1bab3

Upload: ermawati-rohana

Post on 07-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 1bab3

    1/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    Imron Hakim : Pengetahuan Masyarakat Sumatera SelatanTentang HIV/AIDS

    PENGETAHUAN MASYARAKAT SUMATERA SELATAN

    TENTANG HIV/AIDS

    Imron Abdul Hakim

    (Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya; Anggota Dewan Riset Daerah Sumatera Selatan)

    Abstrak

    H UMAN I MMUNODEFICIENCY V IRUS (HIV),  virus yang menyerang kekebalan tubuh manusiasehingga menimbulkan ACQUIRED I MMUNE DEFICIENSY SYNDROME (AIDS).  Jumlah orang yangterinfeksi HIV pelan-pelan tapi pasti meningkat. Namun, karena riwayat infeksi HIV menganutfenomena gunung es, maka jumlah yang pasti sebetulnya tidak diketahui. Sebagian besarmasyarakat Sumatera Selatan, khususnya wanita kawin yang menjadi responden SDKI, belummengetahui HIV/AIDS dan cara mencegahnya. HIV/AIDS dipandang sebagai penyakit yangmembuat malu keluarga. Karena itu, orang yang terinfeksi HIV/AIDS harus dirahasiakan dan tidakdirawat di rumah. Dalam rangka pencegahan dan penangulangan wabah HIV/AIDS, maka upayameningkatkan pemahaman tentang HIV/AIDS dengan segala aspeknya perlu ditingkatkan melaluiberbagai kesempatan dan media komunikasi.

    Kata-kata kunci: HIV/AIDS, SDKI, Pengetahuan

    Abstract

    H UMAN I MMUNODEFICIENCY V IRUS (HIV)  is a virur that attack human body protection andthen cause ACQUIRED I MMUNE DEFICIENSY SYNDROME (AIDS). People who infected HIV increasingslowly but. Because the HIV was known as ice mount phenomenon, the number of people thar

    infected can’t counted exactly. A lof of people in South Sumatera, aspecially married women, didn’tknow about HIV/AIDS and how to prevent of it. Some people see that: (a) HIV/AIDS as a deseasethat caused by a bad habit of sexual behavior, and (b) someone, especially, a member of familywho infected HIV/AIDS must be keep away from the family. Due to protect and prevent the peopleof HIV/AIDS, the government or nongovernment organiztion (NGO) should be improved andincreased the frequencies and coverage of disemination of averything about HIV/AIDS.

    Key Words: HIV/AIDS, SDKI, Knowledge.

    30

  • 8/18/2019 1bab3

    2/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    31

    PENDAHULUAN

    KESEHATAN merupakan salah

    satu indikator penting dalammengukur tingkat kesejahteraan suatu

    masyarakat atau bangsa. Paradigma

    sehat yang dewasa ini dipromosikan

    menghendaki terjadinya perubahan

    pola pikir, yaitu dari mengobati

    penyakit menjadi memelihara atau

    menjaga kesehatan agar tidak sakit.

    Untuk itu, pengetahuan masyarakat

    tentang berbagai penyebab penyakit

    dan cara menghindari atau

    mencegahnya perlu disebarluaskan

    kepada mereka. Dengan demikian,

    masyarakat secara mandiri dengan

    penuh kesadaran dapat melindungi

    diri dan orang-orang yang

    disayanginya dari berbagai virus yang

    menyerangnya.

    Salah satu virus yang hingga

    saat ini menjadi perhatian masyarakat

    dunia, karena dipandang sangat

    berbahaya bagi kelangsungan hidup

    suatu bangsa-negara dikenal dengan

    HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS

    (HIV).

    HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS

    (HIV),  virus yang menyerang

    kekebalan tubuh manusia sehingga

    menimbulkan ACQUIRED IMMUNE

    DEFICIENSY SYNDROME (AIDS). 

    Sindrom menurunnya kekebalan

    tubuh telah menjadi wabah global dan

    menjadi salah satu tantangan terbesar

    yang dihadapi dunia saat ini.

