20140513155840_5446

12
LAMPIRAN : LUARAN PENELITIAN PENGARUH PERAWATAN LUKA TEKNIK BALUTAN WET-DRY DAN MOIST WOUND HEALING DENGAN HYDROCOLOID DRESSING PADA PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIK. TECH WOUND CARE INFLUENCE WET DRY'S WRAPPING AND MOIST WOUND HEALING WITH HYDROCOLOID DRESSING ON ULKUS DIABETIK'S HEALING . ABSTRAK 50% hingga 75% amputasi ekstermitas bawah dilakukan pada pasien- pasien yang menderita diabetes. Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa ”wet-dry”(Basah-kering), perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknik perawatan luka terkini Moist Wound Healing”. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh proses penyembuhan luka dengan teknik wet-dry dan dengan teknik balutan moist wound healing Dalam penelitian ini menggunakan Quasy-Eksperiment (Post-Test Control Group Design). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetic di kota Tarakan, dengan menggunakan Consecutive Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah 15 respoden dengan perawatan teknik moist healing dan 15 respoden dengan perawatan wet-dry Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi. Setelah itu data dianalisa dengan menggunakan uji statistik kolmogorov Smirnov. Hasil penelitian ini menunjukan nilai Signifikasi Kolmogorov Smirnov sebesar 1,643 yang berada dibawah nilai P; >0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada proses penyembuhan luka dengan menggunakan teknik moist healing dengan wet-dry. Kesimpulan dari penelitian ini perawatan luka pada ulkus diabetik dengan teknik moist healing lebih cepat proses penyembuhannya. Kata Kunci : Ulkus, Diabetic, Wet-dry, Moist Wound Healing. ABSTRACT 50% until 75% ekstermitas's amputations down is done on patient that suffers diabetes. Mature wound care it, tend utilizes to methodic wire-netting wrapping ”wet dry ”( Dry wet), wound care have experienced developing that really quick especially in two this last decade. Wound maintenance engineering most now “ Moist Wound Healing ”. To the effect this research to see wound healing process influence with tech wet dry and with moist wound healing's wrapping tech In observational it utilizes Quasy Eksperiment (Post is Control's Test Design's Group). Population in observational it is diabetic's patient at Tarakan's city, by use of Consecutive is Sampling. Sample on observational it is 15 respoden with moist healing's tech care and 15 respoden with wet dry's care Data Collecting by use of observation sheet. Data afterwards is

Upload: muhammad-agung-w

Post on 18-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

20140513155840_5446

TRANSCRIPT

LAMPIRAN : LUARAN PENELITIAN PENGARUH PERAWATAN LUKA TEKNIK BALUTAN WET-DRY DAN MOIST WOUND HEALING DENGAN HYDROCOLOID DRESSING PADA PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIK.TECH WOUND CARE INFLUENCE WET DRY'S WRAPPING AND MOIST WOUND HEALING WITH HYDROCOLOID DRESSING ON ULKUS DIABETIK'S HEALING .ABSTRAK50% hingga 75% amputasi ekstermitas bawah dilakukan pada pasien-pasien yang menderita diabetes. Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa wet-dry(Basah-kering), perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknik perawatan luka terkini Moist Wound Healing. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh proses penyembuhan luka dengan teknik wet-dry dan dengan teknik balutan moist wound healing Dalam penelitian ini menggunakan Quasy-Eksperiment (Post-Test Control Group Design). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetic di kota Tarakan, dengan menggunakan Consecutive Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah 15 respoden dengan perawatan teknik moist healing dan 15 respoden dengan perawatan wet-dry Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi. Setelah itu data dianalisa dengan menggunakan uji statistik kolmogorov Smirnov. Hasil penelitian ini menunjukan nilai Signifikasi Kolmogorov Smirnov sebesar 1,643 yang berada dibawah nilai P; >0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada proses penyembuhan luka dengan menggunakan teknik moist healing dengan wet-dry. Kesimpulan dari penelitian ini perawatan luka pada ulkus diabetik dengan teknik moist healing lebih cepat proses penyembuhannya.

Kata Kunci : Ulkus, Diabetic, Wet-dry, Moist Wound Healing.

