bab ii tinjauan pustaka kajian teoritis 2.1.1....

23
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teoritis 2.1.1. Pariwisata Pariwisata secara etimologis berasal dari bahasa sansekerta yang terbentuk dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti berulang atau berkali kali sedangkan wisata berarti perjalan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan secara berulang ulang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang yang mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi , pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi. Menurut WTO (2014), Pariwisata merupakan kegiatan manusia dengan melakukan perjalanan ke negara atau daerah diluar aktivitas sehari hari untuk tujuan pribadi ataupun tujuan bisnis. Weaver dan Oppermann dalam Robiatul (2016), dalam penelitian nya bahwa pariwisata berkembang dari aktivitas lokal berkembang dalam memajukan ekonomi global sekitar 6 persen dan menciptakan sekitar 200 juta pekerjaan di seluruh dunia selama satu dekade dari abad ke dua puluh. Menurut J.Spillane (1989), mendefinisikan pariwisata secara luas, yakni sebuah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, dilakukan perorangan atau

Upload: lyque

Post on 04-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teoritis

2.1.1. Pariwisata

Pariwisata secara etimologis berasal dari bahasa sansekerta yang terbentuk

dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti berulang atau berkali kali

sedangkan wisata berarti perjalan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan

yang dilakukan secara berulang ulang. Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Wisata adalah kegiatan

perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang yang mengunjungi

tempat tertentu untuk tujuan rekreasi , pengembangan pribadi, atau mempelajari

keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi.

Menurut WTO (2014), Pariwisata merupakan kegiatan manusia dengan

melakukan perjalanan ke negara atau daerah diluar aktivitas sehari hari untuk tujuan

pribadi ataupun tujuan bisnis. Weaver dan Oppermann dalam Robiatul

(2016), dalam penelitian nya bahwa pariwisata berkembang dari aktivitas lokal

berkembang dalam memajukan ekonomi global sekitar 6 persen dan menciptakan

sekitar 200 juta pekerjaan di seluruh dunia selama satu dekade dari abad ke dua

puluh.

Menurut J.Spillane (1989), mendefinisikan pariwisata secara luas, yakni

sebuah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, dilakukan perorangan atau

11

kelompok, bersifat sementara, sebagai upaya untuk mencari keseimbangan atau

keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,

budaya, alam dan ilmu. Spillane juga mengelompokan pariwisata menjadi beberapa

bagian berdasarkan motivasi nya yaitu :

1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourisme)

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang orang yang meninggalkan tempat

tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar uang baru, untuk

memenuhi keingin-tahuannya, untuk mendapatkan ketenangan, untuk menikati

keindahan alam dan sebagainya.

2) Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourisme)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menginginkan

pemanfaatan hari-hari liburnya digunakan untuk beristirahat, untuk memulihkan

kembali kesegaran jasmani dan rohaninya yang akan menyegarkan keletihan dan

kelelahannya.

3) Pariwisata untuk Kebudayaan ( Cultural Tourisme)

Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan

untuk belajar di pusat pusat pengajaran dan riset, untuk mendalami adat-istiadat,

kelembagaan dan cara hidup rakyat di negara lain, untuk mengunjungi monumen

sejarah, dan sebagainya.

4) Pariwisata untuk Olah Raga (Sport Tourisme)

Jenis pariwisata ini bertujuan untuk olah raga baik untuk mempraktikan sendiri

dan berlatih atau menarik perhatian tidak hanya olah ragawan nya sendiri tetapi

penonton atau penggemarnya. sendiir

12

5) Pariwisata untuk Urusan Dagang Besar ( Business Tourism)

Jenis pariwisata ini menekankan bahwa kesempatan yang di gunakan oleh orang

yang melakukan perjalan bisnisnya menggunakan waktu bebasnya untuk

menikmati dirinya sebagai wiatawan untuk mengunjungi berbagai objek wisata

dan jenis pariwisata lain.

6) Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourisme)

Jenis pariwisata ini merupakan negara yang tertarik dan menganggap jenis

pariwisata ini dengan banyaknya hotel atau bangunan bangunan yang khusus

dilengkapi untuk menunjang concention tourism.

