ketaatan hukum dan

    disiplin nasional; menyalurkan

    pendapat umum serta mendorong

    peran aktif masyarakat dalam

    pembangunan nasional dan daerah

    serta melestarikan lingkungan hidup;

    mencegah monopoli kepemilikandan mendukung persaingan

    yang sehat di bidang penyiaran;

    mendorong peningkatan kemampuan

    perekonomian rakyat, mewujudkan

    pemerataan, dan memperkuat daya

    saing bangsa dalam era globalisasi;

    memberikan informasi yang benar,

    seimbang, dan bertanggung jawab;

    dan memajukan kebudayaan

    nasional.

    Atas sepuluh hal diataslah,seharusnya seluruh pekerja di dunia

    penyiaran melandaskan kerjanya.

    Evaluasi dari Komisi Penyiaran

    Indonesia (KPI) selama tahun 2014

    justru menunjukkan keberlangsungan

    penyiaran melalui program-program yang dibuat, justru

    belum sinkron dengan arah

    diselenggarakannya penyiaran

    seperti yang dimaksud regulasi.

    Jumlah sanksi yang dilayangkan

    KPI kepada lembaga penyiaran,

    meningkat pesat menjadi 184,

    dari 108 sanksi di tahun 2013.

    Sanksi tersebut didominasi oleh

    pelanggaran atas kepentingan

    publik, pelanggaran atas asasnetralitas isi siaran, serta

    pelanggaran atas perlindungan

    anak.

    Berbagai upaya telah

    dilakukan KPI untuk

    membersihkan ruang siar dari

    muatan-muatan yang melanggar

    Pedoman Perilaku Penyiaran dan

    Standar Program Siaran (P3 &

    SPS) itu. Diantaranya dengan

    memberikan pembinaan dansosialisasi P3 & SPS kepada

    para pekerja televisi dan radio.

    Namun demikian, upaya

    perbaikan tersebut tidak berhenti

    pada dua hal tersebut saja. KPI

    berinisiatif meluncurkan program

    Sekolah P3 &SPS sebagai upaya

    membumikan nilai-nilai peraturan

    penyiaran yang selama ini

    dijadikan pedoman menilai isi

    siaran dalam bentuk pelatihanbimbingan teknis.

    Komisioner KPI Pusat yang

    juga Kepala Sekolah P3SPS

    Sujarwanto Rahmat Arifn

    mengatakan, dengan Sekolah

    P3SPS, KPI langsung mengundang

    seluruh elemen penyiaran untuk

    mengikuti pelatihan bimbingan

    teknis pedoman yang selama ini

    kita gunakan. Rahmat mengakui,

    masih banyak pelaku danpraktisi penyiaran yang belum

    paham betul tentang P3 & SPS.

    Sehingga, Sekolah P3 & SPS

    ini dengan sendirinya menjadi

    sarana penyamaan persepsi dan

    pandangan dalam membacadan memahami tentang regulasi

    penyiaran yang ada.

    Ide KPI dengan program

    Sekolah P3 & SPS ini disambut

    baik oleh Kementerian

    Komunikasi dan Informatika.

    Staf Ahli Menteri Komunikasi

    dan Informatika yang hadir

    dalam acara peluncuran

    Sekolah P3 & SPS, Henry

    Subiyakto mengatakan, programini dapat menjadi jawaban

    tentang sertifkasi kompetensi

    yang dibutuhkan para pekerja

    penyiaran. Apalagi saat ini,

    ujar Henry, pemerintah tengah

    menyiapkan aturan mengenai

    sertifkasi tenaga kerja.

    Sekolah P3 & SPS ini

    menurut Judhariksawan adalah

    lahan melatihsoft skill pekerja

    penyiaran. Selama ini parapraktisi penyiaran telah sangat

    paham dengan dunia penyiaran,

    lengkap dengan perangkat dan

    mekanisme kerja yang mereka

    lakukan. Namun potret sanksi

    yang dikeluarkan KPI sepanjang

    tahun 2014 lalu, sebenarnya

    merupakan gambaran adanya

    ketimpangan antara kemampuan

    hard skillpekerja penyiaran dan

    soft skill-nya. Pemahaman tentangregulasi, flosof penyiaran,

    kesadaran penggunaan frekwensi

    yang merupakan ranah publik,

    kesesuaian kerja dengan arah

    penyelenggaraan penyiaran

    menurut Undang-Undang, adalah

    soft skillyang dibutuhkan praktisi

    penyiaran dalam menjalankan

    pekerjaannya sehari-hari. Dengan

    Sekolah P3 & SPS ini, diharapkan

    tidak ada lagi bias, jarak, ataukesenjangan antara harapan

    regulasi dengan kenyataan saat

    ini tentang mengenai wajah dunia

    penyiaran kita, pungkas Judha.

    [RA]

    LAPORAN UTAMA

    P

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    7/44

    7PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    Upaya perbaikanprogram siaran diLembaga Penyiaranterus dilakukan Komisi

    Penyiaran Indonesia (KPI). Diantaranya dengan meluncurkanprogram Sekolah P3SPS(Pedoman Perilaku Penyiaran

    dan Standar Program Siaran).Sekolah P3SPS adalah upayaKPI membumikan nilai-nilaiperaturan penyiaran yang selamaini dijadikan pedoman menilaiisi siaran dalam bentuk pelatihanbimbingan teknis.

    Komisioner KPI Pusat yangjuga Kepala Sekolah P3SPSSujarwanto Rahmat Arifnmengatakan, lahirnya ide untukmenggagas bimbingan teknispenyiaran karena selama ini, daripengawasan KPI sering menemuikesalahan yang berulang dalamsiaran televisi dan radio. Selainitu, menurut Rahmat, selamaini KPI sering undang untukmenyampaikan tentang P3SPS ke

    sejumlah Lembaga Penyiaran.Dengan Sekolah P3SPS, KPI

    langsung mengundang seluruhelemen penyiaran untuk mengikutipelatihan bimbingan teknis pedomanyang selama ini kita gunakan, kataRahmat dalam sambutannya diAuditorium Pertemuan, Lantai VIII,Gedung Bapeten, Jalan Gajah MadaNo.8, Jakarta Pusat, Selasa, 21 April2015.

    Lebih lanjut Rahmat menjelaskan,

    selama menjadi Komisioner BidangIsi Siaran KPI, masih banyak pelakudan praktisi penyiaran yang belumpaham P3SPS. Menurutnya, SekolahP3SPS upaya menyamakan persepsidan pandangan dalam melihat P3SPSantara regulator penyiaran danpelaku penyiaran itu sendiri.

    Rahmat berharap dengan adanyaSekolah P3SPS, seluruh elemenpenyiaran bisa memahami nilai-nilai dan pedoman penyiaran itusendiri dan bisa diterapkan dalamlingkungan kerjanya. Selain itu,menurut Rahmat, program itu nantibisa dijadikan prasyarat untukstandar dan kelayakan profesi duniapenyiaran.

    Harapannya, profesionalitas

    profesi penyiaran tidak hanyamenekankan pada kemampuanteknis, juga pemahaman atasnilai, pedoman dan peraturanpenyiaran itu sendiri, ujarRahmat.

    Program siaran di LembagaPenyiaran saat ini, menurutRahmat, adalah bentuk dialektikayang intens antara penonton,Lembaga Penyiaran, dan lembagapengukur rating itu sendiri.Menurutnya, atas dasar itu,KPI sepenuhnya sadar, upayaperbaikan program siaran melaluiSekolah P3SPS tidak akan serta-merta langsung bisa memperbaikikualitas siaran yang ada.

    Setidaknya, menurut Rahmat,

    Sekolah P3SPS adalah bentuklangkah kecil KPI dalam upayamemperbaiki program siarandi Lembaga Penyiaran secaraperlahan-lahan.

    Dalam penjelasannya,Peserta Sekolah P3SPS adalahpemilik dan karyawan diLembaga Penyiaran, calonpekerja penyiaran, mahasiswa,dan masyarakat yang memilikikepedulian terhadap isu-isutentang penyiaran. Bisa jadi,kalau pemilik Lembaga Penyiaranikut serta, sekat antara karyawandan pemilik bisa diminimalisirdalam melihat program siaranyang akan diproduksi atau

    ditayangkan, ujar Rahmat. [ISL]

    PENYAMAAN PERSEPSI

    PERATURAN PENYIARAN

    LAPORAN UTAMA

    Jakarta

    Harapannya,

    profesionalitasprofesi penyiaran

    tidak hanyamenekankan pada

    kemampuan teknis,juga pemahamanatas nilai, pedoman

    dan peraturanpenyiaran itu

    sendiri,- Kepala Sekolah P3SPS

    Sujarwanto Rahmat M. Arifin -

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    8/44

    8 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    LAPORAN KHUSUS

    D

    alam rangkaian acara

    Rapat Koordinasi

    Nasional (Rakornas)

    KPI, 2015 juga

    diselenggarakan Talk Showdengan tema Meneguhkan

    Penyiaran Indonesia Dalam

    Menghadapi Masyarakat

    Ekonomi ASEAN. Pembicaranya,

    yakni Menteri Komunikasi

    dan Informatika Rudiantara,

    Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz

    Siddiq, Gubernur Sulawesi Selatan

    Syahrul Yasin Limpo, Ketua KPI

    Pusat Judhariksawan, Asosiasi

    Televisi Swasta Indonesia (ATVSI)

    Suryopratomo, dan Ridho Eisy dariDewan Pers.

    Dalam penjelasannya, Menteri

    Kominfo Rudiantara mengatakan

    banyak pekerjaan rumah yang

    harus siapkan dalam menghadapi

    Masyarakat Ekonomi ASEAN

    (MEA) yang akan berlaku

    pada akhir tahun ini. Pertama

    tekhnologi, soal digitalisasi,

    broadband. Kedua, dari sisi

    regulasi juga harus segera

    diselesaikan. Alhamdulillahtahun 2015 UU Penyiaran akan

    diselesaikan karena sudah masuk

    prolegnas DPR RI. Ketiga, SDM,

    kata Rudiantara di Makassar,

    Senin, 31 Maret 2015.

    MELIHAT KUALITAS SDM

    PENYIARAN INDONESIA

    Makassar

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    9/44

    9PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    Menurut Rudiantara, bahasan

    tentang penyiaran berarti

    berbicara tentang konten dan

    kreativitas. Hal yang tidak kalah

    penting untuk meningkatkan

    dua hal itu, menurut Rudiantara,

    dengan dibuatnya sertifkasi SDMterkait penyiaran itu sendiri.

    Kesiapan Indonesia dalam

    kancah ASEAN, kita tidak ada

    masalah dalam hal regulasi, yang

    jadi masalah adalah SDM itu

    sendiri, ujar Rudiantara.

    Dalam persaingan penyiaran

    negara-negara ASEAN nanti,

    Indonesia harus memiliki strategi,

    dengan strategi budaya kalau tidak

    mau hanya dijadikan pasar konten

    asing. Menurutnya, pengembangan

    konten berbasiskan budaya dapat

    mengimbangi persaingan itu. Namun

    yang tidak kalah penting adalah

    pengembangan sumber manusia

    penyiaran itu sendiri.

    Berbeda dari Rudiantara, dalam

    melihat MEA Ketua Komisi I DPR

    RI Mahfudz Siddiq memiliki acuan

    yang berbeda dalam persiapannya.

