10739787_422137247935708_1308834229_n

Upload: agung-perkasa

Post on 05-Oct-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

file

TRANSCRIPT

Nilai

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA-SEMISOLIDA

NAMA ASISTEN: Maria Veronika KELOMPOK : ASHIFT : Reguler A ANGGOTA KELOMPOK : 1. Wulandari (I21112016) 2. Siti Syabriantini (I21112038) 3. Anggun Miftahun J(I21112065) 4. Agung Arif Perkasa (I21112061) 5. Hendri Wijaya (I21112081)

PEMBUATAN ELIKSIR SOAL :

I. Latar BelakangSejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi jauh sebelum pengobatan dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang obat ini merupakan warisan budaya berdasarkan pengalaman yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi saat ini. Popularitas dan pengembangan obat tradisional kian meningkat seiring berkembangnya penelitian mengenai tanaman obat yang memiliki senyawa kimia dan khasiat tertentu. Bahan alam dapat dibuat menjadi berbagai macam sediaan, salah satunya sediaan larutan non steril berupa larutan.Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekuldalam pelarut terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur (Depkes RI, 1995). Keuntungan suatu sediaan dibuat larutan ialah lebih mudah ditelan dibanding bentuk padatan sehingga dapat digunakan oleh anak-anak, absorbsi obat lebih mudah karena sudah dalam bentuk larutan dan obat secara homogen terdistribusi keseluruh sediaan. Selain itu, kerugian dari sediaan larutan ialah stabilitasnya kurang baik dan dapat dengan mudah ditumbuhi mikroorganisme (Anief, 2008)Berdasarkan uraian di atas maka dibuatlah formulasi sediaan menggunakan zat aktif metampiron. Metampiron berupa serbuk hablur dan berwarna putih, yang berkhasiat sebagai analgesik dan analgetikum. Kelarutan metampiron didalam air kurang baik, sehingga metampiron tidak dapat dibuat sediaan larutan tetapi dibuat dalam bentuk sediaan eliksir. Selain itu juga, dosis yang tertera pada metampiron cukup tinggi sehingga cocok dibuat sediaan eliksir. Eliksir merupakan sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet serta dapat digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama eliksir adalah etanol. Kadar alkohol pada sediaan eliksir sangat bervariasi tergantung dari keperluannya, bahan-bahan yang kurang larut dalam air memerlukan jumlah alkohol yang besar (Anief, 2008).Tujuan dari praktikum ini ialah diharapkan agar praktikan dapat memahami dan membuat formulasi sediaan eliksir dari zat aktif metampiron yang mempunyai sifat tidak larut sempurna didalam air sesuai dengan peralatan dan bahan yang tersedia di laboratorium.

II. Preformulasi

a. Zat Aktif1. Metampiron Struktur kimia(Depkes RI, 1979)

Rumus molekulC13H16N3NaO4S.H2O (Depkes RI, 1979)

Nama kimiaMethampyronum (Depkes RI, 1979)

SinonimMetampiron (Depkes RI, 1979)

Berat molekul351,37 (Depkes RI, 1979)

PemerianSerbuk hablur, putih atau putih kekuningan. (Depkes RI, 1979)

KelarutanLarut dalam1,5 bagian air, 30 bagian etanol, praktis tidak larut dalam eter, aseton, benzen dan kloroform (Depkes RI, 1979)

pH larutan 5-8 (Buhler, 1998)

pKa9,13 (Buhler, 1998)

Titik lebur172oC (Depkes RI, 1979)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Terjadi oksidasi asam larutan basa, penggunaan minimal terjadi pada pH diatas 7,0 bersifat higroskopik, mudah terurai ditempat lembab, terjadi lebih cepat dalam larutan basa daripada larutan asam (Depkes RI, 1979)

KegunaanAnalgetikum, antipiretikum (Depkes RI, 1979)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)

InkompatibilitasDengan asam dan logam berat (Rowe, 2006)

Kesimpulan :

Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam

Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : larutan (krim/salep) :

Kemasan : botol kaca gelap

b. Eksipien (zat tambahan)

1. Etanol Struktur kimia (Depkes RI, 1979)

Rumus molekulC2H6O (Depkes RI, 1979)

Nama kimiaAethanolum (Depkes RI, 1979)

SinonimEtanol, Alkohol (Depkes RI, 1979)

