2010

26

Click here to load reader

Upload: demitria-dini-ariyani

Post on 25-Jun-2015

117 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2010

2010-10-10 19:31:32

Potensi Wirausaha Indonesia Terbesar di ASEAN

Politikindonesia - Indonesia memiliki potensi kewirausahaan yang sangat besar. Jika diberdayakan potensi ini akan mampu mengangkat pendapatan perkapita nasional. Jika pemberdayaan ini berhasil, Indonesia akan menjadi negara kewirausahaan dan industri rumahan terbesar di kawasan ASEAN.

Sikap optimis disampaikan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar di Nganjuk Jawa Timur, Minggu (10/10) dalam acara Wisuda Sarjana dan Dies Natalis Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ula (STAIM).

“Siapa bilang kewirausahaan tidak bisa mengangkat perekonomian nasional dan meningkatkan GDP. China pernah memiliki pertumbuhan ekonomi hingga 11 persen disebabkan karena kewirausahaan mereka yang kuat. Indonesia dengan potensi yang ada saat ini berpeluang besar mengikutinya," kata Muhaimin.

Dikatakan Muhaimin, pemerintah mengalokasikan Rp16 triliun pada tahun 2010 ini untuk mengembangkan program kewirausahaan melalui PNPM. Konsepnya One Village One Product yang diinisiasi untuk bisa merangsang pertumbuhan kewirausahaan nasional. Kemenakertrans saat ini mengembangkan model 200 desa produktif dengan bermacam varian produk kewirausahaan.

Muhaimin, menganggap, pemerintah sudah, on the track mengejar menjadi yang terbesar di kawasan ASEAN. “Setiap kementerian juga mengalokasikan anggaran agar bisa mengembangkan kewirausahaan secara sektoral,” tambah Muhaimin.http://www.politikindonesia.com/index.php?k=ekonomi&i=11513

Page 2: 2010

Potensi Wirausaha di Indonesia Sangat Besar

Written by Fine Resyalia

Tuesday, 30 March 2010 00:07

BANDUNG, (PR).-Kewirausahaan di Indonesia belum sepenuhnya memberikan sumbangan yang positif bagi kecerdasan dan kesejahteraan bangsa. Padahal, potensi wirausaha Indonesia sangat besar terutama jika melihat data jumlah usaha kecil  dan menengah yang ada.

”Sampai dengan tahun 2006, menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), di Indonesia terdapat 48,9 juta usaha kecil dan menengah (UKM), menyerap sekitar 80 persen tenaga kerja, serta menyumbang 62 persen dari PDB (di luar migas). Data tersebut sekilas memberikan gambaran betapa besarnya aktivitas kewirausahaan di Indonesia dan dampaknya bagi kemajuan ekonomi bangsa, terutama pascakrisis moneter 1998,” kata Praktisi Bisnis Jahja B. Soenarjo dalam orasi ilmiah pada acara wisuda Institut Teknologi Telkom (ITT), Sabtu (27/3), di Kampus ITT Jln. Telekomunikasi, Buahbatu, Bandung.

Jahja mengatakan, berdasarkan data hasil penelitian dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM), pada tahun yang sama, di Indonesia terdapat 19,3  persen penduduk berusia 18-64 tahun yang terlibat dalam pengembangkan bisnis baru (usia bisnis kurang dari 42 bulan). Angka ini merupakan yang tertinggi kedua di Asia setelah Filipina (20,4 persen), dan di atas Cina (16,2 persen) serta Singapura (4,9 persen).

”Namun di sisi lain, data BPS pada tahun yang sama juga menunjukkan terdapat 11 juta penduduk Indonesia yang masih menganggur dari 106 juta angkatan kerja, serta 37 juta penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Angka tersebut diperkirakan bertambah setiap tahunnya,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, ITT mewisuda 314 orang lulusan dari program studi pascasarjana, sarjana, dan diploma 3. Di antara para lulusan tersebut, terdapat 55 yang lulus dengan predikat cum laude, 5  dengan IPK tertinggi, serta 6  lulus lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan.

Rektor ITT Husni Amani mengatakan, perkembangan teknologi infokom yang cepat mengarah pada konvergensi teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi. Kompetisi pun meningkat disertai berkembangnya kebutuhan pasar yang menyebabkan industri terus mengembangkan bisnisnya untuk memenuhi kebutuhan pasar infokom. (A-157)**

Sumber: Pikiran Rakyat http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1225:potensi-wirausaha-di-indonesia-sangat-besar&catid=69:berita-terkait&Itemid=196

Page 3: 2010

Wirausahawan Muda Mulai dari Lingkungan Keluarga

by : Fransiskus Saverius Herdiman

"Suatu bangsa akan maju bila memiliki jumlah entrepreneur (wirausahawan) minimal 2 persen dari total jumlah penduduk".  Pernyataan itu diungkapkan Ir Ciputra pada malam penganugerahan  penghargaan Ernst and Young Entrepreneur of the Year 2007 di Hotel Mulia, Jakarta, (28/11/07). Kala itu, Ciputra mencontohkan Singapura memiliki wirausahawan sekitar 7,2 persen, dan Amerika Serikat memiliki 2,14 persen entrepreneur. Bagaimana dengan Indonesia?

Dari 220 juta lebih penduduk, Indonesia hanya memiliki sekitar  400.000 pelaku usaha mandiri, atau sekitar 0,18 persen  wirausahawan dari jumlah penduduknya. Hal ini tentu memrihatinkan. Padahal, menurut pendiri University  of Ciputra Entrepeneurship Center (UCEC) ini, potensi Indonesia  terbilang besar. Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah siap diolah. Indonesia termasuk dalam ranking 10 besar penghasil tembaga, emas, natural gas, nikel, karet, dan batubara. Dan, masih  banyak lagi keunggulan komparatif yang kita miliki. Karena itu,  jika menyedikan stok enterpreneur yang cukup dan potensial,  Indonesia bisa menjadi pemain internasional yang handal.

