16 edy sujana...kantor akuntan publik big-six di irlandia sebagai target studi, mereka menemukan...

21
SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008 Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role, Kepemimpinan, Dukungan Sosial dan Locus of Control sebagai Stressor Mempengaruhi Perilaku Disfungsional Auditor Oleh: Edy Sujana * Abstrak Perilaku disfungsional auditor merupakan perilaku menyimpang yang dilakukan auditor dalam melaksakan audit yang dapat mengurangi kualitas audit. Salah satu penyebab perilaku ini adalah stres. Stres dapat dipicu faktor-faktor yang berasal dari luar organisasi (exstraorganisational stressor), dari organisasi (organisational stressor) maupun dari kelompok (group stressor). Artikel ini mencoba mengkaji faktor-faktor penyebab stres tekanan anggaran waktu, multiple role, kepemimpinan, dukungan sosial dan locus of control serta pengaruhnya terhadap perilaku disfungsional auditor. Kata kunci: disfungsional auditor, multiple role, locus of control A. Pendahuluan Perilaku disfungsional auditor adalah perilaku menyimpang yang dilakukan auditor dalam melaksanakan audit. Perilaku menyimpang yang dilakukan auditor dapat menyebabkan menurunnya kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor dan akhirnya berdampak pada rendahnya kepercayaan pemakai terhadap laporan audit yang dihasilkan oleh auditor. Rendahnya kepercayaan pemakai laporan audit merupakan suatu ancaman bagi profesi. Menurut Kelley dan Margheim, 1 perilaku disfungsional auditor dibedakan sebagai berikut: (1) tindakan yang tidak secara langsung mempengaruhi kualitas audit, (2) tindakan yang mengurangi kualitas audit. Tindakan yang tidak secara langsung mempengaruhi kualitas audit adalah underreporting of time yaitu mencerminkan suatu keadaan yang menunjukkan auditor menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang dibebankan dengan waktu pribadi dan dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari atau meminimumkan anggaran yang berlebih. 2 Tindakan yang mengurangi kualitas audit antara lain: (a) penghentian prematur terhadap langkah audit dalam program audit (premature sign-off) (b) mengurangi jumlah pekerjaan * Dosen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali. 1 T. Kelley, L. Margheim, The Impact of Time Budget Pressure, Personality and Leadership Variable on Disfunctional Auditor Behavior, Auditing: A Journal of Practice & Theory, 9., 1990. 2 Leightner et al., Commission on Auditors’ Responsibilities Report, 1978; 1982, 1983.

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role, Kepemimpinan, Dukungan Sosial dan Locus of Control sebagai Stressor

    Mempengaruhi Perilaku Disfungsional Auditor

    Oleh: Edy Sujana*

    Abstrak

    Perilaku disfungsional auditor merupakan perilaku menyimpang yang dilakukan auditor dalam melaksakan audit yang dapat mengurangi kualitas audit. Salah satu penyebab perilaku ini adalah stres. Stres dapat dipicu faktor-faktor yang berasal dari luar organisasi (exstraorganisational stressor), dari organisasi (organisational stressor) maupun dari kelompok (group stressor). Artikel ini mencoba mengkaji faktor-faktor penyebab stres tekanan anggaran waktu, multiple role, kepemimpinan, dukungan sosial dan locus of control serta pengaruhnya terhadap perilaku disfungsional auditor.

    Kata kunci: disfungsional auditor, multiple role, locus of control

    A. Pendahuluan

    Perilaku disfungsional auditor adalah perilaku menyimpang yang dilakukan auditor dalam melaksanakan audit. Perilaku menyimpang yang dilakukan auditor dapat menyebabkan menurunnya kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor dan akhirnya berdampak pada rendahnya kepercayaan pemakai terhadap laporan audit yang dihasilkan oleh auditor. Rendahnya kepercayaan pemakai laporan audit merupakan suatu ancaman bagi profesi.

    Menurut Kelley dan Margheim,1 perilaku disfungsional auditor dibedakan sebagai berikut: (1) tindakan yang tidak secara langsung mempengaruhi kualitas audit, (2) tindakan yang mengurangi kualitas audit. Tindakan yang tidak secara langsung mempengaruhi kualitas audit adalah underreporting of time yaitu mencerminkan suatu keadaan yang menunjukkan auditor menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang dibebankan dengan waktu pribadi dan dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari atau meminimumkan anggaran yang berlebih.2 Tindakan yang mengurangi kualitas audit antara lain: (a) penghentian prematur terhadap langkah audit dalam program audit (premature sign-off) (b) mengurangi jumlah pekerjaan

    * Dosen Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali. 1 T. Kelley, L. Margheim, The Impact of Time Budget Pressure, Personality and Leadership

    Variable on Disfunctional Auditor Behavior, Auditing: A Journal of Practice & Theory, 9., 1990.

    2 Leightner et al., Commission on Auditors’ Responsibilities Report, 1978; 1982, 1983.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    206

    yang dikerjakan dalam langkah audit yang dianggap beralasan oleh auditor (c) tidak melakukan penelitian terhadap prinsip akuntansi (d) tidak melakukan review dengan sungguh-sungguh terhadap dokumen klien (e) menerima penjelasan klien yang lemah.

    Tekanan anggaran waktu dan perilaku disfungsional auditor merupakan isu yang luas di Amerika Serikat (AS) sejak beberapa dekade yang lalu. Di Amerika isu ini pertama kali dimunculkan oleh John G. Rhode dari University of California pada tahun 1978. Survei yang dilakukan oleh Rhode meliputi beberapa topik termasuk mengenai dampak dari tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit dan audit performance. Penelitian tersebut telah memberikan pemahaman bahwa anggaran waktu memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap pekerjaan audit, pelanggaran standar audit dan perilaku tidak etis. Penelitian Rhode memberikan gambaran penting mengenai lingkungan pekerjaan auditor, respon auditor terhadap tekanan dan situasi tertentu. Penelitian Rhode ini memberikan inspirasi terhadap penelitian selanjutnya mengenai tekanan anggaran waktu dan perilaku disfungsional auditor (premature sign-off).

