2. landasan teori 2.1 kajian teoritis · 2.1 kajian teoritis pekerjaan pada bidang konstruksi...

28
5 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari semua pihak yang terlibat, kerjasama tim merupakan sukses kunci kemitraan. Kemitraan adalah suatu komitmen jangka panjang antara dua atau lebih organisasi untuk kepentingan menuju keberhasilan sasaran dari bisnisnya. Pertimbangan yang paling utama dalam bermitra adalah untuk mencapai keuntungan timbal balik antara mitra kerja dan untuk mencapai sasaran bisnis (Nedo, 1991). Dua atau lebih organisasi yang mana sedang membina kerjasama untuk suatu proyek secara spesifik dengan harapan untuk saling memberikan layanan satu sama lainnya (Irayani dan Yunita, 2001). Pada awalnya hubungan kerja kontraktor dalam bermitra masih sangat sederhana, yaitu hubungan yang terjadi hanya antara pemilik proyek dan kontraktor. Semakin lama hubungan tersebut semakin kompleks, seiring dengan perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Pada akhir dekade ini, hubungan kerja kontraktor sudah mengarah pada suatu pembagian tugas yang semakin khusus dan terperinci, sehingga selain hubungan kerja antara pemilik proyek dan kontraktor, masih ada berbagai pihak terkait yang berkepentingan dan terlibat dalam suatu proyek konstruksi. Pihak-pihak yang terlibat antara lain, konsultan perencana, konsultan pengawas, mitra kerja kontraktor atau subkontraktor, pemasok barang-barang kebutuhan proyek, para penyandang dana, dan berbagai pihak lain (Wiryodingingrat, 1995). 2.2. Hubungan Kontraktor dan Subkontraktor Kontraktor adalah perusahaan yang membuat kontrak dengan pemilik proyek (owner) yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan beberapa elemen dan input yang merupakan bagian proses konstruksi dan menyelesaikan suatu proyek (Clough, 1994). Subkontraktor adalah agensi spesialis dalam pelaksanaan suatu pekerjaan khusus, disamping menyediakan pekerja, juga menyediakan material, peralatan Universitas Kristen Petra

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

5

2. LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teoritis

Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari

semua pihak yang terlibat, kerjasama tim merupakan sukses kunci kemitraan.

Kemitraan adalah suatu komitmen jangka panjang antara dua atau lebih organisasi

untuk kepentingan menuju keberhasilan sasaran dari bisnisnya. Pertimbangan

yang paling utama dalam bermitra adalah untuk mencapai keuntungan timbal

balik antara mitra kerja dan untuk mencapai sasaran bisnis (Nedo, 1991). Dua atau

lebih organisasi yang mana sedang membina kerjasama untuk suatu proyek secara

spesifik dengan harapan untuk saling memberikan layanan satu sama lainnya

(Irayani dan Yunita, 2001).

Pada awalnya hubungan kerja kontraktor dalam bermitra masih sangat

sederhana, yaitu hubungan yang terjadi hanya antara pemilik proyek dan

kontraktor. Semakin lama hubungan tersebut semakin kompleks, seiring dengan

perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Pada akhir dekade ini, hubungan

kerja kontraktor sudah mengarah pada suatu pembagian tugas yang semakin

khusus dan terperinci, sehingga selain hubungan kerja antara pemilik proyek dan

kontraktor, masih ada berbagai pihak terkait yang berkepentingan dan terlibat

dalam suatu proyek konstruksi. Pihak-pihak yang terlibat antara lain, konsultan

perencana, konsultan pengawas, mitra kerja kontraktor atau subkontraktor,

pemasok barang-barang kebutuhan proyek, para penyandang dana, dan berbagai

pihak lain (Wiryodingingrat, 1995).

2.2. Hubungan Kontraktor dan Subkontraktor

Kontraktor adalah perusahaan yang membuat kontrak dengan pemilik proyek

(owner) yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan beberapa elemen dan

input yang merupakan bagian proses konstruksi dan menyelesaikan suatu proyek

(Clough, 1994).

Subkontraktor adalah agensi spesialis dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

khusus, disamping menyediakan pekerja, juga menyediakan material, peralatan

Universitas Kristen Petra

Page 2: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

6

berat, peralatan ringan atau disain. Subkontraktor bertanggung jawab terhadap

pengawasan sebagaian pengerjaan, bertindak sebagai agen dari sistem produksi

kontraktor (Lendra, 2004).

Para kontraktor sesungguhnya menyadari bahwa landasan terpenting dalam

industri konstruksi adalah agar dapat bekerja sebaik-baiknya, nyaman dan aman,

bagi seluruh kepentingan umum. Hal-hal tersebut dicakup dalam fungsi kontraktor

sebagai elemen tanggung jawab profesional yang ditegakkan sebagai kehormatan

dalam mengemban kepercayaan. Tanggung jawab tersebut memerlukan upaya-

upaya pengembanan metode konstruksi dan pelayanan dalam bentuk manajemen,

dalam rangka mengurangi hal-hal yang tidak ekonomis dan praktek pelaksanan

yang tidak pada tempatnya. Semakin membengkaknya volume manapun

kompleksitas kegiatan dalam proses konstruksi telah mendorong tumbuh

berkembangnya kegiatan-kegiatan spesialisasi didalam proses. Munculnya

kegiatan spesialisasi tersebut lebih dipacu lagi dengan penemuan-penemuan baru

dibidang bahan serta pengembangan sistem instalasi dan struktur bangunan.

Keadaan tersebut mendorong timbulnya pertimbangan untuk menempuh cara

mensubkontraktorkan beberapa bagian pekerjaan kepada kontraktor spesialis.

Meskipun untuk pekerjaan-pekerjaan pokok seperti pekerjaan sipil yang berkaitan

dengan sistem struktur bangunan, biasanya tetap dikerjakan sendiri oleh

kontraktor utama. Pekerjaan pokok tersebut biasanya merupakan porsi terbesar

dari keseluruhan volume pekerjaan dan memerlukan pengendalian secara khusus

karena pengaruhnya terhadap keseluruhan pembiayaan. Pada kenyataanya, cara

kerja sama demikian telah berhasil memberikan banyak manfaat, baik bagi

kontraktor utama maupun para perusahaan subkontraktor (Dipohusodo, 1993).

Wewenang dari kontraktor utama hanya terbatas pada koordinasi dengan

cara memberikan konstruksi dan mengalihkan resiko kepada subkontraktor.

Rendahnya keuntungan bagi subkontraktor, mengakibatkan kurangnya sumber

daya personil yang terampil dan terlatih, teknologi dan pengalaman, ketidakadilan

kondisi kontrak dan perbedaan tujuan (antara kontraktor dan subkontraktor) telah

memberikan konstrubusi yang signifikan dan berpengaruh terhadap kinerja

proyek. Untuk menghindari permasalahan diatas dan memastikan kinerja yang

lebih baik, maka sangat disarankan untuk menggunakan konsep kemitraan antara

Universitas Kristen Petra

Page 3: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

7

kontraktor utama dan subkontraktor sebagai suatu pendekatan re-engineering.

Perhatian khusus perlu diberikan jika konsep kemitraan diimplementasikan pada

hubungan antara kontraktor dan subkontraktor yaitu dengan prinsip yang obyektif

untuk meningkatkan kinerja dan mengurangi biaya bagi klien (Dissanayaka dan

Kumaraswamy, 1997).

Berbeda dengan perusahaan kontraktor, bagi perusahaan subkontraktor akan

mengalami manfaat melalui sistem, karena bagaimanapun terbuka kesempatan

kerja bagi mereka. Sistem tersebut telah membuka peluang serta pasar bagi

perusahaan-perusahaan subkontraktor, yang biasanya hanya berkekuatan modal

terbatas dan tidak mampu bersaing untuk memperebutkan keseluruhan pekerjaan

proyek (Dipohusodo, 1993).

