1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

38
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PERIJINAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan usaha kepariwisataan yang mempunyai arti strategis dalam pengembangan ekonomi, sosial dan budaya yang dapat mendorong peningkatan lapangan kerja, pertumbuhan investasi serta pelestarian budaya bangsa maka Pemerintah Daerah perlu melakukan pembinaan

Upload: abdullah

Post on 16-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

NOMOR 26 TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI PERIJINAN USAHA PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUMBAWA BARAT,

Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan usaha kepariwisataan

yang mempunyai arti strategis dalam pengembangan ekonomi, sosial dan budaya

yang dapat mendorong peningkatan lapangan kerja, pertumbuhan investasi serta

pelestarian budaya bangsa maka Pemerintah Daerah perlu melakukan pembinaan

dan pengendalian yang terarah dan berkesinambungan terhadap usaha

kepariwisataan di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat;

b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

Page 2: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

34 Tahun 2000, Pemerintah Daerah dapat menetapkan Peraturan Daerah tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah selain yang telah ditetapkan oleh Pemerintah

Pusat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf

b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Perijinan Usaha Pariwisata;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran

Negara Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran

Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34

Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4048);

4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten

Page 3: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Tahun 2003

Nomor 145, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4340);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4389);

1

Page 4: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005

Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4139);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun

2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

10. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KEP-012/MKP/IV/2001

Page 5: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

tentang Pedoman Umum Perijinan Usaha Pariwisata.

11. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM.3//HK.001/ MKP.02

tentang Penggolongan Kelas Hotel.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

dan

BUPATI SUMBAWA BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PERIJINAN USAHA

PARIWISATA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Sumbawa Barat.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati/Wakil Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Sumbawa Barat.

4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan

Page 6: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

2

Page 7: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

5. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan

usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan

Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, dengan nama dan

dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Perkumpulan, Yayasan,

Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik atau Organisasi sejenis, Lembaga, Bentuk Usaha

Tetap dan Bentuk Badan lainnya.

6. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek

dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.

7. Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk

menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang

dikelola secara komersial serta memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan.

8. Hotel Bintang adalah hotel yang memenuhi kriteria penggolongan klas Hotel Bintang yang di

klasifikasikan Bintang 1 (Satu) sampai dengan 5 (Lima).

9. Hotel Melati adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk menginap dengan

perhitungan pembayaran harian yang dilengkapi berbagai fasilitas tetapi tidak masuk kedalam

kategori Hotel Bintang.

10. Hunian Wisata/Service Apartemen adalah suatu bentuk usaha akomodasi untuk tinggal

Page 8: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

sementara yang dikelola suatu badan dengan perhitungan pembayaran mingguan atau bulanan.

11. Penginapan Remaja adalah suatu usaha yang menyediakan tempat menginap dan fasilitas untuk kegiatan

remaja dengan perhitungan pembayaran harian serta dapat menyediakan restoran/rumah makan.

12. Pondok Wisata adalah suatu usaha yang menggunakan sebagian rumah tinggal untuk penginapan

bagi setiap orang dengan perhitungan pembayaran harian.

13. Cottage adalah suatu bentuk wisata akomodasi terdiri dari unit-unit bangunan terpisah seperti

rumah tinggal dengan perhitungan pembayaran harian serta dapat menyediakan restoran/rumah

makan yang terpisah.

14. Perkemahan adalah suatu bentuk wisata dengan menggunakan tenda yang dipasang di alam

terbuka atau kereta gandengan bawaan sendiri sebagai tempat menginap.

15. Restoran/Rumah Makan adalah suatu usaha yang menyediakan tempat (yang tidak bergerak) dan

fasilitas untuk menjual makanan dan minuman dengan bangunan permanen.

16. Bar adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk menjual minuman keras

dan minuman campuran serta makanan kecil.