    Perkembangan selanjutnya, tekanan anggaran waktu dan pengaruhnya terhadap perilaku disfungsional auditor semakin banyak diteliti. Pada periode 80-an tercatat Alderman dan Deitrick (1982); Kelley dan Seiler (1982); Lightner (1982), (1983), Kelley dan Margheim (1987); Cook dan Kelley (1988) dalam Otley dan Pierce (1996). Pada tahun 90-an tercatat Kelly dan Margheim (1990), Linda S.McDaniel (1990), Kaplan (1995), Otley dan Pierce (1996), dan penelitian pada dekade terakhir Donnely, Quirin dan O’Bryan (2003).

    Alderman dan Deitrick,3 meneliti mengenai premature sign-off. Dengan mengambil unit analisis auditor pada kantor akuntan publik Big-Eight di negara bagian Texas, Amerika Serikat, menemukan bahwa premature sign-off kadang terjadi akibat adanya tekanan anggaran waktu dan terjadi selama proses review dan pengujian internal control. Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa premature sign-off lebih banyak dilakukan level staf auditor daripada level partner dan premature sign-off dilakukan pada prosedur yang dipersepsikan oleh auditor tidak penting.

    3 C. W. Alderman, and J.W. Deitrick, Auditors Perceptions of Time Budget Pressure and

    Premature Sign-off: A Replication and Extension, Auditing: A Journal of Practice & Theory, 2., 1982.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    207

    Buchman dan Tracy dalam Kaplan,4 menguji perilaku premature sign-off pada 7 (tujuh) prosedur audit dengan menggunakan pendekatan konvensional dan randomized response approach. Randomized response approach dirancang dan digunakan untuk memperoleh jawaban yang benar untuk pertanyaan yang sensitif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa premature sign-off cukup tinggi terjadi pada 6 (enam) dari 7 (tujuh) prosedur audit yang ada.

    Margheim dan Pany melakukan penelitian dengan pendekatan eksperimen untuk menemukan anteseden atau penyebab dari perilaku premature sign-off. Penelitian ini menemukan hasil yang hampir sama dengan penelitian sebelumnya bahwa ada indikasi auditor berperilaku premature sign off terhadap langkah audit yang dianggap kurang penting atau beresiko rendah.

    Penelitian lain yang melakukan pengujian kembali terhadap tekanan anggaran waktu sebagai penyebab utama perilaku disfungsional auditor telah dilakukan antara lain oleh Kelley dan Seiler (1982); Lightner (1982), (1983), Kelley dan Margheim (1987) tekanan anggaran waktu kemudian secara konsisten dihubungkan dengan perilaku disfungsional auditor, termasuk tipe perilaku yang berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit. Kelley dan Margheim (1990) menguji perilaku disfungsional auditor pada tingkat tekanan anggaran waktu yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku penurunan kualitas audit (audit quality reduction behaviour) dan under reporting of time berbeda–beda pada tekanan anggaran waktu yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa ketika tekanan anggaran waktu meningkat, perilaku disfungsional auditor juga cendrung meningkat, tetapi pada suatu kondisi di mana anggaran waktu tidak mungkin untuk dipenuhi, auditor akan mencoba untuk menjangkau dan frekwensi perilaku disfungsional auditor cendrung turun. Temuan ini menunjukkan implikasi penting pada profesi auditor.

    McDaniel5 meneliti pengaruh tekanan waktu dan struktur program audit pada kinerja audit. Dengan menggunakan 179 staf auditor sebagai unit analisis, dia menemukan bahwa meningkatnya tekanan waktu menyebabkan menurunnya effektivitas audit. Penelitian ini juga menemukan joint effect dari tekanan waktu dan struktur program audit terhadap efektivitas dan efisiensi audit.

    4 Kaplan, An Examination of Auditors” Reporting Intentions Upon Discovery of Procedures

    Pematurely Signed-Off, Auditing A Journal of Practice and Theory, Vol. 14, No.2, 1995. pp 90-104.

    5 McDaniel, The effects of Time Pressure and Audit Program Structure on Audit Performance, Journal of Accounting Research, 28 (2), 1990. pp. 267-285.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    208

    Raghunathan melakukan penelitian mengenai premature sign-off pada prosedur audit. Dengan mengambil unit analisis 409 auditor pada kantor akuntan Big-Eight di wilayah midwest dan northeast Amerika, dia menemukan bahwa persepsi auditor sebagai berikut; (1) premature sign-off tidak umum dilakukan, dan tidak sering terjadi (2) premature sign-off terjadi pada langkah audit yang tidak penting (low risk) dan terjadi karena keterbatasan waktu. (3) premature sign-off lebih banyak dilakukan oleh senior auditor.6

    Penelitian lain mengenai tekanan anggaran waktu dilakukan oleh Otley dan Pierce. Mereka meneliti konsekuensi dan anteseden dari tekanan anggaran waktu. Dengan menggunakan senior auditor pada kantor akuntan publik Big-Six di Irlandia sebagai target studi, mereka menemukan bahwa pengaruh klien, program audit, dan tingkat pertisipasi senior dalam menyusun anggaran merupakan penyebab tekanan anggaran waktu. Perilaku disfungsional auditor merupakan kosekuensi dari tekanan anggaran waktu.7

    Donnely, Quirin dan O’Bryan meneliti penyebab auditor menerima perilaku disfungsional. Dengan menganalisis 106 jawaban responden dari 10 kantor akuntan dari berbagai jenis kantor akuntan; big five, international, nasional, regional dan single state dan single office, mereka menemukan bahwa; (1) ada hubungan positif antara eksternal locus of control dengan penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional, (2) ada hubungan negatif antara kinerja karyawan terhadap penerimaan auditor pada perilaku disfungsional, (3) ada hubungan positif antara keinginan berpindah dengan penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional.8

    Di Indonesia, penelitian mengenai pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku disfungsional auditor sangat sedikit. Tercatat hanya satu penelitian oleh Sososutikno yang menguji pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku disfungsional auditor dan kualitas audit. Dengan menggunakan obyek penelitian auditor ahli pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan BPKP, dia menemukan bahwa; (1) tekanan anggaran waktu berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional auditor, (2) perilaku disfungsional auditor tidak berpengaruh

    6Raghunathan Bhanu, Premature Signing Off of Audit Procedures: An

    Analysis,Accounting Horizan, Juni, 1991. pp. 71-79. 7 D. T. Otley, and Pierce B.J., Auditor Time Budget Pressure : Consequences and

    Antecedents, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 9, No. 1, 1996. pp. 31-58.