Peraih penghargaan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)  Ernst and Young Entrepreneur tahun 2006 Bambang Ismawan  mengatakan, wirausahawan muda di Indonesia mulai bangkit. Hal itu  dapat dilihat dari minat dan pelaku wirausaha muda yang semakin  bertumbuh. Namun dibandingkan jumlah penduduk, jumlah entrepreneur  muda yang kita miliki memang masih sangat kurang.

 

"Lulusan perguruan tinggi lebih banyak yang ingin bekerja sebagai pegawai, sedangkan inisiatif untuk menciptakan lapangan kerja sendiri masih sangat kecil," ujarnya.

Rendahnya minat dan pertumbuhan wirausahawan muda, kata Bambang, terutama disebabkan oleh minimnya dorongan lingkungan keluarga sang anak. Orang tua lebih banyak mengharapkan anaknya bekerja sebagai pegawai negeri atau pegawai kantor. Pasalnya, pekerjaan seperti itu dinilai memiliki risiko kecil dibandingkan menjadi pengusaha. "Orang tua menginginkan anak mereka mendapatkan gaji tetap setiap bulan, daripada harus menunggu keuntungan yang memakan waktu lama," ujar Bambang.

Harapan orang tua ini didukung pula oleh lesunya sektor kewirausahaan dalam negeri. Sektor ini dinilai memiliki risiko tinggi, sementara itu kurang menjanjikan penghidupan yang layak. Karena itu, orang tua petani rela mengeluarkan biaya tinggi untuk menyekolahkan anaknya agar mereka tidak kembali kepada pertanian. Bambang mencontohkan, tamatan Institut Pertanian Bogor (IPB) lebih banyak menjadi wartawan atau pegawai, daripada menjadi petani.

Selain pengaruh lingkungan dalam keluarga, kata Bambang, rendahnya minat kaum muda terjun

Page 4: 2010

dalam bidang wirausaha, juga disebabkan oleh arah dan sistem pendidikan yang kurang mendukung. Pendidikan malah tampil sebagai alat untuk menumpulkan semangat berwirausaha. Metode menghafal, misalnya, membuat anak tidak memiliki daya kreasi dan inovasi, yang sangat dibutuhkan dalam dunia kewirausahaan. Karena itulah, Bambang mendesak agar pendidikan, terutama pendidikan tinggi segera dibenahi.

Desakan agar perguruan tinggi melakukan pembenahan - bahkan perubahan paradigma - juga disuarakan Ciputra. Menurutnya, salah satu penyebab rendahnya jumlah entrepreneur di Indonesia adalah sistem pendidikan yang hanya fokus pada penciptaan tenaga kerja, bukan menciptakan enterpreneur-enterpreneur potensial.

"Setiap tahun, lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan pengangguran, karena mereka tidak didorong untuk menjadi pelaku wirausaha," ujarnya.

Menurut Ciputra, setiap tahun perguruan tinggi Indonesia melahirkan sekitar 750 lebih sarjana yang menganggur. Karena itu, tantangan perguruan tinggi di Indonesia ke depan, katanya, adalah melahirkan wirausahawan muda.

Menjawab tantangan itulah Ciputra mendirikan sekolah yang fokus pada upaya mengembangkan semangat kewirausahawan siswa, seperti Sekolah Ciputra, Sekolah Citra Kasih, Sekolah Citra Berkat, Sekolah Global Jaya, Sekolah Pembangunan Jaya. Terakhir, ia mendirikan University of Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC). Program yang disiapkan UCEC antara lain mempersiapkan modul pengayaan kewirausahaan untuk kurikulum nasional, mengembangkan kurikulum kewirausahaan di Universitas Ciputra, dan mengadakan pelatihan tiga bulan kepada masyarakat.

Selain dukungan keluarga dan perguruan tinggi, pertumbuhan wirausahawan muda juga membutuhkan peran dunia usaha dan lembaga dunia usaha. Bambang memberi contoh peran pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Organisasi ini seharusnya tidak hanya mendorong lahirnya pengusaha kaya dan bergerak dalam bidang usaha yang membutuhkan penyertaan modal tinggi, tapi juga harus mendorong munculnya pengusaha kecil yang bergerak dalam sektor kecil dan mikro (UMKM).

Potensi sektor UMKM, kata Bambang, sesungguhnya sangat menjanjikan. Dari seluruh entitas dunia usaha yang kita miliki, 95 persen (43 juta) merupakan usaha yang bergerak dalam sektor usaha mikro. Data ini, kata Bambang, memperlihatkan bahwa Indonesia potensial melahirkan wirausahawan yang bergerak dalam usaha mikro dan kecil.  Untuk itu, mental kewirausahaan mesti ditumbuhkan dan didorong terus, seperti kreatif, inovatif, dan berani mengambil risiko sebesar apa pun. Keluarga mesti menjadi lingkungan pertama yang menumbuhkan mental kewirausahaan anak. Dunia perguruan tinggi juga sudah saatnya diubah menjadi entrepreneur university. Swasta dan pemerintah harus mendukung terciptanya iklim kondusif bagi lahirnya wirausahawan muda. Jika iklim itu tersedia, maka wirausahawan muda berprestasi akan terus bertumbuh.Mungkin seperti cendawan di musim hujan. Very Herdiman Sumber:  http://jurnalnasional.com http://www.binaswadaya.org/index.php?option=com_content&task=view&id=168&Itemid=38&lang=in_ID

Page 5: 2010

Grafis desainer, industri kreatif yang berpeluang besarPosted on 24 Oktober 2010 by asmonowikan| Tinggalkan komentar

Oleh: Muhammad Reysa (SMAN 2 Makassar)

Muhammad Reysa

Indonesia negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia ini terus mengalami perkembangan. Pemulihan, perbaikan dan pengembangan di segala sektor terus digalakan. Hal ini tentu membawa dampak yang signifikan bagi kelangsungan perekonomian Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa permasalahan ekonomi merupakan topik hangat pembicaraan para aktor perekonomian saat ini. Pemerintah pun telah berupayah mencari beberapa solusi guna mengatasi permasalahan-permasalahan perekonomian Indonesia.

