145 penyakit - feby

39
1. NEUROLOGI Kejang Demam Definisi Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstakranium. Gambaran Klinis Umumnya kejang berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tapi setelah beberapa detik atau menit kemudian anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Diagnosis Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 4 tahun. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit. Kejang bersifat umum Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal

Upload: milyasari

Post on 05-Nov-2015

239 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bjj

TRANSCRIPT

1. NEUROLOGIKejang DemamDefinisiBangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstakranium.Gambaran Klinis Umumnya kejang berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tapi setelah beberapa detik atau menit kemudian anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis.Diagnosis Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 4 tahun. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit. Kejang bersifat umum Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.Kejang demam yg tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria di atas digolongkan pada epilepsy yang diprovokasi oleh demam.PenatalaksanaanObat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam IV atau intrarektal. Diazepam IV diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Apabila kejang tidak berhenti dapat diberikan lagi diazepam dengan cara dan dosis yang sama. Apabila sukar mencari akses vena dapat diberikan diazepam intrarektal 0,5-0,75 mg/kgBB atau 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Bila kejang tidak berhenti, diberikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB IV perlahan. Dosis selanjutnya diberikan 4-8 mg/kgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal.Untuk profilaksis dapat diberikan diazepam oral 0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis pada waktu pasien demam.

Sumber: Soetomenggolo, Taslim S. 1999. Kejang Demam dalam Buku Ajar Neurologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 244-51

TetanusDefinisiTetanus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani dan menyerang otot rangka. Disebut juga lockjaw karena terjadi kejang pada otot rahang. Tetanus banyak ditemukan di negara-negara berkembang. Tanpa imunisasi, angka kematian penyakit ini berkisar antara 35 70% tergantung umur, jenis kelamin, letak geografi, masa inkubasi, dan penatalaksanaan.PenyebabBakteri an-aerob Clostridium tetani. Spora dari Clostridium tetani dapat hidup selama bertahun-tahun di dalam tanah dan kotoran hewan. Jika bakteri tetanus masuk ke dalam tubuh manusia, bisa terjadi infeksi baik pada luka yang dalam maupun luka yang dangkal. Setelah proses persalinan, bisa terjadi infeksi pada rahim ibu dan pusar bayi yang baru lahir (tetanus neonatorum). Yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala infeksi adalah racun yang dihasilkan oleh bakteri, bukan bakterinya.Gambaran Klinis Gejala-gejala biasanya muncul dalam waktu 5 10 hari setelah terinfeksi, tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah terinfeksi. Gejala yang paling sering ditemukan adalah kekakuan rahang dan sulit dibuka (trismus) karena yang pertama terserang adalah otot rahang. Selanjutnya muncul gejala lain berupa gelisah, gangguan menelan, sakit kepala, demam, nyeri tenggorokan, menggigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan serta tungkai. Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai (risus sardonikus) dengan kedua alis yang terangkat. Kekakuan atau kejang otot-otot perut, leher dan punggung bisa menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang sedangkan badannya melengkung ke depan yang disebut epistotonus. Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah bisa menyebabkan retensi urin dan konstipasi. Gangguan-gangguan yang ringan, seperti suara berisik, aliran angin atau goncangan, bisa memicu kekejangan otot yang disertai nyeri dan keringat yang berlebihan. Selama kejang penderita tidak dapat berbicara karena otot dadanya kaku atau terjadi kejang tenggorokan sehingga terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan gangguan pernafasan. Biasanya tidak terjadi demam. Laju pernafasan dan denyut jantung serta refleks-refleks biasanya meningkat. Tetanus juga bisa terbatas pada sekelompok otot di sekitar luka. Kejang di sekitar luka ini bisa menetap selama beberapa minggu.DiagnosisDiduga suatu tetanus jika terjadi kekakuan otot atau kejang pada seseorang yang memiliki luka. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pembiakan bakteri dari apusan luka.Penatalaksanaan Penderita tetanus harus segera dirujuk ke rumah sakit karena ia harus selalu dalam pengawasan dan perawatan. Sebelum dirujuk lakukanlah hal-hal tersebut di bawah ini. Selanjutnya bila anak yang menderita tetanus selesai dirawat, berikan tetanus toksoid 3 kali dengan jarak waktu 1 bulan. Pertahankan jalan napas dan jaga keseimbangan cairan. Segera berikan human tetanus immunoglobulin 5000 IU i.m untuk menawarkan racun yang belum bersenyawa dengan otot. Bila yang ada hanya ATS suntikkan i.m atau i.v 20.000 40.000 IU/hari selama 3 hari atau 20.000 IU/hari untuk anak-anak selama 2 hari. Berikan penisilin prokain 2 juta IU i.m pada orang dewasa atau 50.000 IU/kgBB/hari selama 10 hari pada anak untuk eradikasi kuman. Berikan diazepam untuk mengendalikan kejang dengan titrasi dosis:5 10 mg i.v. untuk anak dan 40 120 mg/hari untuk dewasa. Cegah penyebaran racun lebih lanjut dengan eksplorasi luka dan membersihkannya dengan H202 3%. Port dentre lain seperti OMSK atau gangren gigi juga harus dibersihkan dahulu. Untuk menetralisir racun diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotik tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut. Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan mengendurkan otot-otot. Penderita biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang.Sumber: Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007