    8 Donnely D. P., Quirin, J. J., and O’Bryan, Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behaviour: An Explanatory Model Using Auditors’ Personal Characteristics, Behaviour Research In Accounting, Vol. 15, 2003. pp. 87-110.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    209

    pada kualitas audit, (3) tekanan anggaran waktu secara langsung tidak memiliki hubungan negatif dengan kualitas audit.9

    Dari uraian di atas terlihat bahwa perilaku disfungsional auditor terus terjadi selama hampir 25 tahun dan penyebab utama dari perilaku disfungsional auditor adalah tekanan anggaran waktu. Perilaku disfungsional auditor dapat menyebabkan menurunnya kualitas audit.10 Perilaku disfungsional auditor yang meliputi underreporting of time, mengurangi prosedur audit, pengumpulan bukti audit yang tidak cukup dan premature sign-off memiliki dampak negatif terhadap profesi audit.

    Profesi akuntan publik di Amerika sudah mencoba untuk mengantisipasi dampak negatif dari perilaku disfungsional auditor ini dengan mengeliminasi penyebabnya yaitu tekanan anggaran waktu. Profesi Akuntan di Amerika setelah menerima rekomendasi hasil penelitian mengenai perilaku disfungsional auditor telah menghimbau anggotanya untuk lebih berhati–hati dalam menetapkan anggaran waktu, sehingga diharapkan tidak terjadi tekanan anggaran waktu ketika melakukan audit dan perilaku disfungsional auditor. Tetapi pada tahun 2000 AICP Public Oversight Board melalui Panel on Audit Effectivenes kembali menilai issue mengenai kualitas audit. Panel mencari informasi dari peer review dan survey pada internal auditor dan eksternal auditor. Mereka menemukan indikasi bahwa perilaku disfungsional auditor masih ada dan masih tetap berlanjut pada profesi auditor.11

    Melihat uraian paragraf diatas, meskipun telah dilakukan suatu tindakan pencegahan terhadap perilaku disfungsional auditor, dengan melakukan himbauan kepada para anggota profesi agar waspada dalam menetapkan anggaran waktu, tetapi perilaku disfungsional auditor tetap tidak bisa dihentikan. Dengan demikian, ada kemungkinan faktor lain sebagai penyebab perilaku disfungsional auditor selain tekanan anggaran waktu, yang didukung oleh Otley dan Pierce (1995), Alderman dan Deitrick (1982) yang menyatakan bahwa perilaku disfungsional auditor adalah reaksi terhadap lingkungan (sebagai contoh control system). Dan lingkungan tidak hanya berupa tekanan waktu, tetapi masih banyak faktor lingkungan lain yang mendorong perilaku disfungsional auditor.

    Penyebab perilaku menyimpang adalah stres dan penyebab stres dalam perilaku organisasi disebut sebagai stressor. Tekanan anggaran waktu

    9 Sososutikno Chistina, "Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku

    Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit", Proceeding SNA VI, Surabaya: 2003.

    10 Public Oversight Board 2000 dalam Donnely, Quirin dan O’Bryan, 2003. 11 Ibid.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    210

    merupakan stressor atau penyebab perilaku disfungsional. Seperti Model yang digambarkan berikut:12

    Gambar.1 Model Perilaku dari Dysfunctional Auditor Behaviour

    ANTECEDENT BEHAVIOUR STRESSOR OUTCOMES STRESSOR VARIABLE Model Tim Kelley and Loren Margheim, 1990

    Dalam literatur perilaku organisasi menyatakan bahwa penyebab

    stres (stressor) tidak hanya berasal dari diri auditor, tetapi stressor bisa berasal dari empat sumber yaitu: (1) ekstraorganisasional, (2) organisasional, (3) grup dan (4) individual.13

    Extraorganizational stressor adalah penyebab stres yang berasal dari luar organisasi seperti misalnya perubahan teknologi, keluarga, kondisi ekonomi dan keuangan, kondisi perumahan dan komunitas. Organizational stressor adalah penyebab stres yang berasal dari organisasi itu sendiri, seperti kebijakan administrasi dan strategi, struktur organisasi dan design, proses dalam organisasi dan kondisi tempat kerja. Group Stressor adalah pemicu stres yang berasal dari group atau kelompok antara lain; lack of group cohesiveness atau rendahnya rasa kebersamaan antar anggota group, lack of social support atau rendahnya dukungan satu sama lain, konflik intraindividual, interpersonal dan intergroup. Individual stressor merupakan

    12 T. Kelley, L. Margheim, The Impact of Time Budget Pressure, Personality and

    Leadership Variable on Disfunctional Auditor Behavior, Auditing: A Journal of Practice & Theory, 9., 1990.

    13 Luthans Fred, Organizational Behaviour, Eighth Edition, (USA: McGraw Hill, 1998), p. 331.

    TIME BUDGET PRESSURE STRESS

    DYSFUCTIONAL AUDITOR

    BEHAVIOUR 1. Act Not Directly

    Reducing Audit Quality

    2. Audit Quality Reduction Acts

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    211

    penyebab stress yang berasal dari individu seperti; konflik peran dan role ambiguity, personality, personal control dan learned helplessness.

    Berdasarkan identifikasi masalah diatas, artikel ini mencoba untuk menjelaskan bagaimanakah tekanan anggaran waktu, multiple role, kepemimpinan, dukungan sosial dan locus of control pada auditor mempengaruhi perilaku disfungsional auditor ?

    B. Pembahasan 1. Perilaku Disfungsional Auditor

    Perilaku disfungsional auditor adalah perilaku menyimpang yang dilakukan auditor dalam melaksanakan audit. Menurut Kelley dan Margheim, perilaku disfungsional auditor dibedakan sebagai berikut:14 a. Tindakan yang tidak secara langsung mempengaruhi kualitas audit. 1. Underreporting of time yaitu mencerminkan suatu keadaan yang

    menunjukkan auditor menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang dibebankan dengan waktu pribadi dan dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari atau meminimumkan anggaran yang berlebih (Commission on Auditors’ Responsibilities Report, 1978; Leightner et al., 1982, 1983).

    b. Tindakan yang mengurangi kualitas audit. 2. Penghentian prematur terhadap langkah audit dalam program audit (premature sign-off).

    3. Mengurangi jumlah pekerjaan yang dikerjakan dalam langkah audit yang dianggap beralasan oleh auditor.

    4. Tidak melakukan penelitian terhadap prinsip akuntansi. 5. Tidak melakukan review dengan sungguh-sungguh terhadap dokumen

    klien. 6. Menerima penjelasan klien yang lemah.