Salah satu solusi yang ditawarkan oleh pemerintah yaitu program Ekonomi Kreatif. Konsep Ekonomi Kreatif sendiri merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan  ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Hal ini berarti ekonomi kreatif lebih menekankan kepada kreativitas, ide dan inovasi dari Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri. Dengan adanya ekonomi kreatif kita akan menjadi semakin kreatif dalam menyajikan produk-produk dalam negeri dan ini juga dapat membuka pasar persaingan produk-produk baru yang lebih inovatif, sehingga kita dapat meningkatkan daya saing produk nasional dalam menghadapi pasar Internasional.

Selain meningkatkan daya saing produk nasional, ekonomi kreatif juga dapat membuka peluang seseorang untuk berwirausaha. Dengan adanya ekonomi  kreatif, banyak industri-industri kreatif yang bemunculan. Tentunya dengan banyaknya industri kreatif maka tentu saja hal ini akan membuka peluang untuk berwirausaha. Perlu kita ketahui bahwa budaya wirausaha yang tumbuh secara alami dalam suatu keluarga atau kelompok masyarakat Indonesia merupakan suatu aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Sebab, penumbuhkembangan budaya wirausaha sangat menjanjikan harapan cerah bagi terciptanya sumber daya manusia yang mandiri, kreatif dan inovatif.

Oleh karena itu, terpikirlah sebuah usaha yang kreatif, inovatif dan mandiri yakni industri kreatif Grafis Desainer. Industri ini bergerak di bidang Industri Desain. Industri Desain merupakan kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan

Page 6: 2010

jasa pengepakan. Grafis desainer merupakan salah satu industri kreatif yang memiliki peluang besar dalam dunia usaha. Di Indonesia, industri grafis desainer terbilang masih sedikit. Padahal, kalau di lihat dari peluang usaha yang di miliki dari industri grafis desainer ini cukup besar.

Grafis Desainer adalah orang yang bekerja pada bidang desain grafis. Desain grafis sendiri merupakan suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Umumnya desain grafis dilakukan menggunakan perangkat komputer dan aplikasi-aplikasi untuk mendesain. Hanya dengan bermodalkan ide, kreativitas, dan imajinasi seseorang sudah dapat membuat sebuah desain. Industri grafis desainer ini biasanya dimanfaatkan dalam pembuatan logo, desain poster, desain spanduk, dan semacamnya.

Nah, sekarang kita lihat peluang  usaha yang dapat digali dari industri kreatif grafis desainer ini. Pembuatan logo misalnya, banyak perusahaan-perusahaan, instansi-instansi, organisasi-organisasi dan semacamnya yang membutuhkan jasa pembuatan logo untuk menjadi lambang dari perusahaan atau instansi mereka. Di sinilah peran grafis desainer. Mereka kemudian merancang logo dari perusahaan tersebut sesuai dengan keinginan perusahaan tersebut. Omset pendapatan untuk pembuatan logo ini sendiri terbilang sangat menggiurkan. Bagaimana tidak, untuk setiap satu logo yang dikerjakan oleh grafis desainer profesional yang kurang lebih memakan waktu sekitar 1 atau 2 jam, mereka bisa mendapat penghasilan sekitar Rp 1.500.00,00. Hasil yang sangat menggiurkan untuk suatu pekerjaan membutuhkan waktu yang relatif singkat.

Peluang usaha lainnya dari industri grafis desainer yakni industri percetakan. Prospek dari usaha ini pun cukup menjanjikan. Melihat banyaknya masyarakat yang membutuhkan jasa percetakan maka usaha ini dirasakan sangat menguntung di era globalisasi saat ini. Fungsi dari percetakan ini sendiri yaitu mereka menyediakan jasa berupa percetakan spanduk, brosur, undangan, poster dan lain-lain. Sekarang kita lihat bagaiman para aktor desain grafis bekerja pada usaha ini. Para grafis desainer dituntut untuk merancang konsep dari produk yang diinginkan oleh komsumen.Mereka biasanya merancang berdasarkan keinginan dari konsumen, baik itu berupa katu nama, spanduk, dan semacamnya. Bagaiamana dengan omset penghasilannya? Luar biasa, untuk brosur ukuran A4 mereka bisa meraup keuntungan sekitar Rp 500.000,00, kemudian untuk sebuah poster ukuran A3 mereka bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 800.00,00. Bayangkan jika mereka dituntut untuk mendesain 5 sampai 6 brosur atau poster, omzet yang mereka dapatkan bisa sangat besar. Omzet pendapatan yang sungguh luar biasa untuk suatu industri kreatif seperti ini.

Selain beberapa peluang usaha di atas, ternyata industri kreatif grafis desainer ini juga dapat diaplikasikan dengan beberapa industri-industri kreatif lainnya. Salah satunya pada industri arsitektur. Seiring dengan terus berkembangnya dunia desain grafis, dengan menggunakan aplikasi-aplikasi software tertentu kita sudah dapat merancang sebuah rumah, kolam berenang dan semacamnya. Hal ini tentu membuka kembali peluang usaha dari industri kreatif grafis desainer kedepannya.

Dengan adanya industri kreatif grafis desainer hal ini membuka peluang besar untuk masyarakat untuk berwirausaha. Mengingat industri kreatif grafis desainer ini terbilang jarang di Indonesia, padahal prospek usaha yang ditawarkan industri ini cukup besar. Industri ini juga terbilang

Page 7: 2010

mudah dan mandiri sebab hanya dengan bermodalkan ide, kreativitas, inovasi, mata, tangan dan tentunya komputer, seseorang sudah dapat membuka industri kreatif ini.Karena industri ini terbilang sedikit, untuk itu bagaimana cara kita meningkatkan industri ini kedepannya? Di sinilah peran remaja kembali dibutuhkan.

Remaja sebagai generasi penerus bangsa juga harus mampu menjalan industri-industri kreatif di Indonesia. Sebab, remajalah nantinya yang akan terus mengembangkan konsep ekonomi kreatif ini. Dengan melihat tingginya kreatifitas dari para remaja, hal ini menjadi modal besar untuk menarik para remaja untuk terjun pada industri grafis desainer ini. Para remaja yang ingin terjun pada industri ini cukup dibekali pelatihan mendesain dan pelatihan berwirausaha agar para remaja ini siap untuk membuka usaha industri kreatif grafis desainer.

