bab ii kajian teoritis 2.1. definisi health belief modal

31
10 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal Secara bahasa, Health Belief Model (HBM) memilki tiga kata utama sebagai sebuah konsep, yakni health, believe, dan modal. Health diartikan sebagai keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun social, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan catat World Health Organization (WHO, 2017). Belief dalam bahasa inggris memiliki arti percaya atau keyakinan. Sehingga belief yaitu sebuah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan tindakan atau perilaku tertentu, misalnya seseorang percaya bahwa mandi akan membuat tubuh bersih dari kotoran. Sedangkan menurut Hayden (2017) mengatakan bahwasanya keyakinan sangat erat kaitannya dengan budaya yang dianut dimana seseorang mempresepsikan tentang sesuatu benar meskipun tidak benar dari suatu kebenaran. Sehingga dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belief merupakan suatu keyakinan terhadap sesuatu baik benar atau salah yang dipengaruhi oleh budaya sehingga dari keyakinan tersebut akan menimbulkan suatu tidakan atau perilaku dari seseorang. Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam yang ada (Mahmud, 2008). Sedangkan pengertian model yang mengacu pada Health

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

10

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. Definisi Health Belief Modal

Secara bahasa, Health Belief Model (HBM) memilki tiga kata utama

sebagai sebuah konsep, yakni health, believe, dan modal. Health diartikan

sebagai keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun social, dan tidak hanya

bebas dari penyakit dan catat World Health Organization (WHO, 2017).

Belief dalam bahasa inggris memiliki arti percaya atau keyakinan.

Sehingga belief yaitu sebuah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan

tindakan atau perilaku tertentu, misalnya seseorang percaya bahwa mandi

akan membuat tubuh bersih dari kotoran. Sedangkan menurut Hayden (2017)

mengatakan bahwasanya keyakinan sangat erat kaitannya dengan budaya

yang dianut dimana seseorang mempresepsikan tentang sesuatu benar

meskipun tidak benar dari suatu kebenaran. Sehingga dari kedua pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa belief merupakan suatu keyakinan terhadap

sesuatu baik benar atau salah yang dipengaruhi oleh budaya sehingga dari

keyakinan tersebut akan menimbulkan suatu tidakan atau perilaku dari

seseorang.

Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam

bentuk yang disederhanakan dari kondisi atau fenomena alam yang ada

(Mahmud, 2008). Sedangkan pengertian model yang mengacu pada Health

Page 2: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

11

Belief Model ini adalah suatu representasi dari suatu ide dalam suatu kondisi

yang dirasakan oleh seseorang.

Sejauh ini Health Belief Model adalah teori yang paling umum

digunakan dalam pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan (Glanz &

Lewis, 2010; National Cancer Institute /NCI, 2010). Health Belief Model ini

juga menjadi salah satu dari teori perilaku kesehatan (Maulana, 2010).

Dimana teori kesehatan perilaku adalah kombinasi antara pengetahuan,

pendapat, dan tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang

mengacu pada kesehatan mereka (Kennedy, 2011).

Hubungan antara keyakinan terhadap kesehatan dan perilaku sangat

berkaitan erat terhadap kepercayaan dan perilaku dimana yang diyakini

seseorang dalam mengambil tindakan positif atau negatif Lewin(1951 dalam

Charles Abraham dan Paskah Sheeran 2015). Teori Health belief model

merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari individu untuk

mau atau tidak mau berperilaku sehat (Becker, 1984).

Health belief model merupakan model kognitif, yang digunakan untuk

meramalkan perilaku dari seseorang dalam upaya meningkatan kesehatan

(Putri, 2016). Menurut teori Health belief model, kemungkinan seseorang

melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil tiga

keyakinan atau penilaian kesehatan (helath beliefs), antara lain sebagai

berikut (Maulana, 2010)

1. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury

or illness)

Page 3: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

12

Hal ini mengacu pada sejauh mana seorang berpikir bahwa penyakit atau

kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh karena itu,

jika ancaman yang dirasakan meningkat, perilaku pencegahan juga akan

meningkat (Maulana, 2010).

2. Keuntungan dan kerugian (benefit and costs)

Pertimbangan antara keuntungan dan kerugian perilaku untuk

memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak (Maulana,

2010).

3. Petunjuk berperilaku juga diduga tepat untuk memulai proses perilaku,

yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol (salient

position). Hal ini berupa berbagai informasi dari luar atau nasihat

mengenai permasalahan kesehatan (misalnya media massa, kampanye,

nasihat orang lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman)

(Maulana, 2010).

2.2. Komponen Dasar Health Belief Model

Komponen dasar HBM, dibagi menjadi 6 teori, dimana empat presepsi

berikut berfungsi sebagai konstruksi utama model HBM ini, yakni: (1)

perceived seriousness, (2) perceived susceptibility, (3) perceived benefits,

dan (4) perceived barriers. Masing-masing presepsi ini, baik secara

individu maupun berkombinasi, dapat digunakan untuk menjelaskan

perilaku kesehatan. Baru-baru ini komponen lain telah ditambahkan ke

HBM, yakni: (1) cues to action, (Notoatmodjo, 2012).

