bab ii kajian teoritis 2.1 konsep diri 2.1.1 pengertian...

36
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman objek, tujuan serta keinginannya. Beck (dalam Keliat, 1992) lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, fiskal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Secara umum disepakati bahwa konsep diri belum ada saat lahir. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Perkembangan konsep diri terpacu cepat dengan perkembangan indentitas dengan memanggil nama, anak mengerti dirinya istimewa, unik dan mandiri.Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dengan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan inidvidu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana inidividu mengertikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri merupakan salah satu istilah yang paling banyak ditemukan dan dibahas dalam psikolog remaja. Konsep diri adalah bagaian inti dari kepribadian, olehnya aspek ini sangat perlu mendapat perhatian dalam pembentukan dan pengembangannya.

Upload: phamtuyen

Post on 06-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Konsep Diri

2.1.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian diketahui

individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang

lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992). Termasuk persepsi individu akan sifat dan

kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan

dengan pengalaman objek, tujuan serta keinginannya. Beck (dalam Keliat, 1992) lebih

menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh,

fiskal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

Secara umum disepakati bahwa konsep diri belum ada saat lahir. Konsep diri

berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan

orang lain. Perkembangan konsep diri terpacu cepat dengan perkembangan indentitas

dengan memanggil nama, anak mengerti dirinya istimewa, unik dan mandiri.Konsep diri

dipelajari melalui kontak sosial dengan pengalaman berhubungan dengan orang lain.

Pandangan inidvidu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana inidividu mengertikan

pandangan orang lain tentang dirinya.

Konsep diri merupakan salah satu istilah yang paling banyak ditemukan dan

dibahas dalam psikolog remaja. Konsep diri adalah bagaian inti dari kepribadian, olehnya

aspek ini sangat perlu mendapat perhatian dalam pembentukan dan pengembangannya.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan

kepribadian siswanya.

Banyak para ahli yang mengartikan konsep diri dengan penekannya masing-

masing. Menurut Brooks (dalam irawan, 2004), konsep diri adalah pandagan dan

perasaan seseorang tentang dirinya senidri. Persepsi tentang diri ini biasa bersifat

psikologis, sosial dan fisik. (Those physical, social and psycological of our self that we

have derived from experince and our interacition with others). Menurut Stuart dan

Sunden (dalam Keliat, 1992), konsep diri adalah ide, pikiran kepercayaan dan pendirian

yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

dengan orang lain. Termasuk persepsi inividu akan sifat dan kemampuannya, interaksi

dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan

objek, tujuan serta keinginan. Beck, et all (Keliat, 1992) lebih menjelaskan bahwa konsep

diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh: fisik, emosional, intelektual,

sosial dan spiritual. Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan penagalaman

berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu mengartikan pandangan orang lain

tentang dirinya.

Chaplin (1981) konsep diri atau dikenal dengan istilah self-conceptmerupakan

evaluas individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penafsiran mengenai diri sendiri

oleh individu yang bersangkutan.

Menurut Keliat (1992), konsep diri terdiri dari lima komponen, yaitu:

a. Gambaran Diri (Body Image)

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya sadar dan tidak sadar

(Stuart dan Sundeen, dalam keliat 1992). Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan

tentang ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.

Sejak lahir individu mengeksplorasi bagi tubuhnya, menerima reaksi dari tubuhnya,

menerima stimulus dari orang lain. Kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai

sadar dirinya terpisah dengan lingkungan.

Pada usia remaja, fokus individu terhadap fisik lebih menonjol dari periode

kehidupan yang lain. Bentuk tubuh, tinggi, berat badan dan tanda-tanda pertumbuhan

sekunder. Perkembangan mama, menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu, semua

akan menjadi bagian dari gambaran tubuh.

Disaat seorang lahir sampai mati, maka selama 24 jam sehari, individu hidup

dengan tubuhnya. Sehingga setiap perubahan tubuh akan mempengaruhi kehidupan

individu. Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian. Cara individu memandag

diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang

realistik terhadap diri, menerima dan menyukai bagain tubuh akan memberi rasa aman,

sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Individu yang stabil,

realisasi dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperhatikan kemampuan

mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses di dalam kehidupan. Persepsi dan

pengalaman individu dapat merubah gambaran diri secara dinamis.

b. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaima ia harus berperilaku sesuai

dengan standar pribadi (Stuart dan Sundeen, dalam Keliat 1992). Standar dapat

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah asipiras, cita-cita,

nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi

berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya).

Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruahi orang

yang penting pada dirinya yang memberikan tuntutan atau harapan. Pada usia remaja,

ideal diri akan dibentuk malalui proses identifikas pada orang tua, guru dan teman.

Ada bebrapa faktor yang mempengaruhi ideal diri:

a. Kecendrungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuan

b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, kemampuan

standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman

c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil; kebutuhan yang realistis;

keinginan untuk menghidari kegagalan; perasaan cemas dan rendah diri.

Semua faktor di atas mempengaruhi individu dalam menetapkan ideal diri.

Individu yang mampu berfungsi akan mendemostarsikan kecocokan antara persepsi diri

dan ideal diri, sehingga ia akan tampak menyerupai apa yang ia inginkan. Ideal diri

hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tapi masi lebih tinggi dari kemampuan agar

tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai.

c Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, dalam

Keliat 1992). Frekunsi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung memiliki harga diri

yang rendah.

Harga diri diperolah dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utamanya adalah

dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Manusia cenderung bersikap negatif,

walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang lain namun jarang

mengekspresikannya. Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan

penghargaan dari orang lain.

Sesorang individu aka merasa bermakna atau berhasil jika diterima dan diakui

orang lain; merasa mampu menghadapi kehidupan, merasa dapat mengontrol dirinya.