Oleh karena itu, dengan industry kreatif grafis desainer diharapkan kedepannya industry ini dapat menjadi salah satu industry yang berkembang di Indonesia. Sehingga industry kreatif seperti ini dapat turut andil dalam perekonomian Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA1.    www.indonesiakreatif.com2.    www.wikipedia.com

Page 8: 2010

Sukses hanya butuh otakPosted on 24 Oktober 2010 by asmonowikan| 1 Komentar

Oleh: Nur Khansa Ranawati (SMAN 2 Bandung)

Nur Khansa Ranawati.

Dalam era persaingan global, industri kreatif merupakan salah satu sektor yang menjanjikan. Pemerintah pada saat ini sedang gencar dalam mengembangkan, memfasilitasi serta memberdayakan industri kreatif lokal karena dipercaya mampu memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Begitu pula halnya dengan masyarakat yang mulai menyadari bahwa tuntutan perkembangan zaman mengharuskan mereka untuk memutar otak agar selalu dapat hidup dinamis dan sejahtera.

Maka dari itu, pertumbuhan industri kreatif –di mana pemanfaatan kreatifitas dan bakat individu merupakan sumberdaya utamanya– saat ini dinilai pesat di Indonesia dengan nilai ekspor mencapai 114,9 triliun rupiah dan berkontribusi sebesar 7,52% terhadap total nilai ekspor nasional. Di tengah maraknya kemuculan industri kreatif, terlepas dari penggolongan kelompok industri itu sendiri, diperlukan suatu hal agar usaha yang dijalani tetap berputar dan menghasilkan. Kreatifitas, orisinalitas, dan idealisme merupakan tiga aspek yang mampu menjawab tantangan untuk mempertahankan keberlangsungan dan eksistensi sebuah industri kreatif.

Pertama, sebuah industri kreatif membutuhkan pemikiran yang divergen dan cerdas dalam membaca kondisi masyarakat. Sesuai dengan prinsip dari industri kreatif itu sendiri bahwa pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta pemberdayaan daya kreasi dan daya cipta individu merupakan modal utama untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang menyejahterakan. Beragamnya kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan serta keterbatasan setiap individu dalam mencapainya merupakan peluang bagi pelaku kreatif untuk mulai membaca dan menganalisa gejala sosial yang terjadi di sekitarnya untuk kemudian diolah dan dituangi kreativitas serta daya cipta agar menjadi output yang bermanfaat bahkan disukai oleh masyarakat.

Sebagai contoh, penulis memiliki seorang teman yang memproduksi serta menjual T-shirt dengan ilustrasi duo asal Norwegia, Kings of Convenience yang ia desain sendiri, bertepatan

Page 9: 2010

dengan sebuah pagelaran musik yang menghadirkan duo tersebut. Euforia masyarakat, terutama anak muda, yang sangat antusias dalam mengapresiasi pagelaran tersebut, dimanfaatkannya sebagai peluang bisnis. Tiket yang sold out dengan cepat, sedikitnya dapat terobati dengan memiliki T-shirt tersebut. Terbukti dengan tagline, “ga dapet tiketnya, beli kaosnya!” ia memperoleh keuntungan yang dibagi hasil. Hal ini telah menerapkan konsep pemberdayaan kreatifitas yang menyejahterakan walau dalam skala kecil. Dengan selalu cermat memperhatikan perkembangan masyarakat dan membaca celah bisnis di dalamnya, akan senantiasa terjadi pembaharuan dan inovasi dalam outputnya, karena kehidupan masyarakat selalu dinamis, sehingga industri pun akan senantiasa berkembang seiring dengan pergerakan kehidupan masyarakat.

Kedua, orisinalitas dalam kegiatan produksi untuk menunjukkan identitas sebuah industri kreatif juga memegang pengaruh penting dalam perkembangan industri tersebut. Tema dan konsep-konsep yang diterapkan dalam serangkaian produk atau jasa yang dihasilkan lambat laun akan membentuk citra atau persepsi masyarakat tentang ciri khas yang dikedepankan oleh industri tersebut. Sebuah industri yang terkonsep dan memberikan “jiwa” di setiap output yang dihasilkannya, akan memberikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Terlebih lagi apabila industri tersebut mampu menstimulasi rasa ingintahu masyarakat yang kemudian terdorong untuk mengikuti perkembangan produk yang dikeluarkannya, sehingga terciptalah pasar baru.

Ketiga, idealisme dan prinsip dasar yang jelas akan menguatkan sebuah industri kreatif untuk terus berkembang. Menghasilkan uang memang merupakan tujuan utama dari kegiatan industri dan wirausaha. Setiap industri dan wiraswasta akan memiliki keinginan untuk dapat meraih untung sebesar-besarnya. Namun, pengorbanan kualitas output demi mengejar kuantitas akan menyebabkan penurunan daya tarik dan daya saing. Industri yang tidak terlalu peduli terhadap isi yang dikandung dalam outputnya, hanya akan “melintasi” pasar tanpa akan terus bergeliat di dalamnya. Contohnya dalam industri perfilman Indonesia saat ini.

Statistik menunjukkan bahwa tahun 2007 film nasional memproduksi 50 judul dan meningkat menjadi 80 judul pada tahun berikutnya. Namun, ragam judul atau topik dari film nasional itu sendiri tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Salah satu judul film horror nasional yang cukup fenomenal dan menjadi trendsetter adalah Jelangkung, yang kesuksesannya menjadi inspirasi bagi sineas lokal lainnya untuk memproduksi film dengan genre sejenis. Namun, setelah itu, film-film berikutnya seolah menjadi latah untuk mencoba peruntungan dengan terus memproduksi film dengan genre yang sama dan nyaris tidak melakukan inovasi sehingga tidak ada perkembangan dari isi dan makna yang dikandungnya. Padahal, seyogyanya sebuah film merupakan tontonan yang, selain memiliki sifat rekreatif atau menghibur, juga mengandung nilai moral serta pesan yang telah dikemas secara kreatif, di mana nilai moral dan tujuan tersebut merupakan output dari idealisme sang kreator.

