batuan beku.pdf

59
Universitas Gadjah Mada 1 BAB II BATUAN BEKU II.1. MAGMA DAN KRISTALISASI MAGMA Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 900°C - 1.100°C dan berasal atau terbentu pada kerak bumf bagian bawah hingga selubung bagian a tas. Pembentukan magma merupakan serangkaian proses kompleks yang meliputi proses pemisahan (differentiation), percampuran (assimilation), anateksis dan hibridisasi serta metamorfisma regional. Komposisi magma ditentukan oleh komposisi bahan yang meleleh, derajat fraksinasi dan jumlah pengotoran dalam magma oleh batuan samping (parent rock). Senyawa kimiawi magma yang dianalisa melalui basil konsolidasinya dipermukaan dalam bentuk batuan gunungapi, dapat dikelompokkan menjadi ; a. Senyawa-senyawa volatil, yang terutama terdiri dari fraksi gas seperti CH 4 , CO 2 HC1, H 2 S, SO 2 , NH 3 dan sebaginya. Komponen volatil ini akan mempengaruhi magma, antara lain : Kandungan volatil, khususnya H 2 O akan menyebabkan pecahnya ikatan Si - O - Si yang akan mempengaruhi inti kristal. Apabila nilai viskositas magma rendah maka difusi akan bertambah dan pertumbuhan kristal pun terjadi. Kandungan volatil khususnya H 2 0 akan mempengaruhi suhu kristalisasi sebagian besar fasa mineral. Pada beberapa jenis magma, fasa mineral yang menghablur akan berubah sehingga terjadi penyimpangan terhadap reaksi Bowen. Volatil dalam magma menentukan besarnya tekanan selama proses kenaikan magma tersebut ke permukaan. Unsur-unsur volatil tersebut akan mempengaruhi jenis kegiatan gunungapi seperti terbentuknya piroklastik, awanpanas, dan sebagainya disamping tekstur dan bentuk kristal seperti lubanglubang gas (vesicles) dan glass-shard. Unsur-unsur volatil akan mempengaruhi proses pemisahan unsurunsur tersebut dari magma. Apabila tekanan total (P L ) lebih besar dari tekanan uap air (P H2O ) dalam magma, maka uap air atau gas tidak akan terbentuk, sedangkan apabila tekanan total lebih besar dari tekanan cairan atau fluida (P F ) maka tidak akan terbentuk fasa gas dan semua volatil berupa larutan. b. Senyawa-senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan unsur-unsur oksida dalam magma. Jumlahnya yang mencapai 99% isi, sehingga merupakan major element, terdiri dari oksida-oksida SiO 2 , Al 2 O 3 , Fe 2 O 3 , FeO, MnO, MgO, CaO, Na 2 O, K 2 O, TiO2 dan P 2 O 5 . c. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan minor element seperti Rubidium (Rb), Barium (Ba), Stronsium (Sr), Nikel (Ni),

Upload: jayadisinaga

Post on 26-Dec-2015

179 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 1

BAB II

BATUAN BEKU

II.1. MAGMA DAN KRISTALISASI MAGMA

Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat

mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 900°C - 1.100°C dan berasal atau terbentu pada

kerak bumf bagian bawah hingga selubung bagian a tas.

Pembentukan magma merupakan serangkaian proses kompleks yang meliputi proses

pemisahan (differentiation), percampuran (assimilation), anateksis dan hibridisasi serta

metamorfisma regional. Komposisi magma ditentukan oleh komposisi bahan yang meleleh,

derajat fraksinasi dan jumlah pengotoran dalam magma oleh batuan samping (parent rock).

Senyawa kimiawi magma yang dianalisa melalui basil konsolidasinya dipermukaan dalam

bentuk batuan gunungapi, dapat dikelompokkan menjadi ;

a. Senyawa-senyawa volatil, yang terutama terdiri dari fraksi gas seperti CH4, CO2 HC1, H2S,

SO2, NH3 dan sebaginya. Komponen volatil ini akan mempengaruhi magma, antara lain :

Kandungan volatil, khususnya H2O akan menyebabkan pecahnya ikatan Si -

O - Si yang akan mempengaruhi inti kristal. Apabila nilai viskositas magma rendah

maka difusi akan bertambah dan pertumbuhan kristal pun terjadi.

Kandungan volatil khususnya H20 akan mempengaruhi suhu kristalisasi

sebagian besar fasa mineral. Pada beberapa jenis magma, fasa mineral yang

menghablur akan berubah sehingga terjadi penyimpangan terhadap reaksi Bowen.

Volatil dalam magma menentukan besarnya tekanan selama proses kenaikan

magma tersebut ke permukaan.

Unsur-unsur volatil tersebut akan mempengaruhi jenis kegiatan gunungapi

seperti terbentuknya piroklastik, awanpanas, dan sebagainya disamping tekstur

dan bentuk kristal seperti lubanglubang gas (vesicles) dan glass-shard.

Unsur-unsur volatil akan mempengaruhi proses pemisahan unsurunsur

tersebut dari magma. Apabila tekanan total (PL) lebih besar dari tekanan uap air

(PH2O) dalam magma, maka uap air atau gas tidak akan terbentuk, sedangkan

apabila tekanan total lebih besar dari tekanan cairan atau fluida (PF) maka tidak

akan terbentuk fasa gas dan semua volatil berupa larutan.

b. Senyawa-senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan unsur-unsur

oksida dalam magma. Jumlahnya yang mencapai 99% isi, sehingga merupakan

major element, terdiri dari oksida-oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO,

Na2O, K2O, TiO2 dan P2O5.

c. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan

minor element seperti Rubidium (Rb), Barium (Ba), Stronsium (Sr), Nikel (Ni),

Page 2: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 2

Cobalt (Co), Vanadium (V), Crom (Cr), Lithium (Li), Sulphur (S) dan Plumbum

(Pb).

Menurut beberapa ahli magma dapat terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan dari

kriteria-kriteria tertentu, diantaranya :

Berdasarkan kriteria kandungan SiO2 atau derajat keasaman (acidity)

JENIS MAGMA KANDUNGAN SiO2 (% berat)

Magma asam > 66

Magma menengah 52 - 66

Magma basa 45 - 52

Magma sangat basa < 45

Berdasarkan kriteria harga alkalilina index (A.) menurut Peacock (1931)

JENIS MAGMA HARGA TIPE MAGMA

Alkalic

Alkali - calcic

51

51 - 56 } Atlantik

Cak - alkalic

Calcic

56 - 61

61 } Pasifik

Mekanisme evolusi magma dapat dikelompokkan menjadi pengertian diferensiasi, asimilasi

dan pencampuran magma. Diferensiasi magmatik adalah meliputi semua proses yang

mengubah magma dari asalnya yang homogen dan dalam ukuran yang sangat besar

menjadi massa batuan beku dengan bermacam-macam komposisi.

Para ahli sepeti Bowen, Fenner, Niggli dan lainnya telah melakukan penelitian dan

membahas mengenai kristalisasi cairan silikat Adapun hasil penelitian mereka antara lain :

1. Kristalisasi adalah proses isotermik, dimana selama proses pembekuan

berlangsung akan dilepaskan sejumlah tenaga panas.

2. Pelelehan kristal merupakan proses endodermik, dimana proses penyerapan

panas digunakan untuk melelehkan kristal pada suhu tetap. Jumlah panas yang

dibutuhkan untuk mengubah 1 gram mineral padat menjadi lelehan pada suhu tetap

disebut latent heat fusion. dan harga latent heat fusion sama dengan jumlah pans

yang dikeluarkan apabila mineral tersebut menghablur.

3. pada suhu dan waktu tertentu, akan terjadi kristalisasi secara spontan dari

dua komponen yang mempunyai perbandingan tertentu, kondisi ini disebut titik

eutektik. Contoh percampuran antara 58% diopsid degnan 42% anortit

Page 3: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 3

4. Beberapa mineral akan meleleh pada suhu tertentu secara inconcruent, yaitu

memisah lalu membentuk dua mineral yang berbeda.

Contoh, pada suhu 1.557°C akan terjadi pemisahan enstatit menjadi olivin dan silika.

2MgSiO3 = MgSiO4 + SiO2

(silika) (olivin) (silika)

5. Pembekuan yang cepat tidak akan menghasilkan kristal sehingga keadaan

super cooled akan membentuk kaca. Suatu kristal dapat berkembang dan tumbuh

dengan baik didalam magma encer. Cairan magma yang mempunyai viskositas tinggi

akan mengkristal secara lambat, sehingga magma bass pada umumnya akan

membentuk batuan bertekstur kristalin ; sedangkan magma asam pada kondisi rate

of cooling asam dapat saja super cooled dan membentuk kaca.

Pada proses pembekuan magma, terjadi beberapa perubahan seperti penurunan suhu,

perubahan viskositas, kristalisasi yang sesuai dengan tahapannya, keluarnya gas dari

magma dan perubahan tekanan gas.

II.2. EVALUASI MAGMA

a. Proses asimilasi

Proses percampuran/pengotoran dalam magma karena penekanan pada dinding. Proses

ini terutama terjadi pada country rocks batuan beku atau batuan lainnya.

Kondisi :

a. Bila magma granitic (mineral alkali feldspar dan hornblende), sedang

dindingnya gabro (mineral augit dan labradorit) maka magma tidak akan mampu

mencerna dinding tersebut.

b. Bila magma penerobos lebih basa dari dinding reservoir, maka magma akan

mampu mencerna hingga terbentuklah batuan hybrid.

Contoh : magma dioritis berasimilasi dengan dinding gabro atau limestone.

b. Mingling magma

Proses terbentuknya hybrid rocks (campuran batuan) dapat pula terbentuk dari hasil

pemisahan sebagian magma yang mengkristal.

