bab ii tinjauan pustaka 2.1 uraian umum tentang...

25
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG INSTANSI 2.1.1 Rumah Sakit Menurut Permenkes 159 b/MENKES/II/1988 Rumah Sakit adalah Sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan, dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian (Siregar, 2003). Rumah sakit adalah suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan Nasional mempunyai serta mengemban tugas dalam upaya pelayanan kesehatan seluruh lapisan masyarakat Menurut WHO Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna, pelayanan kuratif, pelayanan preventif, pelayanan rawat jalan, pusat latihan tanaga kesehatan dan pusat penelitian biomedik. Rumah sakit didirikan dengan maksud agar dapat memberikan pelayanan dan harus mampu menjalankan fungsi-fungsinya sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai sehingga rumah sakit diklasifikasi didasarkan : pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan. Ada 4 (empat) kelas yaitu: 1) Kelas A Kelas A yaitu kelas yang mempunyai fasilitas dan kemampuan Pelayanan medis Spesialistik luas dan Sub spesialistik luas

Upload: ngokhue

Post on 09-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 URAIAN UMUM TENTANG INSTANSI

2.1.1 Rumah Sakit

Menurut Permenkes 159 b/MENKES/II/1988 Rumah Sakit adalah Sarana

upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan,

dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian (Siregar, 2003).

Rumah sakit adalah suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan

Nasional mempunyai serta mengemban tugas dalam upaya pelayanan kesehatan

seluruh lapisan masyarakat

Menurut WHO Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial

dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna, pelayanan kuratif,

pelayanan preventif, pelayanan rawat jalan, pusat latihan tanaga kesehatan dan pusat

penelitian biomedik.

Rumah sakit didirikan dengan maksud agar dapat memberikan pelayanan dan

harus mampu menjalankan fungsi-fungsinya sehingga tujuan yang diharapkan dapat

tercapai sehingga rumah sakit diklasifikasi didasarkan : pada unsur pelayanan,

ketenagaan, fisik dan peralatan. Ada 4 (empat) kelas yaitu:

1) Kelas A

Kelas A yaitu kelas yang mempunyai fasilitas dan kemampuan Pelayanan

medis Spesialistik luas dan Sub spesialistik luas

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

5

2) Kelas B

Kelas B yaitu kelas yang mempunyai fasilitas dan kemampuan Pelayanan

medis sekurang–kurangnya 11 Spesialistik dan Sub spesialistik terbatas.

3) Kelas C

Kelas C yaitu kelas yang mempunyai fasilitas dan kemampuan Pelayanan

medis Spesialistik Dasar

4) Kelas D

Kelas D yaitu kelas yang mempunyai fasilitas dan kemampuan Pelayanan

medis dasar

RS dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut :

1) Klasifikasi berdasarkan kepemilikan

Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas rumah sakit pemerintah. Di

Negara kita ini, rumah sakit pemerintah terdiri atas rumah sakit vertical yang

langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan yaitu rumah sakit pemerintah daerah,

rumah sakit militer, dan rumah ssakit BUMN. Rumah sakit lain berdasarkan

kepemilikan ialah rumah sakit yang dikelolah oleh masyarakat atau sering disebut

rumah sakit sukarela. Rumah sakit sukarela ini terdiri atas rumah sakit hak milik dan

rumah sakit nirlaba. Rumah sakit hak milik ialah rumah sakit bisnis yang tujuan

utamanya adalah mencari laba (profit). Rumah sakit yang berafiliasi dengan

organisasi keagamaan pada umumnya beroperasi bukan untuk maksud membuat laba,

tetapi adalah nirlaba. Rumah Sakit nirlaba mencari laba sewajarnya saja, dan laba

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

6

yang diperoleh Rumah sakit ini digunakan sebagai modal peningkatan sarana fisik,

perluasan dan penyempurnaan mutu kepentingan penderita (Siregar, 2003).