    Di Indonesia, kasus AIDS

    pertama kali diidentifikasi di Bali pada

    tanggal 5 April 1987 pada seorang

    wisatawan Belanda. Sejak saat itu,

     jumlah kasus AIDS dan jumlah orang

    yang terinfeksi HIV pelan-pelan tapi

    pasti meningkat hingga saat ini.Namun, karena riwayat infeksi HIV

    menganut fenomena gunung es, maka

     jumlah yang pasti sebetulnya tidak

    diketahui.

    Merespon perkembangan

    HIV/AIDS tersebut, pemerintah

    Indonesia mengeluarkan kebijakan

    untuk memerangi AIDS sejak tahun1986 dengan dibentuknya Kelompok

    Kerja (Pokja) AIDS di bawah

    Departemen Kesehatan RI. Pada

    tahun 1994, Presiden mengeluarkan

    Keputusan Presiden No 36 dan

    membentuk Komisi Penanggulangan

     AIDS (KPA) Nasional. Pada tahun

    yang sama KPA mengeluarkan

    strategi nasional pengang-gulangan

     AIDS 1995 -2000.

    Mencermati perkembangan AIDS

    yang terus meningkat, pada tahun

    2003, KPA kembali mengeluarkan

  • 8/18/2019 1bab3

    3/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    32

    strategi nasional penanggulangan

    HIV/AIDS 2002-2003 (KPA 2003)

    sebagai suatu upaya bersama antara

    pemerintah, organisasi

    nonpemerintah, sektor swasta dan

    masyarakat. Strategi ini

    mempromosikan gaya hidup sehat,

    hubungan seks lebih aman melalui

    pemakaian kondom, suntikan aman

    dan membantu orang yang hidup

    dengan HIV/AIDS. Program-program

    serupa juga dilaksanakan di levelpropinsi dan kabupaten di seluruh

    tanah air, termasuk di Sumatera

    Selatan.

    Survei Demografi dan Kesehatan

    Indonesia (SDKI) tidak mengungkap

     jumlah orang yang terinfeksi

    HIV/AIDS, melainkan mengimpun data

    tentang pengetahuan masyarakatterhadap HIV/AIDS dan Penyakit

    Menular Seksual (PMS) lainnya. Hal

    ini dipandang penting, karena

    pengetahuan dapat merupakan

    “gerbang” dalam upaya

    penanggulangan HIV/AIDS.

    Ketidaktahuan terhadap HIV/AIDS dan

    PMS bisa jadi merupakan salah satu

    penyebab terkenanya virus

    mematikan tersebut.

    TUJUAN

    Kajian ini bertujuan untuk

    mendapatkan informasi

    perkembangan:

    a. Pengetahuan masyarakat tentangHIV/AIDS

    b. Pengetahuan tentang CaraMenghindari HIV/AIDS

    c. Persepsi terhadap resiko terkena AIDS 

    d. Pengetahuan tentang masalahyang berhubungan denganHIV/AIDS

    e. Aspek Sosial HIV/AIDS

    f. Pengetahuan tentang Gejala PMS

    METODOLOGI

    Kajian tentang pengetahuan

    masyarakat terhadap HIV/AIDS

    didasarkan pada data hasil Survei

    Demografi dan Kesehatan Indonesia(SDKI) tahun 1994, 1997 dan 2002-

    2003 yang telah dipublikasikan oleh

    Badan Koordinasi Keluarga

    Berencana Nasional (BKKBN) Pusat,

    Jakarta.

    SDKI dilaksanakan secara

    berkala mencakup seluruh wilayah

    Indonesia. Namun, fokus kajian ini

    adalah data Sumatera Selatan dan

    provinsi lain di Sumatera bagian

    Selatan sebagai pembanding. Selain

    itu, untuk memperoleh tren

    perkembangan dalam tiga periode

  • 8/18/2019 1bab3

    4/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    33

    SDKI, maka data yang disajikan

    meliputi hasil SDKI tahun 1994, 1997

    dan 2002-2003.