Urutan terbentuknya kristal

Awal terjadi mineral anhidrous (tanpa OH-) karena terbentuk pada T tinggi,

disebut pyrogenetic.

Selanjutnya T menurun, terbentuklah komponen gas dan mineral yang

mengandung gugus hidroksil, disebut hydratogenetic.

Page 4: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 4

Pyrogenetic :

Seluruh limestone kaya plagioklas

Seluruh piroksen kecuali aegirite

unvin

Nepheline

Leucite

MeIlinite

Magnesium

Ilmenite

Pyroksen

Hydratogenetic

Kuarsa

Ortoklas

Seluruh amphibol

Garnet

Aegirit

Sodolite

Concrinite

Analcime

II.3. GEOKIMIA MAGMA DAN POSISI TEKTONIK

Diagram perbandingan persentase berat Na2O + K2O dengan persentase berat SiO2 oleh A.

Harker bermanfaat menggambarkan komposisi batuan volkanik daratan dan penamaannya.

Diagram ini dasarnya yaitu Cox et al. (1979), dan sesuai dengan apa yang dikeluarkan oleh

subkomisi IUGS mengenai sistematik batuan beku (Le Bas et al. 1986, dalam Wilson 1991).

Diagram yang sederhana seperti ini bermanfaat dalam mengklasifikasikan batuan beku dan

secara langsung dapat menentukan komposisi kimia utama, yang dapat dilihat dari persen

berat oksida-oksidanya. Gambar 2.1. menunjukkan penamaan yang bisa digunakan pada

deskripsi batuan plutonik dan gambar 2.2. untuk batuan volkanik. 1ni sesuai dengan

klasifikasi QAPF, yang didasarkan pada proporsi modal dari mineralmineralnya (Streckeisen,

1976, dalam Wilson 1991). Gambar 2.1. hanya bisa digunakan untuk mengklasifikasikan

batuan volkanik yang tidak potasik, sedangkan yang agak potasik menggunakan Label 11.1.

Jelasnya gambar 2.a. hanya bisa digunakan untuk mengklasifikasi batuan volkanik yang

tidak termetasomatismekan dalam keadaan segar.

Page 5: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 5

Berdasarkan gambar 2.1, batuan volkanik dibagi ke dalam dua seri magma besar, yaitu

alkali dan sub-alkali. Keduanya dipisahkan dengan garis tebal pada diagram tersebut. Tiap-

tiap seri magma ini terdiri dari batuan-batuan dengan komposisi basa hingga asam, dan

meskipun batas keduanya ditandai dengan garis yang tebal tetapi kenyataannya ada

gradasi. Komposisi batuanbatuan volkanik yang ditunjukkan pada diagram ini merupakan

akibat dari dua proses yang mendasar yang ditunjukkan oleh panah, pelelehan parsial dan

kristalisasi fraksi, atau dengan dominasi salah satunya saja.

Gambar II 1. Penamaan batuan beku (non-potassic) (Cox et a.1979, dalam Wilson 1991)

Potassic Normal

leucitophyte phonolite

K-trachyte trachyte

K-rhyolite rhyolite

tristanite benmoreite

latite trachyandesite

leucitite nephelinite

leucite basanite basanite

leucite tephrite taplirite

absarokite ~i basalt

shosonite

Tabel II 1. Kesamaan antara batuan nonnal dengan batuan yang memiliki nilai K yang

tinggi (Wilson, 1991)

Page 6: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 6

Diagram persentase berat Na2O + K2O dengan persentase berat SiO2 bisa juga digunakan

untuk menentukan deferensiasi antara anggota basalt dari seri alkali dan subalkali

(Middlemost, 1975, dalam Wilson 1991). Pada saat contoh-contoh diplotkan dalam diagram

dan terletak di daerah alkali dan daerah subalkali maka contoh-contoh inilah yang disebut

dengan basalt transisi. Pada gambar 3, basalt sub-alkali bisa dibagi ke dalam jenis normal

dan rendah K.

Page 7: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 7

Gambar II. 2. Klasifikasi dari alkali basalt dan subalkali dangan parameter (a) persen berat

K2O Terhadap SiO2 (b) persen berat Na2O Terhadap SiO2 (Middlemost, 1975,

dalam Wilson 1991)

Secara umum, magma seri subalkali dapat dibagi ke dalam seri alumina tinggi atau kalk

alkali dan toleiit rendah K, Anggota dari seri basalt ini secara berturut-turut yaitu subalkali

dan subalkali rendah K. Dua seri ini dapat dipisahkan berdasarkan diagram AFM (Gambar

11.3), dengan trend yang besar maka toleiitik kaya akan besi pada awal pemisahannya,

sedangkan seri kalk alkali trendnya memotong diagram karena penumpukan besi pada saat

kristalisasi pertama oksida Fe-Ti. Perbedaan kimia yang utama dari seri toleiitik dengan kalk

alkali adalah kandungan Al2O3, basalt kalk alkali dan andesit mengandung 16-29%,

sedangkan toleiitiknya hanya mengandung 1216% Al2O3. Basalt kalk alkali dibagi lagi

menjadi basalt kalk alkali rendah K, sedang, dan tinggi berdasarkan pada diagram

perbandingan K2O dengan SiO2 di atas.

Page 8: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 8

Gambar II. 3. Diagram AFM yang menunjukkan jenis toelitik dan kalk-alkali (Wilson, 1991)

Batuan-batuan dari seri magma alkali dibagi ke dalam jenis sodik, potasik, dan K-tinggi pada

pengeplotan K2O dengan Na2O. Anggota dari seri Ktinggi mengandung sedikit silika dengan

variasi nama absarokite, leusit basalt, leusit basanit, dan leusit. Semuanya terdeferansiasi

untuk membentuk seri magma yang kaya K-tinggi pada beberapa kasus.

Tectonic setting Plate margin Within plate

Convergent Divergent Iiitra-oceanic Intra-continental

(destructive) constructive

volcanic feature Island arc, mid oceanic oceanic islands continental rift

active ridges, back-arc zone, continental

continental spreading centres flood basalt

margin provinces

characteristic tholeiitic tholeiitic tholeiitic tholeiitic

magma series calc-alkaline - - -

alkaline - alkaline alkaline

SiO2 range basalts and basalts basalts and basalts and

differentiates differentiates differentiates

Tabel II 2. Karakteristik seri magma yang berhubungan dengan tatanan tektonik

tertentu (Wilson, 1991)

Page 9: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 9

label II. 2 menunjukkan karakteristik seri magma didasarkan atas ldasifikasi yang

berhubungan dengan tiap lingkungan tektoniknya. Basalt subalkali mempakan jenis yang

paling umum dari batuan volkanik yang ditemukan pada daratan dan cekungan samudera.

Basalt subalkali rendah K atau basalt toleiitik, merupakan magma dominan yang dihasilkan

pada punggungan tengah samudera dan pada beberapa wilayah aliran basalt (flood basalt

province). Dibandingkan tipe basalt yang lainnya basalt-basalt ini mengandung K tinggi dan

kation-kation lain seperti Rb, Ba, U, Th, Pb, Zr, dan sedikit REE.

Analisis batuan volkanik dari lantai samudera menunjukkan komposisi yang sangat beragam.

Meskipun basalt toleiitik lebih dominan, transisi dan jenis alkali juga terdapat di beberapa

daerah, khususnya pada pemekaran samudera yang lambat seperti Atlantik. Karakteristik

kimia punggungan tengah samudera (MOR) kelihatan bervariasi sebagai fungsi dari

kecepatan pemekaran dan elevasi punggungan kerak. Pemekaran lantai samudera juga

terjadi pada cekungan belakang busur (back arc basin) yang berhubungan dengan subduksi,

dan tekait dengan busur volkanik. Secara umum, erupsi basalt sebanding dengan MOR

dengan syarat karaktersitik unsur utama dari unsur jejaknya berbeda.

Sekarang ini, magma seri kalk alkali seluruhnya dibatasi pada posisinya yang berhubungan

dengan subduksi. Akibatnya, pengenalan terhadap karakteristik kalk alkali pada sikuen

volkanik masa lalu merupakan petunjuk yang sangat penting dalam petrogenesis. Produk-

produk dari volkanisme pada busur volkanik bervariasi sesuai dengan evolusi dari busur,

dalam beberapa hal, lateral sepanjang busur. Batuan volkanik bisa dibagi ke dalam jenis

toleiitk, kalk alkali, dan alkali yang semuanya bergradasi. Jenis magma tolelitik bisanya

terbentuk pada busur muda, sedangkan magma kalk alkali pada busur yang lebih tua dan

batas benua aktif. Karakteristik kimia dari batuan-batuan busur volkanik lebih bervariasi

dibandingkan dengan MOR. Proporsi lavanya yang kaya Si02 lebih besar, khususnya pada

sen kalk alkali dangan andesit yang lebih dominan.

Alkali basalt dan deferensiasinya umum dijumpai pada tatanan tektonik antar lempeng

seperti kepulauan samudera dan rekahan lempeng antar benua dan jarang dijumpai pada

beberapa subduksi. Kepulauan samudera basalt (OIB) memiliki komposisi yang mungkin

bervariasi mulai dari toleiitik (Hawai, Iceland, dan Galapagos, alkali sodik (Pulau Canary dan

St. Halena) hingga alkali potasik (Tristan da Cunha dan Gough). Umumnya evolusi magma

lebih berkembang dibandingkan basalt, seringpula berupa kesatuan basalt-trasit atau ponolit.

Basalt daratan sangat terbatas saat ini, dan dominasinya yaitu alkali pada tahap awal dari

pemekaran daratan. Meskipun begitu, pada wilayah kerak dengan gays tarik yang besar,

umunya akan terdapat transisi dan toleiitik. Wilayah aliran basalt toleiitik daratan mungkin

sangat berarti di masa lalu, berhubungan dengan fase utama pemekaran benua yang

sempurna dan pembentukan dari cekungan yang bam. Magma Kimberlit dan ultrapotasik

Page 10: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 10

yang berasal dari magma alkali daratan yang sangat berbeda terbentuk pada tatanan

tektonik yang lebih luas.

