1241172105135_ganjarmustika_kelase

Upload: dan-kovaxic

Post on 24-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    1/74

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

    MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

    PROPOSAL

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah Metode

    Penelitian Pendidikan Matematika

    GANJAR MUSTIKA

    NPM. 1241172105135

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

    2015

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    2/74

    i

    LEMBAR PENGESAHAN

    GANJAR MUSTIKA 1241172105135 : Meningkatkan Kemampuan

    Komunikasi Matematis Siswa Melalui Metode Pembelajran Penemuan

    Terbimbing

    Menyetujui,

    Dosen Pengampu Mata Kuliah

    Metode Penelitian Pendidikan Matematika

    Dori Lukman Hakim, S.Pd., M.Pd

    NIDN:

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    3/74

    ii

    PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Ganjar Mustika

    NPM : 1241172105135

    Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa proposal saya yang berjudul :

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

    MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

    adalah hasil karya sendiri dan bukan menjiplak hasil karya orang lain.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jika

    dikemudian hari terbukti bahwa proposal penelitian saya merupakan hasil jiplakan

    dari orang lain, maka saya bersedia untuk membuat kembali proposal tersebut.

    Karawang, 15 Januari 2015

    Ganjar Mustika

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    4/74

    iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena

    berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal

    penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis

    Siswa Melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Proposal

    penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah Metode

    Penelitian Pendidikan Matematika. Saya menyadari bahwa proposal penelitian ini

    masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu perlu adanya perbaikan dan saran

    dari berbagai pihak, agar saya dapat menyajikan hasil karya yang lebih baik lagi

    pada masa yang akan datang.

    Selesainya proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

    baik secara langsung atau tidak langsung sehingga pada kesempatan ini dengan

    segala kerendahan hati dan rasa hormat saya mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada semuan pihak yang terlibat dalam pembuatan proposal

    penelitian ini. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu memberikan berkah, rahmat

    serta karunia-Nya kepada saya dan semua pihak yang telah membantu dalam

    penyusunan proposal penelitian ini.

    Karawang, 15 Januari 2015

    Ganjar Mustika

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    5/74

    iv

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ i

    PERNYATAAN ................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR......................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2 Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................ 6

    1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7

    1.4 Manfaat Hasil Penelitian ........................................................................... 7

    1.5 Definisi Operasional.................................................................................. 8

    1.6 Hipotesis .................................................................................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ............................................ 9

    2.2 Model Pembelajaran Ekspositori .............................................................. 12

    2.3 Kemampuan Komunikasi Matematis ........................................................ 15

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................................... 17

    3.2 Desain Penelitian ....................................................................................... 18

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 18

    3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ............................... 19

    3.5 Instrumen TES .......................................................................................... 25

    3.6 Instrumen NON TES ................................................................................. 28

    3.7 Prosedur Penelitian.................................................................................... 30

    3.8 Teknik Analisis Data ................................................................................. 32

    3.9 Jadwal Penelitian ....................................................................................... 35

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36

    LAMPIRAN ......................................................................................................... v

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    6/74

    v

    LAMPIRAN

    Lampiran 1 Jurnal Internasional............................................................................ 37

    Lampiran 2 Jurnal Nasional Komunikasi Matematis ............................................ 45

    Lampiran 3 Jurnal Nasional Model Penemuan Terbimbing ................................. 56

    Lampiran 4 Instrumen TES (SOAL) ..................................................................... 58

    Lampiran 5 Instrumen Non Tes (ANGKET) ........................................................ 66

    Lampiran 6 Kisikisi Indikator Kemampuan ...................................................... 68

    Lampiran 7 Kisikisi Indikator Materi Pelajaran................................................ 68

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    7/74

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat

    mengakibatkan suatu perubahan di segala bidang kehidupan. Seiring dengan

    kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga pendidikan dituntut untuk

    berperan aktif dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan secara optimal

    guna mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan

    daya saing lulusan guna menghadapi ketatnya persaingan dan tantangan dunia

    kerja. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam menciptakan manusia

    yang berkualitas dan unggul. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB

    II pasal 3 No. 20 (Sisdiknas, 2003:6), sebagai berikut :

    Tujuan pendidikan nasional adalah untuk perkembangan potensi peserta didikagara menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

    Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga

    negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

    Demikian pula tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika

    oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000)

    menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa,

    yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan

    komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan

    penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation). Berdasarkan

    uraian tersebut, kemampuan representasi dan pemecahan masalah termuat pada

    kemampuan standar menurut Depdiknas dan NCTM. Artinya, dua kemampuan ini

    merupakan dua diantara kemampuan yang penting dikembangkan dan harus

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    8/74

    2

    dimiliki oleh siswa. Menurut Suherman (2008:4) kemampuan komunikasi

    matematis adalah kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide matematika

    kepada orang lain, dalam bentuk lisan, tulisan, atau diagram sehingga orang lain

    memahaminya. Berdasarkan pendapat tersebut kemampuan komunikasi

    matematik bisa digolongkan menjadi dua macam yaitu kemampuan komunikasi

    matematik secara tertulis dan kemampuan komunikasi matematik secara lisan.

    Pada penelitian ini yang menjadi fokus utama untuk diteliti adalah kemampuan

    komunikasi matematik secara tertulis di dasarkan pada karakteristik dari menulis

    itu sendiri yaitu mudah diingat dan dapat dipelajari kembali, ketika siswa

    ditantang untuk berpikir mengenai matematika dan mengkomunikasikannya

    kepada orang atau siswa lain, secara lisan maupun tertulis, secara tidak langsung

    mereka dituntut untuk membuat ide-ide matematika itu lebih terstuktur dan

    meyakinkan, sehingga ide-ide itu menjadi lebih mudah dipahami, khususnya oleh

    diri mereka sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menumbuhkan

    kemampuan komunikasi matematis siswa dengan cara membentuk karakter pada

    siswa dalam mempelajari matematika di kelas. Trend in International

    Mathematics and Science Study(TIMSS) sebuah studi yang diselenggarakan oleh

    International Association for theEvaluation of Educational Achievement (IEA),

    pada tahun 2007 menempatkan siswa kelas VIII Indonesia pada peringkat 36 dari

    49 negara yang turut berpartisipasi dengan perolehan rerata skor siswa yaitu 397,

    sedangkan rerata skor internasional adalah 500 (Mullis, et al.,2008). Skor yang

    diperoleh tersebut berada signifikan di bawah rerata skor internasional.

    Kesimpulan dari laporan studi TIMSS tersebut, tidak jauh berbeda dengan hasil

    survei PISA 2009. Prestasi belajar matematika siswa di Indonesia dari data PISA

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    9/74

    3

    berada pada peringkat 61 dari 65 negara yang turut berpartisipasi dengan

    perolehan rerata skor 371, sedangkan rerata skor internasional adalah 500

    (Balitbang, 2011).

    Dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan berbegai macam

    metode pembelajaran yang ada, atau dapat pula mengkombinasikan beberapa

    metode pembelajaran yang cocok dan paling tepat digunakan sesuai dengan

    keperluan dan indicator yang ingin dicapai. Pemilihan kombinasi metode

    mengajar yang tepat dapat lebih meningkatkan hasil proses belajar-mengajar

    (Suherman, 2003:201).

    Dari berbagai macam metode pembelajaran yang ada, salah satunya adalah

    metode pembelajaran penemuan terbimbing. Hudojo (2005:95), mengemukakan

    bahwa :

    Metode penemuan merupakan suatu cara penyampaian topik-topik matematika

    sedemikian sehingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri

    pola-pola atau struktur-struktur melalui serangkaian pengalaman-pengalaman

    belajar masa lampau.