17. Jasa boga atau katering adalah suatu usaha yang menyediakan tempat untuk fasilitas mengolah

makanan dan minuman yang melayani pesanan sekurang-kurangnya untuk 50 (lima puluh)

orang.

Page 9: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

18. Tempat konvensi, pameran dan balai pertemuan adalah suatu usaha yang menyediakan tempat

dan fasilitas untuk mengadakan pertemuan berupa konferensi, seminar, lokakarya, upacara,

pameran, bazar dan sejenisnya.

19. Billiard adalah suatu usaha yang menyediakan tempat, peralatan dan fasilitas untuk bermain bola

sodok serta dapat menyediakan restoran/rumah makan.

3

Page 10: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

20. Karaoke, Play Station dan Video Game adalah suatu usaha yang menyediakan tempat, peralatan

dan fasilitas untuk menyanyi yang diiringi musik rekaman dan dapat bermain/hiburan serta dapat

menyediakan restoran/rumah makan.

21. Bioskop dan Theater (panggung terbuka dan tertutup) adalah suatu usaha yang menyediakan

tempat, peralatan pemutaran film dan fasilitas untuk pertunjukan film serta dapat menyediakan

restoran/rumah makan.

22. Diskotik adalah suatu usaha yang menyediakan tempat, peralatan musik, rekaman, disk jokey,

fasilitas untuk menari/disko serta menyediakan bar.

23. Klub Malam adalah suatu usaha yang menyediakan tempat, peralatan musik hidup, pemain

musik, pramuria dan fasilitas untuk menari/dansa serta menyediakan restoran/rumah makan dan

bar.

24. Kolam Pemancingan adalah suatu usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk

memancing ikan serta dapat menyediakan restoran/rumah makan.

25. Salon Kecantikan dan Barber Shop adalah suatu usaha yang menyediakan tempat, peralatan dan

fasilitas untuk menata, merias muka/wajah, serta menata dan memotong rambut.

26. Biro Perjalanan Wisata adalah usaha yang merencanakan perjalanan wisata dan atau jasa

pelayanan penyelenggaraan wisata.

27. Agen Perjalanan Wisata adalah usaha jasa perantara untuk menjual

Page 11: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

atau mengurus jasa untuk

perjalanan wisata.

28. Usaha Jasa Informasi Pariwisata adalah merupakan usaha penyediaan informasi, penyebaran dan

pemanfaatan informasi kepariwisataan.

29. Usaha Jasa Pramuwisata adalah kegiatan usaha bersifat komersial yang mengatur,

mengkoordinir dan menyediakan tenaga pramuwisata untuk memberikan pelayanan bagi

seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata.

30. Wisata Tirta adalah kegiatan rekreasi yang dilakukan di perairan pantai, laut, sungai, danau,

waduk dan perairan lainnya.

31. Pasar Seni dan Souvenir Shop adalah suatu tempat usaha yang lingkup kegiatannya

menyediakan dan mengelola sarana dan prasarana serta menyediakan jasa lainnya yang

berkaitan dengan kegiatan usaha tirta.

32. Pasar Seni dan Souvenir Shop adalah suatu tempat usaha yang menyediakan dan menjual

barang-barang kerajinan serta dapat menyediakan restoran/rumah makan.

33. Pulau untuk Wisata adalah suatu tempat usaha di pulau-pulau kecil yang menyediakan fasilitas

untuk kegiatan wisata serta dapat menyediakan restoran/rumah makan.

34. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan

retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong

Page 12: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

retribusi tertentu.

35. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib

retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang

bersangkutan.

4

Page 13: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

36. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh wajib

retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke

Kas Daerah atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

37. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi

yang menentukan besarnya pokok retribusi.

38. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKRDLB adalah surat

ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah

kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

39. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan

tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

40. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpul, mengolah data dan atau

keterangan lainnya untuk menguji kepatutan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan untuk

tujuan lain dalam melaksanakan ketentuan peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah.