Buktinya, film seperti Laskar Pelangi, yang dibuat dengan memiliki tujuan serta misi jelas serta memaksimalkan segala unsur yang dikandungnya, mampu bertahan dalam bioskop nasional jauh lebih lama dan mampu menggaet penonton jauh lebih banyak dibanding dengan film-film yang dibuat tanpa prinsip dasar selain unsur keuntungan finansial. Begitu pula halnya dengan sektor lainnya, tujuan utama mengapa industri tersebut berdiri dan mengapa saya (sang pelaku kreatif) membuat output produk atau jasa yang demikian, sebaiknya dilandasi dengan idealisme yang

Page 10: 2010

disertai pemikiran kreatif sehingga industri tersebut akan konsisten dalam berkarya namun senantiasa dinamis dan berkembang menuju arah yang lebih baik. Apabila industri-industri kreatif yang ada senantiasa memberikan makna dan totalitas terhadap output yang diciptanya, maka iklim bisnis berbasis  peningkatan kualitas dan daya saing dapat terwujud.

Sebagian orang berpendapat bahwa industri yang tidak berada pada jalur mainstream atau selera orang kebanyakan, tidak akan dapat bersaing dan berkembang dengan baik. Bila hendak mecari untung, tanggalkanlah idealisme, bekerjalah untuk pasar. Memenuhi ke-orisinil-an dan keidealisan membutuhkan modal besar yang memiliki resiko besar pula. Bangunlah industri “play safe” yang sekiranya segala resiko serta perhitungan finansial telah dapat diperkirakan. Namun, menurut hemat penulis, dengan kemampuan berwirausaha yang baik, di mana sang pelaku kreatif berarti mampu untuk mengkoordinasikan ide serta gagasan yang dikehendaki  dengan kreatifitas dan daya cipta untuk kemudian dituangkan terhadap output yang ingin dicapai lalu membawanya kepada masyarakat, ia akan mampu membentuk  komoditasnya sendiri karena sesungguhnya pasar itu dapat diciptakan.

Produk atau jasa yang lahir berlandaskan kecintaan dan passion sang pelaku kreatif dalam pemberdayaan kreatifitas secara total, akan meraih perhatian masyarakat yang efeknya lebih intens dan long-lasting. Seorang insan kreatif akan senantiasa menemukan inovasi dalam segala aspek kewirausahaannya sehingga modal minim pun apabila diolah dengan baik akan mampu menghantarkannya menuju kesuksesan. Contohnya, perusahaan sepatu Amble Footwear, sebuah produk murni anak negeri yang tumbuh karena kecintaan sang pendiri terhadap sepatu kulit dan suede, namun ia mendapati bahwa harga pasar sepatu model tersebut mahal, maka ia mulai berpikir untuk mendesain dan membuatnya secara independen, lalu dipasarkan mula-mula terhadap ruang lingkup kecil; keluarga dan teman-teman, lalu meluas hingga ke pasar mancanegara. Kreatifitas, idealisme dan fokus merupakan kuncinya untuk sukses.

Untuk meningkatkan kreatifitas, mulailah untuk sering mengamati hal-hal kecil dalam kehidupan kita yang sesungguhnya sarat inspirasi untuk kemudian dikembangkan menjadi sesuatu yang bernilai lebih. Kembangkan pikiran dan berani mencoba untuk memposisikan diri pada berbagai sudut pandang tanpa harus khawatir banyak tenatng persepsi orang lain. Mengamati, memahami dan menganalisa kehidupan masyarakat dan fenomena yang terjadi di dalamnya juga dapat menjadi stimulus untuk berpikir kreatif; mencoba untuk berbuat dan mencipta sesuatu yang berdaya jual.

Orisinalitas dapat diperoleh dengan mengeksplor potensi yang ada di sekitar, salah satunya adalah dengan menggali keunggulan dan keunikan budaya bangsa sehingga dapat terbentuk industri yang berbasis kearifan budaya lokal. Idealisme dapat tumbuh seiring dengan pengambilan “intisari” dari pengalaman-pengalaman yang didapat dalam berbagai aspek kehidupan, yang diperoleh dari pribadi “open-minded” dan dinamis.

Kreatifitas, orisinalitas dan idealisme merupakan tiga hal esensial yang juga merupakan faktor penentu penting dalam industri kreatif, bahkan lebih penting dari ketersediaan modal finansial karena koordinasi dari ketiga hal itu sendiri dapat mengolah dan memberdayakan sumber daya yang ada untuk menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis lebih.

Page 11: 2010

Sumber  Referensi

•    http://airputihku.wordpress.com•    http://www.indonesiakreatif.net ( Press Rilis Kickfest 2010 Bandung)•    http://www.teknopreneur.com•    http://dgi-indonesia.com•    http://www.semuasaudara.com

Page 12: 2010

Ekonomi kreatif akankah dahsyat?Posted on 24 Oktober 2010 by asmonowikan| 1 Komentar

Oleh: Dian Theresia Purba (SMAN 2 Pekanbaru)

Dian Theresia Purba.

Tidak mudah bagi Indonesia sebagai negara berkembang untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan perekonomian dunia yang terus-menerus bergerak maju beriringan dengan pesatnya daya dukung kemajuan teknologi informasi. Seperti yang terjadi saat ini, yaitu peralihan peradaban ekonomi dari zaman pertanian, industri, dan informasi ke zaman konseptual. Dimana  perpaduan antara kreatifitas, seni, budaya, pengetahuan dan teknologi informasi dituntut untuk menjadi satu bagian utuh yang memiliki daya jual tinggi, mampu meningkatkan kesejahteraan, serta sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia abad ke-21. Semakin kompleksnya kebutuhan masyarakat dan semakin cerdasnya para konsumen juga secara otomatis menjadikan para pelaku dunia usaha di Indonesia kalang kabut memutar otak untuk dapat menciptakan suatu karya yang benar-benar berkualitas, unik, dan bercirikan budaya nusantara.

