1.3. tujuan penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/73039/potongan/s1... · bahwa tanah...
TRANSCRIPT
6
penelitian ini dilakukan untuk menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan
yang telah dirumuskan sebagai berikut :
1) Dimana sajakah lokasi persewaan lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta?
2) Bagaimana pola sebaran persewaan lapangan futsal yang ada di Perkotaan
Yogyakarta?
3) Faktor – faktor apakah yang menentukan pemilihan lokasi persewaan
lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta menurut para pemilik?
4) Apakah lokasi persewaan lapangan futsal yang ada saat ini sesuai dengan
rencana peruntukan kawasan berdasarkan dokumen Recana Tata Ruang
Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta Tahun 2008 - 2028?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian antara lain :
1) Mengidentifikasi lokasi persewaan lapangan futsal yang ada di Perkotaan
Yogyakarta.
2) Mengidentifikasi pola sebaran persewaan lapangan futsal yang ada di
Perkotaan Yogyakarta.
3) Mengidentifikasi faktor – faktor yang menentukan pemilihan lokasi
persewaan lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta.
4) Mengidentifikasi kesesuaian lokasi persewaan lapangan futsal terhadap
rencana peruntukan kawasan berdasarkan Rencana Tata Ruang Kawasan
Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta Tahun 2008 - 2028.
1.4. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka diharapkan nantinya penelitian ini
dapat bermanfaat sebagai berikut :
1) Memberikan informasi mengenai sebaran lapangan futsal yang terdapat di
Perkotaan Yogyakarta bagi masyarakat secara umum dan pecinta olahraga
futsal khususnya,
7
2) Memberikan masukkan kepada pemerintah daerah dalam menyusun
peruntukan kawasan dengan lebih detil,
3) Memberikan informasi bagi para calon pelaku bisnis persewaan lapangan
futsal, atau pun bisnis yang terkait dengan persewaan lapangan futsal,
4) Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penelitian sejenis yang akan
datang,
5) Untuk memenuhi syarat kelulusan sarjana strata satu (S1).
1.5. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka diperlukan dalam sebuah penelitian guna memberikan
fakta – fakta pendukung yang relevan pada penelitian yang diangkat. Landasan
teori yang terkait akan menjadi acuan dasar dalam melakukan analisis penelitian
ini. Landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain mengenai
Pendekatan Keruangan, Konsep Lahan dan Penggunaan Lahan, Pola Sebaran,
Perkembangan Kota, Lokasi, serta Konsep Pemasaran. Dengan memahami
landasan teori yang digunakan, akan memberikan kemudahan dalam melakukan
analisis nantinya, apakah sesusai dengan landasan teori yang telah ada selama ini
atau justru sebaliknya. Berikut ini beberapa tinjauan pustaka yang menjadi
landasan teori dalam penelitian ini :
1.5.1. Pendekatan Keruangan
Menurut Bintarto (1977), geografi adalah ilmu pengetahuan yang
mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta
mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari
unsur bumi dalam ruang dan waktu. Selain itu juga dijelaskan pula bahwa
geografi adalah studi tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan
menusia di atas bumi.
Kajian geografi secara umum dibedakan menjadi dua hal, pertama objek
yang berkaitan dengan material, dan yang kedua adalah objek formal. Obyek
geografi menurut Bintarto (1987), adalah gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi dipermukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang
8
menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya. Objek material dalam ilmu
geografi adalah fenomena geosfer yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer,
biosfer, dan antroposfer. Objek formal geografi berupa pendekatan yang
digunakan untuk memahami objek material. Pendekatan tersebut antara lain,
pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan ekologi (ecological
approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
Menurut Suraatmadja (1981), pendekatan keruangan merupakan metode
pendekatan yang khas bagi geografi yang dilakukan atas dasar prinsip – prinsip
yang berlaku, yaitu penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Eksistensi ruang dalam
perspektif geografi (Yunus, 1987) dapat dipandang dari struktur spasial (spatial
structure), pola spasial (spatial pattern), serta proses spasial (spatial process).
Sedangkan menurut Bintarto (1991), mengenai analisis keruangan yaitu faktor –
faktor apakah yang menguasai pola penyebaran tersebut dan bagaimanakah pola
tersebut dapat diubah agar penyebarannya menjadi lebih efisien dan efektif atau
lebih wajar.
Suraatmadja (1981) juga menambahkan bahwa pembahasan dalam analisa
keruangan tertuju pada teori dan model keruangan yang akan digunakan. Hal – hal
yang menjadi fokus perhatian analisa keruangan yaitu mengenai lokasi, distribusi,
difusi, dan interaksi. Untuk mengkaji persebaran atau distribusi keruangan gejala
geografi dapat dipergunakan analisa tetangga terdekat.
Pada penelitian ini, pendekatan keruangan lebih cenderung digunakan
untuk melakukan analisis terhadap perkembangan dari persebaran persewaan
lapangan futsal yang terdapat di Perkotaan Yogyakarta. Analisis keruangan yang
diterapkan dalam penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk melakukan
analisis mengenai kecenderungan arah dan pola perkembangan dari persewaan
lapangan futsal yang terdapat di Perkotaan Yogyakarta atau di dalam wilayah
penelitian.
1.5.2. Konsep Lahan
Dalam kehidupan sehari - hari kita masih sering mendapati
penyalahgunaan antara konsep lahan (land) dengan konsep tanah (soil), meskipun
9
dalam penggunaannya memiliki maksud yang sama akan tetapi dua konsep
tersebut jika diartikan secara harfiah akan memiliki perbedaan yang sangat jelas.
Menurut Berzellius (1803) dalam Ritohardoyo (2009) tanah merupakan
laboratorium kimia yang terdapat di alam, dimana proses dekomposisi dan reaksi
sintesa kimia berlangsung. Fallon (1985) dalam Ritohardoyo (2002) berpendapat
bahwa tanah sebagai lapisan bumi teratas yang terbentuk dari batuan – batuan
lapuk. Menurut Dokuchaev (1879) dalam Ritohardoyo (2002) mengemukakan
tanah sebagai bentukan – bentukan mineral dan organik di permukaan bumi yang
sedikit banyak selalu diwarnai oleh humus sebagai hasil kegiatan kombinasi
material jasad hidup maupun mati dengan bahan induk relief.
