146887577-antiretroviral-2010

43
Wening Sari, dr., M.Kes

Upload: santi

Post on 09-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mpt

TRANSCRIPT

  • Wening Sari, dr., M.Kes

  • September 2007, tercatat 5.904 kasus HIV dan 10.384 kasus AIDS. Prediksi Depkes: 90120 ribu

    HIV-AIDS: 75% laki-laki, 55% usia 2029 thn

    Depkes: prevalensi HIV pada penggunaan narkoba suntik: 41,6 persen. Lembaga PBB UNAIDS: setiap hari terdapat > 5.000 orang pengidap baru HIV, usia 1524 tahun.

  • Mencegah transmisi penyakit

    Menurunkan angka kesakitan & kematian terkait HIV

    Memperbaiki kualitas hidup ODHA

    Memulihkan / memelihara fungsi kekebalan tubuh

    Menekan replikasi virus secara maksimal & terus-menerus

  • Replikasi HIV sangat cepat & terus menerus 10 milyar / hari sebagian besar mati sebagian besar pasien sehat tanpa ARV selama sistem imun baik

    Replikasi terus-menerus sistem imun rusak infeksi oportunistik, kanker, penyakit saraf, BB

  • Progresivitas penyakit pada ODHA berbeda keputusan pengobatan: individual gejala klinis, hitung limfosit, jumlah CD4

    Terapi kombinasi ARV menekan replikasi HIV dibawah tingkat yang tidak dapat dideteksi oleh PCR

    Penekanan virus efektif cegah resistensi & perlambat progresivitas penyakit

    Terapi kombinasi ARV harus menggunakan dosis dan jadwal yang tepat

  • Pasien harus dipersiapkan secara matang sebelum terapi dimulai harus faham benar: manfaat, cara penggunaan, efek samping obat, risiko & tanda-tanda bahaya terkait ARV

    Pasien harus mendapatkan konseling kepatuhan punya komitmen untuk mematuhi aturan pengobatan

    Pasien yg terapi ARV harus menjalani pemeriksaan secara teratur pemantauan klinis

  • NRTI 3 tahap fosforilasi Zidovudin, lamivudin, Didanosin, Lamivudin,

    Stavudin, zalsitabin, abacavir, emtrisitabin

    NNRTI fosforilasi (-) Nevirapin, efavirenz, delavirdin

    NtRTI 2 tahap fosforilasi Tenofovir

    Protease inhibitor Saquinavir, Indinavir, Lopinavir , Nelfinavir ,

    Ritonavir

  • Reverse transciptase (RT) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum bergabung dgn kromosom hospes

    NRTI menghambat secara kompetitif RT dan dapat bergabung dengan rantai DNA virus yg sedang berkembang terminasi

    Semua obat NRTI harus mengalami 3 tahap fosforilasi oleh enzim sitoplasma hospes membentuk trifosfat

    NRTI: Zidovudin, lamivudin, Didanosin, Lamivudin, Stavudin, zalsitabin, abacavir, emtrisitabin

    Komplikasi akibat NRTI : asidosis laktat, hepatomegali berat + steatosis

  • Efektif : HIV-1&2, Human T lymphotropic virus (leukemia)

    0,001 0,04g/ml: hambat infeksi HIV-1 akut pd sel T & limfosit darah perifer.

    0,3 0,5g/ml : hambat pertumbuhan sel progenitor mieloid, eritriod, blastogenesis sel2 mononuklear

    Farmakokinetika: Absorbsi oral cepat tp dpt dihambat jk ada makanan, bioavaibilitas 60-70%, kadar dlm LCS 53% (dws),24% (anak), ekskresi melalui ginjal

    ES. Awal terapi: nyeri kepala, mual, muntah, insomnia, mialgia berkurang setelah terapi lanjut

  • ES lain: Pigmentasi kuku, neurotoksik, miopati (otot lemah,nyeri), hepatitis, ulserasi esofageal, lipodistrofi

    Toksisitas utama: granulositopenia, anemia (30-40% pasien AIDS )

    Risiko toksik jika: jumlah sel CD4, terapi memanjang

    Terapi dihentikan jika: hepatomegali, kadar enzim hepar , asidosis laktat/metabolik

    Interaksi obat: Flukonazol, probenesid, lamivudin zidovudin Rimfapisin kadar zidovudin Gansiklovir risiko toksisitas hematologi

