186333878 laporan tutorial dmf 1 drg supri

Upload: siegetelkomnet

Post on 10-Feb-2018

253 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    1/18

    LAPORAN TUTORIAL

    Jejas Traumatik Pada Gigi Anak-Anak

    DISUSUN OLEH :

    Kelompok Tutorial VI

    Pembimbing : drg. Supriyadi, M.Kes

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS JEMBER

    2012

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    2/18

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan

    Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial ini yang berjudul

    Jejas Traumatik Pada Gigi Anak-Anak dengan tepat waktu dan tanpa suatu

    halangan apapun

    .Laporan Tutorial ini kami buat sebagai salah satu sarana untuk lebihmendalami materi tentang jejas traumatik yang terjadi pada gigi anak-anak.

    Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :

    1. Drg. Supriyadi, M.Kes yang telah memberikan waktu untuk menjadi tutor kamidalam diskusi tutorial ini.

    2. Anggota kelompok VI yang telah berperan aktif, dalam diskusi maupunpembuatan tutorial ini.

    Tak ada gading yang tidak retak, begitupun dengan laporan kami, untukitu, kami mohon maaf apabila dalam laporan ini, banyak kesalahan baik dalam isi

    maupun sistematika. Kami juga berharap laporan ini dapat bermanfaat untuk

    pendalaman pada Blok Dentomaksilofasial I .

    Jember, 20 Juli 2012

    Penulis

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    3/18

    Anggota Kelompok Tutorial VI :

    1. Stefanus christian (11-51)2. Ega Sofiana (11-53)3. Mohammad Harish (11-55)4. Afif Surya Adena (11-59)5. Anugerah Nur Yuhyi (11-63)6. Fitria Krisnawati (11-64)7. Sitti Nur Qomariyah (11-66)8. Tiara Fortuna Bela B (11-67)9. Khamda Rizki Dhamas (11-69)10.Sheila Dian P (11-71)11.Adinda Martina (11-72)12.Dewi Martinda Hartono (11-73)13.Nurbaetty Rochmah (11-74)

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    4/18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangTrauma secara umum merupakan suatu luka atau jejas baik fisik maupun

    psikis. Dapat diartikan juga sebagai suatu kejadian yang tidak terduga atau

    suatu penyebab sakit akibat dari kontak yang keras dengan suatu benda.

    Selain itu, trauma juga dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka yang

    biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya

    kontinuitas normal suatu struktur. Trauma secara umum dapat disebabkan

    oleh berbagai hal antara lain, terjatuh, tindak kekerasan, kecelakaan,dll.

    Trauma pada gigi anterior merupakan suatu kerusakan pada jaringan keras

    gigi dan atau periodontal karena kontak yang keras dengan suatu benda yang

    tidak terduga sebelumnya pada gigi anterior baik pada rahang atas maupun

    pada rahang bawah atau pada keduanya. Pada umumnya penyebab terjadinya

    trauma pada gigi anak-anak yang paling sering adalah dikarenakan terjatuh

    pada saat bermain, saat sedang berolahraga, berkelahi ataupun kecelakaan.

    Menurut suatu penelitian prevalensi tertinggi trauma gigi anterior padaanak-anak terjadi antara usia 13 tahun karena pada usia tersebut anak-anak

    mempunyai ruang gerak yang bebas dan cukup luas sementara koordinasi dan

    penilaiannya tentang keadaan belum cukup baik sehingga anak-anak sering

    terjatuh dalam beberapa situasi. Prevalensi trauma gigi yang terjadi pada anak

    usia diatas 5 tahun menunjukkan penurunan disebabkan koordinasi motorik

    anak membaik namun terjadi peningkatan pada usia 8-12 tahun karena adanya

    peningkatan aktifitas fisik mereka. Sehingga pada usia tersebut, anak-anak

    rawan fraktur dan trauma karena aktifitas yang dilakukan semakin banyak dan

    beragam.

    1.2 RUMUSAN MASALAH1. apa etiologi dari jejas traumatik pada gigi anak-anak ?2. apa saja faktor predisposisi dari jejas traumatik pada gigi anak-anak ?3. apa saja klasifikasi dari jejas traumatik pada gigi anak-anak ?