    2. Tindakan yang Tidak Secara Langsung Mengurangi Kualitas Audit Underreporting of Audit Time

    Faktor yang ditemukan mempengaruhi perilaku undereporting termasuk tekanan anggaran waktu, permintaan supervisor, kepercayaan individu seperti kepercayaan pada etika mengenai underreporting atau kepercayaan mengenai hubungan antara ketaatan pada anggaran waktu dengan evaluasi kinerja, tingkatan individu dalam kantor akuntan, tipe dari kantor akuntan dan cara penentuan fee.

    14 Kelley, T., Margheim, L , The Impact of Time Budget Pressure, Personality and

    Leadership Variable on Disfunctional Auditor Behavior, Auditing: A Journal of Practice & Theory, 9., 1990.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    212

    Penelitian Rhode (1978), Leigtner (1982) dan Kelley dan Seiler (1982) dalam Kelley dan Margheim (1990) menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan anggaran waktu semakin sering dilakukan underreporting of time. Selain itu, ditemukan bahwa permintaan supervisor terhadap underreporting semakin meningkatkan perilaku underreporting.

    Leightner, Leinsenring dan Winters (1983) dalam Kelley dan Margheim (1990) menyimpulkan bahwa kepercayaan individu antara hubungan ketaatan pada anggaran waktu dan evaluai kinerja mempengaruhi perilaku underreporting. Sebagian besar auditor yang disurvei dalam penelitian percaya bahwa ketaatan terhadap anggaran waktu, meskipun melakukan undereporting tetapi lebih penting menepati anggaran, untuk mencapai penilaian kinerja yang lebih baik.

    Underreporting ditemukan umum terjadi pada lower level auditor, sebagai contoh staf dan senior auditor (Kelley dan Seiler, 1982 dalam Kelley dan Margheim, 1990). Margheim dan Pany (1986) dalam Kelley dan Margheim (1990) menemukan bahwa underreporting pada non Big-8 auditor lebih banyak terjadi dibandingkan pada Big-8 auditor. Kelley dan Magheim (1987) dalam Kelley dan Margheim (1990) menemukan bahwa auditor lebih banyak melakukan underreporting of time bila pembayaran fee menggunakan dasar fixed-fee.

    3. Tindakan yang Mengurangi Kualitas Audit

    Penelitian mengenai tindakan penurunan kualitas audit difokuskan pada premature sign-off. Faktor yang ditemukan mempengaruhi premature sign-off antara lain tekanan anggaran waktu, tingkat individu dalam kantor akuntan, wilayah audit yang diuji, tipe kantor akuntan dan kepercayaan akan pentingnya suatu langkah audit.

    Rhode (1978) dalam Alderman dan Deitrick (1982) menemukan bahwa tekanan anggaran waktu adalah faktor penting yang mempengaruhi premature sign-off. Kedua penelitian tersebut menemukan bahwa sign-off lebih banyak terjadi pada lower level auditor. Alderman dan Deitrick (1982) menemukan bahwa sign-off lebih banyak terjadi pada wilayah audit yang sedikit ada dokumen kertas kerja (seperti uji ketaatan). Margheim dan Pany (1986) dalam Kelley dan Margheim (1990) menemukan bukti bahwa premature sign-off pada auditor dari non Big-8 lebih banyak terjadi daripada auditor Big-8. Penelitiannya juga menemukan bahwa premature sign-off lebih banyak terjadi ketika auditor mempertimbangkan bahwa langkah tersebut tidak penting bagi audit.

    Tindakan penurunan kualitas audit berbeda dengan premature sign-off mendapatkan sedikit perhatian pada penelitian sebelumnya. Treadway Commission’s, (1987) merekomendasikan bahwa kantor akuntan publik

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    213

    membutuhkan pengakuan dan pengendalian terhadap tekanan organisasi yang potensial mengurangi kualitas audit. Temuan komisi ini menunjukkan bahwa fee audit dan budget pressure dan deadline pelaporan yang terlalu singkat merupakan tekanan yang mempengaruhi kualitas audit.

    4. Tekanan Anggaran Waktu

    Penelitian yang melakukan pengujian terhadap tekanan anggaran waktu sebagai penyebab utama perilaku disfungsional auditor telah dilakukan antara lain oleh Kelley dan Seiler (1982); Lightner (1982), (1983); Kelley dan Margheim (1987) dalam Kelley dan Margheim (1990), tekanan anggaran waktu kemudian secara konsisten dihubungkan dengan perilaku disfungsional auditor, termasuk tipe perilaku yang berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit. Kelley dan Margheim (1990) menguji perilaku disfungsional auditor pada tingkat tekanan anggaran waktu yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku penurunan kualitas audit (audit quality reduction behaviour) dan under reporting of time berbeda–beda pada tekanan anggaran waktu yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa ketika tekanan anggaran waktu meningkat, perilaku disfungsional auditor juga cendrung meningkat, tetapi pada suatu kondisi di mana anggaran waktu tidak mungkin untuk dipenuhi, auditor akan mencoba untuk menjangkau dan frekuensi perilaku disfungsional auditor cendrung turun.

    5. Penyebab Stres

    Penyebab stres, atau disebut juga stressor, yang mempengaruhi keseharian seorang berasal baik dari luar maupun dalam organisasi, dari group yang mempengaruhi karyawan tersebut dan dari diri mereka sendiri.

    6. Extraorganizational Stressor

    Meskipun sebagian besar analisis mengenai stres dalam pekerjaan mengesampingkan pentingnya kekuatan dan kejadian dari luar, tapi ini sangat jelas memiliki suatu dampak yang besar. Dengan menggunakan suatu perspektif sistem terbuka (open-system perspective) jelas bahwa stres dalam pekerjaan tidak dibatasi oleh sesuatu yang telah terjadi di dalam organisasi, selama jam kerja. Extraorganizational stressor termasuk sesuatu seperti; perubahan sosial atau teknologi, keluarga, relokasi, ekonomi dan kondisi keuangan, golongan, dan kondisi pemukiman atau komunitas.15

    Secara umum telah diakui bahwa kelurga memiliki dampak besar dalam perkembangan kepribadian. Multiple role atau peran ganda, sebagai

    15 Luthans Fred, Organizational, p. 332.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    214

    kepala keluarga atau anggota keluarga sekaligus sebagai karyawan di suatu kantor dan juga sebagai pengurus atau anggota suatu organisasi atau melakukan pekerjaan lain di luar pekerjaan kantor sebagai pekerjaan tambahan, akan menimbulkan interrole conflict atau konflik antar pekerjaan yang dilakukan, terutama dalam menentukan perioritas pekerjaan. Interrole conflict akan menimbulkan stres dalam pekerjaan yang dilakukan.