Harga diri yang rendah, berhubungan dengan interpersonal yang buruk.

d. Peran

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan diri seseorang

berdasarkan posisinya di masayarakat (Beck, et all, dalam Keliat 1992). Setiap orang

disibukkan oleh bebrapa peran yang berhubungan posisi tiap waktu, sepanjang daun

kehidupan. Misalnya, sebagai anak, istri, ibu, mahsiswa, perawat dan teman. Posis

dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi merupakan hasil

dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.

e. Identitas Diri

Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi

dan penilaian, yang merupakan sintesa diri semua aspek konsep diri sebagai suatu

kesatuan yag utuh (Stuart dan Sundeen dalam Keliat 1992). Seorang yang mempunayi

identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan yang lain, unik dan

tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri sendiri),

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

kemampuan dan penguasaan diri. Seorang yang mendiri dapat mengatur dan menerima

dirinya.

Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersama dengan perkembangan

konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin. Identitas jenis

kelamin berkembang sejak bayi secara bertahap. Dimulai dengan konsep diri laki-laki

dan wanita yang banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap

masing-masing jenis. Misalnya anak wanita pasif dan menerima sehingga

berkembanglah asuhan yang tidak asertif.

Brooks (dalam Anastasya, 2004), mendefinisikan konsep diri sebagai segala

persepsi tentang diri sendiri, secara fisik, sosial dan psikologis yang diperolah

berdasarkan pengalaman dan interakasi dengan orang lain. Menurut Calhoun (dalam

Anastasya, 2004), konsep diri adalah pandangan diri sendiri, pengharapan dan penilaian

diri. Menurut Burus (dalam Anastasya, 2004), konsep diri adalah kesan terhadap diri

sendiri secara keseluruhan, mencakup pendapatnya tentang diri sendiri, pendapat tentang

gambaran diri di mata orang lain dan pendapat tentang hal-hal yang dicapai. Dari

berbagai pandangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah suatu

cara pandang menyeluruh yang dimiliki seseorang mengenai dirinya yang meliputi

pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan dan penilain diri, yang diperoleh

berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan orang lain.

Konsep diri seseorang dapat bergerak di dalam kesatuan dari positif ke negatif

(Burns, dalam Yanti, 2008). Hal ini berkaitan langsung dengan respon sosial individu

terutama orang-orang penting terdekatny, terhadap diri individu. Respon ini adalah

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

persepsi orang tua atau orang-orang penting terdekatnya, terhadap diri seseorang. Jika

seorang anak memperoleh perlakuan yang positif, maka akan mengembangkan konsep

diri yang positif pula. Individu juga tidak akan ragu untuk dapat membuka diri dan

menerima masukan dari luar, sehingga konsep dirinya menjadi lebih dekat pada

kenyataan. Suatu konsep diri yang positif sama dengan penghargaan diri dan penerimaan

diri yang positif.

Coopersmith (dalam Yanti, 2008) mengemukakan karakteristik remaja dengan

konsep diri positif, yaitu bebas mengemukakan pendapat, cenderung memiliki motivasi

tinggi untuk mencapai persepsi, mampu mengaktualisasilan potensinya dan mampu

menyelaraskan diri dengan lingkungan.

Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Brooks dan Emmert dikutip

oleh Rahmat (dalam Yanti, 2008) yang menyatakan bahwa individu yang memeiliki

konsep diripositif ditandai dengan lima hal, yaitu:

a. Yakin akan kemapuannya mengatasi masalah

b. Merasa setara dengan orang lain

c. Menerima pujian tanpa rasa malu

d. Menyadari bahwa sertiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan

perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

e. Mampu memperbaiki diri dengan mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang

tidak disenagi dan berusaha merubahnya.

Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan menyukai dirinya sendiri dan

cukap mampu menghadapi dunia. Ia mampu mencapai prestasi yang tinggi dan menjalani

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

kehidupan secara efektif, baik untuk keberadaan dirinya maupun orang-orang lain di

sekiranya.

Sedangkan untuk konsep diri yang negatif, Coopresmith dikutip oleh Partosuwiso

(dalam Yanti, 2008) mengemukakan beberapa kareakteristik, yaitu mempunyai perasaan

tidak aman, kurang menerima dirinya sendiri dan biasanya memiliki harga diri yang

rendah. Fitts (dalam Yanti, 2008), menyebutkan ciri-ciri individu yang mempunyai

konsep diri rendah adalah tidak menyukai dan menghormati diri sendiri, memiliki

gambaran yang tdiak pasti terhadap dirinya, sulit mendefinisikan diri sendiri dan mudah

terpengaruh oleh bujukan dari luar, tidak memiliki pertahanan psikologis yang dapat

membantu menjaga tingkat harga dirinya, mempunyai banyak persepsi yang saling

berkonflik, merasa aneh dan saling terhadap diri sendiri sehingga sulit bergaul,

mengalami kecemasan yang tinggi, serta sering mengalami pengalaman negatif dan tidak

dapat mengambil manfaat dari pengalaman tesebut. Konsep diri akan turut ke negatf

apabila seseorang tidak dapat melaksankan perkembangan dengan baik.

Hal yang diungkapkan Keliat (1992) bahwa gangguan konsep diri dapat dibagi sebagai

berikut:

1. Perlakuan berhubungan harga diri rendah

Harga diri yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui

tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya diseratai oleh evaluasi diri yang

negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.

Stuart dan Sundeen (dalam Keliat 1992) mengemukakan sembilan cara individu

mengekspresikan secara lansung konsep diri rendah:

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

a) Mengejek dan mengeritik diri sendiri’

Individu yang mempunyai pandangan yang negatif tentang dirinya.

Individu tersebut serta mengatakan dirinya “bodoh”, “tidak tau apa-apa”

b) Merendahkan atau mengurangi martabat

Menghindari, mengabaikan atau menolak kemampuan yang dimiliki

c) Rasa bersalah dan khawatir

Individu menghukum diri sendiri. Ini dapat di tampilkan berupa fobia,

obsesi. Individu tersebut menolak dirinya sendiri

d) Manifestasi fisik

Termasuk tekanan darah tinggi, penyakit psikosomatis dan penyelahgunaan

zat

e) Menunda keputusan

Sangat ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Rasa aman terancam

f) Gangguan berhubungan

Individu menjadi kejam, merendahkan diri atau mengeksploitasi orang lain.

