123803163-glomerulonefritis.doc
TRANSCRIPT
GLOMERULONEFRITIS
Merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya
angka morbiditas baik pada anak maupun dewasa. Sebagaian besar glomerulonefritis
bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampaknya
bersifat imunologis. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai di sini adalah untuk
menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus,
bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan
interstitial maupun sistem vaskulaturnya.
Kemampuan mengidentifikasi adanya kelainan glomerulus adalah berkat
berkembang dan meluasnya penggunaan biopsi ginjal per kutan yang mampu
menunjukkan adanya kelainan dini glomerulus, serta kemajuan teknik pemeriksaan
ultrastruktur dan imunopatologi ginjal sehingga mampu mengidentifikasi lokalisasi
kelainan secara akurat.
Pada masa kini klasifikasi glomerulonefritis dibuat berdasarkan karakteristik
klinis dan patologis serta korelasinya. Untuk memahami klasifikasi morfologis
glomerulonefritis, terlebih dahulu haruslah dipahami struktur glomerulus yang normal
dan terminologi umum yang dipergunakan untuk menggambarkan morfologi
glomerulus dalam keadaan sakit.
Patogenesis
Secara umum pada penyakit glomerulus, jejas glomerulus dapat diakibatkan
oleh gangguan immunologi yang diwariskan atau koagulasi. Jejas imunologi adalah
penyebab paling lazim dan menyebabkan glomerulonefritis. Bukti bahwa
glomerulonefritis disebabkan oleh imunologis adalah :
– Kesamaan morfologi dan immunopatologi dengan glomerulonefritis
eksperimen akibat imun.
– Terdapat reaktan imun pada glomerulus.
– Kelainan pada komplemen serum dan temuan antibodi (contoh; anti
membrana basalis glomerulus)
Ada 2 mekanisme utama jejas imunologi :
1. Lokalisasi kompleks imun antigen-antibodi dalam sirkulasi.
2. Interaksi antibodi dengan antigen lokal ditempat semula.
1
Pada penyakit yang diperantarai kompleks imun antibodi yang dihasilkan
melawan dan berkombinasi dengan antigen dalam sirkulasi yang biasanya tidak
terkait dengan ginjal. Kompleks imun berakumulasi di glomerulus dan mengaktifkan
sistem komplemen yang menyebabkan jejas imun. Endapan fibrin dapat terjadi dalam
kapiler glomerulus atau dalam kapsul bowman dalam bentuk bulan sabit.
Klinis
Penyakit ginjal biasanya dibagi menjadi kelainan glomerulus dan non-
glomerulus berdasarkan etiologi, histologi, atau perubahan faal yang utama. Dari segi
klinis, pembagian tersebut agak kabur dan sulit dilaksanakan dalam praktek. Gejala
klinis suatu kelainan glomerulus yang sering dijumpai adalah hipertensi, sembab, dan
penurunan fungsi ginjal. Meskipun gambaran klinis biasanya telah dapat membedakan
berbagai kelainan glomerulus dan non-glomerulus, biopsi ginjal masih sering
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis pasti.
Manifestasi klinis kelainan glomerulus secara umum
Tanda utama kelainan glomerulus adanya proteinuria, hematuria, sembab,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara tersendiri atau
terlihat secara bersama, seperti misalnya pada sindrom nefrotik gejala klinisnya
terutama terdiri dari proteinuria masif dan hipoalbuminemia, dengan atau tanpa
sembab.
Riwayat penyakit
Sebagian besar anak dengan kelainan glomerulus menunjukkan proteinuria
atau hematuria yang ditemukan pada saat pemeriksaan urin, atau hipertensi yang
ditemukan pada pemeriksaan fisik. Perlu diperhatikan juga riwayat penyakit pasien
dan keluarganya.
Riwayat yang spesifik pada anak dengan proteinuria, misalnya sembab
periorbital, pratibial, skrotum atau anasarka pada sindrom nefrotik, yang pada
awalnya berupa sembab muka pada waktu bangun tidur dan menghilang pada siang
hari, tetapi kemudian sembab akan menetap dan bertambah hebat atau menjadi
anasarka. Sering dikira sebagai reaksi alergi, bertambahnya berat badan dengan cepat
akibat ekspansi cairan ekstraselular (dengan keluahan pakaian menjadi sempit atau
2
perut buncit) jumlah urin berkurang, anoreksia dan mudah lelah. Pada kasus yang
lebih berat, terdapat anoreksia, sakit kepala, muntah dan bahkan kejang; kadang
disertai tanda penurunan fungsi ginjal seperti anoreksia, apatis, mudah lelah, lambat
tumbuh dan anemia.
