1241172105135_ganjarmustika_kelase
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
1/74
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Metode
Penelitian Pendidikan Matematika
GANJAR MUSTIKA
NPM. 1241172105135
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2015
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
2/74
i
LEMBAR PENGESAHAN
GANJAR MUSTIKA 1241172105135 : Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Melalui Metode Pembelajran Penemuan
Terbimbing
Menyetujui,
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Metode Penelitian Pendidikan Matematika
Dori Lukman Hakim, S.Pd., M.Pd
NIDN:
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
3/74
ii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ganjar Mustika
NPM : 1241172105135
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa proposal saya yang berjudul :
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING
adalah hasil karya sendiri dan bukan menjiplak hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jika
dikemudian hari terbukti bahwa proposal penelitian saya merupakan hasil jiplakan
dari orang lain, maka saya bersedia untuk membuat kembali proposal tersebut.
Karawang, 15 Januari 2015
Ganjar Mustika
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
4/74
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Proposal
penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah Metode
Penelitian Pendidikan Matematika. Saya menyadari bahwa proposal penelitian ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu perlu adanya perbaikan dan saran
dari berbagai pihak, agar saya dapat menyajikan hasil karya yang lebih baik lagi
pada masa yang akan datang.
Selesainya proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
baik secara langsung atau tidak langsung sehingga pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati dan rasa hormat saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semuan pihak yang terlibat dalam pembuatan proposal
penelitian ini. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu memberikan berkah, rahmat
serta karunia-Nya kepada saya dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan proposal penelitian ini.
Karawang, 15 Januari 2015
Ganjar Mustika
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
5/74
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ i
PERNYATAAN ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ........................................................................... 7
1.5 Definisi Operasional.................................................................................. 8
1.6 Hipotesis .................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ............................................ 9
2.2 Model Pembelajaran Ekspositori .............................................................. 12
2.3 Kemampuan Komunikasi Matematis ........................................................ 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................................... 17
3.2 Desain Penelitian ....................................................................................... 18
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 18
3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ............................... 19
3.5 Instrumen TES .......................................................................................... 25
3.6 Instrumen NON TES ................................................................................. 28
3.7 Prosedur Penelitian.................................................................................... 30
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................. 32
3.9 Jadwal Penelitian ....................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36
LAMPIRAN ......................................................................................................... v
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
6/74
v
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jurnal Internasional............................................................................ 37
Lampiran 2 Jurnal Nasional Komunikasi Matematis ............................................ 45
Lampiran 3 Jurnal Nasional Model Penemuan Terbimbing ................................. 56
Lampiran 4 Instrumen TES (SOAL) ..................................................................... 58
Lampiran 5 Instrumen Non Tes (ANGKET) ........................................................ 66
Lampiran 6 Kisikisi Indikator Kemampuan ...................................................... 68
Lampiran 7 Kisikisi Indikator Materi Pelajaran................................................ 68
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
7/74
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat
mengakibatkan suatu perubahan di segala bidang kehidupan. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga pendidikan dituntut untuk
berperan aktif dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan secara optimal
guna mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan
daya saing lulusan guna menghadapi ketatnya persaingan dan tantangan dunia
kerja. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam menciptakan manusia
yang berkualitas dan unggul. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB
II pasal 3 No. 20 (Sisdiknas, 2003:6), sebagai berikut :
Tujuan pendidikan nasional adalah untuk perkembangan potensi peserta didikagara menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Demikian pula tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika
oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000)
menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa,
yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan
komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan
penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation). Berdasarkan
uraian tersebut, kemampuan representasi dan pemecahan masalah termuat pada
kemampuan standar menurut Depdiknas dan NCTM. Artinya, dua kemampuan ini
merupakan dua diantara kemampuan yang penting dikembangkan dan harus
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
8/74
2
dimiliki oleh siswa. Menurut Suherman (2008:4) kemampuan komunikasi
matematis adalah kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide matematika
kepada orang lain, dalam bentuk lisan, tulisan, atau diagram sehingga orang lain
memahaminya. Berdasarkan pendapat tersebut kemampuan komunikasi
matematik bisa digolongkan menjadi dua macam yaitu kemampuan komunikasi
matematik secara tertulis dan kemampuan komunikasi matematik secara lisan.
Pada penelitian ini yang menjadi fokus utama untuk diteliti adalah kemampuan
komunikasi matematik secara tertulis di dasarkan pada karakteristik dari menulis
itu sendiri yaitu mudah diingat dan dapat dipelajari kembali, ketika siswa
ditantang untuk berpikir mengenai matematika dan mengkomunikasikannya
kepada orang atau siswa lain, secara lisan maupun tertulis, secara tidak langsung
mereka dituntut untuk membuat ide-ide matematika itu lebih terstuktur dan
meyakinkan, sehingga ide-ide itu menjadi lebih mudah dipahami, khususnya oleh
diri mereka sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menumbuhkan
kemampuan komunikasi matematis siswa dengan cara membentuk karakter pada
siswa dalam mempelajari matematika di kelas. Trend in International
Mathematics and Science Study(TIMSS) sebuah studi yang diselenggarakan oleh
International Association for theEvaluation of Educational Achievement (IEA),
pada tahun 2007 menempatkan siswa kelas VIII Indonesia pada peringkat 36 dari
49 negara yang turut berpartisipasi dengan perolehan rerata skor siswa yaitu 397,
sedangkan rerata skor internasional adalah 500 (Mullis, et al.,2008). Skor yang
diperoleh tersebut berada signifikan di bawah rerata skor internasional.
Kesimpulan dari laporan studi TIMSS tersebut, tidak jauh berbeda dengan hasil
survei PISA 2009. Prestasi belajar matematika siswa di Indonesia dari data PISA
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
9/74
3
berada pada peringkat 61 dari 65 negara yang turut berpartisipasi dengan
perolehan rerata skor 371, sedangkan rerata skor internasional adalah 500
(Balitbang, 2011).
Dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan berbegai macam
metode pembelajaran yang ada, atau dapat pula mengkombinasikan beberapa
metode pembelajaran yang cocok dan paling tepat digunakan sesuai dengan
keperluan dan indicator yang ingin dicapai. Pemilihan kombinasi metode
mengajar yang tepat dapat lebih meningkatkan hasil proses belajar-mengajar
(Suherman, 2003:201).
Dari berbagai macam metode pembelajaran yang ada, salah satunya adalah
metode pembelajaran penemuan terbimbing. Hudojo (2005:95), mengemukakan
bahwa :
Metode penemuan merupakan suatu cara penyampaian topik-topik matematika
sedemikian sehingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri
pola-pola atau struktur-struktur melalui serangkaian pengalaman-pengalaman
belajar masa lampau.
Kenyataan di lapangan pembelajaran matematika masih cenderung
berfokus pada buku teks, masih sering dijumpai guru matematika masih terbiasa
pada kebiasaan mengajarnya dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran
seperti: menyajikan materi pembelajaran, memberikan contoh-contoh soal dan
meminta siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam buku teks yang
mereka gunakan dalam mengajar dan kemudian membahasnya bersama siswa.