Selain itu, Gamal Suwantoro dalam (Abdillah, 2015), membagi bentuk

perjalan menjadi beberapa segi berdasarkan maksud dan tujuannya, yaitu :

1) Wisata liburan (holiday tour), merupakan suatu perjalanan wisata yang

dilakukan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang-senang dan

menghibur diri.

2) Wisata Pengenalan (familiarization tour), merupakan suatu perjalanan yang

bertujuan untuk mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai

kaitan dengan pekerjaan.

3) Wisata Pendidikan ( educational tour), merupakan suatu perjalanan wisata

dengan tujuan memberi gambaran,studi, perbandingan maupun pengetahuan

mengenai bidang kerja yang dikunjungi.

4) Wisata pengetahuan (scientific tour), merupakan suatu perjalanan wisata dengan

tujuan guna mendapat pengetahuan atau penyelidikan terhadap suatu bidang

ilmu pengetahuan.

13

5) Wisata keagamaan (pileimage tour) merupakan bentuk perjalanan wisata dengan

tujuan untuk melakukan ibadah keagamaan.

6) Wisata program khusus (special mission tour), merupakan perjalanan wisata

dengan tujuan untuk mengisi kekosongan khusus.

7) Wisata perburuan (hunting tour) merupakan perjalanan wisata dengan tujuan

untuk melakukan perburuan binatang yang diizinkan sebagai hiburan.

2.1.2. Wisatawan

Menurut Undang Undang No. 10 Tahun 2009, wisatawan adalah orang yang

melalukan wisata. Terdapat empat alasan utama dalam hal perilaku wisatawan yaitu

:

1) Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan yang jauh dari tempat

tinggalnya untuk mengunjungi tempat atau negara lain.

2) Setiap perjalanan wisata umumnya meiliki waktu minimum tetapi bersifat

sementara dan bukan untuk menetap di tempat baru yang di kunjungi.

3) Perilaku wisata muncul pada waktu luang.

4) Perjalanan wisata melibatkan hubungan emosional antara wisatawan dengan

beberapa karakteristik tempat yang dituju.

Sedangkan menurut Karyono (1997) wisatawan dapat dikategorikan

berdasarkan sifat dan lokasi perjalanan sebagai berikut :

1) Wisatawan mancanegara adalah wisatawan yang melalukan perjalanan wisata

menuju negara lain yang buka negara dimana dia tinggal.

14

2) Wisatawan domestik merupakan wisatawan yang melakukan perjalanan wisata

di negaranya sendiri.

Menurut Spillane (1987) definisi wisatawan adalah pengunjung sementara

yang tinggal kurang dari 24 jam di Negara yang di kunjungi dan tujuan

perjalanannya adalah :

1) Pesiar yaitu keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan,

olahraga.

2) Hubungan dagang, kepentingan keluarga, konferensi serta misi.

Wisatawan memiliki berbagai tujuan dalam melakukan kegiatan pariwisata.

Hal ini terjadi karena setiap wisatawan memiliki berbagai kepentingan dan

keinginan tersendiri mengenai pilihan wisata yang akan di kunjungi. Wisatawan

memiliki berbagai minat, motif dan ekspektasi, karater, sosial-ekonomi, budaya

dan sebagainya. Dengan demikian wisatawan akan melakukan perjalanan yang

berbeda beda sesuai dengan kebutuhan yang diingkinkan.

2.1.3. Objek wisata dan daya tarik wista

Menurut Undang Undang no 10 Tahun 2009 tentang kepariwistaan, objek

wisata atau tujuan wisata adalah kawasan geografis yang berada dalam suatu atau

lebih wilayah administrasi yang didalamnya terdapat daya tarik wisata. Sedangkan

daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

nilai yang berupa keanekaragaman alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang

menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Kemudian menurut Marpaung

dalam (Antariksa, 2011) objek dan daya tarik wisata merupakan aktifitas dan

15

fasilitas yang berhubungan, yang menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk

datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Menurut Karyono (1997) bahwa objek

wisata adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah tujuan wisata yang merupakan

daya tarik agar orang-orang mau datang untuk mengunjungi ke tempat wisata

tersebut.

Jackson dalam (Gaol, 2014) mengelompokan jenis jenis objek wisata

menjadi tiga, yaitu:

1. Wisata alam, seperti : laut, pantai, gunung, danau , sungai,fauna, kawasan

lindung, cagar alam, pemandangan alam dan sebagainya.

