10terapiobat024

2
Terapi Obat Bromhexin (Mucosolvan ® ) Batuk mungkin merupakan gejala penyakit yang berbahaya. Namun pada sebagian besar kasus, terutama infeksi ringan atau iritasi saluran pernafasan, batuk tidak mem- bahayakan jiwa, meskipun sering dirasakan sangat mengganggu pasien. Pada kasus- kasus itu, setelah semua kemungkinan patologik dipertimbangkan, penekanan/supresi batuk itu sendiri sering menjadi tujuan utama terapi. Seandainya ini dapat dilakukan dengan efektif oleh obat-obat yang ada, tak perlu perbincangan mengenai masalah ini. Namun kenyataannya tidaklah sesederhana itu. Sedikit-dikitnya dikenal tiga golongan obat untuk mengatasi batuk. Pertama ialah antitusif yang menekan refleks batuk. Kodein merupakan contohnya. Golongan kedua disebut ekspektoran. Ini merangsang sekresi sputum dari saluran nafas, disam- ping kadang-kadang bersifat merangsang muntah (emetik). Yodium dan amonium khlorida dalam Obat—Batuk—Hitam merupakan contohnya. Belakangan ini sering digunakan gliseril guaiakolat sebagai ekspektoran. Tapi meskipun penderita telah dirangsang dengan ekspektoran, sputum kadang- kadang masih sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Maka dicarilah obat lain, golongan mukolitik. Obat golongan ini menghancurkan atau mengencerkan sputum sehingga mudah dikeluarkan. BEBERAPA ZAT MUKOLITIK Air .— Kekentalan sputum tergantung pada.tingginya kadar air di dalam- nya. Ini sering tergantung pada tingkat hidrasi pasien. Banyak pasien pe- nyakit saluran nafas sedikit banyak mengalami dehidrasi. Ini mengaki- batkan sputum kental dan lengket. Maka hidrasi yang adekuat dianggap dapat mempengaruhi mudahnya pengeluaran sputum. Chymotrypsin dan enzim lain.— Invitro zat-zat ini berkhasiat mukolitik, namun efektivitasnya dalam klinik mengecewakan. Asetilsistein & metilsistein.— Dalam bentuk aerosol sangat berguna un- tuk mengencerkan dan menambah volume sputum. Tapi kadang-kadang sputum yang dihasilkan sedemikian banyak sehingga harus disedot dengan alat penyedot agar tidak manghambat saluran nafas. Selain itu reaksi febris tidak jarang terjadi. Maka obat ini kurang populer. Bromhexin.— Zat ini adalah turunan sintetik dari vasicine, suatu alka- loid yang berasal dari tumbuhan Adhatoda vasica yang berasal dari India. Bromhexin diakui sebagai obat yang punya khasiat spesifik terhadap spu- tum dan bermanfaat dalam klinik. Kini obat ini banyak dipakai untuk berbagai penyakit saluran pernafasan. BROMHEXIN STRUKTUR KIMIA Nama kimianya ialah : N-cyclohexyl-N—methyl—(2—amino—3,5—dibro- mobenzyl)—amonium chloride. air chymotrypsin dan enzim-enzim lain — asetilsistein dan metilsistein bromhexin Cermin Dunla Kedokteran No. 24, 1981 3 5

Upload: tita-swastiana-adi

Post on 21-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

terapi

TRANSCRIPT

Page 1: 10TerapiObat024

Terapi Obat

Bromhexin (Mucosolvan® )Batuk mungkin merupakan gejala penyakit yang berbahaya. Namun pada sebagian

besar kasus, terutama infeksi ringan atau iritasi saluran pernafasan, batuk tidak mem-bahayakan jiwa, meskipun sering dirasakan sangat mengganggu pasien. Pada kasus-kasus itu, setelah semua kemungkinan patologik dipertimbangkan, penekanan/supresibatuk itu sendiri sering menjadi tujuan utama terapi. Seandainya ini dapat dilakukandengan efektif oleh obat-obat yang ada, tak perlu perbincangan mengenai masalahini. Namun kenyataannya tidaklah sesederhana itu.

Sedikit-dikitnya dikenal tiga golongan obat untuk mengatasi batuk. Pertama ialahantitusif yang menekan refleks batuk. Kodein merupakan contohnya. Golongankedua disebut ekspektoran. Ini merangsang sekresi sputum dari saluran nafas, disam-ping kadang-kadang bersifat merangsang muntah (emetik). Yodium dan amoniumkhlorida dalam Obat—Batuk—Hitam merupakan contohnya. Belakangan ini seringdigunakan gliseril guaiakolat sebagai ekspektoran.

Tapi meskipun penderita telah dirangsang dengan ekspektoran, sputum kadang-kadang masih sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Maka dicarilah obat lain, golonganmukolitik. Obat golongan ini menghancurkan atau mengencerkan sputum sehinggamudah dikeluarkan.