    HASIL PENELITIAN

    Pengetahuan tentang HIV/AIDS

    Sebagaimana telah

    dikemukakan, bahwa strategi utama

    untuk memerangi penyakit HIV/AIDS

    di Indonesia adalah pencegahan

    melalui promosi berpantang,

    kesetiaan pada pasangan seksual dan

    memakai kondom apabila terpaksa

    melakukan hubungan seksual dengan

    pasangan yang rentan terkena

    HIV/AIDS. Tabel 1 memperlihatkan

    persentase wanita pernah kawin yang

    pernah mendengar HIV/AIDS hasil

    SDKI 1994 dan 1997 dan Tabel 2

    menunjukkan pengetahuan wanita

    pernah kawin dan pria pernah kawin

    yang pernah mendengar HIV/AIDS

    dan cara menghindarinya hasil SDKI

    2002-2003 di Sumatera bagian

    Selatan.

    Pada SDKI 1994, wanita pernah

    kawin di Sumatera bagian Selatan

    hanya sebagian kecil yang pernah

    mendengar HIV/AIDS. Dengan kata

    lain umumnya (60 persen ke atas)

    tidak pernah mendengar HIV/AIDS. Di

    Sumatera Selatan terdapat 35,2

    persen yang pernah mendengar

    HIV/AIDS dan provinsi yang paling

    sedikit yang pernah mendengar

    HIV/AIDS adalah Lampung, yaitu 23,1

    persen. Tiga tahun kemudian, pada

    SDKI 1997, persentase wanita kawin

    yang pernah mendengar HIV/AIDS

    meningkat dibanding tahun 1994. Di

    Sumatera Selatan, misalnya, jumlah

    wanita kawin yang pernah mendengar

    HIV/AIDS pada tahun 1994 hanya

    35,2 persen, pada SDKI 1997

    meningkat menjadi 66,9 persen.Kecenderungan ini terjadi pula pada

    seluruh provinsi di Sumatera bagian

    Selatan. Namun, dibandingkan

    dengan SDKI 2002-2003, nampak ada

    provinsi yang meningkat dan ada pula

    yang menurun, persentase wanita

    kawin yang pernah mendengar

    HIV/AIDS. Di Sumatera Selatan, padatahun 1997 ada 66,9 persen yang

    pernah mendengar HIV/AIDS, turun

    menjadi 48,8 persen pada tahun

    2002-2003.

    Tabel 2 juga memperlihatkan

    persentase wanita dan pria yang

    sudah kawin yang percaya (yakin)

    bahwa ada cara untuk menghindari

    HIV/AIDS hasil SDKI 2002-2003.

    Secara umum, jumlah pria lebih

    banyak dibanding wanita yang merasa

    yakin ada cara untuk menghidari

    HIV/AIDS. 

  • 8/18/2019 1bab3

    5/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    34

    Pengetahuan tentang Caramenghindari HIV/AIDS

    Secara konseptual dan empirik,

    terdapat beberapa cara mengindari

    HIV/AIDS, yaitu pantang berhubungan

    seks, menggunakan kondom,

    melakukan hubungan seks hanya

    dengan pasangan tetap, tidak

    berhubungan seks dengan pekerja

    seks komersial (PSK) dan lainnya

    seperti tidak berhubungan seks

    dengan sesama jenis kelamin

    (homoseks), menghindari transfusi

    darah, suntikan, berciuman dan

    gigitan nyamuk.

    Tabel 3 menunjukkan secara

    umum wanita pernah kawin

    mempunyai pengetahuan tentang cara

    menghindari HIV/AIDS. Cara yang

    relatif banyak diketahuinya adalah

    setia dengan satu pasangan dalam

    berhubungan seks dan tidak

    melakukan hubungan seks dengan

    pekerja seks komersial (PSK). Meski

    demikian, pada SDKI 1994 di provinsi

    Lampung terdapat sekitar 40 persen

    yang menyatakan tidak ada satu pun

    cara untuk menghidari HIV/AIDS,sedangkan pada SDKI 1997 di Jambi

    masih 51,4 persen yang menyatakan

    tidak ada satu pun cara menghindari

    HIV/AIDS.