II.4. MINERAL PEMBENTUK BATUAN

a. Mineral pembentuk batuan dengan indeks refraksi rendah

Name Formula

Quartz

Tridymit SiO2

Kristobalit

b. Mineral pembentuk batuan dengan indeks refraksi tinggi

Page 11: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 11

Page 12: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 12

c. Mineral accesori

Page 13: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 13

II.5. TEKSTUR BATUAN BEKU

Tekstur adalah cerminan hubungan antara komponen dari batuan yang merefleksikan

sejarah kejadian/ petrogenesa.

a. Deskripsi Tekstur

Dalam mempelajari dan menginterpretasikan batuan beku hal yang penting harus

diperhatikan adalah membedakan mineral-mineral primer (mineral yang terbentuk

langsung dari magma) dari mineral-mineral sekunder (mineral yang terbentuk dari

hasil alterasi atau pelapukan), karena dalam pengklasifikasian batuan beku

didasarkan atas mineral-mineral primer bukan mieral-mineral sekunder. Juga

dijelaskan dalam diskripsi bahwa mineral-mineral tertentu sudah mengalami

perubahan menjadi mineral sekunder. Prosentase mineral yang dipakai dalam

penentuan nama batuan adalah prosentase dari mineral-mineral primer sebelum

terladi perubahan.

b. Tingkat Kristalinitas (crystalinite)

Holokristalin

terdiri dari kristal-kristal seluruhnya.

Hipokristalin/hypohyalin/merokristalin terdiri atas sebagian

kristal-kristal dan sebagian gelas.

Holohyalin

didominasi atas gelas

Page 14: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 14

Gelas terbentuk karena :

Pendinginan cepat

Viskositas tinggi.

Gas keluar dengan sangat cepat. Gas keluar akibat dari viskositas tinggi

sehingga terbentuk masa dasar gelas.

c. Ukuran Kristal

Macam - macam ukuran kristal batuan beku:

>3cm : very coarse grain -> PLUTONIC

(deep seated intrusion)

5 mm - 3 cm : coarse grain -> PLUTONIC

1 mm - 5 mm : medium grain -> PLUTONIC

< 1 mm : fine grained -> VOLCANIC ROCK

(0,5 -1) mm : fine grained -> HYPABYSSAL

(0,01-0,2) mm : microcrystaline

< 0,01 mm : cryptocrystaline

Ditinjau dari ukuran butir mineral, tektur dapat dibedakan menjadi :

1. Mikrokristalin

Kristal-kristalnya dapat dibedakan dengan menggunakan mikroskop.

2. Kriptokristalin

Kristal-kristalnya sangat halus, sulit dibedakan dengan mikroskop ( < 0,01

mm)

3. Equigranular

Kristal-kristalnya berukuran relatif seragam/sama besar.

4. Inequigranular

Kristal-kristalnya berukuran tidak seragam/sama (terdapat fenokris dan masa

dasar)

d. Bentuk Kristal

Bentuk-bentuk individu kristal :

1. Euhedral/idiomorf

Kristal-kristal mempunyai bentuk lengkap/baik, dan dibatasi oleh bidang batas

yang jelas.

2. Subhedral/hypidiomorf

Kristal-kristal mempunyai bentuk kurang baik dan dibatasi oleh bidang batas yang

tidak jelas.

Page 15: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 15

3. Anhedral/fenomorf

Kristal-kristal mempunyai bentuk sendiri yang jelas.

Berdasarkan dari fabrik/kemasnya, tekstur equigranular dapat dibedakan menjadi :

1. Idiomorfik granular :

Semua/hampir semua mineral berbentuk euhedral dengan ukuran butir relatif

sama dan mempunyai batas-batas yang jelas.

2. Hypidiomorfik granular :

Terdiri atas mineral-mineral yang subhedral (dominan) dengan besar butir yang

relatif sama.

3. Allotriomorfik granular :

Terdiri atas mineral-mineral yang berbentuk anhedral (dominan).

e. Macam - macam tekstur

1. Tekstur Glassy-Afanitik

Tekstur Trakhitik

Paralel mikrolit-mikrolit (plagioklas dan mikro-kripto kristalin)

Tekstur Pilotasitik

Sub-paralel mikrolit-mikrolit (plagioklas dan mikro-kripto kristalin) Terbentuk akibat

aliran magma dalam batuan volkanik

Tekstur Trachytoidal

Paralel kristal feldspar dalam batuan plutonik

2. Tekstur Porfiritik

Terdiri atas fenokris-fenokris yang tertanam dalam masa dasar halus yang kristalin.

Kenampakan tekstur batuan beku dimana terdapat fenokris-fenokris yang tertanam

dalam masa dasar/matrik halus kristalin. Merupakan tekstur penciri pada batuan beku

intrusif dan ekstrusif. Contohnya :

(a). Riolit, Dasit

(b). Andesit

(c). Basalt Nepelin

Page 16: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 16

3. Tekstur Tumbuh Bersama (Intergrowth)

Pertumbuhan bersama antara 2 mineral, umumnya adalah mineral feldspar dengan

kuarsa, dapat juga plagioklas dengan kuarsa, piroksen dan plagioklas.

Tekstur Cumulus

Batuan beku yang tersusun atas kristal-kristal (satu atau lebih mineral) yang terbentuk

pada awal kristalisasi magma, pada proses segregasi atau konsentrasi. Sering

dijumpai pada batuan beku altramafik.

Tekstur Intergranular

Agregasi dari butir-butir mineral mafik yang euhedral (mineral-mineral piroksen dan

atau olivin) yang dijumpai diantara mineral-mineral plagioklas yang memanjang

secara random. Sering dijumpai pada diabas dan basalt hypabisal.

Tekstur Intersertal

Seperti tekstur intergranular, tetapi diantara mineral-mineral plagioklas yang

memanjang secara rondom terisi oleh gelas atau altersi gelas.

Sering dijumpai pada basalt

Page 17: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 17

4. Tekstur Reaksi atau Corona (KELYPHITIC RIM)

Tekstur reaksi merupakan pembungkusan mineral dalam batuan beku, olivine, mineral

yang pertama terbentuk dalam deret diskontnue mungkin dikelilingi oleh mineral yang

terbentuk kemudian (piroksen atau hornblende). Tekstur ini dapat pula terbentuk karena

reaksi post magmatig atau dapat terjadi akibat metamorfosa derajat rendah.

Tekstur Perthitic Kristal-kristal kecil yang tertanam secara acak dalam kristal

yang lebih besar

Tekstur Antiperthitic

Kristal-kristal piroksen tertanam secara acak dalam kristal plagioklas. Disamping

macam-macam tekstur diatas, dalam batuan beku juga ditemukan beberapa tekstur

khusus, antara lain :

Page 18: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 18

a. Tekstur Poikilitik

Kristal-kristal kecil yang tertanam secara acak dalam kristal yang lebih besar

b. Tekstur Ophitic

Kristal-kristal plagioklas tertanam secara acak dalam kristal Nang

lebih besar olivin atau piroksen. Dijumpai pada gabro (b) dari basalt

c. Tekstur Sub-ophitic

Kristal-kristal plagioklas dan kristal olivin atau piroksen, tumbuh bersama, Seperti tekstur

ophitik, tetapi ukuran kirstal relatif sama Dijumpai pada diabas

Page 19: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 19

d. Mikroporfiritik

Porfiritik terlihat di bawah mikroskop.

e. Vitrofirik

Fenokris tertanam dalam masa dasar gelas.

f. Felsofirik

Bila masa dasar terdiri atas intergrowth kuarsa dengan feldspar. g. Poikilitik

Adanya inklusi-inklusi mineral secara random dalam suatu mineral besar.

h. Hyalopilitik

Mikrolit-mikrolit plagioklas dijumpai bersama-sama dengan mikrokristalin piroksen dengan

arah yang random dalam masa dasar gelas.

i. Pilotasitik

Page 20: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 20

Mikrolit-mikrolit plagioklas menunjukkan kesejajaran (sub-paralel) dan dijumpai bersama-

sama dengan mineral-mineral mikrokristalin atau kriptokristalin.

j. Felled texture

Apabila masa dasar terdiri dari mikrolit-mikrolit yang tidak beraturan

k. Vesicular

Biasa dijumpai pada lava, merupakan lubang-lubang bekas gas

l. Amydaloid

Biasa dijumpai pada lava, merupakan bekas lubang gas yang telah diisi oleh mineral-

mineral sekunder seperti zeolit, opal, kalsedon, klorit, kalsit dan lain-lain.

m. Tekstur Sperulit dalam Riolit

Bentuk radial dari kristal fibrus di dalam matrik gelas. Kemungkinan komposisi sperulit

alkali felsdpar dan polymorf SiO2

n. Tekstur Graphic

kristal-kristal kuarsal yang tertanam secara acak dalam kristal K-feldspar

o. Tekstur Mrymekite

Seperti tekstur graphic dimana bentuk kuarsa menyerupai cacing dengan letak tak teratur

II.6. STRUKTUR BATUAN BEKU

Macam-macam struktur batuan beku, yaitu:

A. Intrusive (Blatt & Ehler 1980)

Memotong perlapisan batuan sedimen, menunjukkan batuan beku terbentuk pd

kurun waktu lebih muda

Batuan sedimen yg berada di dasar & di bagian atasnya terpanggang —> Contac

Effect

Tidak mengandung gelembung gas/ fragmentasi pada bagian atasnya

Fragmen-fragmen batuan beku tidak dijumpai pd sedimen diatasnya

Pelengkungan batuan sedimen diatasnya kerap kali lebih besar bila dibandingkan

dgn sudut maksimal lereng pengendapannya

Dijumpai inklusi

B. Ekstrusive

Umumnya bagian bawah tempat lava mengalir berbentuk tidak teratur seperti hasil

erosi

Kontaknya dapat paralel terhadap perlapisan / foliasi dari batuan yg lebih tua

(concordance)/ bersudut (discordance)

Page 21: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 21

Bagian atas batuan yang ditumpangi oleh batuan ekstrusif akan memperlihatkan

hasil proses pelapukan yang terjadi sebelum batuan ekstrusif terbentuk diatasnya.

