12026-4-455953463457

13
S EJARAH DAN PERKEMBANGAN PERMUKIMA N D A L A M S T R U K T U R T A T A R U A N G K O T A SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA & PERM. DI INDONESIA Perkembangan perumahan di perkotaan merupakan bagian dari perkembangan perkotaan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor seperti ekonomi, sosial budaya, politik, teknologi dan keadaan alam perkembangan perumahan di perkotaan akan lebih mudah dimengerti dengan menguraikan terlebih dahulu perkembangan perkotaan di Indonesia sebagai dampak dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Kota dapat menunjukkan ciri dari berbagai zaman dan budaya yang mempengaruhinya. Sepanjang perkembangan sejarah, kota berkembang mengikuti perkembangan penduduknya. Kota tumbuh menjadi lebih besar (berkembang dari permukiman pedesaan yang sudah ada atau dengan membangun kota baru). Kota dapat mengalami kemunduruan (Banyumas di Jawa Tengah, Situbondo dan Bondowoso di Jawa Timur. Kota dapat lenyap sama sekali (ditinggal oleh penduduknya; hancur akibat perang, bencana alam, atau akibat mundurnya kegiatan ekonomi yang mendukungnya). Kota-kota tua di Indonesia sulit dikenali bahan bangunan tidak tahan lama (kayu, bambu, daun-daunan) dan jalan tidak diperkeras dengan konstruksi yang tidak tahan lama jika ditinggalkan penduduknya umumnya sulit dikenali lokasinya yang pasti dan pola kotanya. ciri utama kota kuno yang masih dapat dikenali hasil catatan orang Indonesia, Eropa, Cina, dan India adalah : kerajaan Sriwijaya, Tarumanegara, dan Majapahit. Kota-kota tua yang masih dapat dilihat bekasnya dan dapat dipelajari sisa-sisanya adalah kota-kota yang dibangun setelah masuknya Agama Islam ke Indonesia dan kota-kota setelah kedatangan orang-orang Eropa (terutama bangsa Belanda). PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Joni Hardi MT. PERENCANAAN PEMUKIMAN 1

Upload: ijing-musridin

Post on 23-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

qq

TRANSCRIPT

Page 1: 12026-4-455953463457

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERMUKIMAND A L A M S T R U K T U R T A T A R U A N G K O T A

SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA & PERM. DI INDONESIA

Perkembangan perumahan di perkotaan merupakan bagian dari perkembangan perkotaan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor seperti ekonomi, sosial budaya, politik, teknologi dan keadaan alam perkembangan perumahan di perkotaan akan lebih mudah dimengerti dengan menguraikan terlebih dahulu perkembangan perkotaan di Indonesia sebagai dampak dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Kota dapat menunjukkan ciri dari berbagai zaman dan budaya yang mempengaruhinya. Sepanjang perkembangan sejarah, kota berkembang mengikuti perkembangan penduduknya. Kota tumbuh menjadi lebih besar (berkembang dari permukiman pedesaan yang sudah ada atau dengan membangun kota baru). Kota dapat mengalami kemunduruan (Banyumas di Jawa Tengah, Situbondo dan Bondowoso di Jawa Timur. Kota dapat lenyap sama sekali (ditinggal oleh penduduknya; hancur akibat perang, bencana alam, atau akibat mundurnya kegiatan ekonomi yang mendukungnya).

Kota-kota tua di Indonesia sulit dikenali bahan bangunan tidak tahan lama (kayu, bambu, daun-daunan) dan jalan tidak diperkeras dengan konstruksi yang tidak tahan lama jika ditinggalkan penduduknya umumnya sulit dikenali lokasinya yang pasti dan pola kotanya. ciri utama kota kuno yang masih dapat dikenali hasil catatan orang Indonesia, Eropa, Cina, dan India adalah : kerajaan Sriwijaya, Tarumanegara, dan Majapahit.

Kota-kota tua yang masih dapat dilihat bekasnya dan dapat dipelajari sisa-sisanya adalah kota-kota yang dibangun setelah masuknya Agama Islam ke Indonesia dan kota-kota setelah kedatangan orang-orang Eropa (terutama bangsa Belanda).