2.3. Jenis Pekerjaaan yang Disubkontraktorkan

Kontraktor seringkali dihadapkan kepada pilihan antara mengerjakan

sendiri lingkup proyek, atau menyerahkan sebagian kepada perusahaan lain

sebagai subkontraktor. Untuk proyek berskala besar, praktek telah menunjukkan

bahwa karena alasan-alasan efisiensi dan produktifitas, terdapat kecenderungan

makin banyak paket kerja oleh kontraktor (utama) diserahkan kepada

subkontraktor. Tersedianya perusahaan subkontraktor yang mampu dari segi

teknis dan finansial adalah faktor utama dalam mempertimbangkan penyerahan

bagian lingkup proyek kepada subkontraktor, disamping harga yang wajar. Jenis

pekerjaan bersifat khusus akan lebih efisien diserahkan kepada perusahaan yang

mamang spesialis dalam bidang tersebut sebagai subkontraktor dari pada

dilaksanakan sendiri oleh kontraktor utama (Soeharto,1995). Jenis pekerjaan yang

sering disubkontraktorkan yaitu pekerjaan pondasi, pekerjaan bekisting dan

pekerjaan mekanikal-elektrikal (Dipohusodo, 1993).

2.4. Faktor Sukses

Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari

semua pihak yang terlibat, kerjasama tim merupakan sukses kunci kemitraan.

Kerjasama tim dapat berupa intra maupun inter organisasi atau keduanya (Cheung

et al, 2003). Konsep kemitraan menitikberatkan pada tujuan menghilangkan

hubungan permusuhan antara klien dan kontraktor, (meskipun tidak menutup

Universitas Kristen Petra

Page 4: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

8

kemungkinan hubungan antra kontraktor dan subkontraktor) ke hubungan ko-

operatif yang mendorong kerjasama, saling berbagi visi dan situasi win-win solusi

dalam mengatasi permasalahan yang terjadi (Black et al, 2000). Tidak ada metode

kontrak manajemen yang 100% berhasil, namun ada beberapa faktor yang dapat

dikontrol baik oleh kontraktor maupun subkontraktor yang berpotensi mengarah

kepada berhasil atau tidaknya hubungan kemitraan (Lazar, 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan antara mitra kerja adalah :

- Sumber Daya Yang cukup

- Dukungan Dari Manajemen Puncak

- Saling Percaya

- Komitmen Jangka Panjang

- Komunikasi Yang Efektif

- Koordinasi Yang Efisien

- Resolusi Konflik Yang Produktif

2.4.1 Sumber Daya Cukup

Sumber daya terhitung langka dan bersaing, tidak lazim bagi suatu

organisasi untuk berbagi sumber-sumbernya dengan yang lain. Sumber daya yang

utama adalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan modal. Beberapa penyelidikan

sebelumnya menunjukan pentingnya berbagi sumber antar mitra kerja agar

hubungan kemitraan dapat berjalan dengan baik (Chan et al, 2004). Pentingnya

berbagi sumber antar mitra kerja juga dapat menegaskan penggunaan sumber-

sumber secara maksimal. Sumber-sumber yang saling mengisi dari berbagai

kelompok tidak hanya dapat digunakan untuk memperkuat daya saing dan

kemampuan membangun dari sebuah hubungan kemitraan, tetapi juga mampu

menjadi kriteria utama untuk menilai keberhasilan dari sebuah kemitraan (Cheng

et al, 2000).

2.4.1.1 Pengetahuan Tentang Konstruksi

A. Penyusunan jadwal yang kooperatif

Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah-

langkah pelaksanaan untuk mencapai sasaran. Jadwal atau waktu

merupakan salah satu sasaran utama proyek. Keterlambatan jadwal akan

mengakibatkan berbagai bentuk kerugian, misalnya panambahan biaya,

Universitas Kristen Petra

Page 5: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

9

kehilangan kesempatan produk memasuki pasaran, dan lain-lain. Metode

penyusunan jadwal yang terkenal adalah analisis jaringan kerja

(network), yang menggambarkan dalam suatu grafik hubungan urutan

pekerjaan proyek. Pekerjaan yang harus mendahului dan didahului oleh

pekerjaan lain diidentifikasi dalam kaitannya dengan waktu.

Pengelolaan waktu itu sendiri meliputi perencanaan, penyusunan, dan

pengendalian jadwal (Soeharto,1995).

B. Pengetahuan untuk mendapatkan kualitas

Kualitas atau mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi,

atau melebihi harapan (Tjiptono dan Diana, 1996). Kualitas atau mutu

dalam kaitannya dengan proyek, dapat diartikan sebagai memenuhi

syarat penggunaan yang telah ditentukan atau fit for intended use. Agar

suatu produk atau jasa hasil proyek memenuhi syarat penggunaan,

diperlukan suatu yang panjang, dan kompleks mulai dari mengkaji apa

saja syarat-syarat penggunaan yang dikehendaki oleh pemilik proyek

atau owner, menjabarkan persyaratan tersebut menjadi kriteria dan

spesifikasi, serta menuangkannya menjadi gambar-gambar instalasi atau

produksi. Pengetahuan untuk mendapatakan kualitas juga termasuk

menganalisis sumber daya serta jadwal, sampai kepada merencanakan

dan mengendalikan aspek mutu pada tahap implementasi atau produksi.

Semua kegiatan diatas adalah bagian dari pengelolaan kualitas atau mutu

yang ada dilingkungan proyek dilakukan dengan menyusun program

penjaminan dan pengendalian mutu atau Quality Assurance (QA), dan

Quality Control (QC) (Soeharto,1995).

C. Penyusunan perkiraan biaya proyek

Perkiraan biaya adalah seni memperkirakan (the art of approximating)

kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang

didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu NES ( National

Estimating Society-USA). Definisi perkiraan biaya di atas erat

hubungannya dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan yang menyangkut

pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai sebagai

Universitas Kristen Petra

Page 6: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

10

bahan untuk menyusun perkiraan biaya. Menyusun perkiraan biaya

berarti melihat masa depan, memperhitungkan, dan mengadakan

prakiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Analisis biaya

menitikberatkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa

lalu yang akan dipakai sebagai masukan (Soeharto,1995).

Faktor sumber daya yaitu pengetahuan tentang konstruksi memiliki

hambatan dimana keterbatasan pengetahuan tentang konstruksi akan berpengaruh

pada penyusunan jadwal yang tidak kooperatif, kualitas rendah, dan terjadi

pembengkakkan biaya. Antisipasi yang dapat diambil terhadap hambatan yang

terjadi adalah dengan membuat barchart, Bill Of Quantity dan harus dapat

mengetahui spesifikasi mutu atau kualitas yang diharapkan. Ukuran kesuksesan

yang diharapkan yaitu penyelesaian proyek sesuai jadwal, kontrak kerja dan

anggaran biaya yang direncanakan

2.4.1.2 Teknologi yang Dipakai

A. Penggunaan teknologi pada alat berat yang dapat meminimalkan tenaga

kerja.

Di samping material dan peralatan yang akan menjadi bagian tetap dari

instalasi, juga diperlukan alat konstruksi atau alat berat yang digunakan

untuk membantu tenaga kerja dilapangan. Jadi teknologi dapat

meminimalkan penggunaan tenaga kerja dan tugas-tugasnya. Dewasa ini

dengan tersedianya berbagai macam alat-alat konstruksi, baik mengenai

kapasitas maupun spesialisasinya maka efektifitas dan efisiensi

penggunaannya terletak pada program pengelolaan dan tingkat disiplin

dalam melaksanakan program tersebut. Program pengelolaan tersebut

meliputi seleksi pengadaan, operasi dan pemeliharaan, keputusan

membeli atau menyewa, dan standarisasi (Soeharto,1995).

B. Penggunaan teknologi yang dapat mengefisienkan pekerjaan sehingga

mempercepat jadwal proyek.

Pada awal sebelum adanya perencanaan target jadwal atau tanggal

penyelesaian yang telah ditentukan, pimpinan proyek harus menganalisis

terlebih dahulu untuk mengetahui kemungkinan atau kepastian mencapai

Universitas Kristen Petra

Page 7: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

11

jadwal tersebut, yaitu dengan adanya usaha-usaha tambahan guna

mempercepat penyelesaian pekerjaan misalnya dengan menggunakan

teknologi. Penggunaan teknologi dapat membantu mempermudah

pekerjaan sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan dapat

mempercepat jadwal proyek yang telah ditentukan (Soeharto,1995).

C. Penggunaan teknologi pada alat berat yang dapat meningkatkan

keselamatan kerja.

Faktor keselamatan kerja menempati urutan pertama sebagai aspek yang

harus diperhatikan dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada tahap

konstruksi. Hal ini disebabkan oleh karena pada tahap ini terkumpulnya

sejumlah besar tenaga kerja di area yang relatif sempit. Teknologi

sebagai pengganti fungsi manusia atau tenaga kerja. Pemakaian teknologi

pada umumnya untuk menangani material yang berbahaya dan tugas-

tugas yang susah dilakukan dengan tenaga manusia (Soeharto,1995).

