13009028-andre elausta tuwan-makalah pendek penelitian.pdf
DESCRIPTION
Proses pengeringan menggunakan microwaveTRANSCRIPT
B.1112.3.42.A/1
KINERJA MICROWAVE TERHADAP PENGUAPAN AIR UNTUK
PENGERINGAN ALPUKAT
Kelompok B.1112.3.42.A
Andre Elausta Tuwan [13009028]
Pembimbing
Yazid Bindar, M. Sc, Ph. D.
Program Studi Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganeca 10, Bandung 40132, Telp 022-2500989
Abstrak
Pada awalnya, peneliti memodifikasi microwave untuk membuat bubuk alpukat. Pada uji coba
pengeringan tetesan alpukat, performa pengeringan dari mikrowave yang dimodifikasi kurang baik.
Diputuskan untuk melakukan penelitian awal sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengeringan pada microwave diketahui. Pada studi awal, dilakukan uji karakteristik pengeringan air.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa sampel air bergerak dengan kecepatan rata-rata 2,88 m/s di
dalam mikrowave dan ditemukan bahwa sampel yang bergerak tidak dapat menyerap gelombang
mikro dengan baik. Pada percobaan dengan variasi volume sampel, hasil pengujian menunjukkan
bahwa penyerapan daya microwave sebanding dengan volume sampel yang dikeringkan. Selain itu,
percobaan dengan variasi waktu pengeringan sampel menunjukkan bahwa penyerapan gelombang
mikro akan semakin baik seiring dengan peningkatan waktu pengeringan. Faktor lain yang
mempengaruhi kecepatan pengeringan adalah penetration depth gelombang mikro dan diameter
sampel yang dikeringkan. Selain itu, pengukuran hasil penyerapan gelombang mikro oleh air pada
kondisi yang sama dapat menghasilkan hasil yang berbeda walaupun tidak signifikan.
Kata kunci : alpukat, air, microwave
1. PENGANTAR
Manusia memerlukan makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Salah satu makanan yang
paling digemari adalah buah-buahan karena kandungan gizi yang tinggi dan rasa yang lezat. Alpukat
ada salah satu buah yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Namun, alpukat tidak banyak
dibudidayakan karena sedikitnya permintaan terhadap buah tersebut. Pada awalnya, penelitian ini
bertujuan untuk membuat bubuk alpukat melalui metode pengeringan. Pembuatan bubuk alpukat
merupakan usaha untuk mendiversifikasi produk akhir alpukat yang selama ini hanya dimakan
langsung atau dibuat jus. Pembuatan bubuk alpukat diharapkan dapat mendorong permintaan terhadap
buah alpukat karena bahan makanan berupa bubuk dapat dikembangkan menjadi bahan baku makanan
lain, misalnya kue. Peningkatan permintaan terhadap buah alpukat akan mendorong peningkatan
produksi buah alpukat di tanah air.
Spray dryer merupakan metode pengeringan yang paling umum digunakan untuk membuat produk
akhir berupa bubuk. Kelemahan dari teknologi ini adalah tidak dapat divakumkan dan mengenakan
paparan temperatur tinggi pada sampel sehingga beberapa bahan yang rentan terhadap panas dapat
rusak. Microwave oven adalah salah satu kemajuan teknologi terbaru dalam proses pengeringan. Salah
satu kelebihan dari microwave oven adalah mudah dimodifikasi, misalnya divakumkan, sehingga
dapat berkembang dengan cepat. Pada penelitian ini, pembuatan bubuk alpukat dilakukan dengan
B.1112.3.42.A/2
menggunakan microwave vakum yang dilengkapi dengan pengumpan berupa sprayer. Hasil yang
diharapkan yaitu keuntungan dari ketiga proses di atas, yaitu titik didih air yang lebih rendah,
pembuatan bubuk alpukat dan proses pengeringan yang cepat dapat diperoleh melalui proses vacuum
spray microwave drying.