    Kenyataan di lapangan pembelajaran matematika masih cenderung

    berfokus pada buku teks, masih sering dijumpai guru matematika masih terbiasa

    pada kebiasaan mengajarnya dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran

    seperti: menyajikan materi pembelajaran, memberikan contoh-contoh soal dan

    meminta siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat dalam buku teks yang

    mereka gunakan dalam mengajar dan kemudian membahasnya bersama siswa.

    Hal ini sesuai hasil temuan Wahyudin (1999) yaitu :

    Sebagian besar siswa tampak mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau

    informasi dari guru, siswa sangat jarang mengajukan pertanyaan pada guru

    sehingga guru asyik sendiri menjelaskan apa yang telah disiapkannya, berati siswa

    hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh guru.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    10/74

    4

    Guru pada umumnya mengajar dengan metode ceramah dan ekspositori

    (Wahyudin, 1999). Hal ini didukung oleh Ruseffendi (2006) yang menyatakan

    bahwa selama ini dalam proses pembelajaran matematika di kelas, pada umumnya

    siswa mempelajari matematika hanya diberi tahu oleh gurunya dan bukan melalui

    kegiatan eksplorasi. Itu semua mengindikasikan bahwa siswa tidak aktif dalam

    belajar. Melalui proses pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan kemampuan

    matematis siswa dapat berkembang. Dari pemaparan fakta ini, perlu adanya

    pembelajaran yang mengkondisikan siswa aktif dalam belajar matematika.

    Henningsen dan Stein (1997) mengutarakan bahwa untuk mengembangkan

    kemampuan matematis siswa, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan

    dimana siswa mampu terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematika

    yang bermanfaat. Siswa harus aktif dalam belajar, tidak hanya menyalin atau

    mengikuti contoh-contoh tanpa tahu maknanya. Salah satu pembelajaran yang

    berpusat pada siswa adalah metode penemuan. Berusaha sendiri untuk mencari

    pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan

    pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi siswa. Penemuan yang dimaksud

    yaitu siswa menemukan konsep melalui bimbingan dan arahan dari guru karena

    pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk

    dapat menemukan sesuatu. Abel dan Smith (1994) mengungkapkan bahwa guru

    memiliki pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses

    pembelajaran. Dalam metode penemuan terbimbing, guru berperan sebagai

    fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang

    mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan

    pengetahuan yang sedang ia peroleh. Siswa didorong untuk berpikir sendiri,

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    11/74

    5

    menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun

    prosedur berdasarkan bahan ajar yang telah disediakan guru. Dengan metode ini,

    guru menganjurkan siswa membuat dugaan, intuisi, dan mencoba-coba. Melalui

    dugaan, intuisi, dan mencoba-coba ini diharapkan siswa tidak begitu saja

    menerima langsung konsep, prinsip, ataupun prosedur yang telah jadi dalam

    kegiatan belajar-mengajar matematika, akan tetapi siswa lebih ditekankan pada

    aspek mencari dan menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur matematika.

    Untuk menghasilkan suatu penemuan, siswa harus dapatmenghubungkan ide-ide

    matematis yang mereka miliki. Untuk menghubungkan ide-ide tersebut, mereka

    dapat merepresentasikan ide tersebut melalui gambar, grafik, simbol, ataupun

    kata-kata sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Membiasakan

    siswa dengan belajar penemuan, secara tidak langsung juga membiasakan siswa

    dalam merepresentasikan informasi, data, ataupun pengetahuan untuk

    menghasilkan suatu penemuan.

    Selain itu, Borthick dan Jones (2000) mengemukakan bahwa metode

    Penemuan menjelaskan tentang siswa belajar untuk mengenal suatu masalah,

    karakteristik dari solusi, mencari informasi yang relevan, membangun stategi

    untuk mencari solusi, dan melaksanakan strategi yang dipilih. Dengan kata lain,

    metode penemuan juga membiasakan siswa dalam memecahkan masalah. Dengan

    membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah, diharapkan kemampuan

    dalam menyelesaikan berbagai masalah akan meningkat. Berdasarkan uraian

    diatas tentang permasalahn dalam pembelajaran matematika, penulis mengambil

    judul Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui

    Model Pembelajran Penemuan Terbimbing.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    12/74

    6

    1.2. Batasan dan Rumusan Masalah

    A. Batasan Masalah

    Agar pokok permasalahan yang diteliti agar lebih sederhana dan

    tidak meluas dari yang sudah ditentukan, maka ruang lingkup

    permasalahan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada :

    a. Pengaruh model pembelajaran penemuan terbimbing yang dilakukan

    untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

    b. Kemampuan matematis siswa diukur dari hasil post test yang

    dilakukan setelah pembelajaran dilakukan.

    c. Materi yang akan dijadikan bahan test dalam penelitian ini adalah

    program linear yang dipelajari pada semester gasal kelas XII IPA.

    d.

    Penelitian dilakukan terhadap siswa-siswi Kelas XII IPA SMA

    Negeri 4 Karawang.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah

    dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

    Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

    memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik daripada

    siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori?.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    13/74

    7

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

    adalah sebagai berikut :

    a. Untuk mengetahui bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa

    mengalami peningkatan secara signifikan setelah memperoleh pembelajaran

    penemuan terbimbing.

    b. Untuk membandingkan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

    memperoleh pembelajaran penemuan terbimbing dengan pembelajaran

    ekspositori.

    1.4. Manfaat Hasil Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik bagi

    siswa, guru maupun peneliti. Manfaat penelitian ini dapat dipaparkan sebagai

    berikut :

    a. Bagi siswa, diharapkan dengan penerapan pembelajaran penemuan terbimbing

    dapat lebih meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

    b. Bagi guru, dapat memperluas wawasan mengenai metode pembelajaran

    metematika dengan pembelajaran penemuan terbimbing sehingga dapat

    dijadikan alternatif metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan

    komunikasi matematis.

    c.

    Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman serta

    dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran matematika.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    14/74

    8

    1.5. Definisi Operasional

    Komunikasi matematis adalah kemampuan siswa untuk menjabarkan

    matematika secara tertulis maupun lisan. Metode pembelajaran penemuan

    terbimbing adalah suatu cara penyampaian topik-topik matematika sedemikian

    sehingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau

    struktur-struktur melalui serangkaian pengalaman-pengalaman belajar masa

    lampau, disertai beberapa petunjuk dan instruksi yang diberikan guru kepada

    siswa. Metode pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan

    kepada proses penyampaian materi secara verbal dari guru kepada siswa dengan

    maksud siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

    1.6. Hipotesis

    Hipotesis merupakan kesimpulan berdasarkan hasil kajian teori. Kajian

    teori yang difokuskan pada penelitian ini meliputi kemampuan komunikasi

    matematis siswa dan metode penemuan terbimbing. Hipotesis dalam penelitian ini

    adalah Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

    pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing lebih baik dari

    peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

    pembelajaran menggunakan metode ekspositori.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    15/74

    9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

    1) Pengertian Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

    Suherman (2003:7) mengemukakan bahwa metode pembelajaran

    adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum, misalnya

    seorang guru menyajikan materi dengan penyampaian dominan secara

    lisan dan sekali-kali ada tanya jawab. Sedangkan Uno (2007:2)

    mendefinisikan metode pembelajan sebagai cara yang digunakan guru

    untuk menjalankan fungsinya sebagai pendidik agar tujuan pembelajaran

    tercapai. Pada pembelajaran penemuan terbimbing, siswa dihadapkan

    pada situasi ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan,

    intusi, dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru

    bertindak sebagai penunjuk jalan, membantu siswa agar mempergunakan

    ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya

    untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang

    tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu

    mereka dalam menemukan pengetahuan yang baru tersebut. Metode

    pembelajaran ini bisa dilakukan baik secara perseorangan maupun

    kelompok.