1. Perceived seriousness/severity

Page 4: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

13

Perceived seriousness disebut juga sebagai keparahan/keseriusan

yang dirasakan. Keparahan / keseriusan yang dirasakan bermaksud

sebagai presepsi seseorang terhadap tingkat keparahan penyakit yang

diderita individu (Anies, 2016). Sehingga perceived seriousness juga

memiliki hubungan dengan perilaku sehat, jika presepsi keparahan

individu tinggi maka ia akan berperilaku sehat (Conner, dkk, 2013).

Perceived seriousness ini juga mengacu pada tingkat keparahan

kondisi (konsekuensi medis yang meliputi kecacatan, rasa sakit, atau

kematian) dan dampaknya terhadap gaya hidup (konsekuensi social

yang meliputi kemampuan kerja, hubungan social, dan lain-lain).

Contohnya individu percaya bahwa merokok dapat menyebabkan

kanker (Subagiyo, 2014).

2. Perceived susceptibility

Perceived susceptibility disebut juga sebagai kerentanan yang

dirasakan atau sebagai presepsi subyektif seseorang tentang risiko

terkena penyakit (Anies, 2016). Perceived susceptibility ini juga

mengacu pada keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan suatu

penyakit, misalnya, seorang wanita pasti percaya ada kemungkinan

mendapatkan penyakit kanker payudara sebelum dia mendapatkan

mammogram (Hayden, 2017).

3. Perceived benefits

Perceived benefits disebut juga sebagai manfaat yang dirasakan.

Ini mengacu pada persepsi seseorang tentang efektivitas berbagai

Page 5: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

14

tindakan yang tersedia untuk mengurangi ancaman penyakit atau

penyakit (atau untuk menyembuhkan penyakit) (Lamorte, 2016).

Jalannya tindakan yang dilakukan seseorang untuk mencegah (atau

menyembuhkan) penyakit atau penyakit bergantung pada pertimbangan

dan evaluasi dari yang dirasakan dan manfaat yang dirasakan, sehingga

orang tersebut akan menerima tindakan kesehatan yang disarankan jika

dianggap bermanfaat.

Ketika seseorang yakin bahwa ia rentan terhadap sesuatu penyakit

dan juga sudah mengetahui bahaya penyakit tersebut, ia tidak akan

begitu saja menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan kepadanya,

kecuali bila ia yakin bahwa tindakan tersebut dapat mengurangi

ancaman penyakit dan ia sanggup melakukannya (Anies, 2016).

Contohnya individu yang sadar akan keuntungan deteksi

dinipenyakit akan terus melakukan perilaku sehat seperti medical check

up rutin. Contoh lain adalah kalau terdapat seseorang tidak merokok,

maka dia tidak akan terkena kanker (Subagiyo, 2014).

4. Perceived barriers

Perceived barriers disebut juga sebagai rintangan yang dirasakan.

Ini mengacu pada perasaan seseorang terhadap hambatan untuk

melakukan tindakan kesehatan yang disarankan (Lamorte, 2016). Ada

variasi yang luas dalam perasaan penghalang, atau hambatan, yang

menghasilkan analisis biaya/manfaat. Orang tersebut

mempertimbangkan keefektifan tindakan terhadap persepsi bahwa hal

Page 6: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

15

itu mungkin mahal, berbahaya (misalnya, efek samping), tidak

menyenangkan (misalnya menyakitkan), menyita waktu, atau

merepotkan (Glanz, 2010).

5. Cues to action

Cues to action adalah mempercepat tindakan yang membuat seseorang

merasa butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata

untuk melakukan perilaku sehat. Cues to action juga berarti dukungan

atau dorongan dari lingkungan terhadap individu yang melakukan

perilaku sehat disebut juga sebagai strategi untuk mengaktifkan

kesiapan. Inilah rangsangan yang dibutuhkan untuk memicu proses

pengambilan keputusan untuk menerima tindakan kesehatan yang

direkomendasikan (Lamorte, 2016).

2.3. Persepsi perawat

Persepsi pada hakikatnya merupakan proses kognitif yng dialami oleh

setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik

lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, maupun penciuman. Kunci untuk

memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan

suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan

yang benar terhadap situasi (Thoha, 2008).

Menurut Gibson (2001), persepsi sebagai proses seseorang untuk

memahami lingkungan yang meliputi orang, objek, symbol, dan sebagainya

yang melibatkan proses kognitif. Proses kognitif merupakan proses

pemberian arti yang melibatkan tafsiran pribadi terhadap rangsangan yang

Page 7: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

16

muncul dari objek tertentu. Oleh karena tiap-tiap individu memberikan

makna yang melibatkan tafsiran pribadinya pada objek tertentu, maka

masing-masing individu akan memiliki persepsi yang berbeda meskipun

melihat objek yang sama.