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    5/18

    4. bagaimanakah penegakkan diagnosa pada traumatik pada anak-anak ?

    1.3TUJUAN1. Mampu menjelaskan etiologi dan faktor predisposisi dari jejas traumatik

    pada gigi anak-anak.

    2. Mampu menjelaskan klasifikasi, pemeriksaan klinis serta gambaran klinisdari jejas traumatik pada gigi anak-anak.

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    6/18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pengertian trauma secara umum adalah luka atau jejas baik fisik maupun

    psikis. Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan

    sebagai kerusakan atau luka yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan

    fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur.

    Trauma juga diartikan sebagai suatu kejadian tidak terduga atau suatu

    penyebab sakit, karena kontak yang keras dengan suatu benda. Definisi lain

    menyebutkan bahwa trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras

    gigi dan atau periodontal karena sebab mekanis.

    Gigi fraktur adalah rem dalam kontinuitas tulang dengan atau tanpa ada

    perpindahan dari fragmen. Mungkin patologis hasil dari cedera ringan yang sudah

    berpenyakit tulang atau yang sehat.

    Fraktur gigi adalah suatu keadaan patah gigi yang disebabkan oleh suatu

    hal. Fraktur gigi merupakan salah satu dari ketiga penyebab utama kerusakan pada

    gigi setelah karies dan penyakit jaringan periodontal.

    Kebanyakan cedera yang menyebabkan fraktur gigi pada anak adalah

    karena karena terjatuh dan kecelakaan ketika bermain. Cedera yang menyebabkan

    gigi atas berputar sering terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan karena

    mereka sering terjatuh selama bermain dan ketika belajar berjalan. Secara umum

    cedera lebih sering terjadi pada anak laki. Trauma yang tumpul cenderung

    menyebabkan kerusakan yang besar pada jaringan lunak dan jaringan pendukung,

    sedangkan kecepatan yang tinggi atau luka tusuk menyebabkan gigi berputar dan

    fraktur.Ellis dan Davey membagi penyebab trauma menjadi dua yaitu :

    - LangsungYaitu gigi secara langsung terkena benda penyebab trauma.

    - Tidak langsungGigi secara tidak langsung terkena benda penyebab trauma, misalnya

    trauma mengenai rahang bawah yang kemudian menyebabkan kerusakan

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    7/18

    gigi di rahang bawah.

    Trauma yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung pada gigi

    depan anak

    dapat disebabkan oleh :

    1. Terjatuh dan berkelahi (pukulan/dorongan) merupakan penyebab yang paling

    utama dari kerusakan gigi.

    2. Kecelakaan olah raga / permainan dan kecelakaan lalu lintas

    3. Luka karena sengatan listrik atau hewan

    4. Khusus untuk trauma yang terjadi secara langsung mengenai gigi dapat

    disebabkan oleh aksi pengunyahan yang disebut fraktur spontan. Fraktur

    spontan dapat terjadi sebagai akibat tekanan pengunyahan pada gigi yang

    mengalami karies besar, sehingga gigi dapat retak atau patah pada waktu

    menggigit benda yang keras.

    Faktor predisposisi

    1. Klas II divisi 1

    2. Penutupan bibir atas dan bawah yang kurang sempurna.

    3. Frekuensi trauma pada gigi depan lebih sering dengan overjet 36 mm.

    Overjet > 6 mm, menunjukkan resiko tiga kali lebih tinggi.

    4. Aktifitas olah raga

    5. Laki laki > perempuan

    Klasifikasi yang lazim digunakan untuk trauma gigi depan adalah yang

    diperkenalkan oleh Ellis dan Davey, terdiri dari sembilan kelas. Kelas I sampai

    kelas VIII untuk gigi depan tetap dan kelas IX untuk gigi depan sulung yang juga

    terdiri dari delapan kelas, sama seperti halnya pada gigi tetap. Klasifikasi inisangat sederhana sehingga mudah untuk menegakkan diagnosa dan perawatan.