Radiasi elektromagnetik dari gelombang mikro yang digunakan pada microwave berada pada
frekuensi diantara 3 MHz – 30.000 GHz (Decareau dan Peterson, 1986). Namun, proses pemanasan
microwave hanya menggunakan gelombang mikro yang berada pada frekuensi 300 – 3000 MHz
karena frekuensi ini dapat memanaskan banyak material dielektrik (Bradshaw dkk., 1998). Saat ini,
frekuensi microwave yang paling banyak digunakan dalam kegiatan industri, penelitian, dan medik
adalah 915 MHz (896 MHz di Inggris) dan 2450 MHz (Bradshaw dkk., 1998). Microwave oven
domestik yang umum digunakan di Indonesia beroperasi pada frekuensi 2450 MHz.
Keuntungan utama dari pengeringan vakum adalah kemampuan untuk dapat menghilangkan
kandungan air pada temperatur yang lebih rendah daripada titik didih normal (Durance dkk., 2002).
Titik didih air adalah 100 oC pada tekanan 1 bar, tetapi titik didih air dapat turun menjadi 28,96
oC
apabila tekanan diturunkan menjadi 40 mbar (Moran dan Shapiro, 1996). Pengeringan vakum menjadi
proses yang menarik karena dapat menjaga kondisi bahan yang rentan rusak karena perubahan kimia
akibat paparan temperatur tinggi (Karimi, 2010). Dibandingkan dengan pengeringan langsung, produk
dikontakkan langsung dengan medium pengering, pengeringan vakum memiliki temperatur
pengeringan yang lebih rendah (Barbosa-Canovas dan Vega Mercado, 1996). Semua sistem yang
menggunakan pengeringan vakum, terdiri atas empat bagian utama, yaitu ruang vakum, pemasok
panas, unit pembuat keadaan vakum, misalnya pompa, dan peralatan untuk menampung uap air, seperti
desikator atau condenser (Karimi, 2010). Pengeringan vakum biasanya digunakan untuk mengeringkan
bahan yang bernilai tinggi karena memerlukan biaya pemasangan, perawatan dan operasi yang mahal
(Somogyi dan Luh, 1986).
Hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa pengeringan dengan microwave vakum merupakan
langkah alternatif untuk meningkatkan kualitas dari produk-produk hasil pengeringan (Karimi, 2010).
Microwave vakum telah sukses diterapkan pada beberapa produk pertanian, seperti kentang, wortel
dan pisang. Kecepatan perpindahan panas akan meningkat secara signifikan ketika menggunakan
energi gelombang mikro apabila dibandingkan dengan pengeringan konvensional yang memiliki nilai
konveksi termal rendah. Giri dan Prasad (2007) melaporkan bahwa waktu pengeringan jamur akan
berkurang 70 – 90 % ketika conventional hot air drying digantikan dengan pengeringan microwave
vakum. Selain itu, waktu pengeringan daun mint akan berkurang dari 2 jam pada conventional hot air
drying yang memiliki suhu operasi 60 – 70 oC menjadi 15 menit ketika mengunakan pengeringan
microwave vakum (Therdthai dan Zhou, 2009). Perbandingan lain yang dilakukan oleh Mousa dan
Farid (2002) menunjukkan bahwa pengeringan menggunakan mikrowave vakum 20 – 30 kali lebih
cepat dari pada proses freeze drying .
2. TEORI
Antara tahun 1860 – 1871, Maxwell mengembangkan teori tentang medan listrik, medan magnet dan
cahaya. Landasan fisika klasik, the Theory of Electromagnetism, kita kenal dengan persamaan
Maxwell’s, diringkas menjadi empat persamaan, yaitu persamaan 1, persamaan 2, persamaan 3, dan
persamaan 4.
B.1112.3.42.A/3
Dimana E adalah medan listrik, D = ε’(T)E adalah vektor perpindahan listrik, H adalah medan magnet,
B = μ(T)H adalah kerapatan fluks magnet, ε’(T) = εrε0 adalah permitivitas listrik (konstanta dielektrik)
dan μ(T) = μrμ0 adalah permeabilitas magnet pada bahan.
