1 penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

19
1 PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SISWA SMA Fransisca Sudargo, Soesy Asiah S. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran biologi berbasis praktikum untuk meningkatkan keterampilan proses dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA. Melalui penelitian yang melibatkan 4 mahasiswa S1 ini, diharapkan kemampuan calon guru dalam melakukan variasi dan inovasi pembelajaran di SMA akan meningkat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yang bertujuan untuk melakukan meta analisis terhadap hasil kajian dari berbagai konsep dalam pengembangan model pembelajaran biologi berbasis praktikum. Sampel dari masing- masing sekolah ditentukan secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata capaian berpikir kritis melalui pendekatan inkuiri bebas dan inkuiri terbimbing, pada keempat sekolah berturut-turut adalah 70,78%; 62,28%, 60,53% dan 73,17%. Rerata capaian keterampilan proses pada konsep pencemaran air melalui lembar observasi adalah 81,43% dan melalui tes KPS adalah 73%. Pada konsep system syaraf terdapat peningkatan yang signifikan (α=0,05) antara pre-tes dan posttes yaitu dari 25,85% menjadi 70,44%. Untuk konsep pencemaran udara dan tanah tidak terdapat perbedaan signifikan antara penggunaan LKS biasa dan LKS bergambar. Rerata pemahaman konsep sains yang dicapai siswa pada konsep pencemaran air adalah 80,8; pada konsep sistem indera 73,69; pada konsep sistem syaraf 65,7, pada konsep pencemaran udara dan tanah adalah 49,74 (KE) dan 47,6(KK); tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan LKS bergambar dan LKS biasa. Kata kunci: Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum, Kemampuan Berpikir Kritis, Keterampilan Proses Sains

Upload: doquynh

Post on 31-Dec-2016

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

1

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DAN KETERAMPILAN PROSES SISWA SMA

Fransisca Sudargo, Soesy Asiah S.

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran biologi berbasis praktikum untuk meningkatkan keterampilan proses dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA. Melalui penelitian yang melibatkan 4 mahasiswa S1 ini, diharapkan kemampuan calon guru dalam melakukan variasi dan inovasi pembelajaran di SMA akan meningkat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yang bertujuan untuk melakukan meta analisis terhadap hasil kajian dari berbagai konsep dalam pengembangan model pembelajaran biologi berbasis praktikum. Sampel dari masing-masing sekolah ditentukan secara purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata capaian berpikir kritis melalui pendekatan inkuiri bebas dan inkuiri terbimbing, pada keempat sekolah berturut-turut adalah 70,78%; 62,28%, 60,53% dan 73,17%. Rerata capaian keterampilan proses pada konsep pencemaran air melalui lembar observasi adalah 81,43% dan melalui tes KPS adalah 73%. Pada konsep system syaraf terdapat peningkatan yang signifikan (α=0,05) antara pre-tes dan posttes yaitu dari 25,85% menjadi 70,44%. Untuk konsep pencemaran udara dan tanah tidak terdapat perbedaan signifikan antara penggunaan LKS biasa dan LKS bergambar. Rerata pemahaman konsep sains yang dicapai siswa pada konsep pencemaran air adalah 80,8; pada konsep sistem indera 73,69; pada konsep sistem syaraf 65,7, pada konsep pencemaran udara dan tanah adalah 49,74 (KE) dan 47,6(KK); tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan LKS bergambar dan LKS biasa.

Kata kunci: Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum, Kemampuan Berpikir Kritis,

Keterampilan Proses Sains

Page 2: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

2

PRACTICAL BASED BIOLOGY LEARNING TO ENHANCE SCIENCE PROCESS SKILL AND CRITICAL THINKING

OF HIGH SCHOOL STUDENTS

Abstract Fransisca Sudargo, Soesy Asiah S

The aim of this research is developing practical based biology learning to enhance science process skill and critical thinking of high school students. Four pre-service teachers involved in this study, in order to develop their performance in innovation and variation of their teaching skills. The method of this study was descriptive and the samples were taken in purposive ways. Results of this study showed that the mean of critical thinking of four schools students that were taught through free inquiry and guided inquiry approach are 70,78%, 62,28%, 60,53 % and 73,17% . The mean of science process skill that was taken through observation sheet on concept water pollution is 81,43% and through written test is 73%. On concept nervous system there were significant improvement (α=0.05) between pre-test (25%) and post-test (70,44%). On concept soil and air pollution, there was no significance different between the use of pictorial sheet and ordinary sheet. The mean of students’ achievement on concept water pollution is 80,80; on concept sensory system: 73,69; on concept nervous system: 65,7. But there was no significance different between the use of pictorial sheet (49,74) and ordinary practical sheet (47,6) to enhance students’ achievement on concept soil and air pollution. Key words: Practical based biology learning, critical thinking, science process skill

Page 3: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

3

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Abad ke 21 sebagai era globalisasi merupakan ajang persaingan bebas antar bangsa-

bangsa di dunia, yang menuntut pola berpikir dan bersikap terhadap berbagai informasi

dan tantangan khususnya dalam bidang biologi. Para siswa SMA perlu dipersiapkan

untuk memahami hakekat sains sebagai proses, produk dan sikap, agar mereka memiliki

bekal pengetahuan konsep dan keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk melanjutkan

pendidikannya ke Perguruan Tinggi atau untuk diterapkan sebagai life skill dalam

kehidupan.