Faktor sumber daya yaitu teknologi yang dipakai, hambatan yang sering

terjadi adalah keterbatasan teknologi yang dipakai, sehingga memerlukan banyak

tenaga kerja, dapat memperlambat jadwal proyek, dan jaminan keselamatan

kerja. Antisipasi yang dapat diambil adalah antar mitra kerja harus mempunyai

teknologi yang cukup dalam penyelesaian pekerjaan dilapangan. Ukuran

kesuksesan yang diharapkan mitra kerja yaitu dapat menggunakan teknologi yang

ada seefisien mungkin.

2.4.1.3 Modal yang Dipunyai Mitra Kerja

A. Perencanaan keuangan yang kooperatif antara mitra kerja yang dapat

memperlancar jalannya pekerjaan proyek

Dari sudut kontraktor, uang adalah sumber daya terpenting. Tanpa uang

kontraktor tidak akan bisa memperoleh ketiga sumber daya lain yaitu

tenaga kerja, bahan atau material, dan peralatan yang dibutuhkannya.

Banyak kontraktor menaksir terlampau rendah kebutuhan akan uang,

tampak dari kenyataan bahwa di banyak negara mereka menghadapi

kebangkrutan. Banyak subkontraktor bahkan pemasok menganggap

kontraktor kurang aman sehingga mereka mau menerima pekerjaan atau

Universitas Kristen Petra

Page 8: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

12

order tersebut bila kontraktor membayar tunai sesuai kontrak. Kontraktor

harus menyadari hal ini pada waktu menyiapkan penawarannya, artinya

mereka harus memiliki cukup modal untuk dapat terus membayar gaji,

membeli bahan serta menyewa peralatan antara waktu pemeriksaan

pekerjaan dan waktu pembayaran agar dapat memperlancar jalannya

pekerjaan proyek (Austen dan Neale, 1994).

B. Pembelian material yang termasuk pekerjaan subkontraktor yang dapat

meminimalkan modal kontraktor

Menyusun perkiraan biaya dalam pembelian material sangat kompleks,

mulai dari membuat spesifikasi, mencari sumber, mengadakan lelang

sampai kepada membayar harganya. Terdapat berbagai alternatif yang

tersedia, salah satunya yaitu dengan mensubkontraktorkan untuk

kegiatan tersebut, sehingga bila kurang tepat menanganinya mudah

sekali membuat biaya atau modal proyek menjadi tidak ekonomis

(Soeharto, 1995).

C. Pembiayaan peralatan pekerjaan yang disubkontraktorkan yang dapat

meminimalkan biaya peralatan kontraktor

Peralatan meruapakan barang yang dibutuhkan selama pembangunan

proyek. Penyediaan alat adalah tanggung jawab kontraktor dan termasuk

dalam harga penawaran. Semua kontraktor kecuali kontraktor yang

sangat besar tidak dapat memiliki sendiri alat-alat yang besar yang

mungkin hanya akan digunakan untuk waktu singkat di suatu lokasi

pekerjaan, kebanyakan kontraktor menyewanya saja bila diperlukan,

atau ada juga kontraktor yang mensubkontraktorkan pekerjaan tersebut

beserta dengan peralatan yang akan digunakan, sehingga dapat

meminimalkan biaya peralatan kontraktor. Prinsip ini juga sama dalam

mengukur biaya terhadap rencana, seperti tenaga kerja, produktivitas alat

harus diusahakan maksimal dan alat yang di sewa harus dikembalikan

segera sesudah tidak diperlukan lagi (Austen dan Neale, 1994).

Faktor sumber daya yaitu modal yang dipunyai mitra kerja, hambatan yang

terjadi adalah kurangnya modal yang dipunyai mitra kerja yang berpengaruh pada

perencanaan keuangan yang kurang kooperatif, menghambat pembelian material,

Universitas Kristen Petra

Page 9: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

13

dan pembiayaan peralatan. Antisipasi yang dapat diambil adalah membuat

perencanaan keuangan yang kooperatif, melakukan negosiasi harga pekerjaan, dan

biaya peralatan. Ukuran kesuksesan yang yang diharapkan mitra kerja yaitu

pengeluaran anggaran sesuai dengan modal yang dipunyai.

2.4.2 Dukungan Manajemen Puncak

Dukungan dari manajemen puncak adalah penting sekali untuk mengawali

serta menjalani suatu rencana kemitraan, dimana merumuskan strategi dan

petunjuk aktivitas pelaksanaan konstruksi, persetujuan bersama antara mitra kerja,

tugas dan tanggung jawab manajemen puncak yang baik dapat terjalinnya

hubungan kemitraan yang akan sukses (Cheng et al, 2000; Soeharto, 1995).

Dukungan dari manajemen puncak selalu merupakan prasyarat untuk keberhasilan

sebuah proyek kemitraan (Chan et al, 2004). Kesalahan strategi dan petunjuk

aktivitas pelaksanaan konstruksi yang berpengaruh pada hubungan, perencanaan,

dan pembayaran. Selalu mengadakan rapat antara mitra kerja dalam

menyelesaikan masalah yang terjadi diproyek. Mampu menciptakan hubungan

kemitraan dengan baik, dan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi di proyek.

2.4.2.1 Strategi dan Petunjuk Aktivitas Pelaksanaan Konstruksi

A. Penyelenggaraan rapat secara rutin

Dalam strategi dan petunjuk aktivitas bisnis, mengadakan rapat secara

rutin diharapkan tujuan dan sasaran yang sudah dibahas oleh masing-

masing pihak harus sudah merupakan hasil kesepakatan bersama antar

mitra kerja (Cheng et al, 2000). Merencanakan rapat yang efektif dimulai

dengan menentukan tujuan rapat. Rapat yang direncanakan mungkin

untuk satu tujuan atau kombinasi tujuan-tujuan, seperti menyebarkan

informasi yang diperoleh mitra kerja, memecahkan masalah bersama dan

membuat keputusan bersama didalam rapat (Curtis,Floyd dan Winsor

1997).

B. Pembuatan rencana pelaksanaan proyek

Dukungan dari manajemen puncak sebelum proyek berlangsung yaitu

dibuatnya rencana pelaksanaan proyek agar nantinya proyek dapat

Universitas Kristen Petra

Page 10: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

14

berjalan sesuai biaya, waktu dan kualitas yang telah direncanakan (Cheng

et al, 2000).

C. Penyetujuan pembayaran pekerjaan yang telah diselesaikan oleh

subkontraktor

Perlu adanya dukungan dari manajemen puncak dalam pembayaran

pekerjaan yang telah diselesaikan, persetujuan cara pembayaran mitra

kerja harus sesuai dengan kontrak kerjanya (Cheng et al, 2000).

Faktor dukungan manajemen puncak yaitu strategi dan petunjuk aktivitas

pelaksanaan konstruksi, hambatan yang sering terjadi adalah kesalahan strategi

dan petunjuk aktivitas pelaksanaan konstruksi yang berpengaruh pada hubungan,

perencanaan, dan pembayaran. Antisipasi yang dapat dilakukan adalah selalu

mengadakan rapat antara mitra kerja dalam menyelesaikan masalah yang terjadi

diproyek. Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra kerja yaitu mampu

menciptakan hubungan kemitraan dengan baik, dan dapat menyelesaikan masalah

yang terjadi di proyek.

2.4.2.2 Persetujuan Bersama Antara Mitra Kerja

A. Perencanaan biaya dan mutu

Pada saat berlangsungnya suatu proyek, perencanaan biaya dan mutu

sebaiknya harus direncanakan terlebih dahulu. Proyek yang

dimanajemeni dengan berhasil adalah proyek yang diselesaikan dengan

tingkat kulitas yang ditetapkan, penyelesaian pekerjaan tepat atau

sebelum batas waktu, dan biaya masih didalam anggaran yang ditetapkan

(Haynes, 1993).

B. Pelaksanaan biaya dan mutu

Setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan harus sesuai dengan rencana

yang telah disepakati dalam kontrak kerja. Mitra kerja harus bekerja

sesuai dengan kualitas, biaya serta waktu yang telah ditentukan agar

proyek dapat berjalan dengan lancar dan terjalinnya kemitraan yang

sukses (Haynes, 1993).