Pemeriksaan fisis
Sangat dianjurkan untuk melakukan pengukuran berat dan tinggi badan,
tekanan darah, adanya sembab atau asites. Jangan lupa melakukan pemeriksaan
kemungkinan adanya penyakit sistemik yang berhubungan dengan kelainan ginjal,
seperti artritis, ruam kulit, gangguan kardiovaskular, paru dan sistem saraf pusat.
Pemeriksaan laboratorium
Hematuria mikroskopik dan hipertensi ringan biasanya hanya bersifat
sementara. Hematuria nyata tanpa gejala lain biasanya berasal dari glomerulus. Bila
telah diketahui adanya kelainan yang bermakna, harus segera dilakukan pemeriksaan
selanjutnya. Urinalisis lengkap untuk mengukur proteinuria secara kualitatif, mencari
adanya silinder eritrosit dan memperkirakan derajat hematuria dan leukosituria.
Tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi guna mengukur jumlah
proteinuria pada bayi. Tampung urin 12-24 jam untuk menghitung kadar protein dan
kreatinin. Laju filtrasi glomerulus (LFG) sebaiknya ditetapkan dengan cara
pengukuran klirens kreatinin.
Anemia sering dijumpai pada gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronik.
Hematokrit harus diukur pada semua anak. Sebanyak 90% anak dengan
glomerulonefritis akut menunjukkan peningkatan streptozim dan penurunan
komplemen C3. Kadar C3 biasanya normal kembali dalam waktu 4-8 minggu dan
streptozim dalam waktu 4-6 bulan.
Untuk menyingkirkan Lupus eritematosus sistemik dan memburuknya
keadaan glomerulonefritis akut, dipertimbangkan untuk dilakukannya biopsi ginjal
bila :
3
– Perkembangan gagal ginjal akut/sindrom nefrotik.
– Tidak ada bukti infeksi streptococcus.
– Tidak terjadi hipokomplementemia.
– Menetapnya hematuria dan atau proteinuria yang nyata.
– Penurunan fungsi ginjal.
– C3 rendah lebih dari dari 3 bulan setelah mulai onset.
Tabel 1. Klasifikasi glomerulonefritis
Kongenital atau herediterSindrom Alport, sindrom nefrotik kongenital (tipe Finlandia), Hematuria familial, sindrom nail patella
DidapatPrimer atau idiopatik
Penyakit kelainan minimal, glomerulonefritis proliferatif mesangial,Glomerulosklerosis fokal segmental, glomerulonefritis
membranoproliferatif tipe I, II, IIIGlomerulopati membranosa, nefropati IgA,Glomerulonefritis progresif cepat, glomerulonefritis progresif difus,Glomerulonefritis kronik yang lain (tak terklasifikasi)
SekunderAkibat infeksi
Glomerulonefritis pascastreptokok, hepatitis B, endokarditis bakterial subakut,
Nefritis pirau, glomerulonefritis pascapneumokok, sifilis kongenital, malaria,
Lepra, schistosomiasis, filariasis, AIDS, dan lain-lainBerhubungan dengan penyakit multisistem
Purpura Henoch Schőnlein, lupus eritematosus sistemik, sindrom hemolitik uremik.
Diabetes melitus, sindrom Goodpasture, amiloidosis, dan lain-lain.Penyakit kolagen vaskular lainnya : poliarteritis nodosa, penyakit jaringan ikat campuran, granulomatosis Wegener, vaskulitis, artritis reumatoid
ObatPenisilamin, obat anti-radang nonsteroid, kaptopril, garam emas, Street heroin, trimetadion, litium, mercury, dan lain-lain
NeoplasiaLeukemia, limfoma, karsinoma
Lain-lainRejeksi transplantasi ginjal kronik, nefropati refluks, penyakit sel sabit, dll.