    Menurut Jerome Bruner (Markaban, 2008:9) :

    Penemuan adalah suatu proses. Proses penemuan dapat menjadi

    kemampuan umum melalui latihan pemecahan masalah, praktek

    membentuk dan menguji hipotesis. Di dalam pandangan Bruner, belajar

    dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, di mana seorang

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    16/74

    10

    siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya

    ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan.

    Menurut Suherman (2003:212-213) :

    Metode penemuan merupakan cara penyajian pembelajaran dengan

    siswa menemukan sendiri hal-hal yang baru. Penemuan yang dilakukan

    siswa ini tidak lepas dari bimbingan guru sehingga metode ini disebut

    metode penemuan terbimbing. Hal-hal yang ditemukan siswa tersebut

    tidak benar-benar baru sebab sudah diketahui oleh orang lain.

    Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing ini bertujuan

    agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang

    dipelajarinya. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode ini

    hendaknya diperhatikan bahwa: aktivitas siswa untuk belajar sendiri

    sangat berpengaruh, hasil (bentuk) akhir harus ditemukan sendiri oleh

    siswa, prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa, guru

    hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

    penemuan terbimbing adalah suatu metode mengajar yang bartujuan agar

    siswa aktif menemukan sendiri pemecahan masalah yang sedang

    dihadapinya dengan arahan dan bimbingan guru.

    2) LangkahLangkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

    Model pembelajaran penemuan terbimbing memiliki beberapa

    langkah tertentu yang berkesinambungan, menurut Markaban (2008:17)

    langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

    a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data

    secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang

    menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak

    salah.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    17/74

    11

    b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,

    mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini,

    bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja.

    Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah

    yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang

    dilakukannya.

    d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas

    diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan

    kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak

    dicapai.

    e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur

    tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada

    siswa untuk menyusunya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa

    induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.

    f.

    Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya gurumenyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah

    hasil penemuan itu benar.

    3) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Penemuan

    Terbimbing

    Metode pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai kekuatan

    dan kelemahan, Markaban (2008:18) :

    a) Keunggulan model penemuan terbimbing :

    Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir danmenggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

    Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami

    sendiri proses menemukannya.

    Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin inimendorong ingin menemukan penemuan lagi hingga minat

    belajarnya meningkat.

    Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuanakan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai

    konteks.

    Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri

    .

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    18/74

    12

    b) Kelemahan model penemuan terbimbing :

    Metode ini banyak menyita waktu.

    Tidak tiap guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar

    dengan cara penemuan. Tidak semua anak mampu melakukan penemuan.

    Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan tiap topik.

    2.2. Model Pembelajaran Ekspositori

    1) Pengertian Model Pembelajaran Ekspositori

    Sanjaya (2008:179) menyatakan bahwa:

    Metode ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran

    yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan

    demikian, sebab guru memegang peran yang sangat dominan.

    Melaluimetode ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara

    terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat

    dikuasaisiswa dengan baik.

    Dirjen PMPTK Depdiknas (2008:30) mengemukakan bahwa :

    Metode pembelajaran ekspositori adalah metode pembelajaran yangmenekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari

    seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat

    menguasai materi pelajaran secara optimal.

    Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (1999:172) mengatakan metode

    ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-

    nilai kepada siswa :

    Dimana peranan guru adalah :

    a. menyusun program pembelajaran

    b. memberi informasi yang benar

    c. pemberi fasilitas yang baik

    d. pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar

    e. penilai prolehan informasi.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    19/74

    13

    Sedangkan peranan siswa adalah :

    a. pencari informasi yang benar

    b. pemakai media dan sumber yang benar

    c.

    menyelesaikan tugas dengan penilaian guru.

    Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

    dengan menggunakan metode ekspositori yaitu metode mengajar dengan

    cara menyampaikan ide atau gagasan dengan lisan atau tulisan. Cara

    memberikan suatu informasi kepada peserta didik sebelumnya telah

    diolah tuntas oleh guru. Dalam proses belajar mengajar komunikasi

    hanya berpusat pada guru.

    2) LangkahLangkah Model Pembelajaran Ekspositori

    Ada beberapa langkah dalam penerapan metode pembelajaran

    ekspositori, Sanjaya (2010:185) yaitu : 23

    a) Persiapan (Preparation)

    Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di

    antaranya adalah : berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti

    yang negatif, mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus

    dicapai, bukalah file dalam otak siswa.

    b) Penyajian (Presentation)

    Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah

    ini, yaitu: penggunaan bahasa, intonasi suara, menjaga kontak mata

    dengan siswa, dan menggunakan joke-joke yang menyegarkan.

    c) Korelasi (Correlation)

    Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran

    dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yangmemungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam

    struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.

    d) Menyimpulkan (Generalization)

    Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi

    pelajaran yang telah disajikan.

    e)

    Mengaplikasikan (Application)

    Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah

    mereka menyimak penjelasan guru.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    20/74

    14

    3) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Ekspositori

    Metode pembelajaran ekspositori memiliki Kekuatan dan

    Kelemahan Sanjaya (2010:190):

    Keunggulan model pembelajaran ekspositori

    a) Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia

    dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan

    pelajaran yang disampaikan.

    b)

    Sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa

    cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

    c)

    Siswa dapat mendengar melalui penuturan (ceramah) tentang suatumateri pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau

    mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

    d) Bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

    Kelemahan model pembelajaran ekspositori

    a)

    Hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki

    kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.

    b) Tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik

    perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat,

    serta perbedaan gaya belajar.

    c) Karena pembelajaran lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka

    akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal

    kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan

    berpikir kreatif.

    d)

    Keberhasilan metode pembelajaran ekspositori sangat tergantung

    kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa

    percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai

    kemampuan seperti kemam- puan bertutur (berkomunikasi), dan

    kemampuan mengelola kelas.

    e)

    Karena gaya komunikasi metode pembelajaran lebih banyak terjadisatu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk

    mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat

    terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa

    mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada

    apa yang diberikan guru.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    21/74

    15

    2.3. Kemampuan Komunikasi Matematis

    Di Capacity Building Series (2010:1 yang dikutip dari Ontario Ministry of

    Education, 2005) bahwa : Mathematical communication is an essential process

    for learning mathematics because through communication, students reflect upon,

    clarify and expand their ideas and understanding of mathematical relationships

    and mathematical arguments. Komunikasi matematika adalah proses

    pembelajaran matematika yang penting melalui komunikasi siswa dapat

    mencerminkan, memperjelas, dan memperluas pemahaman mereka tentang

    matematika. Menurut Armiati (2009:271 yang dikutip dari The Intended Learing

    Outcomes (ILOs)), komunikasi matematika adalah suatu ketrampilan penting

    dalam matematika yaitu kemampuan untuk mengeksperisikan ide-ide matematika

    secara konheren kepada teman, guru dan lainnya melalui bahasa dan tulisan.

    Adapun kemampuan yang tergolong dalam komunikasi matematik yang ditulis

    oleh Isrokatun (2011:8 dari kutipan Utari-Sumarmo (2005: 7)), diantaranya

    adalah:

    1. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau

    benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau

    model matematika

    2.

    Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika

    secara lisan atau tulisan

    3.

    Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang

    matematika4. Membaca dengan pemahaman suatu representasi

    matematika tertulis

    5. Membuat konjektur, merumuskan definisi, dan

    generalisasi

    6. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf

    matematika dalam bahasa sendiri

    Adapun dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

    komunikasi matematis adalah kemampuan mengekspresikan matematika dalam

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    22/74

    16

    menyajikan pernyataan matematika dalam bahasa dan tulisan juga melalui gambar

    dan grafik. Sehingga proses komunikasi matematika yang baik dapat

    mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan matematika siswa.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    23/74

    17

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1

    Pendekatan dan Metode Penelitian

    Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena

    penelitian ini disajikan dalam bentuk angka-angka, hal ini sesuai dengan pendapat

    Arikunto (2006: 12) yang mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif adalah

    pendekatan penelitian yang banyak dituntut mengunakan angka, mulai dari

    pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya.

    Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012:14) bahwa :

    Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat

    positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dimana

    teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

    pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

    kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode quasi

    eksperimen. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

    pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebasnya adalah

    penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing, sedangkan variabel

    terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Menurut Sugiyono

    (2012:114) jenis eksperimen ini disebut quasi karena bukan merupakan ekperimen

    murni tetapi eksperimen semu. Sugiyono (2012:114) juga berpendapat bahwa

    pada penelitian eksperimen murni kelompok subjek penelitian ditentukan secara

    acak total, sehingga akan 28 diperoleh kesetaraan kelompok yang berada dalam

    batas-batas fluktuasi acak. Namun, dalam dunia pendidikan atau pembelajaran,

    pelaksanaan penelitian tidak selalu memungkinkan untuk melakukan seleksi

    subjek secara acak total, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    24/74

    18

    kelompok utuh (naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam

    satu kelas. Jadi penelitian quasi eksperimen menggunakan seluruh subjek dalam

    satu kelas.

    3.2 Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group

    design. Dalam penelitian ini diambil sampel dua kelas secara acak, tetapi tidak

    diacak total, melaikan acak semu atau acak kelas. Perlakuan kelas pertama akan

    menjadi kelas eksperimen dan kelas kedua menjadi kelas kontrol. Kelas pertama,

    diberikan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, sedangkan kelas

    kedua dengan pembelajaran ekspositori, dan digambarkan sebagai berikut

    (Sugiyono, 2012: 116)

    E : O1 X O2

    K : O O

    Gambar 3.1. Desain Penelitian

    Keterangan:

    E = Kelas Eksperimen (metode pembelajaran penemuan terbimbing).

    K = Kelas Kontrol (metode pembelajaran ekspositori).

    O = Tes awal (pre-test) = Tes akhir (post test).

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Karawang. Populasi dalam

    penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII sekolah tersebut, yang terdiri dari 12

    kelas dengan jurusan IPA 10 kelas dan IPS 2 kelas, jumlah seluruh siswa kelas

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    25/74

    19

    XII adalah 465. Pengambilan sampel dilakukan secara acak menurut kelompok

    kelas jurusan IPA dan berdasarkan saran dari guru mata pelajaran matematika

    kelas XII IPA (purpossive random sampling). Dari seluruh kelas XII IPA SMAN

    4 Karawang tersebut dipilih sampel dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen

    yaitu kelas yang diberikan perlakuan pembelajaran dengan metode penemuan

    terbimbing yaitu kelas XII IPA 5, dan kelas kontrol yaitu kelas dengan perlakuan

    pembelajaran dengan metode ekspositori yaitu kelas XII IPA 2.

    3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

    Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap

    mengenai hal yang ingin dikaji melalui penelitian, maka dibuatlah instrumen yang

    meliputi instrumen tes maupun non-tes. Seluruh instrumen peneliti tersebut

    digunakan untuk mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian.

    Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1) Tes

    Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan kreativitas siswa.

    Tes ini akan diberikan pada saat awal proses penelitian, sebelum

    pelaksanaan pembelajaran (pre-test) dan akhir proses penelitian setelah

    pembelajaran (post-test) , kepada kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas

    kontrol).Sebelum digunakan, soal tes harus melewati serangkaian tahapan

    analisis, untuk bentuk soal uraian, terlebih dahulu dianalisis validitasnya

    (ketepatan penggunaan instrumen), analisis reabilitas (keajegan

    instrumen), analisis daya pembeda (pembeda antara siswa yang menjawab

    benar dengan yang menjawab salah) dan analisis indek kesukaran, dan

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    26/74

    20

    untuk bentuk soal pilihan ganda, selain analisis di atas juga harus melewati

    analisis daya pengecoh dan efektivitas pilihan jawaban, kemudian soal-

    soal tersebut direkafitulasi.

    Pada penelitian ini peneliti menggunakan soal tes berbentuk uraian

    sebanyak lima soal. dimana soal pre-test sama dengan soal post-test,

    pokok bahasan program linear untuk siswa SMA kelas XII semester ganjil,

    dan diuji cobakan kepada 10 orang responden Mahasiswa Tingkat 1 Prodi

    Pendidikan Matematika UNSIKA.

    a) Analisis Validitas

    Sebuah soal pada sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila tes

    tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata 32

    lain, validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu

    instrumen yang harus diukur. Pada penelitian ini validitas yang diukur

    adalah validitas logis dan validitas empiris.

    Validitas logis yaitu, suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat

    mengukur kesesuaian antara indikator dan butir soal (content validity),

    serta kejelasan bahasa dan gambar atau simbol (face validity). Sedangkan

    validitas empiris yaitu validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu,

    kriteria ini untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas

    instrumen, yang ditentukan melalui perhitungan korelasi Product Moment

    Pearson (Suherman, 2003;120), yaitu :

    { }{ }

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    27/74

    21

    Keterangan :

    = Koefisien korelasi antara skor X dan skor YN = Banyaknya tes

    X = Skor tes

    Y = Skor total

    Tinggi rendahnya validitas suatu alat evaluasi sangat tergantung

    pada koefisien korelasinya, tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat

    validitas digunakan kriteria menurut Guiford (Suherman,2003:112)

    sebagai berikut :

    Tabel 3.1.

    Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen

    Koefisien Korelasi Korelasi Interpertasi

    Sangat Tinggi Sangat Tinggi

    Tinggi Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah

    Sangat Rendah Sangat Rendah

    b) Analisis Realibilitas

    Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan atau kekonsistensinan

    instrumen tersebut bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun oleh

    orang yang berbeda, pada waktu ataupun tempat yang berbeda makan akan

    menghasilkan hasil yang sama atau relatif sama. Untuk mengetahui tingkat

    reliabilitas pada instrumen tes komunikasi matematis dengan bentuk soal

    uraian digunakan rumus alpha cronbach (Arikunto, 2013:122) sebagai

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    28/74

    22

    berikut :

    Keterangan :

    = koefisien reliabilitasn = banyaknya butir soal

    = variansi skor butir soal ke-i = variansi total

    Setelah koefisien reliabilitasnya diketahui, kemudian dikonversikan

    dengan kriteria reliabilitas Guiford sebagai berikut :

    Tabel 3.2.

    Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen

    Koefisien Reliabilitas Interpretasi Derajat Reliabilitas Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah

    Sangat Rendah

    c) Analisis Daya Pembeda

    Daya pembeda dari suatu butir soal menyatakan berapa jauh

    kemampuan butir soal menunjukan perbedaan atau membedakan siswa

    yang menjawab benar dengan siswa yang menjawab salah. Daya pembeda

    dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    29/74

    23

    Keterangan :

    DP = Daya pembeda butir soal

    JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar

    JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

    N = Jumlah siswa

    Kriteria yang digunakan untuk menginterpresetasikan daya pembeda

    adalah seperti yang tertera pada tabel berikut :

    Tabel 3.3.