C. Pengontrolan biaya dan mutu

Universitas Kristen Petra

Page 11: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

15

Selama masa pelaksanaan pekerjaan proyek harus diadakan pengawasan.

Agar pelaksanaan berjalan sesuai rencana maka harus dilakukan

pengontrolan secara terus menerus agar dalam pelaksanaannya tidak

menyimpang dari kontrak kerja (Haynes, 1993).

Faktor dukungan manajemen puncak yaitu kesepakatan atas persetujuan

bersama, hambatan yang terjadi adalah kurangnya kesepakatan atas persetujuan

bersama antara mitra kerja yang berpengaruh pada perencanaan, pelaksanaan, dan

pengontrolan biaya dan mutu. Antisipasi yang dapat diambil adalah harus ada

kesepakatan atas persetujuan bersama antara mitra kerja dalam menentukan

keputusan untuk kepentingan bersama. Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra

kerja adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengontrolan biaya dan mutu proyek

berjalan sesuai rencana.

2.4.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab

A. Pelaksanaan proyek sesuai dengan kontrak kerja antara mitra kerja

Pelaksanaan suatu proyek harus ada kejelasan tentang tanggung jawab

yang terkandung didalam prosedur persetujuan, misalnya sejauh mana

dampak persetujuan yang telah diberikan oleh mitra kerja terhadap

kontrak kerja. Pelaksana atau kontraktor proyek berukuran besar pada

umumnya melaksanakan beberapa paket kerja diserahkan kepada

subkontraktor. Manajemen puncak harus bertanggung jawab sepenuhnya

atas hasil kerja mitra kerja agar dapat memenuhi persyaratan yang

terkandung dalam kontrak kerja, oleh karena itu perlu adanya

pengontrolan pada tiap pekerjaan yang akan dilakukan apakah sudah

memenuhi spesifikasi sehingga proyek berjalan sesuai yang diharapkan

(Soeharto,1995).

B. Penentuan jenis pekerjaan yang akan disubkontraktor

Penentuan jenis pekerjaan yang dilakukan, menunjukkan tingkat

kompleksitas dan kerumitan pekerjaan, dimana dalam menentukan jenis

pekerjaan yang disubkontraktorkan akan disesuaikan dengan

spesialisasinya, kemampuan dan keahlian masing-masing perusahaan

mitra kerja (Soeharto,1995). Oleh karena itu manajemen puncak harus

tahu pekerjaan mana yang akan disubkontraktorkan agar dapat

Universitas Kristen Petra

Page 12: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

16

mempermudah pekerjaannya dan meringankan tanggung jawabnya serta

yang dapat mengurangi anggaran dan mempercepat jadwal proyek.

C. Pengintegrasian dan penyelarasan semua kegiatan

Sebelumnya telah digambarkan banyaknya jenis dan jumlah pekerjaan,

serta pihak-pihak yang terlibat dalam pemeriksaan dan penelitian mutu

hasil proyek sebelum resmi diterima oleh pemilik. Untuk memperlancar

pekerjaan dengan jalan meningkatkan komunikasi dan kerja sama, yang

berarti mengurangi kemungkinan adanya tumpang tindih dan

pengulangan, manajemen puncak perlu menyusun suatu program

pelaksanaan agar adanya pengintegrasian dan penyelarasan semua

kegiatan yang ada (Soeharto,1995).

Faktor dukungan manajemen puncak yaitu tugas dan tanggung jawab,

hambatan yang terjadi adalah besarnya tugas dan tanggung jawab yang dipikul

yang berpengaruh pada pelaksanaan proyek, penentuan jenis pekerjaan, dan

pengintegrasian dan pelarasan kegiatan. Antisipasi yang diambil adalah membuat

struktur organisasi masing-masing mitra kerja beserta tugas dan tanggung jawab.

Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra kerja adalah melaksanakan tugas dan

tanggung jawab dengan baik.

2.4.3 Saling Percaya

Harus ada kepercayaan timbal balik antara mitra kerja, percaya bahwa

mitra kerja kita dapat bekerja dengan baik (Chan et al, 2004). Kepercayaan dapat

dipengaruhi oleh faktor dari perusahaan itu sendiri, faktor dari proyek itu sendiri

dan dasar kepercayaan yang ada (Lendra, 2004).

2.4.3.1 Karakteristik Perusahaan

A. Usia perusahaan

Faktor ini secara tidak langsung dapat menunjukkan seberapa jauh

pengalaman suatu perusahaan dalam bidang jasa konstruksi. Perusahaan

yang sudah lama berdiri biasanya akan lebih disukai karena sudah

memiliki reputasi dan kemampuan yang dapat dipercaya untuk

menangani suatu proyek (Lendra, 2004).

B. Kategori perusahaan

Universitas Kristen Petra

Page 13: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

17

Faktor ini menunjukkan spesialisasi pekerjaan dalam bidang jasa

konstruksi yang dapat dikerjakan oleh perusahaan mitra kerja.

Perusahaan dengan keahlian tertentu akan lebih dipercaya untuk

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya tersebut (Lendra,

2004).

C. Lamanya hubungan kemitraan

Faktor ini menunjukkan lama pengalaman perusahaan selama terlibat

dalam hubungan kemitraan dengan perusahaan mitra kerja,untuk bekerja

sama menyelesaikan suatu proyek. Berdasarkan pengalaman masing-

masing mitra kerja maka akan lebih saling mengenal satu dengan yang

lainnya sehingga akan timbul rasa kepercayaan dan keterikatan untuk

melakukan kerja sama pada kesempatan proyek-proyek berikutnya

(Lendra, 2004).

Faktor saling percaya yaitu karakteristik perusahaan, hambatan yang terjadi

adalah perbedaan karaktetistik perusahaan yang berkaitan dengan usia

perusahaan, kategori perusahaan, dan lamanya hubungan kemitraan. Antisipasi

yang diambil adalah harus mengetahui karakteristik perusahaan yang akan diajak

bermitra. Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra kerja adalah mampu bekerja

secara profesional.

2.4.3.2 Karakteristik Proyek

A. Jenis proyek bangunan

Faktor ini menunjukkan tingkat kompleksitas dan kerumitan suatu

proyek bangunan dimana proyek bangunan dengan tingkat kompleksitas

dan kerumitan yang tinggi akan mempunyai kecenderungan lebih sulit

untuk dikerjakan, sehingga memerlukan perusahaan konstruksi yang

benar-benar mampu dan dapat dipercaya untuk menyelesaikannya

(Lendra, 2004).

B. Besarnya nilai proyek bangunan

Faktor ini juga dapat menunjukkan tingkat kompleksitas dan kerumitan

suatu proyek bangunan, dimana proyek bangunan dengan nilai kontrak

yang besar umumnya mempunyai kecenderungan tingkat kompleksitas

Universitas Kristen Petra

Page 14: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

18

dan kerumitan yang tinggi jika dibandingkan dengan proyek bangunan

dengan nilai kontrak yang kecil, sehingga memerlukan perusahaan

konstruksi yang benar-benar mampu dan dapat dipercaya untuk

menyelesaikannya (Lendra, 2004).

C. Jenis pekerjaan yang disubkontraktorkan

Faktor ini menunjukkan tingkat komplektisitas dan kerumitan pekerjaan

yang dimana jenis pekerjaan yang disubkontrakkan akan disesuaikan

dengan spesialisasi, kemampuan dan keahlian masing-masing

perusahaan mitra kerja (Lendra, 2004).

Faktor saling percaya yaitu karakteristik proyek, hambatan yang terjadi

adalah perbedaan karakteristik proyek yang berkaitan dengan jenis proyek,

besarnya nilai proyek, dan jenis pekerjaan. Antisipasi yang diambil adalah harus

mengetahui karakteristik proyek yang akan diajak bermitra. Ukuran kesuksesan

yang diinginkan mitra kerja adalah mampu bekerja secara profesional.

2.4.3.3 Dasar Kepercayaan

A. Keuntungan yang diberikan subkontraktor kepada kontraktor

Faktor ini menunjukkan dalam hubungan yang berdasarkan kepercayaan

seperti kemitraan, dimana kepercayaan muncul ketika trustor

(kontraktor) menggap bahwa trustee (subkontraktor) berniat untuk

melakukan tindakan yang menguntungkan bagi trustor. Dalam keadaan

demikian ini saling percaya antara partisipan dalam proyek merupakan

syarat mutlak suksesnya kemitraan, karena pada prinsipnya hubungan

yang diharapkan pada kemitraan adalah hubungan yang aktif dan saling

menguntungkan antara mitra kerja (Lendra, 2004).