Perlaku lain adalah menarik diri atau isolas yang disebabkan oleh perasaan

tidak berharga.

g) Menarik diri dari realitas

Bila kecemasan yang disebabkan oleh penolakan diri sendiri mancapai

tingkat berat atau panik, mungkin seseorang akan menagalami gangguan

asosiasi, halusinasi, curiga, cemburu atau paranoid

h) Merusak diri

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

Harga diri yang rendah dapat mendorong individu mengakhiri

kehidupanya

i) Merusak atau melukai orang lain

Kebencian dan penolakan pada diri sendiri dapat dikisar pada lingkungan

dengan melukai orang lain.

2. Perliaku yang berhubungan dengan identitas kabur, terjadi karena kegagalan

mengintegrasikanberbagai identifikasi pada masa kanak-kanak secara selaras dan

harmonis.

Perilaku yang berhubungan dengan identitas kabur adalah hubungan interpersonal yang

kacau atau masalah hubungan intim. Individu mengalami kesukaran tampil sesuai dengan

jenis kelaminnya.

3. Perlaku berhubungan dengan depersonalisasi

Jika individu mengalami tingkat panik dari kecemasan maka respon maladaptif terhadap

masalah identitas akan bertambah yang mengakibatkan individu menarik diri dari

realitas. Depresonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis di mana individu tidak

dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya Stuart dan Sundeen, (dalam

Keliat, 1992). Ini merupakan perasaan asing akan diri sendiri. Individu sukar

membedakan dirinya dengan orang lain.

Konsep diri didefinisikan oleh Calhoun dan Acocell (dalam Sari 2004), sebagai

pandangan diri anda tentang anda sendiri, dimana potret diri mental ini memiliki tiga

dimensi, yang meliputi:

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

a. Pengetahuan

Merupakan dimensi dalam konsep diri mengenai apa yang kita ketahui tentag diri sendiri,

yang meliputi:

1. Pengetahuan kita tentang tempat kita dalam kelompok berdasarkan azas dasar

yang melekat pada diri sendiri, yang berupa usia, jenis kelamin, suku bangsa dan

pekerjaan.

2. Pengetahuan kita tentang kategori kualitas diri kita, apabila dibandingkan dengan

orang lain di sekitar kita, yang berupa kita sebgai orang yang spontan atau hati-

hati, orang yang tenang atau bertemperemen tinggi, orang yang tergantung atau

mandiri, orang yang baik hati atau egois.

b. Harapan

Merupakan dimensi dalam konsep diri mengenai sejumlah pengharapan kita sebagai diri

sendiri di masa mendatang, di mana harapan tersebut dapat terus berkemabang dan

menajdi kekuatan serta pemadu bagi kegiatan kita dalam perjalanan hidup

c. Penilaian

Merupakan penilaian terhadapa diri sendiri, yang meliputi evaluasi tentang apakah kita

bertentanga dengan pengharapan kita bagi diri sendiri dan evaluasi kita tentang apakah

kita bertentangan dengan standar kita bagi diri sendiri. Selanjutnya hasil evaluasi akan

mencerminkan rasa harga diri tinggi berarti hidup sesuai dengan standar dan harapan-

harapan untuk diri sendiri, menyukai sikap dirinya, menyukai yang dikerjakan, serta

menyukai tentang akan ke mana dirinya.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

Berdasarkan beberapa rumusan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri

adalah evaluasi mengenai diri sendiri secara fisik, sosial dan psikologis yang diperolah

berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan orang lain oleh individu yang

bersangkutan.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Yacinta F. Rini (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

adalah sebagai berikut:

a. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua turut menjadi faktor signifikan dalam mempangaruhi konsep diri,

terbentuk. Sikap positif dari orang tua yang akan menumbuhkan konsep dan pemikiran

yang positif serta menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua seprti mengatakan

bodoh, tidak mendukungnya, akan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup

berharga untuk dikasihani, untuk disayangi dan diharagi; dan semua itu akibat

kekurangan yang ada padanya, sehingga orang tua tidak menyayangi anaknya.

b. Kegagalan

Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri

sendiri dan berahkir dengan kesimpulan bahwa semua penyebab terletak pada kelemahan

diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

c. Depresi

Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung

negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara negatif. Misalnya

jika ia, tidak diundang ke sebuah pesta, maka ia akan berpikir bahwa dirinya “miskin”,

sehingga ia tidak diundang dalam pesta tersebut. Orang yang depresi sulit utnuk melihat

apakah dirinya mampu bertahan menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi

akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung.

d. Kritik mental

Ada kalanya mengeritik diri sendiri dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan

perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi

regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan brperilaku agar keberadaan kita

ditemani oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik

2.1.3 Asepk-aspek Dalam Konsep Diri

Menurut Calhoun (dalam Anastasya, 2004), konsep diri meliputi pengetahuan tentang diri

dalam penilaian tentang diri. Konsep diri dapat bergerak dari positif ke negatif yang

dimaksud adalah inividu dikatakan memiliki konsep diri positif bila ia mampu menerima

dirinya, memahami dan menrima bermacam-macam fakta tenatang dirinya, tetapi bukan

berarti tidak pernah merasa kecewa dengan dirinya. Terdapat dua tipe dalam konsep diri

negtif, yaitu yang pertama pengatahuan tentang diri sendiri sangat sedikit, tidak tahu apa

yang menjadi kelemahan ataupun kelebihannya sementara tipe kedua, individu tidak

dapat menerima informasi yang baru tentang dirinya dianggap sebagai ancaman dan

penyebab kecemasan pada dirinya.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

Menurut Nashori (dalam Anastasya, 2004) konsep diri memiliki aspek-aspek sebagai

berikut:

a. Konsep diri fisik

Konsep diri fisik adalah suatu pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian seseorang

terhadap pribadinya sendiri. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri positif bila

memandang dirinya sebagai orang bahagia, optimis, mampu mengontrol diri dan

memiliki berbagai kemampuan, sebaliknya konsep diri negatif bila memandang

dirinya sebagai orang yang tidak bahagia, psimis, tidak mampu mengontrol diri dan

memiliki berbagai macam kekurangan.