Berat molekul46,07 g/mol (Connors, 1986)

PemerianCairan tidak berwarna, jernih, mudah menguapdan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap (Depkes RI, 1979)

KelarutanSangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P (Depkes RI, 1979)

pH larutan 5-7 (Connors, 1986)

pKa15,9 (Connors, 1986)

Titik lebur-114oC (Connors, 1986)

Konstanta Dielektrik25,7 (Conors, 1986)

Bobot jenis0,8119 0,8139 g/mol (Connors, 1986)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Mudah menguap, lebih mudah rusak dengan adanya cahaya, dan muda terbakar (Connors, 1986)

KegunaanPelarut (Depkes RI, 1979)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api (Depkes RI, 1979)

InkompatibilitasAluminium, material oksidasi, alkali, garam organik (Reynolds, 1982)

2. Propilen glikol

Struktur kimiaCH3CH(OH)CH20H (Depkes RI, 1995)

Rumus molekulC3H8O2 (Depkes RI, 1995)

Nama kimiaPropylenglycolum (Depkes RI, 1995)

SinonimPropilen glikol (Depkes RI, 1995)

Berat molekul76,06 (Depkes RI, 1995)

PemerianCairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab (Depkes RI, 1995)

KelarutanDapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidka dapat bercampur dengan minyak lemak (Depkes RI, 1995)

pH larutan 3-6 (Allen, 2002)

pKa8 (Allen, 2002)

Titik lebur-59C (Allen, 2002)

Konstanta Dielektrik33 (Reynolds, 1982)

Bobot jenis1,038 g/cm3 (Depkes RI, 1995)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat& asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin, atau air (Reynolds, 1982)

KegunaanPelarut pengawet (Depkes RI, 1995)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995)

Inkompatibilitas Inkompatibel dengan senayawa pengoksidasi seperti kalium permanganate (Rowe, 2006)

3. Sirupus simplex

Struktur kimia (Rowe, 2006)

Rumus molekulC12H22O11 (Rowe, 2006)

Nama kimiaSirupus simplex (Depkes RI, 1979)

SinonimSirup gula (Depkes RI, 1979)

Berat molekul342,30 (Rowe, 2006)

PemerianCairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa asam (Depkes RI, 1979)

KelarutanLarut dalam 0,5 bagian air, 370 bagian etanol (95 %) P (Depkes RI, 1979)

pH larutan 7 (Depkes RI, 1995)

pKa12,62 (Rowe, 2006)

Titik lebur180o (Depkes RI, 1979)

Konstanta Dielektrik78 (Rowe, 2006)

Bobot jenis112,38 (Depkes RI, 1979)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Mudah terhidrolisis oleh panas (Depkes RI, 1979)

KegunaanPemanis (Depkes RI, 1979)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1979)

Inkompatibilitas Dapat terkontaminasi dengan logam berat yang menyebabkan inkompatibilitas dengan bahan lain seperti asam askorbat. Sukrosa juga bisa terkontaminasi oleh sulfit saat proses penghalusan. Dengan kandungan sulfit, sukrosa dapat berubah warna. Dalam bentuk larutan atau asam jenuh, sukrosa terhidrolisis menjadi dextrosa dan fruktosa (Rowe, 2006).

4. Red color Struktur kimia (Reynolds, 1982)

Rumus molekulC20H11N2Na3O10S3 (Reynolds, 1982)

Nama kimiaTrisodium 3-hidroksi-4-(4-sul-phonato-1-naphthylazo) naftalena-2,7-disulphonate. (Reynolds, 1982)

SinonimAmarant; Amaranto; Bordeaux S; Asam CI Red 27; CI Food Red 9; Indeks Warna Nomor 16185; E123; sebelumnya FD & C Red No 2; Naftol Rot S (Reynolds, 1982)

Berat molekul604,5 (Reynolds, 1982)

PemerianGelap, serbuk coklat kemerahan (Reynolds, 1982)

KelarutanLarut dalam air (Reynolds, 1982)

pH larutan 4 (Rowe, 2006)

pKa6,4 (Rowe, 2006)

Titik lebur18oC (Reynolds, 1982)

Konstanta Dielektrik39 (Rowe, 2006)

Bobot jenis89,3 (Rowe, 2006)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Cahaya (Reynolds, 1982)

KegunaanPewarna (Reynolds, 1982)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup baik (Reynolds, 1982)