B. Pengalaman yang dimiliki subkontraktor

Faktor kepercayaan muncul diantara individu yang kerap kali

berinteraksi sepanjang waktu melalui hubungan kemitraan, pihak-pihak

yang terlibat secara langsung mendapatkan pengalaman pribadi dan

informasi yang membentuk dasar kepercayaan dan pelengkap yang

mempengaruhi hubungan kemitraan (Lendra, 2004).

Universitas Kristen Petra

Page 15: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

19

C. Penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak kerja

Faktor ini menunjukkan adanya suatu aturan atau kontrak di antara mitra

kerja, maka akan muncul kepercayaan karena setiap perusahaan mitra

berusaha dapat bekerja sesuai kontrak kerja agar tidak bermasalah

dengan sistem hukum (Lendra, 2004). Jika pekerjaan yang dilakukan

sesuai kontrak kerja maka akan timbul kepercayan antara mitra kerja, dan

jika tidak sesuai kontrak maka mitra kerja dapat menuntut atau meminta

ganti rugi pekerjaan yang tidak sesuai.

Faktor saling percaya yaitu dasar kepercayaan, hambatan yang terjadi

adalah kurangnya dasar kepercayaan yang dipertimbangkan berdasarkan

keuntungan, pengalaman, dan penyelesaian pekerjaan. Antisipasi yang diambil

adalah saling percaya bahwa hubungan ini akan saling menguntungkan antara

mitra kerja. Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra kerja adalah dapat

menghasilkan keuntungan, dan kontrak kerja berjalan dengan lancar.

2.4.4 Komitmen Jangka Panjang

Komitmen jangka panjang digambarkan sebagai sesuatu yang

berhubungan dengan kemauan dari pihak-pihak yang terlibat secara kontinyu

mengantisipasi terjadinya masalah (Chan et al, 2004; Cheng et al, 2000).

Komitmen jangka panjang diharapkan dapat menyeimbangkan tujuan antara

jangka pendek dan jangka panjang, serta bekerjasama tanpa rasa kuatir akan

adanya mitra lain yang akan mengambil kesempatan (Chan et al, 2004).

Kemitraan jangka panjang seringkali disebut kemitraan multi proyek atau

kemitraan strategis, dimana ada kesepakatan antara dua pihak atau lebih untuk

melakukan aktivitas konstruksi lebih dari satu proyek (Chan et al, 2004).

Komitmen berkenaan dengan kemauan dari tiap partisipan untuk berdaya upaya.

Tujuan komitmen jangka panjang, biaya dan keuntungan jangka panjang,

komitmen dari manajemen puncak dapat memperlancar pekerjaan antara mitra

kerja (Moekijat,1977; Vincent, 1997).

2.4.4.1 Tujuan Komitmen Jangka Panjang

A. Pengarahan mitra kerja terhadap tujuan jangka panjang

Universitas Kristen Petra

Page 16: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

20

Faktor ini untuk memberikan pandangan atau gambaran yang jelas

mengenai arah tujuan perusahaan mitra kerja. Dengan adanya arah

tujuan yang jelas dapat melaksanakan pekerjaan secara pasti dan

menghindari kesalahan yang akan terjadi (Moekijat, 1977).

B. Mempertahankan komitmen jangka panjang

Faktor ini untuk memperlihatkan pentingnya mempertahankan

komitmen jangka panjang jika terjadi perubahan-perubahan, maka

perubahan itu tidak akan mengganggu rencana pekerjaan proyek.

Dengan dapat mempertahankan komitmen jangka panjang maka proyek

dapat berjalan lancar sesuai komitmen yang ada (Moekijat, 1977).

C. Perubahan ide-ide untuk perbaikkan perencanaan jangka panjang

Faktor ini untuk menarik perhatian terhadap teknik-teknik baru.

Perubahan ide-ide yang berhubungan dengan perbaikkan-perbaikkan

agar dapat mempercepat pekerjaan juga didorong oleh adanya

perencanaan jangka panjang (Moekijat, 1997).

Faktor komitmen jangka panjang yaitu tujuan komitmen jangka panjang,

hambatan yang terjadi adalah sempitnya tujuan komitmen jangka panjang yang

berpengaruh pada pengarahan mitra kerja, mempertahankan komitmen, dan

perubahan ide-ide. Antisipasi yang diambil adalah menentukan arah tujuan yang

jelas, mempertahankan komitmen, dan mencari ide-ide untuk jangka panjang.

Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra kerja adalah punya arah tujuan yang

sama, meningkatkan citra baik perusahaan, dan menjalankan ide-ide dengan baik.

2.4.4.2 Biaya dan Keuntungan Jangka Panjang

A. Perencanaan tenaga kerja

Faktor ini menunjukkan suatu pendekatan perencanaan tenaga kerja

kepada masalah pekerja yang juga akan menghalangi kecenderungan

semua manajer untuk mengabaikan pertimbangan-pertimbangan jangka

panjang. Penanaman uang dalam latihan mungkin tidak memberikan

hasil untuk beberapa tahun sampai pekerja itu dipromosikan kejabatan

lain, tetapi dalam hal ini komitmen yang dibuat terhadap perencanaan

Universitas Kristen Petra

Page 17: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

21

pekerja harus benar-benar dipertimbangkan atas biaya dan keuntungan

jangka panjang yang akan diperoleh perusahaan (Moekijat, 1997).

B. Proses pengambilan keputusan

Faktor ini menunjukkan suatu organisasi dalam perusahaan memerlukan

proses, dengan mana pertimbangan-pertimbangan jangka panjang dapat

dijadikan faktor dalam pengambilan keputusan sekarang. Seperti halnya

dalam semua perencanaan, bantuan perencanaan tenaga kerja menjamin

bahwa pilihan-pilihan yang dibuat sekarang akan membantu organisasi

dalam mencapai tujuan yang ditentukan untuk jangka panjang

(Moekijat,1997).

C. Peraturan pelaksanaan pekerjaan

Faktor ini menunjukkan bahwa perencanaan adalah sama pentingnya

dengan pelaksanaan dan peraturan pelaksanaan pekerjaan harus

dilakukan perencanaan yang baik terjadi sebelum pelaksanaan. Untuk

mencapai hasil yang sebaik-baiknya, perencanaan dan pelaksanaan harus

bekerja sama, dengan perencanaan mendahului pelaksanaan ( Moekijat,

1997).

Faktor komitmen jangka panjang yaitu biaya dan keuntungan jangka

panjang, hambatan yang terjadi adalah keterbatasan biaya dan keuntungan jangka

panjang yang berpengaruh pada perencanaan tenaga kerja, proses pengambilan

keputusan, dan penyelesaian pekerjaan. Antisipasi yang diambil adalah membuat

perencanaan tenaga kerja dengan baik, mengambil keputusan berdasarkan

komitmen, dan penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak kerja. Ukuran kesuksesan

yang diinginkan mitra kerja adalah menggunakan tenaga kerja berpengalaman,

dapat mengambil keputusan, dan penyelesaian pekerjaan sesuai kontrak kerja.

2.4.4.3 Komitmen Dari Pemimpin Puncak

A. Penerapan visi dan kebijaksanaan kualitas perusahaan

Faktor komitmen dari pemimpin puncak ditunjukkan melalui berbagai

tindakan seperti penerapan visi dan kebijakan kualitas perusahaan

(Vincent, 1997). Agar proyek dapat berjalan sesuai rencana maka

Universitas Kristen Petra

Page 18: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

22

terlebih dahulu pemimpin puncak harus mempunyai komitmen tentang

visi dan kebijakan terhadap kualitas pekerjaan yang akan dilakukanya.

B. Peninjauan ulang pekerjaan agar sesuai dengan visi perusahaan

Faktor komitmen dari pemimpin puncak ditunjukkan melalui berbagai

tindakan seperti peninjauan ulang pekerjaan agar sesuai dengan visi

perusahaan (Vincent, 1997). Visi yang telah direncanakan oleh pemimpin

puncak agar berhasil maka perlu peninjauan tiap pekerjaan yang akan

dilakukan agar dapat sejalan atau tidak menyimpang dari visi yang telah

direncanakan.