GROSS HEMATURIA BERULANG
Umumnya terjadi 1-2 hari setelah onset infeksi saluran napas atas yang
4
disebabkan oleh virus.
Tidak ada gejala sindroma nefritis ( edema, hipertensi, gangguan fungsi
ginjal ).
Pemeriksaan penunjang rutin umumnya tidak berhasil menunjukkan kausa
hematuria.Biopsi ginjal diindikasikan setelah episode hematuria yang kedua.
NEFROPATI IgA (NEFROPATI BERGER)
Glomerulonefritis IgA sebagai immunoglobulin predominan pada deposit
mesangial.
Patologi dan patogenesis
Proliferasi segmental dan mesangial dengan IgA sebagai Ig predominan pada
deposit.
Bila dilakukan transplantasi ginjal nefropati akan terjadi juga pada ginjal yang
di transplantasikan, menunjukan bahwa penyebabnya adalah kelainan sis-
temik.
Manifestasi klinis dan laboratoris
Lebih sering pada laki-laki (2:1). Kadang-kadang yang dijumpai ada hema-
turia mikroskopik. Proteinuria minimal (kurang dari 1 g/24jam).
Kadar C3 serum normal (untuk membedakan dengan GNA
poststreptococcal) .
Terapi dan prognosis
Terapi suportif. Terapi immunosupresif mungkin bermanfaat tetapi tidak
cukup bukti dari RCT
Kelainan ini tidak mengakibatkan kerusakan ginjal yang signifikan.
30% pasien akan mengalami perjalanan penyakit yang progresif, prognosis
yang buruk ditandai dengan hipertensi, menurunnya fungsi ginjal atau protein-
uria > 1 g/24 jam.
5
HEMATURIA IDIOPATIK (FAMILIAL BENIGNA)
Gambaran histologis : kadang ditemukan penipisan membrane basalis
glomerulus tetapi ada sebagian besar penderita tidak ditemukan kelainan
histologis
Diperlukan follow up jangka panjang untuk menyingkirkan sindroma Alport.
Pada penderita yang didiagnosis hematuria idiopatik kemudian terjadi
proteinuria, hipertensi atau penurunan fungsi ginjal maka harus dilakukan
biopsi ginjal ulangan.
Prognosis : baik.
SINDROM ALPORT
Merupakan nefritis herediter yang paling sering ditemukan, yang ditandai oleh
adanya glomerulonefropati progresif familial yang sering disertai tuli syaraf dan
kelainan mata seperti lentikonus anterior.
Patologi
Pada awal penyakit gambaran histopatologis tidak menunjukan kelainan yang
berarti, atau kadang-kadang menunjukan hiperselularitas mesangial fokal yang
nonspesifik dan penebalan dinding kapiler. Dengan berlanjutnya penyakit, akan
terjadi perubahan yang semakin nyata dalam glomerulus berupa proliferasi sel dan
matriks mesangial, penebalan dinding kapiler dan perubahan tubulointerstitial berupa
fibrosis interstitial, atrofi dan dilatasi tubulus, penebalan membran basal tubulus, dan
terbentuknya sel-sel busa (foam cells).
Kelainan morfologis yang mempunyai arti diagnosis pada sindrom Alport
ditegakkan melalui mikroskop elektron.
Etiologi
Genetik
Suatu kelainan X-linked dominan (menyebabkan manifestasi pada laki-laki
lebih berat daripada wanita).
6
Kadang ditemukan yang bersifat autosomal.
Sindrom Alport diperkirakan timbul sebagai akibat terjadinya defek molekular
pada basal glomerulus.
Manifestasi klinis
Gejala klinis yang utama adalah hematuria mikroskopik dengan eksaserbasi
hematuria nyata yang timbul pada saat menderita infeksi saluran napas atas. Episode
hematuria nyata didahului oleh infeksi saluran napas atas sering diduga suatu
nefropati IgA atau glomerulonefritis akut pasca streptokok.
Hilangnya pendengaran terjadi secara bilateral dari tipe sensorineural. Pada
stadium awal gangguan berada pada kisaran frekuensi 2000-8000 Hz yang hanya
dapat dideteksi dengan audiometri. Lambat laun akan menjadi progresif akan
mengenai zona conversational speech yang cukup parah. Hilangnya pendengaran
biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir. Baru tampak pada awal umur 10 tahunan.