41. Penyidik Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan

oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi

Page 14: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

Daerah yang terjadi serta menentukan tersangkanya.

42. Ijin baru adalah ijin yang diterbitkan pada saat awal permohonan ijin.

43. Ijin perpanjangan adalah ijin yang diberikan setelah berakhirnya ijin dan pemohon bersangkutan

mengajukan ijin perpanjangan.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 2

Retribusi ini adalah Retribusi Ijin Usaha Pariwisata yang dipungut sebagai pembayaran atas

diterbitkannya Ijin Usaha Pariwisata.

Pasal 3

(1) Obyek Retribusi adalah pemberian Ijin Usaha Pariwisata.

(2) Subyek retribusi adalah badan atau orang pribadi yang memperoleh Ijin Usaha Pariwisata.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 4

Retribusi Ijin Usaha Pariwisata digolongkan sebagai Retribusi Perijinan Tertentu.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 5

Page 15: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Ijin Usaha Pariwisata diukur berdasarkan atas jenis dan golongan

usaha pariwisata.

5

Page 16: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 6

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup

sebagian atau sama dengan biaya pelaksanaan pemberian Ijin.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya administrasi, pengecekan lapangan

dan biaya transportasi dalam rangka pengendalian dan pengawasan.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 7

(1) Struktur tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis dan golongan usaha pariwisata.

(2) Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

BESARNYA NO. JENIS DAN GOLONGAN USAHA TARIF KET. PARIWISATA RETRIBUSI

1 2 3 4

I. HOTEL BINTANG A. Bintang 1 a. Ijin baru Rp. 1.000.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 750.000,- B. Bintang 2

Page 17: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

a. Ijin baru Rp. 1.250.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 1.000.000,- C. Bintang 3 a. Ijin baru Rp. 1.500.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 1.250.000,- D. Bintang 4 a. Ijin baru Rp. 1.750.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 1.500.000,- E. Bintang 5 a. Ijin baru Rp. 2.000.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 1.750.000,-

II. HOTEL MELATI a. Ijin baru Rp. 750.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 600.000,-

III. COTTAGE (setiap unit) a. Ijin baru Rp. 145.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 75.000,-

IV. PONDOK WISATA (setiap unit) a. Ijin baru Rp. 125.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 65.000,-

6

Page 18: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

V. HUNIAN WISATA/SERVICE APARTEMEN (setiap unit) a. Ijin baru Rp. 80.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 45.000,-

VI. PENGINAPAN REMAJA (setiap unit) a. Ijin baru Rp. 225.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 112.500,-

VII. RESTORAN/RUMAH MAKAN/WARUNG A. Golongan Kelas A (Restoran) 1. Jumlah kursi 1 sampai dengan 10 a. Ijin baru Rp. 150.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 100.000,- 2. Jumlah kursi 11 sampai dengan 20 a. Ijin baru Rp. 250.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 150.000,- 3. Jumlah kursi 21 ke atas a. Ijin baru Rp. 350.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 200.000,- B. Golongan Kelas B (Rumah Makan) 1. Jumlah kursi 1 sampai dengan 10 a. Ijin baru Rp. 100.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 75.000,- 2. Jumlah kursi 11 sampai dengan 20 a. Ijin baru Rp. 150.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 100.000,- 3. Jumlah kursi 21 kursi ke atas a. Ijin baru Rp. 250.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 150.000,- C. Golongan Kelas C (Rumah Makan) 1. Jumlah kursi 1 sampai dengan 10 a. Ijin baru Rp. 75.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 50.000,- 2. Jumlah kursi 11 sampai dengan 20 a. Ijin baru Rp. 100.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 75.000,- 3. Jumlah kursi 21 kursi ke atas a. Ijin baru Rp. 150.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 100.000;-