C. Penyetujuan ide-ide perbaikan yang disarankan mitra kerja

Faktor komitmen dari pemimpin puncak ditunjukkan melalui berbagai

tindakan seperti penyetujuan ide-ide perbaikkan yang akan disarankan

mitra kerja (Vincent, 1997). Pemimpin puncak harus mempunyai

komitmen agar ide-ide perbaikkan yang disarankan mitra kerja maupun

yang disetujui tetap dapat sejalan dengan komitmen yang ada.

Faktor komitmen jangka panjang yaitu komitmen dari pemimpin puncak,

hambatan yang terjadi adalah kurang jelasnya komitmen dari pemimpin puncak

yang berpengaruh pada penerapan visi, peninjauan ulang pekerjaan, dan

penyetujuan ide. Antisipasi yang diambil adalah memperjelas komitmen agar visi,

peninjauan pekerjaan, penyetujuan ide-ide dapat dilakukan dengan baik. Ukuran

kesuksesan yang diinginkan mitra kerja adalah pekerjaan berjalan sesuai

komitmen yang dibuat, serta dapat meningkatkan kualitas pekerjaan.

2.4.5 Komunikasi yang Efektif

Kemitraan membutuhkan pengkomunikasian informasi yang tepat waktu

dan pemeliharaan bentuk komunikasi yang langsung dan terbuka diantara seluruh

anggota tim sebuah proyek. Masalah-masalah dilapangan perlu dipecahkan

secepatnya pada tingkatan terendah yang paling memungkinkan. Jika komunikasi

hanya digunakan untuk hal-hal rutin sedangkan topik penting disampaikan dari

kantor dilokasi proyek ke kantor pusat masing-masing dan kemudian kembali lagi

ke kantor dilokasi proyek sebelum adanya interaksi, kemitraan akan gagal (Chan

et al, 2004). Jelas bahwa kemampuan komunikasi yang efektif dapat membantu

Universitas Kristen Petra

Page 19: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

23

memudahkan pertukaran ide, visi, dan dalam mengatasi kesulitan. Saluran

komunikasi yang efektif dapat dipergunakan untuk memotivasi mitra kerja untuk

bersama-sama berpatisipasi dalam perencanaan dan tujuan akhir serta membuat

harapan secara tepat. Untuk dapat berkomunikasi secara efektif harus mengetahui

dasar pemikiran komunikasi, arah komunikasi, apa yang perlu dicapai dalam

berkomunikasi (Cheng et al, 2000; Curtis,Floyd dan Winsor, 1997).

2.4.5.1 Dasar Pemikiran Komunikasi

A. Saling memberikan informasi untuk membuat perkiraan biaya pekerjaan

Terdapat beberapa alasan mengapa komunikasi terjadi didalam

organisasi. Salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan informasi

antar mitra kerja termasuk dalam pembuatan perkiraan biaya pekerjaan

yang akan dikerjakan., sedangkan tujuan lainnya adalah diberi informasi.

Lebih jauh lagi, komunikasi bertujuan untuk mempengaruhi orang lain

(Curtis,Floyd dan Winsor, 1997).

B. Saling membantu dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah

Komunikasi dalam organisasi bisnis ditujukan untuk membuat

keputusan dan menyelesaikan atau memecahkan masalah. Pendapat

tersebut tidak dapat dibantah karena semakin tinggi kedudukan

seseorang dalam bisnis, dirinya akan semakin tergantung kepada

keahlian seseorang dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah

untuk menujuh suatu keberhasilan (Curtis,Floyd dan Winsor, 1997).

C. Saling terbuka terhadap saran dan kritik

Kemampuan berkomunikasi mengacu kepada pemahaman seseorang

terhadap aspek sosial situasi komunikasi. Seorang komunikator bisnis,

yang mulanya tidak mau tebuka, mengakui bahwa para manajer masa

kini tidak terbuka tehadap saran-saran dan kritik pada waktu-waktu

tertentu, maka diharapkan agar dapat berkomunikasi secara efektif harus

mau saling terbuka terhadap saran dan kritik antar mitra kerja

(Curtis,Floyd dan Winsor, 1997).

Faktor komunikasi yang efektif yaitu dasar pemikiran komunikasi, hambatan

yang terjadi adalah keterbatasan dasar pemikiran komunikasi yang berpengaruh

pada informasi, dalam membuat keputusan, dan saling terbuka terhadap saran dan

Universitas Kristen Petra

Page 20: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

24

kritik. Antisipasi yang diambil adalah membuat jalan masuk informasi yang

diterima, harus dapat membuat keputusan, dan menghilangkan sikap egois.Ukuran

kesuksesan yang diinginkan mitra kerja adalah infomasi yang diterima sesuai yang

diharapkan, dapat berkomunikasi secara efektif, dan mau menerima saran dan

kritik.

2.4.5.2 Arah Komunikasi

A. Penjelasan kontraktor terhadap pekerjaan yang akan dikerjakan

subkontraktor

Faktor lain dalam komunikasi adalah arah komunikasi, dimana

komunikasi kebawah terjadi jika manajer mengirimkan pesan kepada

satu orang bawahan atau lebih. Komunikasi kebawah seringkali

berbentuk pemberian instruksi atau penjelasan bagaimana seorang

kontraktor menginginkan suatu pekerjaan yang akan diselesaikan oleh

subkontraktor (Curtis,Floyd dan Winsor, 1997).

B. Peraturan dan spesifikasi kualitas terhadap pekerjaan yang akan

disubkontraktorkan

Faktor ini diberikan dari atasan mengirimkan informasi mengenai

peraturan, spesifikasi kepada bawahannya (Curtis,Floyd dan Winsor,

1997). Memberitahukan tentang sasaran proyeknya. Bentuk peraturan

dan spesifikasi berupa gambar-gambar dan rencana, ada pula yang

diberikan uraian tertulis maupun lisan tentang sasaran kualitas

proyeknya. Subkontraktor harus mengusahakan dan menjamin bahwa

semua persyaratannya atau spesifikasi dari kontraktor dapat terpenuhi.

Keterikatan subkontraktor tidak hanya terbatas pada rinci-rinci teknik,

tetapi juga mencakup berbagai ketentuan kualitas dan cara bekerjanya

sesuai dengan yang diharapkan kontraktor (Lock, 1987).

C. Pelaporan kemajuan proyek

Faktor lain dalam komunikasi juga terjadi pada komunikasi keatas.

Komunikasi keatas terjadi jika pesan datang dari bawahan ke manajer.

Para mitra kerja harus melaporkan kemajuan mereka dalam penyelesaian

proyek, jika ada, pekerjaan apa yang menyebabkan masalah bagi mitra

Universitas Kristen Petra

Page 21: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

25

kerja, dan yang terpenting adalah perasaan mitra kerja mengenai

bagaimana segala sesuatu dapat berjalan sesuai jadwal. Komunikasi ke

atas merupakan hal yang penting para manajer memerlukan umpan balik

yang akurat mengenai pesan-pesan mitra kerja apakah telah dipahami

atau bagaimana keputusan-keputusan tersebut diterima serta masalah-

masalah apa yang dikembangkan (Curtis, Floyd dan Winsor, 1997).

Faktor komunikasi yang efektif yaitu arah komunikasi, hambatan yang

terjadi adalah kesalahan arah komunikasi yang berpengaruh pada penjelasan

terhadap pekerjaan, peraturan dan spesifikasi kualitas, dan pelaporan kemajuan

proyek. Antisipasi yang diambil adalah menentukan arah komunikasi agar

penjelasan, peraturan dan spesifikasi kualitas, dan pelaporan kemajuan proyek

diterima dengan jelas antara mitra kerja. Ukuran kesuksesan yang diinginkan

mitra kerja adalah subkontraktor menyelesaikan pekerjaan sesuai penjelasan yang

diberikan, tidak ada komplain, serta mendapat respon positif atas laporan yang

diserahkan.

2.4.5.3 Pencapaian Komunikasi

A. Peningkatan motivasi untuk melaksanakan pekerjaan

Faktor peningkatan motivasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Komunikasi yang lancar dari mitra kerja dapat membantu memberi

semangat agar dapat bekerja dengan baik serta memotivasi para

pekerjanya agar dapat bekerja sesuai jadwal yang telah direncanakan

(Ludlow dan Panton, 1994).

