17 des

10
REKAYASA LINGKUNGAN Logo Oleh : Adistya Ekky V. (115060707111059) Dwi Ayu Marseti (115060701111054) Fiki Arsetyani (115060700111089) M. Ikhwan Jamhari (115060707111046) Ivan Cahya A. (115060700111096)

Upload: dam

Post on 26-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

document

TRANSCRIPT

REKAYASA LINGKUNGAN

Logo

Oleh :

Adistya Ekky V.

(115060707111059)

Dwi Ayu Marseti(115060701111054)

Fiki Arsetyani

(115060700111089)

M. Ikhwan Jamhari(115060707111046)

Ivan Cahya A.

(115060700111096) Analisis Dampak Lingkungan serta Penanggulangan terhadap Limbah Plastik di AustraliaPencemaran air laut akibat limbah plastik banyak kita temui. Banyak hal yang menjadi penyebab seperti orang yang membuang sampah sembarangan, puing-puing dari kecelakaan, dan sisa-sisa pembangunan yang terbawa arus air di sekitar laut. Limbah plastik merupakan salah satu jenis pencemaran yang memiliki pengaruh cukup besar dalam waktu jangka panjang. Seperti di Australia, banyak ditemukan limbah plastik berupa fragmen kecil yang dihasilkan dari pecahan objek yang lebih besar (misalnya kemasan dan barang-barang untuk memancing). Limbah plastik di laut dapat menyebabkan pencemaran yang berakibat pada kerusakan sumber daya hayati dan rusaknya ekosistem bawah laut yaitu dapat mempengaruhi organisme mulai dari ikan hingga zooplankton.

Plastik adalah suatu bahan yang sering dipakai dan jumlahnya semakin banyak di industri. Hal ini menyebabkan jumlah limbah plastik pun semakin hari semakin banyak. Limbah plastik menjadi penyebab polusi di darat maupun di laut. Aliran limbah plastik yang semakin banyak ini disebabkan baik secara sengaja yaitu pembuangan plastik dengan illegal maupun secara tidak sengaja yaitu pembuangan plastik yang kurang teratur.Polusi plastik di laut dapat memiliki efek berbahaya dan merusak lingkungan. Banyak hewan-hewan baik di darat maupun hewan laut yang terkena dampak dari pembuangan limbah plastik di laut, antara lain kura-kura, ikan paus, anjing laut, ikan hiu dan burung-burung yang hidup di laut. Bahaya plastik ini adalah dapat masuk ke sistem pencernaan hewan atau dapat menjebak hewan laut. Partikel plastik telah terbukti mengandung kadar polutan yang sangat tinggi seperti polychlorinated biphenyls (PCBs), nonylphenol (NP) dan pestisida organik. Oleh sebab itu, pencemaran air laut akibat limbah plastik harus diperhatikan dan perlu adanya cara pencegahan dan penanggulangannya untuk keberlangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya agar ekosistem tetap terjaga.