VIII. BAR a. Ijin baru Rp. 500.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 250.000,-

Page 19: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

IX. JASA BOGA ATAU KATERING 1. Kelas A dari 1001 orang ke atas a. Ijin baru Rp. 700.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 350.000,- 2. Kelas B dari 501 s/d 1000 orang a. Ijin baru Rp. 350.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 175.000,- 3. Kelas C dari 201 s/d 500 orang a. Ijin baru Rp. 300.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 150.000,- 4. Kelas D dari 50 s/d 200 orang a. Ijin baru Rp. 200.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 100.000,-

7

Page 20: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

X. TEMPAT KONVENSI, PAMERAN DAN BALAI PERTEMUAN a. Ijin baru Rp. 300.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 150.000,-

XI. BILLIARD a. Ijin baru Rp. 200.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 100.000,-

XII. GEDUNG OLAHRAGA DAN LAPANGAN a. Ijin baru Rp. 350.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 150.000,-

XIII. LAPANGAN GOLF a. Ijin baru Rp. 2.000.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 1.500.000,-

XIV. KARAOKE, PLAY STATION & VIDEO GAME a. Ijin baru Rp. 500.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 250.000,-

XV. BIOSKOP, THEATER (PANGGUNG TERBUKA DAN TERTUTUP) a. Ijin baru Rp. 700.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 350.000,-

XVI. KOLAM PEMANCINGAN a. Ijin baru Rp. 250.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 125.000,-

XVII. SALON KECANTIKAN DAN BARBER SHOP a. Ijin baru Rp. 250.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 200.000,-

XVIII. BIRO PERJALANAN WISATA DAN AGEN PARIWISATA a. Ijin baru Rp. 750.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 500.000,-

XIX. WISATA TIRTA a. Ijin baru Rp. 850.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 400.000,-

XX. PASAR SENI DAN SOUVENIR SHOP a. Ijin baru Rp. 450.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 225.000,-

Page 21: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

XXI. PULAU UNTUK WISATA a. Ijin baru Rp. 300.000,-/ha b. Ijin perpanjangan Rp. 150.000,-/ha

XXII. SANGGAR SENI BUDAYA a. Ijin baru Rp. 25.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 10.000,-

XXIII. PANTI PIJAT a. Ijin baru Rp. 300.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 200.000,-

XXIV. USAHA JASA INFORMASI PARIWISATA a. Ijin baru Rp. 500.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 400.000,-

XXV. USAHA JASA PRAMUWISATA a. Ijin baru Rp. 150.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 100.000,-

8

Page 22: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

XXVI. RUMAH KOST/PEMONDOKAN 1. Jumlah kamar 1 sampai dengan 10 a. Ijin baru Rp. 150.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 100.000,- 2. Jumlah kamar 11 sampai dengan 20 a. Ijin baru Rp. 200.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 150.000,- 3. Jumlah kamar 21 ke atas a. Ijin baru Rp. 250.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 200.000,-

XXVII. KAFE a. Ijin baru Rp. 500.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 250.000,-

XXVIII. DISKOTIK a. Ijin baru Rp. 600.000,- b. Ijin perpanjangan Rp. 300.000,

BAB VII

SYARAT PERIJINAN

Pasal 8

Syarat perijinan Ijin Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 akan diatur dalam

Peraturan Bupati.

BAB VIII

MASA BERLAKUNYA IJIN

Pasal 9

(1) Ijin Usaha Pariwisata sesuai Golongan Usaha sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 8

adalah selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang selama yang bersangkutan masih

menjalankan usahanya.

Page 23: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

(2) Ijin Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas dapat diperpanjang apabila

pemohon tidak melakukan pelanggaran terhadap pemberian ijin ataupun pelanggaran

pembayaran retribusi sesuai peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB IX

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 10

Retribusi dipungut di daerah tempat pelayanan diberikan.

BAB X

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG

Pasal 11

Masa retribusi adalah jangka waktu 3 (tiga) tahun dan selama perusahaan melakukan kegiatan

usaha.

9

Page 24: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

Pasal 12

Saat retribusi terhutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan.