Menurut Robbins (2008) ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang, yaitu sebagai berikut yaitu: 1) perceiver atau ciri orang

yangbersangkutan 2) target atau sasaran yang dilihat oleh orang tersebut 3)

kontekstual situasi. Perciver atau ciri orang yang bersangkutan yang

berhubungan dengan karakter individu. Jika seseorang melihat sesuatu dan

berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, ia

dipengaruhi oleh karakteristik dividu yang turut berpengaruh, seperti sikap,

motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapannya. Target adalah

persepsi seseorang yang tergantung pada sasaran yang dilihat oleh orang

tersebut. Target dapat berupa orang, benda, atau peristiwa. Sedangkan

Situasi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana

persepsi itu timbul perlu pula memperoleh perhatian. Situasi merupakan

faktor yang turut berperan serta dalam pertumbuhan persepsi seseorang.

Dari definisi diatas bisa disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu penafsiran

terhadap situasi atau obyek tertentu yang dipengaruhi oleh proses kognitif

yang dipengaruhi oleh diri individu dan lingkungan. Setiap orang bisa

mempersepsikan sesuatu berbeda dengan orang lain tergantung faktor-faktor

yang mempengaruhinya.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

17

2.4. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit

Pelaksanaan program perencanaan dan pengendalian infeksi di rumah

sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus dikelola dan

diintegrasikan antara struktural dan fungsional dari semua departemen/

instalasi/ divisi/ unit di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

sesuai dengan falsafah dan tujuan pencegahan dan pengendalian infeksi

(Depkes RI, 2008).

Infeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi

juga dapat dicegah dengan melakukan langkah – langkah sesuai dengan

prosedur yang berlaku. Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di

rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya perlu diterapkan program

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu adapun kegiatan meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan serta

monitoring dan evaluasi (Depkes RI, 2008).

2.5. Infeksi Nosokomial

Infeksi yang terjadi di rumah sakit di sebut juga infeksi nosokomial atau

Health-care Associted Infection (HAIs) merupakan problem yang serius bagi

kesehatan masyarakat. Menurut WHO (2011) HAI’s merupakan infeksi yang

didapat pasien selama menjalani prosedur perawatan dan tindakan medis di

pelayanan kesehatan setelah ≥ 48 jam dan ≤ 30 hari setelah keluar dari

fasilitas kesehatan.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

18

Depkes RI (2013) juga menyatakan infeksi nosokomial adalah infeksi

yang terjadi atau didapat di rumah sakit. Suatu infeksi didapat di rumah sakit

apabila :

1. Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/ gejala atau tidak dalam

merasa inkubasi infeksi tersebut.

2. Infeksi terjadi 3x24 jam setelah pasien di rawat di rumah sakit.

3. Infeksi pada lokasi sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang

berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau

mikroorganisme penyebab sama tetapi lokasi infeksi berbeda.

2.6. Penyebab Infeksi Nosokomial

Adanya mikrorganisme yang menyebabkan infeksi nosokomial biasanya

datang dari tubuh pasien sendiri (flora endogen). Dan juga dapat diperoleh

dari kontak dengan staf (kontaminasi silang), serta dari instrumen dan jarum

yang terkontaminasi dengan lingkungan (flora eksogen). Pada Kenyataannya

sebagian besar infeksi nosokomial yang terjadi pada pasien menjadi nyata

setelah mereka pulang. Akibatnya sering susah menentukan apakah sumber

orgnisme yang menyebabkan infeksi endogen atau eksogen.

2.7. Rantai Penularan

Menurut Kemenkes RI, 2011 untuk melakukan tindakan pencegahan

dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai penularan. Apabila suatu

rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.

Adapun faktor - faktor yang menyebabkan terjadi penularan infeksi tersebut

adalah :

Page 10: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

19

1. Agen Infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat

menyebabkan infeksi. Agen infeksi yang dapat terjadi Pada manusia

dapat berupa bakteri, virus, riketsia, jamur dan parasit. Ada tiga

faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi

yaitu : patogenesis, virulensi dan jumlah (dosis).

2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,

berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang

paling yang umum adalah manusia, binatang, tumbuh – tumbuhan,

tanah, air dan bahan – bahan organik lainnya.

3. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan dari mana agen infeksi

meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernafasan,

saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membran

mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.

4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport

agen infeksi dari reservoir ke penderita. Ada beberapa cara penularan

yaitu : (a) kontak : langsung dan tidak langsung; (b) droplet; (c)

airborne; (d) melalui vehikulum : makanan, air/minuman, darah; (e)

melalui vektor biasanya serangga dan binatang pengerat.

5. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi

memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui saluran

pernafasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir,

serta kulit yang tidak utuh (luka).