Kelainan mata yang terjadi berupa katarak, lentikonus anterior. Sering
dijumpai adanya lesi makular yang tidak mengganggu penglihatan. Beberapa pasien
hanya menunjukan myopia atau nistagmus.
Diagnosa dan terapi
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, terdapatnya ketulian jenis
sensorineural, lentikonus anterior dan kelainan ultrastruktur yang karakteristik pada
membran basal glomerulus. Belum ditemukan pengobatan sindroma Alport. Penyakit
ini umumnya progresif yang mencapai puncaknya dengan terjadi gagal ginjal tahap
akhir dan pada anak laki-laki memerlukan dialisis dan transplantasi ginjal.
Prognosis
Lebih baik pada perempuan. Laki-laki umumnya mengalami gagal ginjal pada
dekade 2 dan ke 3. Perempuan umumnya memiliki lama hidup yang normal dan
ketulian subklinis.
HEMATURIA GROSS ATAU MIKROSKOPIK
GLOMERULONEFRITIS AKUT POSTSTREPTOCOCCAL
7
Glomerulonefritis akut poststreptococcal adalah suatu reaksi imunologis pada
ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi adalah akibat infeksi
kuman Streptococcus β-haemolyticus grup A yang nefritogenik. Merupakan penyebab
tersering gross hematuria pada anak.
Etiologi
Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur 3-7 tahun dan lebih sering
mengenai anak pria dibandingkan anak wanita. Timbulnya GNA didahului oleh
infeksi ekstra renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman
Streptococcus β-haemolyticus grup A.
Antara infeksi bakteri dan timbulnya GNA terdapat pada masa laten selama
lebih kurang 10 hari. Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor
alergi mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcus.
GNA juga dapat disebabkan oleh sifilis, keracunan (timah hitam, tridion), penyakit
amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus.
Patogenesis
Hasil penyelidikan klinis-imunologis dan percobaan pada binatang
menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab. Beberapa
penyelidik mengajukan hipotesis sebagai berikut :
– Terbentuknya kompleks antigen-antibody yang melekat pada membrana
basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.
– Proses autoimun kuman Streptococcus yang nefritogen dalam tubuh
menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus.
– Streptococcus nefritogen dan membrana basalis glomerulus mempunyai
komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung
merusak membrana.
8
Manifestasi klinis
Kerusakan pada ginjal sangat beragam dari hematuria mikroskopik yang
asimptomatik dengan fungsi ginjal yang normal hingga gagal ginjal akut.
Gejala yang sering ditemukan ialah hematuri/kencing berwarna merah daging.
Kadang disertai edema ringan yang terbatas disekitar mata atau diseluruh tubuh.
Edema merupakan akibat dari retensi air dan garam. Gejala nonspesifik seperti
malaise, letargi, nyeri abdomen dan demam adalah sering. Fase akut biasanya hilang
dalam 2 bulan setelah onset tetapi kelainan urin dapat menetap hingga lebih dari 1
tahun. Glomerulonefritis akut poststreptococcal asimptomatis yang ditandai dengan
hematuria mikroskopis atau proteinuria dan penurunan kadar komplemen C3
dilaporkan terjadi pada 20% kontak glomerulonefritis akut poststreptococcal.
Pasien kadang-kadang datang dengan gejala gagal jantung kongestif atau
edema paru. Hipertensi sering dijumpai bahkan terlihat ensefalopati hipertensif yang
ditunjukkan dengan adanya gejala sakit kepala, muntah, letargi, disorientasi, dan
kejang. Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan GNA pada hari I, kemudian
pada akhir minggu I menjadi normal kembali. Hipertensi ini timbul karena
vasospasme atau iskemia ginjal dan berhubungan dengan gejala serebrum dan
kelainan jantung. Oliguria serta anuria tidak jarang dikeluhkan. Gejala gastrointestinal
seperti muntah, tidak nafsu makan, konstipasi dan diare tidak jarang menyertai
penderita GNA.
Pada fase akut terjadi insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia
dan asidosis metabolik.
