12 bab ii tinjauan pustaka a. konsep dasar...
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pengembangan Sumber Daya Manusia
1. Pengertian dan Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia atau personil mengacu pada
perubahan perilaku kerja orang-orang dalam suatu orgnaisasi. Pengembangan
sumber daya merupakan usaha peningkatan pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skil) dan kemampuan (ability) serta perbaikan perilaku orang-orang
dalam suatu organisasi agar terjadi perubahan unuk kerja sehingga dapat
memberikan manfaat secara langsung epada organisasi supaya menjadi efisien dan
efektif serta memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pengembangan orang-
orang tersebut (Randall, 1987 :135).
Ada dua tujuan utama program latihan dan pengembangan personil atau
karyawan, yaitu pertama, latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup
kesenjangan antara kecakapan dan kemampuan karyawan dengan permintaan
jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja
yang telah ditetapkan. Latihan dan pengembangan mempunyai berbagai manfaat
karir jangka panjang yang membantu karyawab untuk tanggung jawab lebih besar
di masa yang akan dating (T. Hani Handoko, 1996 :103)
Pengembangan sumber daya manusia dlam bidang ilmu administrasi
pendidikan merupakan bagian dari kegiatan administrasi personil. Dan
pengembangan sumber daya ini merupakan salah satu fungsi administrasi personil
13
yang dirancang dalam rangka perbaikan kualitas dari personil yang
bersangkutanyang duiperlukan untuk memecahkan masalah-masalah dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
Salah satu fungsi administrasi personil adalah fungsi pengembangan
(development). Hal ini sesuai pendapat Castetter (1996:49) yang mengemukakan
fungsi adminstrasi personil terdiri dari : planning, recruitment, selection, induction,
appraisal, development, compensation, bargaining, security, contuity, information.
Serta diperjelas oleh Schuler (1987:394-396) bahwa pengembangan sebagai
bagian kritis dari manajemen sumber daya manusia yang dapat dilakukan melalui
kegiatan : (1) Human Resource Planning, (2) Job Analysis and Performance
Appraisal, (3) Recruitment and Selection, (4) Compensation.
Tujuan pengembangan adalah perbaikan atau peningkatan performa kerja
untuk mencapai efektivitas kerja. Kinerja ditentukan oleh kemampuan, dan
kemampuan ditentukan oleh keterampilan dan pengetahuan. Keterampilan dan
pengetahuan dipengaruhi oleh kecakapan dan kepribadian yang terbentuk oleh
pendidikan, pengalaman, latihan dan minat.
Sutermeister (1976 : 11) menyatakan bahwa “ Job performance are
considered to result from ability and motivation.” Selanjutnya dikatakan bahwa
motivasi merupakan hasil terjadinya interaksi antara pemenuhan “employee need”
dengan “working condition”. Karena itu, agar dimungkinkan adanya peningkatan
performa maka kedua faktor utama yang mempengaruhi perlu dikembangkan.
Dengan kata lain, untuk melaksanakan pengembangan personil maka dimensi
kemampuan dan motivasi harus jadi prioritas utama. Dalam dimensi motivasi,
terdapat aspek-aspek yang menyangkut employee need.
14
2. Strategi Pengembangan Personil
Pengembangan sumber daya manusia harus mendapat perhatian yang lebih,
apalagi dalam bidang pendidikan yang kedepannya akan mendidik dan
membangun penerus bangsa ini supaya menjadi bangsa yang besar dan terhormat.
Aspek-aspek yang harus dikembangkannya bisa meliputi pengusaan kurikulum,
penguasaaan materi, penguasaan metode mengajar, peningkatan kemampuan
penilaian hasil belajar dan keterampilan melaksanakan tugas tambahan sebagai
guru konseling, wali kelas dan lainnya.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian terkait dengan pengembangan
personil menurut Castetter (1996 :234) adalah :
1) Perhatian-perhatian terhadap kegiatan yang direncanakan oleh lembaga
pendidikan untuk memperlancar pengembangan staffnya.
2) Pengembangan itu disediakan bagi semua personil yang tertera dalm daftar
gaji.
3) Pengembangan personil ditujukan guna memenuhi dua macam harapan aykni
kontribusi individu yang dituntut oleh sistem sekolah dan imbalan material
serta emosional yang dituntut pada individu dari system tersebut.