b. Konsep diri sosial

Konsep diri sosial adalah suatu pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian

seseorang terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya, konsep diri sosial

berkaitan dengan kemampuan dengan dunia di luarnya, perasaan mampu dan berharga

dalam lingkup interaksi sosial. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri sosial

positif bila memandang dirinya sebagai orang yang berminta terhadap orang lain,

memahami orang lain, merasa diperhatikan, menjaga perasaan orang lain,

memperhatikan kepentingan orang lain, aktif dalam kegiatan sosial. Sebaliknya

digolongkan memiliki konsep diri sosial yang negatif bila ia memandang dirinya

sebagai orang yang acuh tak acuh terhadap orang lain, tidak peduli terhadap orang

lain, tidak peduli dengan perasaan orang lain.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

c. Konsep diri pribadi

Konsep diri pribadi adalah suatu pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian

seseorang peribadinya sendiri. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri positif bila

memandang dirinya sebagai orang yang bahagia, optimis, mampu mengontrol diri dan

memiliki berbagai kemampuan, sebaliknay konsep diri negatif bila memandang dirinya

sebagai orang yang tidak bahagia, pesimis, tidak mampu mengontrol diri dan memiliki

berbagai macam kekurangan.

d. Konsep diri moral etik

Konsep diri moral etik adalah suatu pandangan, pikiran, perasaan dan penilaian

seseorang terhadap moralitas diri sendiri. Konsep diri moral etik berakaitan dengan

nilai dan perinsip yang memberi arah dalam kehidupan seseorang. Bila seseorang

memandang dirinya sebagai orang yang teguh nilai-nilai moral etik digolongkan

memiliki konsep diri moral etik positif. Sebaliknya digolongkan konsep diri moral etik

negatif bila memandang dirnya sebagai orang yang menyimpnag dari standar nilai

moral yang harus diikuti.

e. Konsep diri keluarga

Konsep diri keluarga adalah suatu pandangan, pikiran, perasan dan penilaian

seseorang terhadap keluraganya sendiri. Hal ini berkaitan dengan keberadaan diri

seseorang remaja dalam keluarga. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri

keluarga yang positif bila memandang diri mencintai dan dicinatai keluarga, bahagia

bersama keuarga, banyak mendapat bantuan dan dukungan keluarga. Sebaliknya

digolongkan memiliki konsep diri negatif bila memandang diri sebagai orang yang

tdiak dicintai keluarga, banyak terlibat perselisihan dan pertengkaran dengan keluarga.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

f. Konsep diri akademik

Konsep diri akademik adalah suatu pandang, pikiran, perasaan dan penilaian

seseorang terhadap kemampuan akademisnya. Seseorang digolongkan memilliki

konsep diri keluarga positif bila memandang dirinya sebagai orang yang berprsestasi

akademik. Sebaliknya digolongkan konsep diri akademik negatif bila memadang

dirinya tidak memiliki prestasi akademik yang cukup, kemampuan akademik dipandang

sebelah mata oleh kawan-kawanya, merasa bukan orang yang tekun belajar.

2.1.4 Kondisi-kondisi yang Mempengaruhi Konsep Diri Remaja (Hurlock 1990)

a. Usia Kematangan

Remaja yang matang lebih awal, yang diperlukan orang yang hampir dewasa,

mengembangkan konsep diri yang menyenagkan, sehingga dapat menyesuaikan diri

denga baik. Remaja yang matang terlambat, yang diperlukan seperti anak-anak merasa

salah dimengerti dan bernasib kurang baik. Sehingga cenderung berperilaku kurang

dapat menyesuaikan diri.

b. Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun

perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan sumber

yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik

fisik menimbulkan yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menumbuh

sosial.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

c. Kepatutan seks

Kepatuan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku membuat remaja

mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatuan seks membuat remaja sadar diri dan

hal ini memberi akibat untuk pada perilakunya

d. Nama dan julukan

Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya

buruk atau bila mereka memberi nama juluknya yang bernada cemoohan.

e. Hubungan keluarga

Seorang remaja mempunayi hubungan yang erat dengan seorang anggota

keluarga akan mengidentifiaksi diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan

pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, remaja akan tertolong untuk

mengembagkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara.

Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep diri

teman-teman tentang dirinya dan yang kedua, ia berada dalam tekanan untuk

mengembagkan ciri-ciri kepribadian yang diakui kelompok

g. Kreativitas

Remaja semasa kanak-kanak didorong agar keratif dalam beramain dan dalam

tugas-tugas akademis, mengembagkan perasaan individualitas dan identitas yang

memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak

awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan

kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

h. Cita-cita

Bila remaja mempunyai cita-ciata yang tidak realistik, ia akan mengalami

kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi

bertahan dimana ia menyalakan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik

tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan dari pada kegagalan.

Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasaan diri yang lebih besar yang

memberikan konsep diri yang lebih baik.

2.2 Intensi Kedisiplinan Di Sekolah

2.2.1 Pengertian Intensi

Djamaluddin Ancok (1983) mendefinisikan intensi sebagai niat yang ada pada

individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Pada dasarnya intensi berkaitan dengan

pengetahuan seseorang terhadap suatu hal serta dengan perilaku sendiri sebagai perwujud

nyata dari intensinya. Intensi perilaku merupakan bentuk khusus dari kenyataan yang

berkecenderungan untuk berperilaku besar. Intensi merupakan perpaduan antara sikap

sehingga dapat dikatakan bahwa komponen ini hubungan erat dengan komponen efektif

dari sikap (Fishein dan Ajzen, 1975 dalam Lanny Setiyawati, 2000). Ditambahkan bahwa

intensi merupakan fungsi 2 faktor yaitu sikap terhadap perilaku normal subjektif

mengenai perilaku.