Hal ini sesuai hasil temuan Wahyudin (1999) yaitu :
Sebagian besar siswa tampak mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau
informasi dari guru, siswa sangat jarang mengajukan pertanyaan pada guru
sehingga guru asyik sendiri menjelaskan apa yang telah disiapkannya, berati siswa
hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh guru.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
10/74
4
Guru pada umumnya mengajar dengan metode ceramah dan ekspositori
(Wahyudin, 1999). Hal ini didukung oleh Ruseffendi (2006) yang menyatakan
bahwa selama ini dalam proses pembelajaran matematika di kelas, pada umumnya
siswa mempelajari matematika hanya diberi tahu oleh gurunya dan bukan melalui
kegiatan eksplorasi. Itu semua mengindikasikan bahwa siswa tidak aktif dalam
belajar. Melalui proses pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan kemampuan
matematis siswa dapat berkembang. Dari pemaparan fakta ini, perlu adanya
pembelajaran yang mengkondisikan siswa aktif dalam belajar matematika.
Henningsen dan Stein (1997) mengutarakan bahwa untuk mengembangkan
kemampuan matematis siswa, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan
dimana siswa mampu terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematika
yang bermanfaat. Siswa harus aktif dalam belajar, tidak hanya menyalin atau
mengikuti contoh-contoh tanpa tahu maknanya. Salah satu pembelajaran yang
berpusat pada siswa adalah metode penemuan. Berusaha sendiri untuk mencari
pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi siswa. Penemuan yang dimaksud
yaitu siswa menemukan konsep melalui bimbingan dan arahan dari guru karena
pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk
dapat menemukan sesuatu. Abel dan Smith (1994) mengungkapkan bahwa guru
memiliki pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses
pembelajaran. Dalam metode penemuan terbimbing, guru berperan sebagai
fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang
mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan
pengetahuan yang sedang ia peroleh. Siswa didorong untuk berpikir sendiri,
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
11/74
5
menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun
prosedur berdasarkan bahan ajar yang telah disediakan guru. Dengan metode ini,
guru menganjurkan siswa membuat dugaan, intuisi, dan mencoba-coba. Melalui
dugaan, intuisi, dan mencoba-coba ini diharapkan siswa tidak begitu saja
menerima langsung konsep, prinsip, ataupun prosedur yang telah jadi dalam
kegiatan belajar-mengajar matematika, akan tetapi siswa lebih ditekankan pada
aspek mencari dan menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur matematika.
Untuk menghasilkan suatu penemuan, siswa harus dapatmenghubungkan ide-ide
matematis yang mereka miliki. Untuk menghubungkan ide-ide tersebut, mereka
dapat merepresentasikan ide tersebut melalui gambar, grafik, simbol, ataupun
kata-kata sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Membiasakan
siswa dengan belajar penemuan, secara tidak langsung juga membiasakan siswa
dalam merepresentasikan informasi, data, ataupun pengetahuan untuk
menghasilkan suatu penemuan.
Selain itu, Borthick dan Jones (2000) mengemukakan bahwa metode
Penemuan menjelaskan tentang siswa belajar untuk mengenal suatu masalah,
karakteristik dari solusi, mencari informasi yang relevan, membangun stategi
untuk mencari solusi, dan melaksanakan strategi yang dipilih. Dengan kata lain,
metode penemuan juga membiasakan siswa dalam memecahkan masalah. Dengan
membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah, diharapkan kemampuan
dalam menyelesaikan berbagai masalah akan meningkat. Berdasarkan uraian
diatas tentang permasalahn dalam pembelajaran matematika, penulis mengambil
judul Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui
Model Pembelajran Penemuan Terbimbing.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
12/74
6
1.2. Batasan dan Rumusan Masalah
A. Batasan Masalah
Agar pokok permasalahan yang diteliti agar lebih sederhana dan
tidak meluas dari yang sudah ditentukan, maka ruang lingkup
permasalahan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada :
a. Pengaruh model pembelajaran penemuan terbimbing yang dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
b. Kemampuan matematis siswa diukur dari hasil post test yang
dilakukan setelah pembelajaran dilakukan.
c. Materi yang akan dijadikan bahan test dalam penelitian ini adalah
program linear yang dipelajari pada semester gasal kelas XII IPA.
d.
Penelitian dilakukan terhadap siswa-siswi Kelas XII IPA SMA
Negeri 4 Karawang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori?.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
13/74
7
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa
mengalami peningkatan secara signifikan setelah memperoleh pembelajaran
penemuan terbimbing.
b. Untuk membandingkan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing dengan pembelajaran
ekspositori.
1.4. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik bagi
siswa, guru maupun peneliti. Manfaat penelitian ini dapat dipaparkan sebagai
berikut :
a. Bagi siswa, diharapkan dengan penerapan pembelajaran penemuan terbimbing
dapat lebih meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
b. Bagi guru, dapat memperluas wawasan mengenai metode pembelajaran
metematika dengan pembelajaran penemuan terbimbing sehingga dapat
dijadikan alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis.
c.
Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman serta
dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran matematika.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
14/74
8
1.5. Definisi Operasional
Komunikasi matematis adalah kemampuan siswa untuk menjabarkan
matematika secara tertulis maupun lisan. Metode pembelajaran penemuan
terbimbing adalah suatu cara penyampaian topik-topik matematika sedemikian
sehingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau
struktur-struktur melalui serangkaian pengalaman-pengalaman belajar masa
lampau, disertai beberapa petunjuk dan instruksi yang diberikan guru kepada
siswa. Metode pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari guru kepada siswa dengan
maksud siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
1.6. Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan berdasarkan hasil kajian teori. Kajian
teori yang difokuskan pada penelitian ini meliputi kemampuan komunikasi
matematis siswa dan metode penemuan terbimbing. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing lebih baik dari
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran menggunakan metode ekspositori.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
15/74
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
1) Pengertian Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Suherman (2003:7) mengemukakan bahwa metode pembelajaran
adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum, misalnya
seorang guru menyajikan materi dengan penyampaian dominan secara
lisan dan sekali-kali ada tanya jawab. Sedangkan Uno (2007:2)
mendefinisikan metode pembelajan sebagai cara yang digunakan guru
untuk menjalankan fungsinya sebagai pendidik agar tujuan pembelajaran
tercapai. Pada pembelajaran penemuan terbimbing, siswa dihadapkan
pada situasi ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan,
intusi, dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru
bertindak sebagai penunjuk jalan, membantu siswa agar mempergunakan
ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya
untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang
tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu
mereka dalam menemukan pengetahuan yang baru tersebut. Metode
pembelajaran ini bisa dilakukan baik secara perseorangan maupun
kelompok.