Era ekonomi kreatif yang jelas-jelas menguntungkan dan mampu memberi banyak kontribusi dalam berbagai sektor kehidupan di tengah mulai menipisnya kuantitas dan kualitas sumber daya alam pun kurang disosialisasikan pemerintah kepada masyarakat. Hal ini menjadi penyebab utama tidak semua masyarakat memahami, bahkan tidak turut mengambil andil dalam sistem ini. Maka tak heran jika pertanyaan tentang kontribusi ekonomi kreatif dalam perekonomian dilontarkan pada masyarakat Indonesia, sebagian besar dari mereka akan melihatnya sebagai suatu hal asing. Malahan mereka akan balik bertanya tentang definisi dan peranan ekonomi kreatif tersebut.

Padahal negara-negara lain di dunia sudah memasukkan ekonomi kreatif sebagai salah satu sumber pendapatan negaranya. Seperti yang terjadi di Inggris, yaitu pelopor pengembangan ekonomi kreatif, industri itu tumbuh rata-rata 9% per tahun, dan jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara itu yang 2% – 3%. Sumbangannya terhadap pendapatan nasional mencapai 8,2% atau US$ 12,6 miliar dan merupakan sumber kedua terbesar setelah sektor finansial. Ini melampaui pendapatan dari industri manufaktur serta migas.

Page 13: 2010

Hal yang sama juga terjadi di Australia, US, dan Singapore. Jika kita melihat pada tahun 2008 dalam perkembangan ekonomi kreatif dibeberapa negara maju, seperti Singapore mampu memberi kontribusi GDP IK berkisar sampai 2,8% dan tingkat partisipasi kerja berkisar 3,4%, Inggris mampu memberi kontribusi GDP IK sampai dengan 7,9% dan pertumbuhan PDB industri kreatif berkisar 16%, pertumbuhan PDB industri kreatif di Australia berkisar 5,7%, dan juga tingkat partisipasi kerja di US sampai 5,9%. Hal ini semakin membuktkan eksistensi ekonomi kreatif dalam sejarah perekonomian dunia. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?

Tak banyak yang mengetahui kalau beberapa tahun belakangan ini sebagian kecil pelaku usaha, terutama kalangan pemuda di Indonesia perlahan sudah mulai merintis pengembangan industri ekonomi kreatif atas inisiatif sendiri. Pemerintah pun mulai menyadari eksistensi dan potensi ekonomi kreatif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Sungguh ironis memang, bila kita memandang perbandingannya dengan negara-negara lain yang sudah banyak berhasil menerapkan ekonomi kreatif dalam sistem perekonomian negaranya sedangkan di Indonesia yang terkenal akan kekayaan beragam budaya, pemerintahnya baru akan memulai mencangakan totalitas pengaplikasian pengetahuan berbasis teknologi dan kebudayaan ini dalam sistem ekonomi di tahun 2025 mendatang.

Sebagaimana halnya dengan visi misi Departemen Perdagangan tentang ekonomi kreatif Indonesia 2025, pemerintah mencanangkan peningkatan ekspor berdasarkan kearifan dan warisan budaya lokal. Pemerintah pun tidak bisa menyangkal bilamana ekonomi kreatif memainkan peran yang cukup signifikan serta memberi kontribusi yang tidak sedikit, baik itu dalam bidang ekspor, PDB, maupun penciptaan lapangan kerja dan usaha. Iklim bisnis pun akan menunjukkan titik cerah dan pengangkatan citra dan identitas bangsa dalam turisme dan ikon nasional melalui industri ekonomi kreatif.

Pada tahun 2008 kontribusi industri kreatif Indonesia tidak banyak menyumbang bagi pendapatatan nasional, seperti kontribusi PDB sebesar 151 triliun rupiah (7,28% dari total PDB Indonesia), jumlah penyerapan tenaga kerja mencapai 7,7 juta pekerja dengan tingkat partisipasi 7,53%, nilai ekspor mencapai 114,9 triliun rupiah dan berkontribusi sebesar 7,52% terhadap total nilai ekspor nasional (pertumbuhan nilai nominal ekspor). Tiga subsektor yang memberikan kontribusi paling tinggi adalah fashion (43%), kerajinan (25%), periklanan (8%) dan desain (6%).

Sumbangsih nilai persentase ini belum berarti bila dibandingakan dengan asumsi di lapangan, jumlah impor masih lebih besar dari ekspor yang tidak seimbang akan menjadikan keadaan ekonomi Indonesia sulit berkembang. Apabila hal ini dihadapkan dengan rencana ekonomi kreatif Indonesia 2025 dalam hubunganya yang komprehensif dengan kesiapan Indonesia menghadapi ekonomi kreatif, tentu akan menjadi lebih bergairah.

Sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bisa berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, jika kita menganalisa dari segi keanekaragaman seni budaya dipadu dengan teknologi, yang merupakan salah satu modal dasar ekonomi kreatif. Akan tetapi, minimnya perhatian dan dukungan pemerintah terhadap kegiatan ekonomi kreatif serta minimnya sosialisasi kepada kaum muda yang merupakan motor penggerak ekonomi kreatif

Page 14: 2010

menjadikan ekonomi kreatif yang akan dituju hanya tinggal angan-angan. Program-program pemerintah pun jelas terlihat seperti tanpa harapan,

Rencana pemerintah saat ini yang yang belum menjadikan industri ekonomi kreatif sebagai sumber pendapatan negara yang penting, semakin membuat terpuruknya tekad dalam totalitas pengembangan ekonomi kreatif. Dalam kasus ini, pemerintah pun masih berorientasi pada sektor manufaktur, fiskal, dan agrobisnis. Meskipun sudah jelas kalau ekonomi kreatif tidak kalah pentingnya bila pemerintah bersama masyarakat serius dalam melakoninya. Akan tetapi pengaruh harga minyak global yang semakin tak menentu dan naiknya tarif dasar listrik cenderung mempengaruhi kinerja industri kreatif terutama pada meningkatnya harga bahan baku dan ongkos produksi.