4) Pengembangan dipandang sebagai kegiatan meningkatkan kemampuan
individu agar lebih bertanggung jawab di dalam system.
Berdasarkan dimensi-dimensi tersebut, maka pengembangan personil dapat
dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, pengelolaan kinerja, pengembangan
karir, pembinaan disiplin dan semangat kerja, serta peningkatan kesejahteraan.
15
a. Pendidikan dan Pelatihan
Pengertian pendidikan berbeda dengan pelatihan, pendidikan bersifat
teoritis, filosofis dan memerlukan waktu yang relative lama sehingga dapat
meningkatkan kemampuan secara teoritis, konseptual dan moralitas personil.
Sedangkan pelatihan lebih bersifat praktis, spesifik dan segera sehingga dapat
meningkatkan keterampilan personil dalam melakukan pekerjaan secara nyata.
Selain itu, pelatihan dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kemampuan
personil dalam melaksanakan tugas yang sekarang, sedangkan pengembangan
lebih berorientasi pada peningkatan produktivitas kerja personil di masa depan.
Jenis-jenis pelatihan dan pendidikan yang diberikan kepada seorang guru
tergantung dari keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan,
kualifikasi dari para guru dan permasalahan nyata yang dihadapi di sekolah
tersebut. Untuk itu dapat diselenggarakan pelatihan peningkatan, pelatihan
penyegaran, pelatihan dalam pekerjaan (On-The-Job training) maupun pelatihan di
luar pekerjaan (Off-The-Job training). Peltihan penyegaran dan peningkatan
dimaksudkan supaya seorang guru selalu dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang baru, sehingga pengetahuan dan keterampilannya
selalu mengikuti perkembangan jaman. Pelatihan di luar pekerjaan (On-The-Job
Training) adalah pelatihan yang lebih banyak menekankan pada mengajarkan
teknik-teknk yang paling baik sehingga menjadi terbiasa dalam pekerjaan rutin.
Sedangkan pelatihan dalam pekerjaan (Off-The-Job Training) adalah pelatihan
yang ditujukan dalam hal penguasaan suatu pekerjaan spesifik dalam lingkup
kerjanya.
16
Menurut Schuler, Dowling dan Smat yang dikutip Marwansyah dan
Mukaram (2000:76) metoda program pengembangan dibagi ke dalam dua
kelompok besar, yaitu (1) (On-The-Job training) dan (2) (Off-The-Job training).
On-The-Job training terdiri dari : Job instruction, apprenticeships, job rotation,
supervisory assistance, traineeships, multiple management (junior board),
sedangakn Off-The-Job training terdiri dari : formal courses, simulation vestibule,
role playing, sensitivity training, case discussion, wilderness training. Agar sistem
pelatihan efektif dan dapat memotivasi peserta pelatihan, perlu diupayakan
beberapa hal diantaranya dengan pemberian kompensasi atau insentif tambahan,
atau perencanan karir.
b. Pengelolaan Kinerja
Upaya pengembangan personil lainnya yaitu melalui pengelolaan kinerja
seperti rotasi pekerjaan melalui system penilaian dan evaluasi kinerja guru. Rotasi
pekerjaan di lingkungan persekolahan dilakukan dengan pmutaran tugas mengajar
(program diklat) dalam lingkup program keahliannya sesuai dengan spesialisasi
keahlian dan keterampilannya atau melalui penggantian tingkat yang diajarkan
(Amatembun, 1980 :80).
Cara lain yaitu dengan mutasi, yaitu memindahkan tugas mengajar guru
dari satu sekolah ke sekolah lain yang sejenis. Ini diperlukan untuk meningkatkan
gairah kerja karena kejenuhan atau bidang pekerjaan sebelumnya tidak sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya atau tidak sesuai dengan keinginannya.