2. Wisata budaya, seperti : upacara kelahiran, pakaian adat, kain tenun, bangunan

bersejarah dan sebagainya.

3. Wisata buatan, seprti : sarana dan fasilitias olahraga, permainan, ketangkasan ,

taman nasional dan sebagainya.

2.1.4. Permintaan dan Penawaran

2.1.4 1. Teori Permintaan dan Penawaran

Dalam buku pengantar Ilmu Ekonomi, Pratama Rahardja dan Mandala

Manurung (2008), bahwa permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu

barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Sedangkan menurut

Case and Fair (2007) dalam ilmu ekonomi istila permintaan (demand) merujuk pada

suatu hubungan tertentu antara jumlah barang tertentu yang akan dibeli oleh rumah

tangga dengan harga barang tersebut pada periode tertentu, cateris paribus. Faktor

faktor yang pempengaruhi permintaan dari sisi konsumen yaitu, pendapatan dan

kekayaan konsumen, barang itu sendiri, harga barang lain, selera dan preferensi

16

konsumen serta ekspektasi tentang harga dimasa depan. Sedangkan penawaran

adalah jumlah dari suatu barang tertentu yang bersedia atau mau ditawarkan pada

harga tetentu selama periode tertentu, cateris paribus. Faktor faktor yang

mempengaruhi penawaran dari segi produsen yaitu, harga barang tersebut, harga

input, teknologi, ekspektasi atau harapan dimasa depan.

2.1.4 2. Permintaan dan Penawaran Pariwisata

Mathieson, Wall dan Pearce dalam (Maulana,2016) bahwa pada umumnya

permintaan pariwisata adalah jumlah orang yang melakukan perjalanan dengan

menggunakan fasilitas pariwisata selama berada di tepat yang merupan bukan

tempat tinggalnya. Menurut Yoeti, permintaan pariwisata dibagi menjadi dua,

yaitu:

1) Potential Demand adalah seseorang yang memiliki izin untuk melakukan

perjalanan pariwisata tetapi belum memiliki waktu luang untuk melakukan

perjalanan wisata

2) Actual Demand adalah semua orang yang sedang melakukan kegiatan

pariwisata ke suatu wilayah sebagai tujuan wisata.

Menurut Yoeti (1990), penawaran dalam pariwisata mencakup semua

daerah tujuan wisata yang di tawarkan kepada wisatawan, dan penawaran dalam

pariwisata dapat di bagi ke dalam beberapa bagian, yaitu benda yang terdapat di

alam, hasil ciptaan manusia, prasarana pariwisata, serta tata cara hidup

masyarakat.

Sessa dalam (Maulana, 2016) mengelompokan penawaran pariwisata ke

dalam beberapa kategori antara lain:

17

1. Sumber daya pariwisata, yang terdiri dari sumber daya alam dan manusia pada

suatu wilayah

2. Infrastruktur umum dan pariwisata, terdiri dari infrastruktur, transportasi dan

telekomunikasi.

3. Fasilitas reseptif, yang menerima pengunjung meliputi akomodasi perusahaan,

makanan dan minuman serta apartemen.

4. Fasilitas hiburan dan olahraga, memberikan fokus pada aktivitas wisatawan.

5. Layanan penerimaan wisata, meliputi travel agent, kantor turis, perusahaan

penyewaan mobil, pemandu wisata, ahli bahawa dan pengelola pengunjung.

Menurut Yoeti (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap

kunjungan ke objek wisata antara lain:

1) Harga

2) Daya tarik wisata itu sendiri, baik itu berupa fasilitas dan hiburan.

3) Kemudahan untuk berkunjung berupa sarana dan prasarana.

4) Pelayanan dan informasi umum terhadap daerah wisata sebelum wisatawan

melakukan perjalanan.

5) Images of tourist destination, atau gambaran dari daerah wisata yang dapat

dilihat oleh wisatawan sebelum wisatawan berkunjng ke daerah wisata tersebut

Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), ada empat hal yang harus

diperhatikan dalan penawaran pariwisata, yaitu :

1) Attraction (daya tarik); merupakan daerah tujuan wisata untuk menarik para

wisatawan, baik berupa alam maupun masyarakat dan budaya.