Pemeriksaan laboratorium
Laju endap darah meninggi, kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia
(retensi garam dan air). Pada pemeriksaan urin didapatkan jumlah urin mengurang,
berat jenis meninggi. Hematuria mikroskopis ditemukan pada 50% penderita.
Ditemukan pula albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit dan
hialin.
Albumin serum sedikit menurun. Demikian juga komplemen serum (globulin
beta-IC). Ureum dan kreatinin darah meningkat. Titer anti Streptolisin umumnya
meningkat kecuali kalau infeksi Streptococcus yang mendahuluinya hanya mengenai
kulit saja. Uji fungsi ginjal normal pada 50% penderita.
9
Dasar diagnosis
Penderita umumnya berumur lebih dari 4 tahun dan penyakit timbul biasanya
10-14 hari setelah infeksi Streptococcus β-haemolyticus grup A diluar ginjal (saluran
nafas bagian atas, kulit, telinga, dll) yang kemudian diikuti dengan terjadinya gejala
nefritis akut yang terdiri atas kelainan kemih (oliguria, hematuria, proteinuria,
silinderuria, granuler/eritrosit/leukosit, leukosituria), edema, hipertensi, sakit kepala,
kelainan biokimiawi darah karena gangguan faal ginjal (meningkatnya ASTO,
menurunnya komplemen C3 dan kadang-kadang C2 dan C4) serta kelainan
hematologik (anemia, kadang trombositopenia).
Diagnosis
Pada urinalisa terdapat sel darah merah, juga silinder eritrosit dan proteinuria,
leukosit PMN. Anemia normokrom ringan dapat timbul berkaitan dengan hemodilusi
dan hemolisis derajat rendah.
Konfirmasi diagnosis dibutuhkan untuk bukti adanya infeksi streptococcus.
Kultur spesimen tenggorok yang positif dapat mendukung diagnosis atau bahkan
membuktikan adanya karier. Harus diperiksa peningkatan kadar antibodi terhadap
Streptococcus antigen (ASTO).
Pada anak dengan sindrom nefritis akut, adanya infeksi streptococcus baru, C3
rendah, diagnosa glomerulonefritis pasca streptococcus dibenarkan dan biopsi ginjal
tidak diindikasikan.
Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan gagal ginjal akut, termasuk kelebihan cairan,
gagal jantung, hipertensi, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis,
kejang dan uremia.
1. Oliguria dan anuria dapat berlangsung 2-3 hari akibat berkurangnya filtrasi
glomerulus. Meskipun oliguria dan anuria yang lama jarang terdapat pada
anak, namun bila hal ini terjadi maka dialysis peritonium kadang diperlukan.
2. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi
diakibatkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispnoe, ortopneu, terdapatnya ronki basah,
pembesaran jantung, dan meningginya tekanan darah yang bukan saja karena
hipertensi juga karena volume plasma yang bertambah.
10
4. Anemia karena hipervolemia selain sintesis eritropoetik yang menurun.
Pengobatan
Tidak ada terapi spesifik untuk glomerulonefritis akut poststreptococcal.
1. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu
Aktivitas harus dikurangi terutama pada fase akut dimana komplikasi gagal
ginjal akut dapat timbul.
Pemberian antibiotik sistemik selama 10 hari dengan penisilin, dianjurkan
untuk membatasi penyebaran organisme nefritogenik, tidak ada bukti yang
menunjukkan pemberian antibiotik dapat mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis.
2. Dietetik
Pada fase akut, diberi makanan rendah protein (1 gr/kgBB/hari) dan rendah
garam (1 gr/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu
tinggi dan makanan biasa pada suhu normal kembali. Bila anuria atau
muntah, diberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada penderita
tanpa komplikasi, pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan sedangkan
bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria,
maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
3. Pemberian cairan dikurangi, obat antihipertensi (diuretik, ACE inhibitor)
diindikasikan untuk mengobati hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi
dari hipertensi.
4. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah dengan beberapa cara misalnya dengan dialisis peritonium,
hemodialisis, bilas lambung dan usus.
5. Diuretikum dapat diberikan untuk mengatasi retensi cairan dan hipertensi
dengan pemberian furosemid (Lasix) 1 mg/kgBB/hari.
