1. long stay stroke acute · pr lapsus nama : stella arzsa sarahnaz nrp : 1820221128 1. long stay...

3
PR LAPSUS Nama : Stella Arzsa Sarahnaz NRP : 1820221128 1. Long Stay Stroke Acute Sumber : Guidelines for Adult Stroke Rehabilitation and Recovery A Guideline for Healthcare Professionals From the American HeartAssociation/American Stroke Association, 2016 2. Pusing Memutar (Vertigo Central) dengan Stroke Stroke dengan gejala vertigo dapat terjadi karena berdasarkan lokasi lesi pada stroke, yakni pada : - TIA Vertebrobasiler - Infark labirin à Oklusi arteri auditorius interna o Iskemi Kawasan AICA, infark regio dorsal lateral pontomeduller o Iskemia AVA à infark vestibular labirin - Infark Medullary Lateral à Oklusi arteri vertebralis atau PICA ipsilateral o Daerah infark : wedge (baji) dari dorsal lateral medulla oblongata tepat posterior terhadap oliva inferior - Infark serebeler o Derah Infark : Kawasan cabang cerebellar medial dari PICA Sumber : Jenie, Naharuddin, 2003, Penatalaksanaan Stroke Secara Komprehensif, RSUP Kariadi, Semarang.

Upload: others

Post on 18-Jan-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PR LAPSUS Nama : Stella Arzsa Sarahnaz NRP : 1820221128

1. Long Stay Stroke Acute

Sumber : Guidelines for Adult Stroke Rehabilitation and Recovery A Guideline for Healthcare Professionals From the American HeartAssociation/American Stroke Association, 2016

2. Pusing Memutar (Vertigo Central) dengan Stroke Stroke dengan gejala vertigo dapat terjadi karena berdasarkan lokasi lesi pada stroke, yakni pada : - TIA Vertebrobasiler - Infark labirin à Oklusi arteri auditorius interna

o Iskemi Kawasan AICA, infark regio dorsal lateral pontomeduller o Iskemia AVA à infark vestibular labirin

- Infark Medullary Lateral à Oklusi arteri vertebralis atau PICA ipsilateral

o Daerah infark : wedge (baji) dari dorsal lateral medulla oblongata tepat posterior terhadap oliva inferior

- Infark serebeler o Derah Infark : Kawasan cabang cerebellar medial dari PICA

Sumber : Jenie, Naharuddin, 2003, Penatalaksanaan Stroke Secara

Komprehensif, RSUP Kariadi, Semarang.

3. Kopi Hitam dengan Stroke

Penyelidikan yang dipimpim oleh Elizabeth Mostofsky, MPH, dari Harvard Medical School di Boston, Massachusetts, USA dan dipublikasikan dalam jurnal Neurology November 2010. Menemukan peningkatan risiko stroke 2 kali lipat dalam waktu satu jam setelah minum secangkir kopi. Risiko tertinggi terjadinya stroke iskemik ini terjadi pada satu jam setelah minum kopi. Peneliti mengatakan kemungkinan adanya hubungan kausatif yang kuat antara kejadian stroke dengan konsumsi kopi khususnya pada jam-jam awal. (Makmur 2002)

Kandungan kopi didominasi oleh senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal yang memiliki sensasi rasa pahit. Friedrich Ferdinand Runge, kimiawan Jerman, yang mengidentifikasi senyawa ini pada 1819. Ia memberi nama kafein untuk senyawa yang bekerja menyerupai obat perangsang psikoaktif dan diuretik itu. Menurut Harvard Women’s Health, konsumsi kopi beberapa cangkir sehari dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2, pembentukan batu ginjal, kanker usus besar, penyakit parkinson, kerusakan fungsi hati (sirosis), penyakit jantung serta menghambat penurunan daya kognitif otak (Salma, 2009).

Kafein dalam kopi merangsang kelenjar-kelenjar adrenal, yang dapat meningkatkan salah satu faktor penyebab stres setelah 18 jam. Kafein pada kopi sangat berpotensi meningkatkan tekanan darah serta detak jantung yang banyak dilaporkan menjadi penyebab kebanyakan timbulnya rasa stres yang berkepanjangan pada hari kerja. Efek ini biasanya masih akan terbawa sampai malam hari menjelang waktu tidur. Meskipun masih menjadi suatu hal yang kontroversial, para peneliti menemukan minum terlalu banyak kopi dapat meningkatkan kemungkinan untuk terkena serangan jantung. Kopi mengandung sebuah unsur yang disebut terpenoid, yang diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah arteri tersumbat dan akibatnya pembuluh darah ini bekerja terlalu keras (Santoso,2011). Berdasarkan kepada journal of neurology, neurosurgry and psychiatry tahun 2002 disebutkan bahwa minum kopi 5 gelas perhari dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida yang dapat menyebabkan penyempitan lubang pembuluh darah akibat dari endapan lemak dan akhirnya berisiko menyebabkan serangan jantung dan stroke.

Penderita hipertensi bisa dalam bahaya karena senyawa kafein yang terkandung di dalam kopi dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dengan tajam. Kafein mempengaruhi pembuluh darah dengan cara mempersempit pembuluh darah ke otak, akibatnya kerja jantung meningkat dan terjadilah hipertensi (Widyatomo dan Mulato, 2004).

Penyakit stroke merupakan kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah otak. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh thrombosis atau emboli,pecahnya dinding pembuluh darah otak,perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri (Rhezvolution Corner, 2009).

Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Hipertensi merupakan faktor resiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian. Dari berbagai penelitian diperoleh bukti yang jelas bahwa pengendalian hipertensi baik sistolik, diastolik maupun keduanya menurunkan angka kejadian stroke (Harsono, 2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi adalah usia, jenis pekerjaan, jenis kelamin, faktor sosial ekonomi, sosial budaya, suku bangsa, konsumsi garam, konsumsi kopi, merokok, status gizi, penggunaan alat kontrasepsi hormonal (pil KB, suntik, implant) dan lain-lain (Sigarlaki, 2000).

Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung, terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung dengan denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke. Tanpa diduga, plak dapat terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu hanyut mengikuti aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian menyebabkan stroke.

Pengkonsumsi kopi dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke iskemik, di sebabkan oleh denyut jantung yang meningkat beberapa saat setelah mengkonsumsi segelas kopi, yang dapat terjadinya aliran darah ke otak tidak stabil akibatnya kerja jantung yang meningkat sehingga kapasitas pembuluh darah bertambah dan akan beresiko terjadinya penyumbatan didalam arteri. Kaffein yang terkandung di dalam kopi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke haemorrhagic yang disebabkan karena meningkatnya tekanan darah. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.

Referensi

Lawren, M. et, al (2009). A summary of the guidance relating to four lifestyle risk factors forrecurrent stroke. http//www.cinahl.com, di unduh tanggal 19 September 2019

Makmur, T, Anwar, Y., & Nasution, D. (2002).Gambaran Stroke Berulang di RS H. Adam Malik Medan. Nusantara.Di unduh pada tanggal 19 September 2019

Ogawa M et al. 2010. Evaluation coffe of indonesin produck.J. Trop. Med. Public Health.

Sigarlaki, Herke J. O. 2000.Metodeologi penelitian kedokteran dan kesehatan, Ed.2. Jakarta: Infomedika

Widyotomo, S, Sri Mulato, dan Handaka. 2004. Mengenal Lebih Dalam Teknologi Pengolahan Biji Kakao. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

World Health Organisation. (2005) Recommendation on stroke prevention, diagnosis and therapy in Stroke. Stoke; 20: 1407-31.