    Menurut Mahfudz MEA bisa dilihat

    sebagai konsep proteksi yang bisa

    dinilai sebagai sebagai peluang

    atau tatanan. Dari perkembangan

    nasional, menurut Mahfudz, perlu

    dilihat keunikan apa yang bisa

    kembangkan.Kita harus selesaikan pekerjaan

    rumah kita. Pada pertemuan DPR

    negara-negara Asean di DIY 2015

    lalu, sudah sepakat starting poin

    adalah melakukan migrasi dari

    penyiaran analog ke digital harus

    segera diselesaikan. Ini berarti yang

    harus diselesaikan terlebih dahulu

    adalah regulasi, kata Mahfud.

    Untuk mencapai langkah

    itu, menurut Mahfudz, hal yangsegera yang akan dilakukan adalah

    melihat subtansi dari UU Penyiaran

    dan meletakkan payung hukum

    digitalisasi itu sendiri. Dalam

    pembuatan regulasi, kita seringkali

    tidak melakukan pemetaan

    secara menyeluruh, tapi di sisi

    lain kita bicara investasi. Begitu

    ada pengembangan industri, ada

    perubahan regulasi. Di satu sisi

    saya melihat kepastian hukum

    itu penting, semakin kuat derajat

    regulasi, maka kepastian hukum

    semakin tinggi. Memang itu jadi

    celah dalam Permen (Digital),

    tetapi kepastian hukum lebih kuat

    kalau diatur dengan Undang-

    undang, ujar Mahfudz.

    Menurut Mahfudz, kelemahan

    regulasi yang tidak dilakukan

    dengan kajian dan pemetaan yang

    komprehensif akan menimbulkan

    celah di kemudian hari. Padahal

    menurutnya, dalam waktu yang

    bersamaan, kepastian hukum

    harus diwujudkan, sementara

    industri bergerak. Itulah alasan

    Mahfudz, kepastian hukum harusdiperkuat di tingkat Undang-

    Undang. Mudah-mudahan 2015

    revisi Undang-undang Penyiaran

    selesai, ujarnya.

    SDM Penyiaran Lokal

    Bila dalam jelang akhir

    tahun ini MEA akan mulai

    berlaku, Gubernur Sulawesi

    Selatan Syahrul Yasin Limpo

    mengingatkan perlunya melihatkondisi SDM penyiaran lokal.

    Menurutnya, dalam hal penyiaran

    itu tidak bisa hanya melihat Pulau

    Jawa dalam hal SDM, juga dari

    Sabang sampai Merauke. [ISL]

    Pertama tekhnologi, soal digitalisasi, broadband.Kedua, dari sisi regulasi juga harus segeradiselesaikan. Alhamdulillah tahun 2015 UU

    Penyiaran akan diselesaikan karena sudah masukprolegnas DPR RI. Ketiga, SDM,

    - Mekominfo RI Rudiantara -

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    10/44

    10 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    Yang harus disadari bahwa SDM

    adalah tumpuan kita. Kita akantertinggal jika SDM kita tertinggal.

    Oleh karena ini di sinilah pentingnya

    SOP penyiaran dan standar lainnya

    harus punya standarisasinya.

    Pembinaan dan sistemnya harus

    menjadi rekayasa Negara, kata

    Syahrul.

    Lebih lanjut Syahrul menjelaskan,

    kepentingan nasional menghadapi

    MEA membutuhkan motivasi yang

    kuat dan paradigma baru. Syahrulmenyatakan, harus didasari semua

    pihak, terkadang media menjadi

    persoalan. Ia mencontohkan

    bagaimana Metro TV dan TV

    One yang memiliki pandangan

    yang berbeda dalam melihat dan

    memberitakan sebuah persoalan

    dalam ranah publik. Dalam konteks

    itu, menurut Syahrul, solusi

    untuk semua itu adalah perlunya

    standarisasinya dan aturan mainyang jelas.

    Dari sisi perkembangan penyiaran

    daerah, Syahrul menjelaskan, saat ini

    Sulawesi Selatan perkembangannya

    sangat akseleratif. Hampir semua

    punya siaran lokal. Menurutnya,

    KPID Sulawesi Selatan diberikan

    dukungan dalam menjalankan

    tugasnya, dan pihaknya melakukan

    sinergi dengan perguruan tinggi

    dan masyarakat. Namun iamenyayangkan siaran nasional

    banyak mengambil alih siaran daerah

    dan isi siarannya lebih banyak untuk

    kepentingan untuk kepentingan

    masyarakat di Pulau Jawa.

    Hal senada juga dikemukakan

    Ketua KPI Pusat, dalam bidang

    penyiaran SDM adalah salah satu

    bagian yang penting di dalamnya,

    apalagi dalam persiapan menghadi

    MEA. Namun, yang tidak perludilupakan, menyelesaikan masalah

    SDM penyiaran bukan hanya dengan

    dengan adanya standar kompetensi

    atau hard skill semata, tapi juga

    perlunya pembentukkan soft skill di

    dalamnya, salah satunya perlunya

    wawasan kebangsaan yangdimiliki pekerja penyiaran akan

    berpengaruh besar dalam proses

    karya dan produksi program

    siarannya nanti.

    Dalam menghadapi MEA,

    Judhariksawan mengingatkan,

    KPI adalah refresentasi dari

    publik. Dalam konteks ketahanan

    nasional, KPI berperan dalam hal

    penyiaram dalam mencerdasakan

    bangsa, penyiaran yang sejalandengan budaya dan ideologi, dan

    hal lainnya harus persiapkan.

    Sudut Pandang Lain

    Perwakilan ATVSI

    Suryopratomo memiliki

    pandangan berbeda dalam

    melihat MEA. Menurutnya,

    MEA bukanlah kompetisi atau

    saling mengalahkan antarnegara

    ASEAN, namun cita-citamenjadikan ASEAN sebagai

    pemain penting dalam kancah

    global.

    Saat bicara MEA ada mitos

    yang kuat. Di sana ada 10

    negara, kompetisi, kalau seperti

    itu, Indonesia pasti kalah. Yangdimaksud MEA ASEAN itu

    menjadi single market. Daya

    saing ASEAN kuat. ASEAN bisa

    makmur. ASEAN jadi pemain

    global, kata Suryopratomo.

    Salah kaprahnya tentang

    MEA yang hanya berfokus pada

    melihatnya sebagai persaingan

    semata, menurut pria yang kerap

    dipanggil Tomy ini mengatakan,

    karena selama ini media tidakpernah mengedukasi publik

    tentang MEA itu sendiri.

    Kalau kita pelajari akan

    berlakunya MEA pada Januari

    2016, jenis profesi yang akan

    dibuka ada 19 profesi, di

    antaranya perawat, dokter dokter

    gigi, arsitek, dll. Penyiaran

    tidak ada. Kalau secara bidang,

    yakni bidang jasa, ada bidang

    bisnis, komunikasi, konstruksi,keuangan, lingkungan hidup,

    pariwisata, bidaya dan olah raga.

    Penyiaran 1 januari 2016 akan

    sama seperti sekarang, tertutup

    untuk negara lain, ujar Tomy.

    Walaupun demikian,

    menurut Ketua KPI Pusat,

    dengan berlakunya MEA dengan

    sendirinya telah membuat

    adanya tantangan dalam bidang

    penyiaran. Saya tidak persoalkanprofesi yang dikatakan tadi. Tapi

    kita bayangkan 1 Januari 2016,

    arus manusia yang masuk akan

    sedemikian rupa. Belum masuk

    MEA saja, penyiaran kita berisi

    hal yang tidak mencerdaskan

    dan tidak membentuk karakter

    bangsa. Pertanyaannya, 1 Januari

    2016 pergaulan masyarakat

    kita akan terpengaruh dengan

    masyarakat warga negara lainnya.Kalau dikatakan Indonesia belum

    siap? Maka apakah media lebih

    siap menghadapi publik yang

    seperti itu? kata Judhariksawan.

    [ISL]

    LAPORAN KHUSUS

    Yang harus disadaribahwa SDM adalahtumpuan kita. Kitaakan tertinggal jikaSDM kita tertinggal.

    Oleh karena ini disinilah pentingnyaSOP penyiaran dan

    standar lainnyaharus punya

    standarisasinya.Pembinaan dansistemnya harus

    menjadi rekayasaNegara,

    - Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo -

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    11/44

    11PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    MENKOMINFO YAKIN

    UU PENYIARAN SELESAI

    DIBAHAS TAHUN 2015

    Rapat Koordinasi

    Nasional (Rakornas)

    Komisi Penyiaran

    Indonesia (KPI) resmi

    dibuka hari ini oleh Menteri

    Komunikasi dan Informatika,

    Rudiantara (31/3). Hadir pula

    dalam pembukaan Rakornas,

    Gubernur Sulawesi Selatan

    Syahrul Yasin Limpo, Ketua

    Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq,

    Ketua KPI Pusat Judhariksawan

    dan Rektor Universitas

    Hasanuddin.

    Pada kesempatan tersebut,

    Rudi mengingatkan tentang

    tiga momen penting yang akan

    dihadapi KPI dalam waktu dekat.

    Yakni, revisi undang-undang

    penyiaran, perpanjangan izin

    lembaga penyiaran pada tahun

    2016, serta pembuatan aturan

    teknis pelayanan perizinan penyiaran

    sebagai pengganti dari peraturan-

    peraturan yang lama.

    Setelah pembukaan Rakornas,

    acara dilanjutkan dengan Talkshow

    yang bertajuk Meneguhkan Penyiaran

    Indonesia dalam Menghadapi

    Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

    Pada talkshow tersebut, Rudi

    menegaskan bahwa undang-undangpenyiaran yang tengah direvisi oleh

    DPR RI saat ini, akan selesai pada

    tahun 2015. Saya yakin undang-

    undang akan selesai tahun ini,

    karena sudah masuk dalam Program

    Legislasi Nasional (Prolegnas), ujar

    Rudi.

    Terkait MEA ini, Gubernur

    Sulsel mengharapkan ada gerakan

    secara nasional untuk menyiapkan

    masyarakat di daerah dalammenghadapi MEA. MEA ini bisa

    mengerjai Indonesia lho, hanya

    karena pihak luar punya modal

    teknologi informasi yang lebih

    hebat, ujar Syahrul. Karenanya,

    Syahrul juga meminta ada

    Standar Operational Procedure(SOP) yang jelas terkait pendirian

    lembaga penyiaran. Sehingga

    profesionalitas dari lembaga-

    lembaga penyiaran yang berdiri

    dapat dijaga.

    Secara spesifk Syahrul juga

    mengingatkan bahwa informasi

    adalah sebuah kekuatan besar

    yang harus diatur oleh Negara,

    sebagai jalan mewujudkan tujuan

    kehidupan berbangsa yang diaturkonstitusi. Sejalan dengan itu,

    Rudi juga menilai penyiaran

    sebagai alat untuk integrasi

    bangsa. Hal ini pula yang diamini

    oleh Mahfudz Siddiq, sehingga

    dirinya meminta agar jangan

    sampai wajah Indonesia yang

    muncul di penyiaran menjadi

    tunggal dengan nilai-nilai yang

    didominasi dalam penyiaran saat

    ini.Dari kalangan praktisi

    penyiaran, Suryopratomo sebagai

    perwakilan Asosiasi Televisi

    Swasta Indonesia (ATVSI)

    ikut menyampaikan pendapat.

    Pria yang akrab disapa Tomi

    ini mengatakan, sebenarnya

    dibandingkan 9 (Sembilan)

    Negara ASEAN lainnya, wajah

    penyiaran Indonesia lebih

    demokratis. Bahkan, banyakNegara ASEAN yang berharap

    memiliki sistem penyiaran seperti

    halnya di Indonesia. Tomi melihat

    bahwa dalam MEA nanti, profesi

    penyiaran belum termasuk dalam

    produk jasa yang disepakati

    untuk saling dikerjasamakan.