Page 11: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

20

6. Pejamu (host) yang suseptibel adalah orang yang tidak memiliki daya

tahan tubuh yang cukup kuat untuk melawan agen infeksi serta

mencegah terjadinya infeksi atau penyakit. Faktor yang khusus dapat

mempengaruhi adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit

kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan. Faktor lain

yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis

tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter.

Gambar 2.1 Skema Rantai Penularan Infeksi

Sumber : Pedoman Pencegahan dan pengendalian Infeksi di Rumah Sakit

dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya (Kemenkes RI, 2011).

Menurut CDC (2017) tindakan pencegahan infeksi dibagi menjadi

Isolation Pecautions (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari 2 (dua)

tingkatan yaitu :

a. Standar Precautions (Kewaspadaan Standar)

Kewaspadaan standar dirancang untuk mengurangi resiko penularan

mikroorganisme di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan baik

dari sumber infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

21

Kewaspadaan Standar meliputi : kebersihan tangan (hand hygiene),

Alat Perlindungan Diri (APD) yaitu sarung tangan, masker, google

(kacamata pelindung), face shield (pelindung wajah), gaun, peralatan

perawatan pasien, penanganan linen, manajemen limbah dan benda

tajam, pengendalian lingkungan, pemrosesan peralatan pasien dan

penatalaksanaan linen, kesehatan karyawan atau perlindungan petugas

kesehatan, penempatan pasien, hgiene respirasi/ etika batuk, praktek

menyuntik yang aman, praktek untuk lumbal punksi.

b. Transmission-based Precautions (Kewaspadaan berdasarkan cara

penularan). Tiga jenis kewaspadaan berdasarkan penularan/ transmisi

menurut Depkes RI, 2013 adalah sebagai berikut :

- Kewaspadaan penularan melalui kontak

- Kewaspadaan penularan melalui percikan (droplet)

- Kewaspadaan penularan melalu udara (airborne)

2.8. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi

Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib dilaksanakan oleh

semua petugas kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan

lainnya menurut Kemenkes (2011) yaitu :

1. Kebersihan Tangan

Cuci tangan adalah cara sederhana yang efektif dan murah dalam

upaya pencegahan infeksi yang penting dilakukan pada saat sebelum

dan sesudah melakukan kegiatan. Cuci tangan merupakan proses

secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan

Page 13: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

22

dengan menggunakan sabun dan air (Kemenkes, 2011). Adapun

moment yang wajib dilakukan oleh tenaga kesehatan ada lima momen

yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptic,

sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan

pasien dan setelah kontak dengan lingkungan pasien. Adapun cara

melakukan cuci tangan bisa dengan menggunakan handrub dan hand

wash (dengan air mengalir).

2. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Pelindung barrier yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri

(APD), alat pelindung diri sangat diperlukan oleh tenaga kesehatan

dalam melaksanakan aplikasi di rumah sakit. APD telah digunakan

selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme

yang ada pada petugas kesehatan. Namun dengan munculnya AIDS dan

hepatitis C, serta meningkatnya kembali tuberkulosis dibanyak negara,

pemakaian APD menjadi sangat penting untuk melindungi petugas

kesehatan. Seiring munculnya infeksi baru seperti flu burung, SARS

dan penyakit infeksi lainnya (Emerging Infectious Diseases), pemakaian

APD yang tepat dan benar semakin penting. Adapun jenis – jenis APD

adalah sebagai berikut :

a) Sarung Tangan, adapn guna sarung tangan adalah untk melindungi

tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi

pasien dari mikroorganisme yang berada ditangan petugas

kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik

Page 14: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

23

paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan

harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien

lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang. Tergantung

keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus

digunakan oleh semua petugas ketika :

1. Kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh

lain, membran mukosa atau kulit yang terlepas.

2. Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif misalnya

menusukkan sesuatu kedalam pembuluh darah, seperti

memasang infus.

3. Menangani bahan – bahan bekas pakai yang telah

terkontaminasi atau menyentuh permukaan yang tercemar

4. Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui

kontak (yang diperlukan pada kasus penyakit menular melalui

kontak yang telah diketahui atau dicurigai) yang

mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung

tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan pasien.

Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut

sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan

dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis alkohol.

b). Masker, kriteria masker yang baik adalah harus cukup besar untuk

menutup hidung, mulut, bagian bawah dagu dan rambut pada wajah

(jenggot). Masker digunakan untuk menahan cipratan yang keluar

Page 15: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

24

pada saat petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk

atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh

lainnya yang masuh melalui hidung atau mulut petugas kesehatan.

c). Alat pelindung mata, berguna untuk melindungi petugas dari

percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi mata.