Misal berupa soil (tanah) hasil oksidasi / hidrasi

Dijumpai material asing di dalam batuan beku yang biasa disebut inklusi (xenolith 1

xenocryst), bersifat minor biasanya disertai dengan efek panggang (baking effect)

Bagian permukaan atas lava yang tertimbun sedimen berbentuk tidak teratur seperti

basil proses erosi

Beberapa lava mempunyai permukaan tidak teratur yg terbentuk selama lava

mengalir. Kontak dengan batuan sedimen dibawahnya berupa hubungan

discordance

Bagian atas suatu tubuh lava yang tertimbun sedimen dapat menunjukkan lubang

gas (kecil/ medium). Struktur Vesiculer biasa dijumpai

Erosi pada bagian atas lava dapat terjadi sebelum pengendapan sedimen diatasnya.

Lapisan soil dapat dijumpai sebagai hasil dekomposisi lanjut (extremely weathered)

—> "bukti hubungan ketidakselarasan/ unconformity

Macam - Macam Bentuk Tubuh Batuan Intrusif

Batuan Intrusif membeku di dalam batuan yang sudah ada lebih dahulu di bawah

permukaan bumi. Kontak umumnya berupa Concordance/discordance. Jika batuan yang

diterobos rapuh maka akan disertai terjadinya pemecahan dan penyesaran. Kontak

semacam ini biasanya terjadi pada tempat yang dangkal. Di daerah yang lebih dalam

beberapa km batuan yang diterobos bersifat plastis/lentur. Hingga lapis/foliasinya cenderung

tertekan paralel ierhadap pluton yag menerobosnya. Type intrusinya disebut diapirik dan

masa batuan/lelehan yang bergerak ke atas disebut diapir. Kontak concordance dapat

dijumpai pada tempat yang dangkal bila magma menerobos membentuk kubah, atau

kekuatan magma tidak menyebabkan pemecahan batuan yang diterobos. Banyak intrusi

terlihat concordance pada singkapan yang terisolasi, yang merupakan fungsi skala

pengamatan. Beberapa intrusi yang terbentuk pada kedalaman > 100 km dan mengandung

fragmen-fragmen misalnya intan yang dibawa oleh sumber magma/induk magma.

Tipe-Tipe Intrusi

a. SILL

Concordance, tubuh tabular

Tipis, menerobos ditempat yang dangkal, pada tempat yang relatif tidak terlipat

derajat keenceran (viscosity) magma tinggi hingga menghasilkan bentuk seperti

lempengan.

Sifat keasaman basic intermediate

Page 22: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 22

Sebagian besar berkomposisi basaltic

Biasanya kristal awal yang terbentuk termasuk mineral lebih berat turun

(settlement) di dasar hingga komposisinya bervariasi ke arah atas membentuk

perlapisan semu (pseudc stratification)

Ketebalannya beberapa - ratusan meter. Sill di Palisades (New York) berumur

Trias ketebalan 300 meter tersingkap sepanjang 800 km & lebar 2 km.

Sill Peneplain di Antartika berumur Jura berupa Diabase ketebalan 400 m luas

singkapan 20.000 km2.

2. LACCOLITH

Bersifat concordance

Bentuknya seperti jamur, diameter sekitar 1-8 km, ketebalan maks 1000 meter

Terbentuk di dalam sedimen yang tidak terganggu di tempat yang dangkal.

Lacolite terbentuk sewaktu magma bergerak ke atas menembus lapisan yang

mendatar di dalam kerak bumi yang bersifat lebih tahan/resistance hingga magma

tersebar secara lateral membentuk kubah di dalam lapisan yang berada di

atasnya. Jika berjumpa lapisan yang ketahanannya rendah untuk menyebar,

maka lacolith berkembang menjadi sill

Sebagian besar lacolith berkomposisi silisic atau intermediate

Contoh : lacolith diUtah (USA)

3. LOPOLITHS

Berbentuk lenticular yang besar, bagian tengahnya melesak, umumnya

concordance suatu masa intrusi berbentuk cerobong asap / cekungan

Sebagian besar dijumpai di daerah terlipat / sedikit terlipat

Tebal: 1

-

dari lebarnya

Diameternya bervariasi dari puluhan - ratusan km dengan ketebalan berkembang

sampai ribuan meter

Umumnya kandungan min mafik-ultramafik, beberapa diantaranya terdiferensiasi

di bagian atasnya menjadi lebih silisic

Contoh : Ontario, Afrika Selatan

Page 23: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 23

4. PHACOLITHS

Tubuh intrusi yang concordance berasosiasi dengan batuan terlipat Bila terbentuk

di dalam antiklin akan terjad! cembung double ke arah atas. Sebaliknya bila di

dalam sinklin akan terbentuk cembung double ke arah bawah. Hal ini

menunjukkan bahwa phacolith merupakan intrusi yang pasif, magma mengisi

daerah terbuka di puncak dan di lembah antiklin & sinklin.

Intrusi berjalan di daerah bertekanan rendah, berkembang karena pelengseran

lapisan incompetent diantara lapisan yang lebih

competent atau pelengseran satu lapisan competent terhadap lapisan competent

yang lain

Pacolith umumnya terbentuk di daerah dalam & mempunyai batas yang tajam,

mengalami gradasi. Bila terjadi foliasi akan paralel/hampir paralel terhadap sumbu

lipatan

Komposisi batuannya bervariasi, meliputi daerah yang luas mencapai puluhan km

5. DIKE & VEINS

Dike merupakan terobosan yang tabular & discordance memotong

foliasi/perlapisan country rocks. Intrusi ini dapat beralih tempat ke dalam sistem

kekar yang sudah ada terlebih dahulu, dapat tunggal / majemuk

Pada beberapa daerah Dike berhub erat dg volcanic necks/intrusi dangkal

(hypabyssal) & terbentuk secara radial

Banyak Dike bersifat lebih resistance terhadap erosi dibandingkan dengan batuan

yg diterobosnya

Kadang menerobos vertikal/ miring membentuk lempengan, kerucut tersebar

bentuk oval/ melingkar. Hal ini berkaitan dengan proses pemecahan kubah tubuh

terobosan & hilangnya tekanan intrusi yang diikuti oleh melesahnya country rocks

bagian alas sehingga dapur magma kosong

Vein adalah pengisian mineral/batuan di dalam pecahan host rocks berbentuk

tabular kecil/lempengan, kerapkali berasosiasi dengan replacement host rocks

6. BATHOLITHS

Suatu tubuh pluton intrusif yang besar dengan dinding yang terjal tanpa dasar

yang dikenal

Umumnya berkomposisi silisik

Berukuran 100 - ribuan km2

Page 24: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 24

Banyak batholith yang concordance terhadap struktur regional, padahal bila

dipetakan otete//sangat discordance

Pluton silisik yang besar kerap kali granit (deskripsi lapangan) meskipun

komposisinya kerap kati granodiorite atau monzonite kuarsa

Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar. Seperti lava

bantal yang terbentuk di lingkungan air (taut), lava bongkah, struktur aliran dan lain-lainnya.

Suatu bentuk dari struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.

a. Struktur Bantal.

Struktur bantal (pillow structure) adalah struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi

tertentu, yang dicirikan oleh masa yang berbentuk bantal. Dimana ukuran dari bentuk lava

ini pada umumnya antara 30 — 60 cm. Biasanya jarak antara bantal berdekatan dan terisi

oleh bahan-bahan yang berkomposisi sama dengan bantal tersebut, dan juga oleh

sedimensedimen klastik. Karena adanya sedimen-sedimen klastik ini maka struktur bantal

dapat dianggap terbentuk dalam air dan umumnya terbentuk di Taut dalam.

b. Struktur Vesikular.

Di dalam lava banyak terkandung gas-gas yang segera dilepaskan setelah tekanan

menurun, ini disebabkan perjalanan magma ke permukaan bumf. Keluamya gas-gas dari

lava akan menghasilkan lubang-lubang yang berbentuk bulat, clip, silinder ataupun tidak

beraturan. Terak (scoria) adalah lava yang sebagian besar terdiri dari lubang-lubang yang

tidak beraturan, hal ini disebabkan lava tersebut sebagian besar mengandung gas-gas

sehingga sewaktu lava tersebut membeku membentuk rongga-rongga yang dulu

ditempati oleh gas.

Biasanya pada dasar dari aliran lava terdapat gelembung-gelembung berbentuk silinder

yang tegak lures aliran lava. Hal ini disebabkan gas-gas yang dilepaskan dari batuan

sedimen yang berada di bawahnya karma proses pemanasan dari lava itu.

c. Struktur Aliran.

Lava yang disemburkan tidak ada yang dalam keadaan homogen. Dalam perjalanannya

menuju ke permukaan selalu terjadi perubahan seperti komposisi, kadar gas, kekentalan,

derajat kristalisasi. Ketidak homogenan lava menyebabkan terbentuknya struktur aliran,

hal ini dicer -minkan dengan adanya goresan berupa garis-garis yang sejajar, perbedaan

wawa dan tekstur.