Selain dari rotasi untuk pengembangan kompetensi guru perlu dilakukan
penilaian atau evaluasi kinerja, untuk mengetahui jenis pengembangan yang
diperlukan guru. Schuler dan Jackson (1993 :3) mengemukakan bahwa : “Penilaian
17
kinerja adalah suatu system formal dan tersruktur yang mengukur, menilai dan
mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku danhasil,
termasuk tingkat ketidakhadiran.” Dalam mengevaluasi personil sekolah sebaiknya
digunakan suatu pendekatan komprehensif bersifat eksternal, dimana evaluasi
dilakukan oleh pihak luar individu yang dievaluasi misalnya oleh atasan langsung,
pengawas, dewan sekolah atau petugas yang ditunjuk atau diangkat penilai. Di
samping itu perlu juga dilakukan evaluasi diri (self evaluation).
c. Pengembangan Karir
Pengembangan professional dan disiplin kerja yang ketat tanpa diimbangi
dengan pengembangan karir dan kesejahteraan, hanya akan menimbulkan frustasi
bagi guru-guru. Pengembangan karir diperoleh melalui suatu pemindahan jabatan
yang lebih tinggi, yang lebih banyak menuntut tanggung jawab dan kemampuan
tertentu, dan lajim disebut promosi. Pigor dan Myers dalam N.A. Ametembum
(1977 :123) mendefinisikan istilah promosi sebgai kenaikan seorang karyawan ke
suatu jabatan yang lebih baik. Yang dimaksud “lebih baik” dalam hal ini adalah
tanggung jawab yang lebih besar, status atau prestise yang lebih tinggi,
keterampilan yang menunjang, gaji atau pengehasilan yang lebih besar.
Pengembangan karir personil ini berpengaruh terhadap pengembangan
kesejahteraan dan kesejahteraan itu juga merupakan “employee need” untuk
berprestasi.
Kebijakan terpenting dalam promosi adalah signifikansi dari
profesionalitas, kompetensi dan qualified. Faktor-faktor yang perlu menjadi bahan
pertimbangan dalam pengembangan karir personil antara lain kerajinan, kepatuhn,
hubungan kerja, prakarsa,kepemimpinan dan senioritas. Senioritas dapat
18
dipertimbangkan apabila kualifikasi dari dua calon atau lebih mempunyai
kesamaan yang mendasar. Setiap personil mempunyai hak dan kesempatan yang
sama untuk dipromosikan.
d. Pembinaan Disiplin dan Semangat Kerja
Berkenaan dengan disiplin kerja, Flippo (1976 :436) mengatakan
”disciplinary action is confined to the aplication of penalties that lead to an
inhibition of undesired behaviour.” Dengan demikian perilaku personil yang tidak
diharapkan adalah yang bertentangan dengan peraturan yang telah ditetapkan
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Awalnya seperti memaksa tapi
diharapkan dapat tumbuh kesadaran akan pentingnya mematuhi peraturan.
Sehingga disiplin dan semangat kerja akan berpengaruh terhadap peningkatan
profesionalisme dan pengembangan karir.
Berikut beberapa panduan yang perlu diperhatikan terkait pendisiplinan ini,
yaitu (1) tindakan pendisiplinan harus dilakukan sangat pribadi, jadi tidak
diumumkan secara terbuka di depan umum, (2) pelaksanaan hukuman semata-mata
bertujuan konstruktif terhadap personil yang bersangkutan, (3) tindakan harus
diambil oleh atasan langsung, (4) ketegasan tindakan sangat penting, (5) keajegan
tindakan sangat penting, (6) atasan langsung harus cukup memberi teladan kepada
bawahannya, dan (7) setelah tindakan pendisiplinan dilakukan sebaiknya atasan
bersikap seperti biasya terhadap personil yang bersangkutan. Jelas di sana bahwa
kejujuran, keteguhan dan keterbukaan serta sikap saling menghormati dari
pimpinan terhadap bawahan secara wajaw akan menentukan keberhasilan
pendisiplinan (Flippo, 1976).
19
Pentingnya pengembangan semangat kerja adalah untuk melihat ada
tidaknya kepuasan kerja personil yang bersangkutan. Personil akan memiliki
semangat kerja yang tinggi apabila mereka mendapat kepuasan kerja. Sedangkan
kepuasan kerja terjadi bilamana personil memperoleh keamanan dan kenyamanan
hidup, persyaratan kerja yang menyenangkan, rasa memilki, perlakuan yang adil,
pemberian penghargaan atas pencapaian dan perkembangan, pengakuan atas
sumbangan pikiran dan kesempatan untuk menjaga martabat diri.
e. Peningkatan Kesejahteraan
Pengembangan kompetensi profesional guru dapat dilakukan dengan
memberikan kesejahteraan yang lebih naik dalam bentuk kompensasi, yaitu segala
sesuatu yang diterima guru sebagai balas jasa atas prestasi kerja mereka. Dengan
pemberian kompensasi yang memuaskan akan memberi arti terhadap peningkatan
prestasi dan motivasi kerja sehingga dapat bekerja lebih baik.