    Sementara itu, pada SDKI 2002-

    2003 (Tabel 4) responden ditanya

    tentang program khusus dan cara

    khusus menghindari HIV/AIDS. Dalam

    hal cara penting menurut program

    untuk menghindari HIV/AIDS, ternyata

    umumnya responden mengatakan

    tidak ada cara. Di Sumatera Selatan

    responden yang menyatakan tidak

    ada cara mencapai 74,4 persen, dan

    yang mengetahui satu cara dan dua

    cara masing-masing 9,5 persen dan16,1 persen. Dari yang mengetahui

    cara menghindari HIV/AIDS, maka

    cara khusus untuk mengindari

    HIV/AIDS adalah dengan cara

    membatasi jumlah pasangan

    hubungan seksual dan memakai

    kondom ketika melakukan aktivitas

    seksual. Dari kedua cara tersebut,membatasi pasangan seksual

    merupakan cara yang paling banyak

    diketahui responden. Untuk Sumatera

    Selatan, terdapat 16,5 persen

    memakai kondom dan 25,0 persen

    membatasi jumlah pasangan seks

    adalah cara khusus untuk

    menghindari HIV/AIDS.

    Setelah ditanya mengenai

    pengeta-huannya tentang cara

    menghidari HIV/AIDS, sebagaimana

    ditampilan pada Tabel 3 dan Tabel 4,

    maka Tabel 5 memberikan informasi

  • 8/18/2019 1bab3

    6/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    35

    tentang perilaku preventif dalam

    upaya mengindari HIV/AIDS dari dua

    SDKI (1994 dan 1997). Ternyata,

    sebagian besar wanita kawin yang

    pernah mendengar HIV/AIDS di

    Sumatera bagian Selatan, tidak

    melakukan perubahan dalam perilaku

    seksualnya. Hal ini mungkin, mereka

    yakin tidak akan tertular HIV/AIDS

    karena berperilaku baik dan benar

    dalam aktivitas seksualnya. Sebagian

    kecil saja yang melakukan pantangberhubungan seksual, menggunakan

    kondom, setia hanya dengan satu

    pasangan dan membatasi jumlah

    pasangan hubungan seksual.

    Persepsi terhadap resiko terkena AIDS

    Tabel 6 menggambarkan

    persentase perempuan kawin yang

    pernah mendengar AIDS menurut

    keyakinannya bahwa AIDS dapat

    disembuhkan. Ternyata sebagian

    besar responden di Sumatera bagian

    Selatan merasa tidak yakin, baik

    menurut hasil SDKI 1994 maupun

    SDKI 1997. Responden di Sumatera

    Selatan yang merasa yakin bahwa

    HIV/AIDS dapat disembuhkan adalah

    8,4 persen (SDKI 1994), dan 30,5

    persen (SDKI 1997). Dari dua SDKI

    tersebut menunjukkan terjadi

    perubahan keyakinan masyarakat

    Sumatera Selatan. Dalam hal ini

    adalah semakin banyak yang merasa

    yakin bahwa AIDS dapat

    disembuhkan. Keyakinan yang

    cenderung sama terjadi juga di

    Provinsi Bengkulu dan Lampung

    walaupun persentasenya tidak

    sebanyak di Sumatera Selatan. Di sisi

    lain, jumlah responden yang tidak tahu

    apakah AIDS dapat disembuhkan

    cenderung berkurang. Di Sumatera

    Selatan, pada SDKI 1994 tercatat 24,4persen, dan pada SDKI 1997 turun

    menjadi 18,0 persen. Perubahan ini

    mengisyaratkan bahwa responden

    memiliki pengetahuan yang lebih baik

    tentang HIV/AIDS sehingga

    mempengaruhi keyakinannya apakah

    HIV/AIDS dapat disembuhkan ataukah

    tidak.

    Pengetahuan tentang masalahyang berhubungan denganHIV/AIDS

    Tabel 7 memperlihatkan

    distribusi wanita pernah kawin

    menurut masalah yang berhubungan

    dengan HIV/AIDS. Ketika ditanya

    tentang apakah “seseorang yang

    kelihatannya sehat dapat mengidap

    virus AIDS”, hanya 1,5 persen

    responden di Sumatera Selatan yang

    menjawab “ya”. Persentase terbanyak

    yang mengatakan “ya” adalah di

  • 8/18/2019 1bab3

    7/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    36

    Provinsi Lampung yaitu 7,5 persen.