Struktur aliran jugs dijumpai pada batuan dimana perlapisan-perlapisan digambarkan

dengan perbedaan-perbedaan dalam komposisi atau tekstur mineralnya. Struktur aliran

dapat pula berbentuk sangat halus dan disebut tekstur aliran. Dan untuk dapat melihatnya

Page 25: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 25

diperlukan mikroskop, foto 8 lembar 5 memperlihatkan tekstur aliran pada batuan yang

berupa pengarahan dari mineral-mineral tertentu seperti plagioklas.

Bentuk mineral-mineral dalam batuan yang mempu-nyai bentuk memanjang atau pipih

akan condong untuk mengarah menjadi sejajar dengan arch aliran lava pada waktu itu.

d. Struktur Kekar.

Kekar adalah bidang-bidang pemisah yang terdapat dalam semua jenis batuan. Kekar

biasanya disebabkan oleh proses pendinginan, tetapi ada pula retakan-retakan yang

disebabkan oleh gerakan-gerakan dalam bumi yang

berlaku sesudah batuan itu membeku. Kenampakan di lapangan menunjukkan bahwa

kekar-kekar itu tersusun dalam sistem tertentu yang berpotongan sate dengan yang

lainnya.

Retakan-retakan ada yang memotong sejajar dengan permukaan bumi, dan

menghasilkan struktur periapisan, sedangkan yang tegak lurus dengan permukaan bumi

akan menghasilkan struktur bpngkah. Periapisan ini pada umumnya akan makin tipis

pada bagian yang mendekati permukaan bumi. Retakan-retakan dapat pula membentuk

kolom-kolom yang dikenal dengan struktur kekar meniang (columnar jointing). Struktur ini

disebabkan karena adanya pendinginan dan penyusutan yang merata dalam magma

dan dicirikan oleh perkembangan empat, lima atau enam sisi prisma, kemungkinan juga

dipotong oleh retakan yang melintang. Bentuk seperti tiang ini umumnya terdapat pada

batuan basal, tetapi kadang-kadang juga terdapat pada batuan beku jenis lainnya.

Kolomkolom ini berkembang tegak lurus pada permukaan pendinginan, sehingga pada

sil atau lava aliran tersebut akan berdiri vertikal sedangkan pada dike kurang lebih akan

horizontal.

II.7. KLASIFIKASI BATUAN BEKU

Pengklasifikasian batuan beku diperoleh dengan berdasarkan pada :

1. Komposisi mineral, hal ini dapat menunjukkan kondisi magma pada saat kristalisasi

dan menggambarkan komposisi kimia.

2. Tekstur, hal ini dapat menunjukkan keadaan yang mempengaruhi proses

pembekuan, waktu/tempat pembekuan

Misal :

Granular => plutonik —> lambat

Porfiritik => ekstrusif --> cepat

Glassy => effusif —> cepat sekali

Page 26: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 26

3. Komposisi kimia, hal ini dapat menunjukkan hubungan dan tipe magma asal,

kehadiran/tidaknya mineral tertentu Kombinasi antara komposisi mineral dan tekstur,

dapat dibedakan :

Jumlah relatif antara mineral mafiks dan felsik

Kuarsa

Unsaturated minerals

Macam mineral mafiks

Page 27: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 27

Gambar II. 4. Comparison Chart For Visual Percentage Estimation (After Terry and

Chilingar, 1955).

Page 28: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 28

Page 29: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 29

Tabel II 3. General character anti ory,anization of principal igneous rocks (Wiiliam 'turner Gilbert, 1982)

Page 30: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 30

Klasifikasi Kimia

Pembagian klasifikasi batuan beku berdasarkan kimiawi:

a. SiO2 (keasaman)

Asam > 66 %

Intermediet (52 - 56) %

Basa (45 - 52) %

Ultrabasa < 45 %

b. Kejenuhan terhadap silika beku

Saturated rocks

Saturated rocks

Under saturated rocks

c. Kandungan alumunia dalam batuan beku

d. Kandungan Fe, Mg 4 mafic

Leucocratic rocks < 30 %

Mesocratic rocks (30 - 60) %

Page 31: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 31

Melanocratic rocks (60-90) %

Hypermelanic rocks > 90%

II.9. KLASIFIKASI MODE

a. Batuan Ultrabasa dan Basa (plutonik & volkanik)

Berdasarkan Komposisi Mineral

Gabro (Gabbro)

Plagioklas, diopsidic augite, olivin, hornblende

Norit (Norite)

Plagioklas, hipersten (orto- Px), augit (tidak melimpah), olivin (tidak melimpah)

Tractolit (Tractolite)

Dominan plagioklas dan olivin

Anorthosit (Anorthisite)

Kaya plagioklas (dominan), minor hipersten dan augit (sering dijumpai)

Piroksenit (Magnesian-Calcmagnesian Pyroxenite) Mg-orto

Piroksen dan atau Clino- Piroksen

Gambar II. 5. IUGS clasification of phaneritic (plutonic) rocks

Page 32: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 32

Gambar II. 6. Klasifikasi batuan beku plutonik mafik (IUGS)

b. Batuan Beku Intermediate (jenuh silika)

TIFF VOLICANIK

Andesit

Tekstur : porfiritik, pilotasitik, fenokris plagioklas dan mineral-mineral mafik ;olivine, augit,

hipersten, hornblende dan biotit,

andesit olivin (olivine andesite) andesit basaltik (basaltic andesite)Transisi basalt

tholeiitik, komposisi mineralogi penciri ; olivin dan labradorit

Page 33: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 33

andesit piroksen (pyroxene andesite)

Dominan mineral mafik piroksen ; hipersten, augit melimpah zoning plagioklas,

andesit hornblende dan andesit biotit

hornblende and biotit andesite

Latit (latite = trachyandesite)

Tekstur : porfiritik, pilotasitik,

fenokris plagioklas (andesin atau oligoklas), sering dijumpai sanidin atau

anorthoklas menyelimuti plagioklas

piroksen ; diopsidic augite , aigerin-augit menyertai augit dalam tipe alkali.

Trakhit (trachyte)

Tekstur trakhitik (trachytic texture), alkali felsdpart > 80 % (modal) ; sanidin atau

anorthoklas plagioklas (oligoklas atau andesin) olivin (fayalit), clino-piroksen, amfobol

dan biotit

trakhit piroksen (pyroxene trachyte)

dominan mineral mafik piroksen ; diopsidic px atau aegerin-augit, sanidin

dominan, plagioklas (andesin atau oligoklas), andesit hornblende dan andesit biotit

hornblende and biotit trachyte

trakhit melimpah sanidin dan sedikit oligoklas, hornblende, biotit dan diopsid

trakhit peralkalin (peralkaline trachyte)trakhit dominan mineral mafik ; aegerin,

reibekit, arfvedsonit (atau cossyrit) dan sedikit fayalit

keratophyres

plagioklas ; albit-oligokias, reibekit/aegerin, clorit, epidot, uralit

TIPE PLUTONIK :

Diorit

Tekstur : tekstur granitik (hypidiomorfic granular), poikilitik dan kadang porfiritik, fenokris

plagioklas ; andesin atau oligoklas dan mineral-mineral mafik utama ; hornblende dan biotit

diorit porfir (diorite porphyries)tekstur porfiritik dengan fenokris zoning plagioklas,

hornblende, biotit, kadang-kadang quartz dalam masa

dasar anhedral- granular.

mafic diorit (meladiorites, LUGS) CI tipikal diorit, tetapi mengandung hornblende dan

plagioklas ; andesit atau oligoklas, Komposisi Si02 (45 % )

hornblendite

diorit dengan kendungan hornblende tinggi

Page 34: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 34

Monzonit = syenodiorit

Tekstur : tekstur granitik (hypidiomorfic granular), myrmekite, poikilitik dan kadang porfiritik,

1/3 Ftot< KF<2/ 3 Ftot, Qz < 5 %, fenokris plagioklas; andesin atau oligokias dan mineral-

mineral mafik utama ; hornblende, biotit dan augit (jarang)

monzonit porfir (maonzonite porphyries)

tekstur porfiritik dengan fenokris zoning plagioklas, orthoklas, perhite, mineral

mafik jarang, masa dasar integrowthsodic plagioklas dan orthoklas, hornblende,

augit, biotit, apatit, spene

Syenit

Tekstur : tekstur granitik (hypidiomorfic granular), poikilitik dan kadang porfiritik KF >

2/3 Ftot,'Qz < 5 %, fenokris plagioklas ; andesin atau oligoklas dan mineral-mineral

mafik utama ; hornblende dan biotit, aegerin-augit, aegerin spene, apatit, zircon

alkali syenit (porfir)

KF tinggi =< 95 % Ftot, Qz < 5 %, orthoklas, mikroklin, albit atau oligoklas, micro-

perhite Qz, Foid , minor.

alkali lime syenit

high sodic plagioclase (5 - 30) % modal feldspar mineral mafik; hornblende, biotit,

diopsidik augit.

c. Batuan Beku Asam (lewat jenuh silika)high modal Qz > 20 %

Alkali feldspar Tipe Plntonik Tipe Volkanik

10 % Ftot Tonalit

Dasit

10 - 35 % Ftot Granodiorit

> 35 % Ftot Granit Riolit

Page 35: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 35

Gambar II. 7. Klasifikasi batuan beku plutonik

TIPE PLUTONIK : GRANIT, GRANODIORIT, TONALIT

Tekstur : tekstur granitik, subhedrl granular (hypidiomorfic granular), graphic

(micrographic), granophyre, myrmekite, porphyry high modal Qz > 20 % (anhedral)

orthoklas, mikroklin, plagioklas, muskovite Granit

Komposisi mineralogi ; orthoklas dan mikroklin, Qz, calkalkalin granit mengandung biotit,

hornblende, piroksen jarang

alkali granit mengandung amphibol ; hastingsit, riebeckit dan arfvedsonit ----(anhedral)

adamelit -- Alkali Feld. 35 - 65 % Ftot

granophyre granophric tekxture

mineral mafik hedenbergite, fayalite dan dim batuanperalkalin dijumpai reibeckit

GRANODIORIT dan TONALIT

Qz > 20 %

KF < 10 % Ftot (Tonalit)

KF 10 - 35 % Ftpt (Granodiorit)

mineral-mineral mafik bjptit, hornblende

Felsik Tonalit = trondhjemite

plagioklas (andesin aatau oligoklas), Qz, dan KF dan biotit

kelimpahan sedikit.