    Namun menurut Mahfudz Siddiq,

    penyiaran justru diletakkan

    dalam frame work (kerangka

    kerja) ASEAN Social and CultureCommunity. Karena itulah,

    Mahfudz melihat pentingnya

    strategi kebudayaan nasional

    dalam pengelolaan penyiaran di

    Indonesia. [RA]

    Makassar

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    12/44

    12 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    PEMBUKAAN RAKORNAS 2015

    DAN PELUNCURAN SURVEIINDEKS KUALITAS PROGRAM

    SIARAN TELEVISI

    Rapat Koordinasi

    Nasional (Rakornas)

    KPI 2015 dibuka

    Menteri Komunikasi

    dan Informatika (Kominfo)

    Rudiantara. Menurutnya

    Rakornas KPI adalah forum

    strategis yang membahas isu dan

    kebijakan penyiaran Indonesia.Dalam waktu dekat ini

    ada beberapa hal yang akan

    kita hadapi, pertama tentang

    hubungan pemerintah dengan

    KPI maupun KPID, Revisi

    UU Penyiaran yang tahun

    ini masuk Prolegnas. Kedua,

    tentang perpanjangan izin

    penyiaran. Saya ingin dalam

    proses perpanjangan nanti, hal-

    hal yang subtansial disiapkanLembaga Penyiaran sebelum izin

    perpanjangan, kata Rudiantara

    dalam pembukaan Rakornas 2015

    di Makassar 2015, Selasa, Maret

    2015.

    Lebih lanjut Rudiantaramenjelaskan, proses perpanjangan

    perizinan Lembaga Penyiaran adalah

    proses yang startegis. Menurutnya

    pada pertengahan 2016 nanti

    beberapa Lembaga Penyiaran akan

    ada perpanjangan izin siaran. Namun

    setahun sebelumnya harus dilakukan

    beberapa tahapan yang menyertakan

    KPI dan Kominfo.

    Namun menurut Rudiantara,

    izin perpanjangan yang didapatkanLembaga Penyiaran diproses oleh

    Kemenkominfo. Meski begitu ia

    berjanji, dalam proses perizinan

    nanti, hubungan Kominfo dengan KPI

    akan lebh ketat dalam melakukan

    seleksi proses semua tahapan dan

    kedua pihak akan duduk bersama

    untuk menyiapkan konsep secara

    matang. Rudianatara berharap

    Rakornas menghasilkan rancangan

    strategis terkait UU Penyiaran.Sementara itu, sambutan Ketua

    KPI Pusat menjelaskan agenda

    penting Rakornas 2015, yakni

    tentang revisi Pedoman Perilaku

    Penyiaran dan Standar Program

    Siaran (P3SPS), Penataan

    Lembaga Penyiaran Berlangganan(LPB), digitalisasi penyiaran dan

    rencana revisi UU Penyiaran.

    Rakornas 2015 mengusung

    tema, Meneguhkan Penyiaran

    Indonesia Dalam Menghadapi

    Masyarakat Ekonomi ASEAN.

    Menurut Judhariksawan, tema itu

    untuk memulai langkah dalam

    meneguhkan penyiaran Indonesia

    menghadapi masyarakat ekonomi

    Asean yang akan berlangsungpada akhir tahun ini

    Ekonomi Asean akan

    menjadikan lalu lintas manusia

    secara mudah, tidak saja

    berimplikasi secara ekonomi tapi

    juga ideologi, bisa saja membawa

    virus yang kurang baik. Menurut

    kami penyiaran harus kokoh dan

    membentuk opini publik serta

    memberikan nilai-nilai pada

    masyarakat. Penyiaran tidak bolehtergerus pada ideologi perilaku

    yang rusak, ujar Judhariksawan.

    Sambutan lainnya dari

    Gubernur Sulawesi Selatan

    Syahrul Yasin Limpo.

    Dalam paparannya Sahrul

    mengapreasiasi atas penujukan

    Sulawesi Selatan sebagai tuan

    rumah Rakornas 2015. Selaku

    pemerintah daerah, ia berjanji

    akan memberikan dukungan dankontribusi pada bidang penyiaran,

    khususnya dukungan kepada

    KPID Sulawesi Selatan.

    Simbolik pembukaan acara

    dilakukan dengan penabuhan

    gendang oleh Rudiantara,

    Judhariksawan, dan Syahrul

    Yasin Limpo. Bagian lain dari

    pembukaan Rakornas 2015

    peluncuran Survei Indeks

    Kualitas Program Siaran Televisi2015 yang bekerjasama dengan

    sembilan perguruan tinggi negeri,

    Badan Pusat Statistik (BPS),

    dan Ikatan Sarjana Komunikasi

    Indonesia (ISKI). [ISL]

    LAPORAN KHUSUS

    Makassar

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    13/44

    13PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    REKOMENDASIRAPAT KOORDINASI NASIONAL

    KOMISI PENYIARAN INDONESIA

    TAHUN 2015

    BIDANG ISI SIARAN

    1. Menyepakati penyempurnaan pada bab-bab dan pasal P3 dan SPS sebagai berikut:

    a. Perlindungan kepentingan publik,

    b. Penghormatan terhadap hak privasi;

    c. perlindungan kepada anak;

    d. pelarangan dan pembatasan seks;

    e. pelarangan dan pembatasan kekerasan;

    f. pelarangan dan pembatasan program siaran bermuatan mistik, horor, dan supranatural;

    g. penggolongan program siaran;

    h. program siaran jurnalistik;

    i. P3 dan SPS Lembaga Penyiaran Berlangganan (konten);

    j. siaran iklan; dan

    k. hukum acara.

    2. Merekomendasikan kepada rapat pleno Rakornas KPI untuk menetapkan substansi pedoman

    perilaku penyiaran dan standar program siaran (P3 dan SPS) 2015 sesuai dengan amanat Undang

    Undang No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 8 Ayat 2.

    3. Mengusulkan di dalam revisi Undang-Undang Penyiaran agar kewenangan KPI dalam menjatuhkan

    sanksi dapat menjangkau para pengisi acara.

    13PENYIARANKITA | Maret - April 2015

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    14/44

    14 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    BIDANG PENGELOLAAN STRUKTUR DAN SISTEM PENYIARAN

    1. Penetapan Rancangan Peraturan Lembaga Penyiaran Berlangganan (LPB)

    1.1. Menetapkan Rancangan Peraturan KPI tentang Persyaratan Program Siaran dalam Perizinan

    dan Penyelenggaraan Penyiaran LPB menjadi Peratuan KPI.

    2. Isu Strategis Pelayanan Perizinan

    2.1. Menyusun Rancangan Peraturan KPI (kodifikasi) tentang Persyaratan Program Siaran dalam

    Perizinan & Penyelenggaraan Penyiaran yang disusun tim penyusun tetap beranggotakan

    Komisioner bidang PS2P KPI Pusat dan KPI Daerah:

    2.1.1. Tim Penyusun model standar dan pedoman survei Minat, Kepentingan & Kenyamanan

    Publik

    2.1.2. Tim Penyusun Persyaratan Program Siaran Dalam Perizinan PenyelenggaraanPenyiaran

    2.1.3. Tim Penyusun penegakan/sanksi pelanggaran peraturan perizinan penyelenggaraan

    penyiaran

    2.2. Merancang model affirmative action serta peningkatan koordinasi dengan lembaga mitra

    guna penguatan penyiaran di kawasan perbatasan antar negara yang dilaksanakan KPI Pusat

    bersama 12 KPI Daerah di Kawasan Perbatasan Antar negara.

    3. Rekomendasi Urgent/Mendesak

    3.1. Mendesak pemerintah [kemenkominfo] untuk segera membentuk tim digitalisasi penyiaran

    nasional sesuai amanat cetak biru KPI tentang Digitalisasi Penyiaran Televisi Terestrial.

    3.2. Merumuskan model sanksi yang lebih efektif berkenaan dengan kepatuhan LembagaPenyiaran Swasta (LPS) terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan penyiaran

    [Termasuk di dalamnya KPI mendesak komitmen stasiun induk SSJ atas kewajiban minimal

    konten lokal bagi anggota SSJ. Apabila ditemukan terdapat Lembaga Penyiaran anggota

    jaringan yang tidak melaksanakan kewajiban, maka KPI merekomendasikan mencabut

    persetujuan menteri tentang pelaksanaan SSJ bagi LPS yang bersangkutan].

    3.3. Mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang peraturan tentang PNBP terkait tarif atas

    penerimaan negara bukan pajak dari biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio yang

    digunakan Lembaga Penyiaran Komunitas.

    3.4. KPI mengkaji kemungkinan penyerahan urusan pengelolaan infrastruktur pasif untuk

    penyelenggaraan penyiaran kepada pemerintah provinsi.3.5. Mendesak pemerintah [kemenkominfo] melanjutkan proses pelayanan perizinan

    permohonan Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) TV analog yang sudah sesuai dengan

    peluang penyelenggaraan penyiaran ke tahap selanjutnya.

    3.6. Mendesak pemerintah [kemenkominfo] untuk memberikan kepastian hukum terhadap

    kelanjutan proses pelayanan perizinan permohonan IPP TV digital yang sudah sesuai dengan

    peluang penyelenggaraan penyiaran.

    14 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    15/44

    15PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    BIDANG KELEMBAGAAN

    1. Penyiaran merupakan ranah publik, sehingga pengaturan dan penegakan hukumnya tetap berada

    pada lembaga Negara yang mewakili publik, yakni Komisi Penyiaran Indonesia Pusat dan Daerah.2. Melakukan penguatan kelembagaan KPI dengan mengawal perubahan Undang-Undang Nomor

    32 Tahun 2002 tentang Penyiaran sebagai berikut:

    a) Status Anggota KPI adalah Pejabat Negara;

    b) Penguatan kewenangan KPI untuk penyelenggaraan penyiaran;

    c) Masa jabatan Anggota KPI Pusat dan KPI Daerah adalah 5 (lima) tahun;

    d) Tata hubungan antara KPI Pusat dan KPI Daerah adalah struktural bilamana pembiayaan dari

    APBN;

    e) Pembagian kewenangan antara KPI Pusat dan KPI Daerah yang konkret dan jelas;

    f) Biaya tunjangan kehormatan, honorarium, serta operasional sekretariat KPI Pusat dan KPI

    Daerah berasal dari APBN, sedangkan biaya program kerja berasal dari dana dekonsentrasiAPBN dan APBD;

    g) Pembentukan Dewan Kehormatan Komisi Penyiaran Indonesia;

    h) Membentuk Kode Etik Anggota KPI;

    i) Bentuk Sekretariat KPI Pusat adalah Sekretariat Jenderal.

    3. Membentuk tim khusus yang terdiri dari KPI Pusat dan perwakilan seluruh KPI Daerah (satu orang)

    dengan biaya masing-masing untuk menyusun draf usulan KPI terhadap Rancangan Undang-

    Undang Penyiaran paling lambat akhir April 2015;

    4. Melakukan sinergi antara KPI Pusat dan KPI Daerah dengan pemerintah serta Anggota Komisi 1

    DPR-RI sehubungan dengan Revisi Undang-Undang Penyiaran;

    5. KPI Daerah melakukan komunikasi politik kepada Anggota Komisi 1 DPR-RI yang berasal dariDaerah Pemilihan yang bersangkutan.

    6. KPI Pusat menambah jumlah wilayah penelitian Rating Publik: Survei Indeks Kualitas Program

    Siaran Televisi menjadi sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) Provinsi di tahun 2016.