Berdasarkan pengamatan secara empiris di lapangan, terdapat kendala yang dihadapi

guru dalam melaksanakan pembelajaran biologi yang berlandaskan pada hakekat sains di

atas serta melakukan penilaian menyeluruh. Kendala utama adalah keterbatasan guru

dalam mengelola pembelajaran berpraktikum, masalah target waktu untuk pencapaian isi

pembelajaran, dan kelas yang terlalu besar. Oleh karena itu calon guru biologi perlu

dilatih untuk mampu mengelola pembelajaran biologi berbasis praktikum agar setelah

mereka menjadi guru kelak, mereka mampu menerapkan berbagai variasi pembelajaran

termasuk pembelajaran berbasis praktikum dalam praksis pembelajaran di kelasnya.

Kurangnya variasi dalam memilih pendekatan dan metode pembelajaran tampaknya

disebabkan pula oleh kurangnya pemahaman guru akan fungsi kegiatan praktikum atau

kegiatan hands-on bagi pemahaman konsep siswa secara konstruktivistik, terutama

konsep-konsep yang abstrak untuk mengembangkan keterampilan proses serta

keterampilan berpikir kritis.

Selama ini pembelajaran biologi di SMA lebih mengutamakan pengembangan

kemampuan kognitif siswa, yang tercermin dari pengembangan soal evaluasi di SMA

(studi awal). Pengembangan kemampuan kognitif ini pun terbatas pada jenjang kognitif

C1, C2, C3, sementara jenjang kognitif C4, C5, dan C6 sangat jarang dikembangkan

dalam penyusunan soal tes. Padahal untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis

diperlukan kemampuan untuk melakukan analisis, sintesis dan evaluasi terhadap

berbagai masalah biologi. Soal keterampilan proses yang dapat dijaring melalui observasi

Page 4: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

4

maupun tes tertulis sangat jarang dilakukan, bahkan tidak pernah dilakukan karena alasan

keterbatasan waktu dan pencapaian target kurikulum.

Praktikum jarang sekali dilakukan karena keterbatasan waktu. Di beberapa sekolah

mitra, praktikum biologi dilaksanakan hanya bila ada mahasiswa praktikan yang sedang

melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP). Alasan guru adalah tidak adanya guru

bantu (asisten praktikum) dan laboran, serta kerumitan pelaksanaannya yang dilakukan di

luar jam belajar. Praktikum dalam pembelajaran biologi sangat diperlukan untuk

membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan abstrak. Melalui kegiatan

praktikum siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik dalam memahami suatu fenomena biologi. Keterampilan proses sangat

perlu dikembangkan dalam pembelajaran agar siswa memahami hakekat sains (biologi)

sebagai proses, produk dan sikap ilmiah.

Praktikum sesungguhnya bukan hal baru dalam mempelajari biologi, namun dalam

kenyataannya praktikum jarang dilakukan di sekolah karena keterbatasan waktu, sarana,

prasarana dan kemampuan guru dalam mengelola praktikum (hasil survei awal di

lapangan). Banyak laboratorium di sekolah yang jarang digunakan untuk praktikum,

sehingga peralatan menjadi kotor dan lapuk karena jarang digunakan.

Sehubungan dengan latar belakang permasalahan di atas maka kami tertarik untuk

mengembangkan pembelajaran biologi berbasis praktikum untuk mengembangkan

keterampilan proses dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA, maka masalah dalam

penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah Pengembangan Model Pembelajaran Biologi

berbasis praktikum untuk meningkatkan keterampilan proses dan kemampuan Berpikir

Kritis siswa SMA?”

Menurut Joyce, Bruce et.al. (2000:6-7) Model pembelajaran (models of learning)

sesungguhnya sama dengan model mengajar (models of teaching), karena pada saat guru

membantu siswa untuk memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai-nilai, dan

cara berpikir, maka ia pun mengajarkan kepada mereka tentang cara bagaimana belajar.

Dalam kenyataannya, hasil belajar yang terpenting bagi pembelajar adalah meningkatnya

bekal kemampuan untuk belajar secara lebih mudah dan efektif di kemudian hari, yang

disebabkan oleh bertambahnya pengetahuan maupun keterampilan yang diperoleh dari

pemahaman yang baik tentang proses belajar.