    Secara umum dapat pula dikatakan

    bahwa wanita hanya sedikit wanita

    pernah kawin di Sumatera bagian

    Selatan yang mengatakan bahwa

    “orang yang kelihatan sehat dapat

    mengidap virus AIDS”.

    Salah satu tujuan program

    pencegahan AIDS adalah

    menurunkan insiden penularan HIV ke

    anak. Dalam SDKI 2002-2003,

    responden ditanya tentang apakahmereka berpendapat bahwa virus

     AIDS dapat ditularkan dari ibu ke anak

    selama kehamilan, dan (dalam

    pertanyaan terpisah) selama

    persalinan dan selama menyusui.

    Hasilnya menunjukkan sebanyak 20,4

    responden di Sumatera Selatan

    mengatakan bahwa AIDS dapatditularkan selama persalinan; 22,0

    persen selama kehamilan dan 20,1

    persen melaui Air Susu Ibu (ASI). Dari

    seluruh provinsi di Sumatera bagian

    Selatan, persentase terbanyak yang

    menyatakan bahwa AIDS dapat

    ditularkan dari Ibu ke Anak selama

    persalinan, kehamilan dan melalui ASI

    adalah Bangka Belitung.

    Pada Tabel 7 juga dapat

    diperoleh informasi bahwa di seluruh

    provinsi Sumatera bagian Selatan ada

    sejumlah responden yang mengenal

    secara pribadi orang yang meninggal

    karena HIV/AIDS. Proporsi yang

    terbanyak terdapat di Jambi, yaitu 3,5

    persen, dan kedua terbanyak adalah

    di Bangka – Belitung, yaitu 3,0 persen,

    sedangkan yang paling sedikit adalah

    di Sumatera Selatan, yaitu 0,7 persen.

     Apakah angka-angka tersebut

    mencerminkan jumlah masyarakat

    yang terkena virus HIV/AIDS masih

    perlu diteliti lebih lanjut. Meskipun

    demikian, persentase tersebut dapatmenggambarkan banyaknya orang

    yang terkena HIV/AIDS di provinsi

    tersebut.

     Aspek Sosial HIV/AIDS

    Sebagian masyarakat

    memandang bahwa orang yang

    terkena virus HIV/AIDS adalah orang

    yang berperilaku tidak baik, dan dapat

    menjadi aib bagi keluarga, kerabat

    dan teman. Padahal sesungguhnya,

    tidak semua orang yang hidup dengan

     AIDS sebagai akibat dari perilaku

    buruk yang bersangkutan. Tapi bisa

    saja karena faktor-faktor diluar

    pengetahuan dan kemampuan yang

    bersangkutan. Oleh karena itu, dalam

    SDKI 2002-2003 diajukan pertanyaan

    untuk menilai tingkat aib yang melekat

    pada AIDS dan pada orang yang

    hidup dengan HIV/AIDS. Dengan

    pertanyaan: “Jika salah satu anggota

  • 8/18/2019 1bab3

    8/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    37

    keluarga tertular virus penyebab

     penyakit AIDS, apakah ibu/bapak

    akan merahasiakannya?” Tabel 8

    memperlihatkan sebanyak 22,9

    persen wanita pernah kawin dan 26,5

    persen pria pernah kawin di Sumatera

    Selatan akan merahasiakan anggota

    keuarganya yang positif tertular AIDS.

    Proporsi responden yang tidak

    mau merawat sanak saudara yang

    terkena AIDS di Sumatera Selatan

    mencapai 25,2 persen dan priamencapai 26,5 persen. Dan

    responden yang paling banyak tidak

    mau merawat sanak saudara yang

    tejangkit virus AIDS adalah di Provinsi

    Bangka-Belitung. Proporsi responden

    Pria yang menyatakan tidak mau

    merawat sanak saudara yang terkena

     AIDS di rumah, paling banyak adalahdi Bengkulu, 21.0 persen, dan paling

    sedikit adalah di Jambi, yaitu 10,6

    persen.