    7. KPI Pusat mengupayakan bantuan alat monitoring ke 18 (delapan belas) KPI Daerah.

    8. KPI Daerah berkoordinasi dengan KPU Provinsi, Bawaslu Provinsi, dan Komisi Informasi Provinsi

    untuk membentuk gugus tugas pengawasan penyiaran Pemilihan Umum Kepala Daerah

    menindaklanjuti gugus tugas yang telah dibentuk di Pusat.

    9. Penyelenggaraan Rakornas KPI Tahun 2016 dan Harsiarnas ke-83 bertempat di Mataram, Nusa

    Tenggara Barat.

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    16/44

    16 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    GALERI RAKORNAS

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    17/44

    17PENYIARANKITA | Maret - April 2015

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    18/44

    18 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    GALERI HARSIARNAS

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    19/44

    19PENYIARANKITA | Maret - April 2015

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    20/44

    20 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    SIARKAN PERKATAAN KASAR DANKOTOR, KPI SANKSI KOMPAS TV

    MONITOR SIARAN

    Jakarta

    Oleh karena itu,Kompas TV wajib

    menyampaikanpermintaan maaf

    kepada publikyang disiarkan

    pada waktusiar yang sama

    dalam programjurnalistik

    Kompas Petangselama 3 (tiga)hari berturut-

    turut ...

    K

    omisi Penyiaran Indonesia

    (KPI) Pusat menjatuhkan

    Sanksi Administratif Peng-

    hentian Sementara SegmenWawancara Pada Program Jurnalistik

    Kompas Petang. Program acara

    Kompas TV yang disiarkan secara

    Langsung (Live) pada Selasa, 17 Ma-

    ret 2015 pukul 18.18 WIB dikategori-

    kan sebagai pelanggaran atas norma

    kesopanan, perlindungan anak-anak

    dan remaja, pelarangan ungkapan

    kasar dan makian, serta melanggar

    prinsip-prinsip jurnalistik.

    Program Acara yang menayang-kan dialog dengan Gubernur DKI Ja-

    karta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)

    terkait kisruh dengan DPRD DKI

    Jakarta itu menampilkan perkataan

    kasar dan kotor. Dalam surat Sanksi

    Administratif itu juga disebutkan,

    Tayangan yang memuat ungkapan

    atau perkataan kasar/kotor demikian

    dilarang untuk ditampilkan karenasangat tidak santun, merendahkan

    martabat manusia, dan dapat me-

    nimbulkan ketidaknyamanan bagi

    masyarakat serta rentan untuk ditiru

    oleh khalayak, terutama anak-anak

    dan remaja....

    Dalam Pedoman Perilaku Pe-

    nyiaran KPI Tahun 2012 Pasal 35

    huruf e mengatur bahwa seorang

    pewawancara suatu program siaran

    wajib mengingatkan dan/atau meng-hentikan jika narasumber menyam-

    paikan hal-hal yang tidak layak untuk

    disiarkan kepada publik. Dalam Surat

    Sanksi itu juga disebutkan, meskipun

    pewawancara telah mengingatkan

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    21/44

    21PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    narasumber bahwa siaran terse-but Live dan agar kata-katanya

    diperhalus, namun upaya itu tidak

    berhasil sehingga kata-kata yang

    tidak pantas tersiar.

    Meski demikian, Kompas TV

    dianggap lalai dan tidak tang-

    gap atas jawaban atau tanggapan

    narasumber yang menyampai-

    kan hal-hal tidak pantas kepada

    publik. Oleh karena itu, Kompas

    TV wajib menyampaikan permin-taan maaf kepada publik yang

    disiarkan pada waktu siar yang

    sama dalam program jurnalistik

    Kompas Petang selama 3 (tiga)

    hari berturut-turut sejak tanggal

    diterimanya surat ini. Kompas TV

    diminta memberikan bukti kepada

    KPI Pusat bahwa permintaan maaf

    kepada publik tersebut telah di-

    jalankan, bunyi Sanksi Adminis-

    tratif yang dilayangkan KPI Pusatkepada Kompas TV pada, Senin,

    23 Maret 2014.

    Dalam surat itu dijelaskan

    bahwa tayangan tersebut telah

    melanggar Pedoman Perilaku Pe-

    nyiaran (P3) Komisi Penyiaran In-

    donesia Tahun 2012 Pasal 9, Pasal

    14 ayat (2), Pasal 17, dan Pasal 22

    ayat (3) serta Standar Program Si-

    aran (SPS) Pasal 9 ayat (2), Pasal

    15 ayat (1), dan Pasal 24.Berdasarkan pelanggaran

    tersebut, KPI Pusat memberikan

    sanksi administratif Penghentian

    Sementara Segmen Wawancara

    secara Langsung (live) pada pro-

    gram jurnalistik Kompas Petang

    selama 3 (tiga) hari berturut-turut

    sejak tanggal diterimanya surat

    ini, seperti yang dikutip dari Su-

    rat Sanksi itu. Melalui Sanksi itu,

    KPI Meminta kepada Kompas TVdan Lembaga Penyiaran lainnya

    untuk menjadikan P3 dan SPS KPI

    Tahun 2012 sebagai acuan utama

    dalam penayangan sebuah pro-

    gram siaran. [ISL]

    KPI SEBAIKNYA DI BAWAH

    PRESIDEN

    PAKAR HUKUM TATA NEGARA:

    Jakarta

    Penyiaran Indonesia

    (KPI) sebaiknya

    melekat pada lembaga

    kepresidenan agar

    memiliki kelembagaan yang lebih

    kuat dari sekarang. Hal tersebut

    disampaikan oleh Pakar Hukum

    Tata Negara, Irman Putra Sidin,

    dalam acara diskusi terbatas

    tentang Revisi Undang-Undang

    Penyiaran: Relasi hubungan KPI

    Pusat dan KPI Daerah, di kantor

    KPI Pusat (12/3).

    Irman menegaskan, KPI tidakboleh hanya hadir apa adanya di

    tengah masyarakat. Mengingat

    dalam kewenangan KPI melekat

    erat hak konsititusional warga

    negara yang harus dipenuhi,

    yakni hak informasi. Secara

    prinsip, kehadiran KPI sangat

    penting, karena tidak ada yang

    dapat menggantikan tugas KPI

    dalam melakukan pengawasan

    pada dunia penyiaran, ujarnya.Jika melihat pilar-pilar

    bernegara demokrasi selama

    sepuluh tahun belakangan,

    Irman menilai banyak ditentukan

    oleh kamar pers dan penyiaran.

    Karenanya harus ada lembaga

    yang mengawasi pers dan

    penyiaran guna mendukung

    tercapainya tujuan bernegara,

    tambahnya. Irman melihat

    disinilah fungsi KPI yang taktergantikan oleh lembaga

    manapun juga.

    Irman mengusulkan agar

    dalam revisi undang-undang

    penyiaran, KPI berada di

    bawah Presiden. Namun,

    regulasi menyebut dengan

    tegas kewenangan dan tugas

    KPI, dan tidak adanya campur

    tangan lembaga manapun dalam

    hal independensi KPI. Dengandemikian, secara lembaga, KPI

    akan semakin kuat.

    Mengenai relasi hubungan

    antara KPI Pusat dan KPI

    Daerah, Irman menyarankan

    agar ditetapkan hubungan yang

    structural. Struktur KPI saat

    ini sangat dipenuhi dengan

    paradigma otonomi daerah

    yang saat itu sedang menguat,

    ujarnya. Padahal, di mata Irman,urusan penyiaran haruslah

    dilihat dengan kacamata Negara

    Kesatuan Republik Indonesia

    (NKRI).

    Usulan Irman ini ditanggapi

    beragam oleh perwakilan KPI

    Daerah yang ikut hadir dalam

    diskusi terbatas itu. Pada

    prinsipnya, kalaupun relasi

    hubungan antara KPI Pusat dan

    KPI Daerah menjadi struktural,tidak menegasikan peran KPI

    Daerah dalam menjaga khazanah

    budaya lokal untuk tetap hadir di

    penyiaran.

    Dalam kesempatan itu, hadir

    Ketua KPI Pusat Judhariksawan,

    Komisioner KPI Pusat bidang

    kelembagaan Fajar Arifanto

    Isnugroho, Koordinator bidang

    pengawasan isi siaran Rahmat

    Arifn, dan perwakilan KPID JawaTengah, Kalimantan Selatan,

    Sulawesi Tengah, Sulawesi

    Selatan, Jawa Barat, DKI Jakarta,

    Kalimantan Tengah dan Papua

    Barat. [RA]

    DINAMIKA SIARAN

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    22/44

    22 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    PENYIARAN HARUS DAPAT MEMEDIASIPERBEDAAN ANTAR BANGSA

    DINAMIKA SIARAN

    Bengkalis

    P

    engaruh negara

    tetangga, Malaysia,

    sangat kuat terhadap

    masyarakat Bengkalis,

    Riau. Salah satunya dikarenakansiaran dari Malaysia yang

    mendominasi di wilayah

    udara Bengkalis. Bahkan,

    dari 50 lembaga penyiaran

    yang siarannya mengudara di

    Bengkalis, hanya 6 saja yang

    merupakan lembaga penyiaran

    asal Indonesia. Hal tersebut

    disampaikan Bupati Bengkalis,

    Herliyan Saleh, dalam acara

    Talkhow Merawat HubunganAntar Bangsa Melalui Penyiaran,

    yang diselenggarakan di Balai

    Kerapatan Adat Sri Mahkota

    Bengkalis (24/3).

    Menurut Herliyan, sebelum

    TVRI mengudara, masyarakat

    Bengkalis sudah akrab dengan siaran

    dari Malaysia. Apalagi TVRI dan

    RRI kemudian melakukan siaran

    kerjasama dengan lembaga penyiaran

    di Malaysia. Namun demikian, laki-

    laki yang juga Ketua DPD PartaiAmanat Nasional (PAN) Riau ini

    berharap, muatan penyiaran yang

    diterima masyarakat Bengkalis dapat

    lebih berimbang, tidak didominasi

    oleh siaran Malaysia. Apalagi, di

    Pulau Rupat yang menjadi pulau

    terdepan di Bengkalis misalnya, sama

    sekali tidak terjangkau oleh siaran

    dari Indonesia.

    Hal ini juga diakui oleh Ketua

    Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)Daerah Riau, Zainul Ikhwan.

    Menurutnya, bicara soal perbatasan

    sebenarnya bukan masalah

    keamanan dan teritorial saja. Tapi

    seharusnya, negara juga memikirkan

    paparan siaran asing yang

    dominan pada masyarakat di

    perbatasan. Karena itu, ujar

    Ikhwan, KPID Riau membuat

    program Keluarga Cinta Siaran

    Indonesia (KCSI) di lima

    kabupaten/ kota di Riau. Apalagijika melihat kebijakan dari

    Malaysia yang menempatkan

    tower-tower radio dan televisi

    di bukit-bukit yang tinggi dan

    mengarah ke pulau Sumatera.

    Hasilnya, seluruh daratan

    Sumatera disapu bersih oleh

    siaran Malaysia, ujar Ikhwan.

    Sebenarnya ekspansi siaran

    asing di daerah perbatasan

    seharusnya diperlakukandengan bijak. Komisioner KPI

    Pusat, Amiruddin menilai,

    justru penyiaran harus dapat

    ditempatkan untuk memediasi

    perbedaan antar negara,

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    23/44

    23PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    sehingga kedua bangsa yangbertetangga dalam hidup dengan

    harmonis. Apalagi menyongsong

    Masyarakat Ekonomi ASEAN,

    yang seharusnya tidak disikapi

    dengan persaingan, ujar Amir.

