2012-1-48401-821309014-bab4-10082012035819
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian
Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif Formalin dalam sampel Mie basah
Sampel PereaksiHasil Uji
(+/-)Keterangan
Sampel A
Pereaksi Schiff Negatif (-) Tidak terjadi perubahan warna
Pereaksi
TollensNegatif (-) Tidak terbentuk cermin perak
Pereaksi
FehlingNegatif (-) Tidak terbentuk endapan merah bata
Sampel B
Pereaksi Schiff Negatif (-) Tidak terjadi perubahan warna
Pereaksi
TollensNegatif (-) Tidak terbentuk cermin perak
Pereaksi
FehlingNegatif (-) Tidak terbentuk endapan merah bata
Sampel C
Pereaksi Schiff Negatif (-) Tidak terjadi perubahan warna
Pereaksi
TollensNegatif (-) Tidak terbentuk cermin perak
Pereaksi
FehlingNegatif (-) Tidak terbentuk endapan merah bata
\
1.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya formalin yang
terkandung dalam mie basah.Sampel mie basah yang diperiksa adalah tiga sampel
yang terdiri dari sampel A yaitu mie basah (produksi berasal dari Biawu)sampel B
yaitu mie basah (produksi dari Telaga)dan sampel C mie basah (produksi dari
Limboto)yang dijual di Pasar Sentral Kota Gorontalo.Dimana sampel diambil
pada saat mie basah yang telah diproduksi dan telah di distribusikan di Pasar
Sentral Kota Gorontalo.
Dalam penelitian ini tekhnik uji yang dilakukan yakni secara kualitatif
menggunakan tiga pereaksi yaitu pereaksi schiff, pereaksi fehling, dan pereaksi
tollens.Sebelum mengidentifikasi formalin pada sampel, maka terlebih dahulu
dilakukan reparasi sampel. Mula-mula sampel mie basah dihaluskan dengan cara
digerus dalam lumpang. Kemudian sampel yang telah halus ditimbang sebanyak 5
gram dan dilarutkan dalam 50 ml aquadest. Selanjutnya ditambahkan dengan 1 mlH PO campuran diaduk hingga homogen, dan dimasukkan kedalam labu
destilasi yang telah dihubungkan dengan pendingin balik. Destilat yang diperoleh
dari proses destilasi diatas selanjutnya akan diidentifikasi dengan pereaksi schiff,
pereaksi tollens dan pereaksi fehling.
1.2.1 Uji Kandungan Formalin dengan pereaksi schiff
Pereaksi schiff dibuat terlebih dahulu sebelum dilakukan
pengujian.Pereaksi Schiff yang telah dibuat selanjutnya akan digunakan untuk
menguji formalin. Prosedur kerja yang dilakukan untuk menguji formalin dengan
pereaksi Schiff adalah 1 ml destilat yang diperoleh dari proses destilasi sampel
dipipet dengan 1 ml H SO pekat secara hati-hati dan perlahan-lahan. H SO ini
dialirkan perlahan-lahan melalui dinding tabung reaksi, hal ini dimaksudkan agar
pembentukan warna ungu dapat teratur dan dapat terlihat jelas.Selanjutnya
ditambahkan 1 ml pereaksi schiff.Perlakuan ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk
ketiga macam sampel uji.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari ketiga macam sampel mie
basah yang dianalisis tidak terjadi perubahan warna menjadi ungu yang
merupakan indikator adanya senyawa formalin.Hal ini berarti bahwa ketiga
sampel mie basah negatif atau tidak mengandung formalin.
Dari hasil pengujian menggunakan pereaksi schiff sampel negatif atau
tidak mengandung formalin. Hasil tersebut dilakukan uji pembanding dengan
bahan formalin. Suatu pereaksi schiff direaksikan dengan senyawakelompok
aldehid,maka akan menghasilkan warna ungu. Pereaksi schiff tidak dapat bereaksi
dengan kelompok aldehid dalam bentuk hidrat. Pereaksi schiff digunakan untuk
menunjukan adanya gugus aldehid.
Pada uji pembanding ini formalin dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 1-2 tetes pereaksi schiff. Perubahan yang terjadi adalah
pada tabung yang berisi formalin warnanya menjadi ungu dan menunjukan bahwa
formalin mengandung gugus aldehid. Perubahan ini dihasilkan dari formalin yang
merupakaan gugus aldehid (Keenan dan Klenfleiter, 1986).
1.2.2 Uji Kandungan Formalin dengan pereaksi Tollens
Pereaksi tollens dibuat terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian.
Setelah membuat pereaksi tollens, selanjutnya dilakukan uji oksidasi aldehid
(formalin) dengan pereaksi tollens yang telah dibuat. Prosedur kerja yang
dilakukan adalah sebanyak 1 ml hasil destilat dimasukkan kedalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan dengan 1 ml pereaksi tollens, yang selanjutnya
dimasukkan dalam penangas air dan campuran tersebut dipanaskan hingga
terbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi. Menurut Fessenden (1986),
pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Perlakuan ini dilakukan
sebanyak tiga kali untuk ketiga macam sampel uji.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak terbentuknya cermin perak
selama proses pemanasan, hal ini berarti bahwa sampel negatif atau tidak terdapat
kandungan formalin. Dalam pengujian ini, diduga tidak mengandung senyawa
aldehid (formalin), melainkan hanya mengandung senyawa keton, sehingga tidak
terjadi oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat atau dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa pereaksi tollens tidak dapat tereduksi menjadi logam perak
yang dapat menghasilkan cermin perak pada tabung reaksi.