Page 5: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

5

Guru yang berhasil adalah guru yang mengajarkan kepada siswanya bagaimana cara

menggali informasi dari berbagai sumber, ide-ide serta kearifan untuk dapat dijadikan

sumber belajar yang efektif. Siswa akan mengalami perubahan bila pengetahuan tentang

strategi belajarnya bertambah, sehingga pada suatu saat mereka dapat menentukan tipe

belajar yang lebih efektif. Kajian mengenai berbagai model pembelajaran dan cara

mengajar berarti mengkaji tentang dua pertanyaan yang mendasar yaitu: bagaimana siswa

dapat diajar lebih efektif dan bagaimana kekuatan model pembelajaran tersebut.

Praktikum yang dilakukan di laboratorium atau penggunaan pendekatan hands-

on/minds-on dalam pembelajaran biologi di kelas adalah sejalan dengan prinsip

konstruktivisme dalam pembelajaran. Menurut pandangan konstruktivistik penemuan

yang terjadi di kelas memang berbeda dengan invensi, namun bagi siswa proses ini

sangat berarti untuk memahami fenomena dan peristiwa alam (Carin, Arthur, 1997:17).

Para ilmuwan membangun pengetahuannya berdasarkan apa yang mereka ketahui (prior

knowledge), yaitu melalui kegiatan mereka dalam mengorganisasi fakta, konsep, prinsip

dan model dari penelitian sebelumnya.

Dalam pandangan konstruktivistik pengetahuan bersifat dinamis, diperoleh dari

pengalaman aktif dan bukan merupakan gambaran pasif dari dunia luar. Pengetahuan

yang diperoleh sebagai hasil interaksi ini akan bermakna bagi seseorang melalui suatu

proses aktif, dan kebermaknaannya dapat dirasakan pada saat ia menghadapi masalah

dalam lingkungannya. Dalam kegiatan praktikum ini para siswa dilatih untuk bekerja

ilmiah dalam memahami fenomena dan peristiwa melalui observasi, eksperimentasi, serta

kegiatan empiris dan analitis. Berdasarkan pengalaman ini siswa akan memiliki sikap dan

nilai yang cenderung mencirikan pekerjaan mereka. Pendidikan sains perlu memupuk

sikap ilmiah melalui pembelajaran berpraktikum.

Pelatihan inkuiri ini merupakan model pembelajaran induktif, di mana pembelajar

dilatih untuk memahami dan mengeksplorasi fakta. Pelatihan inkuiri ini dikembangkan

oleh Richard Suchman pada tahun 1962 (Joyce & Weil, 2000) yang mengajarkan tentang

proses penyelidikan dan menjelaskan suatu fenomena. Model ini dirancang untuk

membiasakan siswa melakukan proses ilmiah dalam waktu yang lebih singkat.

Berdasarkan hasil penelitian Schlencker tahun 1976, melalui pelatihan inkuiri ini terjadi

peningkatan dalam pemahaman konsep, produktivitas dalam berpikir kreatif dan

Page 6: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

6

keterampilan untuk memperoleh dan menganalisis informasi (Joyce & Weil, 2000).

Pelatihan inkuiri bertujuan untuk memandirikan siswa dalam belajar, mengembangkan

keterampilan intelektual dan disiplin untuk bertanya dan membangkitkan rasa ingin tahu.

Jadi sebenarnya pelatihan inkuiri bukan hal baru, namun dalam pelaksanaannya di negara

kita amat jarang dilakukan.

Keterampilan proses sains merupakan serangkaian kegiatan yang dapat diukur

sebagai hasil dari kegiatan praktikum maupun kegiatan hands-on/minds-on, di mana

siswa berhadapan langsung dengan fenomena alam. Praktikum merupakan sarana terbaik

dalam mengembangkan keterampilan proses sains.

Berpikir kritis merupakan proses di mana seseorang mencoba menjawab pertanyaan

yang sulit yang informasinya tidak ditemukan pada saat itu secara rasional. Berpikir kritis

memerlukan pertimbangan yang menurut Joanne Kurfiss (Inch, Warnick, Endres; 2006:5)

adalah sebagai berikut:

An investigation whose purpose is to explore a situation, phenomenon, question, or problem to arrive at a hypothesis or conclusion about it that integrates all available information and that therefore can be convincingly justified.

Jadi merupakan penyelidikan yang diperlukan untuk mengeksplorasi situasi, fenomena,

pertanyaan, atau masalah untuk menyusun hipotesis atau konklusi, yang memadukan

semua informasi yang dimungkinkan dan dapat diyakini kebenarannya.

2. Hasil Penelitian yang relevan

Myers dan Botti (2002) dalam penelitiannya tentang Pembelajaran berbasis masalah,

menyatakan bahwa keterampilan guru adalah komponen kunci dalam keberhasilan

menerapkan dan mengimplementasikan suatu model pembelajaran model pembelajaran.

Oleh karena itu guru perlu dipersiapkan sebelumnya, agar memahami dengan baik

langkah-langkah pembelajarannya. Peranan guru di abad ke 21 berubah drastis, karena

guru harus selalu meningkatkan kemampuannya agar dapat mengajar secara efektif.