  • Indikasi: hepatitis B, HIV 1-2 bersama anti- retrovirus lainnya

    Absorbsi cepat peroral, bioavaibilitas 80%, T eliminasi 2,5 jam, ekskresi 70%:urin

    ES: sakit kepala, mual secara umum dpt ditolerir, tidak sebabkan neuropati perifer,

    Dapat diberikan untuk anak 2-17 th, keamanan untuk ibu hamil tidak diketahui,

    Tidak dapat mencegah penularan dr ibu bayi

  • Tidak toksik terhadap sel2 hematopoietik / limfosit pd dosis terapi

    Absorbsi 35-45%

  • Kurang toksik thdp sel2 hematopoitik dibandingkan zidovodin

    Biovaibilitas oral 70-86%, tidak tergantung makanan, kadar dlm LCS 55%, bersihan melalui ginjal

    ES: neuropati sensoris perifer (nyeri) yg reversibel (hindari diberikan bersamaan didanosin, zalsitabin), rash, pankreatitis, anemia, atralgia, demam

    Infeksi AIDS yg tdk tahan obat lain perbaikan yg bermakna jumlah CD4 & kadar antigen p24 serta gejala klinis

  • Potensi = zidovudin, > aktif pd monosit / makrofag & sel yg istirahat

    Biovailabilitas oral 88%, kadar obat jk ada makanan/antasid, T intrasel 10 jam

    ES: neuropati perifer, mual, rash, demam, ulserasi oral & esofagus, pankreatitis

    Zidovudin: < efektif dlm survival & infeksi oportunistik, mencegah perkembangan penyakit

  • Hambat aktivitas enzim RT dgn cara berikatan di tempat yg dekat dgn tempat aktif enzim

    Tidak mengalami fosforilasi utk menjadi bentuk aktif

    NNRTI : nevirapin, efavirenz, delavirdin

  • Bioavabilitas oral 90%, tdk tergantung mkn, 60% terikat protein plasma, kadar dlm LCS 45%, ekskresi melalui ginjal

    ES.Ruam kulit: sindrom Steven-Johnson (SSJ), nekrolisis epidermis toksik (NET), hepatitis, demam, mual, mengantuk, nyeri kepala

    Indikasi: diberikan sebagai terapi kombinasi utk HIV/AIDS,

    Dosis tunggal 200mg + zidovudin efektif cegah transmisi HIV dr ibu ke bayi jika diberikan awal persalinan & 3 hari pd neonatus

  • Bioavaibilitas oral 85%,
  • Biovailaibilitas oral 65%, T 40-45 jam, terikat kuat albumin, ekskresi : feses

    ES: gangguan SSP (pening, agitasi, delusi, depresi, mimpi buruk, eforia), mual, muntah, diare, ruam kulit, kolesterol , kadar enzim2 hati

    Interaksi obat : kadar retonafir & nelfinavir kadar amprenavir, indinavir, klaritromisin

    Kera: teratogenik kontraindikasi pada kehamilan

  • NtRTI hanya mengalami 2 tahap fosforilasi obat bekerja lebih cepat dan konversinya menjadi bentuk aktif lebih sempurna

    Contoh Obat: Tenofovir

    Indikasi : HIV-1 & HIV-2, hepatitis B

    Terapi HIV dalam kombinasi dgn efevirenz, tidak boleh dikombinasikan dengan lamivudin & abacavir

    ES: mual, muntah, flatulens, diare

  • HIV protease penting untuk infektivitas virus & penglepasan poliprotein virus

    PI menghambat penglepasan polipeptida prekursor virus hambat maturasi virus sel akan hasilkan virus yg immatur dan tidak virulen

    PI menyebabkan gangguan gastrointestinal: mual, muntah, diare; intoleransi glukosa, diabetes, hiperkolesterolemia & hipertrigliserida

    Obatnya; Saquinavir, Indinavir, Lopinavir , Nelfinavir , Ritonavir

  • Hambat enzim protease

    Bioavaibilitas oral , absorbsi makanan berlemak, T eliminasi 12 jam, ekskresi feses

    ES: perubahan distribusi lemak tubuh, hiperlipidemia, resistensi insulin, diare, mual, dispepsia, rinitis

    Kadar : ritonavir, nelfinavir, delavirdin, indinavir, ketokonazol, klaritromisin, jus anggur

    Kadar : evafirens, rimfapisin, nevirapin

    Hindari: simvastain & lovastatin ()