Berasal dari pengembangan beberapa definisi mengenai tanah tersebut,
kemudian Marbut (1990) mengartikan tanah sebagai lapisan paling luar dalam
kulit bumi yang memiliki sifat tidak padu (unconsolidate), gembur, mempunyai
sifat – sifat fisik, memiliki susunan kimia, mengalami proses – proses kimia, serta
memiliki sifat morfologis dan sifat biologis. Sandy (1977) dalam Sadyohutomo
(2008) mengemukakan bahwa tanah memiliki tiga pengertian, antara lain :
a. Tanah sebagai media tumbuh tanaman, yang dapat diketahui tingkat
kesuburannya untuk bercocok tanam,
b. Tanah sebagai material yang dapat dipindahkan, artinya dapat diketahui dari
berat dan isi (volume),
c. Tanah sebagai bentang lahan, yang diukur berdasarkan luasnya, berkaitan
dengan pemanfaatan ruang.
Dari ketiga pengertian yang dikemukakan oleh Sandy tersebut, sebenarnya sudah
cukup jelas perbedaan antara lahan (land) dengan tanah (soil). Pengertian pertama
dan kedua merupakan pengertian dari tanah (soil), sedangkan untuk pengertian
ketiga merupakan pengertian dari lahan (land).
Pada penelitian ini konsep lahan yang digunakan ialah definisi yang
ketiga, dimana lahan dimanfaatkan sebagai persewaan lapangan futsal, dimana
pemanfaatannya tergantung kepada luasan lahan yang akan digunakan.
Pemanfaatan lahan dalam konteks persewaan lapangan futsal ialah lahan yang
10
dapat diketahui dan diukur posisinya, serta memiliki lokasi strategis yang
merupakan pengaruh dari aktifitas – aktifitas manusia.
Namun untuk lebih jelasnya, Vink (1975) mengemukakan tentang lahan
secara geografis yaitu suatu wilayah tertentu yang terdapat diatas permukaan
bumi, khususnya meliputi seluruh unsur penyusun biosfer yang dapat dianggap
bersifat menetap atau berpindah berada di atas dan dibawah wilayah tersebut,
meliputi atmosfer, tanah, dan batuan induk, topografi, air, tumbuh – tumbuhan
dan binatang, serta akibat – akibat dari kegiatan manusia pada masa lalu maupun
masa sekarang, yang keseluruhannya memiliki pengaruh nyata terhadap
penggunaan lahan oleh manusia, pada masa sekarang maupun masa yang akan
datang.
1.5.3. Penggunaan Lahan
Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor dari
berkembangnya suatu wilayah. Jumlah penduduk yang semakin bertambah pun
akan diiringi dengan kebutuhan ruang yang semakin bertambah pula. Kebutuhan
ruang ini akan berkaitan langsung dengan pemanfaatan lahan atau penggunaan
lahan. Maka lahan pun menjadi salah satu kebutuhan manusia dalam upayanya
untuk bertahan hidup.
Menurut Ritohardoyo (2002) penggunaan lahan pada saat sekarang
merupakan indikator terhadap dinamika dari eksploitasi oleh manusia secara
individu maupun kelompok pada sekumpulan sumber daya alam untuk memenuhi
kebutuhannya. Penggunaan istilah eksploitasi, jelas memiliki makna yang bersifat
kultural, sosial, dan ekonomi. Sedangkan istilah sumber daya alam mengartikan
bahwa terdapat kemampuan faktor – faktor produksi yang bersifat bio-fisis pada
suatu tempat tertentu seperti air, tanah, batuan, iklim, binatang, dan tumbuh –
tumbuhan.
Malingreau (1978) dalam Ritohardoyo (2009) berpendapat bahwa
penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara
menetap ataupun berpindah – pindah terhadap suatu kelompok sumber daya alam
dan sumber daya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan
11
untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun keduanya.
Bahkan jenis penggunaan lahan pun telah diklasifikasikan berdasarkan Peraturan
Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 tahun 1997, yaitu
sebagai berikut :
a. Lahan Perumahan, adalah areal lahan yang digunakan untuk kelompok rumah
yang memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat tinggal / lingkungan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana serta sarana lingkungan.
b. Lahan Perusahaan, adalah areal lahan yang digunakan untuk suatu badan
hukum atau badan usaha milik negara dan swasta untuk kegiatan ekonomi
yang bersifat komersil bagi pelayanan perekonomian dan atau tempat
transaksi barang dan jasa.
c. Lahan Industri / Pergudangan, adalah areal lahan yang digunakan untuk
kegiatan ekonomi yang berupa proses pengolahan bahan baku menjadi barang
setengah jadi sehingga barang jadi.
d. Lahan Jasa, adalah areal yang digunakan untuk kegiatan pelayanan sosial
ekonomi dan budaya masyarakat kota, yang dilaksanakan oleh badan dan atau
organisasi kemasyarakatan, pemerintah maupun swasta yang menitikberatkan
pada kegiatan non-komersial.
e. Lahan Persawahan, adalah areal lahan pertanian yang digenangi air secara
periodik dan atau terus menerus yang ditanami padi atau diselingi dengan
tanaman tebu, tembakau, atau palawija.
f. Pertanian Lahan Kering Semusim, adalah areal lahan yang tidak pernah
dialiri dan mayoritas ditanami dengan tanaman berumur pendek.
g. Lahan yang tidak ada bangunan, adalah sebidang tanah di dalam wilayah
perkotaan yang belum atau tidak digunakan untuk pembangunan perkotaan.
h. Lain – lain, adalah areal lahan yang digunakan untuk prasarana seperti jalan,
sungai, bendungan, serta saluran yang merupakan buatan manusia maupun
alamiah.
Pada penelitian ini lahan yang dimanfaatkan sebagai persewaan lapangan
futsal termasuk dalam jenis klasifikasi lahan perusahaan, karena didalamnya
terdapat transaksi untuk sewa lapangan futsal. Kepemilikan lahan persewaan
12
lapangan futsal pun merupakan milik swasta, baik lahan yang disewakan ataupun
lahan milik pribadi yang kemudian dibangun persewaan lapangan futsal.
Meskipun sebelum dimanfaatkan sebagai persewaan lapangan futsal, bisa saja
termasuk dalam lahan tidak ada bangunan, namun dalam penelitian ini lahan yang
digunakan termasuk lahan perusahaan.