Allport (dalam Hurlock, 1988) menambahkan bahwa intensi merupakan

predisposisi untuk merespon suatu objek yang sifatnya spesifik. Khususnya intensi ini

ditandai dengan 4 elemen yaitu behavior, target objek, situasi dan waktu. Keempat

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

elemen inilah yang membedakan pengertian intensi dengan sikap karena pada sikap yang

diukur adalah sesuatu yang umum.

Pomazal dan Jaccard (1970) mendefinisikan intensi sebagai prediktor yang

terbaik untuk melihat perilaku yang sebenarnya. Istilah intensi biasanya digunakan dalam

arti yag meliputi harapan-harapan, keinginan-keinginan, ambisi-ambisi, cita-cita dan

rencana seseorang (Sujanto, 1986). Sears (1991) mendefinisikan intensi sebagai

komponen sikap maksudnya mempunyai pengertian yang mengarah pada kesiapan

individu untuk bereaksi atau kecenderungan individu untuk bertindak terhadap objek.

Sedangkan J.P.Chaplin (1995) mendefinisikan intensi sebagai kekuatan yang mendukung

suatu pendapat atau suatu sikap.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang intensi maka dapat dikatakan

intensi adalah suatu keyakinan individu untuk berperilaku lebih besar atau niat yang ada

pada individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu yang berupa harapan-harapan,

keinginan-keinginan, ambisi-ambisi, cita-cita dan rencana sesorang yang diwujudkan

dalam kesiapan individu untuk mendukung suatu pendapat atau suatu sikap.

2.2.3 Pembentukan Intensi

Menurut Fishbein (dalam Rendra, 2003) mengatakan bahwa intensi dalam

pembentukan dipengaruh oleh 2 faktor utama yaitu yang pertama faktor personal atau

attitudianal. Komponen personal menunjuk pada sikap sesuatu terhadap suatu perilaku,

dimana komponen ini berorientasi pada diri orang itu sendiri dan berkembang atas dasar

keyakinan dan pertimbangan terhadap apa yang diyakini itu. Kemudian faktor yang

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

kedua adalah factor normative, komponen sosial ini merupakan gabungan dengan

motivasi seseorang untuk mematuhi harapan sosialnya.

Fishbein (dalam Ajzen, 1997) theory of reasoned action juga menyatakan bahwa

intensi merupakan fungsi dari 2 determinan dasar yaitu sikap individu terhadap perilaku

dan persepsi individu yang bersngkutan yang disebut dengan norma subjektif. Penjelasan

lebih lanjut Fishbein dan Ajzen (1975) memberikan uraian bahwa sikap terhadap perilaku

terdiri dari keyakianan dan evaluasi individu akibat dari suatu perilaku. Sedangkan norma

subjektif mengandung pengertian bagaimana keyakinan individu akan norma dari orang-

orang di sekitarnya dan motivasi individu untuk melakukan norma tersebut.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi Kedisiplinan

Menurut Ajzen, (1975) theory of reasoned action ada 2 faktor yang

mempengaruhi intensi yaitu sikap terhadap perilaku dan norma subyektif. Sikap terhadap

perilaku adalah suatau bentuk evaluasi positif atau negatif dari seseorang individu karena

telah melakukan atau tertarik pada suatu perilaku tertentu. Sedangkan norma subjektif

adalah persepsi individu akan tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan

suatu perilaku tertentu di bawah suatu pertimbangan tertentu.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

Gambar 1: Theory of Reasoned Action

(Ajzen, 1975)

Sedangkan menurut Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1988). Intensi

dipengaruh oleh 3 faktor yag saling berhubungan yaitu sikap terhadap perilaku, norma

subyektif dan kontrol perilaku yang dirasa. Theory of Planned Behavior merupakan

pengembangan diri Tehory of Reasoned Action hanya saja dalam thory of planned

behavior terdapat kontrol perilaku yang menunjukkan sebagai kemudahan atau kesulitan

untuk melakukan suatu perilaku, dan hal ini dianggap sebagai suatu cerminan

pengalaman yang telah lalu sebagai antiasipasi kesulitan dan rintangan.

Gambar 2. Theory Of Planned Behavior

(Ajzen, 1988)

Sikap Terhadap

Perilaku

Perilaku Intensi

Norma Subyektif

Sikap Terhadap Perilaku

Perilaku Norma Subyektif Intensi

Kontrol Petilaku Yang

Dirasa

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

2.3 Kedisiplinan Sekolah

2.3.1 Pengertian Disiplin Sekolah

Istilah dispilin dari bahasa latin “disciplina’’ yang menunjuk kepada kegiatan

belajar mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris

disciple yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang

pemimpin. Dalam istilah bahasa Inggris latin discipline berarti (1) taat, tertib, atau

mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri; (2) latihan membentuk,

melurusakan atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau karakter

moral; (3) hukuman yang diberikan untuk melihat atau memperbaiki; (4) kumpulan atau

sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku (Mac Millian Dictionary dalam Tu’u,

2004).

Dalam Bahasa Indonesia istilah displin terkait dan menyatu dengan istilah tata

tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuha seseorang dalam

mengikuti peraturan atau tata tertib karena didoroang atau disebabkan oleh sesuatu yang

datang dari luar dirinya. Sebaliknya, istilah dispilin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang

muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri orang itu. Istilah tata tertib

berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi dan teratur.

Disiplin sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat,

berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas batin,

sehingga timbul rasa malu terkena sansi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Perilaku tersebut diikuti berdasarkan dan keyakinan bahwa hal itu yang benar, dan

kesyafan bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Oleh sebab itu, disiplin

disini berarti hukuman atau sansi yang berbobot mengatur dan mengendalikan perilaku.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

(GDM dalam Tu’u, 2004) Prijodarminto (dalam Tu’u, 2004) mengatakan, disiplin

sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari perlaku yang

menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaann, keteraturan atau ketertiban.

Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu

tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman.

Rahman (dalam Tu’u, 2004), mengartikan disiplin sebagai upaya mengendalikan

diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan

ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan atau kesadaran yang

muncul dari dalam hatinya.