HIV/AIDSDefinisiAIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairam vagina dan air susu ibu. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.PenyebabAdalah virus HIV, suatu jenis retrovirus yang termasuk golongan virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik.Gambaran Klinis Kategori klinis A meliputi infeksi HIV tanpa gejala (asimtomatik), limfadenopati generalisata yang menetap dan infeksi akut primer dengan penyakit penyerta. Kategori klinis B terdiri atas kondisi dengan gejala pada remaja/dewasa terinfeksi HIV yang tidak termasuk dalam kategori C dan memenuhi paling kurang satu dari beberapa kriteria berikut:a) Keadaan yang dihubungkan dengan adanya infeksi HIV atau adanya kerusakan kekebalan yang diperantarakan sel (Cell mediated immunity) ataub) Kondisi yang dianggap oleh dokter telah memerlukan penanganan klinis atau membutuhkan penatalaksanaan akibat komplikasi infeksi HIV dengan contoh: Angiomatosis basilari; Kandidiasis orofaringeal; Kandidiasis vulvovaginal; Displasia leher rahim; Demam 38,5 OC atau diare lebih dari 1 bulan; Oral Hairy leukoplakia; Herpes zoster; Purpura idiopatik trombositopenik; Listeriosis; Penyakit radang panggul; Neuropati perifer Kategori klinis C meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDs misalnya: Kandisiasis bronki, trakea dan paru; Kandidiasis esofagus; Kanker leher rahim invasif; Coccidiodomycosi menyebar atau di paru; Kriptokokosis di luar paru; Retinistis virus sitomegalo; Ensefalopati yang berhubungan dengan HIV; Herpes simpleks atau ulkus kronik lebih dari sebulan lamanya; Bronkitis, esofagitis atau pneumonia; Histoplasmosis menyebar atau di luar paru; Isosporiasis instestinal kronik lebih dari sebulan lamanya; Sarkoma kaposi; Limfoma burkit (atau istilah lain menunjukkan lesi yang mirip); Limfoma imuno blastik, L.primer di otak; Micobacterium Avium Complex atau M.lansii tersebar di luar paru; M.tuberculosis dimana saja (paru atau luar paru); Pneumonia Pneumocystis carinii; Leukoensefalopati multifokal progresif; Septikemia salmonella yang berulang; Taksoplasmosis di otak.DiagnosisDitegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksan darah. Pada pemeriksaan darah dapat dilakukan tes langsung terhadap virus HIV atau secara tidak langsung dengan menentukan anti bodi, yang telah dan lebih mudah dilaksanakan. Saat ini banyak jenis tes yang mempunyai sensitifitas dan spesifitas tinggi yang tersedia.PenatalaksanaanSaat ini ada tiga golongan ARV yang tersedia di Indonesia: Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NsRTI): obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA. Proses ini diperlukan agar virus dapat bereplikasi. Obat dalam golongan ini termasuk zidovudine (ZDV atau AZT), lamivudine (3TC), didanosine (ddI) zalcitabine (ddC), stavudine (d4T) dan abacavir (ABC). Non-Nucleside Reserve Trancriptase Inhibitor (NNsRTI): obat ini berbeda dengan NRTI walaupun juga menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA. Obat dalamgolongan ini termasuk nevirapine (NVP), efavirenz (EFV), dan delavirdine (DLV). Protease Inhibitor (PI): Obat ini bekerja menghambat enzim protease yang memotong rantai panjang asam animo menjadi protein yang lebih kecil. Obat dalam golonganini termasuk indinavir (IDV), nelfinavir (NFV), saquinavir (SQV), ritonavir (RTV), amprenavir (APV), dan lopinavir/ritonavir (LPV/r).