1.5.4. Pola Sebaran
Hagget (1972) dalam Bintarto & Hadisumarno (1979) menjelaskan bahwa
pola persebaran suatu fenomena tertentu dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
pola seragam (uniform), pola menelompok (clustered) dan acak (random). Pola
persebaran ini mempertimbangkan segi waktu dan ruang dalam perhitungannya.
Pendekatan yang demikian dinamakan analisis tetangga terdekat (nearest –
neighbor analysis). Adapun formula yang digunakan dalam penghitungan analisis
tetangga terdekat sebagai berikut :
Keterangan:
T : Indeks Penyebaran Tetangga Terdekat
Ju : Jarak rata – rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang
terdekat
Jh : Jarak rata – rata yang diperoleh apabila semua titik memiliki pola random
N : Jumlah Titik
A : Luas Wilayah
Klasifikasi nilai T dimulai dari 0 sampai dengan 2,15. Dapat dilihat pada
Gambar 1.1. mengenai ilustrasi pendekatan analisis tetangga terdekat.
0 0,7 1,4 2,15
13
I II III
Gambar 1.1. Ilustrasi pedekatan analisis tetangga terdekat
Keterangan :
Pola I = mengelompok (Cluster Pattern)
Pola II = tersebar tidak merata (Random Pattern)
Pola III = seragam / tersebar merata (Regular Patern)
Analisis tetangga terdekat memerlukan data mengenai jarak antara satu
titik dengan titik lainnya sebagai obyek yang diamati. Dalam perhitungannya,
diharapkan antara satu titik dengan titik yang lain tidak memiliki penghalang yang
cukup berpengaruh seperti jurang atau sungai yang tidak memiliki jembatan. Hal
ini dikarenakan penghalang tersebut cukup sulit untuk dilalui sehingga tidak
memenuhi jarak terdekatnya.
Objek penelitian berupa persewaan lapangan futsal yang berada di wilayah
Perkotaan Yogyakarta dengan aksesibilitas yang dapat dikatakan relatif mudah
dijangkau, maka analisis tetangga terdekat dapat digunakan dengan tepat. Kondisi
dari Perkotaan Yogyakarta sendiri yang tidak terdapat penghalang seperti jurang,
serta kondisi jembatan di Perkotaan Yogyakarta yang memiliki kondisi relatif
baik, maka dalam perhitungannya tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.
Selain itu, penentuan batas wilayah sebagai kerangka acuan sangat penting
dalam menganalisis pola persebaran. Kerangka dan jumlah titik juga sangat
mempengaruhi akurasi dari pola persebaran, sebagai contoh jika jumlah sampel
mendekati populasi. Penggunaan analisis tetangga terdekat ini ditujukan untuk
melihat pola dari persebaran objek penelitian, sehingga dapat dilihat apakah
terdapat persaingan antar objek.
Seragam Mengelompok Random
14
1.5.5. Teori Perkembangan Kota
Perkotaan bisa jadi merupakan hasil dari proses pemekaran kota,
pemekaran kota disebabkan karena semakin berkurangnya daya tampung kota
sebagai dampak dari aktifitas fisik, sosial dan ekonomi di kota. Arah pemekaran
kota berbeda – beda tergantung pada kondisi kota dan kondisi sekitarnya
(Bintarto, 1977). Daerah – daerah yang memiliki potensi ekonomi tinggi akan
memiliki daya tarik yang kuat untuk membentuk perkotaan. Untuk kasus di
Yogyakarta, gejala semacam ini dapat diamati di daerah – daerah pusat
pertumbuhan baru dimana di dalamnya terdapat aktifitas yang terkait dengan
pendidikan atau pariwisata.
Menurut Yunus (1987), perkembangan kota adalah suatu proses perubahan
keadaan dari satu waktu yang lain. Menurut Bintarto (1977) menyatakan bahwa
kota selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan sehingga menyebabkan
perluasan kota, yang diakibatkan oleh tuntutan kebutuhan penduduk yang
jumlahnya akan terus meningkat, seperti bertambahnya fasilitas – fasilitas
pelayanan, hubungan relasi dengan kota lain yang dapat menunjang
perkembangan kota, serta didukung oleh perubahan dan kemajuan pendidikan,
teknologi, kebudayaan dan lain sebagainya.
Menurut Balla dan Ruswurm (1981), faktor utama yang berpengaruh
terhadap ekspresi keruangan kota – kota di Kanada adalah pertumbuhan
penduduk, persaingan memperoleh lahan, hak – hak pemilikan lahan, kegiatan
pembangunan, perencanaan, perkembangan teknologi, lingkungan fisik yang
beragam, sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan.
Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah perkotaan, pada
dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan kota yang menyangkut aspek – aspek
fisik maupun non – fisik. Menurut Herbert (1982) dalam Hermawanto (1996),
morfologi kota berkembang dengan : (1) unsur – unsur penggunaan jalan, (2) pola
– pola jaringan jalan, (3) tipe – tipe bangunan, dengan demikian perkembangan
kota dapat dilihat dari tingkat perkembangan secara fisik.
15
Branch (1996) menyatakan bahwa jalur – jalur transportasi dan utilitas
kota merupakan pembentuk pola penggunaan lahan di kota. Sejak awal
pertumbuhan komunitas, berbagai kegiatan bisnis memilih lokasi di sepanjang
jalur – jalur lalu lintas primer dan di tempat – tempat yang merupakan konsentrasi
para pelanggan potensial.
Gist (1956) mengemukakan, adapun perkembangan kota yang disebabkan
oleh aktivitas manusia, dikelompokkan dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Aktivitas manusia untuk memproduksi bahan baku yang dapat menimbulkan
kegiatan industri. Industrialisasi diasumsikan dapat memicu perkembangan
suatu kota.
b. Aktivitas manusia yang berhubungan dengan lalu lintas barang dan manusia
dari satu tempat ke tempat lain sehingga dapat menimbulkan kegiatan
pengangkutan, serta lalu lintas penerangan yang disebut komunikasi.
c. Aktivitas manusia untuk mendistribusikan barang yang dihasilkan sehingga
terjadi perdagangan. Terjadinya perdagangan menunjukkan adanya interaksi
baik dalam kota sendiri maupun dengan daerah luar.
d. Aktivitas manusia dalam fungsi politis, menimbulkan kegiatan untuk
mengatur daerah (pemerintahan). Untuk itu diperlukan bangunan gedung
pemerintahan, untuk keperluan kantor, bank, sekolah, pasar, dan lain – lain
yang mendorong suatu tempat menjadi tempat sentral. Dari tempat sentral
tersebut, segala aktivitas dapat terdorong untuk muncul disana yang pada
akhirnya berdampak pada perkembangan kota itu sendiri.