    Untuk itu, dirinya melihat

    ada tiga cara yang dapat

    dipilih terkait muatan siaran di

    daerah perbatasan. Satu, siaran

    Indonesia yang hadir ditengah

    masyarakat untuk menangkalsiaran asing. Kedua, penguatan

    siaran dalam negeri baik secara

    kualitas gambar ataupun kualitas

    muatan isi siaran. Kemudian,

    melakukan kerjasama kritis

    dengan negara yang bertetangga

    sehingga muatan siaran yang

    hadir dari kedua negara sama-

    sama menguntungkan.

    Usulan Amir tentang

    kerjasama siaran ini juga disetujuioleh tokoh-tokoh masyarakat

    Bengkalis yang hadir. Diantara

    kritikan bagi siaran Indonesia

    adalah banyak ditampilkannya

    kehidupan perkotaan yang

    materialistis dan memberi

    pengaruh yang jelek bagi

    masyarakat. Bahkan menurut

    Heru Wahyudi, Ketua DPRD

    Kabupaten Bangkalis, sebenarnya

    siaran Malaysia tidaklahmengganggu rasa kebangsaan

    masyarakat, karena dulu

    banyak flm-flm yang sarat nilai

    patriotisme muncul di televisi.

    Tapi, ujar Heru, sekarang tidak

    lagi. Masyarakat lebih memilih

    menonton siaran Malaysia,

    karena siaran televisi dari

    Indonesia sarat muatan tercela

    dan berlebih-lebihan. Karenanya,

    Heru meminta KPI lebih selektiflagi dalam memperbaiki kualitas

    siaran.

    Siaran Perbatasan Harus

    Tampilkan Wajah Indonesia

    Sesungguhnya.

    Sementara itu, dalam

    kesempatan terpisah, KPI Pusat

    menyelenggarakan Bimbingan

    teknis (Bimtek) SDM Penyiaran di

    kawasan perbatasan antar-negara,

    di Banda Aceh (14/4). Dalam

    kesempatan tersebut, Kepala Stasiun

    Radio Republik Indonesia (RRI)Lhokseumawe Widhie Kurniawan

    menyampaikan bahwa siaran di

    wilayah perbatasan menuntut SDM

    yang tangguh dan multitalenta. Pria

    perintis berdirinya RRI di Entikong,

    wilayah perbatasan Indonesia

    dan Malaysia ini menjelaskan

    tentang pengalamannya. Menurut

    Widhie, multitalenta adalah sebuah

    keharusan, di tengah keterbatasan

    sarana dan infrastruktur di wilayahperbatasan. Selain itu, lembaga

    penyiaran di sana pun harus mampu

    mengembangkan jaringan untuk

    bekerja sama dalam hal tukar

    menukar materi siaran dengan pihak

    lain. Kerjasama dengan pihak lain

    tadi, menurut Widhie, tidak sebatas

    dengan kalangan penyiaran saja.

    Namun juga bisa dilakukan dengan

    kelompok-kelompok formal dan non

    formal yang ada di masyarakat, baikuntuk menjaga variasi siaran ataupun

    keberlangsungan lembaga penyiaran

    tersebut di wilayah perbatasan.

    Namun Widhie berpesan agar

    lembaga penyiaran di perbatasan ini

    berhati-hati dalam menyiarkanprogram nasional yang

    mengandung muatan kekerasan,

    perseteruan parlemen, konik,

    ataupun demonstrasi.

    Secara lugas, Widhie yang

    dimoderatori oleh Komisioner KPI

    Aceh Munandar ini mengatakan

    bahwa cinta tanah air adalah

    syarat penting bagi pengelola

    penyiaran di perbatasan.

    Karena pada dasarnya siaran diperbatasan juga memiliki tujuan

    untuk menjaga dan memelihara

    persatuan negara ini.

    Dalam acara Bimtek tersebut,

    Komisioner KPI Aceh Said Firdaus

    mengatakan dirinya melihat

    adanya peluang kerjasama

    dengan pemerintah-pemerintah

    daerah untuk menjadikan

    lembaga penyiaran di daerahnya

    menjadi lebih berkembang danprofesional. Said mencontohkan

    untuk wilayah Sabang yang

    kawasan lautnya berbatasan

    dengan India, Srilanka, juga

    Malaysia. Luberan siaran dari

    radio berbahasa China dan India

    masuk ke Sabang, ujarnya.

    Sedangkan radio yang bersiaran

    di Sabang hanya Lembaga

    Penyiaran Publik Lokal (LPPL)

    Suara Sabang dan RRI Sabang.Saat ini LPPL Suara

    Sabang telah dijadikan proyek

    percontohan untuk siaran radio

    di perbatasan. Proses perizinan

    untuk radio dan televisi di

    kawasan perbatasan memang

    sudah dipercepat. Bahkan KPI

    Aceh juga membina hubungan

    dengan pemerintah provinsi dan

    kabupaten untuk membantu

    pengelolaan lembaga-lembagapenyiaran, diantara melalui

    pembangunan infrastruktur jalan

    untuk memudahkan investasi,

    serta bantuan pengadaan

    perangkat-perangkat siaran. [RA]

    - Komisioner KPI PusatAmirudin -

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    24/44

    24 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    Idy Muzayyad

    Wakil Ketua KPI Pusat

    Bidang Isi Siaran

    OPINI

    ARAH REVISI

    UU PENYIARAN

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    25/44

    25PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    Perkembangan revisi

    Undang-Undang

    Penyiaran No. 32

    Tahun 2002 selalu

    ditunggu-tunggu publik. Seperti

    apa nasib UU Penyiaran setelah

    pembahasannya terhenti pada

    akhir masa jabatan anggota

    Dewan Perwakilan Rakyat periode

    2009-2014? Tanda tanya itu terus

    menggantung dalam pikiran

    masyarakat.Tahun 2015 adalah saat

    bersejarah dalam perjalanan

    panjang UU Penyiaran. Apabila

    tidak ada aral melintang dan

    anggota Dewan terhormat konsisten

    dengan keputusan mereka maka

    pembahasan UU Penyiaran dipastikan

    selesai tahun ini. Berdasarkan

    data Badan Legislasi DPR, dari 37

    Rancangan Undang-Undang (RUU)

    prioritas dalam program legislasi

    nasional (Prolegnas) tahun 2015,

    UU Penyiaran masuk daftar salah

    satu agenda Prolegnas yang akandiputuskan DPR.

    Babakan baru dalam sejarah

    UU Penyiaran yang mengalami

    progresiftas menjadi angin segar

    sekaligus kabar gembira bagi

    masyarakat setelah sekian tahunterkatung-katung akibat dinamika

    politik yang tidak menentu maupun

    tarik ulur berbagai kepentingan.

    Sempat muncul rasa pesimisme

    publik terhadap nasib UU Penyiaran.

    Hal ini dikarenakan iklim politik

    pada awal periode DPR yang baru

    terbentuk mengalami situasi cukup

    pelik. Faksi-faksi yang emosional

    mengeras sehingga berdampak pada

    kinerja kelembagaan DPR, fungsiregulasi terganggu, penganggaran

    pun demikian, apalagi fungsi

    pengawasan tidak berjalan optimal.

    Namun demikian situasi politik

    bersifat dinamis. Setelah sekian

    waktu sibuk dengan hiruk pikuk

    internal, publik bersyukur DPR

    baru mampu melewati fase krusial

    tersebut, dan kini anggota Dewan

    fokus pada fungsi kelembagaan

    yang sebenarnya. Progres dan

    proyeksi UU Penyiaran dalam

    kerangka kebijakan politik

    hukum Prolegnas 2015 adalah

    bukti adanya kemauan kuat

    dari anggota DPR. Dengan kata

    lain, dari target itu anggotaDewan memiliki kemauan

    politik (political will) yang tinggi

    terhadap UU Penyiaran yang

    merupakan regulasi dengan

    impactluas dalam kehidupan

    kebangsaan; sosial, politik,budaya, ekonomi, kebebasan

    serta tanggung jawab pers

    membutuhkan kejelasan status

    hukum.

    Penguatan Kelembagaan

    Penuntasan revisi UU

    Penyiaran tidak saja berdampak

    bagi kehidupan masyarakat

    maupun kehidupan bangsa,

    namun secara konseptualmemberikan kejelasan mengenai

    arah penyiaran ataugrand design

    penyiaran nasional. Akan dibawa

    kemana dunia penyiaran negeri

    ini tergambar dari regulasi yang

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    26/44

    26 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    mengaturnya. Revisi UU Penyiarandengan status hukum yang jelas juga

    akan membuat jelas posisi hukum

    politik Komisi Penyiaran Indonesia

    (KPI). Pertanyaan fundamental

    dari revisi UU 32 Tahun 2002,

    apakah revisi UU Penyiaran makin

    memperkuat KPI secara kelembagaan

    atau justru sebaliknya kurang

    berpihak pada KPI dalam konteks

    politik hukum yang didesain?

    Berkaitan dengan kedudukanKPI, menurut saya, revisi UU

    Penyiaran harus menempatkan KPI

    pada posisi yang dirancang sesuai

    dengan UU Penyiaran Pasal 7 yakni

    sebagai lembaga negara yang bersifat

    independen mengatur hal-hal

    mengenai penyiaran. Dengan logika

    hukum ini, jika kita komitmen dan

    konsisten pada UU Penyiaran berarti

    apapun yang berhubungan dengan

    dunia penyiaran; soal perizinan,infrastruktur, teknologi, hingga isi

    siaran menjadi domain atau otoritas

    sepenuhnya KPI.

    Keberadaan regulator penyiaran

    seperti KPI di tengah dinamika dunia

    penyiaran yang dipenuhi berbagai

    kepentingan; pemerintah, industri

    media, dan KPI sebagai representasi

    kepentingan publikmembuat status

    hukum KPI tidak berjalan tegak

    sepadan dengan teks yang tertulisdalam UU Penyiaran. Besarnya arus

    kepentingan yang merepresentasikan

    berbagai kekuatan dominan

    membuat masyarakat sukar untuk

    berharap eksistensi KPI di Indonesia

    seperti FCC (Federal Communications

    Commision) di Amerika Serikat

    atau The Ofce of Communication

    (OFCOM) yang berpusat di Inggris

    dimana Komisi Penyiaran tersebut

    dinilaipowerfullmengurusi kontensiaran dan juga aspek teknologi.

    Posisi kelembagaan KPI dalam

    struktur ketatanegaraan selayaknya

    diperkuat dengan dukungan regulasi.

    Dalam konteks politik hukum dikenal

    dengan istilah sumber legitimasi(baca; regulasi) agar institusi

    dalam kedudukan yang kuat.

    Bukan malah dikerdilkan bahkan

    dipangkas kewenangannya secara

    sistematis dan massif dengan

    membatasi kewenangan KPI yang

    seakan-akan hanya mengurusi isi

    siaran. Padahal tugas KPI tidak

    sesederhana itu sebagaimana

    ditegaskan pada Pasal 7 UU

    Penyiaran.Setumpuk persoalan seperti

    praktik monopoli Lembaga

    Penyiaran, jaminan diversity

    konten dan kepemilikan

    (ownership) yang belum

    terealisasi seutuhnya, Sistem

    Stasiun Jaringan yang belum

    sepenuh hati dijalankan, masalah

    independensi media massa,

    orientasi iklan dan rating oleh

    stasiun televisi, kurangnyaperlindungan ruang publik di

    stasiun televisi, kebebasan dan

    tanggung jawab media, siaran

    perbatasan, belum lagi mengenai

    digitalisasi dan fenomena

    penyiaran yang lainsejumlah

    catatan dunia penyiaran tersebut

    membutuhkan keberadaan

    regulator penyiaran yang kokoh

    dengan kekuatan regulasi yang

    mendukung.Penuntasan revisi UU

    Penyiaran yang direncanakan

    Wakil Rakyat selesai tahun ini

    melalui program Prolegnas

    2015 menjadi babakan sejarah

    bagi dunia penyiaran nasional

    sekaligus menjadi harapan akan

    adanya penguatan kelembagaan

    KPI yang sejak lama diinginkan

    publik. Kemana arah revisi UU

    Penyiaran dilabuhkan. Kepadaanggota Dewan terhormat,

    masyarakat menunggu torehan

    sejarah revisi UU Penyiaran.