18

2) Accesable (Transportasi); merupakan aspek yang bertujuan untuk

memudahkan para wisatawan domestik atau mancanegara dalam mencapai

tujuan wisata.

3) Amenities (fasilitas); fasilitas menjadi salah satu syarat daerah wisata agar

wisatawan dapat dengan nyaman mengunjungi daerah wisata.

4) Ancillary (kelembagaan); lembaga pariwisata yang menaungi wisatawan yang

akan memberikan rasa aman dan nyaman.

2.1.5 Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan suatu cara untuk menganalisis mengenai

keterkaitan antara beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk

menyederhanakan bentuk hubungan dengan beberapa variabel yang diteliti, yang

berarti juga dapat mencerminkan tentang struktur data dari suatu penelitian yang

diteliti (Suliyanto,2005). Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengelompokan atau

mereduksi variabel atau indikator kedalam variabel lain. Dalam analisis faktor

variabel-variabel dikelompokan berdasarkan korelasi antar variabel variabel

tersebut dengan faktornya sehingga, varibel variabel yang ada akan mempunyai

korelasi yang tinggi, sedangkan dengan variabel dalam kelompok yang lain akan

mempunyai korelasi yang relatif sedikit .

Menurut Supranto (2004), langkah langkah dalam analisis faktor adalah

sebagai berikut :

1. Tabulasi data, yaitu penyusunan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner,

kemudian data dikumpulkan dan ditabulasikan.

19

2. Pembentukan matriks korelasi, yaitu matriks yang membuat koefisien korelasi

dari semua pasangan variabel dalam sebuah penelitian. Barlett’s Test of

Sphericity adalah uji statistik untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak

saling berkorelasi dalam suatu populasi. Kemudian dapat pula menggunakan

Keiser-Mayer-Olkin (KMO) measure of sampling Adequacy (MSA), untuk

menunjukan apakah model sudah memenuhi syarat atau tidak.

3. Ekstaksi faktor, merupakan ekstrksi terhadap sekumpulan variabel dengan

KMO<0,5 dimana dapat membentuk satu atau lebih faktor. Metode yang

digunakan yaitu principal component analysis (PCA) dan common factor.

Kemudian didapatkan nilai statistik sebagai indikator utama yakni tabel

communalities, tabel total variance explained dengan kriteria eigenvalue, scree

plot yang merupakan gambar grafik dari total variance explained, tabel

component matrix dimana nilai yang dijadikan acuan adalah factor loading dan

tabel rotated component matrix.

4. Rotasi faktor, merupakan penyederhanaan faktor dengan dua metode rotasi,

yaitu orthogonal factors dan oblique factors.

5. Penentuan banyaknya faktor, memiliki beberapa kriteria, yaitu kriteria

eigenvalue, apriori, presentasi varians dan scree test.

6. Interpretasi faktor

7. Hitung skor faktor

8. Penamaan faktor dan memilih variabel pengganti.

20

2.1.6 Travel Cost Method

Travel Cost Method (TCM) merupakan teknik survey penelitian dengan

menggunakan kuesioner yang diberikan kepada sampel pengunjung di lokasi

penelitian untuk mengetahui tempat tinggalm frekuensi kunjungan ke lokasi,

infomasi perjalanan, tujuan, biaya yang dikeluarkan, dan lain lain. Biaya kunjungan

dapat dihitung dan dikaitkan dengan faktor faktor lain yang berhubungan sehingga

membentuk kurva permintaan (Das, 2003)

Travel Cost Method digunakan untuk menilai penggunaan suatu rekreasi.

Model ini biasanya diaplikasikan pada benefit cost analysis. Travel Cost Model

merupakan demand-based model. Travel Cost Method juga dapat dibedakan

menjadi dua, sesuai permintaan wisatawan, dengan permintaan terhadap tempat

wisata dan permintaan pada beberapa tempat wisata. Travel Cost Method terbagi

menjadi dua jenis, yaitu Zonal Travel Cost Method dan Individual Travel Cost

Method.