Dalam penelitian ini penulis menghubungkan antara perkembangan
persewaan lapangan futsal dengan keberadaan kampus – kampus di Yogyakarta
sebagai pusat pertumbuhan baru yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap
kegiatan ekonomi disekitarnya. Sejumlah kampus yang terdapat di Yogyakarta
merupakan salah satu penarik yang sangat berpengaruh bagi para pendatang
(calon mahasiswa) sehingga berpengaruh pula terhadap perkembangan Kota
Yogyakarta. Banyaknya pendatang sebagai mahasiswa, maka pangsa pasar
persewaan lapangan futsal pun akan bertahan lama, hal ini pun akan berpegaruh
16
secara langsung terhadap perkembangan dari persewaan lapangan futsal itu
sendiri.
1.5.6. Teori Lokasi
Kegiatan ekonomi tidak pernah lepas dengan faktor lokasi. Lokasi sangat
mempengaruhi perkembangan dari kegiatan ekonomi tersebut. Hal ini dapat
dijelaskan lebih rinci oleh Estall dan Buchanan (1973), yang menyatakan bahwa
lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam aktivitas ekonomi. Pemilihan
lokasi merupakan suatu keputusan rasional yang normal, membuat beberapa
penilaian tentang prospek untuk suatu bisnis dalam suatu lokasi dan untuk jenis
bisnis baru, lokasi merupakan keputusan paling awal.
Smith (1971) juga menjelaskan bahwa terdapat 3 faktor penting yang
mempengaruhi lokasi industri, antara lain :
a. Biaya angkut (transport cost)
Tinggi rendahnya biaya angkut sangat mempengaruhi biaya produksi.
Industri yang berorientasikan pada pasar dan material akan memperhitungkan
biaya angkut dalam proses produksinya.
b. Biaya buruh (labour cost)
Upah buruh pada suatu daerah berbeda dengan daerah yang lain. Terdapat
daerah yang memiliki upah buruh yang terbilang cukup murah, namun ada
pula daerah yang memiliki upah buruh yang terbilang cukup tinggi.
c. Aglomerasi
Aglomerasi akan timbul ketika produksi dan pemasaran lebih menguntungkan
saat dibawa keluar oleh satu unit produksi yang besar.
Faktor biaya angkut dapat digunakan dalam analisis dinamika lokasi bisnis
pelayanan. Weber (1972) menuliskan pada keputusan lokasi industri manufaktur
membutuhkan aliran pasar dan barang, sehingga faktor lokasi pasar yang potensial
untuk orientasi pasar dan faktor aglomerasi merupakan faktor yang cukup penting
dalam keputusan pemilihan lokasi.
Dalam penelitian ini penulis memiliki ketertarikan pada faktor – faktor
yang menentukan pemilihan lokasi dalam mendirikan lapangan futsal. Kondisi
17
saat ini bahwa pasar dari persewaan lapangan futsal adalah mahasiswa, tidak
dapat dipungkiri bahwa perkembangan persewaan lapangan futsal merupakan
pengaruh dari keberadaan kampus – kampus populer di Yogyakarta. Jumlah
mahasiswa yang terus bertambah juga mendukung perkembangan persewaan
lapangan futsal.
1.5.7. Konsep Pemasaran
Menurut Zikmund & D’ Amico (1989) dalam Swastha (2005) menyatakan
bahwa market segmentation merupakan upaya memilah – milah sebuah pasar
yang beraneka ragam menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dengan
karakteristik yang relatif sama. Upaya segmentasi penting dilakukan dengan
pertimbangan tidak semua pembeli memiliki karakteristik yang sama.
Sekelompok orang yang memiliki kesamaan dalam perilaku, nilai – nilai yang di
anut, dan latar belakang mungkin dapat diidentifikasi. Memilah orang dalam
kelompok – kelompok tertentu akan lebih kecil dan lebih homogeny. Akan lebih
“mudah” dagi perbisnisan (organisasi) untuk berhubungan dengan kelompok –
kelompok konsumen kecil yang memiliki karakteristik yang sama daripada
berurusan dengan kelompok – kelompok yang besar dan bervariasi. Variabel –
variabel yang dapat dijadikan dasar untuk segmentasi antara lain :
a. Demografi, seperti jenis kelamin, usia, status menikah, dan ukuran family.
b. Geografi, seperti batas – batas pemerintahan.
c. Tingkat sosial ekonomi, seperti model konsumsi, daya beli seorang
konsumen, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, kelas sosial.
d. Fisikografi, seperti gaya hidup, aktifitas, interest, opini (values).
Strategi segmentasi pasar dimulai dengan mengenal perilaku konsumen,
untuk menentukan kelompok konsumen mana yang dituju perusahaan sebagai
sasaran penjualan dan menentukan kebutuhan serta keinginan kelompok
konsumen tersebut yang akan dipenuhi dan dipuaskan, dengan segmentasi pasar
perusahaan dapat mengarahkan atau memusatkan kegiatan pemasaran untuk
mempengaruhi perilaku konsumen dari segmen yang dituju.
18
Pada penelitian ini konsep pemasaran digunakan oleh penulis berkenaan
dengan segmen pasar atau konsumen yang menjadi sasaran persewaan lapangan
futsal sebagian besar adalah penduduk usia muda, dalam hal ini mahasiswa.
Menurut penulis persewaan lapangan futsal sendiri menerapkan konsep yang
menarik, dengan mengadakan kompetisi futsal antar kampus atau pun antar
sekolah dapat menjadi ajang promosi bagi lapangan futsal itu sendiri.
1.6. Keaslian Penelitian
Sebelum penulis melakukan penelitian mengenai “Pola Sebaran Lapangan
Futsal Di Perkotaan Yogyakarta (Studi Kasus Inner Ringroad)”. Terdapat
beberapa penelitian yang memiliki kajian serupa. Perbedaan yang terdapat dalam
penelitian yang dilakukan oleh penulis kali ini yaitu pada objek penelitiannya.
Objek yang menjadi fokus penulis kali ini yaitu pola sebaran lapangan futsal
beserta perkembangannya. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya
akan tetapi penulis membutuhkan beberapa penelitian sebelumnya yang akan
menjadi referensi selama melakukan penelitan.