Pereaksi Tollens digunakan untuk membuktikan adanya gugus aldehid
bersifatreduktor. Reaksi tersebut menunjukan hasil positif jika terbentuk endapan
cerminperak. Kandungan tollens A terdiri dari AgNO dan tollens B terdiri dari
NH berlebih, sehingga jika dicampurkan endapan menjadi larut.
Dalam uji pembanding ini prosedur yang dilakukan yakni, formalin
sebanyak 1 ml di dalam tabung reaksi ditetesi 5 tetes Tollens lalu digojog.
Menurut Fessenden (1986) penggojogan berfungsi untuk menimbulkan tumbukan
antar partikelyang dapat mempercepat terjadinya reaksi antara formalin dengan
pereaksi Tollens. Kemudian larutan yang telah digojog dipanaskan sampai
timbulgelembung. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Perubahan
yang terjadi warna formalin berubah menjadi hitam dan terbentuk cermin perak
dipermukaan. Pemanasan dilakukan untuk mengoksidasi aldehid sehingga
terbentuk gugus karboksil (COO- ).
1.2.3 Uji Kandungan Formalin dengan pereaksi Fehling
Larutan fehling A dan fehling B dengan volume sama banyak, yaitu 1 ml
fehling A dicampurkan dengan 1 ml fehling B.
Setelah membuat pereaksi Fehling, selanjutnya dilakukan uji oksidasi
aldehid (formalin) dengan pereaksi fehling yang telah dibuat. Prosedur kerja yang
dilakukan adalah dengan mengambil hasil destilat sebanyak 1 ml dan dimasukkan
dalam tabung reaksi; kemudian ditambahkan pereaksi fehling A dan fehling B
dengan volume yang sama yaitu sebanyak 1 ml; tabung reaksi tersebut kemudian
dimasukkan dalam penangas air yang selanjutnya dipanaskan. Selama proses
pemanasan diamati perubahan yang terjadi, dimana apabila terjadi perubahan
warna menjadi orange dan terdapat endapan merah bata maka sampel yang diuji
positif mengandung formalin. Perlakuan ini dilakukan pada ketiga sampel mie
basah.
Hasil pengamatan dari ketiga sampel mie basah yang didapatkan yaitu
tidak terjadi perubahan warna dan tidak terdapat endapan merah bata, hal ini
berarti bahwa sampel negatif atau tidak terdapat kandungan formalin.
Pada uji pembanding pada pereaksi fehling ini digunakan larutan formalin
sama halnya dengan perlakuan pada pereaksi schiff dan tollens. Setelah formalin
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan reagen Fehling A
&Fehling B masing-masing 1 ml. Lalu dipanaskan diatas penangas air, terjadi
perubahan warna menjadi orange dan terjadi endapan. Pemanasan dilakukan
karena pereaksi fehling kurang stabil pada larutan dingin (temperatur rendah)
sehingga dibutuhkan pemanasan agar fehling stabil. Perubahan warna terjadi
karena senyawa aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat dan terbentuk
endapan Cu O berwarna merah bata (Fessenden, 1986).
Hasil pengamatan yang diperoleh adalah, pada uji schiff terjadi perubahan
warna ungu, kemudian pada uji fehling terdapat endapan pada dasar tabung reaksi
setelah pemanasan, dan pada uji tollens terbentuk cermin perak pada dinding
tabung reaksi.
Hasil ini sangat berbeda dengan hasil yang diperoleh pada uji kualitatif
sampel mie basah. Dimana pada uji kualitatif dengan ketiga sampel tidak
menunjukkan hasil yang sama ketika hasil awal ditambahkan zat formalin. Hal ini
berarti bahwa ketiga sampel tidak mengandung senyawa formalin.
Uji pembanding (blanko) sebagai acuan untuk dapat membuktikan bahwa
uji schiff, tollens, dan fehling merupakan pengujian yang dilakukan untuk
membuktikan adanya kandungan formalin dalam suatu makanan.
Uji kualitatif untuk mengidentifikasi formalin dalam makanan dapat
dilakukan juga dengan pereaksi lain yaitu menggunakan pereaksi FeCl ,
penelitian dengan pereaksi ini telah dilakukan oleh Aries Nila Fadilla di kota
semarang yang menunjukkan hasil bahwa sampel mie basah yang diteliti
terbentuk cincin ungu, secara kualitatif hasil tersebut menuunjukkan adanya zat
formalin. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aries Nila Fadilla dapat
dijadikan pedoman bahwa di Kota lain sudah terbukti menggunakan formalin
sebagai pengawet makanan, yang hal tersebut sangat berbahaya bagi tubuh.
Meskipun hasil yang ada di Kota Gorontalo negatifnamun harus tetap hati-hati
dalam mengonsumsi mie basah.