BEBERAPA ZAT MUKOLITIK

■ Air .— Kekentalan sputum tergantung pada.tingginya kadar air di dalam-nya. Ini sering tergantung pada tingkat hidrasi pasien. Banyak pasien pe-nyakit saluran nafas sedikit banyak mengalami dehidrasi. Ini mengaki-batkan sputum kental dan lengket. Maka hidrasi yang adekuat dianggapdapat mempengaruhi mudahnya pengeluaran sputum.■ Chymotrypsin dan enzim lain.— Invitro zat-zat ini berkhasiat mukolitik,namun efektivitasnya dalam klinik mengecewakan.■ Asetilsistein & metilsistein.— Dalam bentuk aerosol sangat berguna un-tuk mengencerkan dan menambah volume sputum. Tapi kadang-kadangsputum yang dihasilkan sedemikian banyak sehingga harus disedot denganalat penyedot agar tidak manghambat saluran nafas. Selain itu reaksifebris tidak jarang terjadi. Maka obat ini kurang populer.■ Bromhexin.— Zat ini adalah turunan sintetik dari vasicine, suatu alka-loid yang berasal dari tumbuhan Adhatoda vasica yang berasal dari India.Bromhexin diakui sebagai obat yang punya khasiat spesifik terhadap spu-tum dan bermanfaat dalam klinik. Kini obat ini banyak dipakai untukberbagai penyakit saluran pernafasan.

BROMHEXIN

STRUKTUR KIMIA

Nama kimianya ialah : N-cyclohexyl-N—methyl—(2—amino—3,5—dibro-mobenzyl)—amonium chloride.

— air— chymotrypsin dan enzim-enzim lain— asetilsistein dan metilsistein— bromhexin

Cermin Dunla Kedokteran No. 24, 1981 3 5

Page 2: 10TerapiObat024

Benang-benang mukopolisakarida yang utuh dalamsputum (dibawah cahaya terpolarisasi: pembesaran112X).

CARA KERJA

Tingginya kekentalan sputum, pada penderita asma atau bronkhitis kronismisalnya, disebabkan oleh dua jenis jaringan benang dalam sputum, yaitu(i) benang-benang DNA (deoxyribonucleic acid), dan (ii) benang muko-polisakrida.Benang DNA hanya ada dalam sputum yang purulen, karena ini berasaldari inti sel-sel mukosa yang hancur. Sedangkan benang-benang muko-polisakarida banyak ditemukan pada sputum yang mukoid. Benang jeniskedua ini sedikit ditemukan dalam sputum yang purulen karena telah di-hancurkan oleh enzim-enzim bakteri. Dengan terapi antibiotika yangefektif, kerusakan mukosa dapat dicegah; sehingga benang-benang DNAakan makin sedikit. Tapi ternyata saat itu sputum masih kental karenabenang-benang mukopolisakarida muncul kembali. Bromhexin bekerja de-ngan cara menghancurkan benang-benang mukopolisakarida itu menjadifragmen-fragmen kecil, sehingga sputum menjadi encer. Selain itu, denganpenyelidikan mikroskop elektron diketahui bahwa bromhexin juga menye-babkan perubahan pada granula pada kelenjar-kelenjar penghasil mukus dimukosa bronkhial dan hidung.

TOKSISITASBenang-benang hancur berfragmentasi akibat brom-hexin. Dilukis kembali dari gambar Bruce RA (2). Bromhexin sangat aman. LD 50 pada mencit = 16,65 ± 2,09 gr/kg BB.

PEMAKAIAN DALAM KLINIK

Dari penelitian-penelitian selama ini, terbukti bromhexin dapat mengencerkan danmenambah volume sputum. Namun faal paru tidak selalu bertambah baik. Meskipundemikian, semua peneliti setuju bahwa obat ini bermanfaat, dan efek samping yangberbahaya tak ditemukan.Keuntungan lain dari penggunaan bromhexin ialah dapat meningkatkan kadar tetrasi-kin/oksitetrasiklin dalam sekret bronkhial. Maka kombinasi antibiotika ini denganbromhexin dilaporkan lebih efektif daripada tetrasiklin saia. Pada penderita yang ga-wat bromhexin dapat diberikan secara parenteral.Bila ada infeksi bakterial, antibiotika harus diberikan juga disamping bromhexin.

DOSIS

Dosis oral untuk orang dewasa ialah 3 kali sehari 8 — 16 mg.Dosis oral untuk anak-anak dibawah 5 tahun, 2 kali sehari 4 mg.Dosis oral untuk anak-anak 5 — 10 tahun, 4 kali sehari 4 mg.

KEPUSTAKAAN1. C.Radouco-Thomas. International Encyclopedia of Pharmacology and Therapeutics.

Section 27. Volume III. Oxford : Pergamon Press; 1970.2. Bruce RA, Kumar V. The effect of a derivative of Vasicine on bronchial mucus. Brit J

Clin Practice 1968; 22 (7) :3. Today's Drugs. Mucolytic agents. Br Med J 1971; June 5, 581-2.4. Martindale. The Extrapharmacopoeia. 27ed. London : Pharmaceutical Press; 1977.

— bronkhitis— asma bronkhial— sinusitis— infeksi saluran nafas pasca bedah— trauma toraks— bronkhiektasis

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 24, 1981