Nitsemito (dalam Rawambaku 2006), mengatakan bahwa disiplin adalah suatu

sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dan perusahaan baik

ynag tertulis maupun tidak. Selanjutnya N. A. Ametembun (dalam Rawambaku 2006),

mengatakan disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung

dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang

hati.

Soeharto (dalam Tu’u, 2004) menyebutkan tiga hal yang mengenai disiplin, yakni

disiplin sebagai latihan. Disiplin sebagai hukuman, dan disiplin sebagai pendidikan.

1. Disiplin sebagai latihan untuk menuruti kemauan seseorang jika dikatakan

“melatih untuk menurut” berarti jika seseorang memberi perintah, orang lain akan

menuruti perintah itu.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

2. Disiplin sebagai hukuman. Bila seseorang berbuat salah, harus dihukum.

Hukuman itu sebagai upaya mengeluarkan yang jelek dari dalam diri orang itu

sehingga menjadi baik.

3. Disipilin sebagai alat untuk mendidik. Seorang anak memiliki potensi untuk

berkembang melalui interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan realisasi

dirinya. Dalam interaksi tersebut anak belajar tentang nilai-nilai sesuatu. Proses

belajar dengan lingkungan yang didalamnya terdapat nilai-nilai tertentu telah

membawa pengaruh dalam perubahan perilakunya. Perilaku ini berubah tertuju

pada arah yang sudah ditentukan oleh nilai-nilai yang dipelajari. Jadi, fungsi

belajar adalah mempengaruhi dan mengubah perilaku seorang anak. Semua

perilaku merupakan hasil sebuah proses belajar. Inilah sebetulnya makan disiplin.

Dalam pemahaman ketiga inilah seharusnya disiplin di kembangkan.

Berdasarkan rumusan dan pendapat tersebut, Tu’u (2004 ) merumuskan disiplin sebagai

berikut:

a. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, hukuman yang berlaku.

b. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri

bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul

karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya.

c. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan

membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajaran atau

ajarkan.

d. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam

rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

e. Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.

Sekolah adalah lembaga pendidikan dan pengajaran secara formal. Berdasarkan

pengertian disiplin dan sekolah di atas penulis menyimpulkan bahwa disiplin sekolah

adalah kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang

berlaku di sekolahnya. Menurut Wikipedia (Mading SMA Negeri I Pakel 2009) bahwa

disiplin sekolah “refres to studens complying with a code of behavior often known as the

school rules’’. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti

aturan tentang standar (standards of colthing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika

belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan

hukuman (sangsi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski

kadangkala menjadi kontrovesi dalam menerapkan metode pendesiplinannya, sehingga

terjebak dalam bentuk kesalahan perilaku fisik (physical maltrestment) dan kesalahan

psikologis.

2.3.2 Perlunya Disiplin Sekolah

Disiplin diperlukan oleh siapa pun dan di mana pun. Hal itu disebabkan di mana pun

seseorang berada, di sana selalu ada peraturan atau tata tertib. Displin sekolah apabila

dikembangkan secara baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi

kehidupan dan perilaku siswa. Displin dapat mendorong siswa untuk belajar secara

konkret dalam praktik hidup sekolah tentang hal-hal positif: melakukan hal-hal lurus dan

belajar, menjauhi hal-hal negatif. Dengan pemberlakuan disiplin, siswa belajar

beradaptasi dengan lingkungan yang baik itu, sehingga muncul keseimbagan diri dalam

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

hubungan dengan orang lain. Jadi, disiplin menurut perilaku seseorang dalam hubungan

di tengah-tengah lingkungan dalam hal itu, menurut Brown dan Browen (dalam sudrajad,

2008) mengemukakan pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran

untuk mengerjakan hal-hal sebagi berikut:

a. Rasa hormat terhadap otoritas /kewenangan; Disiplin akan menyadarkan

setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas,

misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan

kepala sekolah

b. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam dapat dijadikan sebagai

upaya untuk menanamkan kerja sama, baik antara siswa, siswa dengan guru

maupun siswa dengan lingkungannya.

c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk

menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi

d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan junjung tingginya displin

dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang

hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan

kewajiban orang lain

e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan

selalui dijumpai hal yang menyeyenangkan dan yang tidak menyenangkan.

Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang

kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam

proses belajar mengajar pada khususnya

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

f. Memeperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh

perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindari atau dapat

membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin

Lingkungan sekolah yang teratur, tertib tenang tersebut memberikan gambaran

lingkungan siswa yang giat, gigih, serius penuh perhatian, susngguh-sungguh dan

kompetitif dalam kegiatan pembelajaran. lingkungan seperti itu memberi lahirnya siswa-

siswi yang berperstasi dengan kepribadian lingkungan di sana ada dan terjadinya

kompetisi positif diantara siswa. Untuk mencapai dan memiliki ciri-ciri kepribadian

unggul tersebut, diperlukan pribadi yang giat, gigih, tekun dan disiplin. Keunggulan

tersebut dapat dimiliki apabila dalam diri seseorang terdapat sikap dan perilaku disiplin.

Disiplin inilah yang dapat mendorong adanya motivasi, daya saing, kemampuan dan

sikap yang melahirkan ketujuh ciri keunggulan tersebut.

2.3.3 Tujuan Disiplin Sekolah

Racham (dalam Sudrajad 2008:wordpress. Com) mengemukakan bahwa tujuan displin

sekolah adalah:

a. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang

b. Mendorong siswa melakukan hal yang baik dan benar

c. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan

lingkungannya dan menjauhi untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah

d. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat

baginya serta lingkungannya

Page 28: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

Hal ini dikemukakan oleh Wikipedia bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk

menciptakan keamaan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam

kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa

menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar

menjadi kurang konduktif untuk mencapai prestasi belajar siswa (sudrajad

2008:wonderpress.com). dari kedua tujuan yang di atas penulis menyimpulkan bahwa

tujuan disiplin sekolah adalah agar siswa dapat berperilaku baik di lingkungan sekolah

maupun di rumah.