Hasil penelitian Slish, Donald (2005), menyatakan bahwa nilai post-test siswa yang

diberi perlakuan pembelajaran aktif (praktikum) meningkat secara signifikan

dibandingkan dengan siswa yang diberi perlakuan pembelajaran pasif (ceramah).

Implikasi hasil penelitian ini adalah pembelajaran praktikum dapat membantu siswa

untuk belajar dan memahami konsep secara lebih baik, karena dalam pembelajaran

Page 7: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

7

praktikum siswa harus mempersiapkan diri sebelumnya sehingga mereka lebih siap

secara mental untuk menerima pembelajaran di kelas.

Hasil penelitian Erica Suchman dkk. (2001), menyatakan bahwa sebagian siswa

yang dikenai berbagai strategi pembelajaran kolaboratif seperti praktikum sangat

menghargai inovasi pembelajaran, kemampuan berpikir kreatif mereka meningkat.

Kemampuan berpikir kreatif ini mereka rasakan sangat bermanfaat bagi kelompoknya,

karena untuk membentuk kelompok yang kreatif diperlukan inisiatif dari masing-masing

anggotanya.

II. METODE

1. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis, yang bertujuan untuk

melakukan meta analisis terhadap hasil-hasil kajian dari berbagai konsep dalam

pengembangan model pembelajaran biologi berbasis praktikum. (McMillan dan

Schumacher, 2001:517). Karakteristik metodologi ini meliputi meta-analisis terhadap

topik kajian yang saling berhubungan serta menggunakan sumber primer sebagai data.

Analisis dilakukan terhadap hasil kajian berbagai konsep biologi yang diajarkan melalui

kegiatan penelitian di berbagai sekolah. Metode yang digunakan untuk masing-masing

konsep yang diteliti adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Metode Penelitian yang Digunakan Untuk masing-masing Konsep yang diteliti

Konsep Metode

Pencemaran Air Deskriptif

Alat Indera Deskriptif

Pencemaran Udara dan Tanah Kuasi eksperimen

System Syaraf Kuasi eksperimen

Page 8: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

8

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 4 SMA yang merupakan sekolah mitra PLP UPI

di kota Bandung yang terdiri atas dua SMA Negeri dan dua SMA swasta. Sampel dipilih

secara purposif dari masing-masing sekolah tersebut

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis melalui metode inkuiri bebas pada konsep pencemaran

air di kelas X dijaring dengan menggunakan tes tertulis. Penelitian dilakukan dengan

metode deskriptif dan penarikan sampel dilakukan secara purposif. Kelas yang dipilih

adalah kelas yang terbaik dari 10 kelas yang ada. Metode inkuiri bebas memang sangat

jarang dilakukan, sehingga siswa harus dibiasakan secara bertahap melalui inkuiri

terbimbing terlebih dahulu. Kemampuan Berpikir Kritis dijaring berdasarkan indikator

keterampilan berpikir kritis menurut Costa (1985). Hasil kemampuan berpikir kritis

digambarkan pada gambar 1 di bawah ini..

Gambar 1. Persentase capaian kemampuan berpikir siswa Pada Konsep Pencemaran Air

0102030405060708090

100

mem

foku

skan

pert

anyaan

menganalis

is

arg

um

en

mem

buat i

nduksi

mendefinis

ikan

istila

h

mem

utu

skan

suatu

tin

daka

n

pers

en

(%

)

Indikator kemampuan berpikir kritis pada konsep pencemaran air

Page 9: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

9

Hasil pada gambar 1 di atas menunjukkan bahwa rerata kemunculan indikator

berpikir kritis adalah 70,78 % (kategori baik), nilai tertinggi pada kemampuan

memfokuskan pertanyaan dan nilai terendah pada kemampuan mendefinisikan istilah

Kemampuan berpikir kritis pada konsep alat indera di kelas XI melalui

pembelajaran berbasis praktikum dengan pendekatan inkuiri bebas dijaring dengan

menggunakan tes esai yang mengandung 10 sub indikator serta angket siswa yang

digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Hasil

perhitungan data kemampuan berpikir kritis siswa disajikan pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Persentase Sub Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada konsep Alat Indera

Hasil pada gambar 2 di atas menunjukkan rerata kemampuan berpikir kritis siswa adalah

62,28 % yang termasuk kategori baik, dengan nilai tertinggi pada membuat induksi dan

terendah pada mengidentifikasi asumsi.