    7. Organizational Stressor

    Selain Stressor potensial yang berasal dari luar organisasi, ada juga stressor yang berasal dari organisasi. Meskipun organisasi dibentuk dari sekelompok individu, ada juga dimensi yang lebih makro, keunikan organisasi yang memuat stressor potensial. Salah satunya adalah stres yang disebabkan oleh organizational proses seperti control yang ketat dalam pekerjaan. Kontrol yang ketat dalam pekerjaan dapat dilakukan oleh pimpinan yang memiliki karakter yang kuat.

    8. Group Stressor

    Group dapat juga menjadi sumber stres yang potensial. Group stressor dapat dikatagorikan dalam tiga hal: 1. lack of group cohesiveness; Penelitian Hawthorne menyatakan bahwa

    cohesiveness atau “ kebersamaan” adalah sangat penting bagi karyawan, khususnya pada level rendah dari organisasi. Jika seorang karyawan dihilangkan kesempatannya terhadap kebersamaan karena design tugas, karena supervisor mencegah atau membatasinya, akan menyebabkan stres pada karyawan.

    2. lack of social support; Karyawan sangat dipengaruhi oleh satu atau lebih anggota dalam suatu group apabila melakukan pekerjaan secara kelompok. Dengan sharing permasalahan yang mereka hadapi dan bercanda dengan yang lain, mereka akan merasa lebih baik dalam bekerja. Jika social support ini buruk dari suatu individu, situasi seperti itu akan menyebabkan stres. Penelitian menunjukkan bahwa social support yang buruk menimbulkan stres yang menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan.16

    9. Multiple role

    Konsep peran menyatakan bahwa peran menunjukkan pola perilaku yang diharapkan berhubungan dengan posisi khusus/tertentu dalam suatu organisasi. Harapan seseorang terhadap suatu peran yang dilakukan oleh orang lain adalah berbeda-beda. Seorang dosen diharapkan bisa menjadi pengajar yang baik, peneliti yang baik dan juga kolega yang baik. Dengan

    16 Ibid., p. 334.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    215

    demikian, satu peran saja sudah memiliki banyak harapan dan harus bisa memenuhi banyak harapan bagi orang lain. Bagaimana dengan seseorang yang memiliki peran lebih dari satu atau memiliki banyak peran (multiple role)?

    Multiple role menunjukkan bahwa seorang individu yang melakukan lebih dari satu peran secara bersama-sama. Seperti yang dinyatakan dalam Gibson, Ivancevich dan Donnelly:17

    ...kita melakukan multiple role. Kita memiliki berbagai posisi yang berbeda dalam beberapa organisasi (di rumah, di kantor, pada organisasi masyarakat dan sebagainya). Dalam setiap organisasi ini, kita menghadapi dan mengerjakan berbagai pekerjaan. Kita secara bersamaan melakukan pekerjaan sebagai orang tua, sebagai sejawat, sebagai supervisor dan lainnya. Setiap kelompok pekerjaan kita akan menginginkan suatu hasil yang berbeda. Anak kita akan menginginkan orang tua yang baik, rekan kita akan butuh teman yang baik, anak buah kita akan butuh pemimpin yang bertanggung jawab dan lain sebagainya.

    Dalam konsep peran, hubungan ini disebut sebagai role set, yang menunjukan harapan dari perilaku seorang individu dalam berbagai peran.

    Dari uraian tersebut jelas terungkap bahwa setiap individu yang melakukan peran ganda maka akan mengalami konflik antar peran (interrole conflict) yang dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa setiap konflik peran seringkali mengalami stres dan berhubungan negatif dengan kinerja dalam spektrum yang luas.18

    10. Kepemimpinan (Leadership)

    Di dalam buku Handbook of Leadership, kata leadership didefinisikan sebagai suatu interaksi antara anggota dari suatu group. Pemimpin adalah agen dari perubahan, orang yang bisa bertindak mempengaruhi orang lain lebih dari pengaruh tindakan yang orang lain lakukan padanya. Leadership terjadi ketika satu anggota group memodifikasi motivasi atau kompetensi anggota yang lain dalam group.19

    Konsep leadership di atas mengandung implikasi; (1) melibatkan penggunaan pengaruh dan semua hubungan antarindividu dapat mempengaruhi leadership, (2) agen perubah (leader) dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja organisasi, (3) fokus pada pencapaian sasaran.

    17 Gibson, Ivancevich, Donnelly, Organizations, Ninth Edition, (USA: Irwin, 1992),

    p. 217. 18 Ibid., p. 218. 19 Ibid., p. 272.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    216

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa personality, perkembangan emosional, integritas personal, kepercayaan diri dan teleransi terhadap stres berhubungan dengan effective leadership.

    Kelley dan Margheim (1990), pada penelitian terdahulu telah mencoba untuk meneliti variabel personality dan leadership sebagai moderasi pada pengaruh time budget pressure terhadap perilaku disfungsional auditor. Dengan menggunakan responden staf auditor dan senior auditor dari kantor akuntan Big-Eight, Kelley dan Margheim menemukan bahwa terjadi perilaku disfungsional auditor akibat tekanan anggaran waktu, tetapi penelitian ini gagal membuktikan bahwa personality type A staff and senior, leadership variable; senior consideration dan senior structuring sebagai variabel moderasi.