Page 36: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 36

TIPE VOLKANIK Dasit dan Riolit (batuan volkanik asam)

Tekstur : porfiritik, afanitik atau glassy , aphrik, hylophitik Komposisi mineral : Qz (

tridimit, kristobalit) fenokris plagioklas radialy fibrus spherulites

dasit

fenokris ; plagioklas (lab- olig), Qz, sanidin, beberapa mineral mafik piroksen,

hornblende (cumingtonit), biotit masa dasar glas

riolit

potassic type

Sanidin, bipiramidal Qz, biotit, hornblende, diopsidic augit

sodic/peralkaline type

Sanidin, anarthoklas, albit , bipiramidal Qz

Gambar 11.8. Diagram Fase dari batuan beku asam (lewat jenuh silika)

d. Batuan Beku mafik feispathoid basa dan ultrabasa

e. Batuan Beku mafik & felsik feldspatoid

f. Batuan beku basa non-feldspathoid

Kiasifikasi basalt normativ (yodar & tilley, 1962)

1. tholeiit

(a). thileiit lewat jenuh (oversaturated tholeiite) normativ quartz dan

hipersten

(b). tholeiit jenuh (saturated tholeiite) normativ hipersten

2. tholeiit olivin tak jenuh (undersaturated divine tholeiite) normativ

hipersten dan olivin

3. tholeiit olivin (olivine tholeiite)/ basalt olivin (olivine basalt) normativ

olivin

Page 37: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 37

4. basalt olivine alkali (alkali olivine basalt)

normativ olivine dan nefelin

5. Basanit (basanite)

normatif olivin dan nefelin

Gambar II. 9. Klasifikasi batuan beku basal tetrahedon (Yoder & Tilley, 1962)

Page 38: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 38

Page 39: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 39

Gambar II. 11. Klasifikasi batuan beku IUGS

Page 40: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 40

Gambar II. 12. Rhyolitic Pitchstones dengan Microlites dan Crystallites

A. Isle of Arran, Scotland. Diam. 1 mm. Phenocrysts of quartz, augite, and magnetite in a

glassy matrix crowded with arborescent microliter of green hornblende, around which

the glass is dear.

B. Meissen, Saxony. Diam. 2 mm. Phenocrysts of quartz with corroded outlines and

conchoidal fractures, in a matrix of glass showing perlitic cracks. Trains of spherical

crystallites emphasize the fluidal banding.

C. Turtle Mountains, California. Diam. 1 mm. Hornblende and sanidine phen-ocrysts lie in

a matrix of glass rich in spherical and hairlike crystallites.

Gambar II. 13. Tekstur batuan Beku

A. Subhedral granular texture in granodiorite. Diam. 3 mm. Benton Range, Mono County,

California. Euhedral and subhedral crystals of green hornblende and brown biotite, the

.latter containing inclusions of apatite and secondary sphene. Subhedral crystals of

plagiodase, and more poorly formed crystals of partially altered onhoclase (stippled),

with clear, anhedral, interstitial patches of quartz.

Page 41: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 41

B. Porphyritic texture in mica lamprophyre. Diam. 2 mm. Boundary Butte, Navajo

Reservation, Utah. Euhedral prisms of diopside and flakes of zoned biotite, in a matrix

of altered sanidine microlites, opaque oxides, and calcite.

C. Anhedral granular texture in granite aplite. Diam. 3 mm. Near Wellington, Nevada.

Interlocking anhedral grains of quartz, microdine, orthoclase, and albite, with accessory

hornblende and magnetite.

Gambar II. 14. Igneous Textures

A. Poikilitic texture in hornblende peridotite, Odenwald, Germany. Diam. 3 mm. A single

crystal of hornblende encloses rounded granules ofserpentin-ized olivine and

subhedral prisms of fresh diopside.

B. Ophitic texture in basalt, Kauai, Hawaiian Islands. Diam. 3 mm. Large plates of

pigeonite partly enclosing laths of labradorite, and granules of olivine marginally

altered to iddingsice.

C. Subophitic texture in basalt, Medicine Lake, California. Diam. 2 mm. Crystals of augite

partly enveloping some of the feldspars and partly interstitial between them. One

phenocryst and abundant small granules of olivine.

Gambar II. 15. Tekstur batuan Beku

Page 42: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 42

A. Micrographic texture in granophyre, Rosskopf, Vosges, Germany. Diain. 2 mm.

Cuneiform ntergrowth of quartz and altered orthoclase. In lower part of section are

granules of magnetite and flakes of hematite and lithium mica.

B. Kelyphitic rims around green spinel in troccolite, Quebec. Diam. 2 mm. In upper part of

section, green spinel is included in pyrope garnet; in lower part, the spinel is enveloped

by a rim of anthophyllite and pale phlogopite, surrounded in turn by a radiating fibrous

intergrowth of tremolite and actin-olite. These rims result from reaction between the

spine! and the labradorite that makes up the rest of the section.

C. Kelyphitic rim around olivine in gabbro, Quebec. Diam. 2 mm. The olivine is enclosed by

a shell ofhypersthene, around which is a second shell composed of actinolite and green

spinel. The rest of the section consists of labradorite.

Gambar II. 16. Tekstur batuan Beku

A. Intergranular texture in picrite basalt, Kilauea, Hawaii. Diam. 2.5 mm. Corroded

phenocrysts of olivine rimmed with magnetite and hematite in an intergranular matrix

composed of laths of labrodorite and interstitial grains of augite and pigeonite.

B. Intersertal texture in tholeiltic diabase, Northumberland, England. Diam. 2 mm. Augite

and labradorite occur in ophitic intergrowth; between them are irregular pools of dark-

brown glass.

C. Hyaloophitic texture in basalt, Pedregal, Mexico. Diam. 2 mm. Olivine, green diopsidic

augite, and laths of labradorite lie in a matrix of dark, iron-rich glass.

Page 43: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 43

Gambar II. 17. Tekstur batuan Beku

A. Trachytic texture in trachyte, Castello d'Ischia, Italy. Diam. 2 mm. Pheno-crysts of

sanidine and of golden-yellow, oxidized aegirine-augite, in a fluidal groundmass of

subparallel sanidine laths with intergranular aegirine-augite, aegirite, and iron oxides,

plus accessory apatite and sphene. Many triangular and polygonal spaces between the

sanidine laths are occupied in interserial fashion by analcite or sodalile.

B. Pilotaxitic texture in hypersthene andesite. Mount Rainier, Washington. Diam. 2 mm.

Phenocrysts of hypersthene and labradorke, in a groundmass of andesine microlites

with interstitial cryptocrystalline material and specks ofaugite and iron oxides. The

nuidal banding is much less pronounced than in rocks of trachytic texture.

C. Hyalopilitic texture in pyroxene dacite, Weiselberg, northern Germany. Diam. 2 mm.

Phenocrysts of labradorke, together with microlites of andesine-oligoclase and slender

prisms ofpigeonite of random orientation, in a matrix of clear brown glass.

Gambar II. 18. Basalts and Basaltic Andesite

Page 44: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 44

A. Basaltic andesite, Paricutin, Mexico. Diam. 2.5 mm. Phenocrysts of olivine, some

elongated parallel to the base, and microlites oflabradorite in a vesicular matrix of black

glass.

B. Glomeroporphyritic olivine-augite basalt, Copco Dam, northern California. Diam. 2.5

mm. A cluster of bytownite and olivine phenocrysts lies in a groundmass of labradorite

laths, granular augite, and interstitial black glass.

C. Olivine-augite basalt. Craters of the Moon, Idaho. Diam. 2 mm. From the vesicular,

glass-rich crust of a recent pahoehoe flow. Small crystals of olivine, augite, and

labradorite, accompanied by abundant granular opaque iron oxides, in a base of clear,

brown glass

Gambar II. 19. Diabases

A. Tholeiitic diabase. West Rock, New Haven, Connecticut. Diam. 2 mm. Colorless

pigeonite, marginally altered to serpentine; fresh ophitic plates of pale-brown augite;

laths of labradorite; granules of opaque minerals; and interstitial chloride material. Not

shown in this section, but found elsewhere in the sill from which this specimen came,

are a little interstitial biotite and mici;o-pegmatite. \

B. Alkali olivine diabase, Pigeon Point, Minnesota. Diam. 3 mm. Laths of calcic

labradorite; olivine; ophitic, purplish augite; opaque minerals; reddish-brown biotite; and

chlorite.

C. Tholeiitic diabase, Pwllheli, North Wales. Diam. 3 mm. A single plate of subcalcic

augite (2V == 40°) ophitically encloses calcic plagioclase, which is almost entirely

altered to calcite and prehnite and heavily stippled with granular leucoxene. The opaque

grains close to the edge of the section are composed ofexsolution intergrowths

ofilmenite and magnetite; near the center are two round patches of talc and serpentine

after olivine; near the lower edge is an area of calcite.

Page 45: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 45

Gambar II. 20. Differensiasi dalam Tholeiitic Diabase Sill, New Jersey

A. Specimen 3 m above the base. Diam. 3 mm. Composed of labradorile, cli-

nopyroKenes, and a little hypersthene, ilmenite, and bioiite.