Pembelajaran berbasis praktikum pada konsep system syaraf dilakukan dengan

pendekatan inkuiri terbimbing. Namun dalam penelitian ini hanya 3 indikator

kemampuan berpikir kritis yang diukur, yaitu memberikan penjelasan sederhana,

memfokuskan pertanyaan, dan membuat kesimpulan. Nilai pretes dijaring sebelum

praktikum dan nilai post-test dijaring setelah kegiatan pembelajaran melalui tes tertulis,

yang hasilnya digambarkan pada gambar 3 di bawah ini.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Persentase Tiap Sub Indikator

%kategori

sub indikator ke

Sub indikator 1. Memfokuskan pertanyaan 2. Menganalisis argument 3. Bertanya dan menjawab 4. Mempertimbangkan

kredibilitas sumber 5. Mendefinisikan istilah 6. Mempertimbangkan hasil

observasi 7. Membuat deduksi 8. Membuat induksi 9. Mengidentifikasi asumsi

10. Berinteraksi dengan teman

Page 10: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

10

Gambar 3. Persentase Sub Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada konsep Sistem Syaraf

Dari ketiga indikator di atas, persentase kenaikan paling tinggi adalah pada

kemampuan memfokuskan pertanyaan, sedangkan pada kemampuan memberikan

penjelasan sederhana dan membuat kesimpulan terdapat pula kenaikan nilai yang lebih

rendah dibandingkan dengan kemampuan memfokuskan pertanyaan. Rata-rata kenaikan

kemampuan berpikir kritis pada post-test adalah 60,53% (sedang).

Selanjutnya, untuk konsep pencemaran udara dan pencemaran tanah

digunakan LKS biasa (kelas control) dan LKS bergambar (kelas eksperimen) untuk

mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada. Melalui metode kuasi eksperimen,

peneliti menentukan dua kelas sampel sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data

kemampuan berpikir kritis dijaring melalui soal tes esai keterampilan berpikir kritis. Data

hasil tes kemampuan berpikir kritis disajikan pada gambar 4 di bawah ini. Berdasarkan

gambar 4 kelompok kelas eksperimen unggul dalam 4 dari 5 indikator yang diberikan,

yaitu memfokuskan pertanyaan, mengobservasi, membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil induksi, serta berinteraksi dengan orang lain, yaitu secara

berurutan 92,5%, 58,67%, 90%, 76,67% untuk kelas eksperimen, dan secara berurutan

79,17%, 52,67%, 80%, 75,5% untuk kelas kontrol. Sedangkan untuk indikator

mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, kelas kontrol lebih unggul, yaitu 52,67%

untuk kelas kontrol dan 48% untuk kelas eksperimen. Hasilnya tidak berbeda signifikan.

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

Memberikan penjelasan sederhana

Memfokuskan pertanyaan

Membuat kesimpulan

Indikator kemampuan berpikir kritis pada konsep sistem syaraf

pretest

postest

Page 11: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

11

Gambar 4. Persentase sub indikator Kemampuan Berpikir Kritis Pada Konsep Sistem Syaraf

2.Analisis Keterampilan Proses Siswa (KPS)

Berdasarkan hasil analisis terdapat beberapa variasi dalam menentukan

keterampilan proses yang diukur oleh masing-masing peneliti. Pembelajaran dilakukan

secara berkelompok, masing-masing kelas terdiri atas 5-7 kelompok. Keterampilan

proses sains (KPS) diukur berdasarkan melalui lembar observasi dan soal tes KPS yang

telah divalidasi sebelumnya. Ada peneliti yang membagi masing-masing KPS secara

rinci, namun ada pula yang tidak terlalu rinci. Data KPS untuk konsep pencemaran air

dengan menggunakan pendekatan inkuiri bebas untuk konsep Pencemaran Air di kelas

X yang dijaring melalui lembar observasi dan tes tertulis, hasilnya disajikan pada gambar

5 berikut ini.

0102030405060708090

100

per

sen

(%)

Indikator kemampuan berpikir kritis pada konsep pencemaran udara dan tanah

kontrol

eksperimen

Page 12: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

12

Model LKS biasa dan LKS bergambar digunakan untuk pembelajaran konsep

Pencemaran Udara dan Pencemaran Tanah di kelas X. Peneliti menggunakan kelas

kontrol yang diberi LKS biasa dan kelas eksperimen yang diberi LKS gambar. Hasil

Keterampilan Proses Sains yang dijaring melalui tes tertulis pada kedua kelas tersebut

dilakukan setelah pembelajaran berbasis praktikum. Nilai indikator KPS, disajikan pada

gambar 6 berikut ini.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

mp hip kom pre intp kla knsp prtny

AlBh

Soal KPS 66,98 64,06 74,65 81,25 71,87 60,16 68,75 92,19 79,68

Lmbr obsv 88,57 71,43 64,29 71,43 78,57 85,71 100 78,57 85,71

Nil

ai r

ata-

rata

KP

S

Jenis KPS

Keterangan : mp = merencanakan percobaan knsp= menerapkan konsep kla = klasifikasi hip = berhipotesis intp = interpretasi kom = berkomunikasi prtnyn = mengajukan pertanyaan pre = prediksi AlBh = menggunakan alat dan bahan