Menurut Jerome Bruner (Markaban, 2008:9) :
Penemuan adalah suatu proses. Proses penemuan dapat menjadi
kemampuan umum melalui latihan pemecahan masalah, praktek
membentuk dan menguji hipotesis. Di dalam pandangan Bruner, belajar
dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, di mana seorang
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
16/74
10
siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya
ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan.
Menurut Suherman (2003:212-213) :
Metode penemuan merupakan cara penyajian pembelajaran dengan
siswa menemukan sendiri hal-hal yang baru. Penemuan yang dilakukan
siswa ini tidak lepas dari bimbingan guru sehingga metode ini disebut
metode penemuan terbimbing. Hal-hal yang ditemukan siswa tersebut
tidak benar-benar baru sebab sudah diketahui oleh orang lain.
Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing ini bertujuan
agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang
dipelajarinya. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode ini
hendaknya diperhatikan bahwa: aktivitas siswa untuk belajar sendiri
sangat berpengaruh, hasil (bentuk) akhir harus ditemukan sendiri oleh
siswa, prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa, guru
hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
penemuan terbimbing adalah suatu metode mengajar yang bartujuan agar
siswa aktif menemukan sendiri pemecahan masalah yang sedang
dihadapinya dengan arahan dan bimbingan guru.
2) LangkahLangkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Model pembelajaran penemuan terbimbing memiliki beberapa
langkah tertentu yang berkesinambungan, menurut Markaban (2008:17)
langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang
menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak
salah.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
17/74
11
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini,
bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja.
Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah
yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang
dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas
diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan
kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak
dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur
tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada
siswa untuk menyusunya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa
induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.
f.
Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya gurumenyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah
hasil penemuan itu benar.
3) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan
Terbimbing
Metode pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai kekuatan
dan kelemahan, Markaban (2008:18) :
a) Keunggulan model penemuan terbimbing :
Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir danmenggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami
sendiri proses menemukannya.
Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin inimendorong ingin menemukan penemuan lagi hingga minat
belajarnya meningkat.
Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuanakan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai
konteks.
Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri
.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
18/74
12
b) Kelemahan model penemuan terbimbing :
Metode ini banyak menyita waktu.
Tidak tiap guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar
dengan cara penemuan. Tidak semua anak mampu melakukan penemuan.
Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan tiap topik.
2.2. Model Pembelajaran Ekspositori
1) Pengertian Model Pembelajaran Ekspositori
Sanjaya (2008:179) menyatakan bahwa:
Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan
demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan.
Melaluimetode ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara
terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat
dikuasaisiswa dengan baik.
Dirjen PMPTK Depdiknas (2008:30) mengemukakan bahwa :
Metode pembelajaran ekspositori adalah metode pembelajaran yangmenekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal.
Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999:172) mengatakan metode
ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai kepada siswa :
Dimana peranan guru adalah :
a. menyusun program pembelajaran
b. memberi informasi yang benar
c. pemberi fasilitas yang baik
d. pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar
e. penilai prolehan informasi.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
19/74
13
Sedangkan peranan siswa adalah :
a. pencari informasi yang benar
b. pemakai media dan sumber yang benar
c.
menyelesaikan tugas dengan penilaian guru.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode ekspositori yaitu metode mengajar dengan
cara menyampaikan ide atau gagasan dengan lisan atau tulisan. Cara
memberikan suatu informasi kepada peserta didik sebelumnya telah
diolah tuntas oleh guru. Dalam proses belajar mengajar komunikasi
hanya berpusat pada guru.
2) LangkahLangkah Model Pembelajaran Ekspositori
Ada beberapa langkah dalam penerapan metode pembelajaran
ekspositori, Sanjaya (2010:185) yaitu : 23
a) Persiapan (Preparation)
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di
antaranya adalah : berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti
yang negatif, mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus
dicapai, bukalah file dalam otak siswa.
b) Penyajian (Presentation)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah
ini, yaitu: penggunaan bahasa, intonasi suara, menjaga kontak mata
dengan siswa, dan menggunakan joke-joke yang menyegarkan.
c) Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran
dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yangmemungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam
struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
d) Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi
pelajaran yang telah disajikan.
e)
Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah
mereka menyimak penjelasan guru.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
20/74
14
3) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Ekspositori
Metode pembelajaran ekspositori memiliki Kekuatan dan
Kelemahan Sanjaya (2010:190):
Keunggulan model pembelajaran ekspositori
a) Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia
dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan
pelajaran yang disampaikan.
b)
Sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa
cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c)
Siswa dapat mendengar melalui penuturan (ceramah) tentang suatumateri pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau
mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d) Bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Kelemahan model pembelajaran ekspositori
a)
Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
b) Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik
perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat,
serta perbedaan gaya belajar.
c) Karena pembelajaran lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka
akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal
kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan
berpikir kreatif.
d)
Keberhasilan metode pembelajaran ekspositori sangat tergantung
kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa
percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai
kemampuan seperti kemam- puan bertutur (berkomunikasi), dan
kemampuan mengelola kelas.
e)
Karena gaya komunikasi metode pembelajaran lebih banyak terjadisatu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk
mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat
terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada
apa yang diberikan guru.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
21/74
15
2.3. Kemampuan Komunikasi Matematis
Di Capacity Building Series (2010:1 yang dikutip dari Ontario Ministry of
Education, 2005) bahwa : Mathematical communication is an essential process
for learning mathematics because through communication, students reflect upon,
clarify and expand their ideas and understanding of mathematical relationships
and mathematical arguments. Komunikasi matematika adalah proses
pembelajaran matematika yang penting melalui komunikasi siswa dapat
mencerminkan, memperjelas, dan memperluas pemahaman mereka tentang
matematika. Menurut Armiati (2009:271 yang dikutip dari The Intended Learing
Outcomes (ILOs)), komunikasi matematika adalah suatu ketrampilan penting
dalam matematika yaitu kemampuan untuk mengeksperisikan ide-ide matematika
secara konheren kepada teman, guru dan lainnya melalui bahasa dan tulisan.
Adapun kemampuan yang tergolong dalam komunikasi matematik yang ditulis
oleh Isrokatun (2011:8 dari kutipan Utari-Sumarmo (2005: 7)), diantaranya
adalah:
1. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau
benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau
model matematika
2.
Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika
secara lisan atau tulisan
3.
Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang
matematika4. Membaca dengan pemahaman suatu representasi
matematika tertulis
5. Membuat konjektur, merumuskan definisi, dan
generalisasi
6. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf
matematika dalam bahasa sendiri
Adapun dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis adalah kemampuan mengekspresikan matematika dalam
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
22/74
16
menyajikan pernyataan matematika dalam bahasa dan tulisan juga melalui gambar
dan grafik. Sehingga proses komunikasi matematika yang baik dapat
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan matematika siswa.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
23/74
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena
penelitian ini disajikan dalam bentuk angka-angka, hal ini sesuai dengan pendapat
Arikunto (2006: 12) yang mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif adalah
pendekatan penelitian yang banyak dituntut mengunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012:14) bahwa :
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dimana
teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode quasi
eksperimen. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebasnya adalah
penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing, sedangkan variabel
terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Menurut Sugiyono
(2012:114) jenis eksperimen ini disebut quasi karena bukan merupakan ekperimen
murni tetapi eksperimen semu. Sugiyono (2012:114) juga berpendapat bahwa
pada penelitian eksperimen murni kelompok subjek penelitian ditentukan secara
acak total, sehingga akan 28 diperoleh kesetaraan kelompok yang berada dalam
batas-batas fluktuasi acak. Namun, dalam dunia pendidikan atau pembelajaran,
pelaksanaan penelitian tidak selalu memungkinkan untuk melakukan seleksi
subjek secara acak total, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
24/74
18
kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam
satu kelas. Jadi penelitian quasi eksperimen menggunakan seluruh subjek dalam
satu kelas.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group
design. Dalam penelitian ini diambil sampel dua kelas secara acak, tetapi tidak
diacak total, melaikan acak semu atau acak kelas. Perlakuan kelas pertama akan
menjadi kelas eksperimen dan kelas kedua menjadi kelas kontrol. Kelas pertama,
diberikan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, sedangkan kelas
kedua dengan pembelajaran ekspositori, dan digambarkan sebagai berikut
(Sugiyono, 2012: 116)
E : O1 X O2
K : O O
Gambar 3.1. Desain Penelitian
Keterangan:
E = Kelas Eksperimen (metode pembelajaran penemuan terbimbing).
K = Kelas Kontrol (metode pembelajaran ekspositori).
O = Tes awal (pre-test) = Tes akhir (post test).
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Karawang. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII sekolah tersebut, yang terdiri dari 12
kelas dengan jurusan IPA 10 kelas dan IPS 2 kelas, jumlah seluruh siswa kelas
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
25/74
19
XII adalah 465. Pengambilan sampel dilakukan secara acak menurut kelompok
kelas jurusan IPA dan berdasarkan saran dari guru mata pelajaran matematika
kelas XII IPA (purpossive random sampling). Dari seluruh kelas XII IPA SMAN
4 Karawang tersebut dipilih sampel dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen
yaitu kelas yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing yaitu kelas XII IPA 5, dan kelas kontrol yaitu kelas dengan perlakuan
pembelajaran dengan metode ekspositori yaitu kelas XII IPA 2.
3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap
mengenai hal yang ingin dikaji melalui penelitian, maka dibuatlah instrumen yang
meliputi instrumen tes maupun non-tes. Seluruh instrumen peneliti tersebut
digunakan untuk mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Tes
Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan kreativitas siswa.
Tes ini akan diberikan pada saat awal proses penelitian, sebelum
pelaksanaan pembelajaran (pre-test) dan akhir proses penelitian setelah
pembelajaran (post-test) , kepada kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas
kontrol).Sebelum digunakan, soal tes harus melewati serangkaian tahapan
analisis, untuk bentuk soal uraian, terlebih dahulu dianalisis validitasnya
(ketepatan penggunaan instrumen), analisis reabilitas (keajegan
instrumen), analisis daya pembeda (pembeda antara siswa yang menjawab
benar dengan yang menjawab salah) dan analisis indek kesukaran, dan
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
26/74
20
untuk bentuk soal pilihan ganda, selain analisis di atas juga harus melewati
analisis daya pengecoh dan efektivitas pilihan jawaban, kemudian soal-
soal tersebut direkafitulasi.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan soal tes berbentuk uraian
sebanyak lima soal. dimana soal pre-test sama dengan soal post-test,
pokok bahasan program linear untuk siswa SMA kelas XII semester ganjil,
dan diuji cobakan kepada 10 orang responden Mahasiswa Tingkat 1 Prodi
Pendidikan Matematika UNSIKA.
a) Analisis Validitas
Sebuah soal pada sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila tes
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata 32
lain, validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu
instrumen yang harus diukur. Pada penelitian ini validitas yang diukur
adalah validitas logis dan validitas empiris.
Validitas logis yaitu, suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengukur kesesuaian antara indikator dan butir soal (content validity),
serta kejelasan bahasa dan gambar atau simbol (face validity). Sedangkan
validitas empiris yaitu validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu,
kriteria ini untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas
instrumen, yang ditentukan melalui perhitungan korelasi Product Moment
Pearson (Suherman, 2003;120), yaitu :
{ }{ }
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
27/74
21
Keterangan :
= Koefisien korelasi antara skor X dan skor YN = Banyaknya tes
X = Skor tes
Y = Skor total
Tinggi rendahnya validitas suatu alat evaluasi sangat tergantung
pada koefisien korelasinya, tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat
validitas digunakan kriteria menurut Guiford (Suherman,2003:112)
sebagai berikut :
Tabel 3.1.
Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen
Koefisien Korelasi Korelasi Interpertasi
Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Tinggi Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah
Sangat Rendah Sangat Rendah
b) Analisis Realibilitas
Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan atau kekonsistensinan
instrumen tersebut bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun oleh
orang yang berbeda, pada waktu ataupun tempat yang berbeda makan akan
menghasilkan hasil yang sama atau relatif sama. Untuk mengetahui tingkat
reliabilitas pada instrumen tes komunikasi matematis dengan bentuk soal
uraian digunakan rumus alpha cronbach (Arikunto, 2013:122) sebagai
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
28/74
22
berikut :
Keterangan :
= koefisien reliabilitasn = banyaknya butir soal
= variansi skor butir soal ke-i = variansi total
Setelah koefisien reliabilitasnya diketahui, kemudian dikonversikan
dengan kriteria reliabilitas Guiford sebagai berikut :
Tabel 3.2.
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen
Koefisien Reliabilitas Interpretasi Derajat Reliabilitas Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Rendah
c) Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda dari suatu butir soal menyatakan berapa jauh
kemampuan butir soal menunjukan perbedaan atau membedakan siswa
yang menjawab benar dengan siswa yang menjawab salah. Daya pembeda
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
29/74
23
Keterangan :
DP = Daya pembeda butir soal
JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
N = Jumlah siswa
Kriteria yang digunakan untuk menginterpresetasikan daya pembeda
adalah seperti yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 3.3.
Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Instrumen
Nilai Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Rendah
d) Analisis Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menunjukkan serajat
atau tingkat kesukaran suatu butir soal. Suatu butir soal dikatakan
memiliki indeks kesukaran yang baik jika tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar untuk dipecahkan. Untuk soal tipe uraian, indeks
kesukarannya dapat ditentukan menggunakan rumus :
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
30/74
24
Keterangan :
IK = Indeks Kesukaran
JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
N = Jumlah siswa
Indeks kesukaran dapat diinterpresetasikan dalam kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.4.