2) Klasifikasi berdasarkan Jenis Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanannya, RS terdiri atas RS umum dan RS khusus. RS

umum member pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis kesakitan,

memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti

penyakit dalam, bedah, pediatric, psikiatri, ibu hamil dan sebagainya. RS khusus

adalah RS yang member pelayanan diagnosis dan pengobatan untuk penderita dengan

kondisi medic tertentu baik bedah maupun non bedah, seperti RS; kanker, bersalin,

psikiatri, pediatric, mata, lepra, tuberculosis, ketergantungan obat, RS rehabilitas dan

penyakit kronis (Siregar, 2003).

3) Klasifikasi berdasarkan Lama Tinggal Di RS

Berdasarkan lama tinggal. RS terdiri atas RS perawatan jangka pendek dan

jangka panjang. RS perawatan jangka pendek adalah RS yang merawat penderita

selama rata-rata kurang dari 30 hari, misalnya penderita dengan kondisi penyakit akut

dan kasus darurat, biasanya dirawat di RS kurang dari 30 hari. RS umum pada

umumnya adalah RS perawatan jangka pendek karena penderita yang dirawat adalah

penderita kesakitan akut yang biasanya pulih dalam waktu kurang dari 30 hari.

Sebaliknya, RS perawatan jangka panjang adalah RS yang merawat penderita dalam

waktu rata-rata 30 hari atau lebih. Penderita demikian mempunyai kesakitan jangka

panjang, seperti kondisi psikiatri (Siregar, 2003).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

7

4) Klasifikasi Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur

RS pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat tidur sesuai

pola berikut;

a. Di bawah 50 tempat tidur

b. 50-99 tempat tidur

c. 100-199 tempat tidur

d. 200-299 tempat tidur

e. 300-399 tempat tidur

f. 400-499 tempat tidur

g. 500 tempat tidur dan lebih (Siregar, 2003).

5) Klasifikasi Berdasarkan Afiliasi Pendidikan

RS berdasarkan afiliasi pendidikan terdiri atas dua jenis, yaitu RS pendidikan

dan RS nonpendidikan. RS pendidikan adalah RS yang melaksanakan program

pelatihan residensi dalam medic, bedah, pediatric, dan bidang spesialis lain. Dalam

RS demikian, residen melakukan pelayanan/perawatan penderita dibawah

pengawasan staf medic RS. RS yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan

tidak ada afiliasi RS dengan universitas disebut RS non pendidikan (Siregar, 2003).

6) Klasifikasi Berdasarkan Status Akreditas

RS berdasarkan status akreditas terdiri atas RS rumah sakit yang diakreditas

dan RS yang belum diakreditas. RS telah diakreditas adalah RS yang telah diakui

secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu

RS telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu (Siregar, 2003).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

8

2.1.2 Profil RSUD. BLUD. Dr. MM. Dunda

1) Sejarah Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Dr. M.M Dunda adalah Rumah Sakit pemerintah yang

terletak di wilayah administrasi Kabupaten Gorontalo.

Rumah Sakit Umum Dr. M.M Dunda mempunyai luas 19.875 m2

dan luas

bangunan 6.990,237 m2 dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 193 buah. Insalasi

rawat jalan dilayani oleh 12 klinik yakini : poli umum, poli anak, poli bedah, poli

penyakit dalam, poli mata, poli gigi, poli THT, poli obsetri dan Ginekologi, poli

Gastrohepatologi, poli jantung dan pembuluh darah, poli gizi dan poli syaraf.

Karyawan saat ini berjumlah 348 orang terdiri dari pegawai negeri sipil 200 orang,

tenaga honor 31 orang, tenaga kontrak 65 orang, dan tenaga abdi 54 orang.

Badan pengelola Rumah Sakit Umum Dr. M.M Dunda yang semula bernama

Rumah Sakit Umum Limboto adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten

Gorontalo yang berlokasi di wilayah adminstrasi Kabupaten Gorontalo, didirikan

pada tanggal 25 November 1963 dengan kapasitas awal tempat tidur 29 buah.

Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 171/Menkes/SK/1994

RSU Dr M.M Dunda ditetapkan menjadi RSU kelas C yang peresmiannya pada

tanggal 19 September 1994 bersamaan dengan penggunaan nama RSU Dr. M.M

Dunda yang diambil dari nama seorang perintis kemerdekaan yang telah

mengabdikan dirinya di bidang kesehatan sehingga diabadikan menjadi nama Rumah

Sakit Umum Daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo yang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

9

berkedudukan sebagai unit pelaksana Pemerintah Kabupaten Gorontalo di bidang

pelayanan kesehatan masyarakat.

Dalam perkembangannya, RSU Dr. M.M Dunda menjadi badan Pengelola

berdasarkan SK Bupati Gorontalo Nomor 171 tahun 2002 tentang pembentukan

organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum daerah Dr. M.M Dunda Kab.

Gorontalo. Sehingga sejak tahun anggaran 2001 Rumah Sakit Umum daerah Dr. M.M

Dunda Kab. Gorontalo mulai dikembangkan secara bertahap dengan biaya dari dana

rutin, APBD, APBN, dan hngga kini mempunyai kapasitas perawatan sebanyak 193

buah tempat tidur.

2) Identitas RSUD Dr. M.M. Dunda

Identitas Rumah Sakit dapat dilihat sebagaimana tersebut dibawah ini

Tabel 1. Identitas Rumah Sakit

Nama Rumah Sakit

Kode Rumah Sakit

Alamat Rumah Sakit

Nomor Telepon

Nomor Fax

Jumlah Tempat Tidur

Kelas Rumah Sakit

Status Penggunaan

Status Pengelolaan

Nama Kepala Rumah Sakit

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Badan Pengelola RSUD Dr. M.M.

Dunda Kabupaten Gorontalo

7101013

Jln. Jend. A.Yani No. 53 Kec.

Limboto, Kabupaten Gorontalo

0435 – 881445

0435 – 881095

194 Buah

C+

Non Pendidikan

Non Swadaya

Dr. Nuryana Alinti, M. Kes

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

10

Pemilik Rumah Sakit

Tahun Mulai Operasional

Luas

:

:

:

PEMDA Kabupaten Gorontalo

1963

6.990,237 M2

2.1.3 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi farmasi merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit yang

memberikan pelayanan produk bersifat nyata (tangible) dan pelayanan farmasi klinik

bersifat tidak nyata (intangible) bagi konsumen (penderita, dokter, perawat,

professional kesehatan lain, dan masyarakat rumah sakit). (Anief, 1995) Walaupun

instalasi farmasi RS merupakan salah satu dari banyak bagian atau divisi dari RS, ia

mempunyai pengaruh yang sangat besar pada perkembangan profesional RS dan juga

terhadap ekonomi dan biaya operasional total RS, disebabkan hubungan timbal

baliknya dengan dan saling tergantungnya pelayanan-pelayanan lain pada IFRS.

IFRS adalah satu-satunya bagian atau divisi di RS yang bertanggung jawab

penuh atas pengelolaan dan pengendalian seluruh sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan lain yang beredar dan digunakan di RS. Mulai dari perencanaan, pemilihan,

penetapan spesifikasi, pengadaan, pengendaliaan mutu, penyimpanan, serta

dispensing, distribusi bagi penderita, pemantauan efek, pemberian informasi, dan

sebagainya, semuanya adalah tugas, fungsi, serta tanggungn jawab IFRS.

Dalam praktik farmasi komunitas, apoteker menyadari secara mendalam

hubungan tritunggal dokter-penderita-apoteker. Dalam pratik komunitas, dokter

mendiagnosis dan menulis resep, apoteker men-dispensing obatnya dan penderita

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

11

mengonsumsi obat resep tadi atau paling tidak dikonsumsikan padanya, di bawah

kondisi tertentu oleh anggota keluarganya.