InkompatibilitasBereaksi dengan asam kuat dan stabil pada keadaan panas (Reynolds, 1982)

5. Aquadest Struktur kimia (Depkes RI, 1979)

Rumus molekulH2O (Depkes RI, 1979)

Nama kimiaAquadest (Depkes RI, 1979)

SinonimAir suling (Depkes RI, 1979)

Berat molekul18,02 (Depkes RI, 1979)

PemerianCairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa (Depkes RI, 1979)

KelarutanLarut dalam air (Depkes RI, 1979)

pH larutan 7 (Reynolds, 1982)

pKa8,4 (Reynolds, 1982)

Titik lebur0o (Reynolds, 1982)

Konstanta Dielektrik78,54 (Reynolds, 1982)

Bobot jenis1 gr/cm3 (Depkes RI, 1979)

Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Stabil diudara (Depkes RI, 1979)

KegunaanPelarut (Depkes RI, 1979)

Wadah dan penyimpananDalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)

InkompatibilitasDalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat air atau kelembaban) pada peningkatan temperatur. Air dapat bereaksi kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan logam alkali dan oksidanya. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat dalam berbagai komposisi dan dengan bahan organik tertentu serta kalsium karbital (Rowe, 2006)

III. Permasalahan Farmasetika. Metampiron tidak bisa dibuat sediaan larutanb. Metampiron tidak larut sempurna didalam airc. Metampiron tidak berwarna dan tidak berbau, sehingga tidak menarikd. Metampiron tidak memiliki rasae. Sediaan yang dibuat menggunakan air sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme.IV. Penyelesaian Masalaha. Metampiron dibuat sediaan eliksirb. Metampiron dilarutkan dalam etanolc. Ditambahkan pewarna (red color) agar sediaan yang dihasilkan menarikd. Ditambahkan pemanis (sirupus simplex) agar tidak terasa pahite. Ditambahkan pengawet (propilen glikol) dalam formulasi pembuatan sediaan

V. Pendekatan Formula (Formula yang Diusulkan)

NO.BahanJumlahFungsi BahanAlasan Penambahan

1Metampiron2 grZat aktifMetampiron berkhasiat sebagai analgetikum dan antipiretikum yang tidak larut didalam air

2Etanol 10%Pelarut Digunakan untuk melarutkan metampiron, konsentrasi etanol sebagai pelarut adalah 10-75%

3Propilen glikol 30%Pengawet Sebagai bahan pengawet digunakan pada konsentrasi 10-35%

4Sirupus simplex30%PemanisSebagai bahan pemanis biasanya digunakan pada konsentrasi 30-60%

5Red color2 tetesPewarnaMemperbaiki penampilan bentuk sediaan dan larut dalam air

6Aquadesta.d 100 mlPelarutUntuk melarutan semua bahan

VI. Perhitungan R/ Metampiron2 gram Etanol 10% Propilen glikol30% Sirupus simplex30%Red color2 tetesAquadest a.d 100 ml

a. Perhitungan konstanta dielektrik metampironKD = = = 55,43 + 7,98= 63,41

Penentuan komposisi pelarut campur :Dengan asumsi : Volume pelarut adalah 100 ml Volume etanol = 5 ml Volume air = y Volume propilen glikol = (100-5-y) ml = (95-y) ml

KD = 63,41 = 6341= 80,4y + 128,5 + 3135 + 33y6341= 47,4y + 3263,56341 3263,5 = 47,4y3077,5= 47,4y y= 64,926 ml , digenapkan hingga 65 ml95-y= 30 mlJadi, volume propilen glikol yang harus ditambahkan adalah 30 ml.