Gambar 5. Perbandingan Nilai Rata-Rata KPS siswa pada

subkonsep Pencemaran Air, hasil observasi dan tes tertulis

Page 13: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

13

Gambar 6. Pencapaian nilai KPS pada konsep Pencemaran Udara dan tanah

Hasil pengujian rerata antara kelas control dan kelas eksperimen menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam pencapaian nilai KPS

Untuk konsep System Syaraf. digunakan metode inkuiri terbimbing (Guided

Inquiry) pada Data KPS dijaring dengan menggunakan soal uraian sebanyak 5 soal yang

masing-masing soal mengandung indikator KPS yang akan diukur. Soal KPS diberikan

pada awal pembelajaran (pretes) dan akhir pembelajaran (Post-test) dengan menghitung

persentase kemampuan KPS berdasarkan masing-masing indikator yang dikuasai oleh

para siswa. Persentase penguasaan KPS berdasarkan indikator dan rerata masing-masing

indicator disajikan gambar 7. berikut ini.

0

10

20

30

40

50

60

70

interpretasi data memprediksi berkomunikasi

per

sen

(%)

Indikator keterampilan proses sains pada konsep pencemaran udara dan tanah

kontrol

eksperimen

0

20

40

60

80

100

1a 1b 2a 2b 2c 3a

% K

ateg

ori

Sub Indikator

pretest

posttest

Gambar 7 Perbandingan Penguasaan Sub-indikator Aspek KPS Pretest dan Post-test pada konsep system syaraf

Page 14: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

14

3.Analisis Pemahaman Konsep Siswa

Hasil belajar dalam penelitian ini sebenarnya merupakan data sekunder untuk

menganalisis capaian pemahaman konsep setelah dilakukan pembelajaran berbasis

praktikum, karena melalui tes hasil hasil belajar dapat diketahui apakah pembelajaran ini

telah berhasil dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan

oleh sekolah. Betapapun juga tes hasil belajar diperlukan oleh sekolah untuk mengetahui

ketercapaian KKM, sebab kemampuan kognitif siswa yang dijaring melalui tes hasil

belajar juga diperlukan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran berbasis

praktikum. Data pemahaman konsep siswa disajikan pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Data Hasil Belajar siswa

No Data Statistik Konsep

Pencemaran Air

Alat Indera

Pretes Postes

System syaraf

Pencemaran udara dan Tanah

KK KE

1 Rerata 80,8 43 73,69 65,7 47,6 49,74

2 Simpangan baku

9,09 9,42 13,52 7,42 11,56 10,87

3 N 93,3 31 31 80 64 68

4 Nilai maksimum

63,3 55,5 88,9 55 32 28

5 Nilai minimum

34 31,2 66,8 27 30 31

B. Pembahasan

Pada kegiatan praktikum pencemaran air dengan pendekatan inkuiri bebas,

keterampilan berpikir kritis menunjukkan rerata kemampuan berpikir kritis yang

termasuk kategori baik (70,78%), meskipun hanya 5 aspek keterampilan kritis yang

dijaring dalam penelitian ini. Pada pembelajaran konsep alat Indera yang diajarkan

melalui pendekatan inkuiri bebas menunjukkan rerata persentase kemampuan berpikir

kritis adalah 62,28 (kategori baik). Pencapaian yang tertinggi adalah pada kemampuan

Page 15: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

15

membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi (83,7%) dan mendefinisikan

istilah (78%).

Pada pembelajaran konsep system syaraf dengan pendekatan inkuiri terbimbing,

persentase kenaikan paling tinggi adalah pada kemampuan memfokuskan pertanyaan,

sedangkan pada kemampuan memberikan penjelasan sederhana dan membuat kesimpulan

terdapat kenaikan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan

memfokuskan pertanyaan. Rata-rata kenaikan kemampuan berpikir kritis pada post-test

adalah 60,53% (sedang). Sementara itu untuk konsep pencemaran Udara dan Tanah di

mana kemampuan berpikir kritis diukur setelah siswa melakukan praktikum dengan LKS

bergambar dan LKS biasa, menunjukkan bahwa kelompok kelas eksperimen unggul

dalam 4 dari 5 indikator yang diberikan, yaitu mengajukan pertanyaan, mengobservasi,

membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, serta berinteraksi dengan orang

lain, sedangkan untuk indikator mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber, kelas

kontrol lebih unggul, yaitu 52,67% untuk kelas kontrol dan 48% untuk kelas eksperimen.

Berdasarkan data ini, maka data kemampuan berpikir kritis pada kedua kelompok ini

tergolong rendah, yaitu kurang dari 60% dengan perbedaan yang tidak signifikan, berarti

baik LKS bergambar maupun LKS biasa mampu mengembangkan kemampuan berpikir

kritis siswa hingga tahap tertentu.