2.1.6.1 Zonal Travel Cost Method

Zonal Travel Cost Method (ZTCM) merupakan suatu pendekatan penilaian

ekonomi dengan mengumpulkan informasi dari jumlah kunjungan ke tempat

rekreasi dari berbagai daerah atau zona. Pendekatan ini bertujuan untuk mengukur

nilai dari jasa rekreasi dari sebuah tempat secara keseluruhan, Dalam pendekatan

ini, meningkatnya jarak perjalanan akan meningkatkan pula biaya biaya perjalaan

dan waktu yang dibutuhkan, maka informasi yang didapat memungkinkan peneliti

untuk memperhitungkan jumlah kunjungan diberbagai harga. Informasi tersebut

21

dapat digunakan untuk membentuk fungsi permintaan dan mengestimasi consumer

surplus , atau keuntungan ekonomi untuk jasa rekreasi dari sebuah tempat.

2.1.6.2 Individual Travel Cost Method

Individual Travel Cost Method (ITCM) merupakan suatu pendekatan

penilaian ekonomi dengan menghubungkan jumlah kunjungan pertahun dengan

biaya perjalanan dan variabel spesifik individu lainnya seperti usia, jenis kelamin,

pendidikan dan pendapatan (Herath, & Kennedy 2004).

ITCM merupakan metode dalam penelitian ini karena sesuai dengan

pertimbangan menurut Ward & Beal (2000) dalam Latinopoulus & Chatzigeorgeou

(2010), yaitu :

1. Jumlah wisatawan yang meyakini bahwa suatu lokasi tersebut cukup berharga

untuk dijadikan tempat rekreasi.

2. Tidak terdapatnya data yang lengkap mengenaik tingkat kunjungan wisatawan

berdasarkan zona asal.

3. Effisien dan menghemat waktu, melakukan wawancara terhadap responden

secara pribadi terhadap poin poin penting di lokasi merupakan langkah efektif

untk menghemat waktu dan mendapatkan data yang akurat.

Menurut Bulov dalam (Djiohansah, 2014), Berikut merupakan fungsi ITCM:

Vij= f(Pij,Tij,Qij,Sj,Yi)

(2.1)

22

Keterangan :

Vij = Jumlah kunjungan oleh pengunjung i Ke tempat wisata j

Pij = Total biaya perjalanan

Tij = Biaya waktu luang

Qij = Kualitas Tempat Rekreasi

Sj = Substitusi tempat rekreasi

Yi = Pendapatan Individu

2.1.7 Surplus Konsumen dan Willingness to Pay

Gambar 2.1

Kurva Permintaan Individu

Surplus konsumen menurut Samuelson dan Nordhaus dalam (Djijono,

2002) terdapatnya manfaat atau keuntungan yang dirasakan konsumen dimana

mengacu pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun, karena konsumen

membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir.

Menurut Pindyck &Rubinfield (2009), Surplus konsumen adalah

perbedaan antara jumlah maksimum yang tersedia dibayar konsumen untuk sebuah

23

barang dengan jumlah sebenarnya yang dibayarkan konsumen. Surplus konsumen

mengukur berapa banyak kelebihan untuk setiap individu, secara agregar, atas suatu

barang di pasar , karena konsumen yang berbeda menilai konsumsi barang tertentu

secara berbeda dan jumlah maksimum yang bersedia dibayar berbeda pula.

Sementara itu, Pearch dan Morran dalam (Djijojo, 2002) mengungkapkan

bahwa willingness to pay atau kesediaan membayar menggambarkan berapa besar

jumlah yang individu keluarkan untuk mendapatkan seluruh manfaat wisata dari

objek wisata.

2.2. Kajian Empiris

2.2.1. Penelitian Oliani, Rossy dan Gesvasoni, 2011. “What are Attractiveness

Factors That Influence the Choice of a Tourist Destination- A Study of Brazilian

Touris Consumer.

Menganalisis faktor faktor yang dapat mempengaruhi konsumen Brazil

untuk menentukan tujuan wisata serta mengetahui perilaku konsumen. Penelitian

dengan 150 orang responden, kemudian responden mengisi kuesioner yang berisis

faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan daerah tujuan wisata. Faktor yang

paling penting dalam penelitian ini adalah proses melakukan wisata oleh individu

yang diwawancarai terkait dengan daya tarik wisata. Aspek yang perlu di nilai

antara lain : letak geografis, iklim, sejarah dan tradisi, kualitas sumber daya alam,

kualitas objek wisata perkotaan, kebijakan publik, akomodasi, transportasi serta

berapa waktu yang di butuhkan untuk mencapai objek wisata tersebut.