Pelindung mata mencakup kaca mata goggle plastik bening,

kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Petugas kesehatan

harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung

wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan

cairan secara tidak sengaja kearah wajah. Bila tidak tersedia

pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata

pelindung atau kacamata biasa atau masker.

d) Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala

sehingga dapat mencegah serpihan kulit dan rambut tidak masuk

ke dalam luka selama pembedahan berlangsung. Topi harus

cukup besar untuk menutup semua rambut.

f) Gaun pelindung, digunakan untuk menutupi atau mengganti

pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang

diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui

droplet/ airborne. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah

untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi

respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai

menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus

Page 16: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

25

mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk

merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau

tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi atau ekskresi. Setelah

gaun dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak

dengan bagian yang potensial tercemar, lalu cuci tangan segera

untuk mencegah berpindahnya organisme.

g) Pelindung kaki atau sepatu boot digunakan untuk melindungi

kaki dari cedera akibat terjatuhnya benda tajam atau benda berat

yang mungkin jatuh secara tidak sengaja di atas kaki. Oleh

karena itu, sandal, “sandal jepit”atau sepatu yang terbuat dari

bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau

sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan,

tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau

tumpahan cairan tubuh lain. Sepatu yang tahan terhadap benda

tajam atau kedap air harus tersedia dikamar bedah.

3. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen

Proses pencegahan infeksi dasar yang dianjurkan untuk

mengurangi penularan penyakit dari instrumen yang kotor, langkah

pertama yang dilakukandalam pemerosesan alat adalah

precleaning/prabilas, kemudian pencucian dan pembersihan, lalu

dilakukan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT).

Pracleaning/prabilas adalah proses yang membuat benda mati

lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan dan

Page 17: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

26

mengurangi, tetapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme

yang mengkontaminasi.

Proses Pracleaning/prabilas ini adalah terdiri dari mencuci

sepenuhnya dengan sabun atau deterjen-deterjen dan air atau

enzimatik, membilas dengan air bersih dan mengeringkannya.

Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : proses menghilangkan semua

mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari objek,

dengan merebus, menguapkan atau memakai desinfektan kimiawi.

Sterilisasi : proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,

virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakterial dari benda

mati dengan uap tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven),

sterilan kimiawi atau radiasi.

Pengelolaan linen : dalam penanganan linen yang sudah digunakan

oleh pasien harus dengan hati-hati dengan menggunakan APD yang

sesuai dan membersihkan tangan secara teratur. Kehati-hatian ini

mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan

membersihkan tangan secara teratur sesuai dengan pedoman

kewaspadaan standar. Linen dibedakan menjadi dua bagian yaitu

linen infeksius dan linen non infeksius.

4. Pengelolaan limbah

Tujuan pengolahan limbah adalah untuk melindungi petugas

pembuangan limbah dari perlukaan, melindungi penyebaran infeksi

terhadap para petugas kesehatan, mencegah penularan infeksi pada

Page 18: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

27

masyarakat sekitarnya, membuang bahan-bahan berbahaya (bahan

toksik dan radioaktif) dengan aman.

Tumpukan limbah terbuka harus dihindari karena menjadi objek

pemulung yang akan memanfaatkan limbah yang terkontaminasi,

dapat menyebabkan perlukaan, menimbulkan bau busuk,

mengundang lalat dan hewan penyebar penyakit lainnya.

Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi limbah

(padat, cair, tajam, infeksius, non infeksius), pemisahan (pemisahan

dimulai dari awal penghasil limbah, memisahkan limbah sesuai

dengan jenis limbah, limbah terbagi menjadi dua, limbah infeksius :

dimasukan kedalam plastik kantong kuning, kantong warna lain tapi

diikat tali warna kuning, limbah padat non infeksius : plastik kantong

warna hitam, limbah benda tajam : wadah harus tahan tusuk dan air),

kantong pembuangan diberi label biohazard atau sesuai jenis limbah,

packing (ditempatkan dalam wadah limbah tertutup, tutup muka

dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan kaki, kontainer dalam

keadaan bersih, kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan

tidak berkarat, menempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10-

20 meter, mengikat limbah jika sudah terisi ¾ penuh, kontainer

limbah harus dicuci setiap hari), penyimpanan limbah di tempat

penampungan sementara dan khusus, menempatkan limbah dalam

kantong plastik dan ikat dengan kuat, memberi label pada kantong

plastik limbah, setiap hari limbah diangkat dari tempat penampungan

Page 19: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

28

sementara, tempat penampungan sementara harus di area terbuka,

terjangkau (oleh kendaraan), aman dan selalu dijaga kebersihannya

dan kondisi kering), pengangkutan (mengangkut limbah harus

menggunakan kereta dorong khusus, kereta dorong harus kuat,

mudah dibersihkan, tertutup, tidak boleh ada yang tercecer,

sebaiknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien,

menggunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah),

treatment (limbah infeksius dimasukkan dalam incinerator, limbah

non infeksius dibawa ke tempat pembuangan limbah umum, limbah

benda tajam dimasukkan dalam incinerator, limbah cair dalam

wastafel di ruang spoelhok, limbah feses, urine ke dalam WC).