Adapun kendala-kendala yang akan dihadapi dalam menuju ekonomi kreatif adalah terutama di bidang pembiayaan. Walaupun pemerintah sangat menyarankan para pemuda untuk ikut berkontribusi dan mengambil andil dalam ekonomi kreatif, tetapi pada kenyataan pelaksanaan pemberian bantuan pembiayaan yang disalurkan melalui bank-bank akan terhambat karena sulitnya birokrasi dan rumitnya persyaratan, terutama penyerahan agunan kredit. Hal ini dikarenakan bank cenderung selektif dan ingin mengamankan dana yang akan disalurkan. Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia mengakibatkan rendahnya mutu produk yang akan dihasilkan. Secara otomatis, hal ini diperparah lagi dengan tingginya tingat persaingan global. Para kaum muda juga belum menguasai sepenuhnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu, kurangnya iklim kondusif yang masih ada di negara kita diperparah oleh kaum muda yang masih berorientasi menjadi pegawai.

Agar ekonomi kreatif ini tidak hanya menjadi wacana belaka, maka antara pemerintah dan masyarakat serta pihak-pihak yang terkait diharapkan berjalan sinergi. Pemerintah sebaiknya menyediakan sarana dan prasarana serta memberi stimulus yang tidak henti-hentinya. Sedangkan bagi pihak-pihak terkait seperti bank yang akan menyalurkan pendanaan tidak dihantui oleh rasa curiga dengan membuat persyaratan penyaluran dana yang sulit ditembus. Kaum muda selaku calon-calon pelaksana di dunia bisnis dituntut untuk selalu kreatif, inovatif, dan fleksibel.

Apabila hal ini berjalan dengan lancar, maka tidak perlu disanksikan lagi bahwa ekonomi kreatif akan memberikan sumbangsih yang sangat signifikan disamping akan menciptakan lapangan kerja yang sangat banyak dan akan menciptakan juga pengusaha-pengusaha muda yang sangat tangguh. Dan akhirnya ekonomi kreatif akan menaikkan pendapatan nasional yang dahsyat. Semoga.

DAFTAR PUSTAKA

Materi sosialisasi pengembangan ekonomi kreatif saat technical meeting.

http://kolumnis.com/2009/01/30/pentingnya-ekonomi-kreatif-bagi-indonesia/

http://feksi.wordpress.com

Page 15: 2010

Keterkaitan antara kewirausahaan dan ekonomi kreatifPosted on 24 Oktober 2010 by asmonowikan| Tinggalkan komentar

Oleh:Theresia Felisia Katherina (SMAN 2 Jakarta)

Theresia Felisia Katherina

Permasalahan perekonomian yang melanda Indonesia begitu kompleks. Satu diantara berbagai permasalahan tersebut adalah begitu besarnya angka pengangguran di Indonesia. Lapangan pekerjaan yang tersedia masih jauh dari cukup untuk menampung jumlah tenaga kerja yang begitu banyak.  Hal ini sudah menjadi pekerjaan rumah pemerintah sejak lama yang sampai sekarang belum dapat dituntaskan. Berbagai usaha telah ditempuh untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah sosialisasi tentang pembudayaan kewirausahaan (enterpreneurship) yang marak dilakukan lewat berbagai cara, mulai dari pendidikan sekolah, hingga melalui seminar-seminar dan penyuluhan di berbagai tempat dengan peserta dari berbagai golongan, mulai dari pelajar.

Lalu sebenarnya, apakah kewirausahaan itu? Berbagai pendapat berbeda pun timbul dari para ahli untuk mendefinisikan kewirausahaan. Richard Cantillon (1775) misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Definisi lain di ungkapkan Harvey Leibenstein (1968-1979) yakni kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.

Singkat kata, Kewirausahaan bisa diartikan sebagai  kemampuan mandiri dan bekerja independen untuk mencapai kesejahteraan. Kewirausahaan juga merupakan sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.

Seorang yang mengaplikasikan konsep dari kewirausahaan yaitu bekerja dengan independen dan menciptakan lapangan kerja sendiri dengan menjalankan usahanya berdasarkan idenya sendiri,dan menggunakan sumber daya yang tersedia secara kreatif dan inovatif, atau istilah populernya berbisnis disebut wirausaha. Kewirausahaan tidak mutlak dimiliki oleh wirausaha dalam dunia bisnis saja. Kenyataannya, sifat kewirausahaan juga banyak dimiliki karyawan, baik swasta ataupun pemerintah. Sifat kewirausahaan, itu sendiri muncul ketika seseorang berani

Page 16: 2010

mengembangkan ide-idenya dengan usaha-usaha tertentu. Tidak mudah untuk memiliki jiwa kewirausahaan. Kewirausahaan mencakup:

A.Sikap-sikap kewirausahaaan:Disiplin: Memiliki kedisiplinan yang tinggi atas ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja.Komitmen Tinggi: Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).

Jujur: Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran dalam promosi, kejujuran pelayanan yang dijanjikan dan kejujuran dalam  kegiatan terkait dengan penjualan produk yang dilakukan.Kreatif dan Inovatif: Untuk memenangkan persaingan, harus memiliki daya kreativitas tinggi dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada.Mandiri: Dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya.Realistis: Mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatannya.

B.Tahap Kewirausahaan:Tahap memulai: niat untuk usaha, melihat peluang usaha yang mungkin, menentukan jenis usaha.Tahap melaksanakan usaha: mengelola pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.Tahap mempertahankan usaha: melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.Tahap mengembangkan usaha: jika hasil yang diperoleh mengalami perkembangan atau dapat bertahan, perluasan usaha mungkin dilakukan.

C. Ciri-ciri wirausaha  yang berhasil:1.  Memiliki visi dan tujuan yang jelas2. Inisiatif dan selalu proaktif tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi lebih   dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.3. Berorientasi pada prestasi. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama.Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.4.  Berani mengambil risiko.5. Kerja keras. Jam kerja tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang dia datang.6.  Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.7.  Komitmen pada berbagai pihak.8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang

Page 17: 2010

berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak, antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

Bercermin dari negara-negara maju di dunia, seperti di Negara-Negara Eropa,Amerika,dan Kanada yang sudah mendapat pendidikan kewirausahaan sejak tahun 1950, di Indonesia saat ini di pendidikan tentang kewirausahaan sangat gencar diberikan kepada masyarakat sejak dini dengan harapan kewirausahaan tersebut dapat berakar kuat dalam diri masyarakat Indonesia sehingga memunculkan banyak wirausahawan yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Kondisi yang sering terjadi adalah anak-anak Indonesia setelah tamat sekolah, yang terbersit dipikirannya adalah bekerja. Melihat kondisi Indonesia saat ini, dengan ketersediaan lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja, pola pikir seperti itu tidak tepat. Mengapa? Karena pola pikir seperti itu tidak memacu kreatifitas dalam diri. Kecenderungan untuk hanya meniru lah yang akan timbul. Sesungguhnya, keterampilan untuk mencipta sesuatu ide dan gagasan barulah yang sangat diperlukan.