Metaxas dan Meredith pada bukunya yang berjudul Industrial Microwave Heating (1983)
mendefinisikan daya rata-rata yang terserap menjadi persamaan 5
Asumsi yang digunakan adalah besarnya vektor medan listrik E konstan disepanjang material yang
dipanaskan. Asumsi ini berlaku apabila material yang dipanaskan berukuran kecil atau konduktivitas
listrik material tersebut kecil. Dengan asumsi yang digunakan bahwa besarnya vektor medan listrik E
adalah konstan di sepanjang material yang dipanaskan, maka E . E* = E2 sehingga persamaan 5
menjadi persamaan 6.
3. PERCOBAAN
3.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah microwave oven, sprayer, tabung kaca dan
penampung bubuk. Kegunaan dari masing-masing alat tersebut adalah sebagai berikut: Mikrowave
oven yang telah dimodifikasi, selanjutnya disebut modified microwave, merupakan sumber pemanas
dalam proses pengeringan; Sprayer berfungsi untuk mengumpankan sampel dalam bentuk butiran-
butiran halus ke dalam microwave oven yang telah dimodifikasi; Tabung kaca sebagai saluran untuk
melewatkan sampel selama berada di dalam microwave serta menjadi penghubung antar microwave;
dan tempat penampungan bubuk berfungsi untuk menampung seluruh bubuk yang telah mengalami
proses pengeringan di dalam microwave.
Selain itu, peneliti juga menggunakan beberapa alat pelengkap untuk mencapai kondisi operasi yang
diinginkan dan menganalisis kondisi operasi yang ingin diterapkan. Peralatan pelengkap tersebut
adalah juicer untuk membuat bubur alpukat, alat pembuat vakum yang terdiri atas vacuum pump, tiang
penyangga dan bak air untuk membuat kondisi vakum pada saat pengoperasian microwave oven serta
sensor tekanan dan suhu untuk mengetahui tekanan dan suhu operasi dari proses pengeringan yang
peneliti lakukan.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alpukat dan air. Buah alpukat yang digunakan
berasal dari varietas hijau bundar yang berbentuk sedikit oval dan berukuran sedang. Daging buah
alpukat tersebut berkualitas baik dan memiliki sedikit serat. Selain itu, buah alpukat varietas ini relatif
mudah untuk ditemui di pasaran.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab IV membahas tentang seluruh penelitian awal yang dilakukan untuk mengetahui performa
modified microwave. Hal ini dilakukan untuk memastikan aspek keamanan dan tujuan pembuatan
modified microwave dapat tercapai.
B.1112.3.42.A/4
4.1 Dinamika Gerak Air dan Alpukat serta Uji Pengeringan dalam Chamber Microwave
Sub-bab 4.1 membahas tentang pergerakan sampel ketika disemprot dari bagian atas microwave dan
menempuh jarak sejauh 1,7 meter sampai akhirnya tiba di dasar chamber microwave. Sampel yang
digunakan dalam proses pengeringan ini adalah bubur alpukat dan air. Berdasarkan hasil uji coba,
peneliti mendapatkan bahwa waktu yang diperlukan sampel untuk menempuh jarak chamber
microwave sepanjang 1,7 meter adalah 0,6 detik. Selain itu, dengan menggunakan rumus gerak jatuh
bebas, yang ditunjukkan oleh persamaan 7, peneliti mengetahui bahwa waktu tempuh sampel yang
sebenarnya di dalam chamber microwave adalah:
Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian dan nilai teoritik memiliki nilai yang tidak berbeda secara
signifikan karena memiliki galat yang kecil, yaitu sebesar 1,67 %. Profil kecepatan sampel di
sepanjang modified microwave ditunjukkan pada Gambar 1. Kecepatan sampel di sepanjang chamber
selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jarak tempuh karena tetesan air mengalami percepatan
oleh gaya gravitasi. Kecepatan akhir sampel didapatkan pada dasar chamber microwave, yaitu 5,78
m/s. Kecepatan rata-rata sampel di sepanjang chamber microwave adalah 2,88 m/s, yang berarti
modified microwave memanaskan sampel yang bergerak dengan kecepatan rata-rata 2,88 m/s di
sepanjang chamber microwave.
Gambar 1 Profil kecepatan air
Pengeringan bubur alpukat dilakukan dengan meneteskan 20 tetes bubur alpukat dalam waktu 4 detik.