Sumber: Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007

Tension Type HeadacheDefinisiPenyebab Penyebab yang paling mungkin adalah kontraksi otot-otot yang menutupi tengkorak. Ketika otot-otot yang menutupi tengkorak berkontraksi, maka timbul kejang dan menyebabkan nyeri. Tempat umum meliputi dasar tengkorak di mana otot-otot trapezius dari sisipan leher, otot-otot yang penggerak rahang, dan dahi.Beberapa penelitian menunjukkan faktor yang menjadi penyebab adalah : Perubahan neurotransmiter otak, serotonine, endorphine, dan neurotransmiter lain Proses yang mengaktivasi jalur nyeri ke otak dan faktor yan mensupresi kemampuan otak untuk menekan rasa nyeri Ketegangan otot kulit kepala/scalp

Klasifikasi a. Episodic tension type headache (ETTH) Terjadi kurang dari 15 hari / bulan Kurang dari 15 menit / jam Kulit kepala dan nyeri otot leher di samping sakit kepala. Resiko bentuk kronis berkembang selama bertahun-tahun.b. Chronic tension type headache (CTTH) Terjadi pada 15 hari / bulan atau lebih selama minimal tiga bulan. 20% dari CTTH adalah primer (setiap hari dari onset) Durasi dan keparahan sama dengan ETTH, meskipun rasa sakit setiap hari dan terus menerus, dan ketegangan kulit kepala dan leher

Pencetus Stress Depresi, ansietas Kurang tidur atau perubahan pola tidur Posisi tubuh atau kurang aktivitas tubuh Bekerja dalam 1 posisi tubuh Perubahan hormonal : hamil, menstruasi Penggunan obat sakit kepala yang berlebihan

Gejala Gejala nyeri dari sakit kepala ketegangan adalah: Rasa sakit dimulai di bagian belakang kepala dan leher atas dan digambarkan sebagai rasa terikat kuat atau terhimpit beban berat. Sering digambarkan sebagai tekanan melingkari kepala dengan tekanan paling kuat di atas alis. Nyeri biasanya ringan (tidak melumpuhkan) dan bilateral (mempengaruhi kedua sisi kepala). Rasa sakit tidak berhubungan dengan aura, mual , muntah , atau sensitivitas terhadap cahaya dan suara. Rasa sakit terjadi secara sporadis (jarang dan tanpa pola) namun dapat terjadi sering dan bahkan setiap hari pada beberapa orang. Rasa sakit memungkinkan kebanyakan orang untuk berfungsi secara normal, meskipun sakit kepala. Diagnosa Kunci untuk membuat diagnosis sakit kepala apapun adalah riwayat yang diberikan oleh pasien (anamnesis). Tenaga kesehatan akan mengajukan pertanyaan untuk memahami ketika sakit kepala mulai, belajar tentang kualitas, kuantitas, dan durasi nyeri, dan bertanya tentang gejala yang terkait. Riwayat ketegangan sakit kepala akan mencakup rasa sakit yang ringan sampai sedang, yang terletak di kedua sisi kepala, digambarkan sebagai sesak yang tidak berdenyut, dan tidak dipengaruhi aktivitas. Tidak akan ada gejala seperti mual, muntah, atau sensitivitas cahaya. Pemeriksaan fisik, terutama bagian pemeriksaan neurologis, sakit kepala adalah penting dalam ketegangan karena harus normal untuk membuat diagnosis. Satu-satunya pengecualian adalah bahwa mungkin ada beberapa nyeri dari otot-otot kulit kepala atau leher. Jika praktisi kesehatan menemukan suatu kelainan, maka diagnosis sakit kepala tension tidak akan dipertimbangkan sampai potensi untuk jenis sakit kepala lainnya telah diselidiki. Penatalaksanaan Sakit kepala tension yang menyakitkan dan mengganggu, dan pasien mungkin marah bila melihat bahwa diagnosis adalah "hanya" sakit kepala tipe tension. Meskipun tidak mengancam jiwa, sakit kepala tegang dapat mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien berhasil mengobati diri sendiri dengan membeli obat nyeri untuk mengontrol sakit kepala. Obat yang biasanya dipilih adalah : aspirin ibuprofen (Motrin, Advil) acetaminophen (Tylenol) naproxen (Aleve) Jika ini gagal, perawatan pendukung lainnya yang tersedia. Sakit kepala berulang biasanya baru membuat pasien berusaha mencari bantuan medis. Pijat, biofeedback, dan manajemen stres semua dapat digunakan sebagai tambahan untuk membantu dengan kontrol dari sakit kepala tipe tension. Tujuan pengobatan adalah untuk meredakan gejala dan mencegah sakit kepala masa depan, pencegahan adalah pengobatan terbaik. Jika memungkinkan, lepaskan atau kontrol pemicu sakit kepala. Obat-obatan yang dapat diberikan antara lain :1.Aspirin analgesik, acetaminophen, dapat denggabungkan denganKafein dan AINS, ibuprofen, ketoproven2.Anti depresan: amitriptilin3.Relaksan otot non penenang4.Kombinasi bulbital dan acetaminophen