2.3.4 Fungsi Kedisiplinan Sekolah

Disiplin sangat penting dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat

bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan bedisiplin, yang mengantar seorang

siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika belajar.

Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004) adalah:

a. Menata kehidupan bersama

Manusia dalah makhluk unik memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan

pola pikir yang berbeda-beda. Selain sebagai satu individu, juga sebagai makhluk sosial.

Sebagai mahkluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Dalam

hubungan tersebut, diperlukan norma, nilai, peraturan untuk mengatur agar kehidupan

dan kegiatannya berjalan dengan lancar. Kepintingan individu satu tidak berbenturan

dengan kepentingan individu lain. Disiplian berguna untuk menyadarkan seseorang

Page 29: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan

yang berlaku. Ketaatan dan kepatuhan itu membatasi dirinya merugikan pihak lain, tetapi

hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar. Jadi, fungsi disiplian adalah mengatur

tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan itu,

hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.

b. Membangun kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku dan pola hidup seseorang yang

tercermin dalam berpenampilan, perkatan dan perbuatan sehari-hari. Sifat, tingkah laku

dan pola hidup tersebut sangat unik sehingga membedakan dirinya dengan orang lain.

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi

pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan

terbiasa mengikuti , mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan

masuk ke dalam kesadaran dirinya sehingga ahkirnya menjadi milik keperibadiannya.

Disiplin menjadi bagian dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi, lingkungan yang

berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apabila seorang

siswa yang sedang tumbuh kerpibadiannya tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur,

tenang, tentram sangat berperan dalam membangun kperibadian yang baik.

c. Melatih kepribadian

Sikap perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui

latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan

dan dilatih. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur, taat, patuh, perlu

Page 30: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

dibiasakan dan dilatih. Pola hidup separti itu mustahil dapat berbentuk begitu saja. Hal ini

memerlukan waktu dan proses yang memakan waktu. Perlu adanya latihan, pembiasaan

diri, mencoba, berusaha dengan gigih, bahkan dengan gemblengan dan tampaan keras.

d. Pemaksaan

Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti

paraturan-peraturan yang berlaku dilingkungan itu. Memang disiplin seperti ini masih

dangkal. Akan tetapi, dengan penampilan guru-guru, pemaksaan, pembiasaan dan latihan

disipilin seperti itu dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin itu penting baginya. Dari

mula-mula karena paksaan, kini dilakukan dengan kesadaran diri, menyentuh kalbunya,

merasa sebagai kebutuhan dan kebiasaan. Diharapkan juga, disiplin ini meningkat

menjadi kebiasaan berpikir baik, positif, bermakna, memandang jauh kedepan. Disiplin

bukan hanya soal mengikuti dan menaati aturan, melainkan sudah meningkat menjadi

disiplian berpikir yang mengatur dan memperngaruhi seluruh aspek kehidupan.

e. Hukuman

Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang

melanggar tata tertib tersebut.Ancaman sangsi/hukuman sangat penting karena dapat

memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhi. Tanpa

ancaman hukuman/sangsi, dorongan ketaatan dan kepatuha dapat diperlemah.

f. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksanya proses dan kegiatan

pendidikan agar berjalan lancar. Hal ini dicapai dengan merancang peraturan sekolah,

Page 31: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

yakni peraturan bagi guru-guru, bagi para siwa, serta peraturan-peraturan lain yang

dianggap perlu. Kemudian di implementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan

demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, tertib dan

teratur. Lingkungan seprti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan.

2.3.5 Faktor-faktor Mempengaruhi SikapKurang Disiplin

Sikap siswa kurang disiplin di sekolah dipengaruhi dari berbagai faktor. Hal ini

karena siswa berasal dari berbagai latar belakang kehidupan sosial, ekonomi maupun

derajat pendidikan orang tuanya.

Menurut Rachman (dalam Sudrajad 2008: wordpress.com) faktor-faktor tersebut

diantaranya adalah:

a. Sekolah kurang menerapkan disiplin.

Sekolah yang kurang menerapkan disiplin, maka siswa biasanya kurang bertanggung

jawab karena siswa menggangap tidak melaksanakan tugas pun di sekolah tidak

dikenakan sangsi, tidak dimarahi guru.

b. Teman bergaul

Anak yang bergaul dengan anak yang kurang baik perilakunya akan berpengaruh

pada anak yang jarang berinteraksi sehari-hari, anak tersebut juga akan berpengaruh tidak

baik. Sebaliknya anak bergaul dengan anak yang baik akan cenderung ikut berperilaku

baik juga.

c. Cara hidup dilingkungan anak tinggal

Page 32: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

Anak yang tinggal dilingkungan hidupnya kurang baik, maka akan cenderung

bersikap dan berperilaku kurang baik pula.

d. Sikap orang tua

Anak yang dimanjakan oleh orang tuanya akan cenderung kurang bertanggung

jawab dan takut menghadapi tatangan dan kesulitan-kesulitan, begitu pula sebaliknya

anak yang sikap orang tuanya otoriter, maka anak akan menjadi penakut dan tidak

berani mengambil keputusan dalam bertindak.

e. Latar belakang kebiasaan dan budaya

Budaya dan tingkat pendidikan orang tuanya akan berpengaruh terhadap sikap

dan perilaku anak. Anak yang hidup di keluarga yang baik dan tingkat pendidikan

orang tuanya bagus maka akan cenderung berperilaku yang baik pula.

2.3.6 Aspek- aspek Displin Sekolah

Proses belajar mengajar secara formal berlangsung di sekolah, di mana dalam

proses belajar mengajar tersebut disiplin sekolah sangat diperlukan.