Pengeringan tetesan air dilakukan dengan meneteskan 40 tetes air dalam waktu 4 detik di dalam
chamber microwave. Kedua sampel tersebut dipaparkan dengan daya microwave sebesar 665 Watt dan
950 Watt. Temperatur keluaran sampel pada chamber microwave ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Temperatur awal dan akhir sampel pada paparan daya microwave
Bubur Alpukat To TT
665 Watt 23 oC 23/24
oC
950 Watt 23 oC 23/24
oC
Air To TT
665 Watt 24 oC 24/25
oC
950 Watt 24 oC 24/25
oC
4 detik
4 detik
B.1112.3.42.A/5
Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel hanya dapat menyerap sedikit gelombang mikro dari seluruh daya
yang dilepaskan oleh microwave. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengeringan sampel di dalam
modified microwave tidak efektif. Faktor-faktor yang menyebabkan proses pengeringan tidak efektif
adalah: (i) pergerakan tetesan air di sepanjang chamber microwave; (ii) penyerapan daya microwave
oleh gelas kaca; (iii) volume sampel yang kecil; dan (iv) waktu pengeringan yang relatif singkat.
Ketidakmapuan mendistribusikan panas pada benda yang bergerak merupakan salah satu kelemahan
microwave yang terbesar (Yousefi dkk., 2013). Hal ini disebabkan karena ketidakmerataan bentuk
medan energi gelombang mikro di dalam chamber microwave (Yousefi dkk, 2013). Untuk mengatasi
hal ini, pemfokusan medan energi gelombang mikro dapat dilakukan sehingga pembangkitan panas di
dalam sampel akan meningkat. Selain itu, penyerapan daya oleh tetesan air tidak maksimal karena
terdapat kompetitor berupa gelas kaca yang menjadi chamber microwave. Penyerapan daya oleh gelas
kaca diketahui karena gelas kaca menjadi panas selama proses pengeringan sampel di dalam
microwave.
4.2 Pengaruh Volume Sampel Terhadap Proses Pengeringan Menggunakan Microwave
Sub-bab 4.2 membahas tentang performa modified microwave melalui variasi volume air yang
dikeringkan. Gambar 2(a) menunjukkan pengaruh volume air terhadap besarnya penyerapan
gelombang mikro oleh air. Volume air divariasikan di antara 20 – 700 ml dengan lama pemanasan
selama 300 detik. Gambar 2(a) menunjukkan bahwa semakin kecil volume sampel yang dipanaskan,
semakin kecil penyerapan gelombang mikro yang terjadi. Namun, apabila volume sampel yang
dipanaskan semakin besar, penyerapan gelombang mikro juga akan semakin besar.
Gambar 2(a) juga menunjukkan perbedaan antara perhitungan teoritik penyerapan gelombang mikro
dan hasil percobaan pada microwave berdaya 950 Watt. Perbedaan penyerapan daya microwave antara
data teoritik dan hasil percobaan pada sampel bervolume < 300 ml terjadi karena proses penguapan
dan perubahan temperatur sampel. Proses penguapan akan mengakibatkan volume air berkurang
sehingga penyerapan daya berkurang. Pada saat yang bersamaan, penyerapan daya yang lebih kecil
menyebabkan kenaikan temperatur yang lebih kecil. Kenaikan temperatur yang lebih kecil
menyebabkan penurunan nilai dielektrik air lebih kecil sehingga penyerapan daya lebih besar. Daya
yang diserap akibat perubahan nilai dielektrik air lebih besar daripada penurunan daya terserap akibat
proses penguapan. Akibatnya, hasil percobaan menunjukkan nilai yang lebih besar daripada
perhitungan teoritik. Pada sampel bervolume > 300 ml, air yang teruapkan lebih sedikit sehingga
perbedaan antara data teoritik dan hasil percobaan tidak terlalu besar. Selain itu, tidak ada batas atas
penyerapan gelombang mikro pada perhitungan teoritik sehingga besarnya penyerapan akan
berbanding lurus dengan volume sampel yang dikeringkan.