    Pengetahuan tentang Gejala PMS

    Gejala Penyakit Menular Seksual

    (PMS) sangat perlu diketahui oleh

    seluruh lapisan masyarakat. Penyakit

    menular seksual bukan hanya

    HIV/AIDS, tetapi banyak yang lainya,

    yang juga berbahaya bagi kesehatan

    masyarakat. Dalam SDKI 2002-2003

    responden ditanya tentang apakah

    mereka tahu mengenai gejala yang

    berhubungan dengan PMS pada

    wanita dan PMS pada pria selain

    HIV/AIDS.

    Tabel 9 memperlihatkan

    persentase wanita pernah kawin yang

    tidak mempunyai pengetahuan

    tentang gejala yang berhubungan

    dengan PMS di Sumatera bagian

    Selatan. Jumlah mereka berkisar

    antara 32,8 persen sampai 49,1

    persen, dan jumlah terbanyak terdapatdi Jambi, yaitu 49,1 persen,

    sedangkan yang paling sedikit

    terdapat di Sumatera Selatan.

    Tabel 9 juga menunjukkan

    persentase wanita pernah kawin

    menurut pengetahuan-nya tentang

    gejala yang berhubungan dengan

    PMS pada pria dan wanita. Dari 259responden di Sumatera Selatan,

    terdapat 55,2 persen dapat

    menyebutkan dua atau lebih gejala

    PMS pada Pria, dan 34,7 persen

    mengetahui gejala PMS pada wanita.

    Dibandingkan dengan provinsi lain di

    Sumatera bagian Selatan, wanita

    pernah kawin di Sumatera Selatan

    yang memiliki pengetahuan tentang

    gejala yang berhubungan dengan

    PMS pada wanita dan pada pria

    adalah yang paling banyak

    proporsinya. Sebaliknya responden

  • 8/18/2019 1bab3

    9/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    38

    yang paling sedikit yang dapat

    menyebutkan dua atau lebih gejala

    PMS pada wanita adalah di Lampung

    (2,1 persen).

    PEMBAHASAN

    Pengetahuan (knowledge)

    merupakan salah satu unsur yang

    mempengaruhi perilaku seseorang.

    Dapat juga dikatakan bahwa perilaku

    seseorang dapat mencerminkan

    seberap “dalam” pengetahuan orang

    tersebut tentang apa yang

    dilakukannya. Seseoang melakukan

    sesuatu yang dipandang negatif,

    mungkin saja orang tersebut tidak

    mengetahui bahwa apa yang

    dilakukannya berakibat negatif baik

    bagi dirinya maupun orang lain.Karena itu, seperti telah dikemukakan

    bahwa pengetahuan merupakan

    ‘gerbang’ dalam upaya mencegah

    perilaku negatif. Dalam hal ini

    berkaitan dengan pencegahan

    HIV/AIDS. Dengan mengetahui

    bahaya dan cara pencegahan

    HIV/AIDS maka seseorang akanberupaya menjauhi sumber-sumber

    yang dapat menyebabkan dirinya

    terinfeksi virus.

    Secara umum pengetahuan

    masyarakat Sumatera Selatan,

    khususnya wanita berstatus kawin

    tentang HIV/AIDS masih kurang. Ini

    ditandai kurang dari 50 persen

    responsen (SDKI 1994 dan SDKI

    2002-2003) yang tidak pernah

    mendengar HIV/AIDS. Sebaliknya,

    pada SDKI 2002-2003, lebih dari 60

    persen pria kawin yang mendengar

    HIV/AIDS. Hal ini menandakan bahwa

    pria lebih banyak mendapatkan

    informasi tentang HIV/AIDS daripada

    wanita. Ketimpangan pemerolehanpengetahuan tersebut idealnya tidak

    perlu terjadi, sebab HIV/AIDS dapat

    menyerang baik pada wanita maupun

    pria, tua, muda bahkan bayi baru

    dilahirkan.