Penanganan limbah benda tajam yaitu jangan menekuk atau

mematahkan benda tajam, jangan meletakkan limbah benda tajam

sembarang tempat, limbah benda tajam segera dibuang ke kontainer

yang tersedia tahan tusuk dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi,

selalu dibuang sendiri oleh si pemakai, tidak menyarungkankembali

jarum suntik habis pakai, kontainer benda tajam diletakkan dekat

lokasi tindakan.Limbah yang ada di rumah sakit dapat dibagi dua

yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari

rumah sakit secara umum dibedakan atas limbah medis, yaitu limbah

yang kontak dengan darah atau cairan tubuh pasien dan

dikategorikan sebagai limbah resiko tinggi. Limbah medis terdiri dari

limbah klinis dan limbah laboratorium. Contoh limbah klinis antara

Page 20: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

29

lain kasa, pembalut wanita, potongan tubuh, jarum bekas pakai dan

alat infus bekas pakai, dan kantong drain bekas pakai. Limbah non

medis atau limbah rumah tangga yaitu limbah yang tidak kontak

dengan darah atau cairan tubuh pasien, sehingga disebut sebagai

limbah resiko rendah.

5. Pengendalian lingkungan rumah sakit

Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih

aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan atau mencegah

terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien,

petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit dan

fasilitas kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja

dapat dicegah

6. Kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat bekerja,

juga dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas

kesehatan yang lain. Fasilitas kesehatan harus memiliki program

pencegahan dan pengendalian infeksi bagi petugas kesehatan. Saat

menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa

riwayat pernah infeksi apa saja, status imunisasinya.

Imunisasi yang dianjurkan untuk petugas kesehatan adalah hepatitis

B dan bila memungkinkan A, influenza, campak, tetanus, difteri,

rubella. Mantoux test untuk melihat adakah infeksi Tuberculosis

Page 21: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

30

(TB) sebelumnya, sebagai data awal. Pada kasus khusus dapat

diberikan varicella.

7. Penempatan pasien

a. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap

lingkungan, misal : luka lebar dengan cairan keluar, diare,

perdarahan tidak terkontrol.

b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi

melalui udara ke kontak, misalnya luka dengan infeksi kuman

gram positif

c. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar

dengan exhaust ke area tidak ada orang lalu lalang, misalnya

TBC

d. Kamar terpisah dengan udara terkuci bila diwaspadai transmisi

airborne luas, misal varicella.

e. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan

(anak gangguan mental)

8. Higiene respirasi/etika batuk

Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting

untuk mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya. Semua

pasien, pengunjung dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk

selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk

mencegah sekresi pernapasan. Saat batuk atau bersin : tutup hidung

Page 22: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

31

dan mulut, segera buang tisu yang sudah dipakai, lakukan kebersihan

tangan.

9. Praktek menyuntik yang aman

a. Menggunakan jarum yang steril, sekali pakai pada setiap

suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi

dan terapi

b. Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose.

Jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat

dalam vial multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba

yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain

10. Praktek untuk lumbal punksi

Pemakaian masker pada insersi kateter atau injeksi suatu obat ke

dalam area spinal/epidural melalui prosedur lumbal punksi misal saat

melakukan anastesi spinal dan epidural, myelogram, untuk mencegah

transmisi droplet flora orofaring.

2.9. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

Tujuan program pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit

adalah untuk melindungi pasien, petugas dan pengunjung. Program

pencegahan dan pengendalian infeksi dapat tercapai perlu dilakukan

perencanaan secara rinci dalam membuat strategi dan langkah yang

memerlukan koordinasi dari banyak pihak, baik individu, bagian maupun

unit pelayanan di sarana kesehatan tersebut.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

32

Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di rumah sakit

menurut Scheckler dkk, 1998; Palmer, 1984; Kemenkes RI, 2011;

Depkes RI, 2004; Depkes, 2008; dan Perdalin, 2015 yaitu :

1. Surveilans infeksi di rumah sakit

Surveilans infeksi rumah sakit adalah suatu proses yang dinamis,

sistematis, terus-menerus, dalam mengumpulkan, identifikasi,

analisa dan interpretasi dari data kesehatan yang penting pada

suatu populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala

kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam

perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang

berhubungan dengan kesehatan (Kemkes RI 2011).