B. Lamanya kemitraan antara kontraktor dan subkontraktor

Faktor ini menunjukkan lama pengalaman selama terlibat dalam

hubungan kemitraan dengan perusahaan mitra kerja, untuk bekerja sama

menyelesaikan suatu proyek. Melalui pengalaman maka masing-masing

pihak akan saling mengenal satu dengan yang lainnya sehingga timbul

rasa terbuka dalam berkomunikasi dalam melakukan kerjasama (Ludlow

dan Panton, 1994).

C. Pemahaman terhadap adanya perubahan

Universitas Kristen Petra

Page 22: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

26

Faktor ini memberitahukan dengan cara berkomunikasi yang baik dengan

mitra kerja sehingga jika ada perubahan yang terjadi didalam proyek

maka mitra kerja dapat memahami perubahan-perubahan itu (Ludlow dan

Panton, 1994).

Faktor komunikasi yang efektif yaitu pencapaian komunikasi, hambatan

yang terjadi adalah keterbatasan dalam pencapaian komunikasi yang berpengaruh

pada peningkatan motivasi, lamanya kemitraan, pemahaman terhadap adanya

perubahan. Antisipasi yang diambil adalah memberikan wawasan yang luas untuk

meningkatkan motivasi, melakukan komunikasi yang efektif, memberikan

pemahaman tentang perubahan pekerjaan. Ukuran kesuksesan yang diinginkan

mitra kerja adalah melaksanakan pekerjaan dengan motivasi yang tinggi,

kemitraan berjalan dengan baik, dan mencapai kata sepakat atas perubahan

pekerjaan yang terjadi.

2.4.6 Koordinasi yang Efisien

Koordinasi mencerminkan harapan tiap kelompok pada kelompok-

kelompok yang lain dalam memenuhi serangkaian tugas. Koordinasi yang baik

yang berakibat atau ditunjukkan dalam pencapaian stabilitas pada lingkungan

yang tidak pasti dapat dicapai dengan peningkatan contact point diantara

kelompok-kelompok dan berbagi informasi proyek (Chan et al, 2004). Dalam

bermitra ada kegiatan yang saling tergantung dengan kegiatan yang lainnya maka

dalam mengelola kegiatan itu diperlukan koordinasi. Karena bila tidak,

dikuatirkan sasaran proyek tidak akan tercapai. Satu saja mata rantai tidak sinkron

maka akan berdampak negatif pada keseluruhan proyek. Koordinasi makin

diperlukan bila semua kegiatan tergantung dengan yang lainnya (Moris, 1983).

Tanggung jawab dari adanya koordinasi, menentukan prioritas sangat penting

dilakukan karena menghadapi jumlah maupun mutu sumber daya yang terbatas

agar dapat terkoordinasi dengan baik, pusat perencanaan dan pemantauan agar

tidak terjadi tumpang tindih antara pekerjaan.

2.4.6.1 Tanggung Jawabnya

A. Pengaturan penggunaan sumber daya

Universitas Kristen Petra

Page 23: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

27

Faktor pengaturan sumber daya tersebut, jadwal maupun prioritasnya

disesuaikan dengan keperluan masing-masing proyek dilihat dari

wawasan perusahaan secara keseluruhan. Bertugas mengadakan

pembinaan sumber daya manusianya agar dapat bekerja sesuai

pekerjaannya (Soeharto, 1995).

B. Pemantauan dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan

Faktor pemantauan dan pengawasan pelaksanaan proyek-proyek agar

disamping memenuhi kontrak terhadap mitra kerjanya, juga sejalan

dengan kebijakan perusahaannya (Soeharto, 1995).

C. Pembinaan, pengembangan, dan peningkatan keahlian tenaga kerja

Faktor pembinaan, pengembangan, dan peningkatan keahlian tenaga

kerja dapat mempertinggi efektivitas dan efisiensi dari para pekerja. Para

pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga

pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan jadwal proyek

(Soeharto, 1995).

Faktor koordinasi yang efisien yaitu tanggung jawabnya, hambatan yang

terjadi adalah besarnya tanggung jawab yang harus dipikul yang berpengaruh

pada pengaturan penggunaan sumber daya, pemantauan dan pengawasan, dan

pembinaan pengembangan dan peningkatan keahlian tenaga kerja. Antisipasi yang

diambil adalah menyediakan sumber daya yang cukup, mengadakan pengawasan

dan pemantauan secara rutin, dan menyediakan waktu untuk pembinaan,

pengembangan dan peningkatan keahlian bagi tenaga kerja. Ukuran kesuksesan

yang diinginkan mitra kerja adalah dapat mengatur penggunaan sumber daya

dengan baik, melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan kontrak kerja, dan

mampu bekerja secara profesional.

2.4.6.2 Menentukan Prioritas

A. Besarnya keuntungan finansial yang akan dihasilkan oleh proyek

Faktor besarnya keuntungan finansial yang akan dihasilkan oleh proyek

juga mempengaruhi penentuan urutan prioritas proyek. Dalam

menentukan urutan prioritas penting dilakukan apalagi bila menghadapi

jumlah maupun mutu sumber daya yang sangat terbatas, dalam

Universitas Kristen Petra

Page 24: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

28

kenyataanya hal ini sangat penting dilaksanakan. Untuk mengatasinya

perlu diadakan perencanaan yang matang sebelum saat pelaksanaan tiba

(Soeharto, 1995).

B. Besarnya nilai kontrak

Faktor besar dan bentuk komitmen yang tercantum didalam kontrak,

seperti denda, ganti rugi, bonus, dan lain-lain. Makin berat akibat atau

resiko komitmen, makin besar pula keinginan untuk memberikan

prioritas agar komitmen tersebut dapat dicapai (Soeharto, 1995).

C. Pekerjaan yang sesuai jadwal proyek

Faktor pekerjaan yang sesuai jadwal proyek sehingga perlu

memperhatikan prioritas pekerjaan yang akan dilaksanakan terlebih

dahulu dan pelaksanaan proyek dapat sesuai dengan yang dijadwalkan

(Soeharto, 1995).

Faktor koordinasi yang efisien yaitu menentukan prioritas, hambatan yang

terjadi adalah kesalahan dalam menentukan prioritas berpengaruh pada besarnya

perkiraan keuntungan, besarnya nilai kontrak dan pekerjaan sesuai jadwal.

Antisipasi yang diambil adalah membuat cash flow, Bill of Quantity, dan

Barchart. Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra kerja adalah mendapatkan

keuntungan yang sesuai dengan direncanakan, dan penyelesaian pekerjaan sesuai

jadwal proyek.

2.4.6.3 Pusat Perencanaan Dan Pemantauan

A. Pengkoordinasian semua pekerjaan subkontraktor

Faktor pengkoordinasian ini dapat memantau kemajuan, membagi

informasi, memberikan laporan yang berkaitan dengan koordinasi

pelaksanaan proyek yang saling ada ketergantungan antara pekerjaan satu

dengan yang lainnya (Soeharto, 1995).

B. Pemantauan pekerjaan agar tidak terjadi tumpang tindih

Faktor yang tidak kalah pentingnya yaitu menjaga dengan

mengkoordinasi tiap pekerjaan agar tidak terjadi tumpang tindih antara

pekerjaan yang satu dengan yang lainnya (Soeharto, 1995). Jika terjadi

tumpang tindih pekerjaan akan menyebabkan keterlambatan proyek dan

Universitas Kristen Petra

Page 25: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

29

pembengkakan biaya dan itu karena tidak adanya koordinasi yang baik

antar mitra kerja sehingga menyebabkan tidak suksesnya bermitra.

C. Pemantauan terhadap sumber daya

Faktor pemantauan terhadap sumber daya sehingga ada perencanaan

kebutuhannya, pengendaliannya sehingga dapat memanfaatkan sumber

daya yang ada. Memantau seluruh sumber daya untuk proyek yang

dimiliki perusahaan, perencanaan pemakaian, dan kemungkinan

menyewa (subkontrak) dari luar perusahaan agar dapat meminimalkan

biaya (Soeharto, 1995).