Plastik adalah kelompok beragam bahan yang berasal dari bahan kimia. Produksi global mereka telah tumbuh dari 1.700.000 ton pada tahun 1950 menjadi 280.000.000 ton pada 2011. Di Australia, 1.433.046 ton plastik yang digunakan pada 2010-2011, hanya 20% yang didaur ulang. Selain itu, sekitar 37 % dari plastik ini untuk pembuatan kemasan sekali pakai. (Reisser, Julia., Shaw, Jeremy., Wilcox, Chris., Hardesty, Britta Denise., Proietti, Maira., Thums, Michele & Ratchi, Charitha Pattia:2013)Plastik dapat diangkut dari daerah-daerah menuju ke laut melalui angin, pasang surut, air hujan, badai, saluran pembuangan limbah, dan bahkan banjir. Setelahdi lautan, plastik-plastik tersebut akan mengapung di permukaan laut, atau tenggelam ke dasar laut jika terbuat dari polimer padat.Limbah plastik di laut Australia diketahui mengalami fragmentasi menjadi potongan semakin kecil dengan fotokimia, mekanik dan proses biologis. Hal tersebut menyebabkan kekhawatiran tentang efek partikel plastik kecil di rantai makanan dan ekosistem laut. Lebih dari setengah dari plastik modern mengandung setidaknya satu bahan berbahaya dan berakhir di air yang dapat menjadi semakin beracun. Racun tersebut kemudian dapat dikirimkan ke hewan melalui konsumsi plastik dan / melewati organisme yg mereka makan. Proses bio - magnification ini lebih mungkin terjadi ketika mikroplastik dicerna oleh organisme yang dekat dengan rantai makanan terbawah, seperti ikan planktivorous. Contoh partikel plastik yang ditemukan dalam isi perut dari Southern Bluefin tuna ditangkap dekat Tasmania. Dalam skenario ini, plastik kontaminan dapat ditransfer ke organisme yang terkena dan kemudian biomagnified plastik yang telah dimakan tadi dapat mempengaruhi kesehatan dalam rantai makanan, yang meliputi manusia sebagai puncak dari rantai makanan.Ancaman plastik untuk ekosistem laut Australia sebagian besar dampak dari puing-puing yang relatif besar (misalnya jaring ikan, kantong plastik). Langkah pertama yang baik adalah pemahaman tentang tingkat bahaya plastik di laut Australia, organisme yang hidup di dalamnya, dan lingkungan dengan adanya penilaian dari kejadian dan karakteristik sampah plastik di laut yang ditandai oleh ukuran, jenis, warna, polimer, dan taksiran konsentrasi.Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengambilan sampling terbatas pada sampah laut. Selama tujuh pelayaran angkutan kapal Australia, melakukan pengambilan sampel pada 57 lokasi, dengan kecepatan 2 - 4 knot. Pengambilan sampel dengan menggunakan jaring Neuston (1.260.6 m mulut , 335 mm mesh) atau jaring Manta (160,17 m mulut , 333 mm mesh). Setelah itu, sampel tersebut dikumpulkan dan dipindahkan ke wadah diisi dengan air laut dan diperiksa untuk potongan plastik yang mengambang selama setidaknya satu jam oleh pengamat terlatih. Setiap bagian plastik dipisahkan ke tempat lain untuk dihitung, diukur (panjang), difoto, dan diklasifikasikan ke dalam jenisnya (keras, lembut, garis, polystyrene) dan warna. Sampel acak dari 200 lembar plastik dipilih untuk analisis komposisi oleh Transformasi Fourier spektrometri inframerah (FT - IR , range = 500-4000 cm2 1). Jenis polimer ditentukan dengan membandingkan sampel spektrum FT - IR terhadap spektrum yang diketahui dari Database (Perkin Elmer - ATR Polimer Library).

Dari hasil pengambilan sampel tersebut, ditemukan bahwa permukaan air laut di sekitar Australia terkontaminasi dengan plastik kecil yang sebagian besar merupakan produk dari degradasi objek yang lebih besar yang terbuat dari polyethylene dan polypropylene. Tingginya prevalensi plastik fragmen kecil dari 5 mm di perairan Australia konsisten dengan daerah lain lautan di dunia , di mana microplastics ditemukan sebagai jenis yang paling berlimpah di semua jenis lingkungan laut. Jumlah yang lebih tinggi dari plastik ditemukan di dekat kota-kota di pantai timur Australia, serta di lokasi terpencil (barat Tasmania dan North West Shelf ). Studi terbaru melaporkan efek toksikologi ini plastik kecil dan terkontaminasi pada sejumlah organisme , termasuk vertebrata besar laut dan ikan yang dapat menganggu ekositem biota laut lainnya.