24

Penelitian yang dilakukan dengan wawancara ini menunjukan daya tarik

yang menjadi pertimbangan wisatawan dan disajikan dengan analisis deskriptif.

Berdasarkan hasil survey, aspek yang paling penting menurut responden adalah

transportasi, kualitas sumber daya alam dan akomodasi. Semakin mudan dan

banyak alternaif pilihan transportasi di suatu daerah tujuan wisata maka akan

semakin besar kemungkinan daerah tujuan wisata tersebut dipilih oleh konsumen

Brazil. Selain itu kualitas sumber daya alam dan akomodasi menjadi hal penting

lainya, karena semakin banyak objek wisata alam di suatu daerah tujuan wisaa dan

semakin mudah akomodasi di suatu daerah maka kemungkinan daerah tujuan

wisata tersebut dipilih oleh konsumen Brazil.

2.2.2. Penelitian Valle, Guerreiro,Mendes dan Silva 2011, The Cultural Offer

as a tourist product in coastal destinations: The Cast of Algarve, Portugal.

Penelitian ini menganalisis mengenai wisatawan dengan tujuan bepergian

mengunjungi pantai serta menganalisis peran penawaran budaya sebagai pelengkap

produk pariwisata pesisisr Algarve. Penelitian menggunakan metode statistik

multivariat, yaitu factor analysis dan Chi square Automatic Interaction Detection

(CHAID) analysis. Kuesioner di bagikan kepada wisatawan yang mengunjungi

Algarve pada musim panas 2007.Tujuan penelitian ini mengenai apakah motivasi

utama wisatawan adalah matahari dan pantai serta mencari tawaran budaya?. Hasil

jawaban responden menunjukan bahwa sebanyak 375 wisatawan mengalami

tingkat kepuasan tertinggi ketika daerah tujuan wisata yang mereka kunjungi

menawarkan wisata budaya di daerah tersebut. Wisata budaya dapat memberi

25

manfaat terhadap wisatawan seperti menambah pengalaman, serta memperluas

pengetahuan dan wawasan intelektual. Penelitian ini menunjukan bahwa budaya

merupakan faktor yang berkontribusi terhadap pemilihan tujuan wisata bagi para

wisatwawan.

2.2.3. Penelitian Chae, Wattage, & Pascoe, 2012, Recreation Benefit From a

Marine Protected Area : A travel Cost Analysis of Laundy.

Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui nilai manfaat rekreasi yang

dilakukan di pulau Lundy dengan menggunakan travel cost method. Penilaian

manfaat rekreasi ini melalui consumer surplus dan willingness to pay, face-to-tface

interviews selama bulan Juli sampai Agustur 2005. Kuesioner berjumlah 161

dengan model permintaan rekreasi destinasi dengan teknik count data regression

dan poisson regression model dimana penelitian ini mewakili frekuensi perjalanan

individu.

Y = exp (β0 + β0X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + μi

Keterangan :

Y : Jumlah kunjungan ke Pulau Lundy

X1: TC1 (tarif ferry atau helikopter + biaya motor), TC2 (tarif ferry atau

helikopter + total biaya motor), TC3 (TC2+opportunity cost of travel

time).

X2: Pendapatan

X3: Keanekaragaman hayati

26

X4: Umur

X5:NTZ (no take zone)

μi : error

Hasil dari penelitian ini adalah willingness to pay berkunjung ke Pulau

Laundy adalah sebesar £574 setiap perjalanan. Hasil ini menunjukan bahwa Pulau

Laundy merupakan destinasi tujuan rekreasi dan konservasi yang baik.

2.2.4. Penelitian Ram Shrestha, Taylor Stein, dan Julie (2007), “Valuing

nature-based recreation in public nature areas of the Apalachicola River region,

Florida”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permintaan rekreasi alam wisata

di daerah perairan yaitu sungai Apalachicola di Florida. Penelitian ini

menggunakan pendekatan individual travel cost method. Model permintaan yang di

bentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y= f (C, A,T,s, ε)

Keterangan :

Y = Jumlah perjalanan rekreasi yang dilakukan dalam periode 12 bulan

C = Biaya perjalanan

A = vektor dari level of naturalness

S = variabel sosioekonomi yang mempengaruhi Y

ε = error term

Level of naturalness merupakan variabel dummy untuk

mendeskripsikan keadaan alamiah kawasan wisata dengan skala 1 (daerah alami

27

yang tidak ada fasilitas apapun) sampai dengan 5 (daerah alami dengan fasilitas

yang lengkap). Penelitian ini memiliki level of naturalness 1 yang secara signifikan

menambah jumlah kunjungan dengan kegiatan memancing dan berperahu yang

dapat menjadi andalan karena secara signifikan menaikan jumlah kunjungan wisata.