Gambar 2 Pengaruh volume sampel terhadap (a) penyerapan dan (b) efisiensi penyerapan energi
B.1112.3.42.A/6
Gambar 2(b) menunjukkan pengaruh volume sampel terhadap efisiensi rata-rata penyerapan
gelombang mikro. Gambar 2(b) menunjukkan bahwa efisiensi penyerapan gelombang mikro pada daya
665 Watt lebih baik daripada efisiensi penyerapan gelombang mikro pada daya 950 Watt. Efisiensi
penyerapan gelombang mikro maksimal adalah sebesar 42,1% untuk daya 950 Watt. Sedangkan
efisiensi pada paparan daya 665 Watt mencapai 45,5%. Hal ini terjadi karena daya microwave tidak
dapat diubah sepenuhnya menjadi energi termal oleh sampel, sehingga banyak gelombang mikro yang
diteruskan atau dipantulkan kembali.
4.3 Prinsip Kerja Microwave
Gambar 3(a) menunjukkan pengaruh waktu terhadap penyerapan gelombang mikro. Semakin tinggi
suhu sampel, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan polarisasi semakin cepat sehingga energi yang
diserap sampel lebih banyak dan pembangkitan panas di dalam sampel terjadi lebih cepat. Pada awal-
awal proses pemanasan, polarisasi dipol listrik permanen mendominasi waktu pemanasan sehingga
pembangkitan panas kurang efektif. Setelah 30 detik, polarisasi dipol listrik permanen semakin cepat
dan mulai stabil setelah 300 detik.
Gambar 3(b) menunjukkan pengaruh waktu terhadap efisiensi penyerapan gelombang mikro.
Penyerapan gelombang mikro oleh sampel yang dipaparkan oleh daya microwave sebesar 665 Watt
lebih efisien daripada sampel yang dipaparkan pada daya microwave sebesar 950 Watt.
Ketidakefisienan pada microwave terjadi karena banyaknya energi yang hilang pada yang disebabkan
sampel tidak mampu mengolah daya yang diterima sehingga gelombang mikro diteruskan atau
dipantulkan kembali oleh sampel.
Gambar 3 Pengaruh waktu pengeringan terhadap (a) penyerapan dan (b) efisiensi penyerapan energi
Osilasi terjadi karena magnetron, sumber gelombang mikro, mengalami overheated sehingga tidak
dapat membuat gelombang mikro dengan baik. Penjelasan ini diperkuat dengan penjelasan dari buku
manual microwave yang mengatakan bahwa pelepasan daya microwave akan menurun secara otomatis
setelah microwave bekerja selama 1 jam atau magnetron terlalu panas dan pelepasan daya microwave
akan kembali normal setelah magnetron mengalami pendinginan. Beberapa penelitian yang
memperkuat hal ini adalah percobaan Cheenkachorn dkk. (2010) yang meneliti tentang pengaruh
waktu “on-off” dalam operasi microwave vakum yang menunjukkan bahwa variasi pulsed-mode
heating yang tepat akan meningkatkan penyebaran panas di dalam sampel yang dipanaskan.
4.4 Pengaruh Penetration Depth dan Diameter Tetesan Air terhadap Kecepatan Pengeringan
Hukum Lambert mengatakan jika sampel memiliki kedalaman yang lebih besar daripada penetration
B.1112.3.42.A/7
depth gelombang mikro, paparan gelombang mikro di sepanjang sampel akan berkurang secara
eksponensial sesuai dengan kedalaman sampel tersebut. Namun, jika kedalaman sampel jauh lebih
kecil daripada penetration depth, laju perpindahan panas di dalam sampel akan semakin cepat. Gambar
4 menunjukkan bahwa penetration depth dari gelombang microwave yang digunakan adalah 2,75 cm.
Hal ini menunjukkan bahwa pengeringan dengan menggunakan microwave akan efektif pada sampel
yang memiliki radius sebesar < 2,75 cm. Sampel yang memiliki radius > 2,75 cm tidak efektif dalam
penyerapan panas karena pembangkitan panas tidak terjadi di pusat sehingga penyebaran panas
menjadi tidak merata.
Cara lain untuk menentukan penetration depth adalah mengunakan persamaan 8.