Kreatifitas memang sangatlah penting dan diperlukan bagi orang yang memiliki jiwa kewirausahaan. Kreatifitas itu jugalah yang menjadi dasar fenomena munculnya konsep Ekonomi Kreatif yang sekarang ini juga marak disosialisasikan, bersamaan dengan pendidikan kewirausahaan pada masyarakat indonesia.

Apakah Ekonomi Kreatif itu? Ekonomi Kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan  ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Mengapa konsep ini bisa muncul? Di jaman moderen ini, semakin disadari bahwa ide adalah barang ekonomi yang sangat penting.

Dengan ide, produksi akan barang dan jasa menjadi tiada hentinya, selalu ada terobosan baru yang mengungguli trobosan lama. Contohnya, zaman dahulu, televisi tidak berwarna, kemudian berkembang menjadi televisi berwarna. Televisi terus berkembang. Sekarang, diciptakan televisi yang sangat tipis, menggunakan teknologi LED dengan berbagai fitur lainnya. Barang yang diciptakan semakin mengalami perkembangan teknologi yang menawarkan berbagai keuntungan bagi para konsumen sehingga orang-orang akan selalu tertarik untuk membelinya. Itu semua berawal dari ide yang menghasilkan kreatifitas dalam menciptakan, sehingga dalam suatu barang hasil produksi, yang diutamakan bukan hanya satu fungsi, tetapi menjadikan barang tersebut multifungsi. Ide tersebut tidak akan pernah habis karena selama manusia hidup, manusia akan memiliki ide-ide itu. Ide–ide kreatif membuat orang bisa menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya fisik yang terbatas untuk tetap melakukan kegiatan ekonomi. Misalnya kemunculan berbagai pernak-pernik lucu dan unik seperti tas, tempat pensil, mainan, dll yang berasal dari daur ulang sampah. Sampah yang harusnya dibuang, bisa dimanfaatkan untuk menciptakan benda bernilai guna, yang tidak hanya memiliki fungsi tertentu, tapi juga menampilkan keindahan dan keunikan, bahkan bernilai ekonomi.

Melihat pentingnya pengembangan Ekonomi Kreatif, Instansi-instansi pemerintah seperti, Kementerian Negara dan Riset, Kementerian BUMN, Kementerian Nasional dan Kementerian Pertanian berkoordinator dalam mensosialisasikan pengembangan Ekonomi Kreatif dengan misi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Instansi-Instansi tersebut memiliki tugas-tugas

Page 18: 2010

tersendiri untuk menjalankan misi tersebut, sesuai dengan Inpres No.6 Tahun 2009(Http://www.Indonesiakreatif.net).

Lalu,adakah hubungan pembahasan mengenai kewirausahaan dengan ekonomi kreatif? Tentu saja ada.Dalam misi untuk mendorong masyarakat menjadi wirausahawan baru yang sukses sehingga menciptakan banyak lapangan kerja baru yang menyerap begitu membludaknya jumlah penggangguran di Indonesia, konsep ekonomi kreatif dirasa paling tepat ditanamkan pada pemikiran  masyarakat dalam memberi motivasi untuk berwirausaha karena untuk berwirausaha dengan konsep ekonomi kreatif, ide adalah modal utama. Dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia yang relatif rendah, konsep ini diharapkan mampu memotivasi masyarakat untuk berwirausaha walaupun dengan modal yang sangat terbatas sekalipun.

Sosialisasi untuk membudayakan kewirausahaan disertai pemanfaatan konsep ekonomi kreatif cukup efektif karena ada cukup banyak wirausahawan baru yang muncul dan menuai sukses dengan berbekal dua hal penting tersebut. Hebatnya, banyak diantara wirausahawan baru tersebut yang  masih belia. Ini adalah berita baik dimana tujuan dari pendidikan kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif yakni, mendorong munculnya wirausahaan muda dapat terealisasi.

Contohnya Suhas Gopinath. CEO Global Inc yang memulai bisnis pada usia 14 tahun. Gopinath lahir di Bengaluru, Karnataka, India, 4 Nopember 1986. Gopinath membangun Global Inc di San Jose, California, pada tahun 2000. Perusahaan teknologi informasi ini melayani software solutions, mobile, dan e-commerce dengan pendapatan jutaan dolar.  Semula dia hanya mempekerjakan enam orang karyawan dengan bayaran 15 rupee per jam atau Rp 15.000. Namun kini dia memiliki 600 karyawan yang kesemuanya berusia muda.  Atas prestasinya yang luar biasa, Gopinath sudah sering diberi penghargaan sebagai pengusaha termuda oleh berbagai instansi seperi European Parliament, World Economic Forum. (Http://adesyam.blogspot.com)

Kisah di atas bisa dijadikan motivator bagi masyarakat Indonesia, terutama generasi muda dengan tingkat kreatifitas tinggi untuk memanfaatkan kreatifitas yang dimiliki dan bekal pendidikan budaya kewirausahaan lewat berbagai media untuk membangun negeri Indonesia tercinta ini dengan menunjukkan kemampuan mencipta bukan meniru dan memakai saja.  Tunjukkan Kreatifitasmu! Buktikan pada dunia bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang berkualitas, cerdas, mandiri, kreatif, dan inovatif dengan menciptakan terobosan-terobosan baru di berbagai bidang! Jadilah pengusaha yang sukses yang tidak hanya membawa kesejahteraan bagi dirimu sendiri, melainkan bagi bangsa dan negara!

Daftar Pustaka

Http://www.Indonesiakreatif.net

Http://adesyam.blogspot.com

Http://id.wikipedia.org

Http://www.Indonesiakreatif.com

Page 19: 2010

Http://www.depdag.co.id