Analisa yang digunakan adalah poisson dan negatif binomial. Hasil dari analisa ini

adalah biaya perjalanan signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan ke kawasan

wisata serta pengunjung memiliki WTP sebesar $74,18 perkunjungan. Total

economic value dari tempat wisata tersebut mencapai $484.56 juta. Penelitian ini

menunjukan bahwa pengelola tidak harus menambah fasilitas tambahan karena

keadaan alam yang alamilah yang disukai pengunjung.

2.2.5. Penelitian Zhang (Zhang et al, 2014) yang berjudul “The

Recreational Value of Gold Coast Beach Australia : An Aplication of Travel Cost

Method”

Penelitian ini menggunakan Invidual Travel Cost Method (ITCM).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai ekonomi The Gold Beach,

merupakan sebuah pantai yang terletak di Benua Australia. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah biaya perjalanan, faktor sosio-ekonomi,

lokasi lain, dan kualitas lingkungan sebagai variabel independen. Model regresi

yang dibentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

E(y I x) = exp(β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 )

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 291 responden.

Hasilnya menunjukan bahwa biaya perjalanan, jenis kelamin, dan jumlah kelompok

28

merupakan faktor yang berpengaru signifikan terhadap jumlah kunjungan

wisatawan ke lokasi penelitian yaitu Gols Coast Beach dalam kurun waktu satu

tahun. Consumer surplus dari setiap individu setiap kunjungan yaitu sebesar

$10,05-$19,98 serta nilai total ekonomi dari objek wisata tersebut adalah $500 Juta.

2.2.6. Penelitian Fanita Osha Tazkia dan Banatul Hayati (2012) yang

berjudul : “Analisis Permintaan Objek Wisata Pemandian Air Panas

Kalianget, Kabupaten Wonosobo dengan Pendekatan Travel Cost “

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai manfaat rekreasi Objek

Wisata Pemandian Air Panas Kalianget dengan menggunakan pendekatan

Individual Travel Cost Method. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan

regresi linear berganda dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh biaya perjalanan

pengunjung , biaya perjalanan ke objek wisata lain, pendapatan, jarak, tujuan

berkunjung dan tujuan kunjungan terhadap jumlah kunjungan ke Objek Wisata

Pemandian Air Panas Kalianget, sehingga dapat di formulasikan sebagai beriukut :

Y = f(X1,X2,X3,X4,X5,X6)

Keterangan :

Y : Jumlah permintaan wisata pemandian Air Panas Kalianget

X1 : Biaya perjalanan ke Objek wisata Pemandian Air Panas Kalianget

X2 : Biaya pejalanan ke Objek wisata lain (Dieng)

X3 : Pendapatan rata rata-rata keluarga perbukan

X4 : Jarak

X5 : Kelompok kunjungan

29

X6 : Tujuan kunjungan

Hasil penelitian ini adalah ada beberapa variabel bebas yang signifikan

terhadap variabel terkait yaitu Jumlah permintaan di objek wisata Pemandian Air

Panas Kalianget adalah biaya perjalanan individu dan pendapatan rata rata

perbulan. Sedangkan variabel bebas yang mempunyai pengaruh tidak signifikan

pada jumlah permintaan secara statistik adalah variabel biaya perjalanan ke objek

wisata lain (Dieng), jarak, kelompok tujuan serta kunjungan. Surplus konsumen per

individu per tahun sebesar Rp. 469.476 atau Rp. 93.895,2 setiap inidividu per satu

kali kunjungan dan nilai total ekonomi kawasan Objek Wisata Pemandian Air Panas

Kalianget adalah Rp.23.903.443.008

2.2.7 Matriks

Tabel 2.1 Matriks

No Jurnal Model Analisa

1. What are Attractiveness

Factors That Influence the

Choice of a Tourist

Destination- A Study of

Brazilian Touris Consumer.