    Klasifikasi Indeks Daya Pembeda Instrumen

    Nilai Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda

    Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah

    Sangat Rendah

    d) Analisis Indeks Kesukaran

    Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menunjukkan serajat

    atau tingkat kesukaran suatu butir soal. Suatu butir soal dikatakan

    memiliki indeks kesukaran yang baik jika tidak terlalu mudah dan tidak

    terlalu sukar untuk dipecahkan. Untuk soal tipe uraian, indeks

    kesukarannya dapat ditentukan menggunakan rumus :

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    30/74

    24

    Keterangan :

    IK = Indeks Kesukaran

    JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

    N = Jumlah siswa

    Indeks kesukaran dapat diinterpresetasikan dalam kriteria sebagai berikut :

    Tabel 3.4.

    Klasifikasi Indeks Kesukaran Instrumen

    Nilai Indeks Kesukaran Interpretasi Indeks Kesukaran

    Sangat Mudah Sukar Sedang Mudah

    Sangat Mudah

    2)

    Non Tes

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angeket untuk

    mengetahui seberapa besar minat dan motivasi siswa dalam melakukan

    pembelajaran matematika di dalam kelas. Pedoman dalam angket ini

    berdasarakan peran guru dalam proses pembelajaran, metode yang dipakai

    dalam pembelajaran, materi serta bagaimana interaksi siswa dengan siswa

    lainnya di dalam kelas. Angket ini terdiri dari 20 pernyataan yang harus

    diisi oleh siswa dengan dua alternatif jawaban (S = Setuju dan TS = Tidak

    Setuju).

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    31/74

    25

    3.5 Instrumen Tes

    No Indikator MateriIndikator Komunikasi

    MatematisSoal

    1

    Mengenalkan arti

    sistem

    pertidaksamaan

    linear dua variable

    Menentukan

    penyelesaian sistem

    pertidaksamaan

    linear dua variable

    Menggambarkan situasi

    masalah dan menyatakan

    solusi masalah

    menggunakan gambar,

    bagan, tabel, dan secara

    aljabar.

    Gambarlah grafik himpunan

    penyelesaian dari sistem

    pertidaksamaan linear dengan

    dua variabel

    2

    Menentukan nilai

    optimum dari fungsi

    objektif

    Menafsirkan solusi

    dari masalah

    program linear

    Menyatakan hasil dalam

    bentuk tertulis.

    Tentukan nilai maksimum dari

    permasalahan yang model

    matematikanya sebagai

    berikut. Mencari dan yang memaksimumkan

    Dengankendala :

    a. b. c.

    d.

    3

    Mengenalkan

    masalah yang

    merupakan program

    linier

    Menentukan fungsi

    Menggunakan representasi

    menyeluruh untuk

    menyatakan konsep

    matematika dan solusinya.

    Seorang montir mendapat jatah

    merakit sepeda dan sepeda

    motor. Karena jumlah pekerja

    terbatas, montir hanya dapat

    merakit sepeda 120 unit tiap

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    32/74

    26

    objektif dan kendala

    dari program linier

    bulan dan sepeda motor paling

    sedikit 10 unit dan paling

    banyak 60 unit. Pendapatan dari

    tiap unit sepeda sebesar Rp.

    40.000,00 dan tiap unit sepeda

    motor Rp. 268.000,00. Berapa

    pendapatan maksimum tiap

    bulan kalau kapasitas produksi

    dua jenis 160 unit.

    a. Rumuskan fungsi tujuan

    b. Rumuskan kendala

    c. Kemungkinan titik sudut

    manakah dari daerah

    memenuhi yang

    menunjukkan nilai

    maksimum fungsi

    tujuan? Berikan alasan!

    4

    Menggambar

    daerah fisibel dari

    program linier

    Membuat strategi

    matematika dengan

    menyediakan ide dan

    keterangan dalam bentuk

    tertulis.

    Sebuah katering akan membuat

    dua jenis makanan A dan B.

    Kedua makanan itu

    memerlukan tiga bahan dasar

    yaitu tepung, mentega dan gula.

    Persedian tepung 10 kg,

    mentega 16 kg dan gula 28 kg.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    33/74

    27

    Setiap satuan makanan A

    memerlukan bahan tepung,

    mentega dan gula berturut-turut

    20 gram, 20 gram dan 60 gram,

    dan setiap satuan makanan B

    memerlukan bahan tepung,

    mentega dan gula berturut-turut

    20 gram, 40 gram dan 40 gram.

    Jika semua makanan habis

    dipesan dengan harga masing-

    masing Rp 1.500,00 dan Rp 1.

    200,00, Berapa banyaknya

    makanan jenis A dan B harus

    dibuat? Buatlah model

    matematikanya

    5

    Merumuskan model

    matematika dari

    masalah program

    linear

    Menggunakan bahasa

    matematika dan simbol

    secara tepat.

    Seorang tukang las membuat

    dua jenis pagar. Tiap pagarjenis I memerlukan besi

    pipa dan besi beton.Sedangkan pagar jenis II

    memerlukan besi pipa danbesi beton. Tukang lastersebut mempunyai persediaan

    besi pipa dan

    besi

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    34/74

    28

    beton. Harga jual per pagarjenis I adalah Rp.50.0000,00

    dan harga jual per pagarjenis II adalah Rp.75.000,00.

    Buatlah model matematika dari

    permasalahan linear tersebut

    supaya hasil penjualannya

    maksimum!

    3.6 Instrumen Non Tes

    No IndikatorBentuk

    PernyataanNo

    soalPositif Negatif

    1Terhadap

    Model

    Pendekatan pembelajaran

    langsung membuat saya jenuh

    untuk belajar matematika

    1

    Pembelajaran dengan guru

    menerangkan dan saya

    memperhatikan, lebih saya

    senangi

    2

    Saya ingin belajar materi

    matematika yang lain dengan

    pendekatan pembelajaran

    penemuan terbimbing

    3

    Dengan model pembelajaran ini

    saya bingung dengan tujuan

    pembelajaran yang ingin dicapai

    4

    Dengan pembelajaran ini saya

    menjadi tahu langkah apa yang5

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    35/74

    29

    harus saya ambil dalam

    menyelesaikan suatu persoalan

    2 Kemampuan

    Matematis

    Saya senang dengan pelajaran

    metamatika 6

    Pelajaran ini membuat saya tidak

    mengerti hubungan matematika

    dengan kehidupan sehari-hari

    7

    Tipe soal yang diberikan

    membuat saya berfikir lebih dari

    biasanya

    8

    Mengaitkan materi dengan

    kehidupan sehari-hari

    mempermudah saya untuk

    memahami materi

    9

    Matematika tidak bermanfaat

    dalam kehidupan sehari-hari10

    3 Peran Guru

    Guru memberi saya kesempatan

    untuk bertanya selama proses

    pembelajaran berlangsung

    11

    Pembelajaran dengan guru

    menerangkan dan saya

    memperhatikan, lebih saya

    senangi

    12

    Guru sama sekali tidak

    membimbing saya utnuk

    menemukan solusi dari soal-soal

    yang diberikan

    13

    Guru membantu saya termotivasi

    untuk mempelajari matematika14

    Penyampaian materi oleh guru

    kurang dipahami 15

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    36/74

    30

    4Interaksi

    Siswa

    Dengan berdiskusi membuat

    saya lebih cepat memahami

    materi yang dipelajari

    16

    Dengan berdiskusi saya

    memperoleh pengetahuan yang

    lebih luas

    17

    Saya berusaha menemukan

    sendiri cara untuk

    menyelesaiakan permasalahan

    yang diberikan oleh guru

    18

    Saya tidak mengecek dan

    mengevalusi kembali jawaban

    saya dan saya diskusikan dengan

    teman yang lain

    19

    Saya tidak berusaha memahami

    permasalahan dengan jalan

    berkomunikasi dengan teman

    sekelompok

    20

    3.7 Prosedur Penelitian

    Populasi dan

    Sampel

    Pengembangan

    Instrumen

    Pengujian

    Instrumen

    Kesimpulan dan

    Saran

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    37/74

    31

    1. Rumusan Masalah

    Sebelum melakakukan penelitian seorang peneliti harus dapat

    merumuskan masalah yang akan diteliti, untuk dapat membatasi

    pembahasan sekaligus membantu peneliti agar pembahasan di sampaikan

    secara fokus.