Penelitian tentang limbah plastik diatas menunjukkan bahwa sampah plastik kecil banyak ditemukan di laut Australia yang cenderung berasal dari domestik dan internasional. Sebagian besar limbah tersebut disebabkan karena produk besar-besaran plastik yang sekali pakai di Australia dan tidak adanya upaya untuk mengaturnya. Pembuangan plastik ke dalam lautan Australia tetap masalah yang signifikan karena kesulitan dengan regulasi dan penegakan sehingga perlu diadakannya usaha preventif untuk mengurangi sampah plastik guna menjaga ekosistem biota laut di Australia. Robards et al. (1995) meneliti isi usus ribuan burung dalam dua studi terpisah dan menemukan bahwa konsumsi plastik oleh burung laut telah meningkat secara signifikan selama 10-15 tahun. Sebuah studi yang dilakukan di Pasifik Utara (Blight dan Burger , 1997) menemukan partikel plastik di perut 8 dari 11 spesies burung laut tertangkap sebagai bycatch. Daftar spesies yang terkena menunjukkan bahwa sampah laut mempengaruhi sejumlah besar spesies (Laist , 1997). Ini mempengaruhi setidaknya 267 spesies di seluruh dunia, termasuk 86 % dari semua spesies penyu, 44 % dari seluruh spesies burung laut, dan 43 % dari seluruh spesies mamalia laut (Laist, 1997). Masalahnya mungkin sangat diremehkan karena kebanyakan korban mungkin belum ditemukan di wilayah laut yang luas, karena mereka tenggelam atau dimakan oleh predator (Wolfe , 1987) .Ada juga potensi bahaya bagi ekosistem laut dari akumulasi sampah plastik di dasar laut. Akumulasi puing sampah plastik tersebut dapat menghambat pertukaran gas antara perairan atasnya dan air pori sedimen, dan hipoksia atau anoksia yang dihasilkan dalam benthos dapat mengganggu fungsi ekosistem normal, dan mengubah kehidupan di laut dalam (Goldberg , 1994). Ada beberapa upaya untuk mempromosikan konservasi lautan dunia melalui undang-undang internasional, seperti pembentukan 1972 Konvensi tentang Pencegahan Pencemaran Laut dengan Pembuangan Limbah dan Material lain (Konvensi London Dumping atau LDC). Undang-undang yang paling penting untuk mengatasi masalah meningkatnya pencemaran laut adalah Protokol Konvensi Internasional tahun 1978 untuk Pencegahan Pencemaran dari Kapal (Lentz , 1987).

Namun demikian, undang-undang masih banyak diabaikan, kapal diperkirakan membuang 6,5 juta ton per tahun dari plastik (Clark , 1997). Pengamat kapal nelayan asing di dalam perairan Australia, menemukan bahwa setidaknya sepertiga dari kapal tidak sesuai dengan peraturan pembuangan plastik (Jones , 1995). Pendidikan juga merupakan alat yang sangat ampuh untuk mengatasi masalah ini. Generasi muda terdidik dapat mengubah kebiasaan, meningkatkan kesadaran mereka ke keluarga mereka dan masyarakat luas, bekerja sebagai katalis untuk perubahan lebih baik. Karena daratan merupakan sumber masukan utama sampah plastik ke laut, jika masyarakat menyadari masalah ini, hal tersebut benar-benar dapat membuat perbedaan yang signifikan. Kekuatan pendidikan tidak boleh dianggap remeh karena dapat lebih efektif daripada hukum yang ketat. Selain itu, untuk mengurangi limbah plastik yang terjadi salah satunya adalah mencegah dari awal dengan menggunakan AMDAL atau analisis dampak lingkungan. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah proses pengambilan keputusan yang secara sistematis digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan efek signifikan yang mungkin (positif atau negatif) terjadi dalam sebuah proses yang diusulkan dan dapat berupa hasil penilaian terhadap dampak lingkungan. AMDAL biasanya mencakup tujuan dan peraturan lingkungan, kondisi dasar dari lingkungan yang ada, proyek yang diusulkan dan alternatif, analisa dampak terhadap lingkungan yang terkena dampak dari konsekuensi, komentar publik dan analisis komentar, mitigasi, dan rekomendasi dan langkah-langkah pemantauan lainnya. Namun sayangnya, AMDAL tidak terlalu sering didengar dan diketahui oleh masyarakat luas sehingga perlu dilakukan pengenalan terhadap masyarakat dan pemberian pendidikan tentang AMDAL tersebut. DAFTAR PUSTAKAReisser, Julia., Shaw, Jeremy., Wilcox, Chris., Hardesty, Britta Denise., Proietti, Maira., Thums, Michele & Ratchi, Charitha Pattia (2013). Marine Plastic Pollution in Waters around Australia: Characteristics, Concentrations, and Pathways. http://www.plosone.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0080466 (diakses 25 November 2013)Lei, Lei., Hilton, Brian (2013). A Spatially Intelligent Public Participation System for theEnvironmental Impact Assessment Process. http://www.mdpi.com/2220-9964/2/2/480. (diakses 27 November 2013)Webb, Hayden K., Arnitt, Jaimys., Crawford, J. Russell., Ivanova, Elene P. (2013). Plastic Degradation and Its Environmental Implications with Special Reference to Poly(ethylene terephthalate). http://www.mdpi.com/2073-4360/5/1/1. (diakses 27 November 2013)Derraik, Jose G. B. (2002). The pollution of the marine environmental by plastic debris: a review. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0025326X02002205. (diakses 4 Desember 2013)

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir danLaut. Jakarta : PT PradnyaParamita