    Wanita acapkali menjadi korban

    dari perilaku buruk seksual pria

    (suaminya) yang sering melakukanhubungan seks dengan wanita lain

    yang telah terinfeksi virus mematikan

    itu. Oleh karena itu, sudah selayaknya

    program penyuluhan kesehatan,

    khususnya pencegahan terhadap

    HIV/AIDS ini ditingkatkan lagi baik

    cakupan wilayah, sasaran maupun

    intensitasnya. Penyuluhan tentang

    bahaya HIV/AIDS oleh dinas, instansi

    atau lembaga sosial kemasyarakatan

    cenderung hanya dilakukan pada

    momentum peringatan tahunan.

  • 8/18/2019 1bab3

    10/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    39

    HIV/AIDS tidak semata-mata

    menyangkut virus atau penyakit,

    melainkan juga berdampak pada

    aspek sosial. Sebagian orang

    memandang bahwa orang yang

    terinfeksi HIV/AIDS adalah orang yang

    berperilaku menyimpang dan

    berbahaya. Karena itu, sebagian

    responden SDKI mengatakan akan

    merahasiakan dan tidak mau merawat

    sanak saudara yang terinfeksi

    HIV/AIDS di rumah. Fakta inimenggambar-kan bahwa sebagian

    masyarakat memiliki persepsi yang

    keliru dalam upaya menanggulangi

    mewabahnya HIV/AIDS. Persepsi

    tersebut dilatarbelakangi oleh suatu

    anggapan bahwa orang yang terkena

    HIV/AIDS adalah orang yang memiliki

    perilaku seks menyimpang. Pendapatini ada juga benarnya, tetapi apabila

    yang terkena adalah seorang wanita

    (istri) dan anak yang tidak pernah

    menyimpang dalam perilaku

    seksualnya dan ia tertular dari suami

    atau melalui transfusi darah, maka

    pandangan tersebut menjadi tidak

    relevan lagi. Justru dengan

    mengucilkan yang bersangkutan akan

    berdampak negatif bagi si sakit yang

    sesungguhnya tidak salah.

    Dengan uraian di atas jelaslah

    bahwa pengetahuan masyarakat

    tentang berbagai hal mengenai

    HIV/AIDS perlu ditingkatkan agar tidak

    terjadi kesalahfahaman dan dengan

    begitu, upaya penanggulangan dan

    pencehagan HIV/AIDS menjadi efektif.

    KESIMPULAN

    Hasil SDKI 1994, 1997 dan

    2002-2003 menunjukkan masih

    banyak wanita berstatus kawin yang

    tidak mengetahui (mendengar)

    tentang HIV/AIDS dan penyakit

    menular seksual (PMS) lainnya dan

    pengetahuan mereka masih rendah.

    Ketidaktahuan mereka tentang cara

    penularan dan pencegahan virus

     AIDS berpengaruh terhadap persepsi

    mereka mengenai orang dan

    perawatan orang yang terinfeksi virus AIDS. Ini ditunjukkan dengan akan

    merahasiakannya jika ada anggota

    keluarga yang terinfeksi virus yang

    belum ada obatnya tersebut, dan

    mereka juga tidak mau merawatnya di

    rumah. Persepsi yang keliru terhadap

    orang yang terinfeksi virus HIV/AIDS,

    sudah seharusnya diperbaiki agarprogram pencegahan atau

    penanggulangan HIV/AIDS menjadi

    efektif.

    Untuk itu pengetahuan dan

    pemahaman yang akurat tentang

  • 8/18/2019 1bab3

    11/11

    Jurnal Pembangunan Manusia

    40

    HIV/AIDS dan segala aspeknya tetap

    perlu diupayakan untuk diinformasikan

    agar keluarga menjadi benteng

    pertahanan dalam upaya mencegahan

    penyebaran virus HIV/AIDS, karena

    dalam keluarga tidak hanya suami-istri

    tetapi juga ada anak-anak sebagai

    generasi penerus bangsa.

    DAFTAR PUSTAKA

    BKKBN, 1994. Laporan Hasil SurveiDemografi dan Kesehatan

    Indonesia (SDKI). Jakarta.

    BKKBN, 1997. Laporan Hasil SurveiDemografi dan KesehatanIndonesia (SDKI). Jakarta

    BKKBN, 2002-2003. Laporan HasilSurvei Demografi dan KesehatanIndonesia (SDKI). Jakarta