Hal ini sejalan dengan proses di mana seseorang mencoba menjawab pertanyaan

yang sulit yang informasinya tidak ditemukan pada saat itu secara rasional. Berpikir kritis

memerlukan pertimbangan yang menurut Joanne Kurfiss (Inch, Warnick, Endres; 2006:5)

bahwa penyelidikan diperlukan untuk mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan, atau

masalah untuk menyusun hipotesis atau konklusi, yang memadukan semua informasi

yang dimungkinkan dan dapat diyakini kebenarannya. Dalam kegiatan pembelajaran

berbasis praktikum tersebut sebagian besar indikator kemampuan berpikir kritis dapat

dilatihkan kepada siswa dengan capaian tertinggi pada pendekatan inkuiri bebas.

Berdasarkan pemetaan KPS, capaian KPS terbaik adalah pada praktikum inkuiri

bebas yang dijaring kemunculannya melalui lembar observasi, sementara bila dijaring

dengan tes tertulis tidak semua indikator dapat terjaring kemunculannya. Namun

keduanya berada dalam kategori baik sekali dan baik. Pada praktikum inkuiri terbimbing

terjadi peningkatan yang signifikan antara data pretest dan posttest. Setelah praktikum

Page 16: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

16

terjadi peningkatan KPS seara signifikan. Untuk praktikum inkuiri terbimbing dengan

perbedaan LKS, ternyata KPS yang terjaring melalui penggunaan KPS gambar lebih baik

dibandingkan LKS biasa, namun tidak berbeda secara signifikan. Jadi kedua LKS sama

baiknya.

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa KPS dapat dikembangkan melalui aktivitas

praktikum, sesuai dengan pendapat Nuryani et.al, (2003) bahwa praktikum merupakan

sarana terbaik untuk pengembangan KPS, karena dalam praktikum siswa dilatih untuk

mengembangkan segenap inderanya. Pengukuran KPS melalui lembar observasi

menunjukkan penilaian yang lebih utuh dibandingkan dengan tes tertulis.

Pada konsep pencemaran air metode praktikum inkuiri bebas memberikan nilai yang

rerata yang tinggi terhadap hasil belajar siswa yaitu 80,8 dengan skor maksimum 93,3;

skor minimum 63,3. Berarti bila sekolah menentukan KKM 60,5 maka semua siswa telah

mencapai skor KKM tersebut. Data rerata hasil belajar pada konsep system indera

melalui praktikum inkuiri bebas rerata hasil post test adalah 73,69. Nilai maksimum 88,9

dan nilai minimum 70,44. Bila sekolah tersebut menentukan KKM= 60,7 maka berarti

setelah pembelajaran berbasis praktikum ini semua siswa telah melebih nilai KKM.

Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis praktikum pada konsep alat indera

berpengaruh positif terhadap pemahaman konsep siswa.

Pada konsep system syaraf melalui praktikum inkuiri terbimbing menunjukkan hasil

nilai rerata 65,7. Nilai maksimum 80 dan nilai minimum 55. Berbeda dengan kedua

peneliti di atas meskipun rerata kelas telah melebihi KKM yang ditentukan oleh sekolah

yaitu 60,9 masih ada 6 siswa yang belum mencapai ketuntasan. Pada konsep

pencemaran udara dan tanah, terjadi hal yang berbeda yaitu capaian rerata kelas

eksperimen adalah 49,74 dan kelas kontrol adalah 47,6. Berdasarkan hasil tersebut pada

kelas kontrol terdapat 25 siswa yang tidak mencapai KKM yaitu 60, sementara di kelas

eksperimen terdapat 27 siswa yang tidak mencapai KKM.

Berdasarkan capaian data pada berbagai sekolah di atas, ternyata pada sekolah yang

tergolong peringkat kurang, kenaikan hasil belajar amat sulit dilakukan karena

kemampuan siswa sangat beragam dan banyak siswa yang tergolong berkemampuan

rendah. Dalam hal ini peningkatan KPS cukup baik namun penguasaan konsep untuk

siswa yang menggunakan LKS gambar kurang memuaskan.

Page 17: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

17

Menurut Joyce dan Weil (2000), hasil belajar yang terpenting bagi pembelajar

adalah meningkatnya bekal kemampuan untuk belajar secara lebih mudah dan efektif di

kemudian hari, yang disebabkan oleh bertambahnya pengetahuan maupun keterampilan

yang diperoleh. Guru yang berhasil, tidak semata-mata karena ia mempunyai karisma

atau kemampuan berbicara yang persuasif. Tetapi karena ia banyak melibatkan siswanya

dalam memperkuat kemampuan kognitif dan tugas sosial serta mengajarkan kepada

mereka bagaimana menggunakan kemampuan tersebut dengan sebaik-baiknya. Hal ini

sejalan dengan prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran yaitu penemuan yang terjadi

di kelas memang berbeda dengan invensi, namun bagi siswa proses ini sangat berarti

untuk memahami fenomena dan peristiwa alam (Carin, Arthur, 1997:17).