    Klasifikasi menurut Roberts sama dengan yang diperkenalkan Ellis, tetapi

    untuk membedakan antara gigi sulung dan gigi tetap, digunakan istilah kelas I

    tetap, kelas II dan seterusnya. Sedangkan untuk gigi sulung, digunakan kelas I

    sulung dan seterusnya.

    Hargreaves dan Craig memperkenalkan klasifikasi hanya untuk fraktur

    mahkota gigi sulung, yaitu kelas I, II, III dan IV. Klasifikasi tersebut hampir sama

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    8/18

    dengan klasifikasi Ellis. Perbedaannya terletak pada kelas IV yaitu fraktur akar

    disertai atau tanpa mahkota gigi sulung

    Klasifikasi Ellis & Davey :

    - Kelas I : Fraktur yang sederhana dari mahkota gigi denganterbukanya

    sedikit atau tidak sama sekali bagian dentin dari

    mahkota (hanya

    mengenai bagian enamel)

    - Kelas II : Fraktur yang terjadi pada mahkota gigi denganterbukanya dentin

    yang luas, tetapi belum mengenai pulpa (hanya

    mengenai bagian

    dentin)

    - Kelas III : Fraktur pada mahkota gigi dengan terbukanyadentin yang luas,

    sudah mengenai pulpa (dentin dan pulpa terkena)

    - Kelas IV : Trauma pada gigi yang mengakibatkan gigi menjadinon vital

    disertai dengan ataupun tanpa disertai hilangnya

    struktur mahkota gigi

    - Kelas V : Trauma pada gigi yang menyebabkan hilangnyagigi, yang

    disebut dengan avulsi- Kelas VI : Fraktur pada akar disertai dengan ataupun tanpa

    disertai

    hilangnya struktur mahkota gigi

    - Kelas VII : Trauma yang menyebabkan berpindahnya gigi(intrusi, ekstrusi,

    labial, palatal, bukal, distal, mesial, rotasi) tanpa disertai oleh

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    9/18

    adanya fraktur mahkota atau akar gigi

    - Kelas VIII : Trauma yang menyebabkan fraktur mahkota yang besarpada gigi

    (total distruction) tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar gigi

    tidak mengalami perubahan

    - Kelas IX : Semua kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigidepan,

    definisi untuk gigi sulung sama dengan untuk gigi tetap.

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    10/18

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1Etiologi dan Faktor PredisposisiTraumatik yang terjadi pada anak dapat terjadi secara langsung

    maupun secara tidak langsung. Secara langsung terjadi ketika benda keras

    langsung mengenai gigi. Sedangkan secara tidak langsung, trauma gigi

    yang terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi

    rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan dan tekanan

    yang besar dan secara tiba-tiba. Penyebab dari traumatik pada anak ini

    antara lain, kecelakaan saat berolahraga, bermain, perkelahian, tindak

    kriminalitas, bencana alam dan terjatuh. Benturan yang keras dapat

    mengakibatkan terjadinya karies karena fraktur spontan. Frekuensinya

    30% terjadi pada gigi sulung dan 22% terjadi pada gigi tetap.

    Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1. Dimana

    trauma lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.

    Faktor predisposisi dari traumatik pada gigi anak ini antara lain:

    a. posisi dan keadaan gigi tertentu misalnya terdapat kelainandentofasial seperti maloklusi kelas I tipe 2, kelas II divisi 1 / yang

    mengalami overjet > 3 mm.

    b. Keadaan yang memperlemah gigi seperti hipoplasia emailc. Anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari yang menyebabkan gigi

    anterior protrusif

    d. Penutupan bibir atas dan bawah yang kurang sempurnae.

    Jenis kelamin : lebih sering terjadi pada anak laki-laki

    f. Dapat juga terjadi pada penderita cerebral palsy4.2Klasifikasi, Gambaran Klinis dan Pemeriksaan

    Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat

    trauma gigi anterior. Klasifikasi trauma gigi yang telah diterima secara

    luas adalah klasifikasi menurut Ellis dan Davey (1970) dan klasifikasi

    yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO) dalam

    Application of International Classification of Diseases to Dentistry and

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    11/18

    Stomatology. Ellis dan Davey menyusun klasifikai trauma pada gigi

    anterior menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu :

    Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan

    email.

    Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan

    dentin tetapi belum melibatkan pulpa.

    Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan

    menyebabkan terbukanya pulpa.

    Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital

    dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.

    Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.

    Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.

    Kelas 7 : Perubahan posisi atau displacement gigi.

    Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung.

    Klasifikasi yang direkomendasikan dari World Health Organization

    (WHO) dalamApplication of International Classification of Diseases to

    Dentistry and Stomatology diterapkan baik gigi sulung dan gigi tetap, yang

    meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak

    rongga mulut yaitu sebagai berikut :

    I. Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa

    1. Retak mahkota (enamel infraction), yaitu suatu fraktur yang tidak

    sempurna pada email tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah

    horizontal atau vertikal.

    2. Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture),

    yaitu fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crownfracture) yaitu suatu fraktur yang hanya mengenai lapisan email saja.

    3. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur

    pada mahkota gigi yang hanya mengenai email dan dentin saja tanpa

    melibatkan pulpa.

    4. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture), yaitu

    fraktur yang mengenai email, dentin, dan pulpa.

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    12/18

    II. Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar

    1. Fraktur mahkota-akar, yaitu suatu fraktur yang mengenai email,

    dentin, dan sementum. Fraktur mahkota akar yang melibatkan jaringan

    pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang kompleks (complicated

    crown-root fracture) dan fraktur mahkota-akar yang tidak melibatkan

    jaringan pulpa disebut fraktur mahkota-akar yang tidak kompleks

    (uncomplicated crown-root fracture).

    2. Fraktur akar, yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan

    pulpa tanpa melibatkan lapisan email.

    3. Fraktur dinding soket gigi, yaitu fraktur tulang alveolar yang

    melibatkan dinding soket labial atau lingual, dibatasi oleh bagian

    fasial atau lingual dari dinding soket.

    4. Fraktur prosesus alveolaris, yaitu fraktur yang mengenai prosesus

    alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi.

    5. Fraktur korpus mandibula atau maksila, yaitu fraktur pada korpus

    mandibula atau maksila yang melibatkan prosesus alveolaris, dengan

    atau tanpa melibatkan soket gigi.

    III. Kerusakan pada jaringan periodontal

    1. Concusion, yaitu trauma yang mengenai j aringan pendukung gigi

    yang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi

    tanpa adanya kegoyangan atau perubahan posisi gigi.

    2. Subluxation, yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi

    gigi akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.

    3. Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagiangigi ke luar dari soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi

    terlihat lebih panjang.

    4. Luksasi, merupakan perubahan letak gigi yang terjadi karena

    pergerakan gigi kearah labial, palatal maupun lateral, hal ini

    menyebabkan kerusakan atau fraktur pada soket alveolar gigi

    tersebut. Trauma gigi yang menyebabkan luksasi lateral

    menyebabkan mahkota bergerak ke arah palatal

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    13/18

    5. Luksasi intrusi, yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar,

    dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar.

    Luksasi intrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.

    6. Laserasi (hilang atau ekstrartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi

    ke luar dari soket.

    IV. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut

    1. Laserasi merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang

    disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka

    terbuka tersebut berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel.

    2. Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan

    benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah

    submukosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.

    3. Luka abrasi, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan

    karena gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat

    permukaan yang berdarah atau lecet.

    Trauma pada gigi sulung dapat menyebabkan beberapa kelainan pada

    gigi tetap, antara lain hipoplasia email, hipokalsifikasi, dan dilaserasi.

    Beberapa reaksi yang terjadi pada jaringan pulpa setelah gigi mengalami

    trauma adalah hiperemi pulpa, diskolorisasi, resorpsi internal, resorpsi

    eksternal, metamorfosis kalsifikasi pulpa gigi, dan nekrosis pulpa.