6. Bila timbul gagal jantung maka diberikan digitalis, sedativum dan oksigen.
Progonosis
Sembuh total pada lebih dari 95% anak dengan glomerulonefritis post
streptococcal akut. Kadang, fase akut dapat sangat berat dan mengarah ke hialinisasi
glomerulus dan insufisiensi ginjal kronik. Mortalitas pada fase akut dapat dihindari
dengan penanganan yang tepat pada gagal ginjal akut atau gagal jantung dan
11
hipertensi. Kambuh sangat jarang terjadi.
Diuresis akan menjadi normal kembali dalam 7-10 hari setelah awal penyakit
dengan menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah menjadi normal
kembali. Fungsi ginjal membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal dalam waktu 3-
4 minggu. Komplemen serum menjadi normal dalam 6-8 minggu. Kelainan sediment
urin akan tetap terlihat selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada sebagian
besar penderita.
Progonosis baik dipengaruhi oleh faktor makin muda umur penderita, beratnya
gangguan faal ginjal dan penyulitnya.
Gambar 1. Glomerulonefritis akut poststreptococcal
Tabel. Summary of Primary Renal Disease That Present As Acute Glomerulonephritis
Penyakit Post Streptococcal Glomerulonephritis
(PSGN)
IgANephropathy
Membrano Proliferative
Glomerulonephritis
Idiopathic Rapidly Progressive
Glomerulonephritis (RPGN)
Gejala klinisUmur & sex Semua umur, rata-
rata 7 tahun, 2:1♂15-35 tahun, 2:1♂
15-30 tahun, 6:1♂ Rata-rata 58 tahun, 2:1 ♂
Sindrom nefritik akut
90% 50% 90% 90%
Hematuria asimptomatik
Kadang 50% Jarang Jarang
Sindrom nefrotik 10-20% Jarang Jarang 10-20%Hipertensi 70% 30-50% Jarang 25%Gagal ginjal akut 50% (transient) Sangat jarang 50% 60%Lain Masa laten 1-3
mingguMengikuti sindrom viral
Pulmonary hemorrahage; anemia def. besi
Tidak ada
Laboratorium ↑ ASO titer (70%)streptozyme (+)
↑ Serum IgA (50%)
Anti GBM antibodi (+)
ANCA (+)
12
(95%)C3-C9 normal C1, C4
IgA di kapiler dermis
Immunogenetik HLA-B12, D”EN” (9)
HLA-Bw 35, DR4 (4)
HLA-DR2 (16) Tidak ada
Renal pathology
Mikroskop cahaya Proliferasi difus Proliferasi fokal
Fokal. Difus proliferasi dengan crescents
Crescentic GN
Immunofluoresensi Granular IgG, C3 Diffuse mesangial IgA
Linear IgG, C3 Deposit imun (-)
Mikroskop elektron
Subepithelial humps
Mesangial deposits
Tidak ada deposit Tidak ada deposit
Progonosis 95% sembuh spontat
Progresif lambat 25-50%
75% stabil / membaik jika di terapi dini
75% stabil / membaik jika di terapi dini
Treatment Suportif Tidak ada Plasma exchange, steroid, cyclophosphamide
Steroid pulse therapy
GLOMERULOPATI MEMBRANOSA
Glomerulopati membranosa adalah penyebab sindrom nefrotik tersering pada
dewasa, jarang pada anak-anak dan jarang menyebabkan hematuria.
Patologi
Dengan mikroskop cahaya glomerulus menunjukkan penebalan membrana
basalis glomerulus (GMB) difus, tanpa perubahan proliferasi yang bermakna.
Patogenesis
Penelitian morfologi menunjukkan bahwa glomerulopati membranosa adalah
suatu penyakit yang diperantarai-kompleks imun.
Manifestasi klinis
13
Pada anak, glomerulopati membranosa paling lazim dijumpai pada umur
dekade kedua. Penyakitnya biasanya muncul seperti sindrom nefrotik. Namun, hampir
semua penderita menderita hematuria mikroskopis dan kadang-kadang penderita
menderita hematuria makroskopis. Tekanan darah dan kadar C3 normal.
Diagnosis
Diagnosisnya dikonfirmasi dengan biopsi ginjal. Indikasi umum untuk biopsi
meliputi adanya sindrom nefrotik pada anak berumur lebih dari 8 tahun atau adanya
hematuria atau proteinuria yang tidak terjelaskan.