VII. Penimbangan

NO.BahanJumlah dalam formulaJumlah penimbangan

1Metampiron2 gram2 gram

2Etanol 10%10 ml

3Propilen glikol30%30 ml

4Sirupus simplex30%30 ml

5 Red color 2 tetes2 tetes

6Aquadesta.d 100 mla.d 100 ml

VIII. Prosedur Pembuatan1. Penentuan konstanta dielektrik metampiron Sebanyak 2 gram zat aktif dilarutkan dalam 10 mL etanol yang ditempatkan dalam labu erlenmeyer Aquades ditempatkan dalam buret Metampiron dalam etanol dititrasi dengan aquades hingga terbentuk endapan pertama kali Volume air yang dibutuhkan dicatat untuk menentukan konstanta dielektrik metampiron2. Pembuatan eliksir metampiron Ditentukan jumlah masing-masing komponen kosolven yang diperlukan dengan menghitung nilai KD metampiron yang telah didapatkan dari hasil titrasi. Metampiron yg telah dihitung nilai konstanta dielektriknya ditambahkan dengan 30 mL propilen glikol Diaduk hingga rata Ditambahkan sirupus simpleks 30 ml Ditambahkan red color sebanyak 2 tetes Ditambahkan aquadest hingga batas tara 100 ml Campuran diaduk hingga homogen dan dimasukkan ke dalam botol kaca gelap yang sudah ditara dan dilakukan evaluasi.

3. Prosedur evaluasi3.1 Pemeriksaan organoleptis1. Warna sediaan diamati.1. Bau sediaan dicium.1. Sediaan yang telah jadi dirasa 3.2 Pemeriksaan pH Uji pH sediaan eliksir dilakukan dengan mencelupkan kertas pH meter ke dalam sediaan lalu diukur pHnya. 3.3 Penetapan bobot jenis dengan piknometer1. Digunakan piknometer bersih dan kering1. Ditimbang piknometer kosong dan dicatat1. Ditimbang piknometer yang berisi air dan dicatat1. Ditimbang piknometer yang berisi sediaan dan dicatat1. Dihitung bobot jenis sediaannya3.4 Penentuan volume terpindahkan a. Dituang isi dari wadah perlahan-lahan ke dalam gelas ukur yang kering b. Didiamkan beberapa detik c.Diukur volumnye jika telah bebas dari gelembung udara3.5 Pengamatan pertumbuhan mikroorganisme dan cap-lockingDiamati sediaan selama 4 hari untuk melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroorganisme dan cap-locking.

IX. Analisis titik kritis pembuatan sediaan

Titik kritis dalam pembuatan sediaan adalah saat proses pelarutan, yaitu seluruh zat harus dalam keadaan terlarut sebelum dimasukkan ke dalam sediaan dan air dimasak terlebih dahulu sebelum dicampur ke dalam sediaan.

X. Evaluasi

NoJenis evaluasiPrinsip evaluasiJumlah sampelHasil pengamatanSyarat

1Uji organoleptis (warna, bau, rasa dan kejernihan)Pengamatan secara visual.1Warna = merah mudaRasa = manisBau = segar

2Uji pH larutanBerdasarkan perubahan warna pada kertas pH meter yang kemudian dibandingkan dengan warna standar pada berbagai pH.165-8

3Penentuan densitas larutan (FI IV, 1030)Menentukan densitas larutan dengan menimbang massa larutan sebanyak volume tertentu (10 mL) dengan piknometer yang kemudian dibandingkan dengan cairan yang telah diketahui densitasnya (aquadest) pada suhu tertentu1Untuk cairan dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25o terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama.

4Penentuan viskositas larutan dengan alat HopplerMengukur waktu yang dibutuhkan oleh bola yang digunakan untuk jatuh sejauh jarak tertentu.2Waktu yang dibutuhkan untuk bola jatuh adalah sekitar 2 detik.

5Uji stabilitas sediaanSediaan disimpan pada temperatur kamar untuk mengamati lamanya stabilitas sediaan.1Sediaan tidak berubah saat di simpan pada suhu kamar.

6Uji volume terpindahkanPengukuran volume sediaan dengan gelas ukur.3098 mlJika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran volume rata-rata larutan, suspensi atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata dari 100% dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan.

7Penetapan kadar zat aktifPenetapan kadar zat aktif dengan metode analisis yang sesuai1

8Penetapan bobot jenisPenetapan bobot jenis eliksir menggunakan piknometer 11 gr/mlMenimbang piknometer kosong, piknometer berisi air dan piknometer yang berisi sediaan