BAB XI

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 13

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XII

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 14

(1) Pembayaran retribusi yang terutang wajib dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang terutang wajib dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak terbitnya

SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi di tempat yang telah

disediakan di dalam SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(4) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya

retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat

Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

Page 25: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

BAB XIII

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 15

(1) Setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran, Pejabat dapat mengeluarkan surat teguran

atau peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan tagihan retribusi.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat lain

yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib retribusi wajib melunasi retribusinya

yang terutang.

(3) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari besarnya

retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat

Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

BAB XIV

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 16

(1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan

memperhatikan kemampuan wajib retribusi untuk mengangsur.

Page 26: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

10

Page 27: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada wajib

retribusi yang ditimpa bencana alam dan/atau kerusuhan.

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Kepala Daerah.

BAB XV

KEDALUARSA PENAGIHAN

Pasal 17

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kedaluarsa 2 (dua) tahun terhitung sejak saat

terutangnya retribusi.

(2) Kedaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan Surat Tagih dan Surat Paksa; atau

b. ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila wajib retribusi

melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

BAB XVI

PENYIDIKAN

Pasal 18

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus

sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah,

Page 28: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan retribusi daerah agar

keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas.

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang

kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah.

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan

tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak

pidana dibidang Retribusi Daerah.

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembuktian, pencatatan dan

dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana

Retribusi Daerah.

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada

saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang da/atau dokumen yang

dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e.

Page 29: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah.

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

11

Page 30: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

j. menghentikan penyidikan.

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang

Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan

menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui Penyidik Pejabat Polisi

Negara Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana.

BAB XVII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 19

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 15 ayat (2) diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan

dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor

Page 31: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

17 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Pariwisata dinyatakan tidak berlaku di wilayah

Kabupaten Sumbawa Barat.

Pasal 21

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumbawa Barat.

Ditetapkan di Taliwang pada tanggal 5 Juni 2007

BUPATI SUMBAWA BARAT,

ZULKIFLI MUHADLI

Diundangkan di Taliwang pada tanggal 5 Juni 2007

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN SUMBAWA BARAT,

AMRULLAH ALI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2007 NOMOR 26

12

Page 32: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

NOMOR 26 TAHUN 2007

TENTANG

RETRIBUSI IJIN USAHA DIBIDANG KEPARIWISATAAN

I. UMUM

Salah satu implementasi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten dalam bidang

Kepariwisataan selaras dengan semangat Otonomi Daerah sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang adalah pengawasan dan pengendalian

terhadap usaha usaha pariwisata dalam bentuk penyelenggaraan pemberian Ijin Usaha Usaha

pariwisata.

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, Pemerintah Daerah

Kabupaten dapat memungut retribusi dari penyelenggaraan pemberian perijinan tertentu dengan

tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan

Page 33: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

pemberian ijin.

Guna mendukung kegiatan pembinaan, pengembangan dan pengendalian usaha usaha

pariwisata dapat lebih terarah sejalan dengan RPJP Daerah dan RPJM Daerah Kabupaten

Sumbawa Barat, maka terhadap penyelenggaraan Ijin Usaha Dibidang Kepariwisataan sangat

potensial untuk dipungut retribusinya dan sebagai landasan operasionalnya perlu diatur dalam

suatu Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas

Pasal 2

Cukup jelas

Pasal 3

Cukup jelas

Pasal 4

Cukup jelas

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Cukup jelas

Page 34: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

13

Page 35: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

Pasal 7

Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas

Pasal 9

Cukup jelas

Pasal 10

Cukup jelas

Pasal 11

Cukup jelas

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Cukup jelas

Pasal 14

Cukup jelas

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Cukup jelas

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Page 36: 1d22fe3b0e92ab653ebcbbbd78f9e7bd3dd3152c6

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas

Pasal 21

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 70

14