Penetration depth gelombang mikro pada temperatur ± 25 oC
Penetration depth gelombang mikro pada temperatur ± 100 oC
Terdapat perbedaan yang cukup berarti pada hasil perhitungan rata-rata penetration depth dan uji lab
yang dilakukan, yaitu galat sebesar 17,91 %. Faktor yang mungkin menyebabkan hal ini terjadi adalah
volume sampel yang dipanaskan relatif kecil sehingga kecepatan perpindahan panas yang cepat masih
dapat terjadi.
Gambar 4 Pengaruh diameter sampel terhadap penyerapan gelombang mikro
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung
(FTI – ITB) yang telah memberikan dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN).
6. LITERATUR
Barbosa-Cánovas, G.V. and H. Vega-Mercado. 1996. Dehydration of Foods. New York: Chapman &
Hall.
Bradshaw, S. M., Van Myk, E. J., dan De Swardt, J. B. 1998. Microwave heating principles and the
application to the generation of granular activated carbon. The journal of The South African
Institute of Mining and Metallurgy 201 – 212.
Cheenkachorn, Kraipat, Piyawat Jintanatham, dan Sarun Rattanaprapa. 2010. Drying of papaya
B.1112.3.42.A/8
(Cariya papaya L.) using microwave vacuum dryer. World Academy of Science, Engineering and
Technology 69 (20), halaman 899 – 903.
Decareau, R. V. dan Peterson, R. A. 1986. Current state of microwave processing. In Microwave-
Processing and Engineering, Ellis Horwood, Chichester, UK, halaman 22 – 23.
Durance, T. D., dan Wang, J. H. 2002. Energy consumption, density, and rehydration rate of vacuum
microwave and hot-air convection-dehydrated tomatoes. Journal of Food Science 67 (6) : 2212 –
2216.
Giri, S.K. dan Prasad, S. 2007. Drying kinetics and rehydration characteristics of microwave-vacuum
and convective hot-air dried mushrooms. Journal of Food Engineering 78 (2) : 512 – 521.
Karimi, F. 2010. Properties of the drying of agricultural product in microwave vacuum: a review
article. Journal of Agricultural Technology 2010 volume 6(2): 269 – 287.
Metaxas, A. C. dan Meredith, R. J. 1983. Industrial Microwave Heating, I. E. E. Power Eng. Ser. 4,
Peter Peregrinus, London.
Moran, Michael J. dan Shapiro, Howard N. 1996. Fundamentals of engineering thermodynamics.
United States of America : John Wiley & Sons, Inc.
Mousa, N, dan Farid, M. 2002. Microwave vacuum drying of banana slices. Drying Technology, 20
(10): 2055 – 2066.
Somogyi L. P. dan B. S. Luh. 1986. Dehydration of Fruits. In: Woodrof, J. G dan B. S. Luh (Eds.
1986). Commercial Fruit Processing. 2nd
Edition. New York: Van Nostrand Reinhold.
Therdthai, N. dan Zhou, W. 2009. Characterization of microwave vacuum drying and hot air drying og
mint leaves (Mentha cordifolia Opix ex Fresen). Journal of Food Engineering 91 (3): 482 – 489.
Yousefi, T., Mousavi, S. A., Saghir, M. Z., dan Farahbakhsh, B. 2013. An investigation on the
microwave heating of flowing water: a numerical study. International Journal of Thermal Sciences
71: 118 – 127.
7. SIMBOL
c : kecepatan cahaya di ruang vakum (3,0x108 m/s)
D : vektor perpindahan listrik
ε0 : permitivitas absolut di ruang angkasa atau vakum (8,854x10-12
F/m)
εabs : permitivitas absolute material yang dipanaskan (εabs = εrε0)
εr : permitivitas kompleks
ε’ : dielectric constant
ε” : dielectric loss factor
E : kekuatan medan listrik (V/m)
f : frekuensi (Hz)
H : kekuatan medan magnet (A/m)
k : konduktivitas panas (W/m-1
K-1
)
tan δ : loss tangent (tan δ = ε”/ε’)
λ : panjang gelombang cahaya di ruang vakum
μ : permeabilitas material