Pencegahan1. Stres manajemen strategi2. Relaksasi melakukan latihan3. Postur tubuh yang baik saat bekerja, membaca, kegiatan4. Cukup tidur dan istirahat5. Pijat sakit otot6. Perubahan gaya hidup

Sumber: Harsono. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Bells PalsyDefinisiBells palsy merupakan paresis nervus fasialis perifer yang penyebabnya tidak diketahui (idiopotik) dan berdifat akut.Gambaran Klinis Timbul secara mendadak kelumpuhan pada salah satu sisi wajah. Pada sisi wajah yang terkena, lipatan nasolabialis akan menghilang, sudut mulut menurun, bila minum atau berkumur air menetes dari sudut yang lumpuh, kelopak mata tidak dapat dipejamkan, kerut dahi menghilang. Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya maka kelopak mata pada sisi yang lumpuh tetap terbuka dan bola mata berputar keatas. Pada saat menggembungkan pipi, terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung. Makanan cenderung terkumpul pada gusi dan pipi yang lumpuh.DiagnosisTerdapatnya kelumpuhan pada seluruh otot wajah sesisi dan tidak ditemukan ada kelainan lain yang menyertainya.Penatalaksanaan Kortikosteroid (prednisone 1 mg/kgBB/hari) selama 5 hari, kemudian diturunkan bertahap 10mg/hari. Pemberian air mata buatan (artificial tears) agar kornea mata tidak mongering. FisioterapiSumber: Sumber: Harsono. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