Fugsi lain dari adanya kompensasi adalah memelihara dan
mempertahankan guru agar merasa memiliki, nyaman dan tenang berada di sekolah
sehingga tidak mencari tambahan di luar sekolah yang menggangu kegiatan
sekolah. Bentuk pemberian kompensasi yang telah diberikan selain pemberian gaji,
insentif kelebihan jam mengajar, lembur atau piker, monitoring dan evaluasi siswa,
dan pemberian fasilitas lainnya yang menunjang kegiatan pendidikan dan pelatihan
yang dapat jadikan motivasi awal bagi guru untuk meningkatkan prestasi kerjanya.
Sistem kompensasi yang adil akan memperahatikan hasil evaluasi pekerjaan atau
kinerja dari guru yang bersangkutan.
20
B. Kompetensi Profesional Guru
Beragam orang mendefinisikan kata kompetensi. Ada yang mengatakan
bahwa kompetensi pada dasarnya menunjukkan kepada kecakapan atau
kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Ada juga menyatakan kompetensi
pada dasarnya merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang kompeten, yakni
memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran
(keterampilan), pengetahuan dan sebagainya untuk mengerjakan apa yang
diperlukan. Definisi lain bahwa kompetensi menunjukkan kepada tindakan
(kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan
berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan (Abin Syamsuddin Makmun,
2000 :1)
Menurut Spencer, Jr. Dan Spencer (1993 :9) terdapat lima tipe dari
karakteristik kompetensi, yaitu (1) Motives, yang ditunjukkan oleh konsistensi
antara pemikiran atau keinginan sebagai penyebab tindakan; (2) Trait yang
ditunjukkan karakteristik fisik serta konsistensi respon terhadap situasi atau
informasi; (3) Self concept yang meliputi nilai, sikap dan pandangannya terhadap
diri sendiri; (4) Knowledge, yaitu informasi yang diketahui secara spesifik; dan (5)
Skill, yaitu kemampuan untuk melakukan pekerjaan khusus baik yang bersifat
pekerjaan mental ataupun pekerjaan fisik. Kompetensi pada dasarnya merujuk
kepada seperangkat kemampuan yang terstandar yang diperlukan untuk
menjalankan tugas pokok secara profesional. Apabila dimaknai pada hasil
pekerjaan, kompetensi dapat dipandang sebagai pilarnya atau teras kinerja dari
suatu profesi, dalam hal ini kinerja guru.
21
Secara sederhana pengertian kompetensi dapat disamakan dengan
kemampuan, namun apabila dimaknai lebih dalam mengandung beberapa aspek
yang harus dihubungkan dengan tuntutan yang diharapkan, seperti kecakapan
intelektual, spiritual, emosional dan sosial yang handal, sehingga mampu
menempatkan posisi kompetensi sebagai tujuan utama dalam kehidupan manusia.