    Posisikelembagaan KPI

    dalam strukturketatanegaraan

    selayaknyadiperkuat dengan

    dukunganregulasi. Dalamkonteks politikhukum dikenaldengan istilah

    sumber legitimasi(baca; regulasi)

    agar institusidalam kedudukan

    yang kuat. Bukanmalah dikerdilkan

    bahkandipangkas

    kewenangannyasecara sistematis

    dan massifdengan

    membatasikewenangan KPI

    yang seakan-akanhanya mengurusiisi siaran. Padahal

    tugas KPI tidaksesederhana itu

    sebagaimanaditegaskan

    pada Pasal 7 UUPenyiaran.

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    27/44

    27PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    OPINI

    Berada di daerah

    perbatasan, sebut

    saja Kabupaten

    Rokan Hilir Provinsi

    Riau yang berada di sisiIndonesia dengan Malaysia

    disisi sebelahnya, apabila

    kita mendengarkan siaran

    radio atau menonton siaran

    televisi, seakan berada di

    Zainul Ikhwan

    Ketua Komisi Penyiaran Indonesia

    Daerah Riau

    ANCAMAN POLITIKDAN EKONOMIYANGTIDAK DIKHAWATIRKAN

    POTRET PENYIARAN DI PERBATASAN PROVINSI RIAU:

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    28/44

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    29/44

    29PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    tetapi kedua radio tersebut

    bukan berada di Bagan

    Siapi-api, ibukota kabupaten

    Rokan Hilir, tetapi berada di

    Kecamatan Bagan Sinembah

    yang letaknya di tengah pulau

    Sumatera dan berbatasan

    dengan Provinsi Sumatera Utara.

    Artinya masyarakat di pusatpemerintahan kabupaten Rokan

    Hilir yang letaknya berhadapan

    langsung dengan Malaysia, sama

    sekali tidak dapat mendengarkan

    siaran radio Indonesia.

    Kota Dumai, Kabupaten

    Bengkalis, Kabupaten Kepulauan

    Meranti dan Kabupaten Indragiri

    Hilir sekalipun memiliki lembaga

    penyiaran radio, televisi, lembaga

    penyiaran berlangganan danlembaga penyiaran komunitas

    akan tetapi siaran radio dari

    Malaysia dapat diterima dengan

    jelas, jernih dan jumlahnya lebih

    banyak dari pada radio di daerah

    tersebut.

    Frekwensi yang ada sesuai

    master plan dan statusnya masih

    kosong diisi oleh radio dari Malaysia.

    Bahkan radio yang telah memiliki

    Izin Penyelenggaraan Penyiaran

    dari Pemerintah Republik Indonesia

    diinterferensi radio Malaysia, seperti

    yang dialami oleh radio SMW FM diBengkalis pada frekwensi 97,3 MHz,

    Shine FM di Dumai pada Frekwensi

    92,2 FM dan Malaka FM pada

    frekwensi 98,1 MHz serta Patra FM di

    Duri pada frekwensi 93,6 MHz.

    Dari hasil FGD yang dilakukan

    bahwa tidak digunakannya frekwensi

    yang tersedia di setiap daerah

    disebabkan beberapa faktor, yaitu

    kurangnya minat pemodal untuk

    mendirikan lembaga penyiaran diwilayah perbatasan, secara bisnis

    tidak menguntungkan, beberapa

    daerah perbatasan sulit untuk

    dijangkau (Pulau Rupat, Pulau

    Rangsang dan Pulau Burung, Pulau

    Tebing Tinggi) dan proses

    perizinan yang panjang

    Hal yang mengangetkan lagi,

    pada bulan Juni 2012, KPID Riau

    bersama Kementerian Kominfo RI

    dan Kementerian Komunikasi dan

    Multimedia Malaysia melakukan

    pengukuran frekwensi bersama

    di dua daerah wilayah perbatasan

    yaitu Kota Dumai dan Kabupaten

    Bengkalis untuk mengetahui

    siaran siapa yang memasukiwilayah negara siapa.

    Hasilnya, di Kabupaten

    Bengkalis untuk radio ditemukan

    54 frekwensi radio yang ditempati

    radio Malaysia (42 diketahui

    nama radionya dan 12 frekwensi

    tidak diketahui nama radionya),

    sedangkan radio Indonesia hanya

    4 radio (3 radio swasta dan 1

    RRI). Di Kota Dumai ditemukan

    54 siaran radio (90 persen) dariMalaysia dan hanya 6 radio lokal

    (10 persen). Radio-radio Malaysia

    yang mendominasi wilayah

    perbatasan di Provinsi Riau yaitu

    OneFM, IKIM FM, Mix FM, Era

    FM, Fly FM, Klasik Nasional,

    RTM, Traxx FM, Hits FM, Hot FM,

    Potret yang lebih parah terjadi

    dengan siaran televisi, dari 14

    frekwensi siaran televisi yang

    berhasil dimonitoring, 13 televisiberasal dari Malaysia (93,3

    persen) dan Dumai hanya 1

    televisi lokal yaitu Riau Televisi

    (6,7 persen) yang dapat diterima

    secara free to air.

    Dengan dominasi siaran

    Malaysia yang dapat diterima di 5

    kabupaten/kota tersebut, tentulah

    siaran iklan berbagai produk dari

    Malaysia sangat akrab dan dekat

    dengan masyarakat. Kemudahantransportasi laut seperti di

    Kota Dumai dan Kabupaten

    Bengkalis yang setiap hari

    membuat arus orang dan barang

    menjadi lancar. Sehingga, wajar

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    30/44

    30 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    saja produk-produk dari Malaysia

    membanjiri toko-toko dan warung-

    warung di kelima kabupaten/kota

    tersebut. Secara ekonomi, Malaysia

    diuntungkan dari segi perdagangan

    dan pendapatan iklan.

    Apapun Alasannya, Ini Soal

    Kebangsaan

    Melimpahnya luberan siaran

    asing yang setiap hari memenuhi

    ruang pandang dan ruang dengar

    masyarakat di 5 kabupaten/kota

    tersebut yang sudah berlangsung

    selama puluhan tahun, tentunya

    sangat berpengaruh dengan

    cara pikir dan cara pandang

    masyarakatnya.

    Dari hasil FGD KCSI di Kabupaten

    Bengkalis, peserta menyimpulkan

    bahwa secara konten, siaran dari

    Malaysia dipandang masyarakat

    Bengkalis tidak bermasalah bahkanlebih baik, lebih mendidik dan lebih

    santun dibandingkan siaran televisi

    dan radio Indonesia.

    Ketika ditanyakan apakah akan

    mengurangi rasa nasionalisme,

    peserta FGD KCSI mengatakan tidak

    akan mengurangi rasa cinta tanah air

    masyarakat Bengkalis hanya karena

    menonton siaran televisi dan radio

    dari Malaysia. Hal ini disebabkan

    adanya persamaan kebudayaanyaitu Melayu. Masyarakat Bengkalis

    memandang bahwa kesamaan

    budaya itu tidak akan saling

    mempengaruhi dan mengurangi rasa

    nasionalisme.

    Akan tetapi, harus dapat

    dipahami jika ditinjau dari

    nasionalisme pastilah nilai-nilai

    kebangsaan yang ada di dalam

    konten siaran tersebut berbeda

    antara Indonesia dan Malaysia.Sebagai catatan, ketika pemekaran

    Kabupaten Kepulauan Meranti

    dari Kabupaten Bengkalis terjadi

    unjuk rasa. Tiba-tiba bendera

    Malaysia berkibar di tengah-tengah

    kerumunan demonstran. Ini

    menjadi sinyal bahwa sebenarnya

    kedekatan budaya dan ekonomi

    yang tidak dianggap bermasalah

    itu, menyimpan potensi

    desintegrasi yang menyentuh

    persoalan politik.

    Menurut Anthony D.

    Smith bahwa nasionalisme

    adalah suatu ideologi yang

    meletakkan bangsa di pusat

    masalahnya yang berupaya

    mempertinggi keberadaannya

    atau mempertinggi derajat

    bangsa. Defenisi kerja

    nasionalisme, adalah suatu

    gerakan ideologis untuk mencapai

    dan mempertahankan identitas,

    kesatuan dan otonomi bagi

    suatu populasi, yang sejumlah

    anggotanya bertekad untuk

    membentuk suatu bangsa

    yang aktual atau bangsa yangpotensial.

    Donald E. Nuchterlain

    mengemukakan kepentingan

    sebagai kebutuhan yang

    dirasakan oleh suatu negara

    dalam hubungannya dengan

    negara lain yang merupakan

    lingkungan eksternalnya.

    Kepentingan nasional inilah

    yang memberikan kontribusi

    yang besar bagi pembentukanpandangan-pandangan keluar

    bagi suatu bangsa. Kepentingan

    nasional menurut Donald E.

    Nuchterlain terbagi atas empat

    poin, yaitu: defense interest,

    economic interest, world order

    interest dan ideological interest.

    Berdasarkan pendapat

    Donald E. Nuchterlain, maka

    strategi Indonesia menghadapi

    luberan siaran dari Malaysiadi wilayah perbatasan adalah

    Indonesia harus berusaha

    untuk mempertahankan dan

    memperjuangkan kepentingan

    nasionalnya, terutama dalam

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    31/44

    31PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    Berdasarkan matrik yang digambarkan oleh Donald E. Nuctherlain

    tersebut, bahwa semakin garis diagonal mengarah ke kepentingan

    keamanan terhadap wilayah teritorial dan permasalahan survival atau

    eksistensi teritorial negara maka akan semakin menjadi permasalahan yang

    penting bagi sebuah negara. Dan sebuah negara harus melakukan beberapa

    alternatif dalam menghadapi ancaman teritorial terhadap wilayah teritorialnegaranya.

    Hal ini juga terjadi dengan Indonesia, dimana dengan adanya

    kebijakan-kebijakan Malaysia di wilayah perbatasan yang sering

    melakukan pengklaiman terhadap wilayah laut, udata darat perbatasan

    Indonesia dan Malaysia, maka Indonesia harus menerapkan alternatif

    strategi yang secara rasional bisa digunakan karena kepentingan wilayah

    teritorial merupakan eksistensi Indonesia sebagai sebuah negara.

    Beberapa upaya yang harus dilakukan pemerintah Indonesia terhadap

    luberan siaran asing, adalah:

    1. Menggunakan teknologi sistem anti gangguan (anti jamming system).

    Secara teoritis prinsip kerja sistem ini adalah dengan memancarkansuatu signal penghalang (blocking signal) yang bekerja pada frekwensi

    yang sama dengan dinas yang akan di tahan luberannya.