Perkembangan kota dibagi secara kronologis kedalam empat masa : masa sebelum kedatangan bangsa Belanda, masa sejak kedatangan bangsa Belanda sampai berakhirnya Pemerintahan VOC (“Verenigde Oost – Indische Compagnie”), masa pemerintahan Hindia Timur Belanda sampai ke pengakuan kedaulatan, masa Republik Indonesia merdeka penuh perkembangan perkotaan membawa dampak pada perkembangan permukiman dari masa ke masa.

KOTA & PERMUKIMAN SEBELUM MASUKNYA PENGARUH EROPA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 1

Page 2: 12026-4-455953463457

Masa sebelum masuknya pengaruh Eropa (khususnya kebudayaan Belanda) Kota-kota di Indonesia tumbuh dan berkembang di bawah pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha, disusul kemudian oleh kebudayaan Islam.

Kota-kota tersebut pada umumnya merupakan pusat-pusat kerajaan atau perdagangan : Muarakaman, Tarumanegara, Majapahit, Mataram, Banten, Tuban, Sriwijaya, Samudera Pasai, Perlak, Jailolo, Todore, Ternate, Bacan, dan Makasar.

Kebanyakan pola tata ruang kota-kota kerajaan di Jawa (seperti : pola kota kerajaan Yogyakarta dan Surakarta) mengikuti suatu pola dasar dengan memeperhatikan empat arah mata angin yaitu arah Utara, Selatan, Barat dan Timur serta dengan suatu anggapan bahwa kota merupakan sesuatu organisme yang hidup, seperti manusia (Johan Silas, 1981) penyusunan tata ruang mengikuti tubuh manusia :

Utara : tempatnya kepala (menunjukkan hal-hal yang resmi dan kebesaran).

Selatan : letak kaki dan kelamin (menunjukkan kekeluargaan atau keturunan).

Timur : arah matahari terbit dan melambangkan tangan kanan (menunjukkan kerja atau yang berhubungan dengan keduniawian).

Barat : arah matahari terbenam dan melambangkan tangan kiri (menunjukkan kejiwaan rohaniah dan bersifat sakral)

Tengah : tempat jantung (menunjukkan pusat kehidupan atau tempat berdirinya pusat pemerintahan/ kraton).

Konsep tata ruang kota yang berada di bawah pengaruh kebudayaan Hindu masih dapat dilihat pada pola perkampungan dan kota-kota kecil di Bali. Konsep Tri Hita Karana.

Arah Laut : letak kuburan atau tempat yang kotor (pemandian umum).

Arah Gunung Agung : tempat paling suci (Hindu Bali) Antara L dan GA : pembangunan perumahan. Tempat yang jauh dari GU tetapi dekat dengan gunung

yang lain, dapat diadakan penyesuaian dalam penempatan pura.

Kampung di Bali dianggap sebagai makhluk yang hidup Jantung (lapangan) terletak di tengah

kampung dan ditanami pohon beringin (pohon keramat).

Dalam area persegi empat tersebut ditempatkan pura, puri (rumah kepala kampung), pasar, wantilan (rumah tempat

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 2

Page 3: 12026-4-455953463457

berkumpul) dan kulkul (menara tempat menggantung kentongan).

Di sekitar lapangan dibangun permukiman penduduk, yang dikelilingi oleh tanah pertanian.

KOTA DAN PERMUKIMAN SETELAH MASUKNYA PENGARUH EROPA

Kota-kota sebelum kedatangan bangsa Eropa, dapat dikelompokkan atas dua : Kota Pantai

pusat perdagangan regional dan internasional yang memiliki pelabuhan.

Tinggal orang-orang dari berbagai suku dan bangsa, berkelompok secara terpisah (masing-masing dipimpin oleh ketua kelompok dan tunduk pada raja/sultan).

Kota Pantai berpusat di alun-alun (di sebelah Barat alun-alun terdapat masjid, disebelah Selatannya keraton, di sebelah timur terdapat pasar.

Di sekitar alun-alun dan bangunan utama terdapat perumahan bangsawan.

Rumah-rumah rakyat mengelilingi rumah para bangsawan.

Kadangkala kotanya dikelilingi oleh tembok pengaman dan parit.

Perkampungan orang asing ditempatkan di luar tembok tersebut (contoh : kota Kerajaan Banten).

Kota ini dapat mati apabila terjadi pendangkalan atau makin besarnya kapal-kapal yang digunakan.

Kota Pedalaman : terutama terdapat di Jawa

(Tarumanegara, Mataram, dan Majapahit).

pusat pemerintahan kerajaan dan pusat pengembangan budaya atau tradisi dan agama (dikembangkan oleh kaum bangsawan).

ditunjang dengan kegiatan pertanian.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 3

Page 4: 12026-4-455953463457

Perdagangan hasil pertanian (bahan makanan) melalui kota-kota pantai dengan alat transpor sungai atai pedati.

Berpusat di istana dengan alun-alunnya (seperti kota pantai).

Bangunan keagamaan dikelilingi oleh tempat tinggal para bangsawan dan pemimpin agama.

Di sekelilingnya terdapat tempat tingal para pengrajin.

Para pedagang asing di tempatkan di luar kota bersama penduduk golongan miskin (para petani bertempat tinggal lebih jauh dari pusat kota).

Kota pedalaman di Sumatera kegiatan pertanian sangat sedikit (dibangun di sekitar muara sungai).

Penentuan lokasi dan perencanaan kota dilakukan oleh raja-raja (termasuk keputusan untuk memindah suatu kota/kerajaan).

Tanah pada masa ini belum merupakan masalah.

Kedatangan bangsa Eropa (Belanda) membawa perubahan kepada perkembangan kota-kota di Indonesia :

Memerangi raja-raja pribumi dan menghancurkan kota kerajaannya.

Membangun kota sebagai benteng pertahanan serta pusat perdagangan dan pemerintahannya (pangkalan pertama Ambon/Benteng Victoria dan Ternate/ Benteng Oranje).

Karena kuang strategis, tahun 1609 Belanda menyerang dan menghancurkan Jayakarta dan membangun Kota Batavia dengan pola kota-kota di negeri Belanda. Batavia adalah sebuah benteng yang dibangun di sebelah timur Sungai Ciliwung. Bentuk kotanya kurang lebih persegi empat dan di setiap sudutnya di bangun bastion (ditempatkan meriam).

Kota Batavia dikelilingi dengan tembok dan dijadikan pusat pemerintahan VOC serta tempat tinggal VOC. Di kanan kiri kanal-kanal yang dibuat dibangun rumah-rumah seperti rumah-rumah disepanjang kanal-kanal di Amsterdam.

Kota Batavia membentang dari pantai (Pasar Ikan) sampai dengan Stasiun Kota sekarang. Kota dibagi menjadi dua bagian oleh Kali Besar.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 4

Page 5: 12026-4-455953463457

Bagian Barat untuk tempat tinggal golongan rendahan (kebanyakan orang Portugis dan Cina) serta pasar daging, buah-buahan, ikan, dan gudang bahan makanan.

Bagian Timur terdapat Stadshuis (museum Fatahilah sekarang) dan pemukiman orang-orang kaya dengan taman yang luas.

Orang-orang Belanda tinggal di dalam tembok, sedangkan orang-orang pribumi tinggal di kampung-kampung di luar tembok. Karena kondisi makin padat, orang-orang Belanda pindah ke arah Selatan yang lebih dingin dan sejuk di Weltevreden (Lapangan Banteng sekarang) dan Jacatra Weg (Jalan Pangeran Jayakarta sekarang dan berakhir dekat kali Ciliwung) serta Buitenzorg (sekarang kota Bogor). Sungai Ciliwung dijadikan halaman belakang dan digunakan sebagai tempat pemandian dan pangkalan perahu.

Daendels memindahkan kantor-kantor pemerintah dari Batavia ke Weltevreden dengan membangun istana baru di Lapangan Banteng. Di sekeliling Lapangan Banteng di bangun perumahan opsir Belanda dan tangsi militer. Lapangan Gambir dijadikan tempat latihan militer. Di sekitar lapangan Gambir dibangun dan bermunculan vila-vila dengan pekarangan yang luas. Daerah Rijkswijk (Jalan Veteran) dikosongkan dari orang-orang Indonesia dan Cina dan diperuntukkan untuk orang-orang Eropa. Daerah tersebut dibangun hotel dan rumah para opsir, dan kemudian sebagian (Jalan Mojopahit) berubah menjadi pusat perbelanjaan orang-orang Belanda. Pada awal abad XX, Weltevreden diperluas dengan pemukiman mewah di Menteng dan Gondangdia.

Terjadi pencampuran budaya Belanda-Indonesia yang disebut Indische Cultuur (bukan Belanda dan bukan Indonesia). Dengan adanya keluarga-keluaga bangsa Belanda, masyarakat terbagi dalam empat golongan yaitu : golongan Belanda, golongan Indo Eropa, golongan Cina dan Arab, serta golongan pribumi.

Kota lama yang ditinggal kemudian ditempati oleh orang Indonesia dan Cina. Sejak pemberontakan Cina pada tahun 1740, daerah Glodog ditetapkan Kompeni sebagai pusat perkampungan Cina (Pecinan). Di sebelah Timut Batavia terdapat kubu pertahanan (Ancol) dan di sebelah Selatannya terdapat pos keamanan (Harmoni dan Pintu Air).

Orang-orang Belanda mendominasi kota. Orang-orang Indonesia yang tinggal di kampung-kampung makin terdesak ke daerah pinggiran, terutama yang tinggal di sepanjang jalan-jalan utama. Kondisi daerah pinggiran kekurangan prasarana dan sarana lingkungan, sehingga kondisinya kumuh. Kekurangan rumah mulai di rasakan. Orang-orang pribumi yang mencari pekerjaan di kota semakin memadati permikiman kumuh tersebut. Undang-undang Desentralisasi (awal abad 20) mengatur kotamadya otonom ubtuk masyarakat Eropa. Baru pada tahun 1918 Pemerintah Kotamadya diizinkan untuk mengatur kampung-kampung pribumi. Tahun 1927 Pemerintah Kotamadya memulai kegiatan perbaikan kampung untuk memperbaiki darah kumuh.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 5

Page 6: 12026-4-455953463457

Orang yang paling banyak pengaruhnya dalam perancangan kota di Indonesia adalah Thomas Karsten (datang tahun 1914 sebagai seorang arsitek). Ia menyiapkan rencana kota yang lengkap mencakup : rencana umum, rencana rinci dan peraturan bangunan bagi Pemerintah Kota (tahun 1929 menetapkan Garis Sempadan Bangunan dan tahun 1940 menyusun pedoman perancangan kota untuk Indonesia). Menurut Karsten, perancangan kota merupakan upaya untuk membentuk kota secara organis. Pertumbuhan kota secara alamiah dapat merugikan kepentingan umum (dari aspek estetika dan kesehatan). Pembagian kota berdasarkan ekonomi, bukan berdasarkan ras atau etnis.

Perkembangan kota yang pesat didukung oleh perkembangan teknik angkutan.

Semula berupa kahar, sado, dan delman.

Tahun 1869 terdapat trem yang ditarik kuda dengan rute Kota – Harmoni - Tanah Abang – Mester (Jatinegara).

Tahun 1875 diresmikan penggunaan kereta api lintas Tanjung Priok – Jakarta Kota, Tanjung Priok – Gambir -Jatinegara dan Jatinegara – Jakarta Kota.

Tahun 1925 beroperasi kereta listrik jurusan Tanjung Priok – Jatinegara, Jatinegara – Manggarai, Tanjung Priok – Jakarta Kota – Gambir – Manggarai, dan Kebayoran – Jakarta Kota. Terakhir dibuka lintasan menuju Bogor.

Tahun 1890 muncul kendaraan pribadi berupa sepeda.

Tahun 1903, mobil pertama muncul di Batavia, dan terus bertambah menjadi angkutan taksi.

Pada zaman Hindia Belanda muncul tipe kota yang bersifat khusus yaitu kota yang dibangun dan dikembangkan untuk melayani kebutuhan para pemilik perkebunan terutama di Jawa dan Sumatera untuk bersantai di akhir pekan. Kota ini dilengkapi dengan hotel-hotel mewah serta tempat-tempat hiburan (contoh : Bandung, Sukabumi, Tebing Tinggi).

Zaman pendudukan Jepang yang relatif lebih singkat tidak terjadi perkembangan baru karena perhatiannya lebih dicurahkan untuk memenangkan perang.

KOTA & PERM. PADA MASA PEM. HINDIA TIMUR S/D BERDAULAT

Pada awal perang kemerdekaan, setelah Jepang dikalahkan oleh Sekutu pada tahun 1945, banyak kota-kota besar yang dibakar dan ditinggalkan oleh penduduknya mengungsi ke kota-kota kecil.

Pembangunan kota pada awal pengakuan kedaulatan, tidak banyak yang dilakukan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 6

Page 7: 12026-4-455953463457

Untuk merehabilitasi kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat perang, Belanda mengeluarkan Stads Vormings Ordonansi pada tahun 1948 dan Stads Vormings Verordening sebagai peraturan pelaksanaannya.

Belanda mulai mempersiapkan pembangunan kota baru di kebayoran, sebelah Selatan Jakarta, untuk tempat tinggal para pegawai dan menampung pertumbuhan penduduk Jakarta. Namun kota tersebut belum sempat dibangun karena adanya penyerahan kedaulatan pada tahun 1949. Pembangunan kota baru ini dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia pada awal tahun lima puluhan.

KOTA & PERMUKIMAN PADA MASA KEMERDEKAAN

Terjadinya pemberontakan di beberapa daerah (Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera, Sulawesi Utara, dan Maluku) menyebabkan terjadinya pengungsian besar-besaran ke kota-kota besar. Mereka membentuk perkampungan baru yang padat tanpa dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, sehingga membentuk permukiman kumuh.

Perumahan yang teratur dibangun oleh Pemerintah bagi para pegawai negeri yang terus bertambah atau oleh perusahaan-perusahaan besar untuk karyamawannya. Perumahan-perumahan ini umumnya dibangun di daerah pinggiran kota. Di beberapa kotamadya misalnya Bandung menyediakan Kapling Siap Bangun bagi masyarakat yang memerlukan dengan jumlah yang terbatas.

Setelah gangguan keamanan mereda, penduduk yang sudah masuk kota tidak mau kembali ke desanya, bahkan urbanisasi terus bertambah karena mereka berharap akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. keadaan bertambah buruk dengan sulitnya kondisi ekonomi (inflasi sekitar 600 %).

Penduduk asli kota yang memiliki tanah (pertanian) yang luas membangun rumah-rumah petak kontrakan untuk pendatang baru.

Selain Kebayoran baru, banyak lagi kota-kota baru lainnya yang dibangun, baik dai lokasi baru maupun dari perluasan kota kecil yang sudah ada sebelumnya.

Kota tempat tinggal/dormitory town (terdiri dari perumahan dengan berbagai fasilitas pelayanannya, tempat kerja berada di luar kota tersebut)

Kota mandiri (disamping menyediakan perumahan, kota etrsebut juga menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduknya seperti : industri, perdagangan, perkantoran.

Contoh kota baru yang tumbuh di sekitar Jakarta : Kebayoran Baru, Depok, dan Serpong; sekitar Bandung : Cileunyi; Surabaya : Driorejo.

Pada awal tahun 1970an pihak swasta mulai membangun perumahan yang direncanakan dengan baik, namun baru terbatas kepada bangunan-bangunan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 7

Page 8: 12026-4-455953463457

mewah. (Pondok Indah) Pemerintah memberlakukan konsep pembangunan 1 : 3 : 6 (luas 36 s/d 72 m2, kepemilikan dengan KPR BTN).

Karena kenaikan harga rumah tidak sebanding dengan kenaikan penghasilan masyarakat, maka pada tahun 1980 an diperkenalkan rumah inti dengan luas yang lebih kecil lagi yaitu : 18 m2, 15 m2, 12 m2. Luas kapling yang tadinya 90 m2 diperkecil menjadi 60 m2. terjadi perombakan bangunan turn over!

Lokasi pembangunan perumahan berpencar-pencar (‘enclaves’) sehinga menimbulkan kepadatan lalu lintas, banjir atau genangan air hujan, masalah perbaikan dan pemeliharaan prasarana.

Karena keterbatasan tenaga dan dana, baik Pemerintah maupun masyarakat, kota berkembang secara tidak terkendali.

pola penggunaan tanah dan pola jalannya menjadi kurang teratur dan semrawut.

banyak tumbuh perkampungan yang padat dan kumuh.

Perkembangan kota yang melebar dengan cepat menyebabkan mahalnya biaya investasi serta operasi dan pemeliharaan prasarana, sarana, fasilitas dan utilitas kota.

Kota baru ‘dormitory town’ (contoh : Kebayoran Baru dan Depok) hanya memecahkan kekurangan perumahan, namum menimbulkan masalah baru yaitu : kemacetan lalu lintas terutama jalan masuk ke kota kota baru mandiri. (contoh : Serpong dan Driorejo).

Rumah susun sebagai solusi kebutuhan perumahan daerah perkotaan yang lahannya terbatas jumlahnya masih sedikit (semula dibangun Pemerintah untuk pegawai awal tahun 1980 an baru muncul rumah susun sedehana untuk masyarakat berpenghasilan rendah. solusi peremajaan permukiman kumuh.

Rumah susun mewah yang disediakan untuk golongan masyarakat berpenghasilan tinggi (terutama untuk orang asing yang bekerja di Indonesia) dibangun oleh swasta di awal tahun 1990 an. Rumah susun mewah ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi, dan tersedia fasilitas rekreasi dan olah raga.

SEJARAH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI DUNIA

MASA PRASEJARAH

Sejarah pemukiman dimulai dari elemen inti yang paling kecil yaitu rumah. Pada masa pra sejarah rumah merupakan :

tempat untuk menyelamatkan diri dari bahaya (binatang, manusia, dan alam/cuaca).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 8

Page 9: 12026-4-455953463457

tempat menetap semntara dan selalu berpindah-pindah (nomaden) berdasarkan migrasi hewan buruan dan panen bahan makanan (manusia mengumpulkan bahan makanan dari alam).

bentuk hunian masih berupa goa dan pohon.

Perkembangan selanjutnya manusia mulai membuat hunian sendiri dengan memanfaatkan kulit hewan dan kayu yang diberi rangka yang mudah dibongkar pasang dipakai oleh suku Indian di Amerika pada abad 19 SM.

Selain itu rumah dibuat dengan menggali tanah dan atap dari kulit hewan pemburu Mamont (sejenis gajah di masa pra sejarah) di daerah Tundra Rusia.

Pola hidup dari pengumpul bahan makanan berkembang menjadi petani dan peternak

berpengaruh pada bentuk hunian bentuk rumah menjadi lebih permanen dan mulai terbentuk

desa yang merupakan kumpulan dari beberapa rumah karena manusia hidup menetap di suatu daerah. adanya taman yang menjadi pusat dari kelompok rumah tersebut (taman dalam/’courtyard’) rumah mengelilingi jalan cikal bakal kota.

pada masa ini rumah terdiri dari satu ruangan dengan jendela yang kecil, konstruksi dari bata lumpur

rumah berkembang dengan penambahan ruang penyimpanan dan ruang tidur (rumah menjadi tempat tinggal dan bekerja) desa merupakan tempat untuk tinggal dan bekerja.

MASA YUNANI DAN ROMAWI

Pada masa Yunani, rumah tetap menghadap ke dalam, tetapi bagian dalam tersebut dimodifikasi dengan penambahan kolom-kolom yang mengelilingi taman dan adanya altar sebagai tempat pemujaan.

Terdapat pemisahan antara ruang publik untuk pria dan wanita. (masa itu wanita dianggap sebagai warga negara kelas dua).

Pada masa Romawi, rumah tetap diorientasikan ke dalam dengan penambahan jendela yang lebih banyak dan dibuat lebih rumit. Pintu masuk dibuat lebih menonjol dengan penambahan hiasan. Di samping itu bangsa Romawi membuat taman sekunder yang digunakan hanya untuk penghuni rumah yang dikelilingi oleh ruang pribadi (ruang tidur, ruang makan, dan ruang keluarga).

Bangsa Romawi mengenal rumah bertingkat untuk memenuhi pertumbuhan penghuninya. pembangunan apartemen berlantai 6 – 7 dan bentuk bangunan ini mendominasi rumah-rumah pada kota-kota Romawi.

MASA ABAD PERTENGAHAN (MEDIEVAL)

Pada masa medievel, perdagangan hasil pertanian menciptakan kota-kota kecil yang memiliki benteng karakter kota medievel.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 9

Page 10: 12026-4-455953463457

Bentuk baru dari rumah adalah berbentuk 2 lantai dimana lantai 1 merupakan tempat untuk berusaha (seperti kantor, toko dan gudang), dan di lantai atasnya untuk tempat tinggal.

Orientasi rumah menghadap ke jalan, bukan lagi ke bagian dalam

Pertumbuhan kota membuat masyarakat membangun rumah yang saling berdempetan sepanjang jalan.

Rumah sangat bergantung pada cahaya dan sirkulasi udara dari muka dan belakang rumah

Pada akhir masa pertengahan (abad 19) tercipta prototipe rumah yang dipakai oleh keluarga tunggal yauti rumah deret.

MASA RENAISSANCE

Kaum bangsawan mulai membuat rumah dengan satu fungsi yang menjadi karakter rumah di masa modern, dengan terpisahnya tempat kerja dan rumah.

Tampilan rumah pada masa itu adalah jendela kaca yang besar dan pemakaian fasade yang seragam berbentuk hiasan garis-garis lurus, jendela dan pintu.

MASA INDUSTRIALISASI

Ekonomi berdasarkan manufaktur dan pergerakan yang dinamis.

Pemisahan rumah dan tempat kerja merata pada semua lapisan masyarakat.

Pertumbuhan daerah bisnis di tengah kota membuat daerah perumahan tergeser ke arah luar kota, sehingga menyebabkan terjadinya variasi tempat tinggal rumah bergaya victorian (jumlah ruangan banyak, sehat, nyaman) VS rumah di daerah kumuh (satu rumah ditinggali oleh beberapa keluarga, tidak permanen, kurang sehat, tidak nyaman).

Perkembangan teknologi membawa pengaruh pesat pada bentuk dan lokasi rumah penemuan baja dan elevator pembangunan apartemen berlantai banyak. penemuan angkutan massal dan mobil menyebabkan lokasi rumah berlaih ke pinggiran kota. rumah-rumah bermassa tunggal penambahan ruang garasi untuk tempat penyimpanan mobil.

MASA MODERN

Perumahan di masa modern merupakan produk dari perkembangan permukiman pada masa sebelumnya.

Adanya keseragaman bentuk rumah (rumah bermassa tunggal, rumah deret, apartemen).

Adanya beberapa orientasi baik ke jalan maupun ke taman dalam.

Fungsi rumah bervariasi (rumah sebagai tempat tinggal atau rumah sebagai tempat tinggal dan bekerja).

Lokasi perumahan bervariasi baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 10

Page 11: 12026-4-455953463457

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir.Joni Hardi MT.

PERENCANAAN PEMUKIMAN 11