  • Penghambat protease HIV- 1 & 2

    Biovaibilitas oral 75%, ekskresi feses

    ES: gangguan GIT, parestesi perifer,

    aminotransferase , hipertrigliserida

    Kadar : flukonazol, efavirens,delavirdin,, klaritromisin

    Kadar : fenobarbital, rimfapisin,fenitoin, deksametason, nevirapin,merokok

  • Bioavaibilitas oral 65%, absorbsi maksimal perut koson, 60% terikat protein plasma, ekskresi melalui feses, kadar LCS 76%

    ES: hiperbilirubinemia, nefrolitiasis (harus minum >>), mual,muntah,trombositopenia

    Kontraindikasi : Rifampisin kadar indinavir 89%

  • Akibat infeksi HIV sistem imun tubuh rusak HIV menyerang sel CD4 yg merupakan bagian

    penting dari sistem imun sel CD4

  • Bila tersedia sarana pemeriksaan sel CD4 Stadium IV WHO tanpa memandang jumlah CD4

    Stadium III WHO, CD4

  • 1 NNRI + 2 NRTI

    Kolom A Kolom B

    Nevirapin

    Efavirenz

    Zidovudin + lamivudin

    Stavudin + lamivudin

    Zidovudin + lamivudin

    Stavudin + lamivudin

    Sumber : Depkes. 2004. Pedoman Nasional Terapi antiretroviral,

    http://www.i-base.info/itpc/Indonesian/spirita/docs/Pedoman-ART-04.pdf

  • Hanya bila diperlukan, jangan terlalu dini: Toksisitas Efek samping Obat Kegagalan terapi

    Toksisitas

    Tidak mampu menahan ESO gangguan fungsi organ yg cukup berat

    Jk toksisitas terkait obat yg dpt diidentifikasikan dgn jelas ganti dg obat lain yg tdk punya ES sama: Zidovudin (anemia) ganti dengan stavudin Evafirenz (toksisitas SSP) ganti dgn nevirapin Nevirapin (hepatotoksik) ganti: evafirenz /

    protease inhibitor (saquinavir / ritonavir)

  • Kegagalan terapi dinilai dr klinis, CD4, viral load kemungkinan besar: resistensi

    Klinis: Timbul: infeksi oportunistik (IO) baru,

    atau keganasan, Kambuh IO lama, muncul penyakit pd

    stadium III WHO (diare kronik, kandidiasis mukosa)

    Sel CD4: Kembali ke jumlah sebelum terapi atau

    dibawahnya tanpa infeksi penyerta Menurun >50% dari jumlah tertinggi

    selama terapi tanpa infeksi penyerta

  • Kegagalan terapi ganti semua regimen pada lini pertama dengan regimen lini kedua

    Regimen lini kedua paling sedikit mengandung obat baru, 1-2 diantaranya golongan yg baru meningkatkan keberhasilan terapi & menghidari resistensi

  • Kegagalan regimen

    terapi lini pertama

    Regimen

    terapi lini kedua

    Zidovudin + lamivudin + Nevirapin

    Atau

    Stavudin + lamivudin +

    Nefiravin

    Tenofir / Abacavir

    +

    Didanosin

    +

    Saquinavir (ritonavir)* / Lopinavir (ritonavir)*

    * cold chain

  • IRIS (immune reconstitution inflammatory syndr) : sindr pemulihan kekebalan, parodoxical reaction

    Saat tubuh sakit sebagian besar gejala infeksi muncul krn reaksi sistem imun thdp infeksi

    Sistem imun tubuh sgt rusak (sel CD4) respon imun thdp infeksi sgt kurang gejala infeksi hilang

    ARV sistem imun membaik respon imun muncul gejala klinis timbul / memburuk IRIS

    Gejala IRIS: demam, muntah, kelenjar leher >>, muncul bbrp mggu- 3 bln pertama stlh terapi ARV

    IRIS hrs dibedakan dgn kegagalan terapi HIV

    Utk meringankan gejala IRIS: kortikosteroid

  • Pasien HIV dapat mengalami koinfeksi hepatitis B , C

    Hepatitis B Kombinasi tenofovir + lamivudin /emtricitabin

    punya aktivitas anti HIV & HBV

    Entecavir Bila terjadi resistensi terhadap lamivudin /emtricitabin

    Hepatitis C Interferon + Ribavirin

    Ribavirin +didanosin pankreatitis, asidosis laktat

    Ribavirin + zidovudin risiko anemia >>

  • Indonesia : 50% pasien HIV/AIDS TB HIV meningkatkan scr signifikan risiko

    progresitas TB laten aktif TB aktif efek negatif terhadap penyakit HIV virus load >>, penyakit memburuk