    2. Larangan pemerintah kepada penduduknya terhadap penggunaan

    antena parabola pada home receivers untuk menyaksikan luberan

    siaran televisi asing. Di Indonesia membolehkan penduduknya memiliki

    antena parabola. Dilematis, mengingat masih banyaknya wilayah

    Indonesia yang tidak terlayani atau tidak terjangkau (blank spot)

    penyiaran. Namun, akibatnya penduduk mengkonsumsi siaran asing

    secara langsung.

    3. Mengembangkan siaran tandingan. Ataupun upaya lain, seperti

    dilakuka pemerintah Singapura dengan menetapkan pajak tinggi bagiperusahaan dalam negeri yang memasang iklan pada stasiun penyiaran

    asing yang menimbulkan luberan siaran atau yang siarannya dapat

    disaksikan di Singapura dengan jelas.

    4. Pemerintah harus melakukan koordinasi tentang frekwensi antara

    Indonesia dengan Malaysia seperti yang telah dilakukan sejak

    Basic Interest of StateIntensity of Interest

    Survival Vital Major Peripheral

    Defense of Homeland

    Economic of WellbeingFavorable World Order

    Promotion of Values

    Makalah ini dipaparkan pada

    Konferensi Nasional Komunikasi

    2014 di Lombok

    Sumber: Donald E. Nuctherlain. National Interest A New Approach, Orbis. Vol.23, N0.1

    (Spring). 1970.

    National Interest Matrix

    tahun 2002 dalam bentuk

    Joint Committee on

    Communications (JCC).

    Sekarang penyiaran di

    wilayah perbatasan membutuhsupport pembangunan yang

    serius, jika negara tidak ingin

    warganya lebih mencintai negara

    tetangga. Pembangunan di

    wilayah perbatasan tidak hanya

    dari sisi infrastruktur jalan dan

    pertahanan keamanan, tetapi isu

    penyiaran harus menjadi arus

    utama. Kita tentu sepakat tidak

    ingin wilayah terluar dari NKRI

    lepas satu persatu menjadi miliknegara lain. Namun, apabila

    persoalan penyiaran ini tidak

    cepat diambil tindakan, yang

    sekarang saja di sisi geografs

    secara dejure masuk wilayah

    Indonesia, namun di sisi

    penyiaran secara defakto adalah

    Malaysia. Selamatkan penyiaran

    perbatasan, Indonesia!.

    bentuk defense interest.

    Berikut ini adalah matrik strategi yang disusun oleh Donald E.

    Nuchterlain mengenai kepentingan nasional negara Indonesia yang dapat

    diadopsi dalam melakukan hubungan dan mengedepankan kepentingan

    nasional dengan Malaysia khususnya dalam permasalahan penjagaan

    wilayah perbatasan dalam hal ini penyiaran, yaitu sebagai berikut:

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    32/44

    32 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    KPI GANDENG PERGURUAN

    TINGGI NEGERI UNTUK SURVEY

    KEPEMIRSAAN

    SINERGI

    Jakarta

    Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi.

    Komisi Penyiaran

    Indonesia (KPI) Pusatbersama 9 (sembilan)

    perguruan tinggi

    menandatangani Memorandum

    of Understanding (MoU)

    tentang Survey Indeks Kualitas

    program Siaran Televisi tahun

    2015 di 9 (sembilan) kota besar

    di Indonesia, (DKI Jakarta,

    Jawa Tengah, Jawa Timur, DI

    Yogyakarta, Sumatera Utara,

    Sumatera Selatan, Maluku,Bali dan Kalimantan Selatan),

    (26/2). Survey ini dilakukan KPI

    untuk mendapatkan gambaran

    secara kualitatif tentang kualitas

    tayangan televisi sepanjang tahun

    2015.

    Ketua KPI Pusat

    Judhariksawan mengatakan,

    hasil dari survey yang melibatkan

    perguruan tinggi, KPI Daerah

    dan Ikatan Sarjana KomunikasiIndonesia ini akan menjadi tolak

    ukur gambaran program televisi

    yang hadir di tengah masyarakat.

    KPI akan menjadikan sebagai

    bahan evaluasi dan dasar

    pengambilan keputusan terhadap

    program siaran, baik dalam

    rangka penjatuhan sanksi ataupun

    pemberian apresiasi, ujar Judha.

    Dari survey ini, KPI juga

    akan mendapatkan masukan

    tentang program-program

    siaran televisi dari masyarakat

    yang tersebar di 9 (sembilan)

    provinisi. Sebagai lembaga

    negara independen yang lahir

    dari undang-undang penyiaran,

    KPI juga berkepentingan

    untuk memastikan penyiaran

    diselenggarakan sejalan denganregulasi. KPI melihat hasil

    survey ini dapat mengurangi

    kesenjangan antara kebijakan

    televisi dalam menayangkan

    program siaran, harapan

    masyarakat tentang tayangan

    televisi yang berkualitas, serta

    arah bagi terselenggaranya

    penyiaran sesuai regulasi.

    Survey ini diharapkan dapat

    digunakan pula oleh lembagapenyiaran dalam menciptakan

    program-program yang sesuai

    dengan kebutuhan dan keinginan

    masyarakat. Dari survey ini

    juga akan terlihat keselarasan

    penyelenggaraan penyiaran dengan

    amanat regulasi penyiaran, tegas

    Judha. Undang-Undang nomor

    32 tahun 2002 tentang penyiaran

    secara tegas menyebutkan tentang

    asas, tujuan, fungsi dan arah

    penyelenggaraan penyiaran.

    Sebagai kegiatan komunikasi

    massa, penyiaran memiliki fungsi

    sebagai media informasi, pendidikan,

    hiburan yang sehat, kontrol

    dan perekat sosial. Sedangkan

    penyelenggaraan penyiaran

    diantaranya bertujuan untuk

    memperkukuh integrasi nasional,

    terbinanya watak dan jati diri

    bangsa yang beriman dan bertakwa,

    mencerdaskan kehidupan bangsa,

    dan membangun masyarakat yangmandiri, demokratis, adil dan

    sejahtera.

    Pelaksanaan Pertama

    Survey Indeks Kualitas Program

    Siaran Televisi mulai diselenggarakan

    secara marathon di sembilan

    perguruan tinggi negeri di sembilan

    kota. Ke-sembilan tempat itu adalah

    Universitas Sumatera Utara (USU)

    di Medan, Universitas Airlanggadi Surabaya, Universitas Islam

    Negeri (UIN) di Jakarta, Universitas

    Hasanuddin di Makassar, Universitas

    Islam Negeri Sunan Kalijaga di

    Yogyakarta, Universitas Udayana di

    KPI akan

    menjadikan sebagaibahan evaluasi dandasar pengambilankeputusan terhadapprogram siaran,baik dalam rangkapenjatuhan sanksiataupun pemberian

    apresiasi,- Ketua KPI Pusat Judhariksawan -

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    33/44

    33PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    Bali, Universitas Diponegoro di

    Semarang, Universitas Lambung

    Mangkurat di Banjarmasin dan

    Institut Agama Islam Negeri

    (IAIN) Ambon di Ambon. Rektor

    Universitas Lambung Mangkurat

    Prof Sutarto Hadi mengatakan,

    program siaran di televisi kini

    semakin memprihatinkan karena

    hanya mengacu pada rating

    dibanding kualitasnya. Padahal,

    ujar Sutarto, tidak semua siaran

    yang banyak penontonnya itu

    baik bagi masyarkat apalagi

    perkembangan anak. Hal

    tersebut disampaikannya dalam

    pembukaan pelatihan Survey

    Indeks Kualitas Program Siaran

    yang dilaksanakan Komisi

    Penyiaran Indonesia (KPI)

    Pusat di Universitas Lambung

    Mangkurat, Banjarmasin (23/4).

    Secara khusus, Sutarto

    menyayangkan penyusunan

    program siaran dari lembaga

    penyiaran yang hanya didasari

    pada nilai rating, bukan pada

    kualitasnya. Untuk itu, dirinya

    menilai keberadaan survey

    kepemirsaan yang digagas KPI

    ini akan memberi penilaian yang

    berbeda terhadap program siaran

    yang ditayangkan stasiun televisi.

    Sutarto berharap, hasil survey

    kepemirsaan ini dapat dijadikan

    acuan oleh lembaga penyiaran

    untuk memperbaiki kualitas

    siaran yang ada. Sehingga fungsi

    pendidikan yang disematkan pada

    lembaga penyiaran, dapat dirasakan

    masyarakat, tambahnya.

    Sementara itu dalam pelaksanaan

    survey di Universitas Islam Negeri

    Sunan Kalijaga, Yogyakarta (28/4),

    Komisioner KPI Pusat bidang

    pengawasan isi siaran Rahmat Arifn

    mengatakan bahwa kementerian

    Komunikasi dan Informasi telah lama

    menyampaikan keprihatinannya

    tentang program-program siaran

    televisi yang kualitasnya rendah dan

    tidak mendidik namun ratingnya

    tinggi. Hal ini menyebabkan

    acara-acara tersebut mampu

    bertahan lama karena peminat

    iklannya tinggi. Setelah dicari tahu,

    penyebabnya adalah survey yang

    dilakukan lembaga survey, tidak

    dilakukan secara representatif dan

    sesuai dengan keadaan masyarakat

    yang sesungguhnya. Misalnya,

    lembaga survey hanya mengambil

    sampel kelompok masyarakat

    yang berpendidikan rendah, tidak

    berkarier dan sebagainya. Namun

    hasil dari lembaga survey yang

    sampai saat ini masih dimonopoli

    oleh satu lembaga inilah yang

    dijadikan acuan dari seluruh lembaga

    penyiaran, khususnya televisi.

    Dalam kesempatan itu, Wakil

    Dekan III Fakultas Sosial Humaniora

    UIN Sunan Kalijaga, Iswandi

    Syahputra menambahkan, bahwa

    saat ini masyarakat dihadapkan pada

    pertelevisian yang menciptakan

    kebutuhan palsu, menciptakanrasa lelah atau jenuh informasi,

    menciptakan kontrol palsu dan

    menciptakan kecenderungan untuk

    meyakini realitas bagaimana yang

    dikonstrukkan oleh media. Iswandi

    menilai, forum-forum seperti ini

    dimaksudkan untuk menggugah

    sikap kritis publik terhadap

    siaran-siaran televisi yang

    rendah kualitasnya. Sementara,

    dimata Iswandi, program

    televisi dikatakan berkualitas

    bila mengandung unsur Benar,

    Baik dan Bermanfaat sesuai

    kebutuhahan dan kepentingan

    berdasarkan prinsip kemanusiaan.

    KPI berharap, survey

    kepemirsaan yang digelar ini

    dapat memberikan gambaran

    yang lebih komprehensif

    mengenai selera masyarakat

    Indonesia dan penilaiannya

    terhadap program-program

    siaran televisi yang ada saat ini.

    Salah satunya dengan melibatkan

    responden survey dari kalangan

    yang lebih variatif, dan sebaran

    provinsi yang mengikutsertakan

    tiga wilayah di Indonesia,

    Ambon (Indonesia Timur), Bali

    dan Banjarmasin (Indonesia

    Tengah), dan sisanya dari wilayah

    Indonesia Barat.

    Selain itu, survey indeks

    kualitas program siaran televisi

    ini akan diselenggarakan selama

    lima kali sepanjang tahun 2015.