Pengobatan
Glomerulopati membranosa menyembuh secara spontan pada sebagian besar
anak, walau pun ada beberapa anak yang kemungkinan mengalami hematuria
persisten.
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
Ditandai dengan demam, penurunan BB, rash, kelainan hematologist,
arthritis, keterlibatan jantung, paru, sistem saraf pusat dan ginjal.
Penyakit ginjal merupakan manifestasi LES paling sering pada anak-anak,
dan kadang-kadang merupakan manifestasi satu-satunya.
Patogenesis
Pengendapan kompleks imun disertai penyimpangan fungsi sel limfosit T dan B.
Klasifikasi nefritis lupus (WHO) didasarkan pada gambaran histopatologis :
Kelas I : nefritis (tanpa kelainan histologis)
Kelas II : lupus nefritis mesangial
IIA : ringan
IIB : sedang
14
Kelas III : glomerulonefritis lupus fokal segmental
Kelas IV : nefritis lupus proliferatif difus (paling sering dan paling berat)
Kelas V : nefritis lupus membranosa (paling jarang ditemukan)
Manifestasi renal
Kelas II dan kadang-kadang kelas III : hematuria, proteinuria < 1 g/24 jam,
fungsi ginjal normal.
Sebagian kelas II dan seluruh kelas IV : hematuria dan proteinuria dengan
menurunnya fungsi ginjal, sindroma nefrotik/gagal ginjal akut.
Kelas V : umumnya menderita sindroma nefrotik.
Diagnosis
ANA (+) dan bereaksi dengan ds (double stranded) DNA, nC3 dan C4 turun
kadarnya.
Biopsi ginjal harus dilakukan karena tidak ada korelasi antara manifestasi
klinis dengan parahnya kelainan ginjal.
Terapi
Imunosupresif (prednison atau azathiopirine)
Prognosis
Tergantung terapi dan relaps.
GLOMERULONEFRITIS MEMBRANOPROLIFERATIF
(MESANGIOKAPILER)
Glomerulonefritis membranoproliferatif merupakan penyebab tersering
glomerulonefritis kronis pada anak dan dewasa. Glomerulonefritis kronis adalah suatu
cidera glomerulus yang terjadi terus menerus yang seringkali menimbulkan kerusakan
glomerulus dan gagal ginjal tahap akhir.
Patologi dan patogenesis
Glomerulonefritis membranoproliferatif dibedakan dari bentuk
glomerulonefritis kronis lainnya dengan ditemukannya hipokomplementemia, tapi
tidak semua penderita hipokomplementemia. Diuraikan menjadi 3 tipe histologis :
15
Tipe I : Bentuk yang paling lazim
Glomerulus menampakkan pola lobuler yang menonjol, karena adanya
penambahan menyeluruh pada sel dan matriks mesangium.
Dinding kapiler glomerulus tampak menebal, di beberapa berduplikasi
atau membelah karena adanya interposisi sitoplasma dan matriks
mesangium diantara sel endotel dan GBM.
Bulan sabit mungkin ada, bila terdeteksi pada sebagian besar
glomerulus berarti prognosis buruk.
Tipe II : Perubahan mesangium kurang menonjol daripada Tipe I, dinding
kapiler menebal seperti pita tidak teratur, karena padatnya endapan.
Jarang ada pembelahan membran tetapi sering ada bulan sabit.
Endapan yang ditemukan di kapsula bowman, mesangium, membran
basalis tubulus.
Tipe III: Mikroskop elektron menampakkan endapan subepitel dan subendotel
berdampingan disertai perpecahan dan perlapisan bagian lamina densa
membrana basalis.
Manifestasi klinis
Sebagian besar penderita datang dengan sindrom nefrotik lainnya dengan
hematuria makroskopis atau hematuria mikroskopis, tidak bergejala dengan
proteinuria. Fungsi ginjal dapat normal sampai menurun. Sering terdapat hipertensi.
Kadar C3 dapat menurun.
Sebagian besar pasien terserang setelah berusia 6 tahun, tetapi waktu yang
tepat dari saat onset sulit dipastikan.