Klasifikasi Indeks Kesukaran Instrumen
Nilai Indeks Kesukaran Interpretasi Indeks Kesukaran
Sangat Mudah Sukar Sedang Mudah
Sangat Mudah
2)
Non Tes
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angeket untuk
mengetahui seberapa besar minat dan motivasi siswa dalam melakukan
pembelajaran matematika di dalam kelas. Pedoman dalam angket ini
berdasarakan peran guru dalam proses pembelajaran, metode yang dipakai
dalam pembelajaran, materi serta bagaimana interaksi siswa dengan siswa
lainnya di dalam kelas. Angket ini terdiri dari 20 pernyataan yang harus
diisi oleh siswa dengan dua alternatif jawaban (S = Setuju dan TS = Tidak
Setuju).
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
31/74
25
3.5 Instrumen Tes
No Indikator MateriIndikator Komunikasi
MatematisSoal
1
Mengenalkan arti
sistem
pertidaksamaan
linear dua variable
Menentukan
penyelesaian sistem
pertidaksamaan
linear dua variable
Menggambarkan situasi
masalah dan menyatakan
solusi masalah
menggunakan gambar,
bagan, tabel, dan secara
aljabar.
Gambarlah grafik himpunan
penyelesaian dari sistem
pertidaksamaan linear dengan
dua variabel
2
Menentukan nilai
optimum dari fungsi
objektif
Menafsirkan solusi
dari masalah
program linear
Menyatakan hasil dalam
bentuk tertulis.
Tentukan nilai maksimum dari
permasalahan yang model
matematikanya sebagai
berikut. Mencari dan yang memaksimumkan
Dengankendala :
a. b. c.
d.
3
Mengenalkan
masalah yang
merupakan program
linier
Menentukan fungsi
Menggunakan representasi
menyeluruh untuk
menyatakan konsep
matematika dan solusinya.
Seorang montir mendapat jatah
merakit sepeda dan sepeda
motor. Karena jumlah pekerja
terbatas, montir hanya dapat
merakit sepeda 120 unit tiap
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
32/74
26
objektif dan kendala
dari program linier
bulan dan sepeda motor paling
sedikit 10 unit dan paling
banyak 60 unit. Pendapatan dari
tiap unit sepeda sebesar Rp.
40.000,00 dan tiap unit sepeda
motor Rp. 268.000,00. Berapa
pendapatan maksimum tiap
bulan kalau kapasitas produksi
dua jenis 160 unit.
a. Rumuskan fungsi tujuan
b. Rumuskan kendala
c. Kemungkinan titik sudut
manakah dari daerah
memenuhi yang
menunjukkan nilai
maksimum fungsi
tujuan? Berikan alasan!
4
Menggambar
daerah fisibel dari
program linier
Membuat strategi
matematika dengan
menyediakan ide dan
keterangan dalam bentuk
tertulis.
Sebuah katering akan membuat
dua jenis makanan A dan B.
Kedua makanan itu
memerlukan tiga bahan dasar
yaitu tepung, mentega dan gula.
Persedian tepung 10 kg,
mentega 16 kg dan gula 28 kg.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
33/74
27
Setiap satuan makanan A
memerlukan bahan tepung,
mentega dan gula berturut-turut
20 gram, 20 gram dan 60 gram,
dan setiap satuan makanan B
memerlukan bahan tepung,
mentega dan gula berturut-turut
20 gram, 40 gram dan 40 gram.
Jika semua makanan habis
dipesan dengan harga masing-
masing Rp 1.500,00 dan Rp 1.
200,00, Berapa banyaknya
makanan jenis A dan B harus
dibuat? Buatlah model
matematikanya
5
Merumuskan model
matematika dari
masalah program
linear
Menggunakan bahasa
matematika dan simbol
secara tepat.
Seorang tukang las membuat
dua jenis pagar. Tiap pagarjenis I memerlukan besi
pipa dan besi beton.Sedangkan pagar jenis II
memerlukan besi pipa danbesi beton. Tukang lastersebut mempunyai persediaan
besi pipa dan
besi
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
34/74
28
beton. Harga jual per pagarjenis I adalah Rp.50.0000,00
dan harga jual per pagarjenis II adalah Rp.75.000,00.
Buatlah model matematika dari
permasalahan linear tersebut
supaya hasil penjualannya
maksimum!
3.6 Instrumen Non Tes
No IndikatorBentuk
PernyataanNo
soalPositif Negatif
1Terhadap
Model
Pendekatan pembelajaran
langsung membuat saya jenuh
untuk belajar matematika
1
Pembelajaran dengan guru
menerangkan dan saya
memperhatikan, lebih saya
senangi
2
Saya ingin belajar materi
matematika yang lain dengan
pendekatan pembelajaran
penemuan terbimbing
3
Dengan model pembelajaran ini
saya bingung dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
4
Dengan pembelajaran ini saya
menjadi tahu langkah apa yang5
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
35/74
29
harus saya ambil dalam
menyelesaikan suatu persoalan
2 Kemampuan
Matematis
Saya senang dengan pelajaran
metamatika 6
Pelajaran ini membuat saya tidak
mengerti hubungan matematika
dengan kehidupan sehari-hari
7
Tipe soal yang diberikan
membuat saya berfikir lebih dari
biasanya
8
Mengaitkan materi dengan
kehidupan sehari-hari
mempermudah saya untuk
memahami materi
9
Matematika tidak bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari10
3 Peran Guru
Guru memberi saya kesempatan
untuk bertanya selama proses
pembelajaran berlangsung
11
Pembelajaran dengan guru
menerangkan dan saya
memperhatikan, lebih saya
senangi
12
Guru sama sekali tidak
membimbing saya utnuk
menemukan solusi dari soal-soal
yang diberikan
13
Guru membantu saya termotivasi
untuk mempelajari matematika14
Penyampaian materi oleh guru
kurang dipahami 15
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
36/74
30
4Interaksi
Siswa
Dengan berdiskusi membuat
saya lebih cepat memahami
materi yang dipelajari
16
Dengan berdiskusi saya
memperoleh pengetahuan yang
lebih luas
17
Saya berusaha menemukan
sendiri cara untuk
menyelesaiakan permasalahan
yang diberikan oleh guru
18
Saya tidak mengecek dan
mengevalusi kembali jawaban
saya dan saya diskusikan dengan
teman yang lain
19
Saya tidak berusaha memahami
permasalahan dengan jalan
berkomunikasi dengan teman
sekelompok
20
3.7 Prosedur Penelitian
Populasi dan
Sampel
Pengembangan
Instrumen
Pengujian
Instrumen
Kesimpulan dan
Saran
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
37/74
31
1. Rumusan Masalah
Sebelum melakakukan penelitian seorang peneliti harus dapat
merumuskan masalah yang akan diteliti, untuk dapat membatasi
pembahasan sekaligus membantu peneliti agar pembahasan di sampaikan
secara fokus.
2. Landasan Teori
Mengulas teori yang berhubungan dengan judul usulan penlitian.
Dalam peneltian ini mencari dan menjelaskan teori yang sudah ada yang
berhubungan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa SMA dan
model pembelajaran penemuan terbimbing.