ABSTRACT50% until 75% ekstermitas's amputations down is done on patient that suffers diabetes. Mature wound care it, tend utilizes to methodic wire-netting wrapping wet dry ( Dry wet), wound care have experienced developing that really quick especially in two this last decade. Wound maintenance engineering most now Moist Wound Healing . To the effect this research to see wound healing process influence with tech wet dry and with moist wound healing's wrapping tech In observational it utilizes Quasy Eksperiment (Post is Control's Test Design's Group). Population in observational it is diabetic's patient at Tarakan's city, by use of Consecutive is Sampling. Sample on observational it is 15 respoden with moist healing's tech care and 15 respoden with wet dry's care Data Collecting by use of observation sheet. Data afterwards is analysed by use of statistic quiz kolmogorov Smirnov. This observational result menunjukan assesses Signifikasi Kolmogorov Smirnov as big as 1,643 one lie under point p; >0,05. Thus can be concluded that exists distinctive signifikan's one on processes wound healing by use of tech moist healing with wet dry. Conclusion of this research wound care on ulkus diabetik with tech faster moist healing its healing process.

Key word: Ulkus, diabetic, Wet dry, Moist Wound Healing .PENDAHULUAN Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk beraksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti Diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperglikemia yang mengakibatkan sindrome hipeglikemia hiperosmoler nonketotik (HHNK) dan pada jangka panjang menyebabkan mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer. 50% hingga 75% amputasi ekstermitas bawah dilakukan pada pasien-pasien yang menderita diabetes. Rangkaian kejadiaan yang khas dalam proses ulkus diabetik pada kaki dimulai dengan cedera pada jaringan lunak kaki, pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau didaerah kulit yang kering atau pembentukan sebuah kalus. Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren merupakan penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. Perawatan rutin ulkus, pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan dirumah sakit membutuhkan biaya yang sangat besar tiap tahun dan menjadi beban yang sangat besar dalam sistem pemeliharan kesehatan. (Smeltzer dan Bare, 2002). Ulkus diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu neuropati, trauma, deformitas kaki, tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler. Pemeriksaan dan klasifikasi ulkus diabetik yang menyeluruh dan sistematik dapat membantu memberikan arahan yang adekuat. Secara fisiologis penyembuhan luka terjadi dengan cara yang sama pada semua pasien, dengan sel kulit dan jaringan kembali secara cepat atau lambat. Perkembangan pengetahuan tentang teknik perawatan luka terkini menjadi trend tersendiri di dunia keperawatan. Perawat sebagai pemberi layanan diharapkan memenuhi kebutuhan pasien/masyarakat akan pentingnya pemanfaatan ilmu terkini. Pemahaman Perawat yang benar tentang teknik perawatan luka terkini akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Banyak teknik perawatan luka dikembangkan diberbagai rumah sakit. Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa wet-dry(Basah-kering),Basah-Kering digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin digunakan untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering. Ketika kasa lembab menjadi kering, akan menekan permukaan jaringan, yang berarti segera harus diganti dengan balutan kering berikutnya. Hal ini mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu, tetapi juga menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan, metode wet- dry dianggap sebagai metode debridemen mekanik dan diindikasikan bila ada sejumlah jaringan nekrotik pada luka. (Perry dan Potter, 2002)Teknik perawatan luka terkini menggunakan prinsip lembab (moist) atau sering digunakan istilah Moist Wound Healing. Metode ini secara klinis akan meningkatkan epitelisasi 30-50%, meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %, rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat serta dapat mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka. Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan semi oklusive sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami, dapat mempercepat penyembuhan 45 % dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan parut residual. Penanganan luka ini saat ini terutama untuk luka kronik, seperti venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers. Teknik ini memiliki keuntungan luka cepat sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya perawatan luka. Hal ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya perawatan luka yang jelas sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.Perawatan luka secara benar sebagai upaya untuk membantu mempercepat proses penyembuhan perlu dikembangkan. Pada penelitian ini penulis ingin membandingkan bagaimana pengaruh perawatan luka ulkus diabetik dengan teknik balutan kasa Basah-Kering (wet-dry), dan teknik lembab (Moist Wound Healing) dengan menggunakan metode hydrocoloid dreesing terhadap percepatan penyembuhan luka. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi perawat dalam melaksanakan intervensi perawatan luka ulkus diabetik.METODOLOGI PENELITIANLokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan medikal bedah baik ruang Flamboyan dan ruang Dahlia RSUD Tarakan. Dimana Kedua ruang ini banyak merawat pasien dengan kasus Diabetes Mellitus dengan Ulkus Diabetic. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama Oktober sampai Desember 2013. Desain Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan Quasy-Eksperiment (Post-Test Control Group Design) untuk mencari pengaruh dari variabel dependen dan independen. Peneliti melakukan intervensi sebagian dari sampel yang ada dengan bahan balutan Kasa basah-kering dan balutan hydrocoloid sebagian sampel dengan bahan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik Chi-Square. Populasi, Sampel dan Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Melitus dengan ulkus diabetic yang dirawat di Ruang Flamboyan dan Dahlia RSUD Tarakan. sampel 15 pasien ulkus diabetic yang dilakukan perawatan luka dengan teknik moist wound Healing dan 15 pasien ulkus diabetic yang dilakukan perawatan luka dengan teknik wet-dry. Variabel independennya adalah balutan basah-kering (wet-dry) dan balutan lembab (moist wound healing dengan hydrocoloid dreesing). Variabel dependennya adalah penyembuhan luka. Definisi OperasionalPerawatan luka dengan menggunakan metode balutan basah-kering (wet-dry) dan balutan lembab (moist wound healing dengan hydrocoloid dressing) pada pasien Diabetes Melitus dengan ulkus diabetic yang dirawat di Ruang Flamboyan dan Dahlia RSUD Tarakan. Penyembuhan luka yang dilakukan penilaian dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan. Berdasarkan penelitian Julia Mees et all tentang treatment options for postoperatively infected abdominal wall wounds healing by secondary intention membagi tiga kategori dalam penyembuhan luka yaitu: Cepat: 21 -14, Sedang: 13 7 Lambat: 6 - 0. Tabel 1. Clinical wound Score (range, 0-21, with 0-21; with 0= no healing potential and 21= maximum healing potential) with assement of quality and progress of healing. (Julia Mees et all, 2012)CATEGORYDESCRIPTIONPOINTS