    11. Dukungan Sosial (Social Support)

    Social support secara umum adalah memiliki hubungan atau pertalian yang dekat dengan orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa manfaat dari social support adalah; (1) orang dengan hubungan atau jaringan sosial yang lebih kuat akan dapat meningkatkan kehidupan psikologi dan fisiknya. (2) ketika orang menghadapi kejadian yang membuat stres, orang dengan hubungan atau jaringan social suport yang lebih kuat akan cenderung dapat mengatasi dengan lebih baik, sehingga social support sebagai pelindung terhadap stres.20

    Karyawan sangat dipengaruhi oleh dukungan (support) dari satu atau lebih anggota pada suatu kelompok. Dengan melakukan sharing dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi atau sekedar ngobrol di antara anggota kelompok, mereka akan merasa lebih baik. Jika social support seperti ini rendah dalam suatu kelompok individu, situasi kerja akan menjadi sangat stressful. Penelitian menunjukkan suatu indikasi bahwa social support yang rendah di tempat kerja akan menimbulkan tekanan berupa stres yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.21

    Di luar lingkungan kerja, social support dapat ditemukan pada keluarga atau teman. Pada tempat kerja, social support dapat diberikan oleh seseorang yang superior atau co-worker. Logika dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan aspek social support adalah penting ketika mereka secara langsung berhubungan dengan sumber stres.22

    20 Johns Gary, Organizational Behaviour: Understanding and Managing Life at Work,

    Fourth Edition, (New York: Harper Collins, 1996), p. 475. 21 Luthans Fred, Organizational, p. 334. 22 Johns Gary, Organizational, p. 475.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    217

    12. Locus of Control

    Locus of control pertama kali dikembangkan oleh Rotter (1966) dalam Donnelly, Quirin dan Bryan (2003). Rotter menunjukkan bahwa individu mengembangkan harapan mengenai kesuksesan dalam suatu hal akan berhubungan dengan perilaku diri sendiri atau dikendalikan oleh kekuatan dari luar diri. Seseorang yang cendrung menghubungkan hasil yang dicapai dengan usaha sendiri atau percaya bahwa kejadian adalah di bawah kendali diri sendiri disebut internal locus of control, sedang eksternal locus of control adalah orang yang percaya bahwa mereka tidak dapat mengendalikan kejadian atau hasil dari suatu pekerjaan.

    Dalam literatur akuntansi, Locus of control telah diteliti dalam konteks keputusan yang berbeda seperti perilaku tidak etis. Berdasarkan teori locus of control, perilaku auditor dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakter locus of control yang dia miliki. Individu dengan internal locus of control akan mungkin lebih berperilaku etis dalam situasi konflik dibandingkan dengan individu yang memiliki karakter external locus of control. Ciri pembawaan dari internal locus of control adalah mereka yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Sebaliknya orang dengan karakter eksternal locus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya.

    Lefcourt (1982) dalam Prasetyo (2002) menyatakan bahwa locus of control internal ditunjukkan dengan pandangan bahwa peristiwa baik dan buruk yang terjadi diakibatkan oleh tidakan seseorang. Oleh karena itu, terjadinya suatu peristiwa berada dalam kontrol seseorang, sedangkan locus of control external ditunjukkan dengan pandangan bahwa peristiwa baik dan buruk yang terjadi tidak berhubungan dengan perilaku seseorang pada situasi tertentu, oleh karena itu disebut dengan di luar kontrol seseorang.

    Donnely, Quirin dan O’Bryan (2003) berhasil menemukan bahwa auditor yang menerima perilaku disfungsional auditor cendrung memiliki external locus of control, self-rated performance yang rendah dan keinginan berpindah yang tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik individu auditor memegang peran dalam menentukan penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional.

    13. Tekanan Anggaran Waktu dan Perilaku Disfungsional Auditor

    Alderman dan Deitrick (1982), meneliti mengenai premature sign-off. Dengan mengambil unit analisis auditor pada kantor akuntan publik Big-Eight di negara bagian Texas, Amerika Serikat, menemukan bahwa

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    218

    premature sign-off kadang terjadi akibat adanya tekanan anggaran waktu dan terjadi selama proses review dan pengujian internal control. Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa premature sign-off lebih banyak dilakukan level staf auditor daripada level partner dan premature sign-off dilakukan pada prosedur yang dipersepsikan oleh auditor tidak penting.

    Penelitian lain yang melakukan pengujian kembali terhadap tekanan anggaran waktu sebagai penyebab utama perilaku disfungsional auditor telah dilakukan antara lain oleh Kelley dan Seiler (1982); Lightner (1982), (1983), Kelley dan Margheim (1987) tekanan anggaran waktu kemudian secara konsisten dihubungkan dengan perilaku disfungsional auditor, termasuk tipe perilaku yang berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit. Kelley dan Margheim (1990) menguji perilaku disfungsional auditor pada tingkat tekanan anggaran waktu yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku penurunan kualitas audit (audit quality reduction behaviour) dan under reporting of time berbeda–beda pada tekanan anggaran waktu yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa ketika tekanan anggaran waktu meningkat, perilaku disfungsional auditor juga cenderung meningkat, tetapi pada suatu kondisi di mana anggaran waktu tidak mungkin untuk dipenuhi, auditor akan mencoba untuk menjangkau dan frekwensi perilaku disfungsional auditor cenderung turun.

    14. Multiple Role dan Perilaku Disfungsional Auditor

    Penelitian mengenai multiple role telah banyak dibahas dalam perilaku organisasi. Multiple role menunjukkan bahwa seorang individu yang melakukan lebih dari satu peran secara bersama-sama.23 Setiap individu yang melakukan peran ganda maka akan mengalami konflik antar peran (interrole conflict) yang dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa setiap individu mengalami konflik peran seringkali mengalami stres dan konflik peran berhubungan negatif dengan kinerja dalam spektrum yang luas.24

    15. Kepemimpinan dan Perilaku Disfungsional Auditor

    Kelley dan Margheim (1990) menguji pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku disfungsional auditor dengan kepemimpinan sebagai variabel moderasi. Mereka menemukan bahwa penstrukturan oleh senior auditor (senior structuring) berpengaruh terhadap perilaku disfungsional staf auditor. Senior auditor dengan penstrukturan yang tinggi akan meningkatkan perilaku disfungsional staf auditor. Senior yang memiliki penstrukturan yang tinggi merupakan senior yang selalu

    23 Gibson, Ivancevich, Donnelly, Organizations, Ninth Edition, (USA: Irwin, 1992),

    p. 217. 24 Ibid., p. 218.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    219

    berpedoman pada hasil, melakukan pengawasan yang ketat untuk mencapai tujuan dan penuh perhitungan. Staf auditor yang memiliki senior auditor seperti ini akan cenderung mengalami peningkatan stres dalam melakukan pekerjaan, yang dapat mengakibatkan staf auditor berperilaku disfungsional.