- Menganalisis faktor

faktor yang dapat

mempengaruhi

konsumen Brazil

untuk menentukan

tujuan wisata serta

mengetahui perilaku

konsumen. Penelitian

dengan 150 orang

responden. Hasilnya

adalah bahwa aspek

yang paling penting

menurut responden

adalah transportasi,

kualitas sumber daya

alam dan akomodasi

2. The Cultural Offer as a tourist

product in coastal destinations:

The Cast of Algarve, Portugal

- Penelitian ini

menunjukan bahwa

faktor budaya

merupakan faktor

yang berkontribusi

terhadap pemilihan

30

tujuan wisata bagi

para wisatwawan.

3 Recreation Benefit From a

Marine Protected Area : A

travel Cost Analysis of Laundy.

Y = exp (β0 + β0X1

+ β2X2 + β3X3 +

β4X4 + β5X5 + μi

. Penilaian manfaat

rekreasi ini melalui

consumer surplus

dan willingness to

pay, face-to-tface.

Responden berjumlah

161 dengan model

permintaan rekreasi

destinasi dengan

teknik count data

regression dan

poisson regression

model. Hasil dari

penelitian ini adalah

willingness to pay

berkunjung ke Pulau

Laundy adalah

sebesar £574 setiap

perjalanan. Hasil ini

menunjukan bahwa

Pulau Laundy

merupakan destinasi

tujuan rekreasi dan

konservasi yang baik.

4 Valuing nature-based

recreation in public nature

areas of the Apalachicola River

region, Florida”.

Y= f (C, A,T,s, ε)

Penelitian ini

menggunakan

pendekatan

individual travel cost

method. Analisa yang

digunakan adalah

poisson dan negatif

binomial. Hasil dari

analisa ini adalah

biaya perjalanan

signifikan

mempengaruhi

jumlah kunjungan ke

kawasan wisata

5 The Recreational Value of Gold

Coast Beach Australia : An

Aplication of Travel Cost

Method, Zhang, et al, 2014

E(y I x)

= exp(β0 + β1X1 +

β2X2 + β3X3 + β4X4 )

Penelitian dengan

menggunakan

pendekeatan

Individual Travel

31

Cost Method, dengan

jumlah responden

291 orang. Hasilnya

adalah variabel biaya

perjalanan, jenis

kelamin, dan jumlah

kelompok (number of

party) berpengaruh

besar terhadap jumlah

kedatangan

wisatawan.

6. Analisis Permintaan Objek

Wisata Pemandian Air Panas

Kalianget, Kabupaten

Wonosobo dengan Pendekatan

Travel Cost

Y =

f(X1,X2,X3,X4,X5,X6)

Penelitian ini

bertujuan untuk

menganalisis nilai

manfaat rekreasi

Objek Wisata

Pemandian Air Panas

Kalianget dengan

menggunakan

pendekatan

Individual Travel

Cost Method. Hasil

penelitian ini

menunjukan bahwa

dari 6 variabel ada 2

variabel bebas yang

signifikan

32

2.3.Kerangka Pemikiran

Wisatawan yang berkunjung ke Geger Bintang Gunung Putri memiliki

tingkat kepuasan yang berbeda beda dalam segala bentuk pemenuhannya. Dalam

hal ini perlu diidentifikasi variabel daya tarik serta faktor faktor wisata yang

memiliki pengaruh terhadap keputusan wisatawan untuk memilih objek wisata yang

hendak dikunjungi. Penelitian ini akan menganalisis faktor faktor yang menjadi

daya tarik wisata serta menduga willingness to pay yang mengunjungi objek wisata

Geger Bintang Gunung Putri Lembang. Setelah diketahui faktor faktor terkait dan

willingness to pay maka dilakukan analisis. Setelah diketahui hasil analisisnya

maka dapat ditarik kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan referensi bagi

pengelola untuk meningkatkan daya tarik wisatawan dengan cara pengembangan,

perbaikan serta pemeliharaan infrastruktur fasilitas umum.

Diagram 2.1 Kerangka Pemikiran

Pengembangan objek

wisata Geger Bintang

Gunung Putri

Faktor-faktor daya

tarik wisata Willingness to pay

pengunjung

Analisis faktor Individual Travel

Cost Method

Rekomendasi

Pengelola

Peningkatan Daya

Tarik wisata