Penulis memilih referensi yang memiliki beberapa kemiripan terhadap
penelitian yang akan dilakukan. Salah satu kemiripan yang dipilih oleh penulis
ialah penelitian mengenai pola sebaran objek penelitian serta lokasi penelitian
yang terletak di Perkotaan Yogyakarta dan dibatasi oleh jalan lingkar (ringroad).
Penelitian yang menjadi referensi penulis kali ini, yang pertama berjudul “Kajian
Pola Persebaran Keruangan Kantor Cabang Perbankan Di Perkotaan
Yogyakarta”, “Faktor Lokasi Persebaran Waralaba Minimarket Di Perkotaan
Yogyakarta : Kasus Gerai Indomaret Dan Circle K”, kemudian referensi
penelitian yang selanjutnya berjudul ”Distribusi Spasial Perkembangan
Distribution Outlet (Distro) Di Perkotaan Yogyakarta”.
Penelitian sebelumnya yang berjudul “Kajian Pola Persebaran Keruangan
Kantor Cabang Perbankan Di Perkotaan Yogyakarta” merupakan penelitian yang
dilakukan oleh Nassrulah pada tahun 2006. Tujuan pada penelitian yang
dilakukan oleh Nassrulah diantaranya : (1) mengetahui karakteristik sebaran
kantor cabang perbankan di Perkotaan Yogyakarta, (2) mengetahui karakteristik
19
nasabah kantor cabang perbankan di Perkotaan Yogyakarta, (3) mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran kantor cabang perbankan, dan (4)
menyajikan arahan pengembangan bagi lokasi cabang bank. Sedangkan untuk
metode penelitian yang digunakan yaitu, penskalaan klasifikasi, statistik
deskriptif, analisis peta, analisis koefisien kontingansi, dan regresi berganda. Pola
sebaran objek penelitian, serta faktor – faktor yang mempengaruhi pola
sebarannya, dan lokasi penelitian merupakan kesamaan fokus kajian terhadap
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Perbedaan antara penelitian yang
dilakukan oleh Nassrulah dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak
pada objek penelitian dan cara analisis. Objek penelitian yang dilakukan oleh
Nassrulah adalah kantor cabang perbankan, sedangkan yang penelitian yang
dilakukan oleh penulis adalah persewaan lapangan futsal. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nassrulah menunjukkan bahwa sebaran kantor cabang perbankan
di Perkotaan Yogyakarta cenderung mengelompok pada pusat – pusat
perdagangan dan jasa. Faktor lokasi yang berpengaruh pada sebaran kantor
cabang perbankan yaitu pola sebaran kampus perguruan tinggi dan jarak terhadap
kampus perguruan tinggi.
Pada tahun 2008, Alwarritzi melakukan penelitian dengan judul “Faktor
Lokasi Persebaran Waralaba Minimarket Di Perkotaan Yogyakarta : Kasus
Gerai Indomaret Dan Circle K”. Penelitian yang dilakukan oleh Alwarritzi
merupakan penelitian yang memberikan inspirasi bagi penulis yakni mengenai
faktor lokasi yang memberikan pengaruh pada persebaran objek penelitian.
Sedangkan tujuan dalam penelitian yang dilakukan oleh Alwarritzi adalah : (1)
mengetahui pola persebaran dan arah perkembangan waralaba minimarket
Indomaret dan Circle K di Perkotaan Yogyakarta, (2) mengidentifikasi faktor
lokasi berdirinya gerai waralaba Indomaret dan Circle K dalam wilayah waralaba
individual eksklusif, dan yang terakhir adalah (3) mengkaji implikasi kebijakan
dari pihak pemerintah, pihak perusahaan waralaba dan persepsi masyarakat
sebagai konsumen atau pengusaha sejenis non-waralaba terhadap arahan
pengembangan lokasi waralaba minimarket Indomaret dan Circle K di Perkotaan
Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan oleh Alwarritzi dalam
20
penelitiannya adalah analisis tetangga terdekat, analisis trend, analisis peta, serta
analisis deskriptif kualitatif. Cara analisis tersebut digunakan untuk mengetahui
pola sebaran dari sebuah objek penelitian serta faktor yang mempengaruhi
perkembangan persebarannya, sehingga penulis terinspirasi untuk menggunakan
keseluruhan metode analisis yang digunakan dalam penelitian Alawarrizi.
Kesamaan juga terletak pada lokasi penelitiannya yakni Perkotaan Yogyakarta.
Akan tetapi terdapat perbedaan, terletak pada batasan lokasi penelitiannya, apabila
penelitian yang dilakukan oleh penulis dibatasi oleh ringroad, tidak demikian
dengan penelitian yang dilakukan oleh Alwarritzi, lokasi penelitiannya dibatasi
oleh batas kecamatan dari kecamatan yang dilalui oleh ringroad. Hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh Alwarritzi yaitu pola sebaran gerai Indomaret dan
Circle K di Perkotaan Yogyakarta cenderung mengelompok pada daerah utara dan
selatan Perkotaan Yogyakarta. Jika dilihat dari perkembangan tahun berdirinya,
keduanya (gerai Indomaret dan Circle K) berkembang di daerah pinggiran kota
khususnya di daerah permukiman padat bagian utara dan selatan Perkotaan
Yogyakarta. Faktor kedekatan jarak dengan tempat asal konsumen menjadi alasan
utama konsumen mengunjungi gerai Indomaret dan Circle K. Keberadaan gerai
Indomaret dan Circle K tidak memberikan dampak negatif terhadap pengusaha
sejenis non-waralaba disekitarnya terutama pada penurunan penjualan.