Necrosis Complete 0

75%1

50%2

25%3

Absent4

Granulation Absent0

25%1

50%2

75%3

Complete4

Exudation (Quantity)High0

Medium 1

Moderately-absent2

Exudation (quality)PurulentYellow-creamy 0

Purulent-serous Yellow-clear1

Serous Aqueous 2

Color of granulation tissue NecroasisBlack 0

Scar/fasciaWhite 1

Fibrin Yellow 2

Moderate granulation Pale pink 3

Medium granulationPink 4

Strong granulation Red 5

Consistency of granulationSpongy 0

Soft1

Firm 2

Surrounding Skin InfectedBright Red 0

Less vasculatedPale/ white 1

Vital Cutaneous 2

Maximum Total score 21

Data yang sudah terkumpul dilakukan pengujian dengan menggunakan uji statistik Chi-Square untuk mengetahui perbandingan antara dua perlakuan dengan tingkat kemaknaan p < 0,05. Tujuan dari analisis diatas adalah untuk mengetahui signifikansi pengaruh perawatan luka dengan menggunakan teknik balutan basah-kering (wet-dry) dan Teknik basah-lembab (moist wound healing hydrocoloid dressing) terhadap percepatan penyembuhan luka.HASIL DAN PEMBAHASANHASIL Telah didapatkan data dari 15 responden yang diberikan perlakuan perawatan luka dengan menggunakan teknik moist wound healing. Sesuai dengan karakteristik responden yang sudah dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu pasien diabetes melitus dengan ulkus diabetic. Dengan hasil penyembuhan luka cepat sebanyak 60% (9 responden), 33% (5 responden) dengan proses penyembuhan luka dalam waktu yang sedang, dan yang mengalami proses penyembuhan luka yang lambat ada 7% (1 responden).

Gambar 1. Distribusi Proses penyembuhan luka dengan teknik modern/ Moist healing

Perawatan luka balutan basah-kering (wet-dry)Dari 15 responden yang diberikan perlakuan perawatan luka dengan balutan basah-kering didapatkan hasil penyembuhan luka dengan kategori cepat sebanyak 14% (2 responden), sedang sebanyak 20% (3responden), dan lambat sebanyak 66% (10 responden).

Gambar 2 Diagram Distribusi proses penyembuhan luka dengan teknik Wet-dry

Perawatan luka basah-kering yang diberikan kepada responden dengan teknik perawatan luka yang sama. Terlihat perbedaan hasil untuk perawatan luka dengan menggunakan metode balutan basah-kering dengan metode balutan lembab. Terlihat metode balutan yang diberikan dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka. Hasil Analisa Tabel 2 Hasil Uji Kolmogorov-SmirnovMetode perawatan lukaP

CepatSedangLambatNormal

N%N%N%N%

Wet-dry214%320%1020%1550%

1.643

Moist wound healing960%533%133%1550%

Total1174%853%1153%30100%

Berdasarkan hasl uji Kolmogorov- Smirnov nilai Significancy menunjukan angka 1.643 Oleh karena p> 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara perawatan luka dengan teknik wet-dry dengan wound healing dengan penyembuhan ulkus diabetik.

Di Lihat dari diagram dapat dilihat bahwa perawatan luka modern dressing atau biasa disebut dengan moist healing lebih cepat dalam proses penyembuhannya. Sedangkan pada perawatan luka dengan menggunakan wet dry luka proses penyembuhan luka menjadi lebih lambat.