    Prognosis dari trauma yang meliputi gigi dipengaruhi oleh 3 faktor:

    1. Tingkat kerusakan atau luas dari kerusakan yang dialami. Apakahkerusakan yang dialami meliputi jaringan lain di sekitar gigi, seperti

    jaringan lunak maupun jaringan keras seperti tulang rahang.

    2. Kualitas dan kesegeraan dari perawatan yang dilakukan setelah terjaditrauma.

    3. Evaluasi dari penatalaksanaan selama masa penyembuhan.Pemeriksaan Subyektif

    Pemeriksaan terhadap pasien trauma gigi harus dilakukan sesegera

    mungkin setelah terjadinya trauma. Proses pemeriksaannya hampir sama

    seperti pemeriksaan pada kasus perawatan endodontik. Anamnesis diperoleh

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    14/18

    dari keterangan pasien atau orang lain yang mengetahui secara pasti

    mengenai kondisi yang dialami oleh pasien, meliputi keluhan utama, riwayat

    terjadinya trauma, dan medical history.

    Keluhan utama.

    Pasien ditanyakan mengenai keparahan dari rasa sakit dan berbagai

    gejala signifikan lainnya. Perdarahan pada jaringan lunak memang terlihat

    sebagai suatu kondisi yang parah, namun apabila terjadi fraktur pada tulang

    maka rasa sakit yang timbul akan lebih besar dan kondisi ini harus menjadi

    prioritas utama dalam melakukan perawatan. Selain itu, perlu dicatat jugamengenai durasi dari tiap gejala.

    Riwayat terjadinya trauma.

    Tanyakan pasien hal-hal berikut ini:

    1. Kapan dan dimana cedera terjadi.2. Bagaimana terjadinya cedera.3. Perawatan apa saja yang sudah dilakukan sebelum datang ke dokter gigi

    (operator).

    4. Apakah sebelumnya sudah pernah mengalami trauma yang serupa.5. Gejala apa saja yang dirasakan pasien sejak terjadinya trauma (pusing,

    muntah, sakit kepala, kejang-kejang ataupun konvulsi, pandangan kabur,

    hilang kesadaran, gangguan pendengaran, pengecapan, penglihatan dan

    keseimbangan, serta perdarahan dari hidung atau telinga.

    Masalah gigi yang dialami sejak trauma (sakit, kegoyangan,

    sangkutan oklusal, gejala lain pada jaringan sekitar gigi).

    Medical history.

    Riwayat alergi terhadap obat-obatan. Kelaianan seperti gangguan perdarahan, diabetes, epilepsi. Obat-obatan yang sedang dipakai sekarang.

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    15/18

    Status imunisasi tetanus. Untuk luka bersih, tidak diperlukan boosterapabila imunisasi dilakukan sejak 10 tahun yang lalu. Untuk luka kotor,

    diperlukan booster apabila imunisasi dilakukan lebih dari 5 tahun.

    Pemeriksaan Obyektif

    Pemeriksaan jaringan lunak.

    Lakukan observasi dan palpasi pada jaringan lunak yang cedera.

    Apabila terjadi terjadi laserasi jaringan lunak dan fraktur gigi perlu dilakukan

    pula pemeriksaan radiografi karena tidak jarang fragmen gigi tertanam ke

    dalam jaringan lunak.

    Pemeriksaan tulang wajah.

    Maksila, mandibula, dan TMJ perlu diperiksa secara visual, palpasi,

    untuk melihat adanya distorsi, malalignment, atau adanya indikasi fraktur.

    Apabila ada indikasi fraktur lakukan pula pemeriksaan radiografi. Catat juga

    apabila ada dislokasi dari gigi, sangkutan oklusal, dan perkembangan dari

    pathosis apikal.

    Pemeriksaan gigi.

    Gigi yang mengalami trauma harus diperiksa apakah gigi tersebut

    mengalami fraktur, kegoyangan, perubahan posisi, cedera pada ligamen

    periodontal dan tulang alveolar, serta trauma pada jaringan pulpa. Periksa

    pula adanya kemungkinan keterlibatan gigi yang berada di rahang lawannya.