    2. Landasan Teori

    Mengulas teori yang berhubungan dengan judul usulan penlitian.

    Dalam peneltian ini mencari dan menjelaskan teori yang sudah ada yang

    berhubungan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa SMA dan

    model pembelajaran penemuan terbimbing.

    3. Perumusan Hipotesis

    Merumuskan dugaan sementara tentang variabel penelitian dalam

    penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah Adanya peningkatan

    kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

    penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang memperoleh

    pembelajaran langsung.

    4. Penyusunan Instrumen Penelitian

    Untuk mengukur yang telah ditetapkan dalam penelitian maka

    disusunlah suatu instrumen penelitian yang akan digunakan setelah

    terlebih dahulu instrumen tersebut diuji keabsahannya dengan uji validitas

    (ketepatan penggunaan instrumen) dan reliabilitas (keajegan instrumen).

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    38/74

    32

    5. Pengumpulan Data

    Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari

    penggunaan instrumen penelitian terhadap sampel dari populasi objek

    penelitian.

    6. Analisis Data

    Data yang telah diperoleh dianalisis untuk diolah sebagai informasi

    yang berguna bagi penelitian.

    7. Kesimpulan dan Data

    Kesimplan dan saran berisi tentang kesimpulan atas perumusan

    masalah sekaligus menjawab apa yang dipertanyakan dalam rumusan

    masalah tersebut. Seran diuraikan sebagai bahan pertimbangan untuk

    semua pihak yang berhubungan dengan penelitian.

    3.8 Teknik Analisis Data

    Untuk dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, maka data

    yang diperoleh dalam penelitian ini harus diolah terlebih dahulu. Terdapat dua

    jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu data kuantitatif dan kualitatif.

    Data kuantitatif yang diperoleh dari hari pre-tes dan post-test. Sedangkan data

    kualitatif diperoleh dari hasil angket.

    1)

    Analisis terhadap data kuantitatif

    Data kuantitatif yang diperoleh berupa hasil test (pre-test danpost-

    test) kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang diperoleh

    kemudian dianalisis untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Teknik

    analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik. Langkah

    langkah dalammelakukan uji statistik data hasil tes sebagai berikut :

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    39/74

    33

    a) Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari

    populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji nomalitas ini

    dilakukan terhadap skor pre-test dan post-test kepada kelas

    eksperimen terhadap kelas kontrol. Pada uji normalitas ini peneliti

    berpedoman untuk mengambil kesimpulan yaitu :

    Signifikansi < 0.05 distribusi adalah tidak normal (tidak

    simetris).

    Signifikansi 0.05 distribusi adalah normal (simetris).

    Nilai signifikansi berdistribusi normal bila data berada disekitas garis

    plot.

    b) Uji Homogenitas Varians

    Uji homogenitas dua varians digunakan jika data dari kedua kelas

    tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas varians bertujuan

    untuk mengetahui apakah kelas eksperime dan kelas kontrol

    memiliki varians yang homogen atau tidak. Hipotesis yang

    digunakan adalah :

    H0: (varians homogen)H1: (varians tidak homogen)Dengan: variansi kelas kontrol

    variansi kelas eksperimenUntuk uji homogenitas perhitungan dilakukan secara manual, dengan

    pedoman untuk mengambil kesimpulan adalah :

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    40/74

    34

    Signifikansi < 0.05 data berasal dari populasi yang tidak

    memiliki varians yang sama (tidak homogen).

    Signifikansi 0.05 data berasal dari populasi yang memiliki

    varians yang sama (homogen).

    c) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji-t)

    Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan

    rata-rata yang signifikan kemampuan komunikasi matematis siswa

    kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data dari kedua kelas

    berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka

    dilanjutkan dengan uji perbedaan dua raa-rata. Hipotesis yang

    digunakan adalah :

    H0 : 1 = 2 (rata-rata kemampuan komunikasi matematis kelas

    kontrol sama dengan kelas eksperimen)

    H1 : 1< 2 ( rata-rata kemampuan komunikasi matematis kelas

    eksperimen lebih baik dari kelas kontrol)

    2) Analisis Terhadap Data Kualitatif

    Data hasil angket siswa dianalisis sebagai berikut : Jika menjawab

    Sangat Setuju, maka skornya adalah 3. Jika menjawab Setuju, maka

    skornya adalah 2. Jika menjawab Tidak setuju, maka skornya adalah 1.

    Jika menjawab Sangat Tidak Setuju, maka skornya adalah 0.

    Cara menghitung persentase skor yaitu :

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    41/74

    35

    Kualifikasi hasil persentase skor angket adalah sebagai berikut :

    Presentase skor yang diperoleh Kategori

    Tinggi Sedang

    Rendah

    3.9 Jadwal Penelitian

    No Jenis Kegiatan

    Waktu Pelaksanaan

    Januari Februari Maret

    I II III IV I II III IV I II III IV

    1

    Perencanaan

    Penyusunan

    Proposal

    Penyusunan

    Instrument

    2

    Pelaksanaan

    Pelaksanaan

    Penelitian

    Pengolahan Data

    Menyusun

    Laporan Hasil

    Penelitian

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    42/74

    36

    DAFTAR PUSTAKA

    ____.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keenambelas. Jakarta:Balai

    Pustaka.

    Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

    Aksara.

    Armiati. 2009. Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosional. UNY:

    FMIPA.

    Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

    Jakarta:Kencana.

    Suhendar, Apep. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

    Siswa SMP Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Karawang :

    tidak diterbitkan.

    Lindawati. (2010). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Inkuri

    Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan

    Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis. UPI.

    Tidak diterbitkan.

    Maier, H. (1995). Konpendium Didaktik Matematika; Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya. Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika Dengan

    Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Depdiknas

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    43/74

    37

    Lampiran 1 Jurnal Internasional Komunikasi Matematis

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    44/74

    38

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    45/74

    39

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    46/74

    40

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    47/74

    41

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    48/74

    42

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    49/74

    43

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    50/74

    44

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    51/74

    45

    Lampiran 2 Jurnal Nasional Komunikasi Matematis

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    52/74

    46

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    53/74

    47

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    54/74

    48

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    55/74

    49

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    56/74

    50

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    57/74

    51

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    58/74

    52

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    59/74

    53

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    60/74

    54

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    61/74

    55

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    62/74

    56

    Lampiran 3 Jurnal Nasional Model Penemuan Terbimbing

    PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE

    PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH

    MATEMATIS SISWA SMP

    Oleh:

    LeoAdhar

    Effendi

    Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika

    Sekolah Pascasarjana UPI

    ISSN1412-565X

    2 oktober 2012

    Ruseffendi (2006) mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah amat

    penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan

    mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang

    akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari- hari.

    Branca (1980), ia mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah

    jantungnya matematika. Hal ini sejalan dengan NCTM (2000) yang

    menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam

    pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari

    pembelajaran matematika.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kemampuan pemecahan masalah harus

    dimiliki siswa untuk melatih agar terbiasa menghadapi berbagai permasalahan,

    baik masalah dalam matematika, masalah dalam bidang studi lain ataupun

    masalah dalam kehidupan sehari- hari yang semakin kompleks. Oleh sebab itu,

    kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematis perlu terus dilatih

    sehingga ia dapat memecahkan masalah yang ia hadapi.

    Berdasarkan uraian di atas, maka kemampuan representasi dan pemecahan

    masalah merupakan dua kemampuan yang penting dan harus dimiliki siswa.Namun, fakta di lapangan belumlah sesuai dengan apa yang diharapkan.

    Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) sebuah studi

    yang diselenggarakan oleh International Association for theEvaluation of

    Educational Achievement (IEA), pada tahun 2007 menempatkan siswa kelas VIII

    Indonesia pada peringkat 36 dari49 negara yang turut berpartisipasi dengan

    perolehan rerata skor siswa yaitu 397, sedangkan rerata skor internasional adalah

    500 (Mullis, et al.,2008). Skor yang diperoleh tersebut berada signifikan di bawah

    rerata skor internasional.

    Kenyataan di lapangan pembelajaran matematika masih cenderung

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    63/74

    57

    berfokus pada buku teks, masih sering dijumpai guru matematika masih

    terbiasapada kebiasaan mengajarnya dengan menggunakan langkah- langkah

    pembelajaran seperti: menyajikan materi pembelajaran, memberikan contoh-

    contoh soal dan meminta siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat

    dalam buku teks yang mereka gunakan dalam mengajar dan kemudianmembahasnya bersama siswa.

    Hal ini sesuai hasil temuan Wahyudin (1999) yaitu sebagian besar siswa tampak

    mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau informasi dari guru, siswa sangat

    jarang mengajukan pertanyaan pada guru sehingga guru asyik sendiri menjelaskan

    apa yang telah disiapkannya, berati siswa hanya menerima saja apa yang

    disampaikan oleh guru. Guru pada umumnya mengajar dengan metode ceramah

    dan ekspositori(Wahyudin,

    1999).

    Hal ini didukung oleh Ruseffendi (2006) yang menyatakan bahwa selama ini

    dalam proses pembelajaran matematika di kelas, pada umumnya siswa

    mempelajari matematika hanya diberi tahu oleh gurunya dan bukan melaluikegiatan eksplorasi. Itu semua mengindikasikan bahwa siswa tidak aktif dalam

    belajar. Melalui proses pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan

    kemampuan matematis siswa dapat berkembang.

    Dari pemaparan fakta ini, perlu adanya pembelajaran yang mengkondisikan

    siswa aktif dalam belajar matematika. Henningsen dan Stein (1997)

    mengutarakan bahwa untuk mengembangkankemampuanmatematissiswa, maka

    pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa mampu terlibat secara aktif

    dalam banyak kegiatan matematika yang bermanfaat. Siswa harus aktif dalam

    belajar, tidak hanya menyalin atau mengikuti contoh-contoh tanpa tahu maknanya.

    Salah satu pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah metode penemuan.

    Bruner (dalam Dahar, 1996) menganggap bahwa belajar dengan metode

    penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia.

    Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang

    menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi siswa.

    Penemuan yang dimaksud yaitu siswa menemukan konsep melalui bimbingan dan

    arahan dari guru karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan

    konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu. Abel dan Smith (1994)

    mengungkapkan bahwa guru memiliki pengaruh yang paling penting terhadapkemajuan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam metode penemuan terbimbing,

    guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-

    pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang

    lalu dengan pengetahuan yang sedang ia peroleh. Siswa didorong untuk berpikir

    sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun

    prosedur berdasarkan bahan ajar yang telah disediakan guru.

    Dengan metode ini, guru menganjurkan siswa membuat dugaan, intuisi, dan

    mencoba- coba. Melaluidugaan, intuisi, dan mencoba- coba ini diharapkan siswa

    tidak begitu saja menerima langsung konsep, prinsip, ataupun

    proseduryangtelahjadidalamkegiatanbelajar-

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    64/74

    58

    mengajarmatematika,akantetapisiswalebih ditekankan pada aspek mencari dan

    menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedurmatematika.

    Untuk menghasilkan suatu penemuan, siswa harus dapatmenghubungkan

    ide- ide matematis yang mereka miliki. Untuk menghubungkan ide-ide tersebut,mereka dapat merepresentasikan ide tersebut melalui gambar, grafik, simbol,

    ataupun kata-kata sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami.

    Membiasakan siswa dengan belajar penemuan, secara tidak langsung juga

    membiasakan siswa dalam merepresentasikan informasi, data, ataupun

    pengetahuan untuk menghasilkan suatu penemuan.

    Selain itu, Borthick dan Jones (2000) mengemukakan bahwa metode

    penemuanmenjelaskan tentang siswa belajar untuk mengenal suatu masalah,

    karakteristik dari solusi, mencari informasi yang relevan, membangun stategi

    untuk mencari solusi, dan melaksanakan strategi yang dipilih. Dengan kata lain,

    metode penemuan juga membiasakan siswa dalam memecahkan masalah. Denganmembiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah, diharapkan

    kemampuan dalam menyelesaikan berbagai masalahakan meningkat.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    65/74

    59

    Lampiran 4 Instrumen Tes

    SOAL

    Petunjuk Pengisian Soal :

    Soal berbentuk uraian, terdidri dari lima soal, dengan alokasi waktu 60

    menit.

    Tulis jawaban dan identitas diri pada lembar jawaban yang telah

    disediakan.

    Baca soal dengan teliti sebelum mengerjakan.

    Kerjakan soal secara mandiri dan tidak diperkenankan mempergunakan

    kalkulator.

    Setelah selesai, periksa kembali hasil jawaban dan identitas diri telah

    dilengkapi.

    Selesaikanlah soal-soal di bawah ini dengan singkat, jelas dan benar !

    1.

    Gambarlah grafik himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear

    dengan dua variabel 2.

    Tentukan nilai maksimum dari permasalahan yang model matematikanya

    sebagai berikut. Mencari dan yang memaksimumkan Dengan kendala :

    a. b. c.

    d.

    3. Seorang montir mendapat jatah merakit sepeda dan sepeda motor. Karena

    jumlah pekerja terbatas, montir hanya dapat merakit sepeda 120 unit tiap

    bulan dan sepeda motor paling sedikit 10 unit dan paling banyak 60 unit.

    Pendapatan dari tiap unit sepeda sebesar Rp. 40.000,00 dan tiap unit sepeda

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    66/74

    60

    motor Rp. 268.000,00. Berapa pendapatan maksimum tiap bulan kalau

    kapasitas produksi dua jenis 160 unit.

    a.

    Rumuskan fungsi tujuan

    b. Rumuskan kendala

    c. Kemungkinan titik sudut manakah dari daerah memenuhi yang

    menunjukkan nilai maksimum fungsi tujuan? Berikan alasan!

    4. Sebuah katering akan membuat dua jenis makanan A dan B. Kedua makanan

    itu memerlukan tiga bahan dasar yaitu tepung, mentega dan gula. Persedian

    tepung 10 kg, mentega 16 kg dan gula 28 kg. Setiap satuan makanan A

    memerlukan bahan tepung, mentega dan gula berturut-turut 20 gram, 20 gram

    dan 60 gram, dan setiap satuan makanan B memerlukan bahan tepung,

    mentega dan gula berturut-turut 20 gram, 40 gram dan 40 gram. Jika semua

    makanan habis dipesan dengan harga masing-masing Rp 1.500,00 dan Rp 1.

    200,00, Berapa banyaknya makanan jenis A dan B harus dibuat? Buatlah

    model matematikanya

    5.

    Seorang tukang las membuat dua jenis pagar. Tiap pagar jenis Imemerlukan besi pipa dan besi beton. Sedangkan pagar jenis IImemerlukan besi pipa dan besi beton. Tukang las tersebut mempunyai

    persediaan besi pipa dan besi beton. Harga jual per pagarjenis I adalah Rp.50.0000,00 dan harga jual per pagar jenis II adalahRp.75.000,00. Buatlah model matematika dari permasalahan linear tersebut

    supaya hasil penjualannya maksimum!