MigrainDefinisiSerangan nyeri kepala sesisi yang berulang, beragam beratnya, lamanya dan kekerapannya mungkin merupakan serangan migren. Migren klasik diawali selama 60 menit.PenyebabGangguan vaskular.Gambaran Klinis Nyeri kepala khas berdenyut, unilateral dan bertambah berat setelah aktivitas fisik. Penderita mengeluh mual sampai muntah dan terdapat anoreksia, fotofobia atau fenofobia. Migren klasik diawali atau disertai dengan gangguan sensorik, motorik atau suasana hati (mood). Pada periode awal ini penderita mungkin merasa gelisah, tidak nafsu makan dan mudah tersinggung. Gangguan motorik dapat berupa hemiparesis, sedangkan gangguan sensorik mungkin berupa parestesia, hemianopsia atau seolah melihat kilat.DiagnosisNyeri kepala sesisi.Penatalaksanaan Serangan migren sering dicetuskan oleh makanan tertentu, ketegangan emosi dan kelelahan fisik. Hal-hal itu harus diidentifikasi dan dihindarkan. Serangan diatasi dengan : asetosal, parasetamol atau asam mefenamat 500 mg tablet ergotamin 1mg, dosis disesuaikan kondisi penyakit.Sumber: Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007Benign Paroxysmal Positional VertigoDefinisiBPPV adalah gangguan vestibuler yang paling sering ditemui, dengan gejala rasa pusing berputar diikuti mual muntah dan keringat dingin yang dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi tanpa adanya keterlibatan lesi di susunan saraf pusat.Penyebab Idiopatik Adanya kupolithiasis atau kanalitiasis Trauma kepala Degenerasi sistem vestibuler (usia lanjut) Pasca operasi Efek samping obat ototoksikGambaran Klinis Pusing berputar (10-20 detik) dengan pergerakan kepala tertentu. Mual dan muntah Pendengaran normalPenatalaksanaanMedikamentosa (simptomatik) Antiemetik, metoklopramid 10-15 mg peroral 4 kali sehari sebelum makan Supresan vestibuler: Meclizine (antihistamin) 2 x 50 mg/hr po Betahistin 2 x 8 mg/hr poNon-medikamentosa Manuver Brandt-DaroffCara melakukan manuver Brandt-Daroff adalah pasien diminta duduk tegak lalu berbaring miring dengan kepala menghadap ke atas dan mempertahankan posisi tersebut selama 30 detik. Pasien kemudian kembali duduk tegak selama 30 detik dan diminta berbaring miring ke sisi yang berlawanan dengan sisi ketika pasien berbaring miring sebelumnya dengan kepala menghadap ke atas dan mempertahankan posisi tersebut selama 30 detik. Setelah itu, pasien kembali duduk tegak selama 30 detik. Manuver Brandt-Daroff dilakukan di rumah tiga kali sehari selama dua minggu. Setiap latihan dilakukan lima kali manuver. Tiap manuver membutuhkan waktu dua menit. Efektivitas manuver ini mencapai 95% meskipun manuver ini lebih sulit dibandingkan manuver Epley.20 Manuver ini juga dapat dilakukan sebagai latihan di rumah. Jadwal latihan Brandt Daroff yang disarankan :WaktuLatihanDurasi Pagi 5 kali pengulangan 10 menit Sore 5 kali pengulangan 10 menit Malam 5 kali pengulangan 10 menit

Sumber:1. Diagnosis dan penatalaksanaan BPPV oleh dr. Yan Edward, SpTHT-KL2. Bashiruddin. 2008. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.2. PSIKIATRIGangguan SomatoformDefinisiGangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan.Ada lima macam gangguan somatoform yaitu Konversi Gangguan somatisasi Gangguan rasa sakit somatoform Gangguan badan dismorfik HipokondriasisGambaran KlinisKonversiFungsi dari alat indera terganggu meskipun aparat neuromaskuler baik.Gejalanya:Kelumpuhan total atau sebagian lengan atau kaki. Gangguan koordinasi, serangan tiba-tiba Anestia : kehilangan fungsi atau gangguan indera Parastenia : ada rasa ditusuk-tusuk, kesemutan pada kulit Analgesia : ketidak sensitifan terhadap rasa sakit Buta total atau sebagian, atau pengelihatan sangat terbatas Afonia : kehilangan suara, hanya dapat berbisik Kehamilan palsuGangguan terjadi biasanya karena ada situasi yang menekan. Keadaan ini dapat membuat penderita menghindari tanggung jawab atau akan mendapat perhatian (secondary again)

Gangguan SomatisasiKeluhan biasanya pada penderita adalah sakit kepala. Lelah, alergi, sakit perut, dada dan punggung, gangguan yang berhubungan dengan kelamin, jantung berdebar dan sering juga terjadi simtom konversi, kesulitan menstruasi dan ketidakpedulian seksual.

Gangguan somatisasi biasanya dimulai pada masa-masa remaja. Dan penderita lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria.Gangguan ini terjadi seumur hidup

Gangguan Sakit yang SomatoformPenderita merasakan sakit yang tidak berhubungan dengan patologi organik, meskipun telah diperiksa secara intensif.