PEMBAHASAN Proses Penyembuhan dengan teknik perawatan Moist Healing

Pada penelitian ini dikaji penyembuhan dengan melakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik Moist Healing. Moist healing merupakan suatu metode perawatan luka dengan memberikan lingkungan yang tepat dibutuhkan oleh luka sehingga proses penyembuhan luka sesuai dengan fase penyembuhan luka atau bahkan lebih cepat. Prinsip penyembuhan luka salah satunya adalah kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, maka perawatan dengan menggunakan metode moist healing yaitu menyesuaikan apa yang dibutuhkan oleh luka dalam setiap fase penyembuhannya. Sehingga penyembuhan luka dapat menjadi lebih optimal.Dari hasil penelitian dapat dilihat proses penyembuhan luka dengan menggunakan perawatan luka dengan teknik moist healing lebih banyak mengalami waktu yang cepat dengan 60% (9 Responden), 33% (5 Responden) mengalami proses penyembuhan dalam waktu yang sedang, dan 7% (1 Responden) mengalami proses penyembuhan yang lambat. Proses Penyembuhan dengan teknik perawatan wet-dry Apabila menggunakan balutan yang basah akan menjadi kering karena dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar. Apabila balutan menjadi lebih kering akan sangat sulit untuk membuka balutan tersebut saat ingin dilakukan perawatan luka kembali. Jaringan-jaringan yang ada disekitar luka akan ikut terangkat pada saat balutan diangkat dari luka. Tidak peduli apakah itu adalah jaringan yang sudah berepitelisasi ataukah jaringan nekrotik. Untuk jaringan nekrotik sendiri membutuhkan lingkungan luka yang lembab agar dapat mengakat jaringan nekrotik tersebut. Konsistensi jaringan nekrotik adalah keras sehingga butuh balutan yang dapat menjadikan jaringan tersebut lunak. Sedangkan untuk jaringan epitelisasi memiliki sifat yang berbeda dengan jaringan nekrotik. Jaringgan epitelisasi sangat lunak sehingga mudah untuk pecah. Dapat dilihat, pada perawatan luka dengan menggunakan teknik wet-dry penyembuhan luka 66% (10 responden) mengalami penyembuhan luka yang lambat, 20% (3responden) mengalami penyembuhan luka yang sedang dan 14% (2 responden) yang proses penyembuhan luka cepat. Perbedaan penyembuhan luka dengan teknik perawatan moist healing dan wet dry Dari penelitian ini dapat jelaskan perbedaan antara penyembuhan luka dengan menggunakan teknik moist healing lebih cepat dibandingkan dengan teknik balutan wet dry Untuk membuktikan perbedaan adanya perbedaan antara proses penyembuhan luka dengan teknik moist healling dan wet dry dilakukan uji statistik alternatif Kolmogorov Smirnov. Setelah dilakukan penghitungan menggunakan program SPSS for Windows, menunjukan nilai Signifikasi Kolmogorov Smirnov sebesar 1,643 yang berada dibawah nilai P; >0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada proses penyembuhan luka dengan menggunakan teknik moist healing dengan wet-dry. Menurut teori perawatan luka dengan menggunakan balutan moist healing memberikan lingkungan luka dalam keadaan lembab sehingga dapat mempersiapkan proses penyembuhan luka sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan pada fase penyembuhan luka. Sedangkan penggunaan balutan basah kering menurut teori adalah sebagai balutan dengan menggunakan cara sekunder dan tersier. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa proses penyembuhan luka dengan menggunakan teknik moist healing lebih cepat penyembuhannya daripada dengan menggunakan tekhnik balutan basah kering. Selain itu teknik moist healing tidak memberikan nyeri maupun perdarahan saat balutan diangkat dari luka. Sedangkan untuk penggunaan perawatan luka balutan basah kering akan sangat sulit saat ingin membuka balutan tersebut dikarenakan balutan tersebut menjadi kering dan akan menimbulkan nyeri dan juga perdarahan apabila balutan tersebut diangkat.Balutan moist healing bersifat lembut dan dapat mengembang apabila luka mempunyai jumlah eksudat yang banyak dan tetap memberikan kesan lembab dan mencegah kontaminasi dari bakteri yang ada diluar luka. Untuk balutan basah kering apabila luka memiliki eksudat dalam jumlah banyak maka harus segera diganti balutannya. Terutama apabila eksudat tersebut sampai merembes keluar dari balutan yang menyebabkan balutan tampak kotor. Perawatan luka dengan menggunakan teknik basah kering sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar. Dapat menyebabkan luka menjadi terlalu basah apabila balutan terlalu basah sehingga menyebabkan vaskularisasi pada luka menjadi terganggu dan menyebabkan malserasi. Apabila balutan terlalu kering maka menjadi sulit untuk mengganti balutan luka. Sedangkan untuk teknik balutan modern dressing tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar karena lapisan balutan tertutup rapat. Perawatan luka juga selain didukung dengan tekhnik perawatan luka yang diberikan tetapi juga dapat memperhatikan prinsip penyembuhan luka lainnya. Salah satunya adalah dengan nutrisi karena nutrisi berperan penting dalam pembentukkan kolagen. Mengkonsumsi makanan tinggi protein selalu disarankan untuk membantu proses penyembuhan luka. Sehingga semua dasar prinsip penyembuhan luka berperan penting dalam proses penyembuhan luka itu sendiri.

PENUTUPKesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang proses penyembuhan luka pada pasien dengan ulkus diabetik dengan menggunakan teknik perawatan balutan Moist dan Wet-Dry. Maka dapat disimpulkan tiga hal yaitu : Pada pasien dengan ulkus diabetik yang perawatan luka dengan menggunakan moist healing cenderung proses penyembuhan lukanya lebih cepat. Namun beberapa pasien yang dilakukan perawatan dengan moist healing yang proses penyembuhannya sedang dan lambat. Pada pasien yang perawatan luka dengan menggunakan wet-dry cenderung proses penyembuhannya lebih lambat. Selain itu suhu lingkungan sekitar yang mempengaruhi Perawatan luka dengan menggunakan teknik basah kering menyebabkan luka menjadi terlalu basah apabila balutan terlalu basah sehingga menyebabkan vaskularisasi pada luka menjadi terganggu dan menyebabkan malserasi. Apabila balutan terlalu kering maka menjadi sulit untuk mengganti balutan luka.Dari hasil uji statistik didapatkan adanya perbedaan antara proses penyembuhan dengan teknik moist healing dan wet-dry yaitu nilai Signifikasi Kolmogorov Smirnov sebesar 1,643 yang berada dibawah nilai P; >0,05.

Saran Dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :

Bagi perawat Dalam Perawatan luka dapat dilakukan dengan teknik balutan Moist Healing yang mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan laju epitelisasi, dapat menurunkan kejadiaan infeksi, lebih efektif dan efisien dalam biaya juga dapat memberi keuntungan psikologis dan mudah digunakan.

Bagi Peneliti lain Diharapkan dapat meneruskan penelitian ini dengan menambah jumlah sampel pada kedua kelompok penelitian atau meningkatan penelitian dengan menggunakan metode eksprimental pada hewan coba.

DAFTAR PUSTAKA

Adimas. (2008). Cara Perawatan dengan Modern Dressing. http:// Mediacastore.com Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.Dahlan Sopiyudin. (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta: Salemba MedikaDoenges, M. E. et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi. 3. Jakarta : EGC.Istikomah Nurul. 2010. Perbedaan Perawatan Luka Dengan Menggunakan Povodine Iodine 10% Dan Nacl 0,9% Terhadap Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi Prostatektomi Di Ruang Anggrek Rsud Tugurejo Semarang. Abstrak. Program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran universitas diponegoro semarangJulia Mees and Wolf Arif . (2012). Treatment Options for Post operatively infected abdominal wall wound healing by secondary intention. (http://www. ebscohost.co.id di akses 10 oktober 2013)Morison, J. Moya. (2004). Manajemen Luka. Jakarta. EGC. Morton. et al. (2012). Keperawatan Kritis Volume 2.Edisi 8. Jakarta. EGCNursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.Jakarta Perry dan Potter. (2002). Buku Ajar Fundamental Of Nursing, Volume 1, Edisi 4. Jakarta. EGC. Supriyanti dkk. (2007). Efektifitas Penggunaan Kompres Metronidazol dan NaCl 0.9% Terhadap Proses Penyembuham luka Diabetik di RSUD Mergono soekarjo Purwokerto.(http://www. ebscohost.co.id di akses 10 oktober 2013)Smeltzer dan Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, Edisi 8. Jakarta.EGC Sylvia A. Prince, Lorraine M. Wilson (2006). Patofisiologi, Edisi 4. Jakarta : EGC.Sujono dan Sukarmin. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Esokrin & Endokrin Pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu.Suzzane dan Brenda. (2002). Buku Ajar Keperawartan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCWahidin Abun. 2013. Perawatan luka modern dressing. (http ://Mediacostore.com diakses tanggal 13 Maret 2013)