Terdapat seperangkat kemampuan yang menunjang dan secara bertautan
merupakan satu kesatuan yang melekat sehingga apabila dikonseptualisasikan
dapat diuraikan ke dalam enam komponen. Ikatan keenam komponen tersebut
diilustrasikan dalam gambar sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Graphic Representation of a professional teaching Competency
(Johnson, 1974 :6)
Performance component (A) yaitu unsur kemampuan penampilan kinerja
yang nampak sesuai dengan bidang keprofesiannya. The teaching subject
component (B) yaitu unsur kemampuan penguasaan bahan/substansi pengetahuan
C D E
A
B
F
22
yang relevan dengan bidang keprofesiannya sebagai prasyarat (enabling
competencies) bagi penampilan komponen kinerjanya. Professional component (C)
yaitu unsur kemampuan penguasaan substansi pengetahuan dan keterampilan
teknis sesuai dengan bidang keprofesiannya sebagai prasyarat bagi penampilan
kerjanya. Process component (D) yaitu unsur kemampuan penguasaan proses
mental (intelektual) mencakup proses berpikir (logis, kritis, rasional, kreatif) dalam
pemecahan masalah, pembuatan keputusan dan sebagainya. Sebagai prasyarat bagi
terwujudnya penampilan kinerjanya. Adjustment component, (E) yaitu unsur
kemampuan penyeresaian dan penyesuaian diri berdasarkan karakteristik pribadi
pelaku dengan tugas penampilan kinerjanya. Attitudes component (F) yaitu unsur
komponen sikap, nilai, kepribadian pelaku sebagai prasyarat yang fundamental
bagi keseluruhan perangkat komponen kompetensi yang lainnya bagi terwujudnya
komponen penampilan kinerja keprofesiannya (Abin Syamsuddin Makmun,
1996:72)
Dari keenam komponen yang merupakan perangkat kompetensi dalam
suatu bidang pekerjaan/profesi, pada dasarnya daapt dikelompokkan ke dalam dua
gugus kompetensi, yaitu (1) Generic Competencies (Performance Competencies)
dan (2) Enabling Competencies. “Generic Competencies” merupakan perangkat
kompetensi yang harus ada pada suatu bidang pekerjaan profesional tertentu,
sehingga dengan adanya perangkat kompetensi ini dapat dibedakannya bidang
professional lainnya. Gugus kompetensi ini pada dasarnya akan diperoleh dan
terbina serta tumbuh kembang melalui praktek pengalaman lapangan (field
training) yang terstruktur dan terawasi secara memadai dalam kurun waktu tertentu
(sekitar 1-2 tahun). “Enabling Competencies” merupakan prasyarat untuk
23
memungkinkan dapat dilakukannya “Generic Competencies”. Tanpa menunjukkan
penguasaan secara memadai atas perangkat “Enabling Competencies” ini mustahil
dapat menguasai “Generic Competencies”. Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah
bahwa untuk memperoleh pengalaman lapangan hanya dimungkinkan apabila
“Enabling Competencies” telah dilalui, yang lazimnya dilaksanakan melalui
program perkuliahan secara regular. Namun perlu dicatat bahwa beberapa
perangkat komponen prasyarat tertentu (process, adjustment and attitudes)
lazimnya tidak merupakan program perkuliahan atau studi tersendiri, melainkan
terbentuk melalui (by product) dari program perkuliahan dan berbagai kegiatan
pendukung lainnya.
Untuk mendapat gambaran tentang kompetensi profesional guru, sebagai
dasar pemahaman terlebh dahulu akan dijelaskan beberapa istilah yang
berhubungan dengan profesi, yaitu profesional, dan profesionalisme. Secara
etimologis, istilah profesi berasal dari bahasa inggris “profession” yang berakar
dari bahasan latin “profesus” dengan kandungan inti mamu atau ahli dalam suatu
bentuk pekerjaan (Achmad Sanusi, dkk, 1991:1). Lebih jelasnya tentang pengertian
profesi ini Achmad Sanusi mengemukakan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau
pekerjaan yang menuntut keahlian profeional dari para anggotanya.
Profesi merupakan jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dan
etika khusus serta baku (standar) layanan. Suatu pekerjaan profesi tidak dapat
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih atau tidak dipersiapkan untuk jabatan atau
pekerjaan tersebut. Keahlian tersebut dapat diperolah melalui profesionalisasi baik
bersifat pra jabatan (pre service) maupun dalam jabatan (on service).
24
Selanjutnya mengenai pengertian profesional Achmad Sanusi (1991:19)
mejelaskan bahwa profesional menunju pada dua hal, yaitu pertama, orang yang
menyandang suatu profesi, misalnya dia seorang “profesional”. Kedua, penampilan
seseorang dalam melakukan perkerjaan sesuai dengan profeinya dikontraskan
dengan nonprofesional atau amatiran.
Selanjutnya Abdul Aziz Wahab (1996:17) mengemukakan tentang makna
profesional bahwa, tenaga-tanaga kependidikan yang profesional adalah (1)
memiliki kemampuan profesional , (2) mampu melakukan upaya-upaya
profesional, ahli dalam pekerjaannya, (3) profesional dalam bidangnya dan unggul
dalam pekerjaannya, (4) mencurahkan waktu yang cukup untuk pekerjaan, (5)
memiliki motivasi dan komitmen yang tinggi, (6) memiliki kesesuaian keahlian
dengan perkerjaannya dan (7) dapat memenuhi kesejahteraannya dengan
kemampuan profesioan yang dimilikinya.