3. Perumusan Hipotesis
Merumuskan dugaan sementara tentang variabel penelitian dalam
penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah Adanya peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran langsung.
4. Penyusunan Instrumen Penelitian
Untuk mengukur yang telah ditetapkan dalam penelitian maka
disusunlah suatu instrumen penelitian yang akan digunakan setelah
terlebih dahulu instrumen tersebut diuji keabsahannya dengan uji validitas
(ketepatan penggunaan instrumen) dan reliabilitas (keajegan instrumen).
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
38/74
32
5. Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari
penggunaan instrumen penelitian terhadap sampel dari populasi objek
penelitian.
6. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis untuk diolah sebagai informasi
yang berguna bagi penelitian.
7. Kesimpulan dan Data
Kesimplan dan saran berisi tentang kesimpulan atas perumusan
masalah sekaligus menjawab apa yang dipertanyakan dalam rumusan
masalah tersebut. Seran diuraikan sebagai bahan pertimbangan untuk
semua pihak yang berhubungan dengan penelitian.
3.8 Teknik Analisis Data
Untuk dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, maka data
yang diperoleh dalam penelitian ini harus diolah terlebih dahulu. Terdapat dua
jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif yang diperoleh dari hari pre-tes dan post-test. Sedangkan data
kualitatif diperoleh dari hasil angket.
1)
Analisis terhadap data kuantitatif
Data kuantitatif yang diperoleh berupa hasil test (pre-test danpost-
test) kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik. Langkah
langkah dalammelakukan uji statistik data hasil tes sebagai berikut :
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
39/74
33
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji nomalitas ini
dilakukan terhadap skor pre-test dan post-test kepada kelas
eksperimen terhadap kelas kontrol. Pada uji normalitas ini peneliti
berpedoman untuk mengambil kesimpulan yaitu :
Signifikansi < 0.05 distribusi adalah tidak normal (tidak
simetris).
Signifikansi 0.05 distribusi adalah normal (simetris).
Nilai signifikansi berdistribusi normal bila data berada disekitas garis
plot.
b) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas dua varians digunakan jika data dari kedua kelas
tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas varians bertujuan
untuk mengetahui apakah kelas eksperime dan kelas kontrol
memiliki varians yang homogen atau tidak. Hipotesis yang
digunakan adalah :
H0: (varians homogen)H1: (varians tidak homogen)Dengan: variansi kelas kontrol
variansi kelas eksperimenUntuk uji homogenitas perhitungan dilakukan secara manual, dengan
pedoman untuk mengambil kesimpulan adalah :
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
40/74
34
Signifikansi < 0.05 data berasal dari populasi yang tidak
memiliki varians yang sama (tidak homogen).
Signifikansi 0.05 data berasal dari populasi yang memiliki
varians yang sama (homogen).
c) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji-t)
Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan
rata-rata yang signifikan kemampuan komunikasi matematis siswa
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data dari kedua kelas
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka
dilanjutkan dengan uji perbedaan dua raa-rata. Hipotesis yang
digunakan adalah :
H0 : 1 = 2 (rata-rata kemampuan komunikasi matematis kelas
kontrol sama dengan kelas eksperimen)
H1 : 1< 2 ( rata-rata kemampuan komunikasi matematis kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol)
2) Analisis Terhadap Data Kualitatif
Data hasil angket siswa dianalisis sebagai berikut : Jika menjawab
Sangat Setuju, maka skornya adalah 3. Jika menjawab Setuju, maka
skornya adalah 2. Jika menjawab Tidak setuju, maka skornya adalah 1.
Jika menjawab Sangat Tidak Setuju, maka skornya adalah 0.
Cara menghitung persentase skor yaitu :
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
41/74
35
Kualifikasi hasil persentase skor angket adalah sebagai berikut :
Presentase skor yang diperoleh Kategori
Tinggi Sedang
Rendah
3.9 Jadwal Penelitian
No Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Januari Februari Maret
I II III IV I II III IV I II III IV
1
Perencanaan
Penyusunan
Proposal
Penyusunan
Instrument
2
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan Data
Menyusun
Laporan Hasil
Penelitian
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
42/74
36
DAFTAR PUSTAKA
____.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keenambelas. Jakarta:Balai
Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Armiati. 2009. Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosional. UNY:
FMIPA.
Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta:Kencana.
Suhendar, Apep. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa SMP Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Karawang :
tidak diterbitkan.
Lindawati. (2010). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuri
Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan
Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis. UPI.
Tidak diterbitkan.
Maier, H. (1995). Konpendium Didaktik Matematika; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika Dengan
Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Depdiknas
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
43/74
37
Lampiran 1 Jurnal Internasional Komunikasi Matematis
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
44/74
38
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
45/74
39
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
46/74
40
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
47/74
41
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
48/74
42
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
49/74
43
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
50/74
44
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
51/74
45
Lampiran 2 Jurnal Nasional Komunikasi Matematis
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
52/74
46
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
53/74
47
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
54/74
48
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
55/74
49
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
56/74
50
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
57/74
51
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
58/74
52
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
59/74
53
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
60/74
54
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
61/74
55
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
62/74
56
Lampiran 3 Jurnal Nasional Model Penemuan Terbimbing
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE
PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA SMP
Oleh:
LeoAdhar
Effendi
Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika
Sekolah Pascasarjana UPI
ISSN1412-565X
2 oktober 2012
Ruseffendi (2006) mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah amat
penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan
mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang
akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari- hari.
Branca (1980), ia mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah
jantungnya matematika. Hal ini sejalan dengan NCTM (2000) yang
menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam
pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari
pembelajaran matematika.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kemampuan pemecahan masalah harus
dimiliki siswa untuk melatih agar terbiasa menghadapi berbagai permasalahan,
baik masalah dalam matematika, masalah dalam bidang studi lain ataupun
masalah dalam kehidupan sehari- hari yang semakin kompleks. Oleh sebab itu,
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematis perlu terus dilatih
sehingga ia dapat memecahkan masalah yang ia hadapi.
Berdasarkan uraian di atas, maka kemampuan representasi dan pemecahan
masalah merupakan dua kemampuan yang penting dan harus dimiliki siswa.Namun, fakta di lapangan belumlah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) sebuah studi
yang diselenggarakan oleh International Association for theEvaluation of
Educational Achievement (IEA), pada tahun 2007 menempatkan siswa kelas VIII
Indonesia pada peringkat 36 dari49 negara yang turut berpartisipasi dengan
perolehan rerata skor siswa yaitu 397, sedangkan rerata skor internasional adalah
500 (Mullis, et al.,2008). Skor yang diperoleh tersebut berada signifikan di bawah
rerata skor internasional.
Kenyataan di lapangan pembelajaran matematika masih cenderung
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
63/74
57
berfokus pada buku teks, masih sering dijumpai guru matematika masih
terbiasapada kebiasaan mengajarnya dengan menggunakan langkah- langkah
pembelajaran seperti: menyajikan materi pembelajaran, memberikan contoh-
contoh soal dan meminta siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat
dalam buku teks yang mereka gunakan dalam mengajar dan kemudianmembahasnya bersama siswa.