Adapun tujuan surveilans infeksi rumah sakit terutama adalah :

a. Mendapatkan data dasar infeksi rumah sakit. Dengan demikian

dapat diketahui berapa resiko yang dihadapi oleh setiap psien

yang dirawat di rumah sakit. Sebagian besar (90-95%) dari

infeksi rumah sakit adalah endemik dan ini di luar dari KLB yang

dikenal. Kegiatan surveilan ditujukan untuk menurunkan laju

angka endemik tersebut.

b. Menurunkan laju infeksi rumah sakit

Dengan surveilans ditemukan faktor resiko infeksi rumah sakit

yang akan diintervensi sehingga dapat menurunkan laju angka

infeksi rumah sakit. Untuk mencapai tujuan ini surveilans harus

Page 24: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

33

didasarkan cara penggunaan data, sumber daya manusia dan

dana yang tersedia.

c. Identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) infeksi rumah sakit

Bila laju angka dasar telah diketahui, maka kita dapat segera

mengenali bila terjadi suatu penyimpangan dari laju angka

dasar tersebut, yang mencerminkan suatu peningkatan kasus

atau kejadian luar biasa (outbreak) dari infeksi rumah sakit.

d. Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah yang

memerlukan penanggulangan. Data surveilans yang diolah

dengan naik dan disajikan secara rutin dapat menyakinkan

tenaga kesehatan untuk menerapkan Pencegahan dan

Penangglangan Infeksi (PPI). Data ini dapat melengkapi

pengetahuan yang didapat karena lebih spesifik, nyata dan

terpercaya. Umpan balik mengenai informasi seperti itu

biasanya sangat efektif dalam menggiring tenaga kesehatan

untuk melakukan upaya PPI RS.

e. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPIRS

Setelah permasalahan dapat teridentifikasi dengan adanya data

surveilans serta upaya pencegahan dn pengendalian telah

dijalankan, maka masih diperlukan surveilans secara

berkesinambungan guna menyakinkan bahwa permasalahan

yang ada benar-benar telah terkendali.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

34

f. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan

Penatalaksanaan pasien yang baik dan tepat dalam

hal mengatasi dan mencegah penularan infeksi serta

menurunkan angka resistensi terhadap antimikroba akan

menurunkan angka infeksi rumah sakit. Surveilans yang baik

dapat menyediakan data dasar pendukung rumah sakit dalam

upaya memenuhi standar pelayanan rumah sakit.

g. Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS

Surveilans infeksi rumah sakit merupakan salah satu unsur untuk

memenuhi akreditasi RS yaitu Pencegahan dan Pengendalian

Infeksi.

Jenis – jenis infeksi rumah sakit yang didata surveilans yaitu :

a) Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)

Infeksi Aliran Darah Primer merupakan jenis infeksi yang

terjadi akibat masuknya mikroba melalui peralatan yang

masuk langsung ke sistem pembuluh darah yang biasa di

sebut juga Blood Steam Infection (BSI) Contohnya adalah

pemasangan vena sentral, vena perifer, hemodialisa.

b) Infeksi Saluran Pernafasan/ Pnemonia/ Ventilator

Associated Pneumonia (VAP)

Infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim paru

akibat pemasangan alat dengan tirah baring lama.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

35

Contohnya adalah pemasangan enteral feeding, prosedur

suction, pemasangan ventilator.

c) Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Merupakan jenis infeksi yang terjadi pada saluarn kemih

murni (urethra dan permukaan kandung kemih) atai

melibatkan bagian yang lebih dalam dari organ - organ

pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, uretra, kandung

kemih). Populasi utama surveilans adalah pasien yang

terpasang kateter menetap.

d) Infeksi Luka Operasi (ILO)

Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah

tindakan operasi tanpa pemasangan implant atau dalam

waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan

diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi.

e) Hosptital Acquired Pnemonia (HAP)

HAP (Hosptital Acquired Pnemonia) adalah infeksi yang

didapat pada pasien yang mengalami tirah baring lama.

2. Kewaspadaan isolasi (Isolation precaution)

Kewaspadaan standar atau standar precaution disusun oleh CDC

(Center for disease control) tahun 1996 dengan menyatukan

universal precauiton atau kewaspadaan terhadap darah dan cairan

tubuh yang telah dibuat tahun 1985 untuk mengurangi risiko

terinfeksi patogen yang berbahaya melalui darah dan cairan tubuh

Page 27: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

36

lainnya dan body subtance isolation (BSI) atau isolasi dua tubuh.

(Kementrian Kesehatan RI.2011). kewaspadaan isolasi dibagi

menjadi dua lapis yaitu : 1) kewaspadaan standar 2) kewaspadaan

berdasar transmisi.

Kewaspadana standar untuk pelayanan semua pasien meliputi : 1)

kebersihan tangan/ hand hygiene, 2) alat pelindung diri (APD)

yang terdiri dari sarung tangan, masker, googgle (kacamata

pelindung), pelindung wajah, gaun 3) peralatan perawatan pasien

4) pengendalian lingkungan 5) pemerosesan peralatan psaien dan

penatalaksanaan linen 6) Kesehatan karyawan/perlindungan

petugas kesehatan 7) Penempatan psaien 8) hygiene respirasi/etika

batuk 9) praktek menyuntuk yang aman 10) praktek untuk lumbal

punksi.

Kewaspadaan berdasarkan transmisi dibagi sesuai dengan jenis

kewaspadaan berdasarkan transmisi : 1) kontak 2) melalui droplet 3)

melalui udara 4) melalui makanan, air, obat, alat dan petralatan 5)

melalui vektor ( lalat, nyamuk, tikus).