Prabowo pada tahun 2013 melakukan penelitian mengenai distribusi
spasial dengan judul ”Distribusi Spasial Perkembangan Distribution Outlet
(Distro) Di Perkotaan Yogyakarta”. Penelitian yang dilakukan oleh Prabowo
memiliki tujuan yaitu : (1) untuk mengetahui dan mengkaji proses perkembangan
dari distribusi spasial distro – distro yang terdapat di Perkotaan Yogyakarta, serta
(2) mengetahui peranan pemerintah daerah dalam mendukung perkembangan
distro yang terdapat di Perkotaan Yogyakarta. Penelitian ini termasuk dalam
penelitian kualitatif. Data primer didapatkan dengan menggunakan metode
observasi mengenai lokasi distro dan wawancara mendalam terhadap pemilik dan
karyawan distro. Dilihat dari jenis data primer yang dinginkan, maka tehnik
pengambilan data primer menggunakan teknik Purposive Sampling. Penentuan
sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan dari orang yang ahli dalam
21
bidangnya (key person). Teknik tersebut digunakan karena peneliti ingin
mendapatkan data berdasarkan aspek – aspek yang menjadi fokus perhatian
peneliti. Sedangkan untuk data sekunder pada penelitian ini merupakan data –
data terkait mengenai lokasi penelitian yang berasal dari instansi terkait guna
menunjang analisis penulis. Data primer dan sekunder dianalisis menggunakan
analisis keruangan dan analisis deskriptif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Prabowo menunjukkan bahwa persaingan selalu menjadi permasalahan utama
oleh distro. Penempatan lokasi distro banyak dipengaruhi karena pasarnya sudah
terbentuk. Perkembangan distro pun menjadi cenderung mengelompok. Perbedaan
yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Prabowo dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis terletak pada objek kajiannya, tujuan penelitian, dan
cara analisis yang digunakan. Kesamaan terlihat pada batasan lokasi penelitian,
yaitu kawasan Perkotaan Yogyakarta yang dibatasi oleh adanya ringroad. Lebih
jelas mengenai beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat dalam Tabel 1.1.
22
Tabel 1.1. Penelitian Sebelumnya
No. Nama Penulis Judul Lokasi
Penelitian Tujuan Metode Hasil
1. Nassrulah, Fahmi.
2006.
Skripsi.
Kajian Pola Persebaran
Keruangan Kantor
Cabang Perbankan Di
Perkotaan Yogyakarta
Perkotaan
Yogyakarta
1. Mengetahui karakteristik sebaran kantor
cabang perbankan di Perkotaan
Yogyakarta.
2. Mengetahui karakteristik nasabah
kantor cabang perbankan di Perkotaan
Yogyakarta.
3. Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi persebaran kantor
cabang perbankan.
4. Menyajikan arahan pengembangan bagi
lokasi cabang bank.
Penskalaan
Klasifikasi, Statistik
Deskriptif, Analisis
Peta, Analisis
Koefisien
Kontingansi, dan
Regresi Berganda
Karakteristik sebaran kantor cabang
bank di Perkotaan Yogyakarta
memiliki kecenderungan mengelompok
pada pusat – pusat perdangan dan jasa.
Tidak terdapat hubungan yang
signifikan dalam karakteristik pada
nasabah bank.
Faktor - faktor lokasi yang
berpengaruh terhadap pesebaran kantor
cabang bank yaitu pola sebaran kampus
perguruan tinggi dan jarak terhadap
kampus perguruan tinggi.
2. Alwarritzi, Widya.
2008.
Skripsi.
Faktor Lokasi
Persebaran Waralaba
Minimarket Di
Perkotaan Yogyakarta :
Kasus Gerai Indomaret
Dan Circle K
Perkotaan
Yogyakarta
1. Mengetahui pola persebaran dan arah
perkembangan waralaba minimarket
Indomaret dan Circle K di Perkotaan
Yogyakarta.
2. Mengidentifikasi faktor lokasi
berdirinya gerai waralaba Indomaret dan
Circle K dalam wilayah waralaba
individual eksklusif.
3. Mengkaji mengenai implikasi kebijakan
dari pihak pemerintah, pihak perusahaan
waralaba dan persepsi masyarakat
sebagai konsumen atau pengusaha
sejenis non-waralaba terhadap arahan
pengembangan lokasi waralaba
minimarket Indomaret dan Circle K di
Perkotaan Yogyakarta.
Analisis Tetangga
Terdekat, Analisis
Trend, Analisis Peta,
Analisis Deskriptif
Kualitatif
Pola sebaran gerai Indomaret dan
Circle K di Perkotaan Yogyakarta
cenderung mengelompok pada daerah
utara dan selatan perkotaan
Yogyakarta.
Jika dilihat dari perkembangan tahun
berdirinya, keduanya berkembang di
daerah pinggiran kota khususnya di
daerah permukiman padat bagian utara
dan selatan Perkotaan Yogyakarta.
Hasil korelasi terhadap penjualan
dengan batas ambang dan aksesibilitas
dalam wilayah waralaba individual
eksklusif menunjukkan hubungan
positif yang tidak signifikan.
23
Lanjutan Tabel 1.1.
No. Nama Penulis Judul Lokasi
Penelitian Tujuan Metode Hasil
Faktor kedekatan jarak dengan tempat
asal konsumen menjadi alasan utama
konsumen mengunjungi gerai
Indomaret dan Circle K.
Keberadaan gerai Indomaret dan Circle
K tidak memberikan dampak negatif
terhadap pengusaha sejenis non-
waralaba disekitarnya terutama pada
penurunan penjualan.
3. Prabowo, Ibnu.
2013.
Skripsi.
Distribusi Spasial
Perkembangan
Distribution Outlet
(Distro) Di Perkotaan
Yogyakarta
Perkotaan
Yogyakarta
1. Mengetahui proses persebaran
keruangan (distribusi spasial)
perkembangan distro di Perkotaan
Yogyakarta.
2. Mengetahui peranan Pemerintah Daerah
dalam mendukung perkembangan distro
di Perkotaan Yogyakarta.
Analisis Spasial,
Analisis Deskriptif Persaingan selalu menjadi
permasalahan utama oleh distro.
Penempatan lokasi distro banyak
dipengaruhi karena pasarnya sudah
terbentuk.
Perkembangan distro pun menjadi
cenderung mengelompok.
4. Romadhon, M. Gilang.
2014.
Skripsi.
Pola Sebaran Lapangan
Futsal Di Perkotaan
Yogyakarta
Perkotaan
Yogyakarta
1. Mengidentifikasi lokasi persewaan
lapangan futsal di Perkotaan
Yogyakarta.
2. Mengidentifikasi pola sebaran
persewaan lapangan futsal di daerah
Perkotaan Yogyakarta.
3. Mengidentifikasi faktor – faktor yang
mempengaruhi persebaran persewaan
lapangan futsal di daerah Perkotaan
Yogyakarta.
4. Mengidentifikasi kesesuaian lokasi
persewaan lapangan futsal terhadap
peruntukan kawasan.