    16. Dukungan Sosial dan Perilaku Disfungsional Auditor

    Karyawan sangat dipengaruhi oleh dukungan (support) dari satu atau lebih anggota pada suatu kelompok. Dengan melakukan sharing dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi atau sekedar ngobrol di antara anggota kelompok, mereka akan merasa lebih baik. Jika social support seperti ini rendah dalam suatu kelompok individu, situasi kerja akan menjadi sangat stressful. Penelitian menunjukkan suatu indikasi bahwa social support yang rendah ditempat kerja, akan menimbulkan tekanan berupa stres yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.25

    Penelitian lain menunjukkan bahwa manfaat dari social support adalah; (1) orang dengan hubungan atau jaringan sosial yang lebih kuat akan dapat meningkatkan kehidupan psikologi dan fisiknya. (2) ketika orang menghadapi kejadian yang membuat stres, orang dengan hubungan atau jaringan social suport yang lebih kuat akan cendrung dapat mengatasi dengan lebih baik, sehingga social support sebagai pelindung terhadap stres.26

    17. Locus of Control dan Perilaku Disfungsional Auditor

    Donnely, Quirin dan O’Bryan (2003) meneliti penyebab auditor menerima perilaku disfungsional. Dengan menganalisis 106 jawaban responden dari 10 kantor akuntan dari berbagai jenis kantor akuntan; big five, international, nasional, regional dan single state dan single office, mereka menemukan bahwa; (1) ada hubungan positif antara eksternal locus of control dengan penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional, (2) ada hubungan negatif antara kinerja karyawan terhadap penerimaan auditor pada perilaku disfungsional, (3) ada hubungan positif antara keinginan berpindah dengan penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional.

    Berdasarkan teori locus of control, perilaku auditor dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakter locus of control yang dia miliki. Individu dengan internal locus of control akan mungkin lebih berperilaku etis dalam situasi konflik dibandingkan dengan individu yang memiliki karakter external locus of control.

    25 Luthans Fred, Organizational, p. 334. 26 Johns Gary, Organizational, p. 475.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    220

    C. Penutup

    Alderman and Deitrick (1982) meneliti mengenai premature sign-off. Dengan mengambil unit analisis auditor pada kantor akuntan publik Big-Eight di negara bagian Texas, Amerika Serikat, ditemukan bahwa premature sign-off kadang terjadi akibat adanya tekanan anggaran waktu dan terjadi selama proses review dan pengujian internal control. Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa premature sign-off lebih banyak dilakukan level staf auditor daripada level partner dan premature sign-off dilakukan pada prosedur yang dipersepsikan oleh auditor tidak penting.

    Penelitian lain yang melakukan pengujian kembali terhadap tekanan anggaran waktu sebagai penyebab utama perilaku disfungsional auditor telah dilakukan antara lain oleh Kelley and Seiler (1982); Lightner (1982), (1983), Kelley and Margheim (1987) tekanan anggaran waktu kemudian secara konsisten dihubungkan dengan perilaku disfungsional auditor, termasuk tipe perilaku yang berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit. Kelley and Margheim (1990) menguji perilaku disfungsional auditor pada tingkat tekanan anggaran waktu yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku penurunan kualitas audit (audit quality reduction behaviour) dan under reporting of time berbeda–beda pada tekanan anggaran waktu yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa ketika tekanan anggaran waktu meningkat, perilaku disfungsional auditor juga cenderung meningkat, tetapi pada suatu kondisi di mana anggaran waktu tidak mungkin untuk dipenuhi, auditor akan mencoba untuk menjangkau dan frekwensi perilaku disfungsional auditor cendrung turun.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku disfungsional auditor cendrung terjadi pada auditor level rendah (staf dan senior). Penyebab utama perilaku disfungsional auditor adalah tekanan anggaran waktu. Perilaku disfungsional auditor akan berbeda pada tekanan anggaran waktu yang berbeda dimana perilaku disfungsional auditor akan meningkat ketika tekanan anggaran waktu meningkat, tetapi pada suatu kondisi di mana anggaran waktu sudah tidak mungkin untuk dipenuhi perilaku disfungsional auditor akan menurun.

    Konsep peran menyatakan bahwa peran menunjukkan pola perilaku yang diharapkan berhubungan dengan posisi khusus/tertentu dalam suatu organisasi. Harapan seseorang terhadap suatu peran yang dilakukan oleh orang lain adalah berbeda-beda. Seorang dosen diharapkan bisa menjadi pengajar yang baik, peneliti yang baik dan juga kolega yang baik. Dengan demikian, satu peran saja sudah memiliki banyak harapan dan harus bisa memenuhi banyak harapan bagi orang lain. Bila seseorang melakukan

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    221

    peran lebih dari satu, maka harapan yang harus dipenuhi oleh peran tersebut akan menjadi sangat banyak dan dapat menimbulkan konflik.27

    Penelitian mengenai multiple role telah banyak dibahas dalam perilaku organisasi. Multiple role menunjukkan bahwa seorang individu yang melakukan lebih dari satu peran secara bersama-sama. Setiap individu yang melakukan peran ganda maka akan mengalami konflik antar peran (interrole conflict) yang dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa setiap individu mengalami konflik peran seringkali mengalami stres dan konflik peran berhubungan negatif dengan kinerja dalam spektrum yang luas.28

    Stres dalam bekerja akan menyebabkan terjadinya perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kelley and Margheim, (1990) menyatakan bahwa tekanan anggaran waktu yang dialami oleh auditor menyebabkan kondisi stres, dan kondisi stres menyebabkan terjadinya perilaku disfungsional auditor.

    Kelley and Margheim (1990) menguji pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku disfungsional auditor dengan memasukkan kepemimpinan (leader initiating structure) sebagai variabel moderasi. Mereka menemukan bahwa penstrukturan oleh senior auditor (senior structuring) berpengaruh terhadap perilaku disfungsional staf auditor. Senior auditor dengan penstrukturan yang tinggi (high structuring) akan meningkatkan perilaku disfungsional staf auditor.

    Pemimpin yang memiliki penstrukturan (initiating structure) yang tinggi merupakan pemimpin yang selalu berpedoman pada hasil, melakukan suatu dengan terstruktur untuk mencapai tujuan dan penuh perhitungan. Staf auditor yang memiliki senior auditor seperti ini akan cendrung dituntut untuk bisa mencapai hasil yang diharapkan dengan baik dan tepat waktu. Staf auditor atau senior auditor yang mengalami tekanan anggaran waktu dan memiliki atasan seperti ini (high initiating structure) cenderung mengalami peningkatan stres dalam melakukan pekerjaan, yang dapat mengakibatkan staf atau senior auditor berperilaku disfungsional.