Menurtu Arikunto (dalam Sudrajad 2008:wordpress.com) terwujudnya disipiln

sekolah ditentukan oleh 3 aspek sebagai berikut:

a. Aspek kepatuhan proses belajar mengajar

Indikator dari kepatuhan mengikuti proses belajar mengajar adalah

memperhatikan, mencatat, dan mengerjakan tugas. Dalam proses belajar mengajar, selain

kegiatan belajar mengajar diberi secara tata muka, dan juga diberikan tugas-tugas tertentu

dari guru untuk dikerjakan dalam rangka lebih meningkatkan penguasaan bahkan ajar

Page 33: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

yang diterima. Dengan demikian siswa yang mendapat tugas dari guru, sehubungan

dengan pelajar yang diterima, wajib dikerjakan dengan sebaik-baiknya, misalnya

mengerjakan pekrejaan rumah, membuat laporan percobaan atau pratikum dan membuat

kliping.

b. Aspek kepatuhan tata tertib

Tata tertib di sekolah merupakan suatu ketentuan atau peraturan yang

diperuntukkan bagi siswa, yang bertujuan mendidik para siswa agar dapat belajar dengan

tertib sesuai dengan peraturan yang diterapkan di sekolah. Seorang siswa yang telah

mematuhi dan melaksanakan tata tertib dengan baik berarti siswa telah sadar akan

pentingnya sebuah peraturan sehingga dapat diartikan telah memiliki kedisiplinan.

c. Aspek ketaatan pada jam belajar

Taat artinya selalu patuh pada peraturan yang berlaku. Indikator dari ketaatan

pada jam belajar adalah jadwal belajar, waktu belajar PR. Ketaatan didalam pada jam

belajar berarti disiplin belajar diperlukan supaya setiap waktu yang ada dapat digunakan

secara seimbang. Ketaatan pada jam belajar bukanlah menggunakan semua waktu yang

ada hanya untuk belajar akan tetap diimbagi dengan kegiatan lain.

Dalam proses belajar mengajar, selain kegiatan belajar diberikan secara tatap

muka, juga diberikan tugas-tugas tertentu dari guru untuk dikerjakan dengan langkah

lebih meningkatkan penguasaan bahan ajar yang diterima. Dengan demikian siswa yang

mendapat tugas dari guru, sehubungan dengan pelajaran yang diterima, wajib dikerjakan

dengan sebaik-baiknya, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah, membuat laporan

percobaan atau pratikum dan membuat kliping.

Page 34: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

2.3.7 Intensi Kedisipinan

Intensi kedisplinan sebagai niat yang ada pada individu untuk melakukan suatu

perilaku yang berupa harapan-harapan, keinginan-keinginan, ambisi-ambisi, cita-cita

dan rencana seseorang yang diwujudkan untuk mendukung suatu pendapat atau suatu

sikap.

Menurut Djamaluddin Ancok (1983)intensi sebagai niat yang ada pada individu

untuk melakukan suatu perilaku tertentu (kedisiplinan tata tertib sekolah).

Menurut Tu’u, 2004 kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal

dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar.

Sedangkan istilah bahasa inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti: 1) tertib, taat atau

mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri; 2) latihan membentuk, meluruskan atau

menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral; 3) hukuman

yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan atau sistem-sistem

peraturan-peraturan bagi tingkah laku.

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas maka peneliti menyimpulkan intensi

kedisiplinan adalah niat yang ada pada individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu

dalam kedisiplinan tata tertib, taat atau mengandalkan tingkah laku, penguasaan diri,

latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan

mental atau karakter moral, hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki,

kumpulan atau sistem-sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.

Page 35: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

2.2.8Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Intensi Kedisiplinan Siswa

Menurut Jascinta F. Rini (2002), seorang individu dengan konsep diri yang positif

akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala

sesuatu. Konsep diri yang positif cenderung membuat siswa menaati tata tertib sekolah

karena pada diri masing-masing siswa terbentuk pribadi yang optimis, penuh percaya diri

dan cenderung bersikap positif terhadap segala sesuatu termasuk menaati tata tertib

sekolah karena tata tertib dibuat untuk menjadikan siswa seorang individu yang

bertanggung jawab.

Masa remaja adalah masa yang sulit untuk dipahami, sebab jika dilihat secara

fisik siswa sudah terlihat dewasa, akan tetapi jika dilihat secara emosional dan segi

mental, remaja dapat dikatakan sebagai pribadi yang belum matang pada masa remaja ini

terjadi suatu proses perkembangan kepribadian yang sangat penting bagi individu itu

sendiri.

Mappiare, 1981 (dalam Parwanto, 2003) mengemukakan remaja bergabung

bersama teman sebaya menemukan kehangatan dan rasa aman karena menghadapi

masalah yang sama, merasakan dengan cara yang sama dan bertingkah laku sama tetapi

jusru karena memiliki banyak persamaan inilah remaja seringkali melakukan hal-hal yang

tidak dikehendaki. Remaja yang didominasi oleh teman bermainnya cenderung

melakukan berbagai aktifitas kenakalan, seperti suka bertengkar, pemberontak dan hal-

hal yang penting remaja dapat senang dengan apa yang dilakukannya tanpa ada kontrol

sama sekali dari orang tua Self conceptyang dimilikinya.

Konsep diri yang dimilki remaja akan mempengaruhi perilakunya dalam

hubungan sosial dengan individu lain. Konsep diri yang tinggal atau positif akan

Page 36: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Konsep Diri 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2947/3/T1_132008024_BAB II… · BAB II . KAJIAN TEORITIS. 2.1 Konsep Diri . 2.1.1

berpengaruh pada perilaku positif dan sebagainya, konsep diri yang rendah atau negatif

akan berpengaruh pada perilaku negatif. Dijelaskan oleh Daradjat (dalam Parwanto,

2003) bahwa perilaku individu yang mempunyai konsep diri rendah cenderung tidak

berani, cepat tersinggung dan cepat marah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja yang konsep dirinya

rendah akan cenderung untuk menutupi kekurangan yang dimilikinya, mengalami

kecemasan dan kegelisahan secara psikis. Kaitanya dengan intensi kedisiplinan bahwa

remaja dengan konsep diri negatif akan cenderung memiliki intensi kedisiplinan yang

rendah, hal ini dilakukan unutk menutupi kecemasan dan kegelisahan.

2.2.9 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ada

hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan intensi kedisiplinan siswa kelas

VIII SMP Negeri 2 Salatiga Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013”.