Analisi Peta, Analisis
Tetangga Terdekat,
Analisis Kuadran,
Analisis Trend,
Analisis Deskriptif
Sumber : Perpustakaan Fakultas Geografi UGM, 2013
24
1.7. Kerangka Pemikiran
Keberadaan kampus – kampus besar di Perkotaan Yogyakarta yang
terbilang populer juga memberikan dampak terhadap perkembangan kegiatan
ekonomi di Perkotaan Yogyakarta. Eksistensi dari pendatang yang menuju
Yogyakarta yang di dalamnya terdapat calon mahasiswa baru yang cukup besar
jumlahnya dari tahun ke tahun merupakan salah satu faktor dari berkembangnya
kegiatan ekonomi dalam bidang perdagangan dan jasa. Pangsa pasar dengan
segmentasi konsumen yang cukup potensial yaitu mahasiswa, menimbulkan
inovasi – inovasi baru dalam kegiatan ekonomi dalam bidang perdagangan dan
jasa.
Tuntutan kebutuhan sehari - hari dari mahasiswa pun menjadi salah satu
ukuran dari sekian banyaknya inovasi – inovasi kegiatan ekonomi di bidang
perdagangan dan jasa baik disekitar kampus maupun di pusat – pusat perdagangan
dan jasa. Dalam penelitian ini penulis tertarik pada salah satu inovasi dalam
kegiatan ekonomi di bidang pelayanan dan jasa yang sedang berkembang, yaitu
persewaan lapangan futsal. Sejalan dengan salah satu gaya hidup mahasiswa di
Yogyakarta yang sedang digemari saat ini yakni olahraga futsal, persewaan
lapangan futsal pun terus bermunculan hingga tahun 2013. Tercatat di dalam
perkotaan saja sudah terdapat 46 titik lokasi persewaan lapangan futsal. Dari sini
penulis memiliki asumsi, jika segmentasi konsumen dari persewaan lapangan
futsal sebagian besar adalah mahasiswa, sedangkan Yogyakarta sendiri
merupakan salah satu kota tujuan untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke
universitas maupun perguruan tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan
kampus merupakan faktor dari perkembangan lapangan futsal itu sendiri.
Pertumbuhan persewaan lapangan futsal yang mulai berkembang di
Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukan pola sebarannya, penulis ingin
mengetahui berdasarkan observasi awal apakah keberadaan kampus merupakan
salah satu faktor yang menentukan dalam pemilihan lokasi persewaan lapangan
futsal tersebut. Setelah mengetahui pola sebaran dari persewaan lapangan futsal,
penulis juga ingin mengetahui apakah perkembangan dari persewaan lapangan
futsal ini sesuai dengan rencana peruntukan kawasan atau arahan pemanfaatan
25
lahan dengan melakukan perbandingan antara lokasi dari sebaran lapangan futsal
tersebut terhadap klasifikasi dalam rencana peruntukan kawasasn dalam dokumen
Rencana Tata Ruang Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta tahun 2008 -
2028. Setelah melakukan kajian terhadap perkembangan persewaan lapangan
futsal, hasil yang diharapkan adalah tidak hanya arahan pengembangan untuk
persewaan lapangan futsal saja, namun untuk kegiatan ekonomi dalam bidang
pelayanan dan jasa yang sejenis. Lebih singkatnya dapat dilihat pada Gambar 1.2.
mengenai diagram alir kerangka penelitian Pola Sebaran Persewaan Lapangan
Futsal Di Perkotaan Yogyakarta.
26
Gambar 1.2. Diagram alir kerangka pemikiran perkembangan pola sebaran
lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta
1.8. Hipotesis
Perdagangan Pelayanan dan Jasa
Keberadaan Mahasiswa
sebagai pendatang
Keberadaan kampus di
Perkotaan Yogyakarta
Tumbuh kegiatan ekonomi
di sekitar kampus
Faktor – Faktor yang menentukan
Pemilihan Lokasi Persewaan Lapangan
Futsal di Perkotaan Yogyakarta
Kesesusaian Lokasi
Persewaan Lapangan Futsal
di Perkotaan Yogyakarta
Rencana Tata Ruang
Kawasan Aglomerasi
Perkotaan Yogyakarta
Arahan Pengembangan Persewaan
Lapangan Futsal di Perkotaan
Yogyakarta
Sebaran dan Pola Lapangan
Futsal di Perkotaan Yogyakarta
Perkembangan Persewaan
Lapangan Futsal di
Perkotaan Yogyakarta
Perkembangan
Olahraga Futsal di
Kota Yogyakarta
Tumbuh Persewaan
Lapangan Futsal hingga ke
Kawasan Permukiman
27
Hipotesis merupakan jawaban semntara terhadap rumusan masalah
penelitian, maka hipotesis untuk penelitian ini yaitu :
1) Sebagian besar persewaan lapangan futsal lebih cenderung mengelompok di
pusat pendidikan (kampus), dibandingkan dengan pusat – pusat kegiatan
perdagangan dan jasa.
2) Keberadaan kampus merupakan faktor yang paling dominan dalam
menentukan pemilihan lokasi persewaan lapangan futsal di Perkotaan
Yogyakarta.
3) Sebagian besar lokasi persewaan lapangan futsal telah sesuai dengan rencana
peruntukan kawasan dalam dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan
Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta tahun 2008 - 2028.
28
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode survei adalah metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini. Metode survei dilakukan dengan cara melakukan observasi menyeluruh pada
lokasi penelitian. Observasi secara menyeluruh dilakukan agar dapat memberikan
informasi pada suatu populasi. Observasi yang dilakukan secara menyuluruh pada
lokasi penelitian tentunya akan memakan waktu dan biaya yang lebih. Pada
penelitian ini observasi secara menyeluruh dilakukan karena peneliti cukup
mengenali lokasi penelitian dengan baik, dan jumlah anggota populasinya masih
bisa dijangkau oleh peneliti.
Dalam melakukan observasi secara menyeluruh dibutuhkan beberapa data
pendukung terkait dengan lokasi atau alamat dari persewaan lapangan futsal.
Untuk mendapat informasi yang berkaitan dengan penelitian ini maka dilakukan
sensus terhadap seluruh anggota populasi dengan cara wawancara secara
mendalam kepada pemilik persewaan lapangan futsal yang ada di lokasi
penelitian.
2.1. Pemilihan Lokasi Penelitian
Daerah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah Perkotaan
Yogyakarta yang merupakan Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta.
Pemilihan lokasi penelitian di Kota Yogyakarta dilandasi atas dasar
perkembangan Kota Yogyakarta yang melampaui batas administrasi secara fisik,
sehingga diperkirakan akan mengalami peningkatan jumlah penduduk (pendatang)
dan semakin padat, terkait dengan Kota Yogyakarta yang merupakan salah satu
kota tujuan para pelajar untuk melanjutkan jenjang studinya ke universitas.