Profesional mengandung dua arti pertama, orang yang mempunyai
kemampuan sesuai dengan tuntutan profesi. Kedua, adalah penampilan dalam
menjalankan jabatan sesuai dengan tuntutan profesi. (Soetjipto Raflis, 2004:262)
Profesionalisme berhubungan dengan komitmen para anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan secara terus menerus
dikembangkan strategi-strategi atau teknik-teknik yang dipergunakan dalam
melaksanakan tugas profesinya” (Zailani, 1998:40)
Sedang profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang
sebagai profesional atau penampuilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi, ada
yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah. Profesionalisme juga mengacu
pada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standard yang
tinggi dan kode etik profesinya (Dedi Supriadi, 1998:95)
25
Mengenai pengertian dari profesionalisasi telah banyak dikemukakan oleh
para ahli. Adapun pendapat tersebut diantaranya menurut Sudarwan Danim
(2002:23)
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan
para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai criteria standar ideal
dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu.
Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama yaitu peningkatan
status dan peningkatan kemampuan praktis.
Selanjutnya Syaiful Sagala (2000:197) mengemukakan :
Profesionalisasi adalah proses usaha menuju ke arah terpenuhinya
persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal berkemampuan, mendapat
perlindungan, memiliki kode etik profesionalisasi, serta upaya perubahan
struktur jabatan sehingga dapat direfleksikan model profesional sebagai
jabatan elite.
Menurut Soetjipto (2004: 262) profesionalisasi adalah usaha menjadikan
suatu jabatan sebagai pekerjaan profesional; upaya dan proses peningkatan dasar,
kriteria, standar kemampuan, keahlian etika dan Perlindungan suatu profesi.
Sejalan dengan pendapat-pendapat sebelumnya Pahjiman (2004:34)
mengemukakan bahwa :
Profesionalisasi adalah merujuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun
kemempuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar
dalam penampilannya sebagai anggota profesi, yakni serangkaian proses
pengembangan professional (professional development) tentunya suatu upaya
untuk mencapai kedudukan profesional para penyandangnya melalui
berbagai kegiatan positif”
Pendapat-pendapat diatas pada dasarnya memiliki pokok pikiran yang sama
yakni berpandangan bahwa profesionalisasi adalah proses peningkatan kualifikasi
mapun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar
dalam penampilannya anggota profesi. Profesionalisasi pada dasarnya adalah suatu
proses pengembangan profesional baik yang dilaksanakan melalui
26
pendidikan/latihan pra jabatan maupun dalam jabatan. Jadi dalam hal ini kegiatan
pendidikan tenaga guru secara filosofi merupakan inti dari profesionalisasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarwan Danim (2002:33) yang
mengatakan bahwa :
Kegiatan pendidikan dan pelatihan tenaga kependidikan pada umumnya
dimaksudkan agar guru mampu merespon perubahan dan tuntutan
perkembangan iptek dan kemajuan kemasyarakatan, termasuk perubahan
sistem pendidikan dan pembelajaran secara mikro. Kegiatan pendidikan dan
pelatihan tenaga guru secara filosofis merupakan inti dari profesionalisasi.
Bertolak dari uraian diatas maka profesionalisasi guru adalah pembinaan
profesional guru, yaitu meningkatkan kemampuan profesional guru melalui
berbagai strategi. Profesionalisasi pekerjaan guru dapat dilakukan dalam masa pra
jabatan (pre service) dan dalam jabatan (on service), artinya kegiatan
profesionalisasi meliputi peningkatan kemampuan profesional guru yang sedang
bekerja dalam sistem pendidikan supaya mereka lebih mampu melaksanakan tugas
dan dapat memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Depdikbud (1980) menyebutkan aspek kompetensi yang harus dimiliki
guru dalam melaksanakan tugasnya, meliputi (1) kompetensi profesional, (2)
kompetensi sosial dan (3) kompetensi personal (pribadi). Tiga kompetensi pokok
yang dimiliki guru ini dikembangkan Johnson (1980) seperti dikutip Achmad
Sanusi (1990:36-37) sebagai berikut :
1. Kemampuan professional mencakup :
a) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan dan konsep-konsep keilmuan dari bahan yang diajarkan
itu;
27
b) Penguasaan dan penghayatan atas landasan keilmuan dan wawasan
kependidikan keguruan;
2. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya
sebagai guru.