3. Penggunaan anti mikroba rasional

Menjadi pertimbangan khusus dalam pemberian antibiotik karena

kesalahan penggunaan antibiotik yang kurang tepat dan mahal akan

memberi kontribusi atas masalah yang terus berkembang tentang

resistensi antibiotik. Pemberian antibiotik 5 – 7 hari untuk mencegah

infeksi setelah bedah tidak berfungsi baik dan ini bukan termasuk

Page 28: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

37

penggunaan antibiotik profilaksis. Pengunaan antimikroba yang

rasional sebaiknya berdasarkan indikasi, profilaksis (teraupetik) dan

empirik (definitif). Dalam pelaksanaan program pencegahan dan

pengendalian infeksi memerlukan koordinasi dari berbagai pihak

oleh karena itu diperlukan jalur komunikasi dan garis komando yang

tergambar jelas di dalam struktur organisasi dan dikomunikasikan

kepada seluruh staf.

4. Pencegahan infeksi

Pencegahan infeksi dapat berupa menerapkan bundles - bundles

dari pencegahan infeksi nosokomia diantaranya dengan penerapan

bundle infeksi aliran darah primer, infeksi saluran kemih, infeksi

luka operasi, dan ventilator associated pnemonia (VAP).

5. Pendidikan dan pelatihan

Pada dasarnya seluruh petugas kesehatan harus mengetahui

mengapa pencegahan infeksi penting. Pendidikan dan pelatihan yang

diberikan merupakan kegiatan untuk menambah ilmu pengetahuan

dan keterampilan petugas dalam mencegah infeksi. Pendidikan dan

pelatiha ini diberikan kepada semua petugas kesehatan yang bekerja

di lingkungan rumah sakit, Pendidikan dan pelatihan dapat dilakukan

didalam rumah sakit itu sendiri atau diluar rumah sakit.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

38

Gambar 2.2 Program PPI

Sumber : Program pencegahan dan pengendalian infeksi (Perdalin, 2015)

1.10. Teori keperawatan

Teori keperawatan yang mendasari dari health belief model

adalah teori keperawatan dari Dorothy E. Johnson dilahirkan pada

tanggal 21 agustus 1919 di savannah,Georgia. Teori system perilaku

menurut Johnson tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni tujuan

perawatan adalah membantu individu-individu untuk mencegah atau

mengobati dari penyakit atau cidera (Oanne Patzek DaCunha,2014)

Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi,

sosiologi dan etnologi untuk membangun teorinya . ia menyandarkan

sepenuhnya pada toeri system-sistem dan menggunakan konsep dan

definisi dari A. Rapoport,R. Chin dan W.Buckley. struktur teori system

perilaku dipolakan sesudah model system; system dinyatakan terdiri dari

bagian yangberkaitan untuk melakukan fungsi bersama-sama untuk

Page 30: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

39

membentuk keseluruhan. Dalam tulisanya, Johnson mengkonseptualkan

manusia sebagai system perilaku dimana fungsi adalah observasi perilaku

adalah teori system biologi, yang menyatakan bahwa manusia merupakan

system biologi yang terdiri dari bagian biologi da penyakit adalah hasil

gangguan system biologi (Oanne Patzek DaCunha,2014).

Dorthy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan

untuk membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan

efisien untuk mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk

yang utuh dan terdiri dari 2 sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku

tertentu. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem eksternal yang

berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Seseorang diakatan sehat jika

mampu berespon adaptif baik fisik, mental, emosi dan sosial terjadap

lingkunagn internal dan eksternal dengan harapan dapat memelihara

kesehatannya. Asuhan keperawatan dilakukan untuk membantu

kesimbangan individu terutama koping atau cara pemecahan masalah

yang dilakukan ketika ia sakit.

Menurut Johnson ada 4 tujuan asuhan keperawatan kepada

individu, yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan

masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya,

bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta mampu

mengatasi masalah kesehatan yang lainnya (Oanne Patzek

DaCunha,2014).

Page 31: BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Definisi Health Belief Modal

40

Kerangka teori adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, S, 2012). Kerangka konep penelitian merupakan landasan

berfikir untuk melakukan penelitian yang dikembangkan berdasarkan

daftar pustaka.

Skema 3.1. kerangka teori

1. Kerentanan yang

dirasakan (Preceived

susceptibility)

2. Keseriusan yang dirasakan

( Preceived seriousness)

3. Manfaat yang dirasakan

(Preceived benefit )

4. Rintangan/hambatan yang

dirasakan (Preceived

barier )

5. Mempercepat tindakan

yang akan dilakukan (Cues

to action)

(Notoatmodjo, S, 2012)

Kejadian infeksi

Program PPI

1. Kewspadaan

isolasi

2. Surveilasns

3. Pendidikan dan

pelatihan

4. Pencegahan

infeksi

5. Penggunaan AB

Pelilaku sehat

(Dorthy E Jonson)