Selain itu, Perkotaan Yogyakarta ini dipilih karena kegiatan ekonominya
di bidang jasa dan perdagangan yang berkembang sangat pesat. Perkembangan
kegiatan ekonomi tersebut juga didukung dengan keberadaan dari fasilitas
pendidikan berupa perguruan tinggi yang cukup banyak pada daerah penelitian,
29
sehingga berpengaruh juga terhadap eksistensi dari mahasiswa yang dinilai
merupakan konsumen yang potensial.
2.2. Unit Analisis
Lokasi pada penelitian ini merupakan Kawasan Aglomerasi Perkotaan
Yogyakarta yang dibatasi oleh ringroad atau jalan lingkar. Kawasan Aglomerasi
Perkotaan Yogyakarta mencakup 2 kabupaten dan 1 kota, yakni Kabupaten
Sleman bagian selatan dan Kabupaten Bantul bagian utara, serta Kota Yogyakarta.
Sebagian Kabupaten Sleman yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta antara
lain, Kecamatan Mlati, Depok, Ngaglik, dan Gamping. Untuk bagian utara
Kabupaten Bantul yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta antara lain,
Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Banguntapan. Dari beberapa kecamatan yang
termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta pada Kabupaten Bantul dan Sleman, tidak
seluruh desa yang termasuk dalam Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta
tersebut. untuk penjelasan lebih rinci sebagai berikut :
a. Untuk Kabupaten Sleman terdapat Kecamatan Mlati, Depok, Ngaglik, dan
Gamping. Kelurahan / desa yang termasuk dalam daerah Perkotaan
Yogyakarta, yakni :
1) Pada Kecamatan Mlati terdapat 2 kelurahan yang termasuk dalam
Perkotaan Yogyakarta : Sendangadi dan Sinduadi.
2) Pada Kecamatan Depok terdapat 3 kelurahan yang termasuk dalam
Perkotaan Yogyakarta : Catur Tunggal, Condong Catur, dan
Maguwoharjo.
3) Pada Kecamatan Ngaglik terdapat 1 kelurahan yang termasuk dalam
Perkotaan Yogyakarta : Sariharjo.
4) Pada Kecamatan Gamping terdapat 4 kelurahan yang termasuk dalam
Perkotaan Yogyakarta : Ambarketawang, Banyuraden, Nogotirto, dan
Trihanggo.
b. Untuk Kabupaten Bantul terdapat Kecamatan Kasihan, Sewon, dan
Banguntapan. Kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta, yakni :
30
1) Kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta pada Kecamatan
Kasihan adalah Ngestiharjo, Tamantirto, dan Tirtonirmolo.
2) Kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta pada Kecamatan
Sewon adalah Bangunharjo dan Panggungharjo.
3) Kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta pada Kecamatan
Banguntapan adalah Banguntapan, Baturetno, Singosaren, dan Jagalan,
Tamanan.
Unit analisis merupakan unit penelitian terkecil yang terdapat dalam tema
penelitian, baik dalam lingkup sebuah wilayah atau tempat, maupun secara
individu atau perseorangan. Apabila tema penelitian berhubungan dengan
penggunaan lahan maka unit analisisnya adalah sebuah desa. Demikian pula
dengan penelitian yang berhubungan dengan persepsi masyarakat, maka unit
analisisnya pun masyarakat secara individu atau perseorangan. Untuk unit
analisis yang berlaku pada penelitian ini adalah lapangan futsal itu sendiri,
mengingat yang menjadi kajian dari objek penelitian pada tujuan penelitian yang
pertama dan kedua adalah sebaran yang menitikberatkan pada lokasi. Pada tujuan
penelitian yang ketiga, analisis yang dilakukan pada persewaan lapangan futsal
tidak hanya mengacu pada pola sebaran saja, namun juga faktor – faktor apa saja
yang menentukan pemilihan lokasi persewaan lapangan futsal tersebut. Selain itu,
perkembangan persewaan lapangan futsal dari tahun ke tahun juga menjadi kajian
dalam penelitian ini.
31
Gambar 2.1. Peta Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta.
32
2.3. Data dan Variabel
Variabel ialah suatu bentuk operasional dari sebuah konsep yang memiliki
variasi nilai atau satuan. Variabel sangat diperlukan dalam penelitian untuk
menjawab rumusan masalah maupun pertanyaan penelitian. Dengan variabel
maka peneliti dapat dengan segera menentukan data yang akan digunakan untuk
melakukan analisa, tentunya menggunakan data yang telah diolah sebelumnya.
Data yang dimaksudkan dapat berupa data primer maupun data sekunder.
Data primer dalam penelitian ini dibutuhkan untuk menjawab tujuan
penelitian yang pertama hingga ketiga. Pada tujuan penelitian yang pertama dan
kedua, data primer yang dibutuhkan adalah titik koordinat persewaan lapangan
futsal. Data primer yang digunakan pada tujuan penelitian yang ketiga adalah
hasil wawacara dari pemilik persewaan lapangan futsal.
Pada tujuan penelitian keempat berbeda dengan tujuan penelitian yang
pertama hingga ketiga. Data sekunder dibutuhkan untuk menjawab tujuan
penelitian yang keempat. Data sekunder yang dibutuhkan adalah dokumen
Rencana Tata Ruang Wilayah. Data sekunder dibutuhkan untuk mendeskripsikan
lokasi penelitian yang sudah dipublikasikan oleh instasi – instasi terkait.
2.3.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung dari
observasi di lapangan baik melalui wawancara maupun pengamatan secara
langsung terhadap objek kajian penelitian. Tentu saja dalam masa pengumpulan
data primer akan memakan waktu dan biaya, tergantung dari data yang
dibutuhkan. Namun keunggulan dari data primer ini terletak pada tingkat
akurasinya, baik dari validitasnya maupun secara update-nya.
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah informasi
mengenai alamat persewaan lapangan futsal, sehingga nantinya dengan alamat
persewaan lapangan futsal dapat diketahui sebaran persewaan lapangan futsal itu
sendiri. Informasi mengenai persewaan lapangan futsal ini didapatkan dengan
berbagai cara, baik melalui internet, buku telepon, koran, bahkan hingga observasi
secara menyeluruh pada lokasi penelitian.