3. Kemampuan personal (pribadi) mencakup :
a) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru
dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsure-unsurnya;
b) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya
dianut oleh seorang guru;
c) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan
bagi para siswanya.
C. Kinerja Pembelajaran Guru
Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau
kemampuan kerja (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Depdikbud, 1994:1-2). Pendapat lain tentang kinerja menurut Bernandin &
Russel (dalam Sianipar S.J, 1994 :4) ”Kinerja adalah hasil dari fungsi suatu
pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu periode waktu tertentu”. Dari
pendapat di atas dan dari sudut pandang terminologis dapat dirumuskan bahwa
“kinerja (performance)” adalah penampilan ditunjukkan atau hasil kerja yang
dicapai oleh seseorang, kelompok atau organisasi pada waktu tertentu dalam
melaksanakan tugas/pekerjaan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab
28
seseorang, kelompok atau organisasi berdasarkan prosedur dan aturan yang berlaku
untuk kepentingan tujuan yang telah ditetapkan.
Bernadin dan Russel (1995:513) mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja meliputi : pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap dan
perilaku pegawai. Darma (1998:9-11) mengemukakan ada empat faktor yang
mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu :
(1) Pegawai, berkenaan dengan kemauan dan kemampuan dalam
melaksanakan pekerjaan;
(2) Pekerjaan, menyangkut desain pekerjaan uraian pekerjaan dan sumber
daya untuk melaksanakan pekerjaan;
(3) Mekanisme kerja, mencakup sistem/prosedur pendelegasian dan
pengendalian serta struktur organisasi;
(4) Lingkungan kerja, meliputi faktor-faktor lokasi dan kondisi kerja, iklim
organisasi dan komunikasi.
Gibson, Ivancevich dan Donnely (1985:51-53) secara lebih komperehensif
mengemukakan adanya tiga kelompok variabel sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dan potensi indiviu dalam organisasi, yaitu (1) variabel
individu, meliputi a) kemampuan/keterampilan fisik), b) latar belakang (keluarga,
tingkat sosial dan pengalaman) dan c) demografi (umur, asal usul dan jenis
kelamin); (2) variabel organisasi, meliputi: a) sumber daya, b) kepemimpinan, c)
imbalan, d) struktur dan e) desain pekerjaan ; dan (3) variabel individu (psikologis)
melipuit, : a) mental/intelektual, b) persepsi, c) sikap, d) kepribadian, e) belajar dan
f) motivasi.
29
Mengacu kepada rumusan pengertian kinerja (performance) di atas, maka
secara terminologis ”kinerja guru” dapat diartikan sebagai penampilan yang
ditunjukkan atau hasil yang dicapai oleh seorang atau sekelompok guru pada
periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran yang
telah menjadi wewenang dan tanggung jawab seorang atau sekelompok guru
tersebut berdasarkan prosedur dan aturan yang berlaku untuk kepentingan
pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Kinerja guru merupakan aktualisasi dari pekerjaannya dalam memerankan
peranannya sebagai pendidik, pengajar, pelatih dan pembimbing siswa dalam
melaksanakan tugas pembelajaran dan pelatihan sebagai komitmen pada
profesinya. Gaffar (1987:159) mengemukakan bahwa performance based teacher
meliputi : (1) penguasaan content knowledge, yaitu menguasai materi/bahan
pengetahuan yang harus disampaikan kepada siswa, (2) behavioural skill,
merupakan keterampilan perilaku untuk menguasai didaktik metodologi yang
bersifat paedagogi atau andragogi sebagai keahlian dan keterampilan dalam proses
pembelajaran/pelatihan; dan (3) human relation skill, yaitu kemamssssspuan untuk
melakukan komunikasi dan sosialisasi terhadap siswa, sesama guru dan pihak-
pihak yang terlibat dalam proses pendidikan dan latihan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penilaian kinerja pembelajaran guru
ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut
1. Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran
a. Menyiapkan ruang, media pembelajaran, dan sumber belajar
b. Melaksanakan tugas harian kelas
30
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
a. Memulai kegiatan pembelajaran.
b. Melaksanakan jenis kegiatan yang sesuai dengan tujuan, kondisi siswa,
situasi kelas, dan lingkungan (kontekstual).
c. Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, kondisi
siswa, dan tuntutan situasi serta lingkungan (kontekstual).