XI. Hasil Percobaan

PengamatanH0H1H2H3

WarnaMerah mudaMerah mudaMerah mudaMerah muda

RasaManis ManisManisManis

Aroma Segar Segar Segar Segar

MikroorganismeTidak ada Tidak adaTidak adaTidak ada

Cap-lokingTidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

XII.Pembahasan Praktikum yang dilakukan kali ini ialah pembuatan eliksir. Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan sebagai obat dalam. Perbedaan utama antara eliksir dan larutan ialah eliksir dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut dalam air, sedangkan larutan digunakan untuk zat aktif yang mudah larut dalam air. Namun, pada beberapa zat aktif yang larut dalam air dengan dosis yang tinggi tidak dapat dibuat dalam sediaan larutan tetapi dibuat dalam sediaan eliksir. Elixir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan dan hampir semua elixir mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan penampilannya. Kadar alkohol pada sediaan eliksir sangat bervariasi tergantung dari keperluannya, bahan-bahan yang kurang larut dalam air memerlukan jumlah alkohol yang besar.Zat aktif yang digunakan adalah metampiron yang memiliki sifat tidak larut sempurna didalam air, berbentuk serbuk hablur, tidak berasa, tidak berwarna dan berkhasiat sebagai analgetikum dan antiperetikum. Selain itu, dosis metampiron yang besar menyebabkan zat aktif ini dibuat dalam sediaan eliksir, karena jika dilarutkan dalam air pada dosis yang besar metampiron tidak akan mudah larut, sehingga pada pembuatan eliksir dilarutkan menggunakan pelarut yang sesuai seperti etanol. Metampiron bersifat higroskopik, mudah terurai ditempat lembab, dapat menghambat enzim siklooksigenase dan berasal dari derivat metansulfonat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. Percobaan diawali dengan melarutkan metampiron kedalam etanol, setelah itu dititrasi dengan aquadest sampai keruh dan volume aquadestnya dicatat untuk menghitung nilai konstanta dielektriknya. Nilai konstanta dielektrik digunakan untuk memperkirakan kelarutan suatu zat dalam pelarut campurnya. Pelarut campur (kosolven) dalam sediaan eliksir berfungsi untuk menaikkan kelarutan obat. Semakin tinggi harga konstanta dielektriknya, maka kepolarannya semakin tinggi. Dalam percobaan ini didapat harga KD pelarut campur yaitu 64,926. Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai harga konstanta dielektrik antara 25 sampai 80 sehingga dalam percobaan ini dihasilkan pelarut campur yang memenuhi persyaratan pelarut yang ideal. Tahap berikutnya ialah menambahkan propilen glikol kedalam campuran tersebut sebanyak 30 ml. Propilen glikol berbentuk cairan kental, jernih, tidak berwarna serta tidak berbau dan berfungsi sebagai bahan pengawet untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroorganisme. Konsentrasi propilen glikol sebagai bahan pengawet yang baik adalah 10-35%. Setelah itu, dilakukan penambahan sirupus simplex sebanyak 30 ml sebagai bahan pemanis. Bahan pemanis ini digunakan untuk memperbaiki rasa dari zat aktif sehingga enak saat dikonsumsi. Sirupus simplex berasal dari sukrosa yang dibuat dengan cara melarutkan sukrosa kedalam air dan dipanaskan hingga jernih, konsentrasi sirupus simplex sebagai bahan pemanis berkisar antara 30-60%.Selanjutnya dilakukan penambahan red color pada bagian akhir yang berfungsi sebagai pewarna. Hal ini dimaksudkan agar red color tidak menganggu kehomogenan warna dari zat aktif dan bahan tambahan lainnya sehingga diperoleh sediaan dengan warna yang homogen. Setelah semua bahan tercampur, dilakukan penambahan aquadest hingga volumenya mencapai 100 ml dan dimasukkan ke dalam botol kaca gelap untuk selanjutnya dilakukan evaluasi. Penggunaan botol kaca gelap ialah untuk mencegah etanol yang ada didalam sediaan agar tidak mudah menguap oleh panas dan cahaya. Selain itu, zat aktif yang digunakan tidak tahan terhadap panas dan mudah terurai oleh panas yang berlebihan. Setelah diperoleh sediaan eliksir dengan bobot yang sesuai tahap selanjutnya ialah evaluasi. Evaluasi sediaan eliksir terdiri dari pemeriksaan organoleptis (warna, bau, dan rasa), pemeriksaan mikroorganisme, pemeriksaan cap-loking, pemeriksaan pH, penetapan bobot jenis dan volume terpindahkan. Pemeriksaan organoleptis, mikroorganisme dan cap-loking dilakukan selama 4 hari. Hari pertama pada pemeriksaan organoleptis didapat warnanya merah muda, rasanya manis dan berbau segar. Sedangkan pada hari kedua, ketiga dan keempat diperoleh hasil yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan ini tidak mengalami perubahan secara organoleptis. Selain itu, tidak ditemui adanya pertumbuhan mikroorganisme maupun cap-locking pada sediaan eliksir yang dilakukan pengamatan selama 4 hari. Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter yang dicelupkan kedalam sediaan dan didapat hasil pHnya sebesar 6. Hasil yang didapat sesuai teori karena metampiron memiliki rentang pH sekitar 5-8. Selanjutnya dilakukan uji penetapan bobot jenis yang bertujuan untuk menentukan atau mengidentifikasi suatu zat, baik dalam bentuk padat maupun cair. Namun, pada umumnya identifikasi bobot jenis dilakukan terhadap zat yang berbentuk cair karena banyak dari zat atau senyawa dalam bentuk cair memiliki bobot jenis yang berbeda-beda sehingga dapat menunjukkan spesifikasi dari zat tersebut. Penetapan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer, yaitu menimbang piknometer kosong, piknometer yang berisi air dan piknometer yang berisi sediaan sehingga didapat bobot jenis untuk sediaan eliksir sebesar 1 gr/ml.Pengujian terakhir ialah volume terpindahkan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah yang kita tuang dari botol sediaan. Pengujian ini dilakukan dengan cara menuang isi sediaan kedalam gelas ukur kemudian didapat hasil volume terpidahkan sebesar 98 ml. Formula yang didapat untuk sediaan eliksir metampiron 100 ml terdiri dari metampiron 2 gram, etanol 10%, propilen glikol 30%, sirupus simplex 30%, red color 2 tetes dan aquadest a.d 100 ml.