    Prinsip terapi TB utk pasien koinfeksi HIV sama dgn pasien tanpa HIV

    Pemberian ARV + obat TB (OAT): Potensi interaksi obat dengan rifampisin Aditif toksisisitas hepatotoksik & neuropati IRIS

  • Standar terapi TB : 2 bulan : Isoniazid, rifampisin, pirazinamid, & / etambutol 4-7 bulan : isoniazid & rifampisin

    Rifampisin merupakan inducer enzim sitokrom hati p450 meningkatkan metabolisme ART Protease inhibitor, NNRTI kadar ART dalam tubuh menurun

    Rifampisin bersifat hepatotoksik ARV jg hepatotoksik bahaya

    IRIS sering pd HIV + TB: 8-43% termasuk penyebab kematian pada tahun pertama terapi ARV

    IRIS pasien merasa lebih sakit setelah minum obat penting konseling!!

  • ARV sebaiknya ditunda beberapa minggu setelah terapi TB dimulai : Pasien minum obat terlalu banyak risiko drop out tinggi Bila muncul efek samping sulit diketahui krn obat yg

    mana

    Bila HIV memburuk ARV segera diberikan namun tetap menunggu pasien stabil dengan OAT tidak lagi mengalami ES

    ARV utk pasien yg mulai terapi TB: CD4 < 100sel/mm3,limfosit total < 1200, TB extraparu

    setelah 2 minggu terapi TB CD4 100-200sel/mm3 setelah 8 minggu CD4 200-350sel/mm3 setelah 8 minggu CD4 > 350sel/mm3 setelah 8-24minggu atau pd akhir

    terapi TB

  • Nevirapin hepatotoksik insiden tinggi, dapat berat & fatal

    Kombinasi dgn rifampisin memperparah kerusakan hati kematian

    Nevirapin diganti evafirenz

    Evafirenz teratogenik bila pasien WUS harus memakai kontrasepsi yg adekuat

    Regimen terapinya : Zidovudin + lamivudin + evafirenz, atau

    Stavudin + lamivudin + evafirenz

  • Masalah : toksisitas obat thdp ibu-anak, pencegahan HIV dr ibu ke anak

    ODHA yg masih mungkin hamil, kehamilan belum dipastikan, hamil muda pilih ARV yg aman utk trimester I evafirenz harus dihindari

    ODHA yg sdg terapi ARV kemudian hamil harus meneruskan ARV bila mendapat evafirenz, maka diganti nepiravin

  • ODHA hamil sebaiknya mendapat ARV setelah trimester I mencegah penularan HIV pada janin

    kecuali AIDS tahap lanjut pemberian segera lebih baik dibandingkan risiko apaun pada janinnya

    Kombinasi stavudin & didanosin tidak boleh diberikan risiko tinggi asidosis laktat

  • NRTI/NtRTI Rekomendasi: zidovudin, lamivudin Alternatif: didanosin, stavudin,

    emtricitabin, abacavir Tidak boleh: zalsitabin

    NNRTI Rekomendasi: nevirapin Tidak boleh: evafirenz, delavirdin

    Protease Inhibitor Rekomendasi: lopinavir, ritonavir, Alternatif: indinavir, saquinavir Tidak boleh: Atazanavir, darunavir,

    amprenavir

  • Profilaksis utk bayi baru lahir dari ibu yg HIV+ segera setelah lahir diberikan nevirapin dosis tunggal + zidovudin 2x sehari selama 1 minggu

    Masalah lain : bayi HIV+ yg mdpt ASI dr ibu yg sdg terapi ARV menerima ARV dalam jumlah yg tidk memadai utk terapi memicu resistensi

    Tanda klinis yang penting sbg respon terapi : kemajuan tumbuh kembang anak yang sempat terganggu, perbaikan gejala neurologi dan perkembangan mental, menurunnya frekuensi penyakit infeksi/ infeksi oportunistik

  • Lini I : (Stavudin / zidovudin) + lamivudin + NNRTI : (Nevirapin / evafirenz)

    Pilihan NNRTI: Bila 3 tahun atau BB > 10 Kg Nevirapin atau evafirenz

    Lini II : Abacavir + Didanosin +{Lopinavir (ritonavir) / Nelfinavir / Saquinavir (ritonavir) bila BB >25 Kg }