    Karyawan sangat dipengaruhi oleh dukungan (support) dari satu atau lebih anggota pada suatu kelompok. Dengan melakukan sharing dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi atau sekedar ngobrol di antara anggota kelompok, mereka akan merasa lebih baik. Jika social support seperti ini rendah dalam suatu kelompok individu, situasi kerja akan menjadi sangat stressful. Penelitian menunjukkan suatu indikasi bahwa social support yang rendah ditempat kerja, akan menimbulkan tekanan berupa stres yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.29

    27 Gibson, Ivancevich, Donnelly, Organizations, p. 216. 28 Ibid., p. 218. 29 Luthans Fred, Organizational, p. 334.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    222

    Penelitian lain menunjukkan bahwa manfaat dari social support adalah; (1) orang dengan hubungan atau jaringan sosial yang lebih kuat akan dapat meningkatkan kehidupan psikologi dan fisiknya. (2) ketika orang menghadapi kejadian yang membuat stres, orang dengan hubungan atau jaringan social suport yang lebih kuat akan cenderung dapat mengatasi dengan lebih baik, sehingga social support sebagai pelindung terhadap stres.30

    Penelitian Babin and Boles (1996) mengenai pengaruh dukungan supervisor terhadap konflik peran, abiguitas peran dan kepuasan kerja, menunjukkan hasil bahwa dukungan yang diberikan supervisor berpengaruh negatif pada konflik peran, ambiguitas peran dan berpengaruh positif pada kepuasan kerja. Dengan kata lain, apabila dukungan sosial dalam suatu kelompok baik, maka kondisi stres dalam bekerja akan berkurang, tetapi sebaliknya apabila dukungan sosial kelompok rendah maka kondisi stres dalam bekerja akan meningkat. Kondisi stres yang meningkat akan mempengaruhi perilaku dalam bekerja.

    Donnely, Quirin and O’Bryan (2003) meneliti penyebab auditor menerima perilaku disfungsional. Dengan menganalisis 106 jawaban responden dari 10 kantor akuntan dari berbagai jenis kantor akuntan; big five, international, nasional, regional dan single state dan single office, mereka menemukan bahwa; (1) ada hubungan positif antara eksternal locus of control dengan penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional, (2) ada hubungan negatif antara kinerja karyawan terhadap penerimaan auditor pada perilaku disfungsional, (3) ada hubungan positif antara keinginan berpindah dengan penerimaan auditor terhadap perilaku disfungsional.

    Berdasarkan teori locus of control, perilaku auditor dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakter locus of control yang dia miliki. Individu dengan internal locus of control akan mungkin lebih berperilaku etis dalam situasi konflik dibandingkan dengan individu yang memiliki karakter external locus of control. Dengan kata lain, seorang yang memiliki karakter external locus of control akan lebih cendrung berperilaku tidak etis dalam situasi konflik atau tertekan.

    Individu yang memiliki karakter external locus of control percaya bahwa karir dalam pekerjaan dipengaruhi oleh faktor di luar kendali dirinya termasuk pimpinan, sehingga individu dengan external locus of control akan berusaha menunjukan sesuatu yang baik kepada atasan dengan berbagai cara, termasuk memanipulasi. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang kuat dan positif antara external locus of control dengan

    30 Johns Gary, Organizational, p. 475.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    223

    kemauan menggunakan manipulasi untuk mencapai tujuan.31 Dalam auditing manipulasi bisa dikatagorikan dalam perilaku disfungsional auditor. Ini berarti auditor memanipulasi proses audit untuk mencapai tujuan, dalam hal ini agar kinerja auditor terlihat baik.

    31 Donnely D. P., Quirin, J. J., and O’Bryan, Auditor Acceptance of Dysfunctional

    Audit Behaviour: An Explanatory Model Using Auditors’ Personal Characteristics, Behaviour Research In Accounting, Vol. 15, 2003. pp. 87-110

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    224

    Daftar Pustaka

    Alderman, C. W. and J.W. Deitrick, Auditors Perceptions of Time Budget Pressure and Premature Sign-off: A Replication and Extension, Auditing: A Journal of Practice & Theory, 2., 1982.

    Babin, B.J and Boles J.S, The effect of Perceived Co-Worker Involvement and Supervisor Support on Service Provider Role Stress, Performance and Job Satisfaction, Jurnal of Retailing, Vol. 72 No.1, 1996. pp.57-75

    Bhanu, Raghunathan, Premature Signing Off of Audit Procedures: An Analysis,Accounting Horizan, Juni, 1991. pp. 71-79.

    Chistina, Sososutikno, "Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit", Proceeding SNA VI, Surabaya: 2003.

    Donnely D. P., Quirin, J. J., and O’Bryan, Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behaviour: An Explanatory Model Using Auditors’ Personal Characteristics, Behaviour Research In Accounting, Vol. 15, 2003. pp. 87-110

    Fred, Luthans, Organizational Behaviour, Eighth Edition, USA: McGraw Hill, 1998.

    Gary, Johns, Organizational Behaviour: Understanding and Managing Life at Work, Fourth Edition, New York: Harper Collins, 1996.

    Gibson, Ivancevich, Donnelly, Organizations, Ninth Edition, USA: Irwin, 1992.

    Kaplan, S.E., An Examination of Auditors” Reporting Intentions Upon Discovery of Procedures Pematurely Signed-Off, Auditing A Journal of Practice and Theory, Vol. 14, No.2, 1995. pp 90-104

    Kelley, T., Margheim L. and Pattison D., Survey On The Differential Effects of Time Deadline Pressure Versus Time Budget Pressure on Auditor Behaviour, The Journal of Applied Business Research, Vol. 15, No.4, 1999. pp 117-128

    Kelley, T., Margheim, L , The Impact of Time Budget Pressure, Personality and Leadership Variable on Disfunctional Auditor Behavior, Auditing: A Journal of Practice & Theory, 9., 1990.

    McDaniel, The effects of Time Pressure and Audit Program Structure on Audit Performance, Journal of Accounting Research, 28 (2), 1990. pp.267-285.

  • Edy Sujana: Tekanan Anggaran Waktu, Multiple Role…

    SOSIO-RELIGIA, Vol. 8, No. 1, November 2008

    225

    Otley, D. T. and Pierce B.J., Auditor Time Budget Pressure : Consequences and Antecedents, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 9, No. 1, 1996. pp. 31-58

    Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (Editor), Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, Jakarta: LP3ES.