B. Olivine-rich specimen, 15 m above the base. Diam. 3mm. Consists ofolivine, ophitic

pigeonite, labradorite laths, ilmenite, and, close together, accessory biotite and

micropegmatiie.

C. Specimen from upper part of sill. Diam. 3 mm. The chief constituents are pyroxene,

altered labradorite, and iron-titanium oxides. Deuteric hornblende and biotite border the

pyroxene and oxides; patches of interstitial micropegmatite near center and right edge

of section; prism of apatite adjoins upper-right edge.

Gambar II. 21. Basalts

Mugearite, Isle of Skye, Scotland. Diam. 3 mm. Essentially composed of olivine,

oligoclase, and iron oxide, with accessory augite, apatite, and orthoclase. The smaller

olivines are elongated along [100], the larger ones, terminated by domes, are elongated

along [001].

Page 46: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 46

B. Picrile basalt, Kauai, Hawaiian Islands. Diam. 3 mm. Abundant large grains ofolivine,

rimmed with iddingsite and magnetite, in an intergranular matrix of labradorite laths,

subhedral augite, and magnetite.

Gambar II. 22. Batuan Spilitic

A. Spililic diabase, Weilburg, Lahn, Germany. Diam. 2 mm. Cloudy laths of oligoclase in

an intersertal matrix composed of chlorite, calcite, granular ilmenite, and leucoxene.

B. Amygdaloidal basalt. Coast Ranges, California. Diam. 2mm. Laths of cloudy

oligoclase and a few of albite, with relic granules of augite, in a matrix of chlorite,

calcite, ilmenite, and leucoxene. Amygdules filled by calcite and chlorite.

Variolitic basalt, Mount Tamalpais, California. Diam. 2 mm. Specimen from a pillow sill.

Subradiating laths of albite and slender prisms of augite, in a groundmass of calcite,

chlorite, and leucoxene. Amygdules of calcite and chlorite.

Gambar II. 23. Gabbros dan Troctolite

A. Gabbro, Volpersdorf, Saxony. Diam. 3 mm. Labradorite and diallage are the chief

primary minerals; the latter shows kelyphitic fringes of tremolite. The remainder consists

of serpentine and talc.

Page 47: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 47

B. Gabbro, Glen More ring dike, Mull, Scotland. Diam. 3 mm. Chiefly composed of

labradorue and augite ophitically intergrown. Accessory constituents include

serpentinized olivine, needles of apatite, flakes of biotite bordering plates of ilmenite,

and, in the upper-left portion, a micrographic patch of quartz and K-feldspar.

C. Troctolite, Volpersdorf, Saxony. Diam. 6 mm. Essentially an olivine-labra-dorite rock.

The olivine is almost entirely converted to serpentine, and the surrounding feldspar is

crisscrossed by expansion cracks. Accessory augite is partly embedded in the feldspar

and also forms fringes around the olivine.

Gambar II. 24. Norites dan Ferrogabbro

A. Olivine norite, Aberdeen, Scotland. Diam. 3 mm. All the visible hypersthene is

optically continuous; it encloses grains of olivine and is intergrown ophit-ically with

calcic labradorite. Iron ore and biotite are accessory constituents.

B. Ferrogabbro, Iron Mine Hill, Rhode Island. Composed of labradorite, iron-rich olivine,

and opaque oxides containing specks of green spine'. The opaque grains are

exsolution intergrowths of magnetite and ilmenite.

C. Quartz norite, Sudbury, Ontario. Diam. 3 mm. Around the large hypersthene crystals

are reaction rims of green homblende and brown biotite. Biotite also envelops

accessory iron oxides. The rest of the rock is composed ofsubhedral laths of

labradorite and anhedral quartz. Elsewhere, but not shown here, bluish-green

arfvedsonite forms fringes around some of the homblende.

Page 48: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 48

Gambar II. 25. Tipe Adirondack Anorthosite

A. Anorthosite, Frontenac County, Quebec. Diam. 1 cm. An anhedral granular

intergrowth of labradorite and accessory green homblende.

B. Andesine anorthosite from same locality. Diam. 1 cm. Interlocking anhedra of calcic

andesine; large crystal of corundum fringed with iron oxide, green spine!, talc, and

clinozoisite.

Gambar II. 26. Andesites

A. Pyroxene andesite, Crater Lake, Oregon. Diam. 3 mm. Phenocrysts of zoned.

labradoriteandesine, with inclusions of glass and ofhypersthene and augite, in a

groundmass composed of oligoclase microlites, specks of opaque oxide and pyroxene,

and interstitial cryptocrystalline material.

B. Hornblende andesite. Black Butte, Mount Shasta, California. Diam. 3 mm.

Phenocrysts of oxyhornblende, pleochroic from gold to russet, fringed with granular

magnetite; also

Page 49: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 49

phenocrysts of zoned labradorite. Pilotaxitic groundmass of microlitic andesine and

interstitial cryptocrystalline material stippled with magnetite and fumarolic hematite.

C. Hornblende andesite, Stenzelberg, Siebengebirge, Germany. Diam. 3 mm. The

hornblende phenocrysts are completely replaced by granular opaque oxides and augite.

These, together with phenocrysts of diopsidic augite and calcic andesine, lie in a

cryptocrystalline groundmass.

Gambar II. 27. Diorite-Tonalite Spectrum

A. Hornblende diorite, near Stockholm, Sweden. Diam. 3 mm. Roughly equant

subhedral crystals ofandesine-oligoclase; a little microdine, homblende, and biotite;

accessory iron oxides, apatite, and sphene.

B. Felsic tonalite (trondhjemite), Castle Towers batholith, British Columbia. Diam. 2.5

mm. Main constituent is oligoclase showing oscillatory zoning and borders of

myrmekile; next in abundance is quartz, then orthoclase. Accessory constituents are

biotite, apatite, iron oxides, and sphene.

C. Tonalite, Adamello, Italy. Diam. 2.5 mm. Subhedral and euhedral zoned crystals

ofandesine-oligodase, locally rimmed with orthoclase; anhedral patches of quartz; green

hornblende and brown biotite; allanite partly fringed with epidote (lower right); accessory

magnetite, apatite, and sphene.

Page 50: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 50

Gambar II. 28. Monzonites and Plagioclase-Rich Granite (Adamellite)

A. Monzonite, Monzoni, Tyrol, diam. 2.5 mm. Euhedral laths of andesine; anhedral,

turbid sodic orthoclase, and a little interstitial quartz. Diopsidic augite, partly bordered by

green hornblende and brown biotite. Accessory minerals are opaque oxides, apatite,

and sphene.

B. Quartz-bearing hornblende monzonite, Pine Nut Range, Nevada. Diam. 2.5 mm.

Euhedral crystals of andesine, large anhedra of altered orthoclase, and smaller ones of

quartz. Dark constituents are hornblende, sphene, and opaque oxides. Accessory

needles of apatite.

C. Granite (adamellite), Shap Fell, Westmorland, England. Diam. 2.5 mm. Euhedral,

altered crystals of oligoclase; anhedral quartz and slightly altered orthoclase. The

Hakes of biotite show alteration to chlorite with liberation of secondary sphene.

Accessory constituents are primary sphene, apatite, Huor-ite (near center), and allanite

(near bottom).

Gambar II. 29. Syenites

Page 51: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 51

A. Quartz-bearing syenite (nordmarkite), Oslo, Norway. Diam. 2.5 mm. Large crystals of

microperthite, locally veined and fringed with albite; a little quartz and biotite; accessory

opaque oxides, zircon. and sphene.

B. Syenite, Ymir, British Columbia. Diam. 3 mm. The main constituents are biotite,

uralitized augite and altered orthoclase. Minor constituents are small euhedral

andesines and apatite.

C. Alkali syenite, Cilaor, Reunion Island. Diam. 2.5 mm. The feldspar is altered perthite;

and there is a little interstitial quartz. The mafic minerals are aegi-rine-augite (palest),

aegirine (darkest), and barkevikitic hornblende,

Gambar II. 30. Porphyries

A. Pneumatolyzed granite porphyry, Cornwall, England. Diam. 5 mm. Euhedral

phenocrysts of quartz and altered perthite in a microgranular groundmass of the same

minerals accompanied by abundant muscovite, topaz (near top), fluorite (right edge),

and two generations of tourmaline.

B. Granodiorite porphyry, Paiyenssu, northwestern Yunnan, China. Diam. 3 mm. Large

crystals of quartz and calcic oligoclase, with smaller, ones of hornblende and biotile, in

a microgranular matrix of quartz and alkali feldspar with accessory sphene and

epidote.

C. Hornblende diorite porphyry, Carrizo Mountain laccolith, northeastern Arizona. Diam.

3 mm. Phenocrysts ofandesine, partly altered to calcite and clay minerals, and of green

hornblende, some of which are twinned on the front pinacoid. The groundmass

consists chiefly of microgranular feldspar with minor quartz and accessory grains of

apatite and zircon. This rock might also be called and/site porphyry.

Page 52: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 52

Gambar II. 31. Granites

A. Hornblende "granite," Plauen, near Dresden, Saxony. Diam. 3 mm. Composed of

green hornblende, orthoclase, oligoclase, and quartz, with accessory magnetite, apatite,

sphene, and allanite. Note that some of the oligoclase is enclosed poikilitically by

hornblende and orthoclase, and, left of center, there is a little myrmekite at the contact

between two orthoclase crystals. With decreasing quartz, the rock grades into syenite.

B. Biotite granite, Rockport, Maine. Diam. 3 mm. Euhedral and subhedral crystals of

niicrocline-perthite; strained anhedral crystals of quartz. Two generations of biotite; the

earlier in large flakes; the later in radiating tufts occupying cracks and veins. The later

biotite is darker and richer in iron and is associated with pneumatolytic fluorite.