Hal ini sesuai hasil temuan Wahyudin (1999) yaitu sebagian besar siswa tampak
mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau informasi dari guru, siswa sangat
jarang mengajukan pertanyaan pada guru sehingga guru asyik sendiri menjelaskan
apa yang telah disiapkannya, berati siswa hanya menerima saja apa yang
disampaikan oleh guru. Guru pada umumnya mengajar dengan metode ceramah
dan ekspositori(Wahyudin,
1999).
Hal ini didukung oleh Ruseffendi (2006) yang menyatakan bahwa selama ini
dalam proses pembelajaran matematika di kelas, pada umumnya siswa
mempelajari matematika hanya diberi tahu oleh gurunya dan bukan melaluikegiatan eksplorasi. Itu semua mengindikasikan bahwa siswa tidak aktif dalam
belajar. Melalui proses pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan
kemampuan matematis siswa dapat berkembang.
Dari pemaparan fakta ini, perlu adanya pembelajaran yang mengkondisikan
siswa aktif dalam belajar matematika. Henningsen dan Stein (1997)
mengutarakan bahwa untuk mengembangkankemampuanmatematissiswa, maka
pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa mampu terlibat secara aktif
dalam banyak kegiatan matematika yang bermanfaat. Siswa harus aktif dalam
belajar, tidak hanya menyalin atau mengikuti contoh-contoh tanpa tahu maknanya.
Salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah metode penemuan.
Bruner (dalam Dahar, 1996) menganggap bahwa belajar dengan metode
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia.
Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi siswa.
Penemuan yang dimaksud yaitu siswa menemukan konsep melalui bimbingan dan
arahan dari guru karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan
konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu. Abel dan Smith (1994)
mengungkapkan bahwa guru memiliki pengaruh yang paling penting terhadapkemajuan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam metode penemuan terbimbing,
guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-
pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang
lalu dengan pengetahuan yang sedang ia peroleh. Siswa didorong untuk berpikir
sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun
prosedur berdasarkan bahan ajar yang telah disediakan guru.
Dengan metode ini, guru menganjurkan siswa membuat dugaan, intuisi, dan
mencoba- coba. Melaluidugaan, intuisi, dan mencoba- coba ini diharapkan siswa
tidak begitu saja menerima langsung konsep, prinsip, ataupun
proseduryangtelahjadidalamkegiatanbelajar-
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
64/74
58
mengajarmatematika,akantetapisiswalebih ditekankan pada aspek mencari dan
menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedurmatematika.
Untuk menghasilkan suatu penemuan, siswa harus dapatmenghubungkan
ide- ide matematis yang mereka miliki. Untuk menghubungkan ide-ide tersebut,mereka dapat merepresentasikan ide tersebut melalui gambar, grafik, simbol,
ataupun kata-kata sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami.
Membiasakan siswa dengan belajar penemuan, secara tidak langsung juga
membiasakan siswa dalam merepresentasikan informasi, data, ataupun
pengetahuan untuk menghasilkan suatu penemuan.
Selain itu, Borthick dan Jones (2000) mengemukakan bahwa metode
penemuanmenjelaskan tentang siswa belajar untuk mengenal suatu masalah,
karakteristik dari solusi, mencari informasi yang relevan, membangun stategi
untuk mencari solusi, dan melaksanakan strategi yang dipilih. Dengan kata lain,
metode penemuan juga membiasakan siswa dalam memecahkan masalah. Denganmembiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah, diharapkan
kemampuan dalam menyelesaikan berbagai masalahakan meningkat.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
65/74
59
Lampiran 4 Instrumen Tes
SOAL
Petunjuk Pengisian Soal :
Soal berbentuk uraian, terdidri dari lima soal, dengan alokasi waktu 60
menit.
Tulis jawaban dan identitas diri pada lembar jawaban yang telah
disediakan.
Baca soal dengan teliti sebelum mengerjakan.
Kerjakan soal secara mandiri dan tidak diperkenankan mempergunakan
kalkulator.
Setelah selesai, periksa kembali hasil jawaban dan identitas diri telah
dilengkapi.
Selesaikanlah soal-soal di bawah ini dengan singkat, jelas dan benar !
1.
Gambarlah grafik himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear
dengan dua variabel 2.
Tentukan nilai maksimum dari permasalahan yang model matematikanya
sebagai berikut. Mencari dan yang memaksimumkan Dengan kendala :
a. b. c.
d.
3. Seorang montir mendapat jatah merakit sepeda dan sepeda motor. Karena
jumlah pekerja terbatas, montir hanya dapat merakit sepeda 120 unit tiap
bulan dan sepeda motor paling sedikit 10 unit dan paling banyak 60 unit.
Pendapatan dari tiap unit sepeda sebesar Rp. 40.000,00 dan tiap unit sepeda
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
66/74
60
motor Rp. 268.000,00. Berapa pendapatan maksimum tiap bulan kalau
kapasitas produksi dua jenis 160 unit.
a.
Rumuskan fungsi tujuan
b. Rumuskan kendala
c. Kemungkinan titik sudut manakah dari daerah memenuhi yang
menunjukkan nilai maksimum fungsi tujuan? Berikan alasan!
4. Sebuah katering akan membuat dua jenis makanan A dan B. Kedua makanan
itu memerlukan tiga bahan dasar yaitu tepung, mentega dan gula. Persedian
tepung 10 kg, mentega 16 kg dan gula 28 kg. Setiap satuan makanan A
memerlukan bahan tepung, mentega dan gula berturut-turut 20 gram, 20 gram
dan 60 gram, dan setiap satuan makanan B memerlukan bahan tepung,
mentega dan gula berturut-turut 20 gram, 40 gram dan 40 gram. Jika semua
makanan habis dipesan dengan harga masing-masing Rp 1.500,00 dan Rp 1.
200,00, Berapa banyaknya makanan jenis A dan B harus dibuat? Buatlah
model matematikanya
5.
Seorang tukang las membuat dua jenis pagar. Tiap pagar jenis Imemerlukan besi pipa dan besi beton. Sedangkan pagar jenis IImemerlukan besi pipa dan besi beton. Tukang las tersebut mempunyai
persediaan besi pipa dan besi beton. Harga jual per pagarjenis I adalah Rp.50.0000,00 dan harga jual per pagar jenis II adalahRp.75.000,00. Buatlah model matematika dari permasalahan linear tersebut
supaya hasil penjualannya maksimum!