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan skenario dalam
perencanaan pembelajaran.
e. Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual, kelompok atau
klasikal.
f. Mengelola waktu pembelajaran secara efisien.
3. Mengelola interaksi kelas
a. Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pembelajaran.
b. Menangani pertanyaan dan respon siswa.
c. Menggunakan ekspresi lisan, tulisan, dan isyarat, termasuk gerakan badan.
d. Memicu dan mempertahankan keterlibatan siswa.
e. Memantapkan penguasaan materi pembelajaran.
4. Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif
siswa terhadap belajar.
a. Menunjukkan sikap ramah, hangat, luwes, terbuka, penuh pengertian, dan
sabar kepada siswa.
b. Menunjukkan kegairahan belajar.
c. Mengembangkan hubungan antar-pribadi yang sehat dan serasi.
d. Membantu siswa menyadari kelebihan dan kekurangannya.
e. Membantu siswa menumbuhkan kepercayaan diri.
31
5. Mendemostrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran mata pelajaran
ekonomi.
a. Menanamkan pemahaman konsep ekonomi secara kontekstual.
b. Memberikan latihan pemecahan masalah ekonomi.
c. Mengembangkan sikap mandiri dan produktif.
d. Mengintegrasikan konsep ekonomi dengan mata pelajaran yang lain.
6. Melaksanakan evaluasi proses hasil belajar.
a. Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran.
b. Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran.
7. Kesan umum kinerja pembelajaran guru
a. Keefektifan proses pembelajaran
b. Penggunaan bahasa Indonesia lisan.
c. Peka terhadap kesalahan berbahasa siswa.
d. Penampialn guru dalam pembelajaran.
D. Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya.
Sebagai perbandingan dan bahan rujukan empiris penulis mengangkat
beberapa kesimpulan hasi penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi terhadap
penelitian ini.
Sulipan (2000), dalam penelitiannya tentang ”Pengembangan Sumber Daya
Manusia pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Cimahi Kelompok
Teknologi.” Hasil penelitiannya mengemukakan persepsi kepala sekolah, staf
pimpinan serta para guru memandang bahwa peningkatan kemampuan guru
adalah penting, namun pada umumnya program peningkatan kemampuan
32
profesional guru baru bermanfaat bagi proses pembelajaran, tetapi tidak selalu
bermanfaat bagi pengembangan karir maupun peningkatan penghasilan. Strategi
yang digunakan dalam pengembangan kemampuan profesional guru dilakukan
melalui pelatihan-pelatihan, magang di industri, pemberian kesempatan untuk
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil dari program peningkatan
kemampuan profesional guru di SMKN 1 Cimahi umumnya telah sesuai dengan
hasil yang diharapkan yaitu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
Tapi hasil tersebut belum merata karena masih terdapat guru yang belum
mengikuti pelatihan, magang dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Dadang Rahman Munandar (2003), dalam penelitiannya ”Pengaruh
Pelatihan terhadap Kompetensi Profesional Guru dan Kinerja Guru SLTPN di
Bandung.” Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari kegiatan pelatihan terhadap kompetensi profesional guru dan
kinerja guru. Kecenderungan umum pelatihan pofesional guru cukup tinggi
(61,14%). Kompetensi profesional guru (55,4%), Kinerja guru (74,1%) perolehan
prosentase tersebut kesemuanya di atas nilai median. Kesimpulan umum adalah
dengan pelatihan profesional guru dapat meningkatkan kompetensi dan kinerja
guru, yang diharapkan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas belajar siswa
atau prestasi belajar siswa.
Selain itu, berdasarkan penelitian Via Wuviani (2005) tentang “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru SMAN di Kota Bandung Tahun 2004”
Berkesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kualifikasi
pendidikan, motivasi kerja guru dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap
33
kinerja guru. Implikasinya adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru
maka diperlukan peningkatan aspek kualifikasi, motivasi kerja dan kepemimpinan
kepala sekolah. Untuk mengoptimalkan kinerja guru dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya maka menuntut adanya dukungan, persamaan persepsi dan
partisipasi baik dari pihak internal maupun eksternal di seluruh SMAN di Kota
Bandung serta dengan mengoptimalkan berbagai potensi atau sumber daya yang
ada secara integratif sehingga berdampak positif terhadap peningkatan prestasi
belajar siswa.