IFRS (W.E.HASSAN JR.) adalah suatu departemen / system pelayanan dalam

suatu RS yang dibawah pimpinan seorang apoteker yang berkompeten dalam hal :

a) Menyediakan obat-obat untuk unit perawatan dan bidang lain

b) Mengarsipkan resep-resep khusus untuk pasien, pasien rawat jalan dan pasien luar.

c) Membuat obat-obatan

d) Menyalurkan, membagikan obat-obatan narkotika dan yang diresepkan

e) Menyimpan dan membagikan preparat-preparat biologis

f) Membuat, menyiapkan dan mensterilkan preparat-preparat parenteral

g) Menyediakan serta membagikan keperluan-keperluan tersebut secara professional.

Tujuan Farmasis Rumah Sakit (menurut ‘American Society of Hospital

Pharmacists’) adalah

a) Turut berpartisipasi aktif dalam penyembuhan penderita dan memupuk tanggung

jawab dalam profesi dengan landasan filosofi dan etika

b) Mengembangkan ilmu dan profesi dengan konsultasi, pendidikan dan penelitian

c) Mengembangkan kemampuan administrasi, management, penyediaan obat dan

alkes di RS

d) Meningkatkan keterampilan tenaga farmasi yang bekerja di RS

e) Memperhatikan kesejahteraan staff dan pegawai di lingkungan instalasi farmasi

rumah sakit

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

12

2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda

1) Personalia IFRS RSUD Dr. M.M Dunda

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi rumah sakit, pimpinan rumah sakit

adalah seorang dokter, dibantu oleh beberapa tenaga kesehatan lainnya yang

memenuhi syarat termasuk apoteker, asisten apoteker, perawat, sarjana kesehatan

masyarakat, sarjana farmasi dan sejumlah personel pendukung yang memadai dan

memenuhi syarat.

Personel pendukung terdiri dari, teknisi, dan tenaga administrasi. Personel

pendukung diperlukan untuk meminimalkan penggunaan tenaga dalam tugas yang

tidak memerlukan professional.

Personal pendukung terdiri dari asisten apoteker, teknisi, sarjana farmasi dan

tenaga administrasi. Tujuan personal pendukung ini untuk meminimalkan

penggunaan apoteker dalam tugas yang tidak memerlukan pertimbangan professional.

Dalam Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M. Dunda Limboto, terdapat dua

apotek yang penanggung jawabnya adalah apoteker, dan masing-masing apotek ada

tenaga administrasi yang membantu pengentrian pelayanan resep. Tenaga apoteker

dan asisten apoteker belum tersedia cukup sehingga tingkat pelayanan farmasi masih

sangat rendah.

Untuk tenaga dalam gudang farmasi RS Dr. M.M. Dunda, penanggung

jawabnya bukan apoteker tetapi tenaga administrasi. Hal itu disebabkan kekurangan

apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

Rincian personel IFRS Dr. M.M. Dunda adalah sebagai berikut:

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

13

a) Apoteker

1. Yosita Tangnga S.Si, Apt

2. Sakinah Ali S.Si, Apt

3. Andi Makkulawu S.Farm, Apt

4. Hidayat Ahmad S.Farm, Apt

5. Citra U. Tapo S.Farm, Apt

6. Ambo Adam S.Farm, Apt

b) Tenaga Teknis Kefarmasian

1. Herlinawaty Lahay (lulusan SMF)

2. Ilma Sidiki (lulusan SMA)

3. Harmin Marali, A.md, kep

4. Muthmainnah KS S.si

5. Yusiana Said S.farm

6. Nilawaty S. Nusi S.farm

7. Fatmawaty Kamaru S.Farm

c) Tenaga Administrasi

1. Djamila Usman

2. Nizar Taha

3. Agus Sulingo

4. Maryam Panu

5. Fitron Nizar Nirwan

6. Yunda Djafar

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

14

2) Struktur Organisasi

Gambar 1. Struktur Organisasi IFRS Dr.M.M.Dunda

Kepala BLUD RSU Dr. M.M. Dunda

Dr. Nuryana Alinti, M.Kes

Sarjana Farmasi

Nilawaty S.Nusi, S.Farm

Mutmainah, S.Si

Fatmawaty Kamaru, S.Farm

Yusiana Said, S.Farm

Asisten Apoteker

Herlinawati Lahay

Novian Usman

Juru Resep

Ilma Sidiki

Harmin Marali

Titin Gobel

Administrasi

Djamila Usman

Nizar Taha

Suparjo Abas

Agus Sulingo

Maryam Panu

Apoteker

Sakinah Ali, S.Si Apt

Citra U. Tapo, S.Farm, Apt

Ambo Adam, S.Farm, Apt

Staf Gudang Instalasi

Fitron Nizar Nirwan

Yunda Djafar

Kepala Instalasi farmasi

Yosita Tanganga, S.Si, Apt

Penanggung jawab apotek I

Hidayat G. Ahmad. S.Farm, Apt

Penanggung jawab apotek II

Andi Makkulawu. S.Farm, Apt

Penanggung jawab Gudang IFRS

Maryam Panu

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

15

2.2 URAIAN TENTANG PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI

FARMASI RUMAH SAKIT

2.2.1 Pengelolaan Obat

Tujuan utama pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di Kabupaten

atau Kota adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersebar secara merata

dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar

bagi masyarakat yang membutuhkan di unit pelayanan kesehatan.

Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik,

tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi

masyarakat yang membutuhkan. (Anonim, 2003)

Fungsi dasar sistem pengelolaan obat dan penggunaan obat di Kabupaten/Kota

adalah:

a. Perumusahan kebutuhan (selection)

b. Pengadaan (procurement)

c. Distribusi (distribution)

d. Penggunaan obat (use)

Ke empat fungsi tersebut didukung oleh sistem penunjang pengelolaan yang

terdiri dari:

a. Organisasi

b. Pembiayaan & kesinambungan

c. Pengelolaan informasi

d. Pengelolaan & pengembangan SDM

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

16

Pelaksanaan keempat fungsi & keempat element sistem pendukung tersebut

diatas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan perundang-undangan

yang berlaku serta didukung oleh kepedulian masyarakat & petugas kesehatan

terhadap program dalam bidang obat & pengobatan (Anonim, 2008).

Pelaksanaan pengelolaan obat akan berjalan degan baik jika proses

pengelolaannya terutama perencanaan kebutuhan obat & evaluasi tidak mengalami

berbagai kendala dalam pelaksanaannya, yang terpenting pada pengelolaan obat ini

adalah membatasi jumlah & bermacam obat berdasarkan Daftar Obat Esensial

Nasional (DOEN), pengunaan obat generik dengan perencanaan yang baik & tepat.

Adanya ketersediaan obat dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan serta

penyebarannya yang merata disemua lapisan masyarakat dengan jenis obat yang

sesuai bagi masyarakat yang membutuhkannya merupakan salah satu tujuan utama

pengeolaan obat demi terciptanya pelayanan kesehatan yang diharapkan (Aditama,

2003)

Obat merupakan suatu bahan yang menyebabkan perubahan fungsi-fungsi

biologis dalam tubuh melalui serangkaian proses kimia. Sedangkan untuk definisi

yang lebih lengkap, obat adalah bahan atau campuran yang digunakan:

a) Pengobatan, peredaan, pencegahan diagnose suatu penyakit, kelainan fisik atau

gejala-gejalanya pada manusia atau hewan

b) Dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia

atau hewan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

17

Obat dapat merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh atau merupakan

bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh. Penggolongan sederhana

dapat diketahui dari definisi yang lengkap seperti diatas yaitu obat untuk manusia dan

obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa penggolongan obat yang lain, dimana

penggolongan obat dimaksdukan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan

penggunaan serta pengamanan distribusi. (Syamsuni, 2006)

Berdasarkan undang-undang obat digolongkan dalam:

a. Obat bebas

b. Obat keras

c. Obat psikotropika dan narkotika

2.2.2 Penyimpanan Obat

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari

pencurian serta gangguan dari fisik yang dapat merusak mutu obat. (Anonim 2008)