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
67/74
61
KUNCI JAWABAN
1. Titik potong 2x + 3y = 6 dengan :
Sumbu x, jika y = 0, maka diperoleh 2x + 3.0 = 6 atau 2x = 6, didapat x =
3. Jadi koordinat titik potong dengan sumbu x adalah (3, 0).
Sumbu y, jika x = 0, maka diperoleh 2.0 + 3y = 6 atau 3y = 6, didapat y =
2. Jadi koordinat titik potong dengan sumbu y adalah (0,2).
Buatlah garis melalui (3,0) dan (0,2), akan didapat gambar (I) di bawah.
Jadi penyelesaiannya adalah garis
2. Jika dan dicari titik potongnya (denganeliminasi atau substitusi) didapat titik P (
)
Titik potong dengan sumbu adalah (4,0) dan titikpotong dengan sumbu adalah (0,3)
Titik potong dengan sumbu adalah (2,0) dan titikpotong dengan sumbu adalah (0,7)
Gambarlah pada kertas berpetak atau polos akan didapat daerah memenuhi
seperti gambar di bawah. Daerah memenuhinya adalah daerah segiempat
OAPD. Tanda panah menunjukkan arah daerah yang memenuhi kendala.
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
68/74
62
Untuk titik sudut O (0,0) didapat nilai f = 4.0 + 3.0 = 0
Untuk titik sudut A(2,0) didapat nilai f = 4.2 + 3.0 = 8
Untuk titik sudut P ( ) didapat f = ( ) Untuk titik sudut D(0,3) didapat nilai f = 4.0 + 3.3 = 9
Jadi nilai maksimum f dicapai pada titik sudut P dari poligon daerah
memenuhi OAPD yaitu, untuk = , dan =
3. Misal banyaknya sepeda yang dirakit adalah x buah banyaknya sepeda motor
yang dirakit adalah y
Fungsi tujuannya adalah f = 40.000x + 268.000y
Kendala
10 y 60
0 x 120
x + y 160
x 0
y 0
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
69/74
63
Gambarlah daerah pemecahan sistem pertidaksamaan kendala, akan
didapat daerah tertutup ABCDE dengan A (0,10), B (120,10), C (120,40),
D (100,60) dan E (0,60).
Untuk titik A (0,10) didapat f = 2.680.000
Untuk titik B (120,10) didapat f = 7.480.000
Untuk titik C (120,40) didapat nilai f = 15.520.000
Untuk titik D (100,60) didapat nilai f = 20.080.000
Untuk titik E(0,60) didapat nilai f = 16.080.000
Jadi laba maksimum tiap bulan adalah Rp 20.080.000,00, jika merakit 100
sepeda dan 60 sepeda motor.
4.
Misal banyaknya makanan A yang dibuat buah. Banyaknya makanan Byang dibuat buah. Permasalahan ini akan lebih mudah jika disajikandengan tabel seperti berikut.
Dengan demikian model matematika dari masalah di atas adalah :
Carilah dan sehingga memaksimumkan f = 1500+ 1200, dengankendala:
20+ 20 10.000 atau + 500 20+ 4016.000 atau + 2800 60+ 4028.000 atau 3+ 21.400
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
70/74
64
0 0Fungsi obyektif adalah f = 1500+ 1200
5.
Pemecahan
Untuk memudahkan dalam membuat model matematika, data atau
informasi yang ada ditulis dalam sebuah table berikut :
Besi
Pipa
Besi
Beton
Penjualan
Pagar Jenis I
Pagar Jenis II
4 m
8 m
6 m
4 m
Rp. 50.000,00
Rp. 75.000,00
Persediaan 640 m 480 m
Menetapkan besaran masalah sebagai variablevariabel.
Misalkan banyaknya pagar jenis I dibuat x dan banyaknya pagar jenisII yang dibuat y
Sistem pertidaksamaan dari hal-hal yang sudah diketahui
Besi pipa yang digunakan untuk membuat pagar = (4x + 8y) m
Besi beton yang digunakan untuk membuat pagar = (6x + 4y) m
Karena tukang las memounyai persediaan besi pipa sebanyak 640 m dan
besi beton 480 m, maka berlaku :
4x + 8y 640 atau x + y 160, dan6x + 4y 480 atau 3x + 2y 240Dengan mengingat bahwa x dan y menyatakan banyak barang, maka x dan
y tidak mungkin negative. Jadi, x 0 dan y 0
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
71/74
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
72/74
66
Lampiran 5 Instrumen Non Test
Berilah tanda () pada pernyataan dibawah ini !
No Pernyataan SetujuTidak
Setuju
1Pendekatan pembelajaran langsung membuat saya
jenuh untuk belajar matematika
2Pembelajaran dengan guru menerangkan dan saya
memperhatikan, lebih saya senangi
3
Saya ingin belajar materi matematika yang lain
dengan pendekatan pembelajaran penemuan
terbimbing
4Dengan model pembelajaran ini saya bingung dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
5
Dengan pembelajaran ini saya menjadi tahu langkah
apa yang harus saya ambil dalam menyelesaikan
suatu persoalan
6 Saya senang dengan pelajaran metamatika
7Pelajaran ini membuat saya tidak mengerti hubungan
matematika dengan kehidupan sehari-hari
8Tipe soal yang diberikan membuat saya berfikir lebih
dari biasanya
9Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
mempermudah saya untuk memahami materi
10Matematika tidak bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari
11Guru memberi saya kesempatan untuk bertanya
selama proses pembelajaran berlangsung
12Pembelajaran dengan guru menerangkan dan saya
memperhatikan, lebih saya senangi
13 Guru sama sekali tidak membimbing saya utnuk
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
73/74
67
menemukan solusi dari soal-soal yang diberikan
14Guru membantu saya termotivasi untuk mempelajari
matematika
15 Penyampaian materi oleh guru kurang dipahami
16Dengan berdiskusi membuat saya lebih cepat
memahami materi yang dipelajari
17Dengan berdiskusi saya memperoleh pengetahuan
yang lebih luas
18
Saya berusaha menemukan sendiri cara untuk
menyelesaiakan permasalahan yang diberikan oleh
guru
19
Saya tidak mengecek dan mengevalusi kembali
jawaban saya dan saya diskusikan dengan teman
yang lain
20
Saya tidak berusaha memahami permasalahan
dengan jalan berkomunikasi dengan teman
sekelompok
-
7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE
74/74
Lampiran Kisi-Kisi Indikator Kemampuan
Soal No. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
1.Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah
menggunakan gambar, bagan, tabel, dan secara aljabar.
2. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.
3.Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep
matematika dan solusinya.
4.Membuat strategi matematika dengan menyediakan ide dan
keterangan dalam bentuk tertulis.
5. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.
Lampiran Kisi-Kisi Indikator Materi Pelajaran
Soal No. Indikator Materi Pelajaran
1.
Mengenalkan arti sistem pertidaksamaan linear dua variable
Menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua
variable
2.
Menentukan nilai optimum dari fungsi objektif
Menafsirkan solusi dari masalah program linear
3.
Mengenalkan masalah yang merupakan program linier
Menentukan fungsi objektif dan kendala dari program linier
4. Menggambar daerah fisibel dari program linier
5. Merumuskan model matematika dari masalah program linear