Faktor koordinasi yang efisien yaitu pusat perencanaan dan pemantauan,

hambatan yang terjadi adalah kurangnya pusat perencanaan dan pemantauan, yang

berpengaruh pada pengkoordinasian semua pekerjaan, pemantauan pekerjaan dan

pemantauan terhadap sumber daya. Antisipasi yang diambil adalah melakukan

pengkoordinasian terhadap semua pekerjaan, dan melakukan pemantauan

pekerjaan, serta sumber daya. Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra kerja

adalah mampu mengkoorinasikan semua pekerjaan dengan baik, menyelesaikan

pekerjaan sesuai jadwal, dan dapat menggunakan sumber daya yang ada.

2.4.7 Resolusi Konflik yang Produktif

Konflik terjadi dikarenakan oleh ketidak sesuaian atau ketidak cocokan

dalam tujuan dan harapan, pokok pembahasan atau permasalahan biasanya

ditinjau atau diamati diantara kelompok-kelompok. Teknik penyelesaian

atau pemecahan konflik seperti kekerasan atau paksaan dan konfrontasi

menjadi tidak produktif dan gagal mencapai situasi yang saling

menguntungkan (Lazar 2000). Pada kenyataannya kelompok-kelompok

yang bertikai mencari penyelesaian atau pemecahan yang saling

memuaskan, dan hal ini dapat dicapai melalui pemecahan bersama (joint

problem solving) guna mencari alternatif untuk topik atau pokok bahasan

yang bermasalah, semacam partisipasi tingkat tinggi diantara kelompok-

kelompok dan membantu mereka untuk mengamankan tanggung jawab

pada suatu pemecahan yang telah disepakati bersama (Cheng et al, 2000).

Pada prinsipnya upaya pemecahan atau pengendalian konflik diarahkan

Universitas Kristen Petra

Page 26: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

30

untuk menjaga tingkat konflik yang optimal sehingga dapat berfungsi

untuk menjamin efektivitas organisasi yang tinggi (Dipohusodo 1996).

2.4.7.1 Alternatif Penyelesaian Masalah Karena Keterlambatan Jadwal.

A. Pemeriksaan sisa kerja apakah waktu yang hilang dapat dikejar kembali

Memeriksa sisa kerja yang masih harus dilakukan dan memutuskan

apakah waktu yang hilang dapat dikejar kembali dalam langkah yang

berikutnya (Haynes, 1993).

B. Pemberian insentif untuk penyelesaian proyek yang sesuai jadwal

Pertimbangan memberikan insentif untuk penyelesaian proyek yang

tepat pada waktunya. Insentif dapat dibenarkan bila anda

membandingkan pengeluaran ini dengan kemungkinan kerugian yang

disebabkan oleh penyelesaian yang terlambat (Haynes, 1993).

C. Penyediaan sumber daya dapat membantu subkontraktor

Pertimbangan untuk menyebarkan lebih banyak sumber daya, ini juga

kan menghabiskan biaya yang lebih besar, tetapi dapat mengimbangi

kerugian lebih jauh karena penyelesaian yang tertunda, maka dari itu

kontraktor menyediakan sumber daya yang dapat membantu

subkontraktor (Haynes, 1993).

Faktor resolusi konflik yang produktif yaitu alternatif penyelesaian masalah

karena keterlambatan jadwal, hambatan yang terjadi adalah kurangnya alternatif

penyelesaian masalah karena keterlambatan jadwal yang berpengaruh pada

pemeriksaan sisa kerja, pemberian insentif, dan penyediaan sumber daya.

Antisipasi yang diambil adalah melakukan penilaian terhadap produktifitas

pekerja dilapangan, memberikan insentif jika proyek selesai sesuai jadwal, dan

menyediakan sumber daya yang cukup. Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra

kerja adalah dapat mengejar kembali waktu pekerjaan yang hilang, dan proyek

selesai sesuai jadwal yang direncanakan.

2.4.7.2 Metoda Untuk Memecahkan Konflik

A. Pemecahan konflik dengan cara memperjelas tujuan bersama

Faktor ini menegaskan bahwa seluruh tujuan dari masing-masing

kelompok harus diperjelas, kemudian dikembangkan tingkat pengertian,

Universitas Kristen Petra

Page 27: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

31

dan kesadaran segenap kelompok atau satuan kerja yang terlibat

mengenai arti penting kebersamaan untuk mencapai satu-satunya tujuan

bersama, yaitu memberikan pelayanan jasa bagi pemberi tugas (owner)

melalui cara-cara profesional (Dipohusodo 1996)

B. Pemecahan konflik dengan cara menyelesaikan masalah bersama

Faktor ini menunjukan bahwa memecahkan permasalahan perselisihan

atas dasar kepentingan bersama, yaitu dengan cara membiasakan

membahas sebab-sebab terjadinya perselisihan langsung diantara pihak-

pihak atau kelompok-kelompok yang bersangkutan (Dipohusodo, 1996).

C. Pemecahan konflik dengan cara meningkatkan interaksi

Faktor ini didasarkan pada prinsip bahwa semakin sering berkomunikasi

dan berinteraksi, akan semakin besar kemungkinan pemahaman

kepentingan satu sama lainnya, sehingga dapat mempermudah

terwujudnya semangat kerjasama (Dipohusodo, 1996).

Faktor resolusi konflik yang produktif yaitu metoda untuk memecahkan

konflik, hambatan yang terjadi adalah keterbatasan metoda untuk memecahkan

konflik yang berpengaruh pada pemecahan konflik dengan cara memperjelas

tujuan bersama, menyelesaikan masalah bersama, meningkatkan interaksi.

Antisipasi yang diambil adalah melihat sedalam mungkin konflik yang terjadi,

mencari berbagai alternatif, dan mencari pemecahan yang disepakati semua pihak.

Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra kerja adalah dapat menyelesaikan

konflik yang terjadi di proyek.

2.4.7.3 Strategi Untuk Pemecahan Perbedaan

A. Penyiapan daftar pertanyaan mengenai apa yang dibutuhkan kontraktor

Jika beberapa kelompok terlibat konflik karena harapan yang berbeda

maka ada cara untuk menyelesaikan konflik itu yaitu setiap kelompok

menyiapkan daftar pertanyaan mengenai apa yang dibutuhkan kelompok

lain. Misalkan tentang apa yang harus dilakukan, harus diakhiri dan

diteruskan oleh kelompok lain.(Santoso,1997).

B. Pemikiran tentang apa yang diharapkan kontraktor

Universitas Kristen Petra

Page 28: 2. LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teoritis · 2.1 Kajian Teoritis Pekerjaan pada bidang konstruksi memerlukan konsentrasi dan usaha dari ... berat, peralatan ringan ... bertindak sebagai

32

Jika beberapa kelompok terlibat konflik karena harapan yang berbeda

maka ada cara untuk menyelesaikan konflik itu yaitu dengan harapan

kelompok yang bersangkutan juga harus berpikir tentang apa yang

diharapkan dan diinginkan kelompok lain terhadap kelompoknya.

Kelompok-kelompok tersebut selanjutnya saling tukar menukar daftar

yang sudah dibuatnya (Santoso, 1997).

C. Pengadaan negosiasi untuk mencapai kesepakatan

Jika beberapa kelompok terlibat konflik karena harapan yang berbeda

maka ada cara untuk menyelesaikan konflik itu yaitu dilakukan tawar-

menawar antar kelompok tersebut untuk mencapai kesepakatan tentang

apa yang harus dilakukan oleh setiap kelompok. Dalam hal ini harus

disadari bahwa tujuannya untuk menemukan solusi konflik yang terjadi,

bukan saling menemukan kesalahan. Apabila diperlukan seorang

konsultan yang bertugas untuk menjembatani proses negosiasi ini, agar

setiap kelompok tetap komitmen terhadap hasil kesepakatan, sebaiknya

hasilnya dibuat tertulis (Santoso, 1997).

Faktor resolusi konflik yang produktif yaitu strategi untuk pemecahan

perbedaan, hambatan yang terjadi adalah kesalahan strategi untuk pemecahan

perbedaan yang berpengaruh pada penyiapan daftar pertanyaan, pemikiran tentang

apa yang diharapkan, dan pengadaan negosiasi. Antisipasi yang diambil adalah

bertanya langsung pekerjaan yang tidak dimengerti, mengusahakan untuk

menyatuhkan pemikiran, dan mencari mitra kerja yang dapat melakukan

negosiasi. Ukuran kesuksesan yang diinginkan mitra kerja adalah dapat

menyelesaikan perbedaan yang ada.

Universitas Kristen Petra