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    67/74

    61

    KUNCI JAWABAN

    1. Titik potong 2x + 3y = 6 dengan :

    Sumbu x, jika y = 0, maka diperoleh 2x + 3.0 = 6 atau 2x = 6, didapat x =

    3. Jadi koordinat titik potong dengan sumbu x adalah (3, 0).

    Sumbu y, jika x = 0, maka diperoleh 2.0 + 3y = 6 atau 3y = 6, didapat y =

    2. Jadi koordinat titik potong dengan sumbu y adalah (0,2).

    Buatlah garis melalui (3,0) dan (0,2), akan didapat gambar (I) di bawah.

    Jadi penyelesaiannya adalah garis

    2. Jika dan dicari titik potongnya (denganeliminasi atau substitusi) didapat titik P (

    )

    Titik potong dengan sumbu adalah (4,0) dan titikpotong dengan sumbu adalah (0,3)

    Titik potong dengan sumbu adalah (2,0) dan titikpotong dengan sumbu adalah (0,7)

    Gambarlah pada kertas berpetak atau polos akan didapat daerah memenuhi

    seperti gambar di bawah. Daerah memenuhinya adalah daerah segiempat

    OAPD. Tanda panah menunjukkan arah daerah yang memenuhi kendala.

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    68/74

    62

    Untuk titik sudut O (0,0) didapat nilai f = 4.0 + 3.0 = 0

    Untuk titik sudut A(2,0) didapat nilai f = 4.2 + 3.0 = 8

    Untuk titik sudut P ( ) didapat f = ( ) Untuk titik sudut D(0,3) didapat nilai f = 4.0 + 3.3 = 9

    Jadi nilai maksimum f dicapai pada titik sudut P dari poligon daerah

    memenuhi OAPD yaitu, untuk = , dan =

    3. Misal banyaknya sepeda yang dirakit adalah x buah banyaknya sepeda motor

    yang dirakit adalah y

    Fungsi tujuannya adalah f = 40.000x + 268.000y

    Kendala

    10 y 60

    0 x 120

    x + y 160

    x 0

    y 0

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    69/74

    63

    Gambarlah daerah pemecahan sistem pertidaksamaan kendala, akan

    didapat daerah tertutup ABCDE dengan A (0,10), B (120,10), C (120,40),

    D (100,60) dan E (0,60).

    Untuk titik A (0,10) didapat f = 2.680.000

    Untuk titik B (120,10) didapat f = 7.480.000

    Untuk titik C (120,40) didapat nilai f = 15.520.000

    Untuk titik D (100,60) didapat nilai f = 20.080.000

    Untuk titik E(0,60) didapat nilai f = 16.080.000

    Jadi laba maksimum tiap bulan adalah Rp 20.080.000,00, jika merakit 100

    sepeda dan 60 sepeda motor.

    4.

    Misal banyaknya makanan A yang dibuat buah. Banyaknya makanan Byang dibuat buah. Permasalahan ini akan lebih mudah jika disajikandengan tabel seperti berikut.

    Dengan demikian model matematika dari masalah di atas adalah :

    Carilah dan sehingga memaksimumkan f = 1500+ 1200, dengankendala:

    20+ 20 10.000 atau + 500 20+ 4016.000 atau + 2800 60+ 4028.000 atau 3+ 21.400

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    70/74

    64

    0 0Fungsi obyektif adalah f = 1500+ 1200

    5.

    Pemecahan

    Untuk memudahkan dalam membuat model matematika, data atau

    informasi yang ada ditulis dalam sebuah table berikut :

    Besi

    Pipa

    Besi

    Beton

    Penjualan

    Pagar Jenis I

    Pagar Jenis II

    4 m

    8 m

    6 m

    4 m

    Rp. 50.000,00

    Rp. 75.000,00

    Persediaan 640 m 480 m

    Menetapkan besaran masalah sebagai variablevariabel.

    Misalkan banyaknya pagar jenis I dibuat x dan banyaknya pagar jenisII yang dibuat y

    Sistem pertidaksamaan dari hal-hal yang sudah diketahui

    Besi pipa yang digunakan untuk membuat pagar = (4x + 8y) m

    Besi beton yang digunakan untuk membuat pagar = (6x + 4y) m

    Karena tukang las memounyai persediaan besi pipa sebanyak 640 m dan

    besi beton 480 m, maka berlaku :

    4x + 8y 640 atau x + y 160, dan6x + 4y 480 atau 3x + 2y 240Dengan mengingat bahwa x dan y menyatakan banyak barang, maka x dan

    y tidak mungkin negative. Jadi, x 0 dan y 0

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    71/74

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    72/74

    66

    Lampiran 5 Instrumen Non Test

    Berilah tanda () pada pernyataan dibawah ini !

    No Pernyataan SetujuTidak

    Setuju

    1Pendekatan pembelajaran langsung membuat saya

    jenuh untuk belajar matematika

    2Pembelajaran dengan guru menerangkan dan saya

    memperhatikan, lebih saya senangi

    3

    Saya ingin belajar materi matematika yang lain

    dengan pendekatan pembelajaran penemuan

    terbimbing

    4Dengan model pembelajaran ini saya bingung dengan

    tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

    5

    Dengan pembelajaran ini saya menjadi tahu langkah

    apa yang harus saya ambil dalam menyelesaikan

    suatu persoalan

    6 Saya senang dengan pelajaran metamatika

    7Pelajaran ini membuat saya tidak mengerti hubungan

    matematika dengan kehidupan sehari-hari

    8Tipe soal yang diberikan membuat saya berfikir lebih

    dari biasanya

    9Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari

    mempermudah saya untuk memahami materi

    10Matematika tidak bermanfaat dalam kehidupan

    sehari-hari

    11Guru memberi saya kesempatan untuk bertanya

    selama proses pembelajaran berlangsung

    12Pembelajaran dengan guru menerangkan dan saya

    memperhatikan, lebih saya senangi

    13 Guru sama sekali tidak membimbing saya utnuk

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    73/74

    67

    menemukan solusi dari soal-soal yang diberikan

    14Guru membantu saya termotivasi untuk mempelajari

    matematika

    15 Penyampaian materi oleh guru kurang dipahami

    16Dengan berdiskusi membuat saya lebih cepat

    memahami materi yang dipelajari

    17Dengan berdiskusi saya memperoleh pengetahuan

    yang lebih luas

    18

    Saya berusaha menemukan sendiri cara untuk

    menyelesaiakan permasalahan yang diberikan oleh

    guru

    19

    Saya tidak mengecek dan mengevalusi kembali

    jawaban saya dan saya diskusikan dengan teman

    yang lain

    20

    Saya tidak berusaha memahami permasalahan

    dengan jalan berkomunikasi dengan teman

    sekelompok

  • 7/25/2019 1241172105135_GanjarMustika_KelasE

    74/74

    Lampiran Kisi-Kisi Indikator Kemampuan

    Soal No. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

    1.Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah

    menggunakan gambar, bagan, tabel, dan secara aljabar.

    2. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.

    3.Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep

    matematika dan solusinya.

    4.Membuat strategi matematika dengan menyediakan ide dan

    keterangan dalam bentuk tertulis.

    5. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.

    Lampiran Kisi-Kisi Indikator Materi Pelajaran

    Soal No. Indikator Materi Pelajaran

    1.

    Mengenalkan arti sistem pertidaksamaan linear dua variable

    Menentukan penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dua

    variable

    2.

    Menentukan nilai optimum dari fungsi objektif

    Menafsirkan solusi dari masalah program linear

    3.

    Mengenalkan masalah yang merupakan program linier

    Menentukan fungsi objektif dan kendala dari program linier

    4. Menggambar daerah fisibel dari program linier

    5. Merumuskan model matematika dari masalah program linear