Rasa sakit mungkin mempunyai hubungan dengan beberapa konflik atau stress, yang memungkinkan individu untuk menghindari aktivitas yan g dibenci. Dapat mendapatkan atensi dan simpati.

Gangguan DisformikOrang yang dipenuhi bayangan yang berlebihan. Bahwa penampilannya rusak, merasa banyak kerut dimukanya. Merasa banyak bulu yang berlebihan di badannya, atau merasa memiliki hidung yang jelek, dll.

HipokondriasisKetakutan mempunyai penyakit yang serius, merasa detak jantung yang tidak normal, perut sakit berpeluh dan sebagainya.Penatalaksanaan Penanganan biomedisPenganann biomedis dapat digunakan antidepresan yang terbatas dalam menangani hipokondriasis yang disertai depresi Terapi koognitif-behavioralTerapi ini berfokus pada memperbaiki perkembangan keterampilan dalam menangani stress.Sumber: Kaplan, Sadock. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatri: Behavioral

InsomniaDefinisiGejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun.PenyebabInsomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.Gambaran KlinisPenderita mengalami kesulitan untuk tidur atau sering terjaga di malam hari dan sepanjang hari merasakan kelelahan. Awal proses tidur pada pasien insomnia mengacu pada latensi yang berkepanjangan dari waktu akan tidur sampai tertidur. Dalam Insomnia psiko-fisiologis, pasien mungkin mengeluh perasaan cemas, tegang, khawatir, atau mengingat secara terus-menerus masalah-masalah di masa lalu atau di masa depan karena mereka berbaring di tempat tidur terlalu lama tanpa tertidur. Pada insomnia akut, dimungkinkan ada suatu peristiwa yang memicu, seperti kematian atau penyakit yang menyerang orang yang dicintai. Hal ini dapat dikaitkan dengan timbulnya insomnia. Pola ini dapat menjadi tetap dari waktu ke waktu, dan pasien dapat mengalami insomnia, berulang terus-menerus. Semakin besar usaha yang dikeluarkan dalam mencoba untuk tidur, tidur menjadi lebih sulit diperoleh. Menonton jam saat setiap menit dan jam berlalu hanya meningkatkan perasaan terdesak dan usaha untuk tertidur. Tempat tidur akhirnya dapat dipandang sebagai medan perang, dan tidur lebih mudah dicapai dalam lingkungan yang asing.

PenatalaksanaanPengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia. Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia, biasanya tidak memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah normal.Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik. Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk mengurangi stres. Jika penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti-depresi.Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk sementara waktu. Alternatif lain untuk mengatasi insomnia tanpa obat-obatan adalah dengan terapi hipnosis atau hipnoterapi.Sumber: Kaplan, Sadock. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatri: Behavioral