Penyimpanan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tujuan dari

penyimpanan tercapai. Menurut Marwan (1997) tujuan penyimpanan antara lain:

a) Mempertahankan mutu obat dari kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik.

b) Mempermudah pencarian di gudang/kamar penyimpanan

c) Mencegah kehilangan

d) Mencegah penyimpanan yang salah

e) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

f) Menjaga kelangsungan persediaan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

18

g) Memudahkan pencarian dan pengawasan

Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut

(Anonim, 2011):

1) Persyaratan gudang

a) Luas minimal 3 x 4 m2

b) Ruang kering tidak lembab

c) Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab

d) Cahaya cukup

e) Lantai dari tegel atau semen

f) Dinding dibuat licin

g) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam

h) Ada gudang penyimpanan obat

i) Ada pintu dilengkapi kunci ganda

j) Ada lemari khusus untuk narkotika

2) Pengaturan penyimpanan obat

a) Menurut bentuk sediaan dan Alfabetis

b) Menerapkan sistem FIFO dan FEFO

c) Menggunakan almari, rak dan pallet

d) Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika

e) Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang memerlukan

penyimpanan pada suhu tertentu

f) Dilengkapi kartu stock obat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

19

Kegiatan penyimpanan obat meliputi:

1. Pengaturan Gudang Obat

Dalam pengaturan gudang yang akan dipakai untuk penyimpanan haruslah

dapat menjaga agar obat:

a) Tidak rusak secara fisik dan kimia. oleh karena itu, harus diperhatikan ruangnya

tetap kering, adanya ventilasi untuk aliran udara agar tidak panas, cahaya yang

cukup, gudang harus ditata berdasarkan sistem arus lurus, arus U, agar

memudahkan dalam bergerak, dan penempatan rak yang tepat serta penggunaan

Pallet akan dapat meningkatkan sirkukasi uara dan gerakan stok obat.

b) Aman. Agar obat tidak hilang maka perlu adanya ruangan khusus untuk gudang

dan pelayanan, dan sebaiknya ada lemari/rak yang terkunci, serta ada lamari

laci khusus untuk narkotika yang selalu terkunci.

Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian

dan pengawasan obat-obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan

baik.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah

sebagai berikut:

1) Kemudahan bergerak

Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai berikut :

a) Gudang menggunakan sistem satu lantai jangan menggunakan sekat-sekat

karena akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat,

perhatikan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

20

b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang gudang

dapat ditata berdasarkan sistem, arus garis lurus, arus U dan arus L

2) Sirkulasi udara yang baik

Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi

udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan

umur hidup dari obat sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki

kondisi kerja. Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi

mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas

angin. Apabila kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.

3) Kondisi penyimpanan khusus.

Vaksin memerlukan "Cold Chain" khusus dan harus dilindungi dari

kemungkinan putusnya aliran listrik.

a) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu

terkunci,

b) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam

ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang

induk.

4) Pencegahan kebakaran

Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti

dus, kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang

mudah dijangkau.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

21

2. Penyusunan Stok Obat.

Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis, apabila tidak

memungkinkan obat yang sejenis dapat dikelompokkan menjadi satu.

Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

a) Gunakan prinsip FIFO dalam penyusunan obat yaitu obat yang pertama

diterima harus pertama juga digunakan sebab umumnya obat yang datang

pertama biasanya juga diproduksi lebih awal dan akan kadaluwarsa lebih awal

pula.

b) Susun obat yang berjumlah besar di atas pallet atau diganjal dengan kayu secara

rapi dan teratur.

c) Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obatan yang

berjumlah sedikit tetapi mahal harganya.

d) Susun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan

kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.

e) Susun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan

obat-obatan untuk pemakaian luar.

f) Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi

g) Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat dimanfaatkan

sebagai tempat penyimpanan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

22

h) Barang-barang yang memakan tempat seperti kapas dapat disimpan dalam dus

besar, sedangkan dus kecil dapat digunakan untuk menyimpan obat-obatan

dalam kaleng atau botol.

i) Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap dalam box

masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam satu dus bersama obat-

obatan lainnya. Pada bagian luar dus dapat dibuat daftar obat yang disimpan

dalam dus tersebut.

j) Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu dilakukan

rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada dibelakang yang dapat

menyebabkan kadaluarsa obat

3. Pencatatan Stok Obat

Kartu stok berfungsi:

a) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran,

hilang, rusak atau kadaluwarsa)

b) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis

obat yang berasal dari 1 (satu) sumber dana

c) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat

d) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan

pengadaan-distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat

dalam tempat penyimpanannya.

Adapun Kegiatan yang harus dilakukan :

a) Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan obat bersangkutan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

23

b) Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari

c) Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/ daluwarsa)

langsung dicatat di dalam kartu stok

d) Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan

Adapun Informasi yang didapat yaitu:

a) Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)

b) Jumlah obat yang diterima

c) Jumlah obat yang keluar

d) Jumlah obat yang hilang/rusak/daluwarsa

e) Jangka waktu kekosongan obat

Adapun manfaat informasi yang didapat :

a) Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat.

b) Perencanaan pengadaan dan penggunaan pengendalian persediaan.

Obat disusun menurut ketentuan-ketentuan berikut :

a) Obat dalam jumlah besar (bulk) disimpan diatas pallet atau ganjal kayu secara

rapi, teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus (tidak boleh terbalik,

berat, bulat, segi empat dan lain-lain).

b) Penyimpanan antara kelompok/jenis satu dengan yang lain harus jelas sehingga

memudahkan pengeluaran dan perhitungan.

c) Penyimpanan bersusun dapat dilaksanakan dengan adanya forklift untuk obat-

obat berat.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

24

d) Obat-obat dalam jumlah kecil dan mahal harganya disimpan dalam lemari

terkunci dipegang oleh petugas Penyimpanan.

e) Satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi (rak, lemari dan lain-lain).

f) Obat dan alat kesehatan yang mempunyai sifat khusus disimpan dalam tempat

khusus. Contoh : Eter, Film dan lain-lain.

Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber) dan diletakkan bersama

obat pada lokasi penyimpanan.

Bagian judul pada kartu Stok diisi dengan dengan nama obat, kemasan, isi

kemasan

Kolom-kolom pada Kartu Stok diisi sebagai berikut:

a. Tanggal penerimaan atau pengeluaran.

b. Nomor dokumen penerimaan atau pengeluaran.

c. Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim.

d. No. Batch/No. Lot.

e. Tanggal kadaluwarsa

f. Jumlah penerimaan

g. Jumlah pengeluaran

h. Sisa stok

i. Paraf petugas yang mengerjakan

Catatan : Pada akhir bulan sedapat mungkin kartu stok ditutup, sekaligus untuk

memeriksa kesesuaian antara catatan dengan keadaan fisik. Untuk melakukan hal ini

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

25

maka pada setiap akhir bulan beri tanda atau garis dengan warna yang berbeda

dengan yang biasa digunakan, misalnya warna merah.

4. Pengamatan mutu obat.

Istilah mutu obat dalam pelayanan farmasi berbeda dengan istilah mutu obat

secara ilmiah, yang umumnya dicantumkan dalam buku-buku standard seperti

farmakope. Secara teknis, kriteria mutu obat mencakup identitas, kemurnian, potensi,

keseragaman, dan ketersediaan hayatinya.

Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian sehubungan dengan mutu obat,

oleh karena di samping berkaitan dengan efek samping, potensi obat, juga dapat

mempengaruhi efek obat aktif, yaitu:

a) Kontaminasi. Beberapa jenis sediaan obat harus selalu berada dalam kondisi steril,

bebas pirogen dan kontaminan, misalnya obat injeksi. Oleh sebab itu proses

manufaktur, pengepakan, dan distribusi hingga penyimpanannya harus memenuhi

syarat-syarat tertentu. Dalam prakteknya kerusakan obat jenis ini umumnya

berkaitan dengan kesalahan dalam penyimpanan dan penyediaannya. Sebagai

contoh, di kamar suntik pusat pelayanan kesehatan acap kali ditemukan obat

injeksi yang diatasnya diletakkan jarum dalam posisi terbuka. Dengan alasan

apapun (misalnya segi kepraktisan saat pemindahan obat ke dalam spuit), cara ini

jelas keliru dan harus dihindari, oleh karena memungkinkan terjadinya

kontaminasi dengan udara luar dan berbagai bakteri, sehingga prinsip obat dalam

kondisi steril sudah tidak tercapai lagi. Untuk sediaan lain seperti cream, salep

atau sirup, meskipun risikonya lebih kecil, tetapi sering juga terjadi kontaminasi,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

26

misalnya karena udara yang terlalu panas, kerusakan pada pengepakannya, dsb,

yang tentu saja mempengaruhi mutu obatnya.

b) Medication error. Keadaan ini tidak saja dapat terjadi pada saat manufaktur

(misalnya kesalahan dalam mencampur 2 atau lebih obat sehingga dosisnya

menjadi terlalu besar atau terlalu kecil), tetapi dapat juga terjadi saat praktisi

medik ingin mencampur beberapa jenis obat dalam satu sediaan sehingga

menimbulkan risiko terjadinya interaksi obat-obat. Akibatnya efek obat tidak

seperti yang diharapkan bahkan dapat membahayakan pasien.

c) Berubah menjadi toksik (toxic degradation). Beberapa obat, karena proses

penyimpanannya dapat berubah menjadi toksik (misalnya karena terlalu panas

atau lembab), misalnya tetrasiklin. Beberapa obat yang lain dapat berubah

menjadi toksik karena telah kadaluwarsa. Oleh sebab itu obat yang telah expired

(kadaluwarsa) atau berubah warna, bentuk dan wujudnya, tidak boleh lagi

dipergunakan.

d) Kehilangan potensi (loss of potency). Obat dapat kehilangan potensinya sebagai

obat aktif antara lain apabila ketersediaan hayatinya buruk, telah melewati masa

kadaluwarsa, proses pencampuran yang tidak sempurna saat digunakan, atau

proses penyimpanan yang keliru (misalnya terkena sinar matahari secara

langsung). Setiap obat sebenarnya telah memiliki batas keamanan (margin of

safety) yang dapat dipertanggung jawabkan

Adapun Tanda-tanda perubahan mutu obat sesuai standar yang di tetapkan

yaitu (Anonim, 2011):

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

27

1) Tablet.

a) Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa

b) Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan

atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab

c) Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat

2) Kapsul.

a) Perubahan warna isi kapsul

b) Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya

3) Tablet salut.

a) Pecah-pecah, terjadi perubahan warna dan lengket satu dengan yang lainnya

b) Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik

4) Cairan.

a) Menjadi keruh atau timbul endapan.

b) Konsistensi berubah

c) Warna atau rasa berubah

d) Botol-botol plastik rusak atau bocor

5) Salep.

a) Warna berubah

b) Konsistensi berubah

c) Pot atau tube rusak atau bocor

d) Bau berubah

6) Injeksi.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN UMUM TENTANG …eprints.ung.ac.id/5014/5/2012-1-48401-821308036-bab2... · 2.1.4 Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit Dr. M.M Dunda 1) Personalia

28

a) Kebocoran wadah (vial, ampul)

b) Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi

c) Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada endapan

d) Warna larutan berubah (Anonim, 2007)

Adapun tindak lanjut terhadap obat yang terbukti rusak/kadaluwarsa adalah :

a) Dikumpulkan, inventarisasi dan disimpan terpisah dengan penandaan/label

khusus

b) Dikembalikan/ diklaim sesuai aturan yang berlaku

c) Dihapuskan sesuai aturan yang berlaku serta dibuat Berita Acaranya

(Anonim, 2010)