    Ketua KPI Pusat, Judhariksawan

    berharap, hasil dari survey yang

    digelar KPI ini dapat memberikan

    alternatif bagi lembaga penyiaran,

    serta para pemasang iklan di

    televisi, mengenai kualitas

    program-program siaran yang

    ada sekarang. KPI berharap para

    pemasang iklan juga menyadari

    kontribusinya merawat bangsa

    ini dengan hanya memasang

    iklan di program-program yang

    berkualitas baik. Sehinggaprogram-program dengan

    kualitas rendah, sebanyak apapun

    penontonnya, tidak akan bertahan

    lama di layar kaca, pungkas

    Judha. [RA]

    KPI berharap parapemasang iklan juga

    menyadari kontribusinyamerawat bangsa ini

    dengan hanya memasangiklan di program-program

    yang berkualitas baik.Sehingga program-

    program dengan kualitasrendah, sebanyak apapun

    penontonnya, tidak akanbertahan lama di layar

    kaca

    - Ketua KPI Pusat Judhariksawan -

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    34/44

    34 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    SINERGI

    A

    liansi Jurnalis

    Independen (AJI)

    mendukung penguatan

    kelembagaan KomisiPenyiaran Indonesia (KPI) dalam

    revisi undang-undang penyiaran

    yang tengah dibahas oleh Komisi I

    DPR-RI. Hal tersebut disampaikan

    Ketua AJI, Suwarjono, dalam

    audiensi dengan KPI Pusat

    bersama jajaran pengurus AJI

    yang baru saja terpilih, (28/4).

    Menurut Suwarjono, peran

    KPI bukanlah sekedar pemberi

    peringatan kepada lembagapenyiaran yang melakukan

    pelanggaran. KPI Harus lebih

    dari itu, ujarnya. Karenanya,

    Suwarjono mendukung program

    Survey Kepemirsaan yang

    dilakukan oleh KPI yang akan

    menjadi penyeimbang dominasi

    lembaga rating saat ini, Nielsen.

    Dalam pertemuan tersebut,

    diakui pula oleh AJI bahwa

    industri penyiaran saat inisangat tergantung dengan report

    (laporan) dari Nielsen yang

    datang setiap hari. Karenanya

    perlu terobosan yang luar biasa,

    untuk memutus ketergantungan

    AJI DUKUNG

    PENGUATAN

    KELEMBAGAAN

    KPI DALAM

    REVISI UU

    PENYIARAN

    dengan lembaga rating tunggal

    yang memberikan penilaian secara

    kuantitatif ini.

    Pada kesempatan itu, koordinator

    bidang kelembagaan KPI Pusat,

    Bekti Nugroho menyampaikanperhatian KPI terhadap revisi

    undang-undang penyiaran. Menurut

    Bekti, revolusi mental yang diusung

    oleh Presiden saat ini harusnya

    memberikan perhatian besar pada

    dunia penyiaran. Jika KPK bekerja

    pada bagian hulu, KPI justru bekerja

    pada bagian hilir, ujarnya. Mental

    masyarakat, terutama generasi

    muda bangsa ini sangat dipengaruhi

    dengan muatan yang ada di layarkaca, televisi. Karena KPI adalah

    satu-satunya lembaga yang punya

    kewenangan mengatur penyiaran,

    maka harus ada kemauan politik

    yang besar dari pemerintah dalam

    menguatkan KPI untuk menata dunia

    penyiaran, terang Bekti.

    Lebih jauh Bekti juga

    menyampaikan besaran pemasukan

    pemerintah dari sektor penyiaran

    yang tidak terlalu besar. Berapabesar keuntungan fnansial yang

    diterima negara dari industri televisi

    selama ini? Dan berapa besar

    kontribusi televisi dalam membangun

    peradaban bangsa Indonesia,tanya

    Bekti.

    Komisioner yang pernah

    mengenyam pendidikan di

    Lembaga Ketahanan Nasional

    (Lemhanas) ini memaparkan

    pula tentang regulator penyiarandi negara lain yang memiliki

    kewenangan kuat. Usulan konkrit

    KPI dalam revisi undang-undang

    penyiaran adalah pembagian

    kewenangan perizinan. Perizinan

    frekwensi tetap ditangani oleh

    pemerintah, sedangkan izin siaran

    ditangani oleh KPI.

    Di akhir pertemuan,

    AJI menyarankan agar KPI

    terus mendesak DPR untukmenyelesaikan revisi undang-

    undang penyiaran. Jika

    undang-undang penyiaran

    belum rampung, maka beberapa

    rancangan undang-undang

    yang masih terkait penyiaran

    seperti RUU Radio/Televisi

    Republik Indonesia (RTRI) juga

    terhambat, ujar Suwarjono.

    Sekalipun RUU Penyiaran sudah

    menjadi prolegnas, namun AJImenilai, DPR tetap membutuhkan

    dorongan dan desakan publik

    agar tahun ini undang-undang

    penyiaran yang baru dapat

    disahkan. [RA]

    Jakarta

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    35/44

    35PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    Munculnya penyiaran

    yang tidak sehat di

    tengah masyarakat

    diyakini merupakan

    implikasi dari seluruh masyarakat

    penyiaran. Padahal dalam

    undang-undang penyiaran,

    KPI mendapatkan kewenangan

    atributif, atau diberikan langsung

    oleh pemubuat undang-undangdalam mengatur penyiaran,

    termasuk proses perizinan. Hal

    tersebut disampaiakn Prof dr

    Salmon Nirahua, SH., M. Hum.,

    guru besar ilmu hukum tata

    Negara Universitas Pattimura,

    dalam acara Forum masyarakat

    Peduli Penyiaran (FMPP) di

    Ambon, (6/3).

    Selain itu, pria yang

    kerap dipanggil Pak Mon inimengapresiasi kegiatan FMPP

    di Ambon sebagai bagian

    usaha KPI menjaga kedaulatan

    penyiaran. Bagaimanapun,

    jika bicara kedaulatan rakyat di

    penyiaran, KPI lah yang memegang

    mandatnya, ujarnya. Hal ini senadadengan yang disampaikan Fajar

    Arifanto Isnugroho, Komisioner

    KPI Pusat bidang kelembagaan. KPI

    berperan mengedukasi masyarakat

    agar selektif dan hati-hati dalam

    mengkonsumsi tayangan televisi.

    Apalagi, tambah Fajar, frekwensi

    yang melintas di Maluku juga harus

    memberikan manfaat yang besar bagi

    masyarakat Maluku, salah satunya

    melestarikan kekayaan khazanahbudaya Maluku.

    Di awal pelaksanaan FMPP ini

    dihadiri oleh Rektor Institut Agama

    Islam Negeri Ambon (IAIN) Dr

    Hasbullah Toisutta yang menyaksikan

    penandatanganan Perjanjian

    Kerja sama Survey Indeks Kualitas

    Program Siaran Televisi antara

    KPI dan IAIN Ambon. Hasbullah

    mengaku tersanjung dengan

    pilihan KPI Pusat kepada lembagapendidikan yang dipimpinnya ini. Dia

    berharap, keikutsertaan IAIN dalam

    pelaksanaan survey ikut memberikan

    kontribusi dalam perbaikan kualitas

    siaran televisi secara nasional.

    AJAK MASYARAKAT CERDAS BERMEDIA,

    KPI GELAR FMPP DI AMBON

    Sementara itu dalam

    sambutan FMPP, Ketua KPI Pusat

    Judhariksawan menyampaikan

    alasan dilaksanakannya Survey

    Indeks Kualitas Program

    Televisi tahun 2015, serta

    dipilihnya Ambon sebagai

    lokasi pembentukan FMPP. KPI

    berharap keterlibatan aktif

    masyarakat di Ambon dalammengawasi muatan televisi dan

    radio, ujar Judha. Tidak hanya

    aktif mengawasi bahkan, Judha

    berharap masyarakat Ambon juga

    cerdas dalam menyikapi muatan

    isi siaran.

    Kualitas penyiaran saat ini

    juga dikritisi secara khusus oleh

    Abidin Wakano, Ketua Majelis

    Ulama Indonesia (MUI) Provinsi

    Maluku. Dalam pandanganAbidin, seharusnya penyiaran

    menjadi provokator damai di

    tengah masyarakat. Apalagi di

    ambon sendiri, ujar Abidin, punya

    secara kelam tentang perselisihan

    antar kelompok masyarakat.

    Dalam FMPP ini pula, Bekti

    Nugroho Komisioner KPI Pusat

    bidang Kelembagaan, melihat

    pentingnya wisdom yang

    dimiliki para produser dansutradara tayangan di televisi.

    Berita adalah idealitas, bukan

    realitas! ujar Bekti. Karena harus

    tampil ideal, maka disanalah

    fungsi kebijaksanaan dari

    produser atau sutradara tampil.

    Agar isi berita yang muncul

    memang sesuia dengan hak asasi

    dan kebutuhan masyarakat. Bekti

    meyakini, kalau kebijaksaan

    atau wisdom ini dimiliki parapengelola tayangan televisi,

    harusnya tidak akan muncul

    muatan siaran yang tidak penting

    bahkan cenderung sampah, di

    tengah penyiaran kita. [RA]

    Ambon

  • 7/26/2019 2015 NLKPI Maret-April Web

    36/44

    36 PENYIARANKITA | Maret - April 2015

    PELATIHAN LITERASI MEDIADI KABUPATEN DOMPU NTB

    KPI DAERAH

    Dompu

    B

    upati Dompu, Nusa

    Tenggara Barat

    (NTB) Bambang H

    Yasin, Komisioner

    KPI Pusat Azimah Subagijo,

    dan Komisioner KPID NTB

    menghadiri penandatanganan

    Memorandum Of Understanding

    (MoU) kerjasama literasi media

    dan gerakan keluarga sadar

    media antara KPI Daerah NTB

    dengan TP PKK Dompu dan

    Persatuan Wartawan Indonesia

    (PWI) Perwakilan Dompu. Acara

    berlangsung pada Selasa, 3 Maret

    2014 di Aula PKK Dompu dengan

    tema Mewujudkan Masyarakat

    Dompu yang Cerdas dan Sadar

    Media.

    Dalam sambuatannya

    Bambang H. Yasin menilai

    literasi media adalah

    kegiatan yang positif dan

    perlu terus dikembangkan.

    Menurutnya literasi media

    mampu menumbuhkan sikapkritis masyarakat terhadap

    media itu sendiri. Bambang

    berharap kegiatan itu mampu

    meningkatkan pemahaman

    masyarakat tentang media,

    mengkritisi, memilih dan memilah

    informasi di dalamnya.

    Ketua KPI Daerah NTB Sukri

    Aruman dalam sambutannya

    menyampaikan terima kasih dan

    penghargaan yang tinggi kepadaPemerintah Kabupaten Dompu

    atas dukungan dan perhatiannya.

    KPI Daerah NTB sudah berjalan

    enam tahun dan banyak hal

    yang sudah kami lakukan dalam

    menata penyiaran di Nusa Tenggara

    Barat, katanya.

    Sukri mengungkapkan, KPIDaerah NTB terus menggandeng

    berbagai pihak dan pemangku

    kepentingan di NTB untuk bersama-

    sama mengawal penyiaran NTB yang

    sehat dan bermartabat. Menurut

    Sukri mengawasi dan memantau

    siaran radio dan TV bukanlah

    tanggung jawab KPID semata,

    juga dibutuhkan partisipasiaktif masyarakat selaku pemilik

    frekuensi yang merupakan ranah

    publik.

    Peserta literasi media dihadiri

    dari berbagai unsur masyarakat

    Dompu, yakni pelajar, mahasiswa,

    tokoh masyarakat, dan

    perwakilan berbagai organisasi.

    Kegiatan itu menghadirkan

    empat narasumber yakni Azimah

    Subagijo, Koordinator Strukturdan Sistem Penyiaran KPI Pusat

    dengan presentasi seputar KPI

    dan Masa Depan Penyiaran

    Indonesia, anggota KPI Daerah

    NTB Lalu Sukron Prayogi

    dengan materi