    Fraktur email atau keretakan pada mahkota dapat diperiksa dengan

    indirect light atau transluminasi atau dengan penggunaan dye. Apabila

    struktur gigi telah hilang, periksa luasnya kehilangan apakah sampai pada

    batas email, dentin, atau sudah mencapai jaringan pulpa.

    Kegoyangan gigi diperiksa dalam segala arah. Apabila ketika gigi

    digerakkan gigi sebelahnya ikut bergerak, perlu dicurigai adanya fraktur pada

    tulang alveolar.

    Perubahan posisi gigi yang terjadi dapat berupa intrusi, ekstrusi,

    lateral (labial atau lingual), dan avulsi secara keseluruhan. Tanyakan kepada

    pasien apakah ada kontak prematur ataupun sangkutan oklusal. Apabila ada

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    16/18

    perubahan oklusi, perlu dicurigai adanya kemungkinan fraktur rahang atau

    akar gigi ataupun ekstrusi gigi.

    Untuk memeriksa adanya cedera pada jaringan periodontal lakukanlah

    tes perkusi pada gigi. Pada gigi yang mengalami trauma tanpa adanya fraktur

    atau perubahan posisi pemeriksaan ini cukup penting untuk melihat adanya

    kerusakan pada neurovascular bundleyang masuk ke dalam gigi melalui

    apeks. Kerusakan ini akan menimbulkan adanya kemungkinan terjadinya

    degenerasi pulpa. Kerusakan ini biasanya ditandai dengan tes perkusi yang

    positif.

    Pemeriksaan vitalitas atau respon pulpa terhadap trauma harus

    diperiksa pada awal kunjungan dan kunjungan-kunjungan kontrol berikutnya,

    karena adanya kemungkinan kematian pulpa beberapa bulan setelah trauma.

    Setelah terjadi trauma, sering pulpa memperlihatkan hasil negatif ketika

    dilakukan tes vitalitas. Namun, setelah pulpa mengalami pemulihan, dia dapat

    kembali memperlihatkan hasil positif. Hal yang sebaliknya dapat pula terjadi.

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    17/18

    KESIMPULAN

    1. Trauma pada gigi anak sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan.Frekuensinya 30% terjadi pada gigi sulung dan 22% terjadi pada

    gigi tetap. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan

    adalah 2 : 1. Dimana trauma lebih sering terjadi pada anak laki-laki

    dibanding anak perempuan.

    2. Klasifikasi trauma pada gigi anak menurut Ellis dan Davey dibagimenjadi 8 kelas dan klasifikasi tersebut merupakan rekomendasi

    dari WHO dalamApplication of International Classification to

    Dentistry and Stomatognaty.

    3. Pemeriksaan subjektif dapat dilakukan dengan cara Anamnesisyang diperoleh dari keterangan pasien atau orang lain yang

    mengetahui secara pasti mengenai kondisi yang dialami oleh

    pasien, meliputi keluhan utama, riwayat terjadinya trauma, dan

    medical history.

    4. Pemeriksaan obyektif dapat dilakukan dengan cara memeriksajaringan lunak, memeriksa tulang wajah, serta memeriksa gigi.

  • 7/22/2019 186333878 Laporan Tutorial Dmf 1 Drg Supri

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    Andreasen, J.O., Andreasen, F.M., Bakland, L.K., Flores, M. T. Traumatic

    dental injuries a manual. 2nd edition. Munksgaard : Blackwell Publishing

    Company. 2003.

    Roberts, M.W. Traumatic injuries to the primary and immature permanent

    dentition. Dalam Braham R.L., Moris, M.E. Textbook of pediatric

    dentistry. Baltimore : Williams & Wilkins. 1980.

    McDonald, R.E., Avery, D.R. Dentistry for the child and adolescent. 7th

    ed. St Louis : Mosby. 2004.

    Fountain, S.B., Camp, J.H. Traumtic injuries. Dalam S.Cohen and R. C.

    Burns. Pathways of the pulp. 6th ed. St. Louis : Mosby. 1994.