Analisis terhadap hasil penelitian mahasiswa calon guru menunjukkan bahwa

ternyata pembelajaran berbasis praktikum dengan menggunakan pendekatan inkuiri bebas

memberikan hasil yang lebih baik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa,

keterampilan proses sains, dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan inkuiri

terbimbing.

IV.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran berbasis praktikum telah dilaksanakan dengan baik oleh para

mahasiswa calon guru di sekolah. Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Sintaks model pembelajaran berbasis praktikum yang meliputi Fase orientasi

masalah, perumusan masalah, melakukan penyelidikan, mengatasi kesulitan, dan

merefleksikan hasil penyelidikan telah dapat diterapkan dengan baik oleh para calon guru

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, KPS, dan pemahaman konsep siswa

dengan hasil yang bervariasi.

Bentuk praktikum yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, KPS

dan hasil belajar siswa adalah praktikum dengan pendekatan inkuiri bebas, karena

capaian hasilnya lebih baik dibandingkan dengan capaian hasil pada inkuiri terbimbing.

Namun demikian capaian hasil ini tidak semata-mata karena penerapan pendekatan

Page 18: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

18

inkuiri dalam pembelajaran berbasis praktikum, karena faktor kemampuan siswa serta

kondisi lingkungan belajar juga berperan dalam pencapaian hasil yang optimal.

Ditinjau dari masalah waktu, pembelajaran berbasis praktikum tidak mengalami

kendala waktu, karena masing-masing proses pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai

dengan waktu yang telah dialokasikan bagi mahasiswa calon guru.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal berikut ini yaitu:

1. Diharapkan para guru mau mencoba melakukan pembelajaran berbasis praktikum

untuk berbagai konsep agar praktikum tidak perlu dilakukan pada jam khusus di luar

pembelajaran. Selain untuk efisiensi waktu, guru dapat mengembangkan

pembelajaran yang bermakna bagi para peserta didik.

2. Bagi para calon guru lainnya diharapkan mau belajar dan menerapkan pembelajaran

berbasis praktikum dalam berbagai konsep lain agar dapat mengembangkan inovasi

pembelajaran selama mereka melakukan Praktek Latihan Profesi.

Rujukan Pustaka

Bruce, Joyce; Weil, Marsha; Calhoun, Emily, (2007) Models of Teaching, 6th ed, Boston: Allyn and Bacon

BSNP (2006), Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta : BSNP

Brown J.S. (2002), Situated Cognition and The Culture of Learning, Educational Researcher 18: 32-41

Cooper, James M., (1990), Classroom Teaching Skills, fourth ed., Toronto: .C.Health and Company.

Costa, A.L. (ed), (1985), Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking, Alexandria: ASCD

De Bono, Edward, (1992), Mengajar Berpikir. Jakarta : Erlangga Fransisca (2007), Analisis Berbagai Faktor Internal yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Zoologi Vertebrata. Makalah dalam Seminar Nasional Biologi dan Pendidikan Biologi I, 2007

Fransisca dan Sukartini (2008), Peranan Bakat Akademik Terhadap Kreativitas Berpikir Dalam Pengusunan Peta Konsep (Studi pada mata kuliah Zoologi Vertebrata, Lembaga Penelitian UPI: Tidak diterbitkan

Hendro Darmodjo, (1986), Hakekat dan Fungsi Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Universitas Terbuka

Inch Edward, Warnick B, Endres D (2006) Critical Thinking and Communication, 5th edition, Boston: Pearson

Page 19: 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran

19

McMillan J.H. and Schumacher S, (2001), Research in Education: A Conceptual Introduction, New York: Longman

Nickerson R.S., (1985), The Teaching of Thinking, New Jersey: Lawrence Erbaum Associate Publisher

Rustaman Nuryani. et.al. (2003) Strategi Belajar Mengajar Biologi. JICA IMSTEP Suparno, Paul (1997), Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Penerbit

Kanisius Daftar Rujukan Jurnal Grier, Allan S., (2005), Integrating Needs Assessment into Carreer and Technical

Curriculum Development. Tersedia on-line di: http://wwwscholar.lib.vt.edu/ejournal/JITE/V42n1/grier.html1. Tanggal akses: 12 Februari 2007

Hammer, H., (2006) Science Studies Across General Education: A Broader View of Scientific Literacy. Tersedia online di: http:/findarticle.com/p/articles/miqa 4115/is 200501/ai n136 3458 . Tanggal Akses 23 mei 2006

Myers and Botti, (2002).Exploring the Environment: Problem Based Learning in Action, dalam Annual Meeting of the American Education Research Association 2002

Slish, Donald (2005), Assessment of the use of the Jigsaw method and Active Learning in non majors Introductory Biologi, dalam Journal of Science Education vol. 31(4) December 2005

Suchman, Erica, Timpson W., Lynch Kathleen (2001), Students Responses to Active Learning Strategies in A Large Lecture Introductory Microbiology Course, dalam Journal Bioscene vol 27 (4) Desember 2001