Diagnosis
Urinalisis menunjukkan gambaran spesifik penyakit glomerulus yaitu
hematuria, proteinuria, dan silinder eritrosit/abnormal. Gambaran laboratorik sindrom
nefrotik dapat terlihat dengan fungsi ginjal yang normal atau menurun. Kadar C3
yang rendah terlihat pada hampir 60% kasus pada saat diagnosis ditegakkan. Indikasi
biopsi ginjal sebagai penegakkan diagnosis meliputi terjadinya sindrom nefrotik pada
anak umur lebih dari 8 tahun atau hematuria mikroskopik dan proteinuria menetap.
16
Terapi
Tidak ada terapi definitif, tetapi stabilisasi perjalanan klinis telah dilaporkan
pada beberapa penderita yang mendapatkan terapi prednison selang sehari jangka
lama.
Progonosis
Untuk semua tipe penyakit membranoproliferatif progonosis buruk, menjadi
gagal ginjal tahap akhir.
Gambar Glomerulonefritis mesangiokapiler
GLOMERULONEFRITIS PROGRESIF CEPAT (BULAN – SABIT)
Merupakan bentuk glomerulonefritis yang kelainan penyatuannya adalah
adanya bulan sabit pada sebagian besar glomerulonefritis. Riwayat alamiahnya pada
kebanyakan bentuk adalah penjekan cepar sampai gagal ginjal tahap akhir.
Patologi dan patogenesis
Bulan-sabit ditemukan pada sebelah dalam kapsul Bowman dan terdiri dari
sel-sel epitel kapsul yang berproliferasi, dan fibrin, bahan seperti membrana basalis,
serta makrofag. Kadar C3 normal.
17
Manifestasi klinis
Sebagian besar penderita berkembang gagal ginjal akut, seringkali setelah
episode nefritis atau nefrosis akut. Penjelekan menjadi gagal hinjal tahap-akhir
menyertai dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah mulainya penyakit.
Diagnosis
Pemeriksaan serologis yang tepat (ANA, C3, titer anti-DNAse B) harus
dilakukan untuk menentukan tipe glomerulonefritis. Granulomatosis Wegener dan
poliarteritis pascastreptokokus dapat sembuh secara spontan, diagnosis dikonfirmasi
dengan biopsi ginjal.
Progonosis dan pengobatan
Anak yang sedang menderita penyakit progresif cepat disertai dengan
glomerulonefritis pascastreptokokus dapat sembuh secara spontan.
Progonosisnya jelek untuk tipe glomerulonefritis progresif cepat lainnya,
meskipun beberapa penderita telah dilaporkan membaik dengan terapi kombinasi
bolus metilprednison, siklofosfamid oral, dan kemungkinan plasmaferesis.
GLOMERULONEFRITIS PADA PENYAKIT KRONIS
Glomerulonefritis diketahui dapat terjadi dalam perjalanan berbagai penyakit
infeksi kronis seperti : endokarditis bakterialis (streptococcus viridans), shunt
ventriculoatrial (untuk hidrosefalus) yang terinfeksi oleh staphylococcus
epidermidis, sifilis, hepatitis B, hepatitis C, candidiasis dan malaria.
Terjadi karena konsentrasi antigen dalam sirkulasi yang tinggi membuat
formasi kompleks imun dengan antibodi yang kemudian terdeposisi pada
membrane glomerulus.
Manifestasi klinis sesuai nefritis akut atau sindroma nefrotik.
Kadar C3 umumnya turun.
Eradikasi infeksi sebelum terjadi kerusakan yang berat pada glomerulus dapat
menyebabkan perbaikan glomerulonefritis. Dapat terjadi progresi sampai
gagal ginjal.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. IImu Kesehatan Anak. Dalam Kapita selekta Kedokteran edisi ketiga;
Jakarta : Media Aesculapius, 2000, hal.525-539.
2. Acute Glomerolunephritis. In Nelson Textbook of Pediatrics 16th edition Part
XXII section 2 chapter 519
3. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Glomerulonefritis akut. Dalam
Buku Ilmu Kesahatan Anak, Jilid II, Balai Pustaka FKUI, Jakarta, hal. 835-839
4. Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede S, Glomerulonefritis dalam
buku ajar nefrologi anak, edisi ke 2, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta 2002
19