C. Peralkaline riebeckite-aegirine granite, Quincy, Massachusetts. Diam. 3 mm.

Euhedral and subhedral crystals ofmicroperthile, and anhedral quartz; dark constituents

are riebeckite, aegirine, and allanite.

Gambar II. 32. Peralkaline Granite Porphyry

Page 53: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 53

A. Riebeckite granite porphyry, Lake Brunner, New Zealand. Diam. 3 mm. Phenocrysts of

quartz and sodic orthoclase (latter not shown), in a graphic groundmass of the same

two minerals accompanied by acicular riebeckite.

B. Riebeckite granite porphyry, Ailsa Craig, Scotland. Diam. 2 mm. Essentially composed of

sodic orthoclase with interstitial riebeckite and quartz.

Gambar II. 33. Pneumatolyzed Granites

A. Tourmalinized granite, Cornwall, England. Diam. 3 mm. Clusters of radiating blusih-

green tourmaline needles, some of them bordering a corroded phenocryst of primary

brown tourmaline. The remainder of the rock consists of microperthite and quartz, the

latter invading the former. At the upper right are several tourmaline needles that

terminate against a ghost boundary which marks the edge of a vanished quartz or

feldspar crystal.

B. Greisen, Geyer, Erzgebirge, Germany. Diam. 5 mm. Composed of topaz, lithium

mica, and dusty quartz.

C. Greisen, Grainsgill, Cumberland, England. Diam. 3 mm. Composed essentially of

quartz and muscovite, with accessory rutile, apatite, and arsenopyrite. The large flakes

of muscovite are relics from the original granite; the plumose muscovite is secondary

after orthoclase; the minute, densely packed scales of muscovite are secondary after

plagioclase. Other accessory minerals in this rock, not shown, are tourmaline and

molybdenite.

Page 54: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 54

Gambar II. 34. Granite and Granodiorites

A. Biotite granite, Conway, New Hampshire. Diam. 3 mm. The feldspars are

micropenhite and altered oligoclase; quartz is anhedral. Dark minerals are biotite,

allanite, and a little magnetite. Two crystals of apatite near center.

B. Hornblende-biotite granodiorite, Yosemite, California. Diam. 3 mm. Approximately

half the rock consists of normally zoned plagioclase (Anso-zo), and a quarter of quartz.

The remainder is composed ofperthite, hornblende, and biotite, with accessory

magnetite.

C. Basic inclusion in granodiorite from the same locality. Diam. 3 mm. Richer in

hornblende, biotite, plagioclase, sphene, and apatite, but poorer in quartz and potassic

feldspar than the enclosing rock.

Gambar II. 35. Tonalites

A. Tonalite, Adamello, Italy. Diam. 2.5 mm. Subhedral and euhedral zoned crystals of

andesine-oligoclase, locally rimmed with orthoclase; anhedral patches of quartz; green

homblende and brown biotite; allanite partly fringed with epidote (lower right); accessory

magnetite, apatite, and sphene.

Page 55: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 55

B. Felsic tonalite (trondhjemite). Castle Towers batholith, British Columbia. Diam. 2.5

mm. Main constituent is oligoclase showing oscillatory zoning and borders of

myrmekite; next in abundance is quartz, then orthoclase. Accessory constituents are

biotite, apatite, iron oxide, and sphene.

Gambar II. 36. Granite Pegmatites

A. Garnetiferous fine-grained pegmatite, Pala, California. Diam. 2 mm. Composed

ofspessartine, lithium mica, albite, microcline, quartz, and a little deep-blue tourmaline.

B. Tourmaline pegmatite, Pala, California. Diam. 2 mm. Large crystals of colorless

elbaite, scattered in a matrix of lithium mica, albite, and quartz.

C. Tourmalinized pegmatite, Tuolumne Canyon, Yosemite, California. Diam. 2 mm.

Large crystal of zoned blue tourmaline; abundant granulated quartz and strained

microcline; accessory muscovite and spessartine.

Gambar II. 37. Granite-Gabbro Reaction Series, Lake Manapouri, New Zealand

A. Granite, diam. 3 mm. Composed mainly of microcline-perthite, quartz, albite, and biotite.

The dark clot is a gabbro relic now composed of biotite, sphene-rimmed opaque oxide,

and acicular apatite.

Page 56: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 56

B. Transitional rock. Diam. 3 mm. The constituents, in order of abundance, are

oligoclase, biotite, orthoclase, hornblende, quartz, sphene, apatite, epidote, and iron

oxide. In this specimen most of the hornblende of the original gabbro has been replaced

by biotite.

C. Transitional rock, nearer the gabbro contact. Diam. 3 mm. ChieHy andesine and

hornblende, the latter in process of replacement by biotite. Iron oxide partly replaced by

sphene, abundant apatite, and a little quartz and epidote.

D. Metagabbro. Diam. 3 mm. Least-altered material. Only difference from unaltered

gabbro is the presence of a little introduced quartz. Bulk of rock consists of andesine

and hornblende, with accessory epidote, sphene, while mica, chlorite, and opaque

oxide.

Gambar II. 38. Dacites

A. Hyalodacite, near Lassen Peak, California. Diam. 3 mm. Phenocrysts of glass-

charged, zoned andesine, quartz, green hornblende, biotke, and hyper-sthene, in a

glassy groundmass stippled with crystallites.

B. Basic inclusion in dacite, Lassen Peak, California. Diam. 3 mm. Laths of labradorite

and calcic andesine, and prisms of reddish-brown oxyhomblende largely replaced by

magnetite and hematite. Interstitial colorless glass and cristobalite; some of the latter

also occurs in spheroids.

C. Pumiceous dacite obsidian. Rock Mesa, near Three Sisters, Oregon Cascades.

Diam. 2 mm. Microphenocrysts ofhyperstltene and corroded, glass-charged andesine,

in a matrix of colorless vesicular glass.

Page 57: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 57

Gambar II. 39. Rhyolite and Dacites

A. Rhyolite, Climax, Colorado, diam. 4 mm. Phenocrysts of quartz, orthoclase,

oligoclase, and biotite, in a cryptocrystalline base stippled with minute flakes of white

mica, larger, spongy granules of topaz, and (lower right) grains of fluorite and pink

garnet.

B. Dacite, Sidewinder Mountain, near Barstow, California. Diam. 3 mm. Corroded

phenocryst of quartz; other phenocrysts of andesine and of resorbed biotite and

hornblende. Groundmass composed chiefly of quartz and K-feld-spar (microfelsite). The

feldspar is partly altered; piedmontite clusters occur inside the porphyritic andesine; and

smaller specks are visible inside the hornblende and biotite crystals as well as in the

felsitic groundmass.

C. Tridymiie-rich hypersthene dacite. Crater Lake, Oregon. Diam. 3 mm. Phenocrysts of

hypersthene rimmed with magnetite and hematite resulting from fumarolic oxidation;

also phenocrysts of andesine. Cryptocrystalline ground-mass stippled with hematite

dust; irregular patches of tridymite with characteristic fan-shaped twins.

Page 58: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 58

Gambar II. 40. Rhyolites

A. Rhyolite pitchstone, near Shoshone, California. Diam. 2.5 mm. Phenocrysts of

brownish-green hornblende and of andesine, in a base of banded glass showing perlilic

cracks and abundant curved crystallites.

B. Spherulitic biotite rhyolite, Apati, Hungary. Diam. 3 mm. Phenocrysis of quartz,

sanidine, andesine, and reddish-brown biotite in a devitrified spher-ulitic groundmass

containing amygdules of opal and radiating chalcedony.

C. Sodic rhyolite (pantellerite), Santa Rosa, California. Diam. 2 mm. Phenocrysts of

sodic sanidine or anorthodase, corroded quartz, and deep-brown enig-matite.

Groundmass of quartz and sanidine with needles and mosslike patches of arfvedsonite,

subordinate needles of aegirine, and anhedral specks of enigmatite. In other specimens

from this locality the rhyolite contains abundant opal and tridymile lining pores.

Gambar II. 41. Phonolites

A. Mafic pseudoleucite phonate, Bearpaw Mountains, Montana. Diam. 3 nini. Phenocrysts of

pseudoleucite composed of sanidine, cloudy zeolites, and a little nepheline; also of

biotite

Page 59: Batuan Beku.pdf

Universitas Gadjah Mada 59

and diopsidic augite, the latter partly fringed with aegirine. Groundmass consists chiefly

of aegirine needles, biotite, and anhedral sanidine.

B. Nosean phonolite, Wolf Rock, Cornwall, England. Diam. 2 mm. Phenocrysts of

sanidine and zoned nosean, in a groundmass of euhedral nepheline, aci-cular aegirine,

a few sanidine microlites, and a little interstitial turbid anal-cinie.

C. Aegirine phonolite. Lead, South Dakota. Diam. 2 mm. Kuhedral neplielines and

poikilitic patches of aegirine, in a matrix composed mainly of sanidine microlites.

Gambar II. 42. Ultramafic Rocks

A. Melilitite, Ellioll County, Kentucky. Diam. 3 nun. Partly serpeiilini/ed phen-

ocrysisofolivine, flakes of pale-brown phlogopite, plates of melilite with clear rims that

polarize in ultra-blue, granules of perovskite and chromite, and, near top of section, a

grain of pyrope garnet with a reaction rim. The dense matrix consists of iron oxide,

perovskite, antigorite, and calcite, some of which is coarse grained and fills irregular

pores.

B. Lherzolite, Haute Garrronne, France. Diam. 3 mm. Diallage (at bottom), bron-zite,

and granular olivine, with accessory green spinel (upper right) and picotite (lower right).

C. Pyroxenite, Hope, British Columbia. Diam. 3 mm. Approximately equal amounts of

ortho pyroxene and diopsidic augite. Some of the former contains lamellar inclusions of

clinopyroxene. A little poikilitic hornblende (near lop of section) and pyrrhotke.