XIII.Formula yang DiusulkanBahanJumlahFungsiUntuk 100 ml

Metampiron2 gramZat aktif2 gram

Etanol 10%Pelarut zat aktif10 ml

Propilen glikol30%Pengawet30 ml

Sirupu simplex30%Pemanis30 ml

Red color2 tetesPewarna2 tetes

Aquadest a.d 100 mlPelarut a.d 100 ml

Usulan formula yang baik adalah dengan memperhatikan campuran zat tambahan atau bahan-bahan tambahan lainnya yang dapat berinteraksi baik atau tidak dengan zat aktif bahan tersebut, dan memperhatikan kestabilan, kelarutan, kompatibilitas tiap-tiap bahan yang dicampurkan, tujuannya supaya menghasilkan kualitas obat dengan efektifitas zat aktif yang baik, kestabilan sediaan dan penerimaan ke pasien yg baik.

XIV.Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :1. Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan sebagai obat dalam.2. Zat aktif yang digunakan adalah metampiron yang berkhasiat sebagai analgetikum dan antiperitikum serta memiliki sifat tidak larut sempurna didalam air sehingga ditambahkan etanol untuk melarutkannya.3. Sediaan disimpan dalam botol kaca gelap agar tidak mudah terurai oleh panas dan cahaya yang berlebihan. 4. Pengujian organoleptis sediaan eliksir selama 4 hari didapat hasil yaitu warnanya merah muda, rasanya manis dan berbau segar.5. Tidak ada pertumbuhan mikroorganisme dan cap-locking pada sediaan 6. Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter dan didapat hasil pH=67. Penetapan bobot jenis sediaan eliksir menggunakan piknometer didapat hasil sebesar 1 gr/ml8. Volume terpindahkan sediaan eliksir metampiron adalah 98 ml.9. Formula yang digunakan untuk membuat sediaan eliksir metampiron 100 ml terdiri dari metampiron 2 gram, etanol 15%, propilen glikol 30%, sirupus simplex 30%, red color 2 tetes dan aquadest a.d 100 ml.

XV. Daftar PustakaAllen, Judy. 2002. The Business of Event Planning. Canada: John Wiley & SonsAnief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University PressBuhler, Volker. 1998. Generic Drug Formulation. BASF Fine ChemicalConnors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986. Chemical Stability Of Pharmaceutical. New York : WilleysonDepkes RI, 1979. Farmakpe Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Depkes RIDepkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : Depkes RIReynolds, 1982. Martindale The Extra Pharmacopoiea 28 th Edition. The Pharmaceutical PressRowe, Raymond C. 2006.Handbook of Pharmaceutical Excipients 5thed.London : Pharmaceutical Press.

LAMPIRAN