3. MATAKonjungtivitis BakterialDefinisiiPenyakit yang sering dijumpai pada anak-anak, biasanya dapat sembuh sendiri.PenyebabInfeksi ini umumnya disebabkan oleh bakteri Staph. epidermidis, Staph. aureus, Strep. pneumoniae dan H. influenza. Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan sekret air mata yang terinfeksi.Gambaran Klinis Mata terlihat merah Rasa mengganjal dan panas pada mata Sekret yang banyak, pada saat bangun tidur kelopak mata lengket dan sulit dibuka. Kelopak mata bengkak dan berkrusta. Pada keadaan awal sekret berbentuk serosa (watery) menyerupai konjungtivitis virus, namun dalam beberapa hari sekret menjadi mukopurulen. Injeksi konjungtiva dapat terlihat dengan jelas.DiagnosisSekret mukopurulen.PenatalaksanaanPemberian antibiotika dapat diberikan dalam bentuk tetes mata dan salep mata. Kloramfenikol tetes mata yang dapat diberikan 4 6 kali sehari Salep antibiotika kloranfenikol atau tetrasiklin dapat diberikan untuk mendapatkan konsentrasi yang tinggi. Diberikan sebelum tidur agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, karena pemberian salep mata dapat mengganggu penglihatan.Sumber: Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007Konjungtivitis ViralDefinisiKonjungitivitis Viral biasanya disebabkan oleh Adenovirus. Penyakit ini sangat tinggi tingkat penyebarannya, melalui respirasi atau sekresi air mata, baik secara langsung maupun melalui bahan pengantar seperti handuk, sapu tangan yang digunakan bersama.PenyebabInfeksi ini disebabkan Adenovirus.Gambaran Klinis Timbul secara akut Mata merah dan berair Biasanya mengenai dua mata Dapat terjadi edema kelopak mata Pada konjungtiva akan terlihat folikel dan sekret serosa Pada kasus yang berat dapat terjadi subkonjungtiva, kemosis dan pseudomembran Apabila terjadi keratitis, maka akan terlihat lesi putih di kornea dengan bentuk pungtata di epitel atau sub-epitel dan dalam keadaan berat dapat terjadi di stroma kornea.DiagnosisSekret serosa.Penatalaksanaan Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh sendiri Pemberian steroid topikal (dapat dikombinasi dengan antibiotika) hanya diberikan bila mata dirasakan sangat tidak nyaman, untuk mengurangi peradangan atau terjadi gangguan penglihatan pada keratitis stromal.Sumber: Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007 Perdarahan SubkonjungtivaDefinisiPerdarahan akibat pecahnya pembuluh darah konjungtiva. Darah terdapat diantara konjungtiva dan sclera, sehingga mata akan mendadak terlihat merah.Penyebab Kerapuhan pembuluh darah Trauma langsung dan tidak langsung pada bola mata Gangguan koagulasiGambaran Klinis Ketika perdarahan terjadi pertama kali, akan terasa tidak nyaman, terasa ada yang mengganjal dan penuh dimata. Tampak adanya perdarahan di sclera dengan warna merah terang (tipis) atau merah tua (tebal). Tidak ada tanda peradangan, kalaupun ada biasanya ringan. Perdarahan akan terlihat meluas dalam 24 jam pertama, setelah itu akan berkurang karena diabsorbsi.PenatalaksanaanPerdarahan subkonkungtiva akan diabsorbsi dalam 2-3 minggu tanpa diobatiSumber: Vaughan. 2010. Oftalmologi Umum. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Mata KeringDefinisiPenyakit mata dimana jumlah atau kualitas produksi air mata berkurang atau penguapan air mata film meningkat.Penyebab Hipofungsi kelenjar lakrimal : kongenital, penyakit sistemik seperti sindrom sjogren, infeksi, cedera, efek medikasi seperti antihistamin, anestetik umum dan antimuskarinik, dan bisa juga karena parese nervus fasial. Defisiensi musin: avitaminosis A, SSJ, konjungtivitis menahun, luka bakar kimiawi, dll. Keadaan defisiensi lipid: parut tepian palpebra dan blepharitis. Penyebaran defektif film air mata: kelainan palpebra, kelainan konjungtiva, dan proptosis.Gambaran Klinis Pasien paling sering mengeluh sensasi gatal atau berpasir pada mata Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitif, merah, sakit, dan sulit menggerakan palpebra.DiagnosisDengan melakukan tes schimer. Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip schrimer ke dalam cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur 5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian yang basah kurang dari 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal.

Penatalaksanaan Pemberian air mata buatan Salep lubrikasi Pada kasus berat, oklusi pungtum dan tarsorafiSumber: 1. Vaughan. 2010. Oftalmologi Umum. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta2. Ilyas S. 2009. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI. jakarta

BlefaritisDefinisiBlefaritis adalah peradangan pada kelopak mata.PenyebabDebu, asap, bahan iritatif, bahan kosmetik, dllGambaran Klinis Menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata. Penderita merasa ada sesuatu dimatanya Mata dan kelopak tersaga gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok. Mata menjadi merah, berair, dan peka terhadap cahaya terang. Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata, jika keropeng dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.Penatalaksanaan Membersihkan pinggiran kelopak mata untuk mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Diberikan salep antibiotic seperti eritomisin atau sulfacetamide. Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata.Sumber: 1. Vaughan. 2010. Oftalmologi Umum. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta2. Ilyas S. 2009. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI. jakarta