12 fuad amirudin z tugas pkp
DESCRIPTION
huhuhujojojTRANSCRIPT
2011
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Fuad Amirudin Z. 2B 12
WELFARE STATE DAN PENDIDIKAN DI INDONSIA
Welfare State (Kemakmuran Negara) jika diterjemahkan secara harfiah adalah kemampuan Negara untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan memajukan pendidikan. Apakah anggaran di Indonesia sudah cukup untuk pendidikan, akan diulas sebagai berikut.
Welfare State dan Pendidikan di Indonesia 2
1. PENGERTIAN WELFARE STATE
Welfarestate atau negara kesejahteraan adalah negara yang pemerintahannya
menjamin terselenggaranya kesejahteraan rakyat. Dalam mewujudkan kesejahteraan
rakyatnya harus didasarkan pada lima pilar kenegaraan, yaitu : Demokrasi (Democracy).
Penegakan Hukum (Rule of Law), perlindungan Hak Asasi Manusia, Keadilan Sosial (Social
Juctice) dan anti diskriminasi.
“The welfare state is an attempt to break away from the stigma of the Poor Law. It was not
designed for the poor; it was supposed to offer social protection for everyone, to prevent
people from becoming poor.” - Paul Spicker, Poverty and the Welfare State: Dispelling
the Myths (2002: 6)
Terjemahan bebas dari Welfare State adalah Negara Kesejahteraan. Secara denotatif
arti Negara Kesejahteraan adalah sesuatu yang tidak mungkin. Kenapa tidak mungkin,
jawabannya adalah, Negara adalah sesuatu Badan Publik yang abstrak. Sama seperti sebuah
perusahaan yang memiliki karyawan, dimana remunerasi yang didapatkan oleh karyawan
tersebut sangat mencukupi. Apakah perusahaannya yang sejahtera, tentu tidak, karena
sebenarnya, karyawan tersebutlah yang sejahtera.
Demokrasi artinya bahwa segala proses pengambilan keputusan yang menyangkut
hidup orang banyak dan kenegaraan harus melibatkan rakyat. Rule of law (penegakan
hukum), terciptanya penegakan hukum yaitu tersedianya hukum positif yang adil dan adanya
law enforcement. Perlindungan HAM (terjamin Hak Asasi Manusia), yaitu adanya jaminan
terhadap Hak Asasi Manusia dan adanya sistem politik yang diterapkan berdasarkan standar
demokrasi yang terukur. Keadilan Sosial, yaitu terlaksananya distribusi ekonomi yang
menjangkau semua lapisan secara adil. Anti diskriminasi, yaitu memberlakukan semua orang
sama dalam segala hal terutama dihadapan hukum. Welfarestate seperti itulah itulah yang
diimpikan oleh semua orang.
Menurut Muchtar Pakpahan, dalam artikel “Welfare State di Indonesia”
http://www.muchtarpakpahan.com/2010/02/welfarestate-di-indonesia.html. Ada Sembilan
program dasar yang mewujudkan kesejahteraan rakyat banyak. Kesembilan program tersebut
adalah suatu hal yang logis, rasional dan terukur. Salah satunya adalah Sistem Pendidikan
Wajib Negara menerapkan sistem pendidikan wajib atau Compulsory Education
System. Dengan sistem ini, semua anak diwajibkan bersekolah hingga SLTA atau usia 19
tahun atas tanggungan negara. Yang pada gilirannya semua penduduk Indonesia wajib
Welfare State dan Pendidikan di Indonesia 3
melampaui pendidikan SLTA. Agar sistem ini berjalan baik dan mutu pendidikan pun baik,
guru ditempatkan menjadi profesi terhormat dan penerima gaji tertinggi.
2. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PENDIDIKAN
Bila bicara tentang pendidikan sering diartikan sempit oleh masyarakat, yaitu hanya
terbatas sekolah, kuliah dan sarana prasarananya saja. Dalam pembangunan nasional
pendidikan memiliki pengertian yang luas, yaitu sebuah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukannya dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan
demikian, dalam penyelenggaraannya pendidikan harus memiliki prinsip bahwa
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Berdasarkan definisi pendidikan di atas maka pendidikan diselenggarakan melalui
jalur formal, informal dan non formal. Sedangkan jalur formal meliputi pendidikan dasar,
menengah dan tinggi serta jenis pendidikan dapat dibagi ke dalam pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
Untuk menyelenggarakan pendidikan di atas diperlukan alokasi dana yang disebut
Anggaran Pendidikan. Di sini, masyarakat kembali sering mengartikan bahwa yang
dimaksud anggaran pendidikan terbatas pada alokasi anggaran pada Departemen
Pendidikan Nasional saja. Sebenarnya yang dimaksud Anggaran Pendidikan adalah
alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian
negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah,
termasuk gaji pendidik tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk
membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah
dimana persentasenya dihitung berdasarkan perbandingan alokasi anggaran pendidikan
terhadap total alokasi anggaran belanja negara (UU No.41 Tahun 2008 tentang APBN
Tahun 2009).
Pengalokasian anggaran pendidikan tersebut memiliki 3 (tiga) dasar hukum utama,
yaitu :
Welfare State dan Pendidikan di Indonesia 4
1. UUD 1945 Pasal 31 ayat 4
„Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN serta
dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.“
2. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pasal 49 ayat 1
“Dana Pendidikan selain gaji pendidikan dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD”
3. Putusan Mahkamah Konstitusi 20 Februari 2008
“Dana Pendidikan selain biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN
pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD.”
Putusan MK pada tanggal 20 Februari 2008 ini menjadi acuan bagi pemerintah dalam
mengalokasikan anggaran pendidikan setiap tahunnya.
3. Kebijakan Anggaran Pendidikan dalam APBN T.A. 2009
Menterjemahkan amanat konstitusi tersebut maka pelaksanaan anggaran pendidikan
dalam APBN terdiri atas komponen sebagai berikut :
Tabel 1
Anggaran Pendidikan 2009
(miliar rupiah)
Perhitungan Anggaran Pendidikan APBN APBN-P
1. Perhitungan Pendidikan Belanja Pemerintah Pusat
2. Anggaran Pendidikan Transfer ke Daerah
a. DAK Pendidikan
b. DAU Pendidikan Non-gaji
c. Gaji Pendidik dalam DAU
d. DBH Pendidikan
e. Dana Otsus Pendidikan
f. Tambahan DAU (TPP guru PNSD)
3. Total Anggaran Pendidikan
4. Total Belanja Negara
89.550,9
117.862,6
9.334,9
13.425,4
84.557,4
817,9
2.237,0
7.490,0
207.413,5
1.037.067,3
90.632,2
117.654,4
9.334,9
13.425,4
84.557,4
609,7
2.237,0
7.490,0
208.286,6
1.000.843,9
Rasio Anggaran Pendidikan (%) 20,0 20,8
www.kemendiknas.go.id
Sementara itu terdapat 25 K/L yang mendapatkan alokasi anggaran pendidikan adalah yang
melaksanakan fungsi pendidikan, yaitu :
Welfare State dan Pendidikan di Indonesia 5
Tabel 2
KEMENTERIAN/LEMBAGA PAGU Akhir
Tahun
(ribu rupiah)
1. Departemen Dalam Negeri;
2. Departemen Hukum dan HAM;
3. Departemen Keuangan;
4. Departemen Pertanian;
5. Departemen Perindustrian;
6. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;
7. Departemen Perhubungan;
8. Departemen Pendidikan Nasional;
9. Departemen Kesehatan;
10. Departemen Agama;
11. Departemen Sosial;
12. Departemen Kehutanan;
13. Departemen Kelautan dan Perikanan;
14. Departemen Pekerjaan Umum;
15. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata;
16. Kementerian Negara Lingkungan Hidup;
17. Badan Intelijen Negara;
18. Lembaga Sandi Negara;
19. Badan Pusat Statistik;
20. Badan Pertanahan Nasional;
21. Perpustakaan Nasional RI;
22. Departemen Komunikasi dan Informatika;
23. Badan Meteorologi dan Geofisika;
24. Badan Tenaga Nuklir Nasional;
25. Lembaga Administrasi Negara
31.869.419
9.070.300
68.700.000
75.000.000
100.000.000
39.201.287
816.756.128
62.610.421.529
1.300.000.000
23.722.838.518
18.880.296
54.609.127
295.435.598
46.292.595
67.200.000
5.223.000
15.761.770
16.631.100
13.221.070
26.805.032
259.951.730
4.028.316
16.000.000
7.400.000
13.138.924
Total 89.634.435.739 www.kemendiknas.go.id
Welfare State dan Pendidikan di Indonesia 6
Anggaran Pendidikan tersebut memiliki 9 program yang harus dilaksanakan, yaitu :
Tabel 3
Sub Fungsi/PROGRAM PAGU (ribu
rupiah)
1. Pendidikan Anak Usia Dini
2. Pendidikan Dasar
3. Pendidikan Menengah
4. Pendidikan Non-Formal dan Informal
5. Pendidikan Kedinasan
6. Pendidikan Tinggi
7. Pelayanan Bantuan Terhadap Pendidikan
8. Pendidikan Keagamaan
9. Litbang Pendidikan
Total
665.600.000
38.333.580.313
7.902.731.372
1.355.798.852
188.985.432
23.475.755.618
16.467.920.432
645.938.200
598.125.520
89.634.435.739
www.kemendiknas.go.id
4. Analisis Ekonomi Kebijakan Anggaran Pendidikan TA. 2009
Tahun Anggaran 2009 merupakan tahun terakhir bagi pemerintahan terpilih dalam
mewujudkan target-target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM). Pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan tersebut dimana alokasi
anggarannya telah dipatok sebesar minimal 20% dari total Belanja Negara pada APBN dan
juga pada APBD.
Penetapan prosentasi besarnya anggaran pendidikan sebesar 20% terutama pada
APBD dipandang dari sudut ekonomi tidaklah tepat, mengingat kondisi geografis,
demografis, permasalahan dan kebutuhan yang berbeda dari masing-masing daerah. Setiap
daerah memiliki base line sektor pendidikan yang berbeda karenanya membutuhkan strategi
dan kebijakan yang berbeda, yang pada akhirnya tentu membutuhkan besaran alokasi
anggaran yang berbeda pula.
Welfare State dan Pendidikan di Indonesia 7
Dari sisi pelaksanaan konstitusi, pemerintah terlihat konsisten dengan
mengalokasikan 20% anggaran pendidikan (Rp207.413,5 miliar) dari total belanja
pemerintah (Rp1.037.067,3 miliar). Bahkan saat pemerintah mengambil kebijakan
pengurangan anggaran belanja melalui APBN-Perubahan, dimana belanja pemerintah turun
sebesar Rp1.000.843,9 miliar justru anggaran pendidikan mengalami kenaikan sebesar 0,8%
menjadi Rp208.286,6 miliar.
Besaran alokasi tersebut dibagi menjadi 2 jenis belanja dan kewenangan, yaitu belanja
pemerintah pusat yang dialokasikan melalui kementerian/lembaga pelaksana fungsi
pendidikan sebesar Rp90.632,2 miliar (43,51%) dan belanja pemerintah daerah melalui
berbagai skema penganggaran sebesar Rp117.654,4 (56,49%). Pada tahun fiskal 2009 ini
juga dikenalkan anggaran pendidikan melalui skema DBH Pendidikan (Rp817,9 miliar),
Dana Otsus Pendidikan (Rp2.237,0 miliar) dan Tambahan DAU untuk TPP guru PNSD
(Rp7.490,0 miliar) yang pada tahun-tahun sebelumnya belum dialokasikan.
Terhadap belanja pemerintah pusat, anggaran pendidikan dialokasikan melalui 25
kementerian/lembaga yang memiliki fungsi pendidikan dengan alokasi terbesar ada pada
Departemen Pendidikan Nasional (69,85%) dan Departemen Agama (26,47%). Bila diteliti
lebih lanjut alokasi itu terbagi dalam 4 jenis belanja, yaitu Belanja Pegawai (16,60%),
Belanja Barang (16,50%), Belanja Modal (9,33%) dan Belanja Bantuan Sosial (57,57%)
seperti ditunjukkan oleh diagram di bawah ini :
Anggaran pendidikan ini juga memiliki 11 Program yang hendak dicapai pada Tahun
Fiskal 2009 (Tabel 3). Berdasarkan besaran alokasi anggaran terdapat 3 Program yang
merupakan prioritas pemerintah dalam sektor pendidikan, yaitu Pendidikan Dasar
(42,77%), Pendidikan Tinggi (26,19%) dan Pelayanan Bantuan Terhadap Pendidikan
yang terdiri atas 3 program (18,37%), yaitu Program Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
dan Program Manajemen Pelayanan Pendidikan.
Berdasarkan alokasi anggaran di atas, terlihat bahwa Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Non-Formal serta Informal tidak menjadi prioritas pemerintah dengan alokasi
masing-masing hanya 8,82% dan 1,52%.
Anggaran atau belanja pemerintah di sektor pendidikan merupakan hal yang paling
efektif dan efisien sebagai instrumen pengentasan kemiskinan. Untuk itu perlu didesign
dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi. Indonesia pada
Tahun 2003, berdasarkan data Edstads memiliki rasio jumlah guru dan siswa 20,29% (untuk
tingkat SD) dan 14,23% (untuk Sekolah Menengah), rasio ini termasuk rendah dibandingkan
Welfare State dan Pendidikan di Indonesia 8
dengan negara-negara ASEAN. Kemudian sebaran para guru juga tidak merata, berdasarkan
Employment dan Deployment Survey Tahun 2005 berdasarkan sebarannya Indonesia
mengalami kelebihan tenaga pengajar pada daerah-daerah tertentu sebesar 55% namun di
pihak lain mengalami kekurangan sebesar 34% pada daerah-daerah lain. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi ketimpangan antara satu daerah dengan daerah lainnya, kondisi tersebut
berakibat pada tidak merata nya mutu pendidikan dan kualitas SDM Indonesia secara
nasional.
Kebijakan Pendidikan juga merupakan sektor yang bila didesign dengan tepat dapat
menjadi jawaban bagi pengurangan pengangguran. Untuk itu perlu sistem pendidikan
Indonesia harusnya mulai diarahkan pada penciptaan SDM yang skillful untuk menjawab
kebutuhan pasar tenaga kerja saat ini, dengan memberi prioritas pada pendidikan menengah
seperti sekolah kejuruan serta pendidikan Non-formal dan Informal. Paradigma masyarakat
yang degree minded harus dirubah karena kondisi riil saat ini menunjukkan mayoritas sarjana
Indonesia tidak mampu bersaing dalam pasar tenaga kerja sarjana yang semakin terbatas.
Welfare State dan Pendidikan di Indonesia 9
5. Simpulan
1. Pemerintah konsisten menjalankan amanat konstitusi untuk mengalokasikan anggaran
pendidikan minimal sebesar 20% pada Anggaran Belanja Negara;
2. Tidak masuknya anggaran pendidikan kedinasan sebagai anggaran pendidikan dalam
konsitusi bertentangan dengan defenisi pembangunan nasional pendidikan;
3. Sesuai dengan otonomi daerah, kewenangan pendidikan sudah dilimpahkan ke daerah
sehingga harusnya besaran anggaran pendidikan juga diserahkan kepada Pemerintah
Daerah setempat sesuai dengan kondisi geografis, demografis, kebutuhan dan rencana
pembangunan pendidikan di daerah tersebut;
4. Terlalu banyaknya K/L yang menjalankan fungsi pendidikan, hal ini menyebabkan sulit
nya untuk mengukur keberhasilan atau menentukan institusi mana yang bertanggung
jawab terhadap keberhasilan pembangunan pendidikan di Indonesia;
5. Terkait dengan poin 3, mempertimbangkan karakteristik sistem pendidikan di Indonesia
maka hendaknya hanya ada 2 (dua) kementerian yang bertanggung jawab terhadap
pembangunan pendidikan di Indonesia, yaitu Departemen Pendidikan Nasional dan
Departemen Agama;
6. Dalam menjawab tantangan dan kebutuhan pasar tenaga kerja serta memanfaatkan sektor
pendidikan sebagai instrumen pengentasan kemiskinan, pemerintah harus lebih concern
pada pendidikan menengah (kejuruan) dan pendidikan non formal-informal. Hal ini
sejalan dengan digesernya status PTN menjadi badan hukum;
Welfare State dan Pendidikan di Indonesia 10
6. Daftar Pustaka
Muchtar Pakpahan (2010). Welfare State di Indonesia. Dari
http://www.muchtarpakpahan.com/2010/02/welfarestate-di-indonesia.html, 12 Juli 2011
Ricky Saragih (2010). Welfare State & Humanisme vs Agama. Dari
http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/26/welfare-state-humanisme-vs